Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pneumoniae,
anaerobic
Bacteroides,
streptococci
Enterococci
(streptococcus
peptostreptococcus)
dan
faecalis),
Microaerophilic
streptococcus.
Insiden dari abses pada hepar relatif tetap stabil di daerah tropik dan
subtropik, di mana penyakit ini sering menjadi endemik. Distribusi umur
dan jenis kelamin dari abses hepar tetap sepanjang abad kedua puluh.
Abses hepar lebih sering muncul pada dekade ketiga dan keempat.
Walaupun disentri amuba berkembang seimbang pada laki-laki maupun
wanita, 90% abses amuba hepar berkembang pada laki-laki. Perbedaan
ini mungkin akibat perbedaan dari keberadaan dan penyimpanan dari Fe.
Amubiasis invasif tampaknya tergantung pada keberadaan Fe yang
bebas, karena sejak wanita memasuki dekade ketiga dan keempat
kehidupan akan mengalami deplesi kronik dari penyimpan Fe berkaitan
dengan
menstruasi. Mereka
menunjukkan
penurunan
risiko
dari
2.
Sudirohusodo Makassar.
Bagaimana distribusi abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik
berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, keluhan utama, jenis
kuman/amoeba, lokasi abses, ukuran abses dan
jenis tindakan
1.3 Manfaat
Diharapkan pada evaluasi kasus ini dapat memberikan gambaran
dan data mengenai abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik di
RS. Wahidin Sudirohusodo, dan tambahan data pada seluruh rumah
sakit di Indonesia.
1.4 Metode
Evaluasi kasus ini bersifat deskriptif retrospektif dengan mengambil
data kasus abses hepar periode Januari 2012 sampai Desember 2015
dari rekam medik RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, dan dari data yang
didapat kemudian diolah, dianalisa dan disajikan dalam bentuk grafik dan
narasi
1.5 Tempat
Bagian rekam medis RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
1.6 Waktu
Penelitian ini dilakukan pada periode bulan Januari 2012 sampai dengan
bulan Desember 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abses hepar adalah kavitas supuratif pada hepar yang disebabkan oleh
invasi dan multiplikasi mikroorganisme, yang masuk melalui lesi ke dalam
pembuluh darah atau melalui saluran biliaris.[3]
Abses hepar dapat disebabkan oleh kuman (abses hepar piogenik),
parasit (abses hepar amuba) dan jamur (fungal). Di negara Barat, 80% abses
hepar berupa abses hepar piogenik, 10% berupa abses hepar amuba, dan
kurang dari 10% disebabkan oleh jamur. Di Asia dan Afrika, abses hepar
lebih banyak disebabkan oleh Entamoeba histolytica.{4]
Insiden abses hepar piogenik di negara berkembang tidak berubah
dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, yaitu sebanyak 8 16 kasus/100.000
pasien, dengan prevalensi 0,3 -1,5 persen. Kebanyakan pasien adalah pria
dan tidak didapatkan adanya perbedaan antar etnis yang menjadi faktor
resiko.[5]
Abses hepar amuba disebabkan oleh Entamoeba histolytica dan
dijumpai di daerah tropis dan subtropis, seperti Meksiko, Amerika Latin, India,
Asia Tenggara dan Afrika. Pada daerah endemik tersebut sekitas 50 persen
populasi terinfeksi dan 90 persen diantaranya pembawa kista yan
asimptomatik. Abses hepar amuba ditemukan pada 10 persen dari individu
yang terinfeksi. Kemiskinan, kurangnya sanitasi dan kebersihan dianggap
menjadi penyebab infeksi ini. Penyakit ini terutama mengenai laki-laki muda.
Pada daerah endemik, seperti di Hue, Vietnam, abses hepar amuba dapat
mencapai 21 kasus er 100.000 penduduk. [5, 6]
Abses hepar didapatkan lebih sering pada laki-laki dengan kisaran usia
20-40 tahun, namun dapat juga terjadi di segala usia. Sekitar 60% soliter dan
umumnya mengenai lobus kanan hepar, hal ini dikarenakan aliran darah
portal lobus kanan sebagian besar disuplai oleh vena mesenterika superior,
dan sebagian besar volume hepatic berada di lobus kanan. Ketika multipel
abses ditemukan, dapat dicurigai abses piogenik atau abses campuran.
