You are on page 1of 16

KULTUR EMBRIO DAN PERSILANGAN ANGGREK VANDA di DINAS

PERTANIAN TANAMAN PANGAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN,


KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya.
Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Famili Orchidaceae
merupakan salah satu famili terbesar diantara tanaman berbunga, memiliki lebih dari 800
genus dan 2535000 spesies (Arditti, 1992). Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot
maupun sebagai bunga potong. Ekspor dan impor dunia untuk perdagangan anggrek potong
dan tanaman anggrek melebihi angka $150 juta dollar di tahun 2000 (Laws, 2002). Asia
mendominasi perdagangan dunia untuk anggrek, Thailand mengekspor $50 juta dollar pada
anggrek potong, diikuti oleh Singapura, Malaysia dan New Zealand (Hew, 1989).
Indonesia memiliki banyak sekali spesies anggrek alam yang mempunyai potensi untuk
dijadikan tanaman induk. Jenis-jenis anggrek alam seperti Phalaenopsis, Vanda,
Dendrobium, Oncidium dan sebagainya mempunyai spesies yang sangat banyak dengan
variasi bentuk, warna dan corak yang berbeda pada habitat yang berbeda pula (Henuhili,
2004).
Vanda sebagai tanaman hias umumnya telah dimanfaatkan sebagai penghasil
tanaman hias dan bunga potong. Keanekaragaman warna bunga dengan berbagai variasinya,
menyebabkan vandatidak pernah surut dari penggemarnya. Variasi yang ada pada anggrek
vanda merupakan salah satu keunggulan tanaman tersebut yang memungkinkan untuk
dibuat hibrida-hibrida baru. Keunggulan tanaman anggrek ditentukan oleh warna, ukuran,
bentuk, susunan, jumlah kuntum bunga pertangkai, panjang tangkai dan daya tahan
kesegaran bunga (Widyastoetyet al., 2010).
Dari sekitar 5000 jenis anggrek asli Indonesia, baru sebagian kecil saja yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan anggrek di Indonesia (Henuhili, 2004). Pemanfaatan
teknologi yang tepat ialah kunci dari keberhasilan industri anggrek. Menurut Sahavacharin
(1986) kunci untuk memaksimalkan teknologi produksi antara lain (1) mengintroduksi
varietas baru dan eksotik, (2) peningkatan varietas melalui pemuliaan dan seleksi, (3)
perbanyakan cepat melalui kultur jaringan untuk mendapatkan anak-anak tanaman bebas
virus dan sama dengan induknya, (4) kualitas produksi termasuk pengepakan, transportasi
dan pemasaran. Oleh karena itu pemuliaan anggrek diupayakan untuk memperluas

keragaman genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi
berbunga tinggi dan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman lingkungan.
Kabupaten Magelang merupakan habitat asli anggrek seperti Vanda tricolor var.
suavis. V. tricolor di habitat asalnya dilaporkan mulai langka akibat adanya kerusakan
hutan karena bencana alam maupun ulah manusia. Kerusakan hutan akibat erupsi Merapi
pada bulan Oktober 2010 menyebabkan spesies V. tricolor var. suavis di lereng Merapi kini
secara ekologi dapat dikatakan terancam punah (Dwiyani, et al., 2012). Berbagai upaya
telah dilakukan untuk menyelamatkan anggrek yang hampir punah ini. Kegiatan berupa
penelitian, pengembangan, serta sosialisasi ke masyarakat untuk anggrek ini sudah
dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Magelang. Oleh karena itu perlu untuk mempelajari lebih lanjut mengenai pengembangan
anggrek yang terancam punah dan pengembangannya melalui teknologi mikropropagasi
dan pemuliaan tanaman yaitu dengan persilangan. Melalui kegiatan Kerja Lapangan ini
diharapkan diperoleh pengetahuan dan keterampilan yang luas tentang perbanyakan dan
pemuliaan anggrek vanda yang ada di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Magelang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kuliah kerja lapangan ini bertujuan untuk
a. melatih mahasiswa agar mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktik
perbanyakan dan pemuliaan anggrek vanda,
b. melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan pemuliaan anggrek untuk
pengembangan anggrek dan menganalisis persoalan untuk menemukan solusinya,
khususnya di dalam kegiatan pemuliaan anggrek vanda,
c. memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan antara teori dengan
penerapannya di lapangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya,
d. memberikan bekal pengalaman praktik pemuliaan anggrek kepada mahasiswa untuk
bekerja dalam masyarakat setelah menyelesaikan studinya .
2. Tujuan Khusus
Kuliah kerja lapangan ini bertujuan untuk
a. mengetahui dan mempelajari secara langsung kegiatan persilangan dan kultur embrio
anggrek vanda secara keseluruhan yang dilakukan di Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Magelang meliputi pemilihan
plantlet sebagai bahan kultur in vitro, pembuatan media kultur, mengkulturkan

