You are on page 1of 34

BAB II

PEMBAHASAN
2.1

Dinamika Sistem Pemerintahan di Negara Indonesia


Dalam perkembangan sistem pemerintahan di negara Indonesia
sebelum dan sesudah merdeka (terutama setelah bangsa Indonesia
merdeka) terdapat perubahan-perubahan mengenai system pemerintahan di
Indonesia dari awal merdeka sampai saat ini. Di Indonesia mengalami 3
kali masa pemerintahan yang berebeda, pertama masa Orde Lama, Orde
Baru dan sekarang Era Reformasi, pada masa yang berbeda terdapat pula
perbedaan yang terjadi pada sistem pemerintahan yang dianut Negara
Indonesia. Dalam lingkup yang lebih luas, Sistem Pemerintahan
diperlukan agar terjaganya kestabilan didalam masyarakat, mengatur
tingkah laku serta kehidupan bernegara antar kaum mayoritas dengan
minoritas, menjaga harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara,
menguatkan pondasi sistem pemerintahan, kekuatan politik, pertahanan,
ekonomi, keamanan, sosial budaya dan kesejahteraan serta keadilan dalam
masyarakat.

2.2

Sistem Pemerintahan di Negara Indonesia Sebelum Kemerdekaan


Masuknya bangsa-bangsa asing di Idonesia merupakan masa-masa
pahit dimana bangsa Indonesia harus terjajah oleh bangsa asing tersbut
yang pada awalnya datang ke Indonesia untuk berdagang dan mencari
rempah-rempah. Dimulai dari bangsa Portugis yang pertama kali tiba di
Malaka pada tahun 1509 dan berakhir pada tahun 1602 setelah Belanda
masuk ke Indonesia pada tahun 1596 untuk pertama kalinya mendarat di
Banten. Setelah 350 tahun Belanda menjajah bangsa Indonesia,
pemerintahan Belanda akhirnya digantikan oleh bangsa Jepang. Belanda
menyerah tanpa syarat kepada Jepang melalui perjanjian Kalijati pada

tanggal 8 maret 1942. Masa pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942
dan berakhir pada 17 agustus 1945.
2.2.1

Masa Penjajahan Kolonial Belanda


Belanda mendarat di Indonesia tepatnya di Banten pada
tahun 1596 dengan tujuan untuk mendapatkan rempah-rempah.
Pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan
menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberinama VOC
(Verenigde Oost Indesche Compagnie) atau Persekutuan Maskapai
Perdagangan Hindia Timur. Tujuan dibentuknya VOC adalah
untuk menghindari persaingan tidak sehat diantara sesama
pedagang Belanda dan mengambil keuntungan maksimal serta
memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan, baik
dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsabangsa Asia dan juga untuk membantu dana pemerintah Belanda
yang

sedang

berjuang

menghadapi

Spanyol.

Agar

dapat

melaksanakan tugasnya dengan leluasa VOC diberi hak-hak


istimewa oleh pemerintah Belanda :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Memonopoli perdagangan
Mencetak dan mengedarkan uang
Mengangkat dan memperhentikan pegawai
Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
Mendirikan benteng
Menyatakan perang dan damai
Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa
setempat.

Berikut beberapa kebijakan pemerintah Kolonial Belanda


dalam melaksanakan monopoli perdagangan
a. Verplichte Laverantie

Merupakan penyerahan wajib hasil bumi dengan harga


yg telah ditetapkan oleh VOC,dan melarang rakyat
menjual hasil buminya selain kepada VOC.
b. Contingenten
Merupakan kewajiban bagi rakyat untuk membayar
pajak berupa hasil bumi.
c. Ekstirpasi
Merupakan hak VOC untuk menebang tanaman
rempah- rempah agar tidak terjadi over produksi yg
dapat menyebabkan harga rempah-rempah merosot.
d. Pelayaran Hongi
Merupakan pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu
perang)

untuk

mengawasi

pelaksanaan

monopoli

perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.

Pemerintahan daerah yang bersifat relatif otonom pertama


kali didirikan oleh Pemerintah kolonial Belanda. Tahun 1822 dapat
dicatat sebagai tahun bermulanya konsep ini, sebagaimana telah
dikeluarkannya Regelement op het Beleid der Regering van
Nederlandsch Indie. Peraturan ini menegaskan bahwa di Hindia
Belanda tidak dikenal adanya desentralisasi karena sistem yang
digunakan adalah sentralisasi. Namun disamping sentralisasi, di
kenal juga dekonsentrasi yaitu dikenal adanya wilayah-wilayah
administrasi yang diatur secara hierarkis mulai Gewest (residentie),
Afdeling, District, dan Onderdistrict.

Sesuai dengan perubahan politik di negeri Belanda, sistem


ini mengalami revisi. Pada tahun 1903 pemerintah Belanda melalui
staatsblaad

1903/326

menetapkan

suatu

Wethoudende

Decentralisatie van her Bertuur in Nederlandch Indie yang dapat


disebut sebagai undang-undang desentralisasi. Dengan adanya

peraturan ini dimungkinkan adanya daerah otonom (gewest) yang


memiliki kewenangan mengurus keuangan sendiri.
Pada

tahun

1922,

Pemerintah

Kolonial

Belanda

mengadakan pambaharuan dengan maksud untuk memberikan


otonomi lebih besar kepada daerah untuk menjadikannya lebih
efektif

dalam

menjalankan

aktivitas

Pemerintahan

daerah.

