Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Setiap harinya terjadi kasus-kasus kriminal diantara masyarakat, semua hal
tersebut
Umumnya hal ini dapat diketahui jika pihak yang berwajib melayangkan surat
permintaan visum korban untuk diautopsi. Pihak yang berhak melayangkan surat
permintaan visum adalah pihak penyidik (dengan syarat dan ketentuan yang berlaku).
Dari hasil visum tersebut dapat diketahui apakah meninggalnya korban merupakan
suatu hal yang ia inginkan sendiri atau dibunuh oleh orang lain. Pada pemeriksaan
autopsi yang hanya boleh dilakukan oleh ahli forensik ini, akan dilakukan
pemeriksaan luar dan dalam, juga laboratorium. Pemeriksaan laboratorium
diantaranya ialah toksikologi, dimana diperiksa kadar racun yang dalam dosis tertentu
dapat mematikan seseorang. Setelah selesai semuanya hasil-hasil tersebut akan
dirangkum dalam sebuah visum dan diserahkan kepada penyidik yang berhak atas
hasil visum tersebut. 1
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Medis
Korban 1
Pemeriksaan Luar
1. Label mayat: 2. Tutup mayat: 3. Bungkus mayat: 4. Pakaian: 5. Perhiasan: Tidak ditemukan
6. Benda di samping mayat:
7. Tanda kematian:
Lebam mayat
Kaku mayat
Suhu tubuh
Pembusukan
8. Identifikasi umum:
Bangsa : -
Ras : -
Umur : -
Warna Kulit : -
Keadaan gizi : -
Tinggi badan : -
Berat badan : -
9. Identifikasi khusus
Tattoo : -
Jaringan parut : -
Anomali : -
10. Pemeriksaan rambut: 11. Pemeriksaan mata: 12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung: 13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut: 14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan: 15. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan :
Letak luka: Tidak ditemukan luka-luka
Jenis luka: Tidak ditemukan luka-luka
Arah luka: Tidak ditemukan luka-luka
Tepi luka: Tidak ditemukan luka-luka
Sudut luka: Tidak ditemukan luka-luka
Dasar luka: Tidak ditemukan luka-luka
Ukuran luka: Tidak ditemukan luka-luka
16. Pemeriksaan terhadap patah tulang: Pemeriksaan Dalam
1. Lidah
:2. Tonsil
:3. Kerongkongan
:4. Batang tenggorok
:5. Rawan gondok
:6. Arteria karotis interna : 7. Kelenjar timus
:8. Paru-paru
:9. Jantung
:10. Aorta thorakalis
11. Aorta abdominalis
12. Ginjal
16. Otak besar, otak kecil, dan batang otak : 17. Alat kelamin dalam
Korban 2
Pemeriksaan Luar
17. Label mayat: 18. Tutup mayat: 19. Bungkus mayat: 20. Pakaian: 21. Perhiasan: Tidak ditemukan
22. Benda di samping mayat:
23. Tanda kematian:
Lebam mayat
Kaku mayat
Suhu tubuh
Pembusukan
Bangsa : -
Ras : -
Umur : -
Warna Kulit : -
Keadaan gizi : -
Tinggi badan : -
Berat badan : -
Tattoo : -
Jaringan parut : -
Anomali : -
26. Pemeriksaan rambut: 27. Pemeriksaan mata: 28. Pemeriksaan daun telinga dan hidung: 29. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut: 30. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan: 31. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan :
Letak luka: Tidak ditemukan luka-luka
Jenis luka: Tidak ditemukan luka-luka
Arah luka: Tidak ditemukan luka-luka
Tepi luka: Tidak ditemukan luka-luka
Sudut luka: Tidak ditemukan luka-luka
Dasar luka: Tidak ditemukan luka-luka
Ukuran luka: Tidak ditemukan luka-luka
32. Pemeriksaan terhadap patah tulang: Pemeriksaan Dalam
18. Lidah
:19. Tonsil
:20. Kerongkongan
:21. Batang tenggorok
:22. Rawan gondok
:23. Arteria karotis interna : 24. Kelenjar timus
:25. Paru-paru
:26. Jantung
:27. Aorta thorakalis
28. Aorta abdominalis
29. Ginjal
33. Otak besar, otak kecil, dan batang otak : 34. Alat kelamin dalam
Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanos (yang berhubungan dengan kematian) dan
logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang
mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang
mempengaruhi perubahan tersebut.2
Kematian itu sendiri memiliki definisi sebagai suatu berakhirnya proses
kehidupan seluruh tubuh yang prosesnya dapat dikenali secara klinis dengan ada nya
tanda kematian berupa perubahan pada tubuh mayat.