plantlet ke dalam media, aklimatisasi hingga ke teori dan praktik persilangan


tanaman anggrek vanda.
C. Manfaat
Kuliah kerja lapangan ini bermanfaat untuk
a. memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang luas tentang perbanyakan dan
pemuliaan anggrekvanda yang ada di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan
dan Kehutanan Kabupaten Magelang, dan
b. meningkatkan kemampuan berpikir secara komprehensif dari berbagai sudut
pandang keilmuan khususnya yang berkaitan dengan pemuliaan anggrek vanda.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Botani Anggrek Vanda
Spektrum penyebaran anggrek vanda luas mulai dari daerah pantai sampai
pengunungan. Tanaman ini tersebar dari Utara India, Asia sampai ke Selatan Australia dan
beberapa pulau di Timur benua tersebut. Anggrek ini dapat tumbuh baik pada iklim yang
beragam, mulai dari iklim tropis yang panas sampai iklim bersalju seperti di Burma-India
(Widyastoety, 2012). Taksonomi untuk vanda adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Bangsa

: Asparagales

Suku

: Orchidaceae

Rumpun

: Vandeae

Marga

: Vanda

(Anonim, 2016).
Anggrek kelompok vandaceous mempunyai keragaman yang sangat besar, baik
habitat, ukuran, bentuk, maupun warna bunganya. Berdasarkan cara hidupnya anggrek
kelompok

vandaceous

ada

yang

bersifat

terrestrial

dan

epifit.

Menurut

pola

pertumbuhannya termasuk monopodial, artinya mempunyai batang utama dengan


pertumbuhan ke atas tidak terbatas. Bentuk batang lurus, ramping, serta tidak berumbi.
Tangkai bunga keluar pada sisi-sisi batang, yaitu pada ruas-ruas batang di antara dua ketiak
daun. Tangkai bunga tersebut keluar secara bergantian pada sisi batang sepanjang hidupnya.
Berdasarkan bentuk daunnya anggrek vanda dibagi menjadi tiga kelompok yaitu (1)
Vanda teret/pensil, bersifat terrestrial, tanaman membutuhkan cahaya matahari langsung
(100%) contohnya: Vanda teres dan Vandahookeriana; (2) Vanda strap-leaf/berdaun lebar,
bersifat epifit, yaitu tanaman membutuhkan sedikit naungan, contohnya: Vanda coerulea,
Vanda tricolor, Vanda sumatranadanVanda sanderiana; (3) Vanda semiteret, Vanda
intermediet ini merupakan hasil perpaduan antara Vanda teret dan Vanda strap-leaf. Jenis
ini membutuhkan cahaya matahari langsung, contohnya Vanda amesiana dan Vanda
kimballiana (Widyastoety, 2012).