Pembaharuan tersebut menyangkut hal-hal sebagai berikut :


a. Memberikan kewenangan lebih besar kapada pejabatpejabat Balanda yang ditugaskan di wilayah Hindia
Balanda.
b. Memberikan kawenangan yang lebih besar kepada pejabatpejabat pribumi.
c. Melibatkan unsur-unsur progresif yang ada di daerah untuk
ikut Berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan di
daerah.
Perbedaan sistem Pemerintahan daerah sebelum dan
sesudah Undang-Undang Desantralisasi Tahun 1903 terletak pada
eksistensi Dewan Daerah. Sebelum Undang-Undang 1903, tidak
terdapat otonomi Pemerintah daerah. Semua unit pemerintahan
bersifat administratif dengan prinsip dekonsentrasi. Setelah
Undang-Undang 1903 diterbitkan, didirikan Dewan Daerah pada
unit-unit Pemerintahan tertentu, dimana kepada mereka diberikan
kawenangan untuk menggali pendapat daerah guna membiayai
Pemerintahan daerah. Anggota Dewan Daerah diangkat dari tokohtokoh masyarakat setempat, namun Kepala Pemerintahan seperti
halnya Gubernur, Presiden atau Bupati tetap diangkat oleh
Pemerintah Pusat Belanda.
2.2.2

Masa Penjajahan Jepang

Pada tahun 1942, Pemerintah kolonial Belanda


digantikan oleh pendudukan Jepang, yang memerintah
sampai dengan tahun 1945. Sistem Pemerintahan dibawah
tentara pendudukan Jepang diatur secara militer. Bagi
wilayan Sumatra dan Jawa diperintah dibawah Angkatan
Darat Jepang yang masing-masing bermarkas di Bukit
Tinggi dan Jakarta. Di luar Jawa dan Sumatera diperintah
di bawah Angkatan Laut Jepang dengan markas besar di
Makassar.
Pada
kependudukan

dasarnya
tentara

sistem

Pemerintahan

Jepang,

dibawah

meneruskan

sistem

Pemerintahan yang diwariskan oleh Pemerintah kolonial


Belanda.Unit-unit Pemerintahan daerah diatur berdasarkan
prinsip dekonsentrasi dan semua kegiatan politik dilarang.
2.2.2.1 Sistem Pemerintahan Militer
Pada masa pendudukan jepang. Jepang
menerapkan sistem pemerintahan militer dalam
mengatur bangsa Indonesia. Berbeda dengan zaman
Hindia

Belanda

yang

hanya

terdapat

satu

pemerintahan sipil, pada zaman pendudukan Jepang


terdapat tiga pemerintahan militer penduudukan
sebagai berikut:
1) Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara
Ke-25) untuk Sumatera, dengan pusatnya di
Bukittinggi.
2) Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara
Ke-16) untuk Jawa dan Madura, dengan
pusatnya di Jakarta.

3) Pemerintahan Militer Angkatan Laut (Armada


Selatan Ke-2) untuk Sulawesi, Kalimantan, dan
Maluku, dengan pusatnya di Makassar.
Panglima Tentara Ke-16 di Pulau Jawa ialah
Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Kepala Stafnya
ialah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Mereka
mendapat tugas membentuk suatu pemerintahan
militer di Jawa dan kemudian diangkat sebagai
Gunseikan (kepala pemerintahan militer). Staf
pemerintahan militer pusat disebut Gunseikanbu,
yang terdiri dari atas 5 macam departemen (bu),
yaitu sebagai berikut:
a. Departemen Urusan Umum (Sumobu),
b. Departemen Keuangan (Zaimubu),
c. Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan
Tangan (Sangyobu),
d. Departemen Lalu Lintas (Kotsubu), dan;
e. Departemen Kehakiman (Shihobu).
Ketika Jepang mendekati kekalahan mereka
mengijinkan pendirian Dewan Daerah dengan
tujuan untuk menggalang dukungan kepada bala
tentara Jepang. Bahkan sebelum mereka menyerah,
Jepang

mendirikan

suatu

Komite

yang

beranggotakan pemimpin- pemimpin nasional untuk


persiapan kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI
dan

PPKI.

Pemerintah

pendudukan

Jepang

kemudian berakhir, seiring dengan kekalahan


mereka dalam perang Asia Timur Raya dan dengan
proklamasi kemerdekaan tersebut dimulai era
Pemerintahan daerah pasca kemerdekaan.
2.3

Sistem Pemerintahan Di Negara Indonesia Setelah Kemerdekaan

Setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 2015, Indonesia


mengalami babak yang baru di berbagai bidang dengan perubahan yang
cukup siginifikasan baik perubahan asas, paham, ideologi, maupun doktrin
dalam kehidupan berbangsa. Didalam sejarah perjalanan politik, Indonesia
telah mengalami berbagai pergantian sistem pemerintahan. Pergantian
tersebut disebabkan karena munculnya aksi dan reaksi dari kebijakan
pemerintah terhadap rakyatnya. Secara garis besar, perubahan sistem
pemerintahan Indoensia dapat dibagi menjadi 3 masa, yaitu masa Orde
Lama (Soekarno), Orde Baru (Soeharto), dan Masa Reformasi (sekarang)
2.3.1

Priode Orde Lama


Masa Pemerintahan Indonesia Orde Lama berlansung
sekitar 23 tahun yaitu dari tahun 1945 1968 dibawah
kepemimpinan Presiden Soekarno. Penyebutan Orde Lama
merupakan istilah yang diciptakan dibawah rezim Suharto untuk
membedakannya dengan Orde Baru. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia

mengalami

banyak

perubahan

dalam

Sistem

Pemerintahan diantaranya UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUDS


1950, hingga berlakunya kembali UUD 1945.

2.3.1.1

UUD 1945 (18 Agustus 1945 17 Agustus 1949)


Setelah memproklamasikan diri pada 17 Agustus
1945,

bangsa

Indonesia

mulai

membentuk

Sistem

Pemerintahnya, konstitusi yang digunakan oleh NKRI


adalah UUD 1945 yang secara resmi digunakan sejak 18
Agustus 1945. Dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1 disebutkan
bahwa Negara indonesia adalah kesatuanyang berbentuk
Republik. Di Indonesia, pembagian kekuasaan diatur
dalam UUD 1945, yang meetapkan hal-hal berikut:

1) Kekuasaan Eksekutif dijalankan oleh Presiden dibantu


seorang Wakil Presiden dan para Menteri.
2) Kekusaan Legislatif dijalankan oleh Presiden bersamasama dengan DPR.
3) Kekusaan Yudikatif dijalankan ol eh Mahkamah Agung
(MA).
Pada tanggal 2 September 1945 dibentuk kabinet
yang pertama kali dengan sistem pemerintahan berdsarkan
UUD 1945, yaitu Sistem Kabinet Presidensial. Dalam
sistem pemerintahan Indonesia terdapat lima lembaga yang
mengelola negara, yaitu sebagai berikut:
1) Legislatif, dilakukan oleh DPR
2) Eksekutif, dilakukan oleh Presiden.
3) Konsultatif, dilakukan oleh MK
Konstitusi).
4) Eksaminatif,

dilakukan

oleh

BPK,

(Mahkamah
termasuk

di

dalamnya fungsi inspektif dan auditatif.


