You are on page 1of 13

Neoplasia secara harafiah berarti pertumbuhan baru.

Dapat diartikan pula bahwa neoplasia


adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal. Neoplasia dan tumor sebenarnya adalah
sesuatu yang berbeda. Tumor adalah istilah klinis yang menggambarkan suatu
pembengkakkan, dapat karena oedema, perdarahan, radang, dan neoplasia.
Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas
(malignant neoplasm). Perlu diperhatikan perbedaan antara keduanya, bahwa neoplasia jinak
merupakan pembentukan jaringan baru yang abnormal dengan proses pembelahan sel yang
masih terkontrol dan penyebarannya terlokalisir. Sebaliknya pada neoplasia ganas,
pembelahan sel sudah tidak terkontrol dan penyebarannya meluas. Pada neoplasia ganas, sel
tidak akan berhenti membelah selama masih mendapat suplai makanan.
Proses terjadinya neoplasma tidak dapat lepas dari siklus sel karena sistem kontrol
pembelahan sel terdapat pada siklus sel. Gangguan pada siklus sel dapat mengganggu proses
pembelahan sel sehingga dapat menyebabkan neoplasma. Kerusakan sel pada bagian
kecilnya, misalnya gen, dapat menyebabkan neoplasma ganas. Tetapi jika belum mengalami
kerusakan pada gen digolongkan pada neoplasma jinak, sel hanya mengalami gangguan pada
faktor-faktor pertumbuhan (growth factors) sehingga fungsi gen masih berjalan baik dan
kontrol pembelahan sel masih ada.
Tumor/neoplasma jinak di rongga mulut dapat berasal dari sel odontogen atau non
odontogen. Tumor-tumor odontogen sama seperti pembentukan gigi normal, merupakan
interaksi antara epitel odontogen dan jaringan ektomesenkim odontogen. Dengan demikian
proses pembentukan gigi sangat berpengaruh dalam tumor ini. Sedangkan tumor non
odontogen rongga mulut dapat berasal dari epitel mulut, nevus/pigmen, jaringan ikat mulut,
dan kelenjar ludah.
1.2 Skenario
Seorang pasien perempuan umur 32 tahun datang ke klinik Bedah Mulut RSGM FKG
Universitas Jember dengan keluhan bengkak pada langit-langit rahang atas kanan depan yang
awalnya kecil kemudian lama kelamaan membesar tetapi tidak sakit. Pembengkakan di
rongga mulut menyebabkan gigi geligi disekitarnya menjadi terdesak. Dokter menyarankan
dilakukan foto ekstra oral proyeksi panoramik dan oklusal foto. Sebelum perawatan dokter

melakukan pemeriksaan HIstopatologi Anatomi (HPA). Diagnosa sementaranya dokter


mengatakan penderita menderita neoplasia jinak odontogen.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana etiologi dan patogenesis dari tumor jinak rongga mulut?
Mengapa pembengkakan pada tumor jinak, terutama pada skenario, tidak sakit?
Apa saja macam-macam tumor jinak rongga mulut beserta gambaran klinis, HPA dan RO?
1.4 Tujuan
Mengetahui etiologi dan patogenesis dari tumor jinak rongga mulut.
Mengetahui proses pembengkakan yang tidak disertai rasa sakit.
Mengetahui macam-macam tumor jinak rongga mulut dan gambaran klinis, HPA dan RO.
Secara umum, jumlah sel yang ada pada suatu jaringan merupakan fungsi merupakan fungsi
kumulatif antara masuknya sel baru dan keluarnya sel yang ada pada populasi. Masuknya sel
baru ke dalam populasi jaringan sebagian besar ditentukan oleh kecepatan proliferasinya,
sementara sel dapat meninggalkan populasinya karena kematian sel ataupun karena
berdiferensiasi menjadi jenis sel lain. Oleh karena itu, meningkatnya jumlah sel dalam
populasi tertentu dapat terjadi karena peningkatan proliferasi ataupun karena penurunan
kematian atau diferensiasi sel. (Robbins, 2007)
Mekanisme yang mengatur populasi sel. Jumlah sel dapat berubah dengan meningkat atau
menurunnya angka kematian sel (apoptosis) atau melalui perubahan pada angka proliferasi
atau diferensiasi. (Dimodifikasi dari McCarthy NJ, et al: Apoptosis in the development of the
immune system: growth factors, clonal selection and bcl-2. Cancer Metastasis Rev 11: 157,
1992)
Proliferasi sel dapat dirangsang oleh faktor pertumbuhan intrinsik, jejas, kematian sel, atau
bahkan oleh deformasi mekanis jaringan. Mediator biokimiawi dan/ atau tekanan mekanis
yang terdapat dalam lingkungan mikro setempat secara khusus dapat merangsang atau
menghambat pertumbuhan sel. Oleh karena itu, kelebihan stimulator atau kekurangan
inhibitor menyebabkan pertumbuhan sel yang sesungguhnya. Meskipun pertumbuhan dapat
dicapai dengan memperpendek panjang siklus sel atau menurunkan laju sel yang hilang,
kendali pengaturan yang terpenting adalah penginduksian sel istirahat (resting cells) (pada
fase G0) agar memasuki siklus sel. Penting untuk diingat bahwa berbagai sinyal dari

