Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian hibah pasca, baik penelitian yang sudah selesai, maupun penelitian
sedang dilakukan ini, mengacu kepada berbagai referensi yang berhubungan dengan
masing-masing penelitian yang dilakukan. Referensi tersebut pada umumnya diperoleh
dari thesis yang sudah ada atau yang sudah pernah dilakukan dan berhubungan dengan
materi yang dipilih. Selain itu referensi juga diperoleh dari jurnal-jurnal dan berbagai
referensi lain yang mendukung. Berikut adalah tinjauan pustaka yang digunakan sebagai
referensi untuk masing-masing jenis penelitian.
Pegas yang panjang awalnya adalah L0 dengan kekakuan pegas adalah k, jika
diberikan beban sebesar F, maka akan terjadi pertambahan panjang pada pegas sebesar
x (Gambar 2.2). Besarnya pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan besar
gaya yang diberikan dan dapat dirumuskan:
F = k .x
.................................................................................................(2.1)
Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang pada pegas dapat ditunjukkan
pada diagram pegas (Gambar 2.3), pada sumbu horisontal adalah perpindahan (x) dan
sumbu vertikal adalah gaya (F).
Garis a pada Gambar 2.3 adalah karakteristik dari sebuah pegas, garis b adalah
karakteristik suatu pegas yang lebih kaku, dan garis c adalah karakteristik sebuah pegas
yang kekakuannya lebih rendah. Berarti dari Gambar 2.3 dan persamaan (2.1) dapat
dituliskan rumusan kekakuan pegas:
k=
F
x
....................................................................................................(2.2)
a =
v2
vt2 - v02
= t
2.s
2.s
.....................................................................(2.3)
Sebuah benda dengan massa m yang terikat dengan sebuah pegas apabila ditarik
dengan gaya sebesar F = m.a, maka pegas akan memberikan gaya perlawanan yang
sama besarnya dengan gaya F yaitu Fp = k.x, sehingga berlaku hukum kesetimbangan
gaya (Gambar 2.5) yaitu:
F = m.a
...................(2.3)
Fp = m.a
k.x = m.a
Jika besar percepatan yang diinginkan adalah sebesar a dan pertambahan panjang
(displacement) pegas sebesar x, maka besar kekakuan pegas yang dihasilkan adalah:
k=
m . a
x
........................(2.4)
G.d 4
k=
8nD 3
..............................................................................................(2.5)
D = diameter pegas
k = kekakuan pegas
Perbedaan antara pegas tarik dengan pegas tekan terletak pada arah pembebanan
yang terjadi. Pada pegas tekan, arah gaya yang bekerja dalam bentuk kompresi (tekan)
menuju ke dalam pegas, sedangkan pegas tarik arah gaya yang bekerja menuju ke luar
dari pegas (aksial) (Gambar 2.7).
10
Besar tegangan tarik maksimum yang terjadi pada A akibat beban bending dan
beban aksial dapat dirumuskan:
A = F. (K ) A
16D
4
3 +
.d
.d 2
. (2.6)
4C12 + C1 + 1
, dengan
4C1 (C1 + 1)
2.r1
d
..................................................................(2.7)
....................................................(2.8)
Besar tegangan geser maksimum yang terjadi pada titik B diberikan oleh:
A = (K ) B
8F .D
.d 3
........(2.9)
4C 2 + 1
, dengan
4C 2 + 4
2.r2
d
............................................................................(2.10)
......................................................(2.11)
18
Dari Gambar 2.8 dapat dirumuskan hubungan antara beban dengan defleksi:
F = Fi + ky
...........................................................................................(2.12)
......................................(2.13)
G
E
................................................................................(2.14)
Gambar 2.10. Tegangan torsional dan tegangan inisial sebagai fungsi indeks C pegas tarik
19
Dari Gambar 2.10 daerah yang diinginkan (preferred range) dapat ditunjukkan
besar tegangan torsional (uncorrected):
i =
33500
C -3
1000(4 ) psi
exp(0.105 C)
6.5
................................................(2.15)
D
= perbandingan diameter
d
20
tegangan tarik maksimum yang terjadi tidak melebihi tegangan luluh (yield
stress) material pegas:
A
Sy
nA
...............................................................................................(2.16)
Demikian juga analisis pada titik B (Gambar 2.7), tegangan geser maksimum
yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan geser luluh pegas:
( S sy ) B
nB
......................................................................................(2.17)
Dimana:
n A, nB = nilai faktor keamanan (safety factor)
S y = 0.75.S ut ..................................................................................(2.18)
A
dm
..............................................................................................(2.20)
Nilai A dan m diperoleh dari Tabel A1 (Lampiran A) untuk nilai d yang dipilih
atau yang ditentukan.