5) Yudikatif, dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Akan tetapi, pada kenyataannya segala bentuk kekuasaan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif dijalankan oleh satu
badan atau lembaga kepresidenan dibantu oleh KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat). Pada tanggal 16
Oktober 1945, dilaksanakan Kongres Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) di Malang dan Wakil Presiden Drs.
Moh.Hatta mengeluarkan Maklumat No. X yang intinya
memberi wewenang bagi KNIP untuk membuat dan
menetapkan
pemerintah

GBHN.
tanggal

Kemudian
14

melalui

November

1945

maklumat
mengenai

pergantian kabinet dari Presidensial menjadi Parlementer


dan dibentuk Kabinet Parlementer pertama yang dipimpin
oleh Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri, dan MenteriMenteri

bertanggung

jawab

kepada

KNIP

sebagai

pengganti MPR/DPR. Kemudian sistem pemerintahan


Indonesia berubah menjadi Sistem Kabinet Parlementer.
Adapun

ciri-ciri

dari

Sistem

Pemerintahan

Parlementer adalah sebagai berikut:


i.
Perdana Menteri bersama para menteri bertanggung
ii.

jawab kepada parlementer.


Pembentukan kabinet didasarkan pada kekuatan-

iii.

kekuatan di dalam parlemen.


Para anggota kabinet, baik seluruh atau sebagian

iv.

mencerminkan kekuatan yang ada di parlemen.


Parlemen dapat membubarkan kabinet dan kepala
negara dapat membubarkan parlemen dengan saran

v.
vi.

dari perdana menteri.


Masa jabatan kabinet tidak ditentukan.
Kedudukan kepala negara tidak dapat diganggu
gugat dan tidak diminta pertanggungjawaban atas
jalannya pemerintahan, karena yang bertanggung
jawab adalah para menteri, baik sendiri maupun
bersama-sama.

2.3.1.2

Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 17 Agustus


1950)
Konstitusi

RIS

(Republik

Indonesia

Serikat)

merupakan hasil dari pertemuan untuk permusyawaratan


federal

pada

tanggal

14

Desember

1949

di

Jakarta.Konstitusi RIS mulai berlaku pada tanggal 27


Desember

1949

dengan

penandatangan

kedaulatan

Indonesia oleh Belanda. Bentuk pemerintahan RIS adalah


Republik, menurut Pasal 1 ayat 2.Dalam konstitusi RIS
kekuasaan kedaulatan RIS dilakukan oleh pemerintah
bersama-sama dengan DPR dan senat. Negara RIS terdiri

dari daerah negara dan satuan kenegaraan yang tegak


sendiri, yaitu:
i.

Daerah Negara adalah negara bagian, yaitu Negara


Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur,
Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara
Madura, Negara Sumatera Selatan, dan Negara

ii.

Sumatera Timur.
Satuan Kenegaraan yang tegak sendiri, yaitu Jawa
Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat,
Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara,
dan Kalimantan Timur.
Didalam bentuk pemerintahan RIS terdapat 6 alat-

alat perlengkapan federal (Lembaga Negara) yaitu :


a. Presiden
b. Menteri-menteri
c. Senat
d. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
e. Mahkamah Agung Indonesia, dan
f. Dewan Pengawas Keuangan
Di antara badan-badan tersebut, terdapat hubungan
kerja sama antara lain:
1.
Kekuasaan pembentukan undang-undang dijalankan
2.

oleh pemerintah, DPR, dan senat.


Kekuasaan
pelaksanaan
undang-undang

3.

pemerintahan negara oleh pemerintah.


Kekuasaan mengadili pelanggaran undang-undang,

atau

yaitu Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan


Mahkamah Agung.
Dalam konstitusi RIS, sistem pemerintahan Indonesia
adalah Sistem Parlementer, yaitu kabinet bertanggung
jawab kepada parlemen (DPR).Dengan demikian, DPR
dapat membubarkan kabinet.
2.3.1.3

UUDS 1950 (17 Agustus 1950 5 Juli 1959)

Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, UndangUndang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik
Indonesia (UUDS NKRI, UU No. 7/1950, LN No. 56/1950)
disetujui oleh DPR dan Senat RIS. Pada tanggal yang sama
pula, DPR dan Senat RIS mengadakan rapat di mana
dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang
bertujuan untuk:
1) Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk
federasi
2) Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah
Indonesia dengan UUDS yang mulai berlaku pada
tanggal 17 Agustus 1950.
Kemudian sejak tanggal

17

Agustus

1950,

berlakulah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)


1950.Pemberlakuan UUD ini ditetapan dengan UU No.
7/1950 tentang Perubahan Konstitusi Republik Indonesia
Serikat

menjadi

Undang-Undang

Dasar

Sementara

Republik Indonesia.Sistem pemerintahan yang dijalankan


adalah Sistem Parlementer dengan bentuk negara kembali
ke Kesatuan. Kabinet dipimpin oleh Perdana Menteri yang
bertanggung jawab kepada Parlemen. Dasar hukumnya
antara lain adalah:
Pasal 45
Pasal 83 (1)

:
:

Presiden ialah kepala negara.


Presiden dan Wakil Presiden
tidak dapat diganggu gugat
pemerintah, baik bersamasama untuk seluruhnya
maupun masing-masing
untuk bagiannya sendirisendiri.

Pasal 84

Presiden berhak
membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat.

Pembubaran

Dewan

Perwakilan

Rakyat

diberlakukan dengan ketentuan harus segera dilakukan


pemilihan kembali dalam waktu 30 hari. Alat-alat
kelengkapan Negara berdasarkan UUDS 1950 adalah
i.
ii.
iii.
iv.