B. Kultur Embrio Anggrek Vanda

Kultur jaringan sering disebut juga tissue culture. Kultur adalah budidaya, dan
jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur
jaringan adalah metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman, seperti sel, sekelompok sel,
jaringan, dan organ, serta menumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Dasar orientasi kultur jaringan adalah teori totipotensi sel, yang ditulis oleh
Schleiden dan Schwann, bahwa bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau
dibudidayakan di lingkungan yang sesuai, dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna
Tanaman dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu seksual (generatif), dengan biji dan
aseksual (vegetatif), dengan bagian dari tanaman selain biji. Perbanyakan tanaman secara
aseksual sering disebut dengan kloning, karena hasil perbanyakan ini adalah tanamantanaman yang mempunyai sifat genetik sama.
Tujuan mikropropagasi secara in vitro antara lain,
1. Memperbanyak tanaman
a. Dalam jumlah banyak dengan waktu yang lebih singkat dan mempunyai sifat
yang sama dengan induknya (misal : untuk tanaman obat, tanaman yang hampir
punah, bunga potong dan sebagainya)
b. Tanaman yang tidak dapat diperbanyak secara in vivo
c. Tanaman varietas unggul
d. Tanaman induk silangan (sifat homozigot, untuk menghasilkan biji untuk
pemuliaan tanaman)
e. Stok kultur tanaman dengan sifat-sifat tertentu (untuk pemuliaan tanaman)
2. Menghasilkan tanaman yang bebas penyakit
3. Mempermudah pengiriman tanaman (lebih ringkas dalam pengiriman). Budidaya
secara in vitro juga dilakukan pada biji yang bermasalah, seperti biji anggrek, yang
tidak mempunyai endosperm. Biji anggrek tidak dapat tumbuh pada media tanam
tanah, tetapi dapat tumbuh bila disebarkan pada media tanam bernutrisi, dan
dipelihara secara aseptik (misal media VW).
Tahapan dalam kultur jaringan dengan bahan tanam embrio adalah sebagai berikut:
1. Persiapan (tahap 0)
Mempersiapkan bahan tanam yang akan dipergunakan sebagai eksplan. Eksplan
berasal dari embrio. Buah dipanen, dicuci bersih, dicelupkan dalam spiritus dan
dibakar (hingga 3 kali)dan kemudian dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow untuk
ditabur embrionya pada media yang sudah disiapkan (Dwiyanti et al., 2012).
Sebelumnya terlebih dahulu disterilisasi ruangan yang akan dipakai untuk kegiatan

praktik kultur jaringan, sterilisasi alat-alat, dan sterilisasi tempat penanaman (entkas,
laminar air flow/laf).
2. Kegiatan Kultur Jaringan
a) Penanaman/Induksi (tahap 1) (kultur aseptik)
Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme
seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Organisme-organisme tersebut secara
universal terdapat pada jaringan tanaman. Kondisi in vitro yang disukai eksplan,
yaitu mengandung sukrosa dan hara dalam konsentrasi tinggi, kelembaban tinggi
dan suhu yang hangat, juga disukai mikroorganisme yang seringkali tumbuh dan
berkembang sangat cepat, mengalahkan pertumbuhan eksplan. Jika permukaan
tanaman ditutupi oleh rambut atau sisik, perhatian mesti diberikan untuk
memastikan penetrasi bahan kimia, karena kontak dengan organisme sangat penting
untuk sterilisasi. Ini biasanya dicapai dengan menambahkan detergen, digoyanggoyang, atau membenamkan eksplan dengan sedikit tekanan untuk mengilangkan
gelembung udara yang mungkin mengandung mikroorganisme.
Menurut Arditti (1992), perkecambahan embrioanggrek dimulai dengan
pembengkakan embrio,diikuti kemunculan embrio dari testa, sampai hilangnya testa
dari embrio. Dengan demikian maka embrio anggrek dikatakan sudah berkecambah
jikatesta sudah benar-benar terlepas atau memasuki fase tiga. Istilah protokorm
diberikan untuk embrio tanpa testa, sehingga berdasarkan warna dibedakanmenjadi
protokorm putih (white protocorm), protokorm kuning (yellow protocorm),
protokormhijau (green protocorm) (Semiarti et al., 2007). Biji anggrek dikatakan
sudah berkecambah jika sudah memasuki fase protokorm yaitu fase untuk embrio
tanpa testa atau embrio yang sudah berkecambah (fase tiga, empat, dan seterusnya).
b) Subkultur
Subkultur dilakukan untuk mengganti media dan untuk penjarangan bibit
anggrek. Untuk setiap subkultur, satu botol dapat dijarangkan menjadi 4-6 botol.
Metode subkultur juga diawali dengan pembuatan media. Jika embrio anggrek telah
berwarna hijau dengan ukuran lebih besar dari semula, maka embrio tersebut dapat
dipindah ke dalam media subkultur yang baru sambil dijarangkan. Embrio yang
telah mengalami perkembangan lebih lanjut dengan ciri-ciri telah tumbuh tunas
atau akar, maka dapat dipindah ke media baru pula. Subkultur juga dilakukan
apabila persediaan media dalam botol telah habis digunakan. Subkultur dilakukan
sekitar 35 kali tergantung kecepatan pertumbuhan bibit.
3. Induksi Perakaran (tahap 3)