2.1.5 Tumbukan elastis dua buah benda
Suatu benda bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v, maka besar
momentum benda tersebut dapat dirumuskan:
Momentum = m.v
.................................................................................(2.21)
21
hukum kekekalan momentum yaitu momentum total kondisi awal sama dengan
momentum total kondisi akhir, maka dapat dirumuskan:
m1u1 + m2u 2 = m1v1 + m2v2 ....................................................................(2.22)
Perubahan momentum pada fase pertama (Gambar 2.11a) untuk benda pertama:
M1 = m1(v1 v)
................................................................................(2.23)
Perubahan momentum pada fase kedua (Gambar 2.11b) untuk benda pertama:
M1 = m1(v u1)
...............................................................................(2.24)
Dari persamaan (2.23) dan (2.24) diperoleh kecepatan benda pertama setelah
tumbukan:
v1 = 2.v u 1
.........................................................................................(2.25)
Dengan cara yang sama, maka diperoleh kecepatan benda kedua setelah
tumbukan:
v2 = 2.v u 2
.........................................................................................(2.26)
22
..............................................................(2.27)
Dari persamaan (2.27) dapat dilihat bahwa kecepatan relatif dari kedua
benda sesudah tumbukan adalah sama dan berlawanan terhadap kecepatan relatif
kedua benda sebelum tumbukan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua
benda tidak terjadi tumbukan elastik sempurna karena kecepatan relatif kedua
benda sesudah tumbukan selalu lebih kecil dari kecepatan relatif kedua benda
sebelum tumbukan.
Perbandingan kecepatan relatif benda sesudah tumbukan dengan kecepatan
relatif benda sebelum tumbukan disebut coefisient restitution dan dapat
dirumuskan:
e=
v1 - v 2
v -v
v -v
= 1 2 = 2 1
(u1 - u 2 )
u 2 - u1
u1 - u 2
...................................................(2.28)
vt=v0at ......................................................................................(2.29)
vt2=v022as ...............................................................................(2.30)
Sedangkan jarak yang ditempuh suatu benda yang bergerak dengan kecepatan
awal v0 dengan percepatan a dalam waktu t dapat dirumuskan:
s = v0.t
1 2
at
2
.....................................................................................(2.31)
23
1
Ek= m1 (v'1 ) 2 ....................(2.32)
2
24
yang memiliki
..............................................................(2.33)
m1v1'
m1 + m2
..................................................................................(2.34)
x02 +
v 02
x0 .
2 . sin .t + arctan
v0
25
..................................................(2.35)
Dimana:
x0 = perpindahan awal = 0
v0 = v = kecepatan peluru bersama
helm (m/s)
t = waktu tempuh perpindahan (s)
= kecepatan sudut (rad/s)
k
m
......................................................................................(2.36)
Percepatan yang terjadi pada headform adalah turunan kedua persamaan (2.35),
dan dengan memasukkan nilai x0 = 0, maka:
..
d = a = -v..sin(.t)
............................................................................(2.37)
Besar nilai percepatan maksimum diperoleh jika nilai sin(.t) = -1, sehingga:
a=v. ............................................................................................(2.38)
Besar durasi waktu selama tumbukan dihitung dari rumus:
t=
v - v1 '
.......................................................................................(2.39)
a
d=
v0
sin( t ) ...........................................................................................(2.40)
2.1.9 Screw
Perancangan screw disesuaikan dengan besar beban yang bekerja
padanya. Pada screw akibat beban yang bekerja akan terjadi tegangan-tegangan
26
baik dar tegangan yang paling kecil sampai tegangan kritis. Tegangan-tegangan
yang terjadi dapat dilihat seperti Gambar 2.13 dan terjadi pada titik-titik tertentu.