lingkungan setempat tidak hanya dapat mengubah kecepatan proliferasi sel, tetapi dapat pula
mengubah kemampuan diferensiasi dan sintesisnya. (Robbins, 2007)
Proliferasi Sel Normal : Siklus Sel
Sel yang sedang berproliferasi berkembang melalui serangkaian tempat dan fase yang sudah
ditentukan yang disebut siklus sel. Siklus sel tersebut terdiri atas (secara berurutan) fase
pertumbuhan prasistesis 1 atau G1; fase sintesis prasintesis 2 atau G2; dan fase mitosis atau
atau M. Sel istirahat berada dalam keadaan fisiologis yang disebut G0. Dengan
mengecualikan jaringan yang terutama tersusun atas sel yang mengalami diferensiasi tahap
akhir dan tidak membelah, yang semuanya berada dalam G0, sebagian besar jaringan matur
terdiri atas sel dalam suatu kombinasi dari berbagai keadaan.
Masuk dan berkembangnya sel melalui siklus sel dikendalikan melalui perubahan pada kadar
dan aktivitas suatu kelompok protein yang disebut siklin. Pada tahapan tertentu siklus sel,
kadar berbagai siklin setelah didegradasi dengan cepat saat sel bergerak melalui siklus
tersebut. Siklin menjalankan fungsi regulasinya melalui pembentukan kompleksdengan
(CDK, cyclin-dependent kinases). Kombinasi yang berbeda dari siklin dan CDK berkaitan
dengan setiap transisi penting dalam siklus sel, dan kombinasi ini menggunakan efeknya
dengan memfosforilasi sekelompok substrat protein terpilih (protein fosforilatkinase; protein
kontraregulasi yang disebut protein defosfoorilat fosfatase). Fosforilasi dapat menimbulkan
perubahan konformasi bergantung pada proteinnya yang secara potensial:
Mengaktivasi atau menginaktivasi suatu aktivitas enzimatik.
Menginduksi atau mengganggu interaksi protein.
Menginduksi atau menghambat pengikatan protein pada DNA.
Menginduksi atau mencegah katabolisme protein.
Contoh spesifik adalah CDK1, yang mengendalikan transisi penting dari G2 menjadi M. Pada
saat sel masuk dalam G2, siklin B disintesis, dan berikatan pada CDK1. Kompleks siklin BCDK1 ini di aktifasi melalui fosforilasi, kemudian kinase aktif memfosforilasi berbagai
protein yang terlibat dalam mitosis, meliputi protein yang terlibat dalam replikasi DNA,
depolimerisasi lapisan inti, dan pembentukan spindle mitosis. Setelah pembelahan sel, siklin
B dipecah melalui jalur proteasom yang tersebar luas; sel tidak akan mengalami mitosis lebih
lanjut sampai terdapat rangsang pertumbuhan dan sintesis siklin yang baru.

