Professional Documents
Culture Documents
A.
PENDAHULUAN
Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.550 pulau yang membentang dari
timur ke barat, dukungan infrastruktur yang kuat dan handal merupakan suatu keharusan
dalam pembangunan. Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara,
sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, dan sanitasi
perkotaan, yang nota-bene merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan
yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh
laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari
kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih
baik, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih
baik pula. Dalam konteks Wawasan Nusantara, infrastruktur merupakan faktor kunci
dalam mendukung pembangunan nasional yang berperan vital tidak hanya sebagai
penggerak roda ekonomi nasional namun turut membentuk kesatuan wilayah serta
melayani masyarakat dalam mengartikulasikan kehidupan sosialnya dalam kesatuan
NKRI sebagai suatu entitas yang berdaulat.
Esensi penataan ruang merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan
pembangunan nasional ke dalam suatu padanan terpadu, baik lintas wilayah, lintas sektor
maupun lintas pemangku kepentingan, termasuk pengembangan infrastruktur
didalamnya. Keterpaduan tersebut sangat penting dalam upaya meningkatkan sinergi,
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pembangunan yang dalam pelaksanaannya
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
B.
Investasi bidang jalan sangat ditentukan oleh tingkat kelayakan dari investasi
tersebut. Secara umum kelayakan investasi bidang jalan dapat ditinjau dari 3 (tiga) aspek
pokok, yaitu: aspek teknis, aspek ekonomi/ finansial dan aspek lingkungan. Dari aspek
teknis perlu dipastikan apakah koridor yang akan dilalui memungkinkan untuk dibangun
infrastruktur jalan secara mudah dan murah, serta memenuhi standar teknis yang
dipersyaratkan. Aspek yang terkait dengan tata ruang dalam hal ini adalah mengenai
informasi tentang kondisi geologi lingkungan maupun penggunaan lahan. Kondisi
tataguna lahan di sepanjang koridor perlu dilihat apakah memang merupakan lahan yang
secara fisik dapat dibangun untuk infrastruktur jalan.
Analisis dari aspek ekonomi/ finansial umumnya terkait dengan perhitungan
biaya dan manfaat investasi bidang jalan yang akan dilakukan. Umumnya investasi
bidang jalan dilakukan dengan prinsip ship follows trade, yaitu pembangunan jalan
dibangun apabila ada kepastian demand terhadap infrastruktur jalan tersebut. Kepastian
demand ini ditunjukkan oleh volume lalulintas atau aktivitas perekonomian wilayah
yang ada atau diperkirakan akan ada di sekitar koridor jalan tersebut. Hal ini penting
untuk menghindari adanya unsur spekulasi dan terjadinya risiko kerugian akibat
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
Role Sharing
Pembiayaanb
penyediaan infrastruktur jalan yang tidak tepat, baik dari segi lokasi maupun waktu
pelaksanaan. Khusus bagi rencana investasi bidang jalan yang diarahkan untuk
dikerjasamakan dengan swasta (jalan tol), juga dibutuhkan tingkat kelayakan yang
tinggi. Umumnya investor swasta hanya akan tertarik dengan proyek-proyek yang
memang layak baik secara ekonomi maupun finansial (bankable). Sedangkan proyekproyek yang kurang layak secara finansial cenderung kurang diminati.
Pada kawasan-kawasan yang relatif baru berkembang, umumnya kelayakan
ekonomi maupun finansial masih sulit dipenuhi, karena penyediaan infrastruktur lebih
bersifat perintis (to initiate development). Pada kasus seperti ini peran pemerintah akan
lebih dominan, terutama untuk memenuhi kewajiban pelayanan publik (public service
obligation). Sebaliknya pada kawasan-kawasan perkotaan yang sudah lebih berkembang,
pembangunan infrastruktur umumnya dapat lebih layak baik secara ekonomi maupun
finansial.
Dengan demikian tingkat keterlibatan swasta dalam pengembangan
infrastruktur dapat lebih diharapkan. Secara diagramatik peran pemerintah dan swasta
dalam investasi pembangunan jalan tersebut seperti pada gambar 1.