W
W
.......................................................(2.41)
=
2
Ap (ro - rr2 )n e
s =
( r / 4)
4(Tr - Tcf )
rr3
..............................................(2.42)
Dimana:
Tr = W .rp .
2rp cos - L l
.........................................................(2.42a)
+ Wrc c
dir =
L cos + 2rp l
W
W
=
Ar
.rr2
......................................................................................(2.43)
27
r ,maks =
3W 3
W
3W
=
=
...........................................(2.44)
2 Atr 2 2r r .nc ( p / 2) 2rr p.n e
Mc 12W (rp - rr )
=
I
rr n e p 2
.....................................................................(2.45)
Dimana:
W = beban yang bekerja
ro = radius luar ulir
rr = root radius ulir
ne = jumlah ulir efektif yang bekerja
Tr = Torsi untuk menaikkan beban
Tr = Torsi penahan gesekan
p = pitch ulir
28
pembacaan simpangan pada kertas milimeter blok harus sangat cermat karena
jika terjadi kesalahan kecil pada pembacaan tersebut akan mengakibatkan hasil
uji yang berbeda.
2. Utsman Syah Amrullah ITS tahun 2006 juga telah merancang alat uji impak
helm sepeda motor. Ia mengembangkan alat uji impak berbasis komputer.
Output pengujian disimpan di komputer dan grafik percepatan dapat ditampilkan
secara real time sehingga hasil uji impak dapat langsung di lihat di layar
monitor. Adapun mekanisme kerja alat uji impaknya adalah dengan memasang
helm pada headform. Headform dan helm berada pada ketinggian tertentu yang
diinginkan dengan mengereknya menggunakan tali pengerek. Kemudian tali
pengerek dilepas maka headform akan bergerak jatuh bebas. Saat bergerak jatuh
bebas headform akan melewati sinar inframerah ke-1 dan menghalangi sinar
tersebut. Ketika sinar infra merah terhalang oleh headform, resistensi berubah
menjadi rendah atau voltase tinggi dan berlogika 1. Kemudian dalam selang
beberapa waktu headform akan menghalangi sinar infra merah ke-2, maka sinyal
akan berlogika tinggi (atau 1). Selisih waktu antara pembacaan 1 diolah
mikrokontroler diperoleh nilai kecepatan. Dengan demikian kecepatan headform
sesaat sebelum menumbuk landasan bisa diperoleh.
3. Pada rancang bangun ini digunakan beberapa karya tulis yang mendukung:
4. Dimas Fajri Hendrayana pada tahun 2006 telah menulis didalam karya
ilmiahnya tentang alat uji helm dengan standar Snell Memoriam Fondation
(SMF). Pada alat uji ini telah dirancang dengan memanfaatkan energi jatuh
bebas dari indentor dengan ketinggian tertentu. Adapun jatuhnya indentor ke
benda uji dengan menggunakan mekanisme 2 rel yang berupa sling, sehingga
pengukuran model ini menghasilkan hasil akurasi yang belum baik. Adapun
penyebabnya adalah penyimpangan target penetrasi, selain itu sebelum proses
penetrasi indentor yang digantung tidak boleh goyang sehingga proses pengujian
membutuhkan waktu relatif lama (Gambar 3.6).
