Professional Documents
Culture Documents
BAB I..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
2.1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran adalah kejadian munculnya api yang tidak diinginkan atau tidak pada
tempatnya, dimana kejadian tersebut terbentuk oleh 3 unsur yaitu bahan bakar atau bahan
mudah terbakar, oksigen, dan sumber panas. Kebakaran dapat sangat merugikan bagi
kehidupan. Tidak hanya dapat merugikan dari segi materiil seperti rusaknya suatu barang
atau hancurnya tempat tinggal, kebakaran bahkan juga dapat berakibat hilangnya nyawa
manusia. Kejadian kebakaran dapat terjadi di mana dan kapan saja, salah satunya
bangunan gedung, sehingga diperlukan upaya-upaya pencegahan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghindari dari bahaya yang ditimbulkan dari kejadian kebakaran.
1.3 Tujuan
Makalah ini diharapkan dapat menjelaskan apa itu kebakaran, apa saja yang dapat
menyebabkan kebakaran, jenis-jenis kebakaran serta upaya-upaya apa saja yang dapat
dilakukan dalam menanggulangi kebakaran. Juga dapat menjelaskan secara riil
pelaksanaan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung, sebagai contoh, gedung
apartemen east coast residence.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
yang luas dan juga perumahan perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan
lain lain.
2.1.4 Klasifikasi kebakaran
Klasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih
mudah, cepat dan lebih tepat dalam pemilihan media pemadam yang digunakan
untuk memadamkan kebakaran. Dengan mengacu pada standar (Depnaker,
Traning Material K3 bidang penanggulangan kebakaran :1997:14).
Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004:24) terdapt dua
versi standar klasifikasi jenis kebakaran yang sedikit agak berbeda. Klasifikasi
jenis kebakaran menurut standar inggris yaitu LPC (Loss Prevention
Committee) menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi dalam dua klas A, B, C,
D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Prevention
Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A, B, C, D.
STANDAR AMERIKA (NFPA) STANDAR INGGRIS (LPC)
KELAS JENIS KEBAKARAN KELAS JENIS KEBAKARAN
A. Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil, plastik dan
sejenisnya
B .Bahan cair dan gas, seperti bensin, solar, minyak tanah, aspal, gemuk alkohol
gas alam, gas LPG dan sejenisnya
C. Peralatan listrik yang bertegangan
C. Bahan gas, seperti gas alam, gas LPG
D. Bahan logam, seperti Magnesium, aluminium, kalsiun dan lain lain D
Bahan logam, seperti magnesium, aluminium, kalsium dan lain lain
E . Peralatan listrik yang bertegangan
Sumber : Departemen tenaga kerja dan transmigrasi RI, 2001
Sedangkan Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan
menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No.Per.04/MEN/1980 yang
pembagiannya adalah sebagai berikut :
a. Kelas A :
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan
sendirinya, kebakaran kelas A ini akibat panas yang datang dari luar, molekul
molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas lainlah yang terbakar,
hal kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak
molekul molekul dan menimbulkan gas akan terbakar.
Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir
dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.
b. Kelas B :
Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan sendirinya diatas cairan
pada umunya terdapat gas, dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar
cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan meninbulkan
kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api
ketempat lain.
c. Kelas C :
Kebanyakkan pada peralatan listrik yang bertegangan, yang mana sebenarnya
kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A dan kelas B atau kombinasi dimana ada
aliran listrik.
Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu tidak
menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari
aliran listrik.
d. Kelas D :
Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium, sodium. Lithium, dan
potassium. Pada kebakaran jenis ini perlu dengan alat atau media khusus untuk
memadamkannya.
2.1.5 Aspek bahaya dan akibat dari kebakaran
Peristiwa kebakaran adalah kejadian yang sangat merugikan bagi manusia
secara individual, kelompok sosial, maupun negara. Secara keseluruhan
kerugian dapat berupa korban manusia, kerugian harta benda ekonomi maupun
dampak sosial. (Depertemen Tenaga Kerja, 1997).
Peristiwa kebakaran yang terjadi dapat menimbulkan beberapa bahaya, antara
lain :
1. Bahaya radiasi panas
Pada saat terjadi kebakaran, panas yang ditimbulkannya merambat dengan cara
radiasi, sehingga benda benda sekelilingnya menjadi panas, akibatnya benda
tersebut akan menyala jika titik nyalanya terlampaui. Untuk menghindari hal
tersebut, upaya pendinginan harus dilakukan saat proses pemadaman.
2. Bahaya ledakan
Bahaya ledakan dapat terjadi saat kebakaran, diantara bahan yang terbakar dan
mudah meledak, misalnya terdapat tabung gas bertekanan. Pada saat
pemadaman, harus diupayakan agar selalu waspada akan bahaya ledakan yang
mungkin terjadi.