Pasien pada umumnya mengeluh nyeri abdomen di kuadran kanan atas yang
menjalar ke skapula atau bahu kanan. [3]
A. Anatomi Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar pada tubuh manusia, dengan berat
sekitar 1500 gran atau 2,5% dari total berat tubuh manusia dewasa. Organ
ini terletak di kuadran kanan atas rongga abdomen, di bawah diafragma. Di
rongga perut, organ ini sebagian besar dilapisi oleh peritoneum. [7]
utama
proses
deaminasi
dan
gugus-gugus
kadar
kadar
bilirubin
disebabkan
haemoglobin,
disfungsi
oleh
meningkatnya
hepatoseluler
yang
deaminasi
asam
amino
yang
Portal,
dapat
berkembang
menjadi
beberapa
b. Abses Piogenik
Organisme penyebab abses hepar piogenik sangat bervariasi.
Pada infeksi hati yang yang umumnya ditemukan dalam isolasi
bakteri dari Tractus bilier yaitu bakteri basil aerob gram negatif
usus seperti E. coli, K. pneumonia, Pseudomonas sp, dan Proteus
11
ditemukan
pada
sekitar
40%
[14,15]
kasus,
Abses
abses
12
{4, 17}
2) Gejala Klinis
Abses amoebik memiliki tampilan yang lebih subakut dibandingkan
abses bacterial / piogenik. Riwayat diare disertai darah hanya ditemukan
pada 10% kasus. Gejala penyakit umumnya muncul beberapa minggu
atau bulan (kontras dengan proses piogenik yang bergejala dalam
beberapa hari hingga minggu). Gejala awal bersifat non spesifik, demam,
anoreksia, berkeringat, lemas, mual, muntah dan berat badan menurun.
Gejala yang mendominasi selanjuntya berupa nyeri abdomen kanan atas
pada dua pertiga pasien. Nyeri menjalar ke bahu kanan dan skapula
kanan akibat iritasi diafragma dan bertambah dengan batuk dan napas
dalam. Tanda lokal yang paling sering nyeri tekan di daerah lengkung iga
dengan
ditemukan, tetapi jarang sekali disertai ikterus, prekoma, atau koma. Bila
lobus kiri yang terkena, akan ditemukan massa didaerah epigastrium.
Gejala khas adalah suhu tubuh yang tidak lebih dari 38,5C. penderita tak
kelihatan sakit berat seperti pada abses karena bakteri. [4, 6]
3) Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
Pada abses hepar amuba didapatkan anemia dan peningkatan laju
endap darah pada sekitar 80 persen pasien dan leukositosis ringan
pada 6070 persen pasien. Leukositosis berat menandakan adanya
infeksi bakteri sebagai infeksi penyerta. Kelainan faal hati didapatkan
ringan sampai sedang. Uji serologi dan uji kulit yang positif
menunjukkan adanya Ag atau Ab yang spesifik terhadap parasit ini,
kecuali pada awal infeksi. Ada beberapa uji yang banyak digunakan
antara lain hemaglutination (IHA), countermunoelectrophoresis (CIE),
dan ELISA. Real Time PCR cocok untuk mendeteksi E. histolityca
pada feses dan pus penderita abses hepar. {2}
Fungsi hati dalam batas normal tidak mengeksklusi adanya abses
amuba, dapat juga ditemukan peningkatan alkali fosfatase, reduksi
14
Faktor
15
abses yang
A
B
Gambar 5. USG (A) dan CT-scan (B) pasien dengan abses
hepar multipel yang disebabkan oleh amuba. [17]
4) Tata Laksana
Medikamentosa
Metronidazole merupakan obat pilihan dengan dosis 3 kali 750 mg
tiap harinya pada orang dewasa dan 30-35 mg/kgBB dibagi dalam 3
dosis pada anak, diberikan selama 10 hari. Bila tidak dapat diberikan
peroral, obat dapat diberikan melalui parenteral intravena sebanyak
16
pemberian
luminal
amoebisida
[4]
oral
peneliti
seperti
karena
tidak
mengganggu
fungsi
vital,
sedikit
72 jam
Abses lobus kiri
Abses yang berukuran besar yang dicurigai akan rupture atau
17
drainase tertutup.[4]
Bedah Intervensi
Drainase bedah terbuka, jarang dilakukan dan hanya dilakukan
jika:
Abses besar yang tidak berhasil dikeluarkan dengan aspirasi
tanda peritonitis
Terdapat ruptur di kavitas pleura / kavitas perikard / visera. [15]
Indikasi lain adalah abses hepar lobus kiri yang terancam pecah
ke rongga peritoneum dan ke organ lain termasuk ke dinding perut,
dan infeksi sekunder yang tidak terkendali. Angka kematian dengan
cara ini lebih tinggi.[4]
5) Komplikasi
18
dengan
bahan
nekrotik
mengandung
amoeba.