5. Pada tahun 2007 produk alat uji penetrasi helm dikembangkan lagi oleh Achmad
Faizin dengan menggunakan standar SII 1651-1985. Pada model ini (Gambar
29
30
31
Rasio E/V
Salah satu definisi dari kekerasan adalah ketahanan suatu material terhadap
penetrasi (Neely dkk, 2003). Ketahanan penetrasi adalah kemampuan untuk menahan
beban penetrasi dan merupakan hubungan antara beban penetrasi dengan deformasi
akibat beban tersebut. Makin besar beban yang diberikan, semakin besar pula deformasi
yang terjadi. Apabila beban yang sama besar diberikan pada dua jenis material yang
berbeda, maka deformasi yang lebih kecil terjadi pada material yang lebih tahan
terhadap beban penetrasi.
32
Berdasarkan hal di atas, ketahanan material terhadap beban penetrasi dapat dilihat dari
perbandingan antara energi penetrasi yang didapatkan dari hukum kekekalan energi
pada sebuah tumbukan dan volume luka hasil penetrasi, yang disebut sebagai Rasio
E/V, yang besarnya:
Pengujian penetrasi dengan energi penetrasi sama besar, dilakukan terhadap dua
jenis material berbeda, dapat menunjukkan bahwa, pada jenis material yang lebih tahan
terhadap beban penetrasi, akan terjadi luka yang lebih kecil, sehingga perbandingan
antara energi penetrasi dengan volume luka, lebih besar.
33
Headform
Jangka Sorong
Dudukan Jangka Sorog
Penggantung
Batang Penggantung
Pegas
Landasan Pegas
Lead Screw
34
Helm diletakkan pada headform dan sabuk dagu diikatkan pada pengikat sabuk dagu
massa awal 23 kg dan catat kemuluran sabuk. Setelah itu beban di jatuhkan sehingga
mencapai total pembebanan 38 kg dan obserfasi kemuluran sabuk tidak boleh lebih dari
30 mm. Alat uji kekuatan sabuk dagu helm menurut Badan Standar Industri Indonesia
(SII 1651-85) yaitu:
35
Gambar 2.20 Alat uji kekuatan sabuk dagu helm menurut SII 1651-85
Gambar 2.21 Alat uji kekuatan sabuk dagu helm (SNI) 1811-2007
36
2g h = m/s. (2.14)
dimana:
v = kecepatan beban jatuh bebas
h = ketinggian jatuhan
g = Gaya grafitasi
37
38
39
Elemen-elemen dasar dari sistem data akuisisi dapat dilihat padagambar 2.12 berikut ini
40
induksi tiap-tiap bagian adalah sama. Saat inti besi bergeser, terjadiperubahan fluk
magnetik sehingga kumparan sekunder yang satu tegangannya akan naik, sedangkan
kumparan sekunder yang lain tegangannya akan turun.
41
(0) ke tinggi (1). Perubahan resistensi ini adalah sinyal digital (data biner) yang
akan diteruskan ke mikrokontroler untuk diolah transportasinya.
Agar
dapat digunakan,
42
2.3.8 Ketidakpastian
Dalam era perdagangan bebas, parameter acceptability suatu produk ditentukan oleh
suatu spesifikasi yang berlaku universal. Kesesuaian terhadap spesifikasi tersebut
ditentukan oleh suatu batas tertentu disekitar nilai yang diinginkan, yang kemudian
disebut
dengan
ketidakpastian.
Perbedaan
metode
penaksiran
ketidakpastian
menyebabkan ditolaknya suatu komoditi ke negara lain yang mempunyai metode yang
berbeda. Untuk mencegah hambatan perdagangan tersebut, beberapa organisasi
internasional sepakat untuk menyusun suatu pedoman yang berlaku universal. Pedoman
tersebut kemudian disebut sebagai ISO GUIDE TO THE EXPRESSION OF
UNCERTAINTY IN MEASUREMENT yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1993.