Presiden dan Wakil Presiden


Mentri-Mentri
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan
Dewan Pengawas Keuangan
Dari segi sudut pandang analisis pemerintahan

sistem

ini

tentunya

tidak

dapat

menopang

untuk

pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa


struktur kepartaian tersebut akan disederhanakan apabila
pemilihan umum dilaksanakan. Setelah pembentukan NKRI
diadakanlah berbagai usaha untuk menyusun UndangUndang

Dasar

baru

dengan

membentuk

Lembaga

Konstituante.Lembaga Konstituante adalah lembaga yang


diserahi tugas untuk membentuk UUD baru.
Konstituante diserahi tugas membuat undangundang dasar yang baru sesuai amanat UUDS 1950.Namun
sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat
konstitusi baru.Maka Presiden Soekarno menyampaikan
konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil
pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.
Akhirnya setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan
sistem Demokrasi Liberal yang berlangsung selama 9
tahun, rakyat Indonesia merasa bahwa UUDS 1950 dengan

sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai


dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
Pada masa berlakunya UUDS 1950, pemerintahan
Indonesia menjadi tidak stabil.Dengan demikian sistem
demokrasi di Parlemen dan pada sistem Pemerintahan tidak
sehat.Selain itu, kekuasaan alat-alat perlengkapan negara
dikendalikan oleh lembaga yang bersangkutan tanpa
dikoordinasikan oleh pemerintah pusat.

2.3.1.4

Berlakunya Kembali UUD 1945


Mengingat kondisi politik pada masa berlakunya
UUDS semakin memanas, pada tanggal 22 April 1959
Presiden Soekarno menyampaikan amanat kepada Badan
Konstitusional untuk kembali ke UUD 1945. Namun, untuk
mengembalikan

UUD

1945

secara

murni

menjadi

perdebatan bagi anggota kelompok konstituante. Kelompok


pertama ialah Anggota konstituante mau menerima saran
untuk kembali kepada UUD 1945 secara utuh. Sedangkan
Kelompok Kedua berisikan Anggota konstituante yang mau
menerima

kembali

UUD

1945

dengan

persyaratan

amandemen, yaitu sila pertama Pancasila pada pembukaan


UUD 1945 harus diubah dengan sila pertama Pancasila
seperti tercantum dalam Piagam Jakarta.
Perdebatan kedua kelompok di dalam badan
konstituante itu tidak mencapai titik temu. Presiden, yang
menurut UUDS 1950 memiliki kemampuan membubarkan

Dewan Perwakilan Rakyat, akhirnya membubarkan badan


konstituante yang dianggap tidak dapat menjalankan tugas
dengan baik. Kegagalan kontituante merumuskan UndangUndang Dasar mengakibatkan kondisi politik yang
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Demi kepentingan bangsa, maka pada tanggal 5 Juli
1959 Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit yang isinya,
sebagai berikut :
1) Membubarkan Konstituante
2) Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak
berlakunya UUDS 1950
3) Membentuk MPRS dan DPRS dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
Bubarnya

badan konstituante

tersebut,

secara

otomatis tidak adanya lembaga pembentuk UU.Situasi ini


pula yang mendorong Presiden mengajukan konsep
Demokrasi Terpimpin agar dapat kembali ke UUD 1945.
Peristiwa ini disebut dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Sejak itu berlakulah UUD 1945 dan sistem pemerintahan
Demokrasi Terpimpin.Akan tetapi, kondisi itu tetap berlaku
sampai diangkatnya Jenderal Soeharto sebagai pengemban
Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).
Penetapan Presiden adalah senjata Soekarno yang
paling ampuh untuk melumpuhkan apa saja yang dinilainya
menghalangi

jalan

revolusi

yang

hendak

dibawanya.Demokrasi terpimpin dianggapnya mengandung


nilai nilai asli Indonesia dan lebih baik dibandingkan
dengan sistem barat, ternyata dalam pelaksanaannya lebih
mengarah ke dalam praktek pemerintahan yang otoriter.

Hubungan PKI dengan Soerkarno pada masa


demokrasi terpimpin dapat dikatakan merupakan hubungan
timbal baik, PKI memanfaatkan popularitas Soekarno untuk
mendapatkan massa. Pada bulan Mei 1963 MPRS
mengangkatnya menjadi presiden seumur hidup. Partai
politik

pada

masa

demokrasi

terpimpin

mengalami

pembubaran secara paksa. Peranan Supersemar untuk


mengambil segala tindakan dalam menjamin keamanan dan
ketentraman serta stabilitas jalannya pemerintahan, menjadi
puncak

sejarah

hitam

pemerintahan

Presiden

Soekarno.Dengan ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966


dikukuhkan dengan masa berlaku sampai terbentuknya
MPR RI hasil pemilu, meskipun penerbitan Supersemar
sampai sekarang masih kontroversi.
Oleh karena pemilu 5 Juli 1968 tertunda hingga 5
Juli 1971 dan telah dikeluarkannya Ketetapan MPRS No.
XXX III/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan
Pemerintah Negara dari tangan Presiden Soekarno, maka
demi terciptanya stabilitas politik (Keseimbangan Politik),
ekonomi, dan hukum dikeluarkan Ketetapan MPRS
No.XLIV/MPRS/1968 tentang Pengangkatan Pengemban
Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966.Jenderal Soeharto
diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia hingga
terpilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilu dan dimulailah
masa Orde Baru.
2.3.2 Periode Orde Baru
Pemerintahan pada masa Orde Baru berusha menata
kembali kehidupan ketatanegaraan sesuai dengan ketentuan dalam
UUD 1945. Selain menata kehidupan ketatanegaraan, pemerintah

Orde Baru Juga memacu pembangunan di bidang politik, ekonomi,


social,

budaya,

serta

pertahanan

keamanan.

Pembangunan

dilaksanakan secara bertahap dalam waktu 5 tahun yang dekenal


dengan rencana pembangunan 5 tahun (Repelita).Pada masa ini
bentuk Negara, bentuk Pemerintahan, dan sistem pertahanannya
adalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945.
Bentuk Negara adalah Kesatuan, bentuk pemerintahan adalah
Republik, dan sistem pemrintahannya adalah Sistem Presidensial.
Pada masa Orde Baru, sistem pemerintahan Indonesia
menitikberatkan pada aspek kestabilan politik dalam rangka
menunjang pembangunan nasional melalui upaya-upaya sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.