3. Bahaya asap
Suatu peritiwa kebakaran akan selalu menimbulkan asap yang ketebalannya
tergantung dari jenis bahan yang terbakar dan temperatur kebakaran tersebut.
Adapun bahaya akibat asap antara lain :
a. Pada suatu ruangan tertutup, ketebalan asap akan mengganggu pandangan
yang berakibat kehilangan arah saat penyelamatan diri dan tertutupnya tanda
arah keluar sehingga orang tersebut terjebak dalam kebakaran.
b. Keberadaan asap akan mengurangi konsentrasi, oksigen diudara, sehingga
akan mengganggu pernapasan.
4. Bahaya gas
Adanya gas berbahaya dan beracun sebagai produk pembakaran, bahan kimia,
atau bahan lainnya harus diwaspadai. Gas tersebut dapat menyebabkan iritasi,
sesak napas, bahkan menimbulkan racun yang mematikan sebagaimana
dinyatakan oleh Colling (1990) bahwa Gas beracun yang biasanya dihasilkan
oleh proses kebakaran yaitu HCN, NO, NH, HCl, dan lain lain. Gas beracun
tersebut dapat meracuni paru paru dan menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan dan mata. Sedangkan gas lain yang beracun, seperti CO dan HS
dapat mengurangi kadar oksigen diudara. Pada keadaan normal, kadar oksigen
diudara sekitar 21 %, kadar oksigen diudara akan berkurang pada saat terjadi
kebakaran karena oksigen diudara kurang dari 16 %, orang akan lemas dan
tidak dapat mengenali bahaya yang ada disekitarnya. Sedangkan pada kadar 12
% orang tidak akan bertahan hidup.
10
11
mungkin diperlukan.
3. Lokasi kebakaran
Usaha pemadaman harus memperhatikan lokasinya, apakah kebakaran yang
terjadi terletak di rumah yang saling berdekatan atau dipusat pertokoan. Untuk
tidak meluasnya kebakaran harus diusahakan untuk memadamkan sumber
apinya terlebih dahulu agar tidak menjalar, dan diusahan agar kerugian harta
benda dapat ditekan sekecil mungkin.
4. Bahaya lain yang mungkin terjadi
Setiap usaha pemadaman kebakaran harus tetap memperhatikan faktor
faktor keselamatan. Baik keselamatan petugas pemadam maupun keselamatan
korban. Terutama anak anak, wanita, atau lansia. Bila terdapat korban yang
terkurung bahaya api harus segera ditolong misalnya dengan cara merusak
dinding ruangan, merusak langit langit, dan sebagainya. Oleh karena itu
peralatan berupa kampak, linggis, perlu disiapkan sebelumnya.
Dan harus memperhitungkan juga bahaya bahaya lain yang dapat
menimbulkan jatuh korban.
2.2.3.2 Jenis Media Pemadaman Kebakaran
Menurut Depnaker dalam bukunya Training Material K3 Bidang
Penanggulangan Kebakaran, adalah Dalam mengenal berbagai jenis
media pemadam kebakaran dimaksudkan agar dapat menentukan jenis
media yang tepat, sehingga dapat memadamkan kebakaran secara
efektif, efisien, dan aman. Dari bentuk fisiknya media pemadam
kebakaran ada 5 jenis yaitu :
1. Air
2. Busa
3. Serbuk kimia kering
4. Kabon dioksida (CO)
5. Halon
Dalam media pemadaman kebakaran mempunyai beberapa jenis atau
karakteristik dalam memadamkan api, dan juga mempunyai
keunggulan untuk klas tertentu dan mungkin dapat berbahaya untuk
12
13
14
15
16
17
18
19
20
mudah terbakar.
Menurut Departemen Tenaga Kerja dalam Training Material K3 Bidang
Penanggulangan Kebakaran, 1997. Penempatan dan pemasangan detektor gas
harus memenuhi syarat syarat berikut :
Detektor gas harus biasa mendeteksi satu atau lebih gas yang dihasilkan
oleh suatu kebakaran.
Detektor gas harus mampu juga mendeteksi gas yang mudah terbakar.
Penempatan detektor harus sesuai dengan fungsi ruangan.
Penempatan dan jarak pemasangan detektor gas harus disesuaikan dengan
bentuk dan permukaan langit langit, tinggi langit langit, dipasang sesuai
dengan kemungkinan adanya sumber bahaya, sistem ventilasi.
Penempatan pada atap yang datar detektor gas tidak boleh dipasang kurang
dari 10 cm terhadap dinding dan jarak dari langit langit tidak boleh lebih
dari 50 cm.
Pada setiap luas 92 m dengan tinggi langit langit 3 m harus dipasang
sekurang kurangnya 1 buah detektor gas.
Jarak antara detektor gas maksimum 12 m.