Dalam tanatologi dikenal beberapa jenis-jenis kematian, yaitu antara lain:
-
Mati suri
Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent death) adalah
terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan oleh alat kedokteran
sederhana.Dengan alat kedokteran yang canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga
sistem tersebut masih berfungsi.Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan
obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.
Mati seluler
Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis.Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.Pengertian
ini penting dalam transplantasi organ.
-
Mati serebral
Kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali batang otak dan serebelum,
sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih
berfungsi dengan bantuan alat.
energi. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,
aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Dapat dibuktikan dengan
memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,
dimulai dari bagian luar tubuh ke arah dalam. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam
urutan yang sama. Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah
aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otototot kecil dan suhu lingkungan tinggi. Dapat digunakan untuk menunjukkan tanda
pasti kematian dan memperkirakan saat kematian. Terdapat kekakuan pada mayat
yang menyerupai kaku mayat :
a. Cadaveric spasm (instantaneous rigor). Kekakuan otot yang
terjadi pada saat kematian dan menetap. Merupakan kaku
mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa
didahului oleh relaksasi primer.
b. Heat stiffening, kekakuan otot akibat koagulasi protein otot
oleh panas. Dapat ditemukan pada korban mati terbakar.
c. Cold stiffening, kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin
sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh termasuk cairan
sendi.
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis).
Terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih
dingin, melalui cari radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi.
4. Pembusukan (decomposition, putrefaction).
Proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis
adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril.
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan
bakteri serta terletak dekat dinding perut. Secara bertajhap warna kehijauan ini akan
menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busuk pun mulai tercium. Pembuluih
darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman.
Pembentukan gas mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan
dari mulut dan hidung. Rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah dilepas,
wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi
tembem, bibir tebal, lidah membengkak, dan sering terjulur di antara gigi. Mayat yang
terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan yang terdapat
dalam air atau dalam tanah.
5. Adiposera atau lilin mayat.
Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak, atau berminyak, berbau tengik
yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Terdiri dari asam-asam lemak
tak jenuh yang terbentuk oleh hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenasi sehingga
terbentuk asalam lemak jenuh pasca mati. Dapat terbentuk di sembarang lemak tubuh,
bahkan di dalam hati, tapi yang pertama kali terkena adalah lemak superfisial.
Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga
bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian masih
dimungkinkan.
6. Mummifikasi.
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan
jadi berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak
memusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.
Traumatologi Forensik
Traumatologi forensik adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera
serta hubungannya dengan berbagi kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksud
dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat
kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebab, kekerasan dapat dibedakan atas
kekerasan yang bersifat mekanik (kekerasan oleh benda tajam, benda tumpul, dan
tembakan senjata api), fisika (suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara,
akustik, dan radiasi), dan kimia (asam atau basa kuat).2
Benda yang memiliki permukaan tumpul mengakibatkan luka yang dapat
menimbulkan memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi), dan luka
terbuka/ robek (vulnus laseratum).
Memar adalah suatu pendarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat
pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka
memar kadangkala memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebab, misalnya jejas
ban yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal haemorrhage). Letak,
bentuk, dan luas luka memmar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya
kekerasab, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan
(jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit,
kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskular, ditesis
hemoragik).
Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak benturan,
misalnya kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebra atau
kekerasan benda tumpul pada paha dengan patah tulang paha menimbulkan hematom
pada sisi luar tungkai bawah. Secara kasar, perubahan warna dapat menentukan umur
luka. Pada saat timbul, memar berwarna merah kemudian berubah menjadi ungu atau
hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah
menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai
15 hari.
Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan
hal yang penting apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi.
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan
menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat
dibedakan dari lebam mayat dengan melakukan penyayatan kulit.
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing misalnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut
yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Sesuai dengan mekabisme terjadinya,
luka lecet dapat di klasifikasikan sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut
(graze), luka lecet tekan (impression, impact abrasion), dan luka lecet geser (friction
abrasion).
Luka lecet gores, diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang
menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya
dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah
kekerasan yang terjadi.
Luka lecet serut, variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya
dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.
Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit.
Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku
dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan
yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati.
