Professional Documents
Culture Documents
Elsa Fitri (A1C3 13 097), telah melakukan penelitian dengan judul Studi
Indeks Bias Minyak Hasil Regenerasi Minyak Jelantah Dengan
Penyerap Arang Aktif Sekam Padi yang bertujuan untuk mengetahui
indeks bias minyak goreng yang bersumber dari kopra, Bimoli, dan kelapa
akibat pengulangan pemakaian dalam proses penggorengan dan untuk
mengetahui indeks bias minyak jelantah yang bersumber dari 3 jenis minyak
goreng yaitu kopra, Bimoli, dan kelapa yang telah diregenerasi dengan
penyerap arang aktif sekam padi. Sekam padi dipirolisis dengan suhu 400 C
kemudian digerus dan disaring dengan saringan 100 mesh. Arang sekam padi
diaktivasi dengan suhu 700 C selama 30 menit. Minyak jelantah diperoleh
dari pengulangan penggorengan ubi sebanyak 3 kali untuk ketiga jenis
minyak. Pengukuran indeks bias minyak dilakukan pada lima variasi perlakuan
yaitu sebelum pakai, minyak yang digunakan setelah menggoreng ubi 1-3 kali
penggorengan, dan setelah regenerasi. Sampel yang diregenerasi dengan
penyerap arang aktif sekam padi berupa minyak goreng pada pemakaian
ketiga. Regenerasi dilakukan 2 kali dengan perbandingan arang aktif dan
minyak adalah 3:30; 3:40; dan 3:50. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan
semakin banyak pengulangan pemakaian dalam proses penggorengan maka
semakin rendah indeks bias minyak. Setelah regenerasi pertama minyak
kopra pada perbandingan 30 gram arang aktif dan 300 mL minyak (3:30)
menunjukkan perubahan nilai indeks bias dari 1,3103 menjadi 1,4814. Pada
regenerasi kedua (3:30) nilai indeks bias semakin meningkat dari 1,4814
menjadi 1,5033. Perbandingan 3:30 menghasilkan minyak regenerasi paling
optimal. Perbandingan 3:30 lebih efektif jika dibandingkan dengan 3:40 dan
3:50 karena indeks bias minyak jelantah mendekati minyak segarnya begitu
pula pada minyak Bimoli dan kelapa.
Kata kunci : Indeks Bias, Regenerasi, Minyak Jelantah, Arang Aktif Sekam
Padi
PENDAHULUAN
Minyak goreng merupakan
salah satu kebutuhan pokok manusia
sebagai
pengolahan
bahan-bahan
makanan.
Minyak
goreng
erat
kaitannya
dengan
kehidupan
masyarakat yang kebutuhannya kian
meningkat dan sangat sulit dipisahkan
dari
kehidupan
masyarakat
(Yustinah, 2011).
Minyak
goreng
berperan
sebagai
media
untuk
perpindahan panas yang cepat dan
merata pada permukaan bahan yang
digoreng. Selain itu, minyak goreng
juga berperan memberikan rasa gurih
dan nilai gizi dalam bahan pangan.
Minyak goreng terdiri atas beberapa
jenis, diantaranya adalah minyak
kelapa sawit dan minyak kelapa.
Minyak goreng merupakan zat yang
penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia. Minyak, khususnya
minyak nabati, dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol. Minyak juga
berfungsi sebagai sumber dan pelarut
bagi vitamin-vitamin A, D, E dan K
(Ketaren, 2008).
Menggoreng pada suhu tinggi
dalam waktu tertentu dan penggunaan
minyak goreng berulang-ulang akan
menurunkan mutu minyak goreng
sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan warna, bau dan sifat-sifat
fisika. Kerusakan minyak goreng
mempengaruhi kualitas dan nilai gizi
makanan yang digoreng. Menurut
Kusumastuti (2004), penurunan mutu
minyak goreng bekas (jelantah) antara
lain dilihat dari warna menjadi lebih
gelap, aroma menjadi kurang enak,
serta kadar asam lemak bebas dan
bilangan peroksida yang tinggi. Selain
itu adanya peroksida dan senyawa
karbonil pada minyak goreng yang
sudah rusak dapat menyebabkan
makanan
gorengan
mengandung
banyak lemak dan kolestrol yang
sering kali memicu berbagai macam
penyakit seperti jantung coroner dan
f.
g.
h.
i.
j.