Jumlah detektor untuk setiap zona harus dibatasi maksimum 20 buah alat
detektor gas.
Dalam hal adanya saluran udara AC, maka detektor gas harus dipasang pada
dekat lubang udara balik kurang dari 1,5 m.
Detektor gas tidak boleh dipasang pada ruangan yang mempunyai
temperatur lebih dari 38C atau dibawah 0C, kecuali untuk detektor gas yang
mempunyai spesifikasi temperatur yang sesuai.
Untuk gas yang lebih berat dari udara, jarak maksimum secara mendatar
adalah 4 m dari kemungkinan timbulnya kebocoran gas, dan tinggi maksimum
dari lantai adalah 30 cm.
B. Alarm Kebakaran
Alarm kabakaran adalah komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau
tanda adanya suatu kebakaran yang dapat berupa :
a. Alarm kebakaran yang memberikan tanda / isyarat berupa bunyi khusus
(Audible Alarm).
21
22
putih.
2. Kotak hydrant mudah dibuka.
3. Panjang maksimal slang 30 cm dan dalam keadaan baik yaitu tidak
membelit bila ditarik.
4. Pipa pemancar (nozzle) terpasang pada slang.
C. Sprinkler
Adalah alat yang bekerja otomatis memancarkan air kesegala arah
untuk memadamkan kebakaran dalam suatu ruangan.
Dan sumber lain menyebutkan bahwa Sprinkler adalah instalasi
pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk melindungi
bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara otomatik
memancarkan air, apabila alat tersebut terkena panas pada temperatur
tertentu.
2.4.6.3 Sarana penyelamat jiwa
Upaya penyelamatan jiwa (evakuasi) saat terjadi kebakaran dalam
gedung atau bangunan industri dapat berjalan lancar, suatu bangunan
dan gedung harus mempunyai beberapa hal sebagai berikut :
A. Rute evakuasi
Adalah sarana penyelamatan dari daerah kebakaran ketempat aman
atau daerah yang aman, baik secara vertikal maupun horizontal, yang
dapat berupa pintu, tangga, koridor, jalan keluar atau kombinasi dari
komponen komponen tersebut.
Ada tiga (3) tipe rute penyelamat diri yang dapat digunakan untuk
melarikan diri dari bahaya kebakaran yaitu :
Langsung menuju tempat terbuka
Melalui koridor atau gang
Melalui terowongan atau tangga kedap asap / api.
Syarat syarat rute evakuasi, yaitu :
Rute evakuasi harus bebas dari barang barang yang dapat
mengganggu kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.
Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman
sementara dari bahaya api, asap dan gas. Dalam penempatan pintu
keluar darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja
23
24
25
BAB III
STUDI KASUS
26
lantai. Apartemen EastCoast Residence memiliki 1 lantai basement, 10 lantai tipikal dan
masing-masing 2 lantai tambahan berjumlah 4 kamar pada Tower Saphire dan Amethys
serta tambahan 6 lantai pada Tower Topaz. Masing-masing rincian total luas daerah
perencanaan adalah sebagai berikut (untuk Tower Saphire dan Tower Amethys)
12318,925
Tower Saphire
m2
12318,925
Tower Amethys
m2
Club house
Parkir lower
650,740 m2
6910,690
ground
=
m2
Pembagian tower Apartemen EastCoast Residence dapat dilihat pada Gambar berikut
27
Tipe 1 BR
50
47
Tipe 2 BR
160
152
Tipe 3 BR
48
46
Jumlah
258
245
Sehingga jumlah ruang saniter di Tower Saphire dan Amethys dapat diketahui pada Tabel
2 berikut ini.
Tabel 2 Jumlah Ruang Saniter Tower Saphire dan Amethys
Tipe Hunian
Tipe 1 BR
50
47
Tipe 2 BR
160
152
Tipe 3 BR
48
46
Commercial Area
13
Jumlah
258
258
28
3.2 Pembahasan
Sistem pemadam yang dipakai pada apartemen east coast residence adalah Sistem
addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung bertingkat,
semisal hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan
sistem konvensional adalah dalam hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector
memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik
kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi
berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya
menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector
mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector,
bahkan terkadang lebih.
Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang
disebut dengan Monitor Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu beberapa
detector , (istilahnya semi addressable). Sedangkan addressable detector adalah detector
konvensional yang memiliki module yang built-in. Apabila detector konvensional akan
dijadikan addressable, maka dia harus dihubungkan dulu ke monitor module yang
terpisah seperti pada contoh di bawah ini:
Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch, alamat module detector dapat
ditentukan secara berurutan, misalnya dari 001 sampai dengan 127.