Gambar :
Siklus A : Tahapan siklus sel. Tahap G1 (prasintesik) dan S (sintetik) pada umumnya
mengatur sebagian besar waktu siklus sel; fase M (mitosis) secara khusus bersiklus pendek.
Perhatikan bahwa saat beberapa populasi sel secara terus-menerus mengalami siklus dan
proliferasi (misalnya, sel progenitor hematopoietic), sebagian besar sel di dalam tubuh
beristirahat dan berada dalam tahap G0.
Gambar :
Siklus B : Pengontrolan kemajuan siklus sel. Cyklin-dependent kinase (CDK) disintesis
secara konstitutif, tetapi hanya diaktifkan jika menyatu dengan siklin. Siklin (ditunjukkan
sebagai protein globular) hanya disintesis pada tahap tertentu siklus sel dan kemudian
didegradasi saat sel meningkat ke fase berikutnya; saat siklin didegradasi CDK yang sesuai
akan menjadi inaktif. Nama siklin dan CDK di sini disederhanakan secara sengaja dan umum;
lihat C untuk contoh khusus nama salah satu tahap siklus yang aktual.
Gambar :
Siklus C : Regulasi aktivitas CDK1 kinase oleh siklin B pada perubahan fase G2 M.
Pengikatan siklin B yang baru disintesis terhadap CDK1 kinase inaktif pada permulaan G2
menghasilkan suatu kompleks yang dapat diaktifkan melalui fosforilasi. Kompleks kinase
aktif ini kemudian memfosforilasi sejumlah protein penting dalam mengatur transisi G2 M.
Setelah mitosis, siklin B berdisosiasi dari kompleksnya dan didegradasi, meninggalkan kinase
CDK1 inaktif, yang dapat memasuki kembali siklus pada tahap G2 berikutnya.
Selain dari sintesis dan pemecahan siklin, kompleks siklin-CDK juga diatur melalui
pengikatan inhibitor CDK. Kompleks ini sangat penting dalam mengatur tahapan siklus sel
(G1 S dan G2 M), yaitu tahapan saat sel memeriksa bahwa DNA-nya telah direplikasi
dengan cukup atau semua kesalahan telah dipulihkan sebelum bergerak lebih lanjut.
Kegagalan pemantauan secara memadai terhadap keakuratan DNA akan menyebabkan
akumulasi dan transformasi ganas yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, sebagai contoh,
pada saat DNA dirusak (misalnya, oleh iradiasi ultraviolet), protein supresor tumor TP53

(P53) yaitu suatu protein fosforilasi dengan berat molekul 53kD) akan distabilkan dan
menginduksi transkripsi CDKN1A (dulu P21), suatu inhibitor CDK. Inhibitor ini menahan sel
dalam fase G1 atau G2 sampai DNA dapat diperbaiki; pada tahapan tersebut, kadar TP53
menurun, CDKN1A berkurang, dan sel dapat melanjutkan tahapan. Jika kerusakan DNA
terlalu luas, TP53 akan memulai suatu kaskade peristiwa untuk meyakinkan sel agar
melakukan apoptosis. (Robbins, 2007)
Potensi Proliferatif Jenis Sel yang Berbeda. Berdasarkan kemampuan regenerasi serta
hubungannya terhadap siklus sel, sel tubuh dibagi menjadi tiga kelompok. Dengan
mengecualikan jaringan yang terutama tersusun atas sel permanen yang tak membelah
(misalnya, otot jantung dan saraf), sebagian besar sel matur memiliki perbandingan jumlah
yang beragam antara sel yang terus membelah, sel istirahat yang terkadang kembali ke siklus
sel, dan sel yang tidak membelah. Kemampuan sel untuk berproliferasi pada umumnya
berbanding terbalik dengan tingkat diferensiasinya.
Sel labil. Sel ini terus membelah (dan terus-menerus mati). Regenerasi terjadi dari suatu
populasi sel stem dengan kemampuan berproliferasi yang relatif tidak terbatas. Pada saat sel
stem membelah satu anak sel mempertahankan kemampuannya untuk membelah (perbaruan
diri), sementara sel lainnya berdiferensiasi menjadi sel non mitotic yang melanjutkan fungsi
normal jaringan. Sel labil meliputi sel hematopoiesis dalam sumsum tulang yang juga
mewakili sebagian besar epitel permukaan yaitu permukaan skuamosa bertingkat pada kulit,
rongga mulut, vagina, dan serviks; epitel kuboid pada duktus yang mengalirkan produksi
organ eksokrin (misalnya kelenjar liur pancreas traktus biliaris; epitel kolumnar pada traktus
gastrointestinal, uterus dan tuba falopii; serta epitel transisional pada saluran kemih.
Sel stabil. Dalam keadaan normalnya sel ini dianggap istirahat (atau hanya mempunyai
kemampuan replikasi yang rendah)\ tetapi mampu membelah diri dengan cepat dalam hal
merespon cidera. Sel stabil menyusun parenkim pada jaringan kelenjar yang paling padat,
yaitu hati, ginjal, pancreas, dan sel endotel yang melapisi pembuluh darah,serta fibroblast dan
sel jaringan ikat otot polos (mesenkim); proliferasi fibroblast dan sel otot polos sangat
penting dalam hal merespons cedera dan penyembuhan luka. (Robbins, 2007)
Sel permanen. Sel ini dianggap mengalami diferensiasi tahap akhir dan nonproliferatif dalam
kehidupan pascakelahiran. Yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagian besar neuron
dan sel otot jantung. Oleh karena itu, cedera pada otak atau jantung bersifat irreversible dan
hanya menimbulkan jaringan parut karena jaringan tidak dapat berproliferasi. Meskipun otot