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang
menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui,
maka akan terjadi robekan pada kulit. Mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya
tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua
tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar
di sisi luka.2
Pada cedera kepala, tulang tengkorak tidak terlindungi oleh kulit mampu
menahan benturan sampai40 pound/inch2, tetapi terlindungi oleh kulit maka dapat
menahan sampai 425 900 pound/inch2. Cedera kepala dapat mengkibatkan kelainan
pada kulit kepala dan patah tulang tengkorak, perdarahan dalam rongga tengkorak
berupa perdarahan epidural, subdural dan subarakhnoid, kerusakan selaput otak dan
jaringan otak.
Perdarahan epidural sering terjadi pada usia dewasa sampai usia pertengahan
dan sering dijumpai pada kekerasan benda tumpul di daerah pelipis dan belakang
kepala. Tapi perdarahan epidural tidak selalu disertai patah tulang. Perdarahan
subdural terjadi karena robeknya sinus, vena jembatan (bridging vein), arteri basilaris
atau berasal dari perdarahan subarakhnoid. Perdarahan subarakhonoid biasanya
berasal dari fokus kontusio/laserasi jaringan otak.
Pemeriksaan Laboratorium
Selain pemeriksaan diatas juga dapat dilakukan beberapa pemeriksaan tambahan
yang dapat membantu menunjang penyelidikan yang dilakukan sesuai dengan indikasi
yang dibutuhkan.
Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan histopatologi, toksikologi,
serologi, dan DNA, parasitologi, mikrobiologi, balisitik, sidik jari, uji material,
rambut, serat textile, biologi, dan lain-lain.
Berdasarkan keperntingan visum, maka yang akan diuji berdasarkan kasus ini
adalah pemeriksaan darah sederhana dan lebih mengutamakan ke pemeriksaan
toksikologi.
-
Pemeriksaan Darah
Diantara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena
merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan
manusia tertentu. Pemeriksaan darah forensik bertujuan untuk membantu identifikasi
pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP
pada obyek-obyek tertentu. Pada pemeriksaan darah juga dapat ditemukan golongan
darah dari si korban dan adakah penyakit-penyakit tertentu seperti parasit-parasit
dalam darahnya.
- Toksikologi
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun,
gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada
korban yang meninggal.
Racun adalah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang
dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan
kematian.
Berdasarkan sumber, dapat dibagi menjadi racun yang berasal dari tumbuhtumbuhan; opium (dari Papaver somniferum), kokain, kurare, aflatoksin (dari
Aspergilus niger), berasal dari herwan; bisa/toksin ular/ laba-laba/ hewan laut,
mineral; arsen, timah hitam atau sintetik : heroin.
Berdasarkan tempat dimana ia berada, racun dapat dibagi menjadi racun yang
terdapat di alam bebas, misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah
tangga; misalnya deterjen, desinfektan, insektisida, pembersih (cleaners). Racun yang
digunakan dalam pertanian, misalnya; insektisida, herbisida, pestisida. Racun yang
digunakan dalam industri dan laboratorium, misalnya asam dan basa kuat, logam
berat. Racun yang terdapat dalam makanan, misalnya sianida (CN) dalam singkong,
toksin bitulinus, bahan pengawet, zat aditif serta racun dalam bentuk obat, misalnya
hipnotik, sedatif,dll. Dapat pula pembagian racun berdasarkan organ tubuh yang
dipengaruhi, misalnya racun yang bersifat hepatotoksik, nefrotoksik.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan. Antaranya:
1. Cara masuk
Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk lain,
berturut-turut ialah intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan, peroral, dan
paling lambat ialah melalui kulit yang sehat.
2. Umur
Kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu, orang tua, dan anak-anak lebih sensitif,
misalnya pada barbiturat. Bayi prematur lebih erntan terhadap obat karena eksresi
melalui ginjal belum sempurna dan aktifitas mikrosom dalam hati belum cukup.
3. Kondisi tubuh
Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah mengalami keracunan. Pada
penderita demam dan penyakit lambung, absorpsi dapat terjadi dengan lambat. Bentuk
fisik dan kondisi fisik misalnya: lambung berisi atau kosong.
4. Kebiasaan
Sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin, sebab dapat terjadi
toleransi, tetapi toleransi tidak dapat menetap, jika pada suatu ketika dihentikan, maka
toleransi akan menurun lagi.
- Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari
ante mortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang
diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.
Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari
tangan jenazah untuk permeriksaan sidik jari, misalnya melakukan pembungkusan
kedua tangan jenazah dengan kantung plastik.