29
Ketika terjadi hubungan arus pendek, kebocoran gas, atau panas. Alarm akan berbunyi,
ruang control room akan memerintahkan security untuk menuju lokasi tempat timbulnya
alarm. Hal ini untuk mencegah apabila yang terjadi hanya false alarm. Apabila saat di
lokasi detector yang berbunyi memang terjadi kebakaran. Maka pihak apartemen akan
segera memadamkan api dengan APAR yang tersedia di sekitar ruangan. Karena berada
pada apartemen, maka karang digunakan sprinkler didalam ruangan karena dapat
merusak perabotan yang ada.
Terdapat 2 jenis pompa yang digunakan saat terjadi kebakaran di apartemen east coast
residence yaitu :
Electric Pump
Jenis
: Hydropac
Merek
: Grundfos
Tipe
: CR 32-4-2/96121956
Kapasitas
: 30 m3/jam
Head
: 50,8 m
Jockey Pump
Jenis
Tipe
: EVM 8 11 N/4.0
30
Kapasitas
: 200lpm
Head : 80m
Shaff seal
: Mechanical Seal
Jumlah : 1 buah
Komponen pemadam kebakaran apartemen east coast residence baik didalam maupun
diluar gedung
Dalam gedung:
1. Fire hose reel yang ada di dalam kotak hidran (Indoor Hydrant Box)
3. Sprinkler
31
Luar gedung:
1. Pillar hydrant
2. Outdoor Hydrant Box
3. Siamese Connection
Menggunakan pipa blacksteel
Berdasarkan ketentuan struktur utama bangunan terhadap api, apartemen
harus tahan api minimal 2 jam. Jumlah pemakaian hidran kebakaran 1 buah
per 1000 m2 luasan.
32
3.3 Wawancara
A. Topik Wawancara
Sistem Penanggulangan kebakaran apartemen East Coast residence
B. Waktu dan tempat kejadian
Acara ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal
: Rabu, 7 Desember 2016
Pukul
: 11.00 s/d selesai
Tempat
: Kantor Mechanical Enginering apartemen East Coast
: residence
C. Laporan Hasil Wawancara
Narasumber
: Bambang Siswanto selaku Chief Enginering
Pewawancara
: Rafael Dani Kusuma
Juru foto & rekam
: Arya Javas Bimantara
Juru tulis
: Rumagia Bangun Setiawan
D. Hasil wawancara
Pada hari Rabu, 07 Desember 2016, pukul 11.00 kami datang ke apartemen East Coast
Residence. Kesan pertama kai datang ke tempat ini adalah nyaman dan sejuk ruangan
ber-AC. Tentu saja kami langsung bertemu dengan Chief Enginering gedung yang
bernama bapak Bambang Siswanto dan meminta izin untuk mewawancarainya. Bapak
Bambang bersikap sangat baik dan terbuka, sehingga wawancara berjalan dengan baik
dan lancar.
33
Bentuk wawancara
P
: Apakah apartemen East Cost residence memiliki kebijakan berkaitan dengan
N
P
penanggulanga kebakaran ?
: Tentu saja ada
: Apa saja sistem pemadam kebakaran yang ada di apartemen East Coast
residence ?
: sistem yang digunakan pada apartemen ini adalah sistem semi adressable,
jadi pada tiap titik dari detector kebakaran meiliki alamat sendiri-sendiri, jadi
P
N
P
dari PDAM ?
: Tidak, pada setiap gedung harus memiliki persediaan air sendiri yang khusus
digunakan saat kebakaran terjadi, dimana volume nya harus dapat memenuhi
seluruh area gedung. Air ini nantinya akan di pompa dan disalurkan pada pipa-
P
N
pipa yang terhubung dengan outlet air pada titik detector kebakaran.
: Bagaimana tentang perawatansistem pemadam ini ?
: Pemeliharaan dilakukan 4 bulan sekali, ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya kerusakan pada alat pemadam, tentu saja kita tidak mau terjadi
penanggulangan kebakaran ?
: ya tentu, selain memberikan penyuluhan-penyuluhan pada penghuni
apartemen, kami juga melakukan latihan evakuasi saat terjadi kebakaran, ini
dimaksudkan agar saat terjadi kebakaran para penghuni tidak panik dan malah
membahayakan diri sendiri lebih-lebih orang lain
34
Bab 4
Kesimpulan
Sistem pemadam kebakaran pada apartemen east coast residence adalah semi addressable
dengan komponen-komponen pemadam kebakaran yang tersedia didalam maupun diluar
gedung antara lain :
Dalam gedung:
1. Fire hose reel yang ada di dalam kotak hidran (Indoor Hydrant Box)
2. Portable Fire Extinguisher (PFE)
3. Sprinkler
Luar gedung:
1. Pillar hydrant
2. Outdoor Hydrant Box
3. Siamese Connection
Menggunakan pipa blacksteel
35
LAMPIRAN
36