rangka biasanya dikategorikan sebagai jenis sel permanen, sel satelit yang melekat pada
selubung endomisium benar-benar memberikan suatu kemampuan regenerasi. Terdapat juga
beberapa bukti bahwa sel otot jantung dapat berproliferasi setelah terjadi nekrosis miokard.

Mediator Terlarut
Gambaran umum. Pertumbuhan dan diferensiasi sel bergantung pada sinyal ekstraksel yang
berasal dari mediator terlarut dan matriks ECM. Meskipun banyak mediator kimiawi
memengaruhi pertumbuhan sel, yang terpenting adalah factor pertumbuhan polipeptida yang
beredar di dalam serum atau yang diproduksi secara local oleh sel. Sebagian besar factor
pertumbuhan memiliki efek pleiotropik; yaitu selain merangsang proliferasi sel, factor ini
juga memerantarai beragam aktivitas lainnya, termasuk migrasi dan diferensiasi sel serta
remodeling jaringan sehingga terlibat dalam berbagai tahap penyembuhan luka. Faktor
pertumbuhan menginduksi proliferasi sel dengan memengaruhi pengeluaran gen yang terlibat
dalam jalur pengendalian pertumbuhan normal, yang disebut protoonkogen. Pengeluaran gen
ini diatur secara ketat selama regenerasi dalam pemulihan normal. Perubahan pada struktur
atau pengeluaran protoonkogen dapat mengubah gen tersebut menjadi onkogen, yang
berperan pada karakteristik pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada kanker; oleh karena
itu, proliferasi sel normal dan abnormal dapat mengikuti jalur yang serupa. Terdapat suatu
daftar panjang (dan terus bertambah) mediator terlarut yang dikenal. Daripada berupaya
untuk menyusun daftarnya yang melelahkan, dalam bab selanjutnya kami akan menyoroti
molekul terpilih dan terbatas pada molekul yang berperan pada proses penyembuhan. Untuk
saat ini, kami membahas konsep umum serta jalur pemberian sinyal yang lazim. (Robbins,
2007)
Pemberian Sinyal oleh Mediator Terlarut. Pemberian sinyal dapat terjadi secara langsung
antara sel yang berdekatan, atau melewati jarak yang lebih jauh. Sel yang berdekatan
berhubungan melalui gap junction yaitu saluran hidrofilik sempit yang menghubungkan
kedua sitoplasma sel dengan baik. Saluran tersebut memungkinkan pergerakan ion kecil,
berbagai metabolit dan molekul second-messenger potensial, tetapi bukan makromolekul
yang lebih besar. Pemberian sinyal ekstrasel melalui mediator terlarut terjadi dalam empat
bentuk yang berbeda.