Konsep dwi fungsi ABRI.


Menggolkarkan pemerintahan hingga ke akar-akarnya.
Kekuasaan di tangan eksekutif.
Sistem pengangkatan kabinet melalui lembaga-lembaga

perwakilan rakyat.
5. Konsep massa mengambang (floating mass).
6. Pengendalian pers nasional.
Terbukti bahwa selama 32 tahun di masa Orde Baru, Golkar
selalu berhasil menjadi single majority dan Presiden Soeharto
selalu terpilih secara aklamasi. Dalam sejarah ketatanegaraan yang
cukup panjang dan sebagai akibat dari kekuasaan serta masa
jabatan presiden yang tidak dibatasi kurun waktunya, maka
timbullah penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini terbukti dengan
berkembangya korupsi, kolusi,dan nepotisme. Makna Demokrasi
menjadi semu karena kebebasan mengeluarkan pendapat dibatasi
dan lembaga negara beralih fungsi menjadi alat kekuasaan
pemerinah. Akhirnya indonesia dilanda kerisis cukup berat yang
diawali kerisis moneter dan ekonomi.

*DAFTAR PERGANTIAN KABINET*


2.3.3 Era Reformasi
Ditengah kondisi yang tak menentu, rakyat yang dipelopori
oleh mahasiswa melakukan demonstrasi dan lahirlah gerakan
reformasi yang menghendaki reformasi dalam berbagai bidang.
Gerekan reformasi makin meluas, sehingga pada tanggal 21 Mei
1998 Presiden Soeharto menyereahkan kekuasaannya kepada
Wakil Presiden Prof. B.J. Habibie. *WORDINGNYA JELEK*
2.3.3.1

Pemerintahan B.J. Habibie


Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden
Soeharto

mengundang

tokoh-tokoh

bangsa

Indonesia untuk dimintai pertimbangannya dalam


rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan
diketuai oleh Presiden Soeharto, namun mengalami
kegagalan.

Pada

tanggal

DPR/MPR

semakin

penuh

itu

pula,

sesak

Gedung

oleh

para

mahasiswa dengan tuntutan tetap yaitu reformasi


dan turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan.
Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB
bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto
meletakkan jabatannya sebagai presiden dihadapan
ketua dan beberapa anggota dari Mahkamah Agung.
Pada tanggal itu pula, dan berdasarkan Pasal 8 UUD
1945. Presiden menunjuk Wakil Presiden B.J.
Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden,
serta pelantikannya dilakukan di depan Ketua
Mahkamah Agung dan para anggotanya. Maka sejak

saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh


B.J. Habibie sebagai presiden yang ke-3.
Pada era ini mulai mencuat kebebasan bicara
dan kebebasan pers serta banyak partai politik yang
muncul. Di era reformasi dibentuklah lembaga baru
dala sistem pemerintahan Indonesia, yaitu Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Pada era reformasi ini,
terdapat perubahan sistem ketatanegaraan dan
supremasi MPR kepada sitem kedaulatan rakyat
yang diatur dalam UUD 1945. Dalam pasal 3 UUD
1945

setelah

amandemen,

dijelaskan

MPR

mempunyai wewenang sebagi berikut:


1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden
3) Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatan negara menurut
UUD.
Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden
Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie
membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet
Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16
orang menteri, dan para menteri itu diambil dari
unsur-unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, PDI. Pada
tanggal 25 Mei 1998 diselenggarakan pertemuan
pertama kabinet habibie. Pertemuan ini berhasil
membentuk Komite untuk merancang undangundang politik yang lebih longgar dalam waktu satu
tahun dan menyetujui pembatasan masa jabatan
presiden yaitu maksimal 2 periode (satu periode
lamanya

tahun).

Upaya

terebut

mendapat

sambutan positif, tetapi dedakan agar pemerintah


Habibie dapat merealisasikan agenda reformasi
tetap muncul.
Dalam
berusaha

pemerintahannya

untuk

melakukan

B.J.

Habibie

pembaharuan-

pembaharuan dalam beberapa bidang demi untuk


menciptakan kehidupan masyarakat yang sejahterah
dan

sesuai

dengan

UUD

1945.

Adapun

pembaharuan yang dilakukan oleh B.J. Habibie


antara lain:
a. Bidang Ekonomi
Untuk menyelesaikan

krisis

moneter

dan

perbaikan ekonomi Indonesia, B.J. Habibie


melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
i. Merekapitulasi perbankan
ii. Melikuidasi beberapa bank yang
bermasalah.
iii. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika serikat hingga dibawah
Rp.10.000,-.
iv. Mengimplementasikan

reformasi

ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.


v. Merekonstruksi
perekonomian
Indonesia.
vi. Membentuk

lembaga

pemantau

dan

penyelesaian masalah utang luar negeri.


vii. Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktik. Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat.
viii. Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
b. Bidang Politik

i.

Memberi kebebasan pada rakyat untuk


menyalurkan aspirasinya sehingga banyak
bermunculan partai-partai politik yang baru

ii.

sebanyak 45 parpol.
Membebaskan narapidana politik seperti Sri

iii.

Bintang Pamungkas dan Moch. Pakpahan.


Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat

iv.

buruh independen.
Membentuk tiga undang-undang demokratis
yaitu :
1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai
Politik
2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk

v.

DPR/MPR
Menetapkan 12 ketetapan MPR dan ada 4
ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi yaitu :
1) Tap
No.
VIII/MPR/1998
Pencabutan

Tap

No.

tentang

IV/MPR/1983

tentang Referendum.
2) Tap No. XVIII/MPR/1998

tentang

Pencabutan Tap No. II/MPR/1978 tentang


Pancasila Sebagai Asas Tunggal.
3) Tap
No.
XII/MPR/1998
tentang
Pencabutan Tap No. V/MPR/1998 tentang
Presiden Mendapat Mandat dari MPR
untuk Memiliki Hak-Hak dan Kebijakan
di Luar Batas Perundang-undangan.
4) Tap
No.
XIII/MPR/1998
tentang
Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden Maksimal Hanya Dua
Kali Periode.
c. Bidang Pers

Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan


penyederhanaan permohonan SIUUP untuk
memberikan kebebasan terhadap pers, sehungga
muncul berbagai macam media massa cetak,
baik surat kabar maupun majalah.
d. Bidang Hukum
Untuk melakukan refomasi hukum, ada
beberapa

hal

yang

dilakukan

dalam

pemerintahan B.J. Habibie yaitu :


i.