Fistula
[13]
hepatorenal.
Selain
itu,
prognosis
penyakit
ini
juga
19
sekitar 5%
20
[5]
Bakteri
Organisme tunggal
Bakteri gram negative
Escherichia coli
Klebsiella pneumonia
Lainnya
Bakteri anaerob
Bacteroides fragilis
Lainnya
Bakteri gram positif
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes group A
Persentase
2264
3545
827
840
Up to 60
236
Up to 25
23
Abses bakterial dapat menjadi multipel dan sering ditemukan pada
kedua lobus. Tampilan klinisnya tampak sebagai demam subakut yang diikuti
dengan menggigil, ikterus ringan kemungkinan terjadi, dan sepertiga pasien
akan mengeluhkan nyeri perut kuadran kanan atas. [6]
2) Gejala Klinis
Secara klinis gejala nonspesifik yang timbul meliputi demam yang naik
turun, malaise, mual, rasa lemah, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri
kepala, nyeri otot dan sendi, serta nyeri perut. Nyeri perut terutama
dirasakan di bawah iga kanan atau pada kuadran kanan atas. Dapat
dijumpai gejala dan tanda efusi pleura. Bila abses terbentuk dekat
diafragma, dapat timbul gejala nyeri seperti pleuritis dengan batuk dan
sesak.[4, 21]
Nyeri sering berkurang bila penderita berbaring pada sisi kanan. Demam
hilang timbul atau menetap bergantung pada jenis abses dan kuman
penyebabnya. Dapat terjadi ikterus, asites dan diare. Ikterus terutama
terdapat pada abses hepar piogenik karena penyakit saluran empedu yang
21
22
kostofrenikus
anterior
tertutup.
Secara
angiografik
abses
mendeteksi
abses
dengan
diamer
0,5
cm
dan
dapat
CT-scan atau USG. Bila dicurigai abses hepar piogenik disebabkan oleh
kelainan bilier, MRI berguna untuk menentukan rencana tindakan. Abses
hepar piogenik biasanya
kriptogenik yang
multipel
lebih
sering
24
4) Tata Laksana
Medikamentosa
Pendekatan konvensional untuk terapi abses hepar piogenik adalah
melalui operasi drainase terbuka dan pemberian antibiotik parenteral
selama 4-6 minggu. Antibiotik sebaiknya sesuai dengan hasil kultur dan
sensitivitas.
Antibiotik
yang
digunakan
diantaranya
B-lactam,
25
Sekitar 80% atau lebih pasien dengan abses hepar dapat diberikan
penanganan yang adekuat dengan drainase abses melalui kateter yang
dimasukkan perkutaneus dengan bantuan CT. Terapi ini menjadi terapi
awal yang sesuai baik untuk pasien dengan abses tunggal ataupun
dengan abses multipel. Kateter dapat dibuka 1-2 minggu setelah cairan
yang keluar menjadi nonpurulen dan jernih.[24]
Aspirasi abses bertujuan untuk konfirmasi diagnosis dan kultur
bakteri. Pertanyaan utama yang sering mucul adalah kapan penanganan
primer berupa aspirasi saja dan kapan harus dilakukan
pemasangan
26
Intervensi Bedah
Jika drainase abses gagal melalui kateter perkutaneus maka
sebaiknya dilakukan laparatomi. Intervensi bedah lebih sering dilakukan
pada kasus multipel abses, kavitas abses berisi debris nekrotik dalam
jumlah yang besar. Intervensi bedah lebih dini dianjurkan pada pasien
dengan sakit berat. Lobektomi, meskipun jarang, dilakukan pada pasien
yang memliki abses multipel pada satu lobus. Obstruksi biliaris atau
penyebab sepsis yang lain harus ditangani.[24]
Tindakan bedah sebagai penanganan awal pada pasien dengan
abses hepar piogenik dilakukan hanya pada pasien dengan indikasi