Pemerintah
Kws Pengemb.
Baru
Kws Sedang
Berkembang
Kws Telah
Berkembang
Swasta
Pengembangan Wilayah
C.
1.
sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan oleh masing-masing daerah dan sektor,
dan bila terjadi pelanggaran atau ketidaksesuaian antara rencana tata ruang dengan
pelaksanaan pembangunan maka akan dikenakan sanksi baik kepada pelanggar maupun
kepada pejabat yang memberikan ijin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Sanksi tersebut berupa sanksi administratif dan sanksi pidana yang ditetapkan sebagai
upaya untuk terwujudnya tertib pelaksanaan pembangunan. Hal lain yang juga
merupakan pembaharuan di dalam penyelenggaraan penataan ruang antara lain adalah
dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang melalui pemberian insentif dan
disinsentif untuk mendorong agar pelaksanaan pembangunan tetap sejalan dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
2.
Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia yang berada pada batas
pertemuan lempeng tektonik Euroasia dan Indo-Australia serta lempeng Pasifik di
sebelah timur Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan mengalami
bencana alam, baik gempa, tsunami maupun bencana lainnya seperti longsor dan banjir
akibat perubahan cuaca yang cukup ekstrim. Akan tetapi Indonesia memiliki keunggulan
komparatif geografis yang tidak tertandingi oleh negara lain. Indonesia terletak di antara
dua benua, Australia dan Asia serta dua samudera, Pasifik dan Hindia, yang menjadi
perlintasan kapal-kapal perdagangan dari berbagai negara. Selain itu, Indonesia yang
terdiri dari 17.550 pulau berbatasan langsung dengan tidak kurang dari 9 negara yaitu
Malaysia, Singapura, Filipina, Timor Leste, Australia, Papua Nugini, Vietnam, India dan
Palau. Keunggulan tersebut perlu dioptimalkan untuk dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya, terutama dalam mewujudkan ruang nusantara yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan.
Mengingat sebagian besar wilayah adalah lautan, perlu diberikan perhatian yang
lebih besar terhadap penataan ruang lautan di masa yang akan datang. Selain potensi
perikanan, saat ini Indonesia memiliki 3 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang
merupakan jalur perlintasan bagi lebih dari 40% kapal-kapal kontainer besar (very large
crude carrier) dunia sepanjang tahun salah satunya Australia sebagai penghasil uranium
terbesar di dunia yang tidak akan dapat mengirimkan uraniumnya ke Cina dan negara
lain tanpa melalui perairan Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu geo-strategi
kawasan yang dapat mengoptimalkan potensi kawasan dan kondisi obyektif yang kita
miliki.
Dalam kenyataannya, pengembangan strategi dan kebijakan penataan ruang
nasional tidak dapat dilepaskan dari kenyataan geoposisi, geoekonomi, dan geopolitik
baik regional maupun global. Ditinjau dari geoekonomi, konstelasi ekonomi dunia di
abad 21 akan sangat dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan global yang
terjadi belakangan ini. Dalam konteks ekonomi, dewasa ini mulai terjadi pergeseran
pertumbuhan ekonomi dari negara-negara maju ke Asia timur (new emerging countries,
NEC) terutama Cina, India dan Korea untuk menggantikan kedudukan posisi Amerika,
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
Samudera Pasifik
(Jepang, Korea, Amerika,
Kanada)
Banda Aceh
KUALA LUMPUR
Medan
SINGAPORE
Bontang
Entikong
Pekanbaru
Batam
Pontianak