Pemeriksaan di Tempat Kejadian
Pemeriksaan di TKP penting untuk membantu penentuan penyebab kematian dan
menentukan cara kematian. Pemeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah
mungkin orang itu mati akibat keracunan, misalnya dengan memeriksa tempat obat.
Apakah ada sisa obat atau pembungkusnya. Jika diduga korban adalah seorang
morfinis, cari bubuk heroin, pembungkusnya, atau alat penyuntik.
Bila terdapat muntahan apakah berbau fosfor, (bau bawang putih); bagaimana sifat
muntahan, misalnya: seperti bubuk kopi (zat kaustik), berwarna hitam (H 2SO4 pekat),
kuning (HNO3), biru kehijauan (CuSO4). Apakah terdapat gelas atau alat minum lain,
atau ada surat perpisahan atau peninggalan jika merupaka kasus bunuh diri. 2
- Mengumpulkan keterangan
Sebanyak mungkin tentang saat kematian, kapa terakhir kali ditemukan dalam
keadaan sehat, sebelum kejadian ini apakah korban baik-baik saja. Berapa lama gejala
timbul setelah makan atau minum terakhir, dan apa gejala-gejalanya. Bila sebelumnya
sudah sakit, apa penyakitnya? Dan obat-obat apa yang diberikan serta siapa yang
memberi. Harus ditanyakan pada dokter yang memberi obat, apa penyakitnya, obat
apa yang diberiksan, dan berapa banyak, juga ditanyakan apotik memberikan obat
yang sesuai. Obat yang tersisa dihitung jumlahnya.
Pada kasus kecelakaan, misalnya pada anak-anak, tanyakan dimana zat beracun
disimpan, apakah didekat makanan-minuman? Bagaimana keadaan emosi korban
tersebut dan apakah pekerjaan korban, sebab mungkin saja racunnya diambil dari
tempat ia bekerja atau mengalami industrial poisoning.
Interpretasi Temuan
Telah ditemukan pasangan suami isteri tiduran di tempat tidur dan dalam
keadaan mati. Tidak ada tanda-tanda perkelahian di ruang tersebut. Dari pengamatan
sementara tidak ditemukan luka-luka pada kedua mayat dan tidak ada barang yang
hilang.
Laporan Hasil Pemeriksaan
Sebab kematian, cara kematian, dan mekanisme kematian
1) Sebab mati
: penyakit atau cedera/luka yang bertanggung jawab
atas terjadinya kematian. Pada kasus ini, jenazah meninggal dengan
sebab kematian
2) Cara kematian : macam kejadian yang menimbulkan penyebab
kematian. Wajar bila kematian terjadi sebagai akibat suatu penyakit,
tidak wajar bila kematian terjadi sebagai akibat cedera atau luka, atau
pada seseorang yang semula telah mengidap suatu penyakit kematiannya
dipercepat oleh adanya cedera atau luka. Kematian tidak wajar dapat
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi
temuan dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan
medis terhadap manusia atau bagian dari tubuh manusia atau bagian dari tubuh
manusia, baik yang idup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dari
penyidik yang berwenang yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan
sumpah, untuk kepentingan peradilan.3
Jenis-jenis VeR antara lain dibedakan atas VeR untuk orang hidup dan VeR untuk
jenasah (orang mati). Berikut pembagian jenis-jenis Visum et Repertum, antara lain:3,4
1. Visum et Repertum untuk orang hidup,
Yakni visum yang diberikan untuk korban luka-luka karena kekerasan,
keracunan, perkosaan, atau psikiatri.
2. Visum Jenasah (orang mati),
Yakni dibagi menjadi dua bagian, antara lain:
a. Visum dengan pemeriksaan luar
b. Visum dengan pemeriksaan luar dan dalam
Didalam Visum et Repertum terdiri dari 5 unsur bagian penting, yaitu:
1. Projustitia :
Kata projustitia disini memiliki arti Demi Keadilan, dimana laporan yang dibuat
memiliki fungsi untuk tujuan peradilan. Ditulis dibagian atas dari suatu visum dan
sudah dianggap berfungsi sama dengan materai.
2. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan berisikan mengenai beberapa hal, yaitu
* waktu, dan tempat pemeriksaan
* atas permintaan siapa dan disertakan nomor, tanggal surat
* dokter, pembantu yang memeriksa
* identitas korban
* alasan mengapa diperiksa
3. Pemberitaan
Pada bagian ini merupakan bagian terpenting dari suatu visum et repertum. Pada
bagian ini berisikan mengenai keterangan tentang apa yang dilihat dan diperoleh
serta ditemukansecara objektif dan kemudian dituangkan dalam bagian ini.