adanya ruptur intraperitoneal atau pada pasien dengan abses multipel
yang menyebabkan adanya obstruksi sistem yang tidak dapat ditangani
dengan tindakan non-operatif.[21]
Prinsip operasi klasik yaitu melakukan aspirasi dengan needle
sebelum punksi tumpul, eksplorasi dengan jari untuk menentukan lokasi,
insersi pipa drain dengan ukuran yang besar untuk memaksimalkan
drainase. Irigasi pasca operasi dan suction melalui pipa drain sangat
membantu proses drainase abses. [21]
5) Komplikasi
Komplikasi abses hepar piogenik diantaranya empyema, efusi pleura
atau pericardial,
dengan
abses
hepar
yang
disebabkan
oleh
Klebsiella
dan
gangguan
fungsi
hati
seperti
ikterus
atau
Prognosis
yang
buruk
biasanya
dihubungkan
dengan
ditemukan
dari
hasil
kultur,
infeksi
jamur,
syok,
ikterus,
28
{4,17,33}
5. Kista Hydatid
Kista hidatid umumnya asimptomatik, begitupun pada pasien
usia lanjut. Secara teoritis, Echinococcis dapat menyerang berbagai
organ. Hati adalah organ yang paling umum yang terlibat, diikuti oleh
paru-paru. Dua organ tersebut merupakan 90 % dari kasus
Echinococcosis. Kebanyakan kista bergejala apabila diameter lebih
besar dari 5 cm. Organ yang terinfeksi E.granulosus adalah hati (63
%), paru-paru (25 %), otot (5 %), tulang (3 %), ginjal (2 %), otak (1 %),
dan limpa (1 %).
Gejala awalnya samar-samar. Keluhan yang dapat ditemukan
seperti nyeri non spesifik, batuk, demam ringan, dan sensasi kenyang.
Saat massa bertambah besar, gejala menjadi lebih spesifik karena
massa mempengaruhi atau menghalangi organ tertentu. Dalam hati,
efek tekanan dari kista dapat menghasilkan gejala ikterus obstruktif
dan nyeri perut. Dengan pecahnya empedu, trias klasik kolik bilier,
ikterus, dan urtikaria dapat ditemukan. {34}
29
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Selama periode penelitian 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2015
didapatkan 168 kasus abses hepar. Data dikelompokkan menurut jumlah
kasus pertahun, angka kejadian menurut jenis kelamin, umur, keluhan utama,
jenis abses, lokasi abses, ukuran abses, jenis tindakan, dan keadaan klinis
akhir pasien.
Grafik 1. Distribusi kasus abses hepar perdasarkan pertahun
47
48
40 38
35
30
20
10
0
2012
2013
2014
2015
30
masing masing pada tahun 2012 sebanyak 38 kasus, tahun 2013 sebanyak
48 kasus, tahun 2014 sebanyak 47 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 35
kasus.
Grafik 2. Distribusi kasus berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
13800.00%
82%
Perempuan
3000.00%
18%
31
Kelompok Umur
7500.00%
45%
4800.00%
29%
2100.00%
2000.00%
400.00%
12% 2% 13%
0 - 15 th
15 - 30 th
30 - 45 th
45 - 60 th
> 60 th
32
Keluhan Utama
Ikterus
Sesak
Demam
32
29
85
10
20
30
40
50
60
70
80
90
sering muncul yaitu nyeri perut kanan atas sebanyak 85 kasus, demam
sebanyak 32 kasus, benjolan pada perut kanan 29 kasus, nyeri daerah
uluhati 6 kasus, rasa tidak nyaman perut kanan atas 6 kasus, perut
membesar atau kembung 5 kasus, sesak 3 kasus, dan ikterus 2 orang.
33
Jenis Abses
Amoeba
13200.00%
79%
Piogenik
3600.00%
21%
Dari data grafik 5, diperlihatkan bahwa jenis abses amoeba sebanyak 132
kasus (78,57%) dan abses piogenik sebanyak 36 kasus (21,43%).