Persiapan plantlet untuk ditanam di tanah, perakaran plantlet harus cukup


mendukung. Jika banyak tunas sudah dihasilkan, tahap selanjutnya adalah inisiasi
akar in vitro. Cara mudah dan praktis adalah dengan mengakarkan stek mikro di
luar kultur, terutama untuk spesies-spesies yang mudah berakar. Ini tidak
memerlukan media baru dan perlunya bekerja pada kondisi aseptik. Kelembaban
tinggi diperlukan untuk menghindari kekeringan tunas baru yang masih lunak. Stek
mikro dapat diberi perlakuan hormon (tepung auksin atau pencelupan pada larutan
auksin) seperti pada stek biasa. Keuntungan lain pengakaran di luar kultur adalah
tipe akar yang dihasilkan lebih beradaptasi pada lingkungan luar/tanah. Stek mikro
yang diakarkan pada media kultur biasanya memiliki morfologi yang beradaptasi
pada air dan bukan pada tanah, sehingga kadang tidak berfungsi normal saat
dipindah ke lapang. Jika mengakarkan pada media kultur, auksin diperlukan untuk
menginduksi pembentukan akar. Sitokinin biasanya menghambat pembentukan akar.
4. Aklimatisasi (tahap 4)
Penanaman di tanah pada kondisi taraf penyesuaian dengan lingkungan yang
baru. Stek mikro, atau tanaman yang sudah berakar, selanjutnya ditransfer ke tanah,
akan mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan stress pada
tanaman. Ini seringkali merupakan tahap kritis dalam keseluruhan kegiatan kultur
jaringan. Lingkungan kultur in vitro meliputi kelembaban yang tinggi, bebas
pathogen, suplai hara yang optimal, intensitas cahaya rendah dan suplai sukrosa dan
media cair atau gel. Tanaman yang dihasilkan dengan kultur in vitro beradaptasi
pada kondisi tersebut. Ketika terkespos pada lingkungan luar, tanaman kecil ini
harus dapat beradaptasi pada lingkungan yang baru. Jika transisinya terlalu keras,
tanaman akan mati.
C. Persilangan Anggrek Vanda
Pada tanaman anggrek persilangan ditujukan untuk mendapatkan kultivar baru
dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal
sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada
kuntum bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi (Hadi,
2005). Tahapan persilangan anggrek dimulai dari pemilihan spesies yang akan disilangkan,
proses persilangan buatan, proses pembentukan buah, hingga ke panen buah.
Persilangan interspesifik maupun intergenerik pada anggrek vanda dan kerabatnya
sering kurang berhasil karena terdapat kendala, seperti abnormalitas pada meiosis,
rendahnya fertilitas dan sterilitas tepungsari (Kartikaningrum et al., 2004). Dari Tabel 1

memperlihatkan bahwa persilangan Vanda celebica sebagai induk betina menunjukkan


keberhasilan 33%-100%, tetapi secara resiprok(kebalikan) Vanda celebica sebagai induk
jantan 0-67%. Hal ini terlihat bahwa Vanda celebica Vanda insignis menunjukkan
keberhasilan 100%, tetapi secara resiprok (kebalikan) Vanda insignis Vanda celebica
33%. Sebaliknya pada persilangan Vanda celebica Vanda tricolor 67%, sedang pada
resiproknya persilangan tidak ada yang berhasil (0%). Kegagalan dalam persilangan juga
dapat disebabkan belum masaknya alat kelamin jantan (anthera) atau alat kelamin
betinanya (stigma) yang belum siap sehingga persarian tidak terjadi (Pudjogunarto, 2001
dalam Hartati et al., 2014). Sedang hasil penelitian Aries et al., (2010), bahwa keberhasilan
persilangan antara Vanda tricolor dengan Vanda limbata adalah 100%. Penelitian Hartati
(2010) persilangan antara Phalaenopsis sp dan Vanda tricolor bersifat kompatibel, namun
untuk menghasilkan biji Phalaenopsis sp sebagai induk jantan dan Vanda tricolor sebagai
induk betina berpeluang lebih besar dari pada secara resiprok (kebalikannya).
Tabel 1.Rata-rata keberhasilan persilangan, umur panen dan lama kecambah hasil
persilangan beberapa jenis anggrek vanda
No.

Jenis Persilangan

Keberhasilan

Saat terbentuk buah

Persilangan (%)

(hari)

Vanda celebica Vanda tricolor

67

15

Vanda celebica Vanda dearei

33

15

Vanda celebica Vanda insignis

100

14

Vanda tricolor Vanda celebica

Vanda dearei Vanda celebica

67

10

Vanda insignis Vanda celebica

33

10

(Hartati et al., 2014).


Hasil penelitian Hartati et al. (2014) (Tabel 1) menunjukkan bahwa saat terbentuk
buah berkisar antara 10-15 hari setelah dilakukan persilangan. Saat terbentuk buah dihitung
mulai saat terjadinya persilangan sampai buah terbentuk yang ditandai dengan adanya
pembengkakan pada pangkal buah. Waktu yang dibutuhkan untuk fertilisasi (pembuahan)
pada tanaman anggrek sangat bervariasi, tergantung jenisnya, yang dihitung sejak
penyerbukan hingga terjadinya pembuahan (Widiastoety, 2003). Penelitian Hartati (2010)
bahwa waktu terbentuk buah pada persilangan antara Vanda tricolor sebagai induk betina
dan Phalaenopsis sp induk jantan berkisara 4-5 hari. Selanjutnya pada persilangan
Phalaenopsis Joane Kileup June dan Vanda tricolor pada 3 minggu setelah bunga mekar
buah terbentuk 12 hari setelah persilangan.
Dari Tabel 2 menginformasikan rata-rata umur masak/panen buah hasil persilangan

Vanda spp 122262 hari, secara terperinci persilangan Vanda celebica sebagai induk
betina berkisar 122154 hari, tetapi secara resiprok pada persilangan Vanda celebica
sebagai induk jantan umur masak/panen buah lebih lama berkisar 186262 hari.Hasil
penelitian Aries et al., (2010), bahwa waktu masak buah antara Vanda tricolor dengan
Vanda limbata adalah 170-180 hari. Menurut Widiastoety (2003) persilangan sebaiknya
dilakukan secara bolak-balik (reciprocal) untuk membandingkan dan mengetahui daya
kompatibilitas dan daya fertilitasnya. Daya kompatibilitas adalah persentase kemampuan
membentuk buah, sedangkan daya fertilitas adalah kemampuan terjadinya fertilisasi
(pembuahan).
Tabel 2. Rata-rata umur masak (panen) dan lama kecambah (terbentuk protocorm) hasil
persilangan beberapa jenis anggrek vanda
No.

Jenis Persilangan

Umur masak

Lama Kecambah/

(hari)

terbentuk protocorm
(hari)

Vanda celebica Vanda tricolor

122

16

Vanda celebica Vanda dearei

130

21

Vanda celebica Vanda insignis

154

18

Vanda tricolor Vanda celebica

Vanda dearei Vanda celebica

186

18

Vanda insignis Vanda celebica

262

23

(Hartati et al., 2014).


Kriteria yang diinginkan anggrek kelompok vanda sebagai bunga potong atau
tanaman pot adalah: berbunga sepanjang tahun, produksi bunga tinggi, cepat
pertumbuhannya, tahan terhadap hama dan penyakit, pertumbuhannya kompak, bunga
tahan lama, bunga menarik, ukuran bunga besar, warna bunga cerah, jumlah kuntum bunga
banyak, tangkai bunga panjang, susunan bunga teratur, disukai pasar dan mudah
pengepakannya (Charanasri, 1984 dalam Widyastoety, 2012). Selain kriteria tersebut
tercipta varietas yang memberikan aroma harum (Widyastoety, 2012).

III. METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan kerja lapangan akan dilaksanakan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada bulan JanuariFebruari 2017.
B. Metode Pelaksanaan
Kegiatan kerja lapangan bertujuan untuk mengetahui, mendapatkan informasi, dan
mempraktikan secara langsung mengenai perbanyakan dan pemuliaan anggrek vanda
dengan lengkap serta meningkatkan kemampuan logika dalam menghadapi persoalan atau
masalah yang timbul dalam lapangan. Terdapat dua metode dalam pengumpulan data dalam
kegiatan ini yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
1. Metode Langsung
a. Mengikuti praktik kegiatan perbanyakan dan pemuliaan anggrek vandadi Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah.
b. Mengikuti praktik kegiatan kultur embrio dan persilangan anggrek vanda di
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah.
c. Melakukan pengamatan dan praktik dalam kultur embrio dan persilangan
anggrek vandasecara langsung di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan
dan Kehutanan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dengan arahan dari petugas
lapangan.
d. Melakukan wawancara baik dengan manajer kebun maupun dengan petugas
yang telah ditunjuk untuk mendapatkan data primer.
2. Metode Tidak Langsung
Informasi maupun pengetahuan yang lebih banyak mengenai Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan
perbanyakan serta pemuliaan anggrek vandayang dilakukan di tempat tersebut didapatkan
dengan melakukan kajian pustaka maupun wawancara dengan petugas yang ada di lokasi
perkebunan serta instansi yang terkait. Selanjutnya, mahasiswa melakukan kajian pustaka
dan membandingkan dengan informasi yang telah diperoleh dari lokasi kerja lapangan.

C. Rencana Kegiatan
Rincian kegiatan kerja lapangan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan
dan Kehutanan yang akan dilakukan ditunjukkan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Kerja Lapangan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan
dan Kehutanan
No

Kegiatan

Wawancara mengenai keadaan umum yang berhubungan


dengan perusahaan, meliputi sejarah, struktur organisasi, dan
kondisi lingkungan lokasi.

Dokumentasi kegiatan dan sarana prasarana.

Mengikuti serangkaian kegiatan praktik kultur embrio anggrek


vanda: a) Persiapan: pemilihan bahan tanam, pembuatan
media, dan lain-lain b) Kegiatan Kultur Jaringan c) Induksi
Perakaran d) Aklimatisasi.

Mengikuti serangkaian kegiatan praktik mengenai pemuliaan


tanaman anggrek yaitu pada proses persilangan anggrek vanda.

Wawancara dan observasi mengenai permasalahan yang


dihadapi dalam seluruh rangkaian proses persilangan anggrek
vanda.

Melengkapi data primer dan data sekunder serta melakukan


evaluasi kegiatan kerja lapangan.

Minggu keI

II

III

IV

IV. RUANG LINGKUP MASALAH


A. Masalah Umum
1. Keadaan Umum Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, meliputi
a. sejarah dan latar belakang berdirinya perusahaan;
b. struktur organisasi perusahaan;
c. manajemen pengelolaan kebun perusahaan;
d. lokasi, batas wilayah, dan luas areal
e. topografi, keadaan tanah, dan iklim (curah hujan, intensitas sinar matahari, suhu,

kelembaban dan kecepatan angin)


2. Kegiatan mikropropagasi anggrek dengan kultur embrio, meliputi
a. Persiapan, yang meliputi pemilihan bahan tanam (plantlet), pembuatan media kultur
dan persiapan alat
b. Kegiatan kultur jaringan, yang meliputi kultur aseptik, subkultur, dan lain
sebagainya
c. Induksi perakaran
d. Aklimatisasi
3. Kegiatan persilangan anggrekvanda, meliputi
a. Tahap pembentukan kultivar hibrida;
b. Tahap pengelompokan kultivar anggrek vanda.

B. Masalah Khusus
1. Perbanyakan anggrek vanda, meliputi
a.

spesies-spesies yang akan disilangkan;

b.

cara penyerbukan buatan anggrekvanda;

c.

pengamatan pembentukan buah dan panen buah anggrek;

d.

penanganan dan penyimpanan pasca panen buah anggrek, dan

2. Permasalahan yang dihadapi dalam proses persilangan varietas hibridavanda.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. An update of the Angiosperm Phylogeny Group classication for the orders
and families of owering plants: APG IV. Botanical Journal of The Linnean Society.
181: 120.
Arditti, J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. New York: Wiley.
Aries Bagus Sasongko, Ari Indrianto dan Endang Semiarti. 2010. Identifikasi

Genotip

Hibridahasil persilangan anggrek local Vanda tricolor Lindl var suavis asal
Merapi dan Vanda Limbata Blume dengan PCR-RFLP pada daerah intergenerik
trnL-F DNA Kloroplas. Seminar Nasional Biologi. Bidang Keanekaragaman hayati.
Dressler, R. dan Dodson. 2000. The orchid natural history and classification. Cambridge:
Harvard University Press.
Dwiyanti, Rindang, Aziz Purwantoro, Ari Indrianto, dan Endang Semiarti. 2012. Konservasi
anggrek alam Indonesia Vanda tricolor Lindl varietas suavis melalui kultur embrio
secara in-vitro. Jurnal Bumi Lestari. 12: 9398.
Hadi. 2005. Budidaya Tanaman Anggrek. http://anggrek.org/budidaya-tanaman-anggrek.html.
Diakses pada 9 Desember 2016.
Henuhili, Victoria. 2004. Pemuliaan tanaman sebagai suatu usaha peningkatan potensi
tanaman anggrek di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Penelitian MIPA dan
Pendidikan MIPA, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Hartati. 2010. The intergeneric crossing of Phalaenopsis sp. and Vanda tricolor. Jurnal of
Biotechnology and Biodiversity. Vol.1.
Hartati, Sri, Sumijati, Pardono, dan Ongko Cahyono. 2014. Perbaikan genetik anggrek alam
Vanda spp melalui persilangan interspesifik dalam mendukung perkembangan
anggrek di Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol.29.
Hew, C.S. 1989. Orchid cut-flower production in Singapore and Neighboring ASEAN

countries. American Orchid Society Bulletin. 58: 887897.


Kartikaningrum, S., Nani H., Achmad B., Murdaningsih H.K., dan Nurita Toruan- Mathius.
2004. KarakterisasiGenetik Koleksi Plasma Nutfah Anggrek Vanda dan kerabatnya.
Dalam Prosiding Seminar Nasional Florikultura.

Balai Penelitian Tanaman Hias

Bogor.
Laws, N. 2002. Orchid commerce around the world. Flora Culture International. 10: 28-29.
Sahavacharin, O. 1986. Mutation in tissue culture of orchid. In S. Kashemsanta (ed.).
Proceeding of the 9th World Orchid Conference. Hal.223226.
Semiarti, E., Ari Indrianto, A. Purwantoro, S. Isminingsih, N. Suseno, T. Ishikawa, Y.
Yoshioka,

Y.

Machida,

dan

C.

Machida.

2007.

Agrobacterium-mediated

transformation of the wild orchid speciesPhalaenopsis amabilis. Plant Biotechnology.


24: 265-272.
Widiastoety, Dyah. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widyastoety, Dyah, Nina Solvia, Muchdar Soaedarjo. 2010. Potensi anggrek Dendrobium
dalam meningkatkan variasi dan kualitas anggrek bunga potong. Jurnal Litbang
Pertanian. 29 (3):

101106.

Widyastoety, Dyah dan Anggraeni Santi. 2012. Keunggulan Kelompok Anggrek Vanda
dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Prosiding
Seminar Nasional

Anggrek.

LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan Kerja Lapangan
PERSILANGAN DAN KULTUR JARINGAN ANGGREK VANDA
DI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN,
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
A. Umum
1. Keadaan umum Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan,
Magelang, Jawa Tengah
a. Bagaimana sejarah dan latar belakang berdirinya perusahaan?
b. Bagaimana struktur organisasi dan manajemen perusahaan?
c. Apa peran dan fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan
Kehutanan, Magelang, Jawa Tengah?
d. Bagaimana

manajemen

pengelolaan

Dinas

Pertanian

Tanaman

Pangan

Perkebunan dan Kehutanan, Magelang, Jawa Tengah?


2. Keadaan perkebunan
a. Di mana lokasi perusahaan?
b. Apa saja batas wilayah perusahaan ini?
c. Berapa luas area total dan luas areal pertanaman yang dimiliki oleh perusahaan?
d. Bagaimana kondisi iklim dan topografi wilayah perusahaan?
e. Bagaimana sistem manajemen kebun yang ada di perusahaan?
f. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perusahaan?
3. Perbanyakan anggrek vanda untuk produksi tanaman
a.

Bagaimana persiapan bahan tanam (plantlet)?

b.

Media kultur apa yang digunakan dan konsentrasinya?

c.

Bagaimana pemeliharaan selama bahan tanam masa pertumbuhan?

d.

Bagaimana cara menginduksi bahan tanam menjadi kalus atau PLB?

e.

Berapa jumlah bahan tanam yang di kultur in vitro pada saat kultur embrio?

f.

Umur berapa plantlet dapat di aklimatisasi?

g.

Bagaimana cara pemindahan dari tanaman dalam botol ke media baru


(aklimatisasi)?

h.

Kapan penanaman anggrek vanda dilakukan di media baru (aklimatisasi)?

i.

Apa syarat media penanaman untuk aklimatisasi tanaman anggrek vanda?

j.

Bagaimana pemeliharaan anggrek hasil kultur embrio yang dilakukan?

k.

Bagaimana pemberian nutrisi yang dilakukan?

l.

Bagaimana cara pengendalian serangan OPT tanaman anggrekvanda?

m. Berapa hari dibutuhkan untuk anggrek dapat menghasilkan buah?


n.

Berapa hari dibutuhkan untuk waktu pembungaan anggrek vanda?

o.

Kapan waktu untuk anggrek vanda berbunga sejak HST/aklimatisasi?

p.

Bagaimana sortasi, grading serta penyimpanan yang dilakukan pada anggrek hasil
kultur embrio?

4. Persilangan Anggrek Vanda


a. Tahap pembentukan kultivar baruvanda
1)

Adakah kriteria khusus untuk membentuk suatu galur?

2)

Bagaimana cara pembentukan kultivarvanda hibrida?

3)

Berapa lama proses pembentukan kultivarvanda hibrida dilakukan?

b. Tahap pengelompokan galur vanda


1) Apa saja jenis kultivar yang dihasilkan?
2) Bagaimana mekanisme pengelompokan kultivarvanda hibrida?
c. Pemasaran
1) Bagaimana sistem pemasaran dan distribusi hasil produksi?
2) Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses pemasaran?
B. Khusus
1. Apa jenis anggrek vanda yang akan disilangkan?
2. Adakah syarat atau kriteria khusus yang harus dimiliki tanaman sebelum disilangkan?
3. Bagaimana cara persilangan untuk mendapatkan vanda hibrida?
4. Adakah pengujian lanjut mengenai spesies tanaman yang sudah disilangkan?
5. Bagaimana mekanisme pelepasan kultivarvanda yang baru hasil persilangan?
6. Apa saja permasalahan yang dihadapi dalam proses persilanganvanda? Lalu,
bagaimana solusinya?
7. Bagaimana metode pemuliaan pada anggrek kelompok vanda?
8. Syarat-syarat, tahapan, dan metode dalam persilangan untuk menghasilkan varietas
unggul?

You might also like