Jambi
Samudera Pasifik
(Amerika, Kanada,
Amerika Latin)
Manado
Ternate
Sorong
Biak
Palu
Palangkaraya
Padang
Gorontalo
Samarinda
Balikpapan
Pangkal Pinang
Palembang
Bengkulu
Jayapura
Mamuju
Pangkalan Bun
Banjarmasin
Kendari
Lampung
JAKARTA
Ambon
Makasar
Semarang
Serang
Surabaya
Bandung
Samudera Hindia
(Afrika, Australia)
Yogyakarta
Malang
Denpasar
DILLI
Kupang
Pegunungan Tinggi
Batas Teritorial
Kota PKN
Batas ZEE
Samudera Pasifik
(Jepang, Korea, Amerika,
Kanada)
Banda Aceh
Banda Aceh
KUALA LUMPUR
Samudera Pasifik
(Amerika, Kanada,
Amerika Latin)
SINGAPORE
Bontang
Entikong
Batam
Manado
Batam
Biak
Padang
Makasar
Yogyakarta
DILLI
Denpasar
Yogyakarta
Merauke
DILLI
Kota PKN
Batas Teritorial
Batas ZEE
Merauke
Mataram
Pulau Besar
Gugus Pulau Samudra
Malang
Denpasar
Mataram
Kupang
Makasar
Surabaya
Bandung
Malang
Jayapura
Ambon
Semarang
Serang
Surabaya
Bandung
Biak
Kendari
Lampung
JAKARTA
Semarang
Serang
Sorong
Mamuju
Pangkalan Bun
Banjarmasin
Bengkulu
Ambon
Ternate
Palu
Balikpapan
Pangkal Pinang
Palembang
Kendari
Lampung
JAKARTA
Manado
Samarinda
Palangkaraya
Jayapura
Mamuju
Pangkalan Bun
Banjarmasin
Gorontalo
Pontianak
Jambi
Balikpapan
Pangkal Pinang
Bontang
Entikong
Sorong
Palu
Palangkaraya
Bengkulu
Pegunungan Tinggi
SINGAPORE
Pekanbaru
Ternate
Samarinda
Palembang
Samudera Hindia
(Afrika, Australia)
Gorontalo
Medan
Pontianak
Jambi
KUALA LUMPUR
Medan
Padang
Pekanbaru
Merauke
Mataram
Pulau Besar
Gugus Pulau Samudra
Kupang
Kota PKN
Kawasan Tertentu
Kawasan Tertinggal
Batas ZEE
Batas Teritorial
3.
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
D.
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Sumat era
Jawa
Bali & NT
Kalimant an
Sulawesi
M aluku &
Papua
25.0%
Luas Wilayah
20.6%
7.2%
4.1%
32.3%
10.8%
Penduduk
21.2%
58.6%
5.3%
5.6%
7.3%
2.0%
Panjang Jalan
33.8%
26.8%
9.8%
9.1%
14.2%
6.3%
Kendaraan
17.9%
65.0%
5.9%
6.0%
4.2%
1.0%
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
(Alur Laut Kepulauan Indonesia) barat (Selat Sunda Laut Natuna) sangat strategis
dalam lebih mendorong pengembangan kawasan.
SEDANG BERKEMBANG
TELAH BERKEMBANG
PENGEMBANGAN BARU
10
satu atau lebih kota besar sebagai pusat dalam keterkaitan ekonomi dan sosial, dan
mempunyai kegiatan ekonomi jasa dan industri yang beragam. Didalam RTRWN telah
diidentifikasi 8 kawasan metropolitan yang mempunyai nilai yang sangat strategis dalam
konteks nasional. Ke 8 kawasan metropolitan tersebut adalah Jabodetabekpunjur
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur), Cekungan Bandung
(Bandung, Bandung, Cimahi, dan Sumedang), Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran,
Semarang, Salatiga, Purwadadi), Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto,
Surabaya, Sidoarjo, Lamongan), Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan),
Maminasata (Makassar, Sungguminasa, Takalar), Mebidang (Medan, Binjai, Deli
Serdang), dan Palembang. Dalam penanganan masing-masing kawasan metropolitan
tersebut sangat ditekankan adanya distribusi kegiatan yang serasi didalam kawasan
metropolitan tersebut, tidak terkonsentrasi di kota inti melainkan tersebar di kota-kota
satelitnya sesuai dengan fungsinya, sehingga tercipta hubungan yang sinergis antara kota
inti dengan kota-kota satelitnya. Pada masing-masing kawasan metropolitan tersebut
perlu dikembangkan sistem jaringan jalan yang menghubungkan kota inti dengan kota
satelitnya, dan juga sistem jaringan jalan yang menghubungkan antar kota satelit.