Pemberian sinyal autrokin; saat suatu mediator terlarut bekerja secara menonjol (atau bahkan
eksklusif) pada sel yang menyekresinya. Jalur ini penting pada respons imun (sitokin) dan
pada hyperplasia epitel kompensatoris (misalnya,regenerasi hati)
Pemberian sinyal parakrin, berarti mediator hanya memengaruhi sel yang sangat berdekatan.
Untuk melaksanakannya, hanya memerlukan difusi minimal, yang sinyalnya didegradasi
dengan cepat, dibawa oleh sel lain, atau terperangkap di dalam ECM. Jalur ini penting untuk
merekrut sel radang menuju tempat infeksi dan untuk proses penyembuhan luka terkontrol.
Sinaptik, yang jaringan saraf yang teraktivasinya menyekresi neurotransmitter pada suatu
penghubung sel khusus (sinaps) menuju sel target, seperti saraf atau otot lain.
Endokrin, yang substansi pengaturnya,misalnya hormon, dilepaskan ke dalam aliran darah
dan bekerja pada sel target yang berjauhan.
2.2 Growth Factors
Faktor-faktor yang mempromosikan organ atau organisme tumbuh secara operasional dibagi
menjadi tiga kelas besar :
Mitogens, yang menyimulasi pembelahan sel, mula-mula dengan membebaskan kontrol
negatif intraseluler yang dengan kata lain memblok proses siklus sel.
Growth factors, dimana menyimulasi pertumbuhan sel (penambahan masa sel) dengan
mempromosikan sintesis protein dan makromolekul lain dan dengan meng-inhibisi degradasi
sel-sel.
Survival factors, dimana mempromosikan kemampuan bertahan sel dengan menekan
apoptosis.
Growth factor adalah suatu peptida yang merangsang pertumbuhan dengan cara mensintesis
DNA dan juga mengatur proses mitosis sel. Bentukan peptida pada growth factor ini dibagi
menjadi 2 yaitu polipeptida dan neuropeptida. Polipeptida yang mempunyai molekul besar
dan bekerja melalui jalur tyrosine kinase. Polypeptida merupakan faktor pertumbuhan yang
akan mengadakn ikatan dengan reseptor faktor pertumbuhan dalam membran sel. Ikatan ini
menimbulkan signal transduksi yang melalui jalur tyrosin kinase diteruskan ke PKC yang
kemudian diteruskan lagi ke dalam inti sel. Neuropeptida mempunyai molekul kecil bekerja
melalui jalur non tyrosin kinase. Ikatan yang terjadi juga menimbulkan signal transduksi
melalui jalur tyrosyn kinase dan serine theroine kinase diteruskan ke dalam inti sel. Adapun
macam-macam growth factor antara lain:

EGF

: epidermal growth factor

FGF

: fibroblast growth factor

IL_3

: interleukin_3

IL_6

: interleukin_6

PDGF

: pletelete derived GF

IGF_1

: insuline growth factor 1

IGF_2

: insuline growth factor 2

GM_SCF

: granulocyt-monocyt colony stimulating factor

Proses pengkodean pembentukan growth factor diatur oleh suatu gen misalnnya c-sis, myc,
abl, int-1, int-2.
Growth Factor Reseptor
Growth factor reseptor adalah protein transmembran yang terdapat pada membran sel yang
mempunyai bagian yang menonjol keluar membran dan menonjol kedalam sitoplasma.
Growth factor receptor ada yang mempunyai dan tidak mempunyai enzim tyrosin kinase.
Ada bermacam-macam growth factor receptor seperti:
EGFR

: Epidermal growth factor receptor

TGFR

: Transforming growth factor receptor

IGFR

: Insuline growth factor receptor

CSF-1R

: Colony stimulating factor 1 receptor

PDGFR

: Pletelet derived growth factor receptor

NGFR

: Nerve growth factor receptor

ILGFR
SCGFR

: Insuline like growth factor receptor


: Stem cell growth factor receptor

Growth factors merupakan faktor luar yang berperan dalam siklus sel dan berhubungan
dengan hormonal. Abnormalitas dalam growth factors dapat menyebabkan protein terlalu
terekspresi sehingga

siklus sel menjadi terlalu terstimulasi atau dapat pula dengan

ketidakhadiran protein menyebabkan siklus sel ter-inhibisi.

Di setiap membran sel terdapat banyak reseptor. Ketika terdapat rangsangan dari growth
factor akan menyebabkan membran sel menghasilkan beberapa macam zat seperti DAG
(diacetylglycerol), proteinkinase c dan second messager yang berupa phospholipid. DAG
berfungsi untuk mengaktifkan protein kinase c, protein kinase c berfungsi untuk
mempercepat proses transkripsi RNA.