Grafik 6. Distribusi kasus abses hepar berdasarkan lokasi abses hepar
Lokasi Abses
Lobus Kanan
14400.00%
Lobus Kiri
Lobus Kanan & Kiri
86%
1000.00%
6%
1400.00%
8%
Dari data grafik 6, diperlihatkan bahwa lokasi abses hepar paling sering pada
lobus kanan yaitu sebanyak 144 kasus (85,71%), lobus kiri 10 kasus (5,95
%), dan kedua lobus kanan dan kiri sebanyak 14 kasus (8,33%).
34
Ukuran Abses
6800.00%
40%
< 5 cm
5 - 10 cm
5700.00%
34%
10 - 15 cm
> 15 cm
3600.00%
21%
700.00%
4%
35
Jenis Tindakan
Drainase Abses
30
23
Konservatif
113
20
40
60
80
100
120
36
150
140
120
100
80
60
40
15
20
0
Membaik
Pulang Paksa
Meninggal
B. Diskusi
Selama periode penelitian yang dilakukan, kami dapatkan total kasus
abses hepar sebanyak 168 pasien, berdasarkan jumlah kasus pertahun yaitu
masing masing pada tahun 2012 sebanyak 38 kasus, tahun 2013 sebanyak
48 kasus, tahun 2014 sebanyak 47 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 35
kasus.
37
38
[28]
kasus, rasa tidak nyaman perut kanan atas 6 kasus, perut membesar atau
kembung 5 kasus, sesak 3 kasus, dan ikterus 2 orang.
Amin Alpesh B., dkk dari BJ Medical College, Ahmedabad, Gujarat,
India melakukan studi terhadap 51 pasien abses hepar pada bulan Oktober
2013 sampai Juni 2014. Sejumlah 48 kasus (90%) mengeluh nyeri perut
kanan atas diikuti demam tinggi 34 kasus (67%) dan muntah 24 kasus (53%)
serta anoreksia 25 kasus (49%). [28]
39
Pada studi retrospektif dari tahun 1985 sampai tahun 2005 di Rumah
Sakit Donostia, San Sebastian Spanyol yang dilakukan A. Cosme, dkk
menunjukkan keluhan yang paling sering dikeluhkan penderita abses hepar
piogenik adalah demam (47 dari 45 kasus, 82,2%) disusul oleh keluhan nyeri
perut kuadran kanan atas (31 dari 45 kasus, 68,9%), sedangkan pada
penderita abses hepar amoeba keluhan demam dikeluhkan oleh 10 dari 13
penderita (76,9%) dan nyeri perut kuadran kanan atas pada 6 dari 13
penderita (46,1%).[29]
Sesuai dengan studi yang kami lakukan di Makassar dan studi lain
yang serupa, nyeri perut kanan atas merupakan salah satu gejala yang paling
sering dikeluhkan para penderita abses hepar, hal ini dikarenakan adanya
efek penekanan terhadap kapsul hati yang memberikan sensasi nyeri
terhadap penderitanya. Sedangkan gejala-gejala lainnya akan muncul silih
berganti sesuai dengan tingkat progesifitas penyakit tersebut.
Pada grafik 5, diperlihatkan bahwa jenis abses amoeba sebanyak 132
kasus (78,57%) dan abses piogenik sebanyak 36 kasus (21,43%). Berbeda
dengan Studi yang dilakukan oleh Cosme A, dkk di Spanyol tahun 2010.
Mereka melakukan studi retrospektif dari tahun 1985 sampai tahun 2005 dan
didapatkan 45 kasus Pyogenic liver abscess sedangkan Amoebic liver
abscess hanya sejumlah 13 kasus.[29]
Perbedaan epidemiologik ini mungkin disebabkan karena perbedaan
demografi geografik antara Indonesia yang merupakan negara tropis dengan
Spanyol yang notabene negara maju dengan letak di wilayah subtropis. [29]
Pada grafik 6, diperlihatkan bahwa lokasi abses hepar paling sering
pada lobus kanan yaitu sebanyak 144 kasus (85,71%), lobus kiri 10 kasus
(5,95 %), dan kedua lobus kanan dan kiri sebanyak 14 kasus (8,33%).
40
41
Hal ini menunjukkan abses hepar pada penelitian ini yang memiliki
ukuran yang lebih 10 cm cukup banyak yaitu 43 kasus (25,5%). Ini dapat
disebabkan karena lambatnya penderita datang berobat dan proses
diagnostic yang lama.