Dengan dikembangkannnya pola jaringan jalan yang demikian interaksi antar sistem
perkotaan dalam kawasan metropolitan dapat terjalin dengan baik dan dapat mendukung
satu sama lain.
Kawasan agropolitan juga didorong pengembangannya sebagai pendukung
terhadap koridor kawasan pengembangan, konfigurasi wilayahnya terdiri dari desa pusat
pertumbuhan dan pelayanan dengan beberapa desa hinterland sebagai pusat produksi.
Jaringan jalan yang ada harus dapat memfasilitasi pergerakan yang berorientasi internal
maupun pergerakan ke arah eksternal untuk kebutuhan pemasaran dan ekspor hasil-hasil
pertanian yang ada. Kawasan ini dapat merupakan backward linkage dari kawasan
Metropolitan dan selanjutnya forward linkage terutama ekspor. Jaringan jalan desa dan
poros desa harus secara langsung terhubung dengan jaringan jalan dengan fungsi yang
lebih tinggi seperti lokal primer atau kolektor primer sebagaimana diilustrasikan pada
Gambar 5. Dengan demikian, kawasan agropolitan dapat menjadi embrio bagi
munculnya kota-kota berbasis agro yang lebih tertata di masa yang akan datang.
Sesuai dengan Kerangka Strategis Penataan Ruang Nasional (Gambar 2),
pengembangan jaringan jalan perlu disesuaikan dan diselaraskan dengan fungsi yang
diemban dan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dibutuhkan, yaitu:
Untuk jalur-jalur strategis secara ekonomi seperti pada koridor pantai timur Sumatera
dan pantai utara P. Jawa perlu dikembangkan jaringan jalan berupa jalan arteri
primer dengan klasifikasi bebas hambatan yang dapat berupa jalan tol guna
mendukung koridor kawasan pengembangan yang ada.
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
11
Untuk jaringan jalan yang dimaksudkan sebagai upaya pemantapan teritorial NKRI,
karena belum membutuhkan tingkat pelayanan yang terlalu tinggi, jenis jalan yang
dapat dikembangkan cukup diawali sebagai jalan sedang ke bawah.
Selain rencana tata ruang yang dapat menjadi alat atau piranti bagi penentuan
investasi bidang jalan, hal lain yang dikembangkan adalah penggunaan piranti insentif
disinsentif yang ditujukan untuk mendorong investasi yang sesuai dengan rencana tata
ruang, dan sebaliknya menghambat investasi yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang termasuk untuk investasi di bidang jalan. Piranti lain yang juga sangat penting
dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang adalah pengenaan sanksi, yang dapat
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
12
berupa sanksi administratif dan pidana bagi pelanggar rencana tata ruang, termasuk
pembangunan jalan yang tidak mengacu pada rencana tata ruang.
E.
PENUTUP
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
13
Daftar Pustaka:
1. Dardak, Hermanto (2005). Revitalisasi Penataan Ruang Untuk Mewujudkan Ruang
Nusantara yang Nyaman, Produktif, dan Berkelanjutan, dalam Penataan
Ruang untuk Kesejahteraan Masyarakat, Luthfi Pattimura (Ed.). LSKPI Press,
Jakarta.
2. Departemen Pekerjaan Umum (2005). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
51/PRT/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun
2005-2009. 7 Maret 2005, Jakarta.
3. Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2003). Sejarah Penataan Ruang Indonesia.
Citra Kreasi, Jakarta.
4. Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006). Rancangan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Januari
2006.
5. Republik Indonesia (1997). Peraturan Pemerintah No. 47/1997 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
6. Sutami (1978). Ilmu Wilayah: Beberapa Pemikiran untuk Pembangunan Nasional.
Manuskrip.
7. Transport Research Laboratory (1988). Overseas Road Note 5: A guide to road
project appraisal. Overseas Unit TRRL, Crowthorne, Berkshire, United
Kingdom.
Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan
14