Disini dituliskan sebagai Hasil Pemeriksaan.
4. Kesimpulan
Pada bagian ini memuat inti sari dari hasil pemeriksaan,disertai dengan pendapat
dokter yang memeriksa/menyimpulkan kelainan yg terjadi pada korban.
Selain itu pada bagian ini juga dituliskan mengenai jenis luka/cedera yg
ditemukan, jenis kekerasan, derajat luka atau sebab kematian korban.
5. Penutup
Pada bagian penutup tidak diberikan judul, namun memuat pernyataan mengenai
visum et repertum tersebut dibuat berdasarkan atas sumpah dokter menurut
pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Selain itu pula
dicantumkan lembaran negara no. 350 tahun 1937 atau berdasarkan KUHAP.
Tidak lupa pula dicantumkan tanda tangan dan nama terang dokter yang membuat.
Contoh Visum et Repertum
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Jl. Diponegoro No.71, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Telp 021-500135
Lamp. :
Satu
sampul
---------------------------------------------------------------------------Perihal :
Hasil
Pembedahan--------------------------------------------------------------atas
jenazah
Tn.
X
Y-------------------------------------------------------------------------------
tersegel
Pemeriksaan
dan
Ny.
PRO JUSTITIA
Visum Et Repertum
Yang bertandatangan di bawah ini, Afiqah, dokter ahli kedokteran forensik
pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana Jakarta, menerangkan bahawa atas permintaan dari Kepolisian Resort
Jakarta Barat No. Pol.:A/096/VR/XII/95/Serse tertanggal 11 Desember 2015, maka
dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal enam belas Desember tahun dua ribu
lima belas, pukul delapan lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat
bertempat di ruang bedah jenazah Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat
permintaan tersebut adalah:
Nama Korban 1: X----------------------------------------------------------------------Nama Korban 2 : Y----------------------------------------------------------------------Umur Korban 1: ... tahun---------------------------------------------------------------Umur Korban 2: ... tahun --------------------------------------------------------------Jenis Kelamin Korban 1: Laki-laki
Jenis Kelamin Korban 2: Perempuan
Warga negara : Indonesia---------------------------------------------------------------Pekerjaan
:----------------------------------------------------------------------------
Agama
:----------------------------------------------------------------------------
Alamat
:----------------------------------------------------------------------------
Hasil Pemeriksaan
I.
II.
Pemeriksaan luar.
1. Mayat tidak terbungkus.-------------------------------------------------------2. Mayat berpakai sebagai berikut:----------------------------------------------3. Jari--------------------------------------------------------------------------------4. Kaku mayat, lebam mayat-----------------------------------------------------5. Status gizi mayat----------------------------------------------------------------6. Dada------------------------------------------------------------------------------7. Rambut, alis, bulu mata--------------------------------------------------------8. Mata------------------------------------------------------------------------------9. Hidung---------------------------------------------------------------------------10. Mulut, gigi-----------------------------------------------------------------------11. Lubang hidung, telinga, mulut, lubang tubuh lain-------------------------12. Alat kelamin :
13. Pada tubuh tidak terdapat luka-luka :-----------------------------14. Tulang----------------------------------------------------------------------------Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)
15. Iga-----------------------------------------------------------------------------------------16. Jantung
:
------------------------------------------------------------------------------------17. Paru : -----------------18. Lidah-------------------------------------------------------------------------------------
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama
9 tahun.
Pasal 354 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena
melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama 15 tahun.
Prosedur Medikolegal
Kewajiban Dokter Membantu Peradilan4
Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut.
3) dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat
hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian
ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2)
Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter
Pasal 216 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula
barangsiapa
dengan
sengaja
mencegah,
menghalang-halangi
atau
dengan
sengaja
mencegah,
menghalang-halangi
atau
Pasal 1 PP No 10/1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui
oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan
pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.
Pasal 2 PP No 10/1966
Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah
Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pasal 2 PP No 18/1981
Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat
setelah penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat
ditentukan dengan pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga
penderita menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau
masyarakat sekitarnya.
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka
waktu 2 x 24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia
dating ke rumah sakit.
Pasal 14 PP No 18/1981
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi
atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan
dengan persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.
Pasal 17 PP No 18/1981
Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18 PP No 18/1981
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam
semua bentuk ke dan dari luar negeri.
Pasal 19 PP No 18/1981
Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku
untuk keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
Pasal 70 UU Kesehatan
(3) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang
berlaku dalam masyarakat.4