Melakukan

rekonstruksi

atau

pembongkaran watak hukum Orde Baru,


baik berupa Undang-Undang, peraturan
ii.
iii.

pemerintah, maupun peraturan menteri.


Melahirkan 69 Undang-undang.
Penataan ulang struktur kekuasaan

Kehakiman.
e. Bidang Hankam
Di bidang Hankam diadakan pembaharuan
dengan cara melakukan pemisahan Polri dan
ABRI.
f. Pembentukan Kabinet
Presiden B.J. Habibie membentuk kabinet baru
yang diberi nama Reformasi Pembangunan yang
terdiri atas 16 menteri, yang meliputi perwakilan
dari ABRI, GOLKAR, PPP, dan PDI.
g. Kebebasan Menyampaikan pendapat
Presiden B.J. Habibie memberikan kebebasan
dalam menyampaikan pendapat di depan umum,
baik dalam rapat maupun unjuk rasa. Dan
mengatasi

terhadap

pelanggaran

dalam

penyampaian pendapat ditindak dengan UU No.


28 tahun 1998.
h. Masalah Dwifungsi ABRI

Ada beberapa perubahan yang muncul pada


pemerintahan B.J. Habibie, yaitu :
i.
Jumlah anggota ABRI yang duduk di
kursi MPR dikurangi, dari 75 orang
ii.

menjadi 35 orang
Polri memisahkan diri dari TNI dan

iii.

menjadi Kepolisian Negara


ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri

dari Angkatan Udara, Darat, dan Laut.


i. Pemilihan Umum 1999
Untuk melaksanakan Pemilu yang diamanatkan
oleh MPR, B.J. Habibie mengadakan beberapa
perubahan yaitu :
i.
Menggunakan asas Luber dan Jurdil
(langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
ii.

dan adil)
Mencabut

paket

undang-undang

tentang politik yaitu undang-undang


tentang Pemilu; Susunan, Kedudukan,
Tugas,

dan

Wewenang

MPR/DPR;

Partai Politik dan Golkar; Referendum;


iii.

serta Organisasi Massa


Menetapkan 3 undang-undang politik
baru

yaitu

Undang-undang

Partai

Politik; Pemilihan Umum; dan Susunan


iv.

serta kedudukan MPR, DPR, dan DPRD


Badan pelaksana pemilihan umum
dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan
Umum) yang terdiri atas wakil dari
pemerintahan dan partai politik serta
pemilihan umum.

Disamping

pembaharuan-pembaharuan

di

atas, pada masa pemerintahan Presiden Habibie juga

dijumpai adanya permasalahan-permasalahan baru


yang muncul seperti :
o Berbagai

masalah

bermunculan
o Masalah
Tragedi

pelanggaran
Trisakti

HAM

yang

tidak

terselesaikan dan masalah Semanggi I dan II


o Masalah Bank Bali
o Pertikaian antarkelompok yang disebabkan oleh
SARA yang mengancam stabilitas politik
o Status hukum mantan Presiden Soeharto yang
belum juga jelas
o Lepasnya Timor Timur dari wilayah NKRI.
Masalah-masalah

tersebut

di

atas

menyebabkan pemerintahan B.J. Habibie dianggap


negative dan pidato pertanggungjawaban Presiden
Habibie ditolak oleh MPR melalui mekanisme
votting dengan 355 suara menolak, 322 menerima, 9
abstain, dan 4 suara tidak sah. Akibat penolakan
pertanggungjawaban

itu

pada

Oktober

1999,

Habibie tidak dapat untuk mencalonkan diri menjadi


Presiden Republik Indonesia.
Kegagalan Habibie menjadi calon Presiden
Republik Indonesia sebagai akibat ditolaknya pidato
pertanggung jawabannya, memunculkan 3 calon
presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada
di MPR pada tahap pencalonan presiden diantaranya
Abdurrahman

Wahid

(Gus

Dur),

Megawati

Soekarnoputri, dan Yusril Ihza Mahendra.


Adapun kelebihan-kelebihan dalam masa
pemerintahan

B.J.

Habibie

adalahh

berkaitan

dengan semangat demokratisasi, Habibie telah


melakukan

perubahan

dengan

membangun

pemerintahan yang transparan dan diaologis. Prinsip


demokrasi

juga

diterapkan

dalam

kebijakan

ekonomi yang disertai penegakan hukum dan


ditujukan

untuk

kesejahteraan

rakyat.

Dalam

mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie


melakukan perubahan besar. Ia meningkatkan
koordinasi dan menghapus egosintesmi sekotral
antarmenteri.

Selain

itu

sejumlah

kreativitas

mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam


menangani masalah bangsa. Untuk mengatasi
persoalan

ekonomi,

misalnya

ia

mengangkat

pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha


itu sendiri yang menanggung biayanya.
2.3.3.2. Pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur)
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses
demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi
yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang
terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik
antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan
Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat
Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan
kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur proIndonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan
dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan
tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid,
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
1. Politik Luar Nengeri Yang Bebas Aktif

Salah satu tindakan Gus Dur yang dikritik salah


satu tindakan gusdur yang paling sering di keritik pada
1999 hingga 2001 adalah hobinya berkunjung ke luar
negeri. tidak kurang dari negara-negara adean ( mulai
dari Thailand hingga Brunei Darussalam), Jepang,
Amerika Serikat, Qatarm Kuwait, Yordania, Rrc,
Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Italia, India, Korea
Selatan, Timor Leste, Afrika Selatan, Iran, Pakistan,
Dan

Mesir,

dikunjung

gusdur

selama

masa

pemerintahannya yang singkat.