Setelah terbentuk RNA massanger dari proses

transkripsi, RNA massanger akan bergerak keluar dari membran inti menuju ke ribosom,
kemudian dari ribosom terjadi proses translasi RNA. Pada proses translasi RNA messanger
akan membentuk anti sense dan kemudian ribosom akan mulai membentuk rantai polpeptida
sesuai dengan kode gen pada RNA messanger. kemudian protein-protein itu tadi akan masuk
kembali kedalam inti untuk keperluan replikasi DNA.
Jalan sinyal proliferasi sel : Pengikatan growth factor menjalankan pengaliran jalan sinyal
intraseluler dimana mengaktifkan regulasi protein nuklear yang memicu pembelahan sel.
Sebagai contoh, protein nuklear difosforilasi, protein nuklear lainnya (myc) dilepaskan dan
lalu mampu untuk menstimulasi produksi protein CDK.
2.3 Jam Biologis Perbaikan Sel
Tubuh manusia mempunyai beribu-ribu sistem pengatur. Jam biologis adalah suatu pola yang
diatur secara internal oleh tubuh. Pola ini untuk menjaga keseimbangan (homeostasis),
misalnya temperatur tubuh dan regenerasi sel. Untuk regenerasi sel sendiri, dapat diatur oleh
sistem hormon. Hormon diangkat melalui cairan ekstrasel menuju seluruh bagian tubuh untuk
mengatur fungsi sel. Hormon tiroid dapat meningkatkan kecepatan sebagian besar reaksi
kimia di dalam semua sel dan aktivitas metabolisme yang berarti hormon tiroid membantu
mengatur tempo aktivitas tubuh. Sel-sel tubuh yang rusak pun dipicu oleh hormon yang
bernama Human Growth Hormon (HGH) yang bekerja pada waktu tertentu dan jangka waktu
tertentu pula.
3.1 Etiologi dan Patogenesis Tumor Jinak Rongga Mulut
Neoplasia/tumor jinak adalah pertumbuhan jaringan baru abnormal yang tanpa disertai
perubahan atau mutasi gen. Faktor penyebab yang merangsang tumor jinak digolongkan
dalam dua kategori, yaitu :

Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-faktor

pertumbuhan, misalnya gangguan hormonal dan metabolisme.


v Faktor eksternal, misalnya trauma kronis, iritasi termal kronis (panas/dingin), kebiasaan
buruk yang kronis, dan obat-obatan.
Jika etiologi dihilangkan maka perkembangan tumor ini akan berhenti, karena seperti yang
dijelaskan di awal neoplasia ini tidak mengalami mutasi gen yang membawa keabnormalan
terus-menerus.
Bahan Pemicu Tumor
Tembakau dan Alkohol
Tembakau dan alkohol tujuh puluh lima persen tumor mulut dan faring di Amerika Serikat
berhubungan dengan penggunaa tembakau untuk susur atau suntildan konsumsi alkohol.
Merokok sigaret dan peminum alkohol mempunyai resiko yang tinggi menderita tumor lidah
dan mulut.
Merokok cerutu dan pipa mempuyai resiko yang lebih tinggi mendapatka tumor mulut
dibandingkan dengan perokok sigaret.Meskipun demikian masih terdapat keraguan tentang
seberapa besar peranan panas yag dihasilkan oleh tembakau dan batang pipa dapat
menyababkan penyakit tumor mulut.
Bahan Kimia
Sebagian bahan kimia

(70%-90%)sebagian besar berhubungan dengan terjadinya

tumor.Bahan bahan yang dapat menimbulkan tumor di lingkungan dan di dalam


makanan.Bahan kimia karsinogenik yang berasal dari lingkngan antara lain coal tar,
polycyclic aromatic hydrocarbon, aromatic amines, nitrat, nitrit, nitrosamin. Zat aflatoxin yag
dihsilkan oleh jamur aspergillus flavus pada tanaman kacang-kacagan dapat meyebabkan
tumor usus dan hati (hepatocarsiogen) .Asbestos yang terdapat dalam baha-bahan bangunan
jika terhirup serigkali berhubugan dengan tumor pada selaput paru-paru. Selain itu logamlogam berat seperti kromium dan berilium dapat merangsang munculnya tumor dengan
bereaksi pada asam nukleat fosfat pada DNA.