Pada penelitian ini diperlihatkan bahwa jenis terapi / tindakan yang
dilakukan yaitu konservatif (non operatif) sebanyak 113 kasus, laparotomi
eksplorasi dan drainase abses 30 kasus, laparoskopi drainase abses 23
kasus, laparotomi eksplorasi disertai reseksi hepar 1 kasus dan drainase
perkutaneus 1 kasus.
Gupta Uma Shankar, dkk pada September 2011 sampai Juni 2014 di
Cina melakukan observasi berkaitan dengan penanganan terhadap 123
pasien yang menderita abses hepar terbagi menjadi 4 klasifikasi : Terapi
antibiotik, operasi laparatomi, operasi laparascopik dan PNA + Drainage
abses. Masing-masing sebanyak 11 kasus (8,94%), 33 kasus (26,83%), 18
kasus (14,63%) dan 61 kasus (49,6%).[30]
Studi evaluasi yang dilakukan Ajas A Malik, dkk di Kashmir India pada
bulan Juli 2001 sampai Agustus 2006 terhadap 169 pasien dengan abses
hepar berkaitan dengan terapi didapatkan 127 kasus (75,14%) ditangani
dengan Drainage bedah, 26 kasus (15,38%) ditangani dengan drainage
perkutaneus, dan sisanya 16 kasus (9,46%) ditangani dengan terapi antibiotik
tunggal.[31]
Pada grafik 9 diperlihatkan
dimana pasien yang membaik sebanyak 150 kasus, pasien pulang paksa 15
kasus dan meninggal sebanyak 3 pasien.
Studi yang dilakukan Ajaz A Malik, dkk dari departemen bedah Sherri
Kashmir Institute of Medical Sciences, Kashmir. India pada Juli 2001 sampai
42
dengan Agustus 2006 didapati angka mortalitas sebesar 19 kasus dari 169
pasien (11.24%).[31]
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
43
sebesar 44,6 %, dengan keluhan utama yang paling sering yaitu nyeri
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih lengkap dan mendalam
tentang profil penderita abses hepar di rumah sakit Dr Wahidin Sudirohusodo
dikarenakan penelitian ini masih banyak kekurangan, mengingat data rekam
medis pasien yang tidak lengkap, serta penelitian yang dilakukan cukup
singkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wenas, Nelly Tendean. Waleleng, B.J. Abses hati piogenik. Dalam :
Sudoy et all. : Buku ajar Ilmu penyakit dalam jilid I edisi IV. Jakarta :
Pusat
Penerbitan
Departemen
Ilmu
Penyakit
Dalam
Fakultas
44
Surgery
Pathophysiology
and
45
Liver Abcess.
Medscape. Jun 20, 2016 (online). Jul 24, 2016 [cited]. Available from
URL:http://emedicine.medscape.com/article/188802-overview#showall
18.Raviglione Mario, OBrien Richard. Tuberculosis. In : Kasper,
Braunwald, Fauci, et all, editors. Harrisons Principle of internal
medicine. US : McGraw-Hill. 16th Edition. 2005. p. 953-66
19.Feldman, M., L. Friedman, and L. Brandt, Sleisenger and Fordtran's
Gastrointestinal and Liver Disease : Pathophysiology, Diagnosis,
Management 8th edition. Saunders Elsevier. Philadelphia, 2006
20. Mulholland, M., et all., Greenfield's Surgery : Scientific Principles and
Practice. Lippincott William &Wilkins. Philadelphia, 2006
21.Dutta, A. and S. Bandyopadhyay, Management of Liver Abscess.
Medicine, 2012 : p. 469-475.
22.Odze, R. and J. Goldblum, Surgical Pathology of the GI Tract, Liver,
Biliary Tract and Pancreas 2nd Edition. Saunder Elsevier. Philadelphia,
2008
23. Henegan
Helen,
Healy
Nuala,
Martin
Sean,
et
all.
Modern
Jul
24,
2016
[cited].
Available
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1119738/
46
from
URL:
47
MAKALAH III
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH :
ABIDIN
PEMBIMBING :
DR. dr. RONALD E. LUSIKOOY, SpB-KBD
48
Objektif ;
Penulis mengevaluasi hubungan antara lokasi, ukuran dan jenis abses hepar
serta jenis tindakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
49
50