Sebenarnya tujuan Gus Dur tersebut adalah untuk
memperbaiki citra indonesia dimata negara-negara
tersebut

sekaligus

membuka

peluang

kerjasama

(terutama dalam perdagangan). akan tetapi, tidak semua


orang menyukai pola politik luar negeri ini. gusdur
sering dianggap membuang-buang uang negara.
Hampir seluruh negara didunia ia kunjungi. tak
peduli dengan kecendrungan politik negara tersebut.
politik bebas aktif yang menjadi ciri khas bangsa
indonesi. begitu kentara.
2. Iklim Politik Yang Demokratis
Semua orang tahu di masa pemerintahan Gus Dur,
susana demokratis mulai tampak wujudnya. setelah
sebelumnya tenggelam dalam bayang-bayang rezim
Soeharto. walaupun pada pemerintahan sebelumnya
(Presiden Habibie), karena semokrasi sudahmulai
dibuka. tapi pada masa gusdur begitu terasa.
Mulai dari penghapusan berbagai aturan yang
merugikan kaum minoritas, pembubaran instansi negara
yang tak lagi efektif (Departemen Penerangan dan

Sosial) hinnga niat gusdur untuk membuka hubungan


diplomatik

dengan

Israel.
Meskipun

untuk

negara

tindakan

terakhirnya

itu

(hubungan diplomatik dengan Israel) untuk dilakukan.


Tapi, semua tindakannya menggambarkan bagaimana
kecenderungan

pemikiran

gusdur.

menghargai

kebebasan individu dan keberagaman (dasar dari


demokrasi) serta reformis.
2.3.3.3.

Pemerintahan Megawati Soekarno Putri


Tak lama setelah Presiden Gusdur diberhentikan,
kekuasaan negara diberikan kepada Megawati dan dalam
menjalankan pemerintahannya, Megawa wati membentuk
kabinet yang disebut dengan Kabinet Gotong Royong.
Megawati dilantik menjadi presiden Republik Indonesia
pada tanggal 23 juli 2001. Pada masa pemerintahannya
banyak persoalan yang harus dihadapi. Salah satu masalah
yang amat penting adalah pemulihan ekonomi dan
penegakan hukum kebijakan-kebijakan yg ditempuh untuk
mengatasi persoalan itu antara lain:
1. Era kepemimpinan soeharto telah mewarisi utang luar
negri (pemerintah dan swasta) sebesar US$150,80
MILIAR.
Kebijakan megawati dalam mengatasi masalah ini
adalah meminta penundaan pembayaran utang sebesar
US$5,8 miliar pada pertemuan paris club ke-3 tanggal
12

april

2002.

pada

tahun

2003,

pemerintah

mengakolasikan pembayaran utang luar negri sebesar


Rp116,3 triliun. Melalui kebijakannya tersebut utang

luar negri indonesia berkurang menjadi US$134.66


miliar. Salah satu keputusan megawati yang sangat
penting pula adalah Indonesia mengakhiri kerjasamanya
dengan IMF.
2. Krisis Ekonomi melanda Indonesia
Sejak tahun 1997 mengakibatkan kemerosotan
pendapatan perkapita. Pada tahun 1997 pendapatan
perkapita indonesia tinggal US$465. melalui kebijakan
pemulihan keamanan situasi indonesia menjadi tenang.
Presiden megawati berhasil menaikan pendapatan
perkapita cukup signifikan yaitu sekitar US$930.
3. Melakukan Privatisasi Terhadap BUMN
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan

menekan

nilai

inflasi,

presiden

megawati

menempuh langkah yang sangat kontroversi, yaitu


Melakukan Privatisasi Terhadap BUMN. Pemerintah
menjual indosat pada tahun 2003. Hsil penjualan itu
berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia
menjadi 4,1% dan inflansi hanya 5,06%. Privatisasi
adalah menjual perusahaan negara didalam periode
krisis. Tujuannya adalah melindungi perusahaan negara
dari interversi kekuatan-kekuatan politik dan melunasi
pembayaran utang luar negeri.
4. Memperbaiki Kinerja Ekspor.
Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai US$57,158
miliar dan import tercatat US$31,229 miliar. Pada tahun
2003 ekspor juga menanjak keangka US$61,02 miliar
dan import meningkat keangka US$32,39 miliar.
5. Kebijakan

presiden

pemberantasan

megawati

korupsi

untuk

dengan

melakukan

merealisasikan

berdirinya Komisi Pemberantas Korusi (KPK).

Sekalipun telah didirikan KPK karena tidak ada


gebrakan konkrit yang menonjol. Peringkat RI sebagai
negara terkorup tetap memburuk. Pada tahun 2002, dari
102 negara indonesia menduduki peringkat ke-4. pada
tahun 2003 indonesia menempati peringkat ke-6 dari
133 negara pengangkatan jaksa Agung M.A Rachman
tidak memberikan arti penegakan hukum yang sangat
signifikan. Tanpa ada retorika tegas tentang penegakan
korupsi.
2.3.3.4.

Pemerintahan Suslilo Bambang Yudhoyono


Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia
diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai
presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal
masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan
tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias
pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari
Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang
mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah
berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan
Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik
berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh. Dan
sampai saat ini tidak terjadi lagi kerusuhan diAceh.
Tahun 2009 kembali diadakan pemilu dan sekali
lagi Susilo Bambang Yudhoyono memenangkan pemilu
namun dengan wakil yang berbeda,yang dulunya bersama
Jusuf Kalla dan sekarang bersama Boediono dengan masa
pemerintahan 2009-2014.

Berikut

beberapa

kebijakan-kebijakan

padam

pemerintahan SBY :
1) Pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM)
2) TK sebagai Pendidikan Pra-Sekolah
3) Standar Pelayanan Minimal (SPM) TK
Sesuai

dengan

kebijakan

Pemerintah

tentang

standarisasi pendidikan, penyelenggaran pendidikan TK


harus memenuhi standar pelayanan minimal sebagai
berikut.:

Program kegiatan belajar TK merupakan satu


kesatuan program kegiatan belajar yang utuh
dan harus dilandasi oleh pembinaan kehidupan
beragama untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan anak didik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.
Program kegiatan belajar dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan
kondisi

daerah

pembentukan

dan

perilaku

menekankan
dan

pada

pengembangan

kemampuan dasar.
Prinsip pembelajaran di TK adalah bermain

sambil belajar atau belajar seraya bermain.


Bahasa pengant
ar dalam pembelajaran di TK adalah bahasa
Indonesia,

sedangkan

untuk

daerah

yang

memerlukan bisa menggunakan bahasa daerah


sebagai pengantar.
4) Program
Pendidikan

Peningkatan

Mutu

dan

Relevansi

Beberapa

program

yang

berkaitan

dengan

peningkatan mutu dan relevansi pendidikan TK antara


lain :

Peningkatan profesionalisme guru TK melalui


kegiatan pelatihan/penataran sistem pembinaan
profesinal (SPP) baik di tingkat pusat maupun
daerah.

Pengangkatan guru PNS oleh Dinas Pendidikan


setempat yang dilaksanakan berdasarkan USB TK
Negeri

Pembina/

Kabupaten/Kota

Percontohan

dengan

kualifikasi

tingkat
pendidikan

SPGTK, PGTK dan DII-PGTK.

Penerapan paradigma baru dunia pendidikan yakni:


schooling ke learning, instructive ke fasilitatif,
knowledge ke competency based (manajemen
berbasis

sekolah),

decentralization,

dan

centralization
government

role

ke
ke

community role (masyarakat madani).

Menyusun materi kegiatan dalam PKB TK sesuai


dengan tingkat perkembangan peserta didik dan
kondisi lingkungannya.

Menyelenggarakan

TK

dengan

memperhatian

prinsip-prinsip PKB TK, bermain, lingkungan anak;

Peningkatan Mutu TK Pembina Tingkat Propinsi


sebagai Gugus TK Rujukan.

Memberikan dana bantuan langsung (block grant)


kepada TK untuk peningkatan mutu.

5) Program Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas


Pendidikan TK
Beberapa

program

yang

berkaitan

dengan

peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan TK


antara lain:

Menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

penyelenggaraan pendidikan TK.


Melaksanakan pembinaan Sistem

Professional (SPP) melalui gugus TK.


Menerapkan manajeman berbasis sekolah.
Meningkatkan kerjasama tiga komponen pendidikan

TK yaitu pemerintah, GOPTKI dan IGTKI PGRI.


Penyuluhan dan penyebaran informasi melalui
media

elektronik

menyadarkan

dan

dan

media

meningkatkan

Pembinaan

cetak
peran

untuk
serta

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan TK.


Membentuk dan memfungsikan Dewan/Komite

Sekolah untuk TK.


Memberikan dana bantuan langsung (block grant)
kepada TK Pembina.

Doktrin Impeachment :
Quasi political court : Lord Latimer di Inggris 638 tahun yang lalu : korupsi suap
dan penindasan : di Impeachment.

Impeachment merupakan proses, bukan hasil.


Sekarang Impeachment dikonotasikan kepada penjatuhan vonis.
Dekrit : Keputusan istimewa asal kata decreet : dari Francis.
5 Juli 1959 : Dekrit Presiden :
Januar 1960 : membukarkan DPR karena takut dekrit ditolak
Maret 1960 : bentuk DPR GR yang anggotanya merupakan pilihan Soekarno

Tritura :
Turunkan harga
Bubarkan PKI
Turunkan kabinet 100 menteri

Sangking kacaunya, ada menteri minoritas tionghua.


Indonesia kacau, karena kacau : Soekarno bersembunti di istana
bogor,Diserahkannya Surat perintah sebelas maret oleh Soekarno kepada
Soeharto.
Isinya : memerintahkan soeharto untuk mengamankan ibu kota negara, membuat
keadaan ibu kota jadi stabil supaya pemerintahan bisa berlangsung / stabil / aman.

Soerharto mengamankan soekarno, didunia heboh dengan ucapan : soekarno di


kudeta oleh soeharto.
Akhirnya soekarno kena tahanan rumah, kekuasaan dibawah soeharto terus ia
konsolidasi : tahun 1967 : sidang MPRS : soekarno membacakan laporan
pertangungjawaban : diberi nama Nawaksara. : nawak : 7, sara : suara / kehendak,
keinginan : dan ditolak : maka diangkatlah oleh MPRS : Soeharto sebagai pejabat
presiden, belum definitif sebagai presiden, dbacakan soekarno dibacakan Sidang
Istimewa, 1969 : sidang umum MPRS : ditetapkanlah soeharto sebagai presiden
RI kedua, menggantikan soekarno.
Salah satu catatan : soeharto harus segara mengadakan pemilu 2 tahun
mendatang :1970, tetapi tidak bisa : soeharto baru bsa ngadain pemilu 1971 : 10
partai politik, kata soerharto 9 partai politik, dan 1 golongan karya : Golkar bukan
partai politik katanya soeharto, golkar kumpulan orang berkarya, bukan hanya
partai politik, tetapi seluruh bidang.
1972 : soeharto menyuarakan ide / gagasan : seharusnya Indonesia tidak punya
partai poliitk tidak sebanyak ini, sebaiknya indonesia hanya punya 3 partai politik,
tahun 1973 kejadian fusi parpol / penciutan jumlah partai politik : 5 partai politik
yang ideologinya nasionalis dan non-islam : harus bergabung dan diganti nama
dengan PDI : partai demokrasi indonesia, dan 4 partai politik yang ideologinya
Islam : ciiutkan / gabung : PPP : partai pesatuan pembangunan, dan 1 lagi Golkar.
partai politiknya ikut pemilu, Soeharto 1966 tidak sanggup ngadain pemilu, terus
1967 pertaa, 1972, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 : diikuti oleh 3 parpol.
Soeharto 1997 suruh cari presiden baru, ada Harmoko dia ketua umum golkar, dia
menjilati dan mengatakan soeharto berjiwa besar, dll.
Terus digantikan oleh BJ HABIBIE, ngadain pemilu dan PDIP menang : Amin
Rais mencalon GUSDUR, kemudian megawati jadi wakil presiden.

2 kali peristiwa LPJ presiden ditolak MPRS, pertama soekarno 1967 dan kedua
LPJ BJ HABIBIE 1998 : hingga menyebabkan BJ habibie tidak diperkenankan
menjadi calon presiden.
Jokowi juga ikut begitu, dan namanya nawakcita : yang buat jokowi

You might also like