Mikroorganisme
Beberapa mikroorganisme yag berhubunga degan tumor mulut adalah candida albicans.
Peneknan sistem kekebalan tubuh oleh obat-obatan atau HIV dapat menyebabkan infeksi
candida meningkat. Hubungan antara infeksi candida dengan penyakit speckled leukoplakia
adalah pada 7-39% dijumpai adanya hyphaedan penyakit ini memiliki kecederugan utuk
berubah menjadi tumor. Penyakit sifilis yang disebabkan oleh mikroorgnisme treponeme
pallidumdegan lesi tersier dilaporkan berhubungan juga dengan terjadinya kaker lidah.
Defisiesi Nutrisi
Defisiensi mikronutrisi seperti vitamin A, C, E dan Fe dilaporkan mempuyai hubungan degan
terjadiya tumor . Vitamin A memiliki dua golongan yaitu retinol dan caretenoids yang
mempuya kemampuan untuk menghambat pembentuka tumor dengan memperbaiki
keratinisasi dan menghambat efek karsinogen.
Dilaporkan juga bahwa terjadi peningkatan insidensi kaker payudara pada penderita
defisiensi vitamin E. Sedangkan pada penderita defisiensi zat besi akan mengalami anemia
yang berhubungan erat dengan sydrome Plummer-Vinson. Syndrome ini merupaka faktor
pencetus tumor mulut yaitu karsinoma sel skuamosa.
Radiasi
Sinar ultraviolet merupakan suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik. Sinar ini
menyababkan terjadinya kasinoma sel basal kulit dan bibir. Efek radiasi juga meningkat pada
orang-orang yang memgang radiograf selama proses rongent foto berlangsung.
Faktor Sistem kekebalan Tubuh
Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi tumor pada pasie yang medapat penekanan
sisten kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi, AIDS, defisiensi kekebalan
genetik. Konsep ii uga didukung oleh Melief dkk. (1975) yag melaporkan bahwa pasie yang
mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan sistem kekebalan selin
disebabkan kerusakan genetik juga daat disebabkan oleh penuaan, obat-obtan dan infeksi
virus.
Makanan

Makanan yang mengandung Bahan kimia seperti MSG (penyedap masakan), bahan pengawet
makanan, bahan pewarna tekstil yang sering dibuat campuran sirup atau makanan lain, sudah
dikenal lama sebagai bahan karsinogen. Oleh sebab itu kurangi makan mie instant atau lain2
yang serba instant, karena itu semua bahan pemicu tumor.
Patogenesis
Etiologi seperti yang disebutkan di atas, misalnya iritasi kronis, dapat mengganggu proses
perbaikan jaringan yang mengalami iritasi. Iritasi yang awalnya memicu perbaikan jaringan
rusak akan terus membuat proses perbaikan terus menerus. Sel-sel yang baru selesai
diperbaiki, dipicu lagi untuk membelah sebelum sel benar-benar matur. Seharusnya sel
mengalami proses pematangan terlebih dahulu sebelum ke pembelahan berikutnya.
Akibatnya, terjadi penumpukan sel-sel normal hasil perbaikan tanpa adanya perubahan gen
atau mutasi yang mengarah pada pembentukan neoplasia. Awal pertumbuhan jaringan baru
abnormal ini tidak menimbulkan rasa sakit karena memang selnya normal dan tidak
mengganggu jaringan sekitarnya. Sel-sel yang tumbuh akan berekspansif dan menekan
jaringan di sekitarnya. Jaringan sekitar, yaitu sel-sel parenkim stroma jaringan asli, akan
mengalami atrofi dari tekanan yang besar dari tumor sehingga membentuk kapsul dari tumor
tersebut
Kebiasaan buruk kronis yang tidak sesuai pola biologis ternyata dapat menyebabkan
kekacauan metabolisme tubuh karena tidak mengikuti ritme tubuh seperti biasa dan dapat
menyebabkan hormon-hormon metabolisme menjadi rusak. Jika tidak mengikuti pola
tersebut, maka sistem metabolisme tidak akan sinkron dengan aktivitas manusia sehingga
tidak dapat mempersiapkan tubuh dengan benar. Selain itu juga adanya gangguan hormonal
dan metabolisme dalam hal perbaikan sel dapat menyebabkan tumor jinak. Suatu proses
pembelahan sel tentut sudah mempunyai jadwal tersendiri untuk menentukan kapan sel
tersebut membelah. Tetapi karena gangguan tersebut, jadwal natural tubuh akan kacau
sehingga proses pembelahan sel berlangsung lebih cepat, misalnya dari 10 jam menjadi 9
jam. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa tumor jinak berlangsung lama karena siklus
sel hanya mengalami pengurangan waktