Professional Documents
Culture Documents
Proposal KL Andri Septian
Proposal KL Andri Septian
keragaman genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi
berbunga tinggi dan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman lingkungan.
Kabupaten Magelang merupakan habitat asli anggrek seperti Vanda tricolor var.
suavis. V. tricolor di habitat asalnya dilaporkan mulai langka akibat adanya kerusakan
hutan karena bencana alam maupun ulah manusia. Kerusakan hutan akibat erupsi Merapi
pada bulan Oktober 2010 menyebabkan spesies V. tricolor var. suavis di lereng Merapi kini
secara ekologi dapat dikatakan terancam punah (Dwiyani, et al., 2012). Berbagai upaya
telah dilakukan untuk menyelamatkan anggrek yang hampir punah ini. Kegiatan berupa
penelitian, pengembangan, serta sosialisasi ke masyarakat untuk anggrek ini sudah
dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Magelang. Oleh karena itu perlu untuk mempelajari lebih lanjut mengenai pengembangan
anggrek yang terancam punah dan pengembangannya melalui teknologi mikropropagasi
dan pemuliaan tanaman yaitu dengan persilangan. Melalui kegiatan Kerja Lapangan ini
diharapkan diperoleh pengetahuan dan keterampilan yang luas tentang perbanyakan dan
pemuliaan anggrek vanda yang ada di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Magelang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kuliah kerja lapangan ini bertujuan untuk
a. melatih mahasiswa agar mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktik
perbanyakan dan pemuliaan anggrek vanda,
b. melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan pemuliaan anggrek untuk
pengembangan anggrek dan menganalisis persoalan untuk menemukan solusinya,
khususnya di dalam kegiatan pemuliaan anggrek vanda,
c. memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan antara teori dengan
penerapannya di lapangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya,
d. memberikan bekal pengalaman praktik pemuliaan anggrek kepada mahasiswa untuk
bekerja dalam masyarakat setelah menyelesaikan studinya .
2. Tujuan Khusus
Kuliah kerja lapangan ini bertujuan untuk
a. mengetahui dan mempelajari secara langsung kegiatan persilangan dan kultur embrio
anggrek vanda secara keseluruhan yang dilakukan di Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Magelang meliputi pemilihan
plantlet sebagai bahan kultur in vitro, pembuatan media kultur, mengkulturkan
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Asparagales
Suku
: Orchidaceae
Rumpun
: Vandeae
Marga
: Vanda
(Anonim, 2016).
Anggrek kelompok vandaceous mempunyai keragaman yang sangat besar, baik
habitat, ukuran, bentuk, maupun warna bunganya. Berdasarkan cara hidupnya anggrek
kelompok
vandaceous
ada
yang
bersifat
terrestrial
dan
epifit.
Menurut
pola
Kultur jaringan sering disebut juga tissue culture. Kultur adalah budidaya, dan
jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur
jaringan adalah metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman, seperti sel, sekelompok sel,
jaringan, dan organ, serta menumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Dasar orientasi kultur jaringan adalah teori totipotensi sel, yang ditulis oleh
Schleiden dan Schwann, bahwa bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau
dibudidayakan di lingkungan yang sesuai, dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna
Tanaman dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu seksual (generatif), dengan biji dan
aseksual (vegetatif), dengan bagian dari tanaman selain biji. Perbanyakan tanaman secara
aseksual sering disebut dengan kloning, karena hasil perbanyakan ini adalah tanamantanaman yang mempunyai sifat genetik sama.
Tujuan mikropropagasi secara in vitro antara lain,
1. Memperbanyak tanaman
a. Dalam jumlah banyak dengan waktu yang lebih singkat dan mempunyai sifat
yang sama dengan induknya (misal : untuk tanaman obat, tanaman yang hampir
punah, bunga potong dan sebagainya)
b. Tanaman yang tidak dapat diperbanyak secara in vivo
c. Tanaman varietas unggul
d. Tanaman induk silangan (sifat homozigot, untuk menghasilkan biji untuk
pemuliaan tanaman)
e. Stok kultur tanaman dengan sifat-sifat tertentu (untuk pemuliaan tanaman)
2. Menghasilkan tanaman yang bebas penyakit
3. Mempermudah pengiriman tanaman (lebih ringkas dalam pengiriman). Budidaya
secara in vitro juga dilakukan pada biji yang bermasalah, seperti biji anggrek, yang
tidak mempunyai endosperm. Biji anggrek tidak dapat tumbuh pada media tanam
tanah, tetapi dapat tumbuh bila disebarkan pada media tanam bernutrisi, dan
dipelihara secara aseptik (misal media VW).
Tahapan dalam kultur jaringan dengan bahan tanam embrio adalah sebagai berikut:
1. Persiapan (tahap 0)
Mempersiapkan bahan tanam yang akan dipergunakan sebagai eksplan. Eksplan
berasal dari embrio. Buah dipanen, dicuci bersih, dicelupkan dalam spiritus dan
dibakar (hingga 3 kali)dan kemudian dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow untuk
ditabur embrionya pada media yang sudah disiapkan (Dwiyanti et al., 2012).
Sebelumnya terlebih dahulu disterilisasi ruangan yang akan dipakai untuk kegiatan
praktik kultur jaringan, sterilisasi alat-alat, dan sterilisasi tempat penanaman (entkas,
laminar air flow/laf).
2. Kegiatan Kultur Jaringan
a) Penanaman/Induksi (tahap 1) (kultur aseptik)
Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme
seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Organisme-organisme tersebut secara
universal terdapat pada jaringan tanaman. Kondisi in vitro yang disukai eksplan,
yaitu mengandung sukrosa dan hara dalam konsentrasi tinggi, kelembaban tinggi
dan suhu yang hangat, juga disukai mikroorganisme yang seringkali tumbuh dan
berkembang sangat cepat, mengalahkan pertumbuhan eksplan. Jika permukaan
tanaman ditutupi oleh rambut atau sisik, perhatian mesti diberikan untuk
memastikan penetrasi bahan kimia, karena kontak dengan organisme sangat penting
untuk sterilisasi. Ini biasanya dicapai dengan menambahkan detergen, digoyanggoyang, atau membenamkan eksplan dengan sedikit tekanan untuk mengilangkan
gelembung udara yang mungkin mengandung mikroorganisme.
Menurut Arditti (1992), perkecambahan embrioanggrek dimulai dengan
pembengkakan embrio,diikuti kemunculan embrio dari testa, sampai hilangnya testa
dari embrio. Dengan demikian maka embrio anggrek dikatakan sudah berkecambah
jikatesta sudah benar-benar terlepas atau memasuki fase tiga. Istilah protokorm
diberikan untuk embrio tanpa testa, sehingga berdasarkan warna dibedakanmenjadi
protokorm putih (white protocorm), protokorm kuning (yellow protocorm),
protokormhijau (green protocorm) (Semiarti et al., 2007). Biji anggrek dikatakan
sudah berkecambah jika sudah memasuki fase protokorm yaitu fase untuk embrio
tanpa testa atau embrio yang sudah berkecambah (fase tiga, empat, dan seterusnya).
b) Subkultur
Subkultur dilakukan untuk mengganti media dan untuk penjarangan bibit
anggrek. Untuk setiap subkultur, satu botol dapat dijarangkan menjadi 4-6 botol.
Metode subkultur juga diawali dengan pembuatan media. Jika embrio anggrek telah
berwarna hijau dengan ukuran lebih besar dari semula, maka embrio tersebut dapat
dipindah ke dalam media subkultur yang baru sambil dijarangkan. Embrio yang
telah mengalami perkembangan lebih lanjut dengan ciri-ciri telah tumbuh tunas
atau akar, maka dapat dipindah ke media baru pula. Subkultur juga dilakukan
apabila persediaan media dalam botol telah habis digunakan. Subkultur dilakukan
sekitar 35 kali tergantung kecepatan pertumbuhan bibit.
3. Induksi Perakaran (tahap 3)
Jenis Persilangan
Keberhasilan
Persilangan (%)
(hari)
67
15
33
15
100
14
67
10
33
10
Vanda spp 122262 hari, secara terperinci persilangan Vanda celebica sebagai induk
betina berkisar 122154 hari, tetapi secara resiprok pada persilangan Vanda celebica
sebagai induk jantan umur masak/panen buah lebih lama berkisar 186262 hari.Hasil
penelitian Aries et al., (2010), bahwa waktu masak buah antara Vanda tricolor dengan
Vanda limbata adalah 170-180 hari. Menurut Widiastoety (2003) persilangan sebaiknya
dilakukan secara bolak-balik (reciprocal) untuk membandingkan dan mengetahui daya
kompatibilitas dan daya fertilitasnya. Daya kompatibilitas adalah persentase kemampuan
membentuk buah, sedangkan daya fertilitas adalah kemampuan terjadinya fertilisasi
(pembuahan).
Tabel 2. Rata-rata umur masak (panen) dan lama kecambah (terbentuk protocorm) hasil
persilangan beberapa jenis anggrek vanda
No.
Jenis Persilangan
Umur masak
Lama Kecambah/
(hari)
terbentuk protocorm
(hari)
122
16
130
21
154
18
186
18
262
23
C. Rencana Kegiatan
Rincian kegiatan kerja lapangan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan
dan Kehutanan yang akan dilakukan ditunjukkan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Kerja Lapangan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan
dan Kehutanan
No
Kegiatan
Minggu keI
II
III
IV
B. Masalah Khusus
1. Perbanyakan anggrek vanda, meliputi
a.
b.
c.
d.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. An update of the Angiosperm Phylogeny Group classication for the orders
and families of owering plants: APG IV. Botanical Journal of The Linnean Society.
181: 120.
Arditti, J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. New York: Wiley.
Aries Bagus Sasongko, Ari Indrianto dan Endang Semiarti. 2010. Identifikasi
Genotip
Hibridahasil persilangan anggrek local Vanda tricolor Lindl var suavis asal
Merapi dan Vanda Limbata Blume dengan PCR-RFLP pada daerah intergenerik
trnL-F DNA Kloroplas. Seminar Nasional Biologi. Bidang Keanekaragaman hayati.
Dressler, R. dan Dodson. 2000. The orchid natural history and classification. Cambridge:
Harvard University Press.
Dwiyanti, Rindang, Aziz Purwantoro, Ari Indrianto, dan Endang Semiarti. 2012. Konservasi
anggrek alam Indonesia Vanda tricolor Lindl varietas suavis melalui kultur embrio
secara in-vitro. Jurnal Bumi Lestari. 12: 9398.
Hadi. 2005. Budidaya Tanaman Anggrek. http://anggrek.org/budidaya-tanaman-anggrek.html.
Diakses pada 9 Desember 2016.
Henuhili, Victoria. 2004. Pemuliaan tanaman sebagai suatu usaha peningkatan potensi
tanaman anggrek di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Penelitian MIPA dan
Pendidikan MIPA, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Hartati. 2010. The intergeneric crossing of Phalaenopsis sp. and Vanda tricolor. Jurnal of
Biotechnology and Biodiversity. Vol.1.
Hartati, Sri, Sumijati, Pardono, dan Ongko Cahyono. 2014. Perbaikan genetik anggrek alam
Vanda spp melalui persilangan interspesifik dalam mendukung perkembangan
anggrek di Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol.29.
Hew, C.S. 1989. Orchid cut-flower production in Singapore and Neighboring ASEAN
Bogor.
Laws, N. 2002. Orchid commerce around the world. Flora Culture International. 10: 28-29.
Sahavacharin, O. 1986. Mutation in tissue culture of orchid. In S. Kashemsanta (ed.).
Proceeding of the 9th World Orchid Conference. Hal.223226.
Semiarti, E., Ari Indrianto, A. Purwantoro, S. Isminingsih, N. Suseno, T. Ishikawa, Y.
Yoshioka,
Y.
Machida,
dan
C.
Machida.
2007.
Agrobacterium-mediated
101106.
Widyastoety, Dyah dan Anggraeni Santi. 2012. Keunggulan Kelompok Anggrek Vanda
dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Prosiding
Seminar Nasional
Anggrek.
LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan Kerja Lapangan
PERSILANGAN DAN KULTUR JARINGAN ANGGREK VANDA
DI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN,
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
A. Umum
1. Keadaan umum Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan,
Magelang, Jawa Tengah
a. Bagaimana sejarah dan latar belakang berdirinya perusahaan?
b. Bagaimana struktur organisasi dan manajemen perusahaan?
c. Apa peran dan fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan
Kehutanan, Magelang, Jawa Tengah?
d. Bagaimana
manajemen
pengelolaan
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan
b.
c.
d.
e.
Berapa jumlah bahan tanam yang di kultur in vitro pada saat kultur embrio?
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
o.
p.
Bagaimana sortasi, grading serta penyimpanan yang dilakukan pada anggrek hasil
kultur embrio?
2)
3)