You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PERLINDUNGAN TANAMAN (GULMA)

Seed Bank

Disusun Oleh :
Widi Elsa Nursuci Lestari
Kelas H-Gulma
Nomor Pokok Mahasiswa :
150510150095

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang laporan praktikum seed bank gulma.
Adapun makalah ilmiah ini telah diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah.
Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik sehingga saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ilmiah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, Desember 2016

Penyusun

Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan 6
BAB II DASAR TEORI

BAB III METODE PRAKTIKUM 9


3.1 Metode Praktikum

3.2 Alat dan Bahan 9


3.2 Cara Kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN 14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehadiran gulma di suatu areal pertanaman berkaitan dengan adanya deposit biji
gulma yang tersimpan di dalam tanah. Biji gulma dapat tersimpan selama berpuluh-puluh
tahun di dalam tanah dan selama itupula gulma dapat bertahan hidup dalam kondisi yang
dorman.

Dalam kondisi seperti ini gulma dapat berkecambah jika ada yang dapat

mematahkan dormansi seperti syarat-syarat perkecambahan gulma sudah terpenuhi. Pada


umumnya, gulma dapat berkecambah seperti tanaman budidaya lainnya yaitu
memerlukan air, cahaya, kelembaban dan oksigen. Biji gulma yang sudah terangkat ke
atas permukaan tanah akan mendapatkan kecukupan unsure hara seperti cahaya, oksigen
dan kelembaban yang sesuai sehingga gulma dapat berkecambah, tumbuh dan
berkembang dengan baik. Gulma memiliki 3 macam tipe dormansi yaitu dormansi primer,
dormansi sekunder, dan dormansi lingkungan.
1. Dormansi primer (innate dormancy)
Dormansi ini bersifat genetis, dan dapat disebabkan oleh:
a. Kulit biji yang bersifat impermeable terhadap air dan gas, atau bersifat
resisten mekanis ( walaupun udara dan air dapat masuk, biji tidak dapat
tumbuh apabila bijinya keras / tanah tekanan ), misalnya pada Amarntuhus
spp, juga dapat dipengaruhi secara mekanis, atau oleh mikroorganisme.
b. Hambatan kimiawi di dalam kulit biji ( atau buah ), di dalam embrio atau di
dalam endosperma; dapat dipengaruhi oleh temperatur, hujan, cahaya.
c. Adanya embrio yang rudimenter dimana pada waktu biji jatuh, embironya
belum berkembang dengan sempurna. Biji demikian baru dapat tumbuh
berkecambah setelah embrionya tumbuh sempurna, misalnya pada Polygonun
spp., Scirpus qrossus.
2. Dormansi sekunder (induced dormanc )
Dormasi ini terjadi apabila biji yang biasanya tumbuh kalau keadaan lingkungan
menguntungkan, tetapi kemudian menjadi doman akibat keadaan lingkungan yang
kurang menguntungkan, misalnya kurang cahaya dan sebagainya. Biji yang telah lama
terpendam dalam tanah tidak segera dapat tumuh, telah terbawa ke atas permukaan
tanah karena persyaratan perkecambahan terpenuhi maka akan berkecambah.
4

3. Dormansi lingkungan (enfored dormancy)


Dalam hal ini biji menjadi dorman selama faktor-faktor lingkungan kurang
menguntungkan (kurang O2,

kurang lembab, temperatur terlalu rendah dan

sebagainya), dan kemudian segera tumbuh setelah hambatan tersebut dapat


dihilangkan.
Biji gulma yang berada di dalam tanah, dalam waktu yang tertentu atau setelah
terjadi pematahan dormansi, dapat berkecambah. Perkecambahan itu dapat terjadi
selama biji tersebut sudah tidak akan berkecambah lagi setelah biji mengalami
senesensi. Perkecambahan biji gulma ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, ialah
faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam inilah merupkan sifat yang dipunyai secara
menurun (genetis) misalnya lama dormansi oleh karena tebalnya kulit biji, vigor,
viabilitas, dan lain-lain (Moenandir, 1993).
Gulma dapat berkembang biak dengan mudah dan secara cepat baik secara
generative maupun vegetative. Secara generative biji gulma bersifat halus, ringan
dengan jumlah yang sangat banyak sehingga mudah disebarkan oleh angin, air,
hewan, maupun oleh manusia. Perkembangbiakan secara generative pada umumnya
terjadi pada gulma semusim. Kebanyakan gulma tahunan tumbuh didaerah yang telah
lama tidak diolah, dan berkembangbiaknya sebagian besar secara vegetatif. Dengan
melakukan pengolahan tanah bagian vegetatif yang terpotong dapat menjadi
tumbuhan baru, tetapi dengan melakukan pengolahan tanah yang berulang kali dapat
mematikan bagian - bagian gulma yang terpotong tersebut. Umumnya bagian
vegetatif gulma yang dapat tumbuh kembali adalah : umbi, akar, batang, rhizome dan
stolon.
1.2 Rumusan Masalah
1. Adakah simpanan biji gulma pada tanah yang dijadikan sampel?
2. Bagaimana pengaruh kedalaman sampel terhadap keberadaan biji gulma?
3. Jenis-jenis gulma apa saja yang ada pada setiap lapisan kedalaman tanah yang
dijadikan sampel?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya simpanan biji gulma pada tanah yang dijadikan sampel.
2. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman sampel tanah terhadap keberadaan biji gulma.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang ada pada setiap lapisan kedalaman tertentu.

BAB II
DASAR TEORI
Perkembangan gulma sangat cepat dan mudah, baik secara generative maupun
vegetative. Secara generative, biji-biji gulma yang halus, ringan dan berjumlah sangat
banyak disebarkanoleh angina, air, hewan maupun manusia. Perkembangbiakkan secara
vegetative terjadi karena bagian batang yang berada di bagian tanah akan membentuk
tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga bagian akar
tanaman misalnya stolon, rhizome, dan umbi akan bertunas dan membentuk tumbuhan
baru jika terpotong-potong. (Barus, 2003).
Biji gulma yang berada di dalam tanah dalam waktu tertentu atau setelah terjadi
pematahan dormansi dapat berkecambah. Perkecambahan ini dapat terjadi selama biji
tersebut sudah tidak akan berkecambah lagi setelah biji mengalami senesensi.
Perkecambahan biji gulma ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam merupakan sifat yang dipunyainya secara menurun (genetis)
misalnya lama dormansi oleh karena tebalnya kulit biji, vigor, viabilitas dan lain-lain
(Moenandir, 1993).
Biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa
kepermukaan tanah. Bila dormansi diperpanjang waktunya akan mengalami imbibisi
sehingga jaringan embrio menjadi rusak. Dalam biji terimbibisinya ini daya
perkecambahan biji masih tetap tinggi (Tjitrosoedirjo, dkk. 1984).
Faktor tanah yang ikut menentukan distribusi gulma antara lain : kelembaban tanah,
aerasi, pH tanah, unsur-unsur makanan dalam tanah dan lain-lain. Umumnya gulma
memiliki kemampuan bersaing yang cukup baik pada semua macam tipe tanah. Kondisi
cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam
tanah (Sukman dan Yakup, 1995).
Rotasi tanaman memungkinkan mempunyai dampak kecil terhadap jumlah total biji
dan alat biak vegetative dalam tanah kecuali jika tanaman tersebut bebas gulma setiap
saat. Kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan
hidup (longevity) dalam tanah (Sukman dan Yakup, 1992).
Dengan tindakan pengolahan tanah yang berulang, semakin lama simpanan biji-biji
gulma di dalam tanah semakin berkurang dan pada akhirnya gulma tersebut berada di
bawah batas ekonomi pengendalian. Pengolahan tanah menyebabkan gulma-gulma yang
hidup lebih dari satu tahun atau dua tahun terpotng-potong atau terbenam di dalam tanah.
Ukuran propagul menjadi kecil-kecil dan tidak cukup untuk perkembangbiakan akibat
cadangan karbohidrat gulma semakin menipis bahkan habis akibat terpotongnya oleh

aktivitas pengolahan tanah. Tunas-tunas baru yang muncul dari system perakaran atau
rhizome gulma juga terkendalikan dengan pengolahan tanah (Sastroutomo, S.S.1990)
Bank benih memainkan peran penting dalam lingkungan alam ekosistem. Sebagai
contoh, situs yang rusak karena terbakar, bencana alam, operasi pertanian, dan lainnya,
vegetasi di kawasan tersebut akan cepat kembali disebabkan oleh bank benih tanah.
Ekosistem hutan dna lahan basah mengandung sejumlah spesies tanaman khusus
membentuk bank tanah benih persisten. Tidak adanya bank benih tanha menghambat
pembentukan vegetasi selama suksesi primerm sementara kehadiran sebuah bank tanah
yang lengkap benih memungkinkan berkembangnya spesies ekosistem kaya selama
suksesi sekunder (Hidayat, 2009).

BAB III
METODE DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Metode
Metode praktikum yang kami lakukan yaitu dengan melakukan pengambilan sampel
secara acak di daerah Ciparanje pada lahan yang tidak sedang digunakan untuk menanam.
3.2 Alat dan Bahan

Alat :
- Alat untuk mengambil sampel tanah
- 5 cup bening
- Label
Bahan :
Tanah dengan kedalaman 5cm, 10cm, 15cm, 20cm, 25cm.

3.3 Langkah Kerja :


1. Kelompok kami mengambil sampel tanah di daerah Ciparanje pada lahan yang tidak
sedang digunakan untuk menanam.
2. Diberi label 5cm, 10cm,15cm, 20cm,25cm pada setiap cup sebagai wadah media
tanam sebelum pengambilan sampel tanah.
3. Mengambil tanah dengan kedalaman 5cm lalu dimasukan ke dalam cup berlabel 5cm.
4. Mengambil tanah sampai dengan kedalaman 10cm, dimasukan ke dalam cup berlabel
10cm.
5. Mengambil tanah sampai kedalaman 15cm, 20cm, 25cm lalu dimasukan kedalam cup
berlabel sesuai dengan kedalaman tanah.
6. Mengamati perkembangannya setiap minggu dan menyiram tanah dengan air.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Seed Bank pada Kedalaman Tanah Berbeda-beda pada 1, 2, dan
3 Minggu Setelah Pengambilan Sampel Tanah
Jumlah Jenis Gulma
Kedalaman
Tanah (cm)
0-5
5-10
10-15
15-20
20-25

Gulma Daun Lebar


1
2
3
MSP
0
0
0
0
0

MSP
0
0
0
0
0

MSP
0
0
0
0
0

Gulma Rumput
1
2
3
MSP
0
0
0
0
0

MSP
0
0
0
0
0

MSP
0
0
0
0
0

Gulma Teki
1
2
3
MSP
0
0
0
0
0

MSP
0
0
0
0
0

MSP
0
0
0
0
0

Dari praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasil bahwa gulma tidak tumbuh
pada semua tanah sampel yang diambil. Tidak tumbuhnya gulma pada tanah yang dijadikan
sample pada beberapa kedalaman dapat disebabkan karena adanya kekurangan air pada tanah
tersebut yang dapat menyebabkan gulma itu mati. Namun bisa saja terjadi akibat pada
kedalaman tersebut biji gulma tidak terlalu banyak sehingga tidak tumbuh pada tanah sampel
yang diambil.
Pada umumnya gulma yang tumbuh pada masing-masing cup plastik, sebagian besar
tergolong gulma daun lebar, struktur daun yang lebih lebar akan mendapat cahaya yang lebih
banyak sehingga intensitas proses fotosintesisnya akan lebih banyak dan akan mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan gulma itu sendiri. Selain kondisi tanah dan intensitas
cahaya, pertumbuhan dan perkembangan gulma juga dipengaruhi oleh faktor biji gulma itu
sendiri, ada biji gulma yang memang cocok tumbuh pada tanah kedalaman tertentu ada juga
yang tidak tergantung daya adapatasi dari gulma tersebut. Banyaknya biji gulma yang tumbuh
disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan gulma untuk melakukan pertumbuhan.
Faktor intensitas cahaya sangat berperan dalam pertumbuhan pada biji gulma, oleh karena itu
gulma-gulma berdaun lebar mendominasi perkecambahan hampir di setiap pot. Selain itu
juga kemampuan adaptasi yang lebih tinggi menyebabkan biji gulma lebih cepat
berkecambah daripada tanaman budidaya.
Kedalaman tanah sangat bergantung pada jumlah biji gulma yang ada. Pada
kedalaman 0-5 cm biji gulma memiliki jumlah paling banyak karena berada di atas dan
mudah terkena air atau terkena paparan sinar matahari , sehingga mudah juga untuk tumbuh
9

cepat dan melakukan proses fotosintesis. Semakin dalam tanah, jumlah biji gulma semakin
berkurang. Akan tetapi pada pengamatan yang dilakukan semua gulma tidak tumbuh, bisa
saja karena struktur tanah yang semakin menggumpal dan kering sehingga biji gulma tidak
tumbuh, walaupun diketahui bahwa gulma merupakan tanaman yang kuat.Namun, pada
sample yang lain ada bagian gulma yang tumbuh pada gelas plastik milik kelas lain, mungkin
saja tanah sample tersebut memiliki kecukupan air atau memiliki biji gulma yang banyak,
sehingga gulma dapat tumbuh pada beberapa kedalaman.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gulma umumnya memiliki kemampuan adaptasi yang baik dibandingkan
tanaman. Akan tetapi, tidak berarti bahwa gulma selalu hidup dengan baik tanpa
10

mengalami cekaman dalam lingkungan. Seperti tanaman lainnya, gulma memiliki


kriteria tersendiri untuk tempat tumbuhnya. Seperti yang terjadi pada praktikum ini,
kurangnya perawatan dan penyiraman pada tanah contoh menyebabkan tidak
terdapatnya pertumbuhan gulma, baik pada contoh tanah dengan kedalaman 5 cm
maupun hingga kedalaman 25 cm.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan perawatan dan penyiraman secara berkala supaya gulma
tidak tercekam dan tumbuh sehingga didapatkan hasil pengamatan yang akurat.

11

DAFTAR PUSTAKA
Bangun, P., D.Pasaribu, E. Partasasmita. 1986. Minimum tillage on mungbean in alang-alang.
Proc. Symp. Weed sci. p 263-273. (Diakses 13 Desember 2016)
Bangun, P. 1992. Pengendalian gulma pada tanaman pangan dan pengembangannya di
masa depan. Balitbio, Bogor. (Diakses 13 Desember 2016)
Sudiman, A., O.R.Madkar., M.Sundaru., Sumeno. 1989. Penel. Pertan. 9 (4) : 176 181.
(Diakses 15 Desember 2016)
Tjitrosoedirdjo, Soekisman. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. P.T. Gramedia :
Jakarta

12

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1 Tanah dari kedalaman 0-5 cm. Gambar 2 Tanah dari kedalaman
5-10 cm. Gambar 3 Tanah dari kedalaman 10-15 cm

Gambar 4 Tanah dari kedalaman 15-20 cm.


Gambar 5 Tanah dari kedalaman 20-25 cm.

13

You might also like