PROSEDUR PENELITIAN
Langkah-langkah kegiatan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan arang aktif sekam
padi sebanyak 30 gram.
b. Menyediakan sampel minyak
jelantah 3 kali penggorengan
(kopra, bimoli, dan kelapa)
dengan volume masing-masing
divariasikan yaitu 300 mL, 400
mL, dan 500 mL.
c. Menyaring minyak jelantah
kopra (300 mL) dengan kertas
saring kedalam wadah yang
sudah berisi 30 gram arang aktif
sekam padi dan biarkan selama
30 menit.
d. Menyaring minyak yang telah
diregenerasi agar minyak yang
dihasilkan
tidak
tercampur
dengan arang aktif.
e. Mengambil 5 mL minyak
goreng dari proses regenerasi
pertama dan memasukannya
k.
Indeks Bias
Grafik 4.21,631
Hasil Pengukuran
1,547
Indeks
Bias
Minyak Goreng
Bimoli
dalam
Beberapa
perlakuan
penggore
ngan tiga kali pakai yang diregenerasi
selama dua kali regenerasi. Untuk variasi
minyak goreng kopra, bimoli, dan kelapa
dapat dilihat pada grafik 4.4; 4.5; dan 4.6
1,443
berturut-turut
berikut.
1,343
minyak curah
minyak bimoli
minyak kelapa
0.8
0.6
0.4
0.2
0
)
R2=
Regenerasi kedua
4.2. Pembahasan
Uji kualitas minyak jelantah
dalam penelitian ini didasarkan pada
parameter pengukuran indeks bias dengan
menggunakan alat Refraktometer Abee.
Sebagaimana penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh Sutiah (2008) dari
hasil penelitianya disimpulkan bahwa
indeks bias dapat digunakan untuk
membedakan kualitas minyak goreng
dengan
indeks
bias
yang
besar
menunjukan bahwa minyak goreng
mempunyai
kualitas
yang
baik.
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa
terjadi penurunan indeks bias secara
signifikan pada minyak goreng jelantah
pada proses penggorengan 1 kali, 2 kali,
dan 3 kali jika ditinjau dari indeks bias
minyak goreng yang belum pakai. Namun
minyak Bimoli masih memiliki indeks
bias yang lebih besar sehingga dapat
dikatakan bahwa sebelum dan setelah
pengulangan pemakaian dalam proses
penggorengan Bimoli masih memiliki
kualitas yang lebih baik dari minyak
kelapa dan minyak curah. Hasil yang
diperoleh ini diperkuat oleh hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Mahmudan (2014) dan Astika (2015),
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
pemakaian minyak secara berulang dalam
proses penggorengan dapat menurunkan
nilai indeks bias minyak setiap kali
pemakaian sehingga selama proses
penggorengan minyak goreng mengalami
penurunan kualitas, hal ini dikarenakan
komponen penyusun minyak yang rentan
rusak terhadap pemanasan dan kerapatan
minyak goreng pun semakin berkurang
mengikuti jumlah pengulangan pemakaian.
Untuk lebih jelasnya penurunan nilai
indeks bias ini dapat dilihat pada tabel 4.1,
4.3 dan 4.5. Menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Artika (2009) menyebutkan
bahwa minyak goreng berulang kali agar
tidak digunakan lebih dari 2 kali. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan kandungan
Erlangga. Jakarta.
Wahyu, S. 2016. Studi Indeks Bias Minyak
Hasil
Regenerasi
Minyak
Jelantah dengan Jerami Padi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Halu
Oleo.
Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan
Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.