Tujuan pengukuran adalah menentukan nilai besaran ukur. Hasil pengukuran adalah
taksiran nilai besaran ukur, karena hanya merupakan taksiran maka setiap hasil
pengukuran selalu mengandung kesalahan. Terdapat dua komponen kesalahan yaitu
kesalahan acak dan kesalahan sistematik. Kesalahan acak timbul dari besaran
berpengaruh yang tidak terduga, sedangkan kesalahan sistematik timbul dari besaran
berpengaruh yang dapat diduga berdasarkan model besaran ukur.
Ketidakpastian pengukuran didefinisikan sebagai suatu parameter yang terkait dengan
hasil pengukuran, yang menyatakan sebaran nilai yang secara beralasan dapat diberikan
kepada besaran ukur. Apabila taksiran nilai besaran ukur dinyatakan dengan x, dan
43
dihitung dengan:
teknik evaluasinya,
diklasifikasikan
menjadi
komponen
komponen
ketidakpastian
Tipe-A
dan
komponen
ketidakpastian Tipe-B:
Komponen Ketidakpastian Tipe-A
Ketidakpastian random dapat juga disebut ketidakpastian Tipe A dan diestimasikan dari
analisa statistik pada distribusi kesalahan random.Untuk mendapatkan distribusi
tersebut, diambil sample dengan ukuran N dan dicatat hasil pengukurannya, kemudian
dihitung harga rata-rata dan standar deviasinya dengan menggunakan persamaan
berikut:
44
Oleh karena itu ketidakpastian random hasil pengukuan dapat diestimasikan dari
persamaan sebagai berikut (Coleman & Steele,1999) :
45
dimana :
B = ketidakpastian sistematik hasil pengukuran
r
B =
ik
=Lki
BB1)()(
46
Sehingga dengan batas U , disekitar variable X akan mendapat nilai sebenarnya dari
%
variabel dengan tingkat kepercayaan yang diberikan. Untuk derajat kebebasan v 9 dan
i
tingkat kepercayaan 95%, maka t 2, sehingga persamaan 2.7 dan 2.8 menjadi :
95
2 SSUi+= (2.20)
212295 iB
dan untuk ketidakpastian sistematik B yang merupakan estimasi kepercayaan 95% (2S )
B
()
212295ii
PBU+= (2.21)
47
Suatu manfaat yang penting tentang aplikasi GPS adalah dapat mengurangi beban
kerja karena hanya menggunakan seorang operator untuk memantau daerah yang luas.
2. Reduce uncertainty.
Di daerah lautan yang luas, padang pasir dan hutan rimba, GPS dapat menentukan
posisi secara pasti.
3. Multi-criteria optimisation.
4. Dynamic problem solving.
GPS dapat dengan cepat memberikan posisi suatu objek meskipun objek berpindahpindah secara cepat.
5. Monitoring of primary systems.
6. Multiple input mappings.
GPS dapat digunakan untuk memetakan berbagai macam objek.
7. Multiple output mappings.
48
Suatu isyarat nonstationary dari wicara manusia dapat dilihat pada Gambar 2.29 dengan
panjang gelombang kira-kira 450 msec, sesuai dengan ucapan yang direkam dari kata
"Judge".
Sinyal wicara merupakan sinyal yang bervariasi lambat sebagai fungsi waktu, dalam hal
ini ketika diamati pada durasi yang sangat pendek (5 sampai 100 mili detik)
karakteristiknya masih stasioner. Tetapi bilamana diamati dalam durasi yang lebih
panjang (> 1/5 detik) karakteristik sinyalnya berubah untuk merefleksikan wicara yang
keluar dari pembicara. Gambar 2.30 menunjukkan tiga kondisi dasar sinyal wicara pada
manusia.
Gambar 2.30 Tiga kondisi dasar sinyal wicara manusia (Rabiner & Juang, 1993)
49
Salah satu cara dalam menyajikan sebuah sinyal wicara adalah dengan menampilkannya
dalam tiga kondisi dasar, yaitu silence (S) atau keadaan tenang dimana sinyal wicara
tidak diproduksi. Unvoice (U) dimana vocal cord tidak berfibrasi, dan yang ketiga
adalah voiced (V) dimana vocal cord bervibrasi secara periodik sehingga dapat
menggerakkan udara ke kerongkongan melalui mekanisme akustik sampai keluar mulut
dan menghasilkan sinyal wicara.
Digitization : proses untuk merubah sinyal dalam waktu kontinyu menjadi waktu
diskrit
oleh
suatu
converter
ADC.
Setiap
harus
kontinyu dengan interval waktu yang sama. Persyaratan frekuensi sampling adalah
harus sama dengan atau melebihi 2 kali frekuensi maksimum sinyal yang disampel.
3. Aliasing : konsekwensi yang terjadi sepanjang proses digitisasi karena melanggar
persaratan frekuensi sampling, sehingga menciptakan informasi yang palsu dalam
bentuk frekuensi alias.
4. Quantization : menunjukkan tingkat kesempurnaan dalam proses pengambilan data.
Hal ini berkaitan dengan resolusi yang dimiliki oleh ADC, semakin tinggi resolusi
(jumlah bit) ADC maka semakin sempurna informasi yang di sampling.
Sinyal sinus x(t) = A cos(t +) merupakan contoh sinyal waktu kontinyu. Untuk
proses komputasi, sinyal waktu kontinyu harus dirubah menjadi bentuk waktu diskrit
dan dilanjutkan dengan proses digitalisasi. Untuk memperoleh bentuk sinyal waktu
diskrit, sinyal waktu kontinyu harus di-sampel.
50
Gambar 2.31 Diagram Blok konversi sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit (Rabiner &
Juang, 1993)
Gambar 2.18 merupakan diagram blok konversi sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrit
dimana sekuen x[n] didapakan setelah proses perubahan dari continues to discrete (CtoD). Jika sinyal informasi yang di sample memiliki komponen frekuensi beragam,
misalnya untuk sinyal wicara memungkinkan untuk memiliki frekuensi dari 20 sampai
4000 Hz, maka sinyal informasi tersebut bisa dituliskan sebagai:
(1)
Frekuensi sampling seringkali dikatakan dengan sampling rate, yaitu jumlah sample
yang diambil setiap detik, fs=1/Ts juga dikenal sebagai Nyquist rate, sehingga
persyaratan untuk frekuensi sampling menjadi:
fs > 2x fimax
(2)
Bartek Plichta dkk, 2003, menunjukkan perekaman wicara manusia pada era tahun
1990, dengan frekuensi sampling sebesar 48kHz dan resolusi 16 bit. Gambar 2.19
menunjukkan bentuk gelombang dan spektrum dari Perekaman pembicara wanita
dewasa dengan frekuensi tertinggi mencapai 17kHz.dari suatu ucapan They got to the
mall at exactly ten oclock. Cakupan spektrum adalah 0- 24,000 Hz, sehingga dapat
memperlihatkan keseluruhan tanggapan frekuensi yang dapat didengar oleh manusia,
sebesar 20 Hz 20 kHz.
51
Gambar 2.32 Spektrum suara manusia era tahun 1990, dari suatu ucapanThey got to
the mall at exactly ten oclock.( Bartek Plichta dkk, 2003)
2.4.4 Analog to digital converters (ADC)
Gelombang wicara analog tidak dapat langsung direpresentasikan dalam proses
komputasi. Pengukuran amplitudo dari proses komputasi pada satuan waktu tertentu
untuk menghasilkan sejumlah angka. Tiap satuan pengukuran ini dinamakan sample.
Analog to Digital Converters (ADC) Adalah proses mengubah amplitudo gelombang
bunyi ke dalam interval waktu tertentu, sehingga menghasilkan representasi digital dari
wicara.
Gambar 2.33 merupakan diagram blok dari encoder yang memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Membuang frekuensi tinggi dari source signal
2. Mengambil sample pada interval waktu tertentu (sampling)
52
53
spektral sepanjang daerah huruf hidup/vokal dari tiap digit. Pada tahun 1960 beberapa
gagasan yang pokok, seperti analisa spektrum filter bank, analisa Zero crossing, metoda
normalisasi waktu dikemukakan oleh Rabiner (Rabiner,1993). Kemudian, metoda
programming dinamis untuk mengurutkan waktu dari suatu ucapan diusulkan
(Vintsyuk, 1968). Pada era tahun 1970 pengenalan kata terisolasi menjadi
teknologi tingkat lanjut dalam kaitan dengan studi pokok (Velichko, 1970; Sakoe, 1978;
Itakura, 1975). Pengenalan pola, programming yang dinamis, dan Liniear Prediction
Coding (LPC) diberlakukan untuk pengenalan wicara.
Di tahun 1980 penelitian tentang pengenalan wicara difokuskan pada
permasalahan dalam pengenalan kata yang dihubungkan. Penelitian tentang pengenalan
wicara
54
Sebagai sebuah model speech alternatif yang dikenal adalah transformasi short time
Fourier pada
Linear Prediktive Coding (LPC). LPC ini disedikan untuk keakuratan dan
recognition dan menghasilkan suatu sintesa speech yang efisien. Penggunaan LPC ini untuk
kecepatan transmisi dalam speech coding. Penggunaan Adaptive pulse coding digunakan kosa
kata yang berbeda dan sebuah LP Coder.
LPC sangat umum digunakan untuk mengkode bit kecepatan rendah dan sangatlah
penting untuk itu bila kita akan menggunakan suatu tool analisa. LPC yang dikenal diturunkan
dari gabungan persentasi yang mirip dari pengucapan yang dihubungkan dengan suatu
perhitungan yang sederhana. LPC yang digunakan untuk penentuan F0, fungsi area vokal track
yang frekuensi dan parameter speech yang direpresentasikan ke konfigurasi vokal track. LPC
mengestimasi setiap sample speech didasari
sebelumnya. Sebuah pengucapan yang besar dapat dari sebuah model yang lebih akurat. Faktor
berat atau koeffisien LPC dalam linear kombinasi dapat dengan langsung digunakan dalam filter
digital sebagai coeffisien multiflier yang dapat digunakan untuk sintesis atau dapat disimpan
sebagai template dari suatu speech recognition. Koeffisien LPC dapat ditrnsformasikan kedalam
parameter set yang lain untuk perhitungan agar efisiensi. Kekurangan LPC untuk analisa
meminimkan suatu kompleksitas signal speech biasanya dianggap sebagai signal input dari
sebuah kutub-kutub signal speech. Seperti contoh bahwa spektrum tidak nol sejak speech aktual
mempunyai harga nol, digunakan suatu sumber celah yang dirangsang pada suatu nilai yang
harus mendapat perhatian pada path akustiknya. Dalam pengucapan yang sengau model yang
demikian disederhanakan,agar dapat dikenali meskipun demikian terdapat kesulitan.Beberapa
usaha untuk menyederhanakan kutub-kutub LPC ini untuk model Zero adalah:
Least Square Autocorelation Methode.
Dua pendekatan yang sering digunakan dalam menentukan koeffisien set LPC,
karakteristik seluruh kutub pada H(z) model sebagai spektrum speech secara klasik.Pemilihan
methode Least Square untuk meminimkan energi rata-rata dari signal error yang melalui pada
sebuah frame data speech.Dengan pendekatan lattice yang dibolehkan seketika itu juga
diperbaharui pada koeffisien. Dalam teknik penyederhanaan kedua s(n) atau e(n) di window
untuk membatasi perpanjangan analisa speech.Pertama dari teknik Least Square adalah data
window atau methode autocorelation perkalian speech dengan Hamming atau waktu window.
55
E penetrasi
(2.7)
V 0 L penetrasi
Pengujian penetrasi dengan energi penetrasi sama besar, dilakukan terhadap dua jenis
material berbeda, dapat menunjukkan bahwa, pada jenis material yang lebih tahan
terhadap beban penetrasi, akan terjadi luka yang lebih kecil, sehingga perbandingan
antara energi penetrasi dengan volume luka, lebih besar.
56
intensitas cahaya infra yang diterima semakin kecil. Silikon merupakan bahan yang
paling banyak digunakan untuk fotodiode dan memberikan waktu reaksi sebesar 1 ns.
(Faizal, 2005).
Output dari GPS sangat fleksible digunakan untuk berbagai macam simulasi
pemetaan.
57
58
Pada
CRM terdiri dari handphone Nokia 3310 yang dihubungkan dengan PC dengan
menggunakan protokol RS-232. Handphone Nokia 3310 berfungsi untuk menerima
informasi lintang dan bujur dari IVM kemudian diteruskan ke PC untuk divisualisasikan
berupa gambar posisi dari kendaraan. PC pada CRM bertanggung jawab atas semua
pengolahan data untuk menentukan coverage area selular dan untuk aplikasi mapping
posisi kendaraan secara real time. (Sarma dkk, 2005)
Autonomous Mapping mode: Pada mode ini hasil output dari GPS berupa lintang
dan bujur disimpan ke dalam memori mikrokontroller setiap waktu tertentu dan
tidak dipancarkan ke CRM. Mode ini digunakan untuk penentuan dari coverage area
seluler.
Continuous mode: Pada mode ini hasil output dari GPS berupa lintang dan bujur
akan dikirimkan ke CRM secara kontinyu setiap waktu tertentu. Mode ini digunakan
untuk aplikasi mapping posisi kendaraan secara real time.
Discrete mode: Pada mode ini hasil output dari GPS berupa lintang dan bujur akan
dikirimkan ke CRM hanya jika CRM mengirimkan permintaan.
59
0-2g
10-50g
100-2,000g
50,000g
60
Excitation
Frequency Range
Amplitude Range
61
Amplitude Linearity
1% up to 65 g peak
Temperature Range
Thermal Shock
Transverse Sensitivity
5% of axial maximum
5,000 g peak
80 g peak
>18 kHz
Output Impedance
50 ohms nominal
Bias Voltage
10 V nominal
Base Strain
0.00025 g (rms)
50 grams (1.75 oz) nominal (without
Weight
cable)
Aluminum, hard anodized thermal
Material
Dimensions
Connector
BNCM
Mounting
Sumber: www.omega.com
62
tagihan bulanan. Bentuk fisik dari Modul SIM300 EVB ditunjukkan pada Gambar 2.5,
halaman 13.
10 Cm
BOTTOM view
: Headset interface.
: VBAT switch, switch the voltage source from the adaptor or external battery.
G : RESET key.
H : Expand port, such as keypad port, main and debug serial port, display port.
I
M : Light.
N : Buzzer.
O : Headphones interface.
P
63
64
2.4.13 AT Command
Fungsi Sim300 EVB adalah untuk menggantikan telepon seluler dalam hal
pengiriman/penerimaan pesan SMS, namun Sim300 EVB tidak akan berjalan tanpa
dikontrol sebuah program. Oleh karena itu digunakan sebuah program dengan instruksi
AT Command, dimana terdiri dari beberapa instruksi dengan fungsi yang berbeda-beda
seperti yang terlihat pada Tabel 2.5, halaman 15.
65
9 Cm
13 Cm
BOTTOM view
TOP view
66
67
68
69
70
VCC
Sebagai tegangan penyuplai.
Ground
Sebagai ground.
Reset
Input reset, pulsa akan menjadi minimum sekalipun clock bekerja.
XTAL1
Input ke Inverting Oscillator Amplifier.
XTAL2
Output dari Inverting Oscillator Amplifier.
Port A (PA7...PA0)
71
Port B (PB7...PB0)
Port C (PC7...PC0)
Port D (PD7...PD0)
Port A, port B, port C dan port D adalah port I/0 8-bit bi-directional dengan resistorresistor internal pull-up.
Port E (PE2...PE0)
Port E adalah port I/0 3-bit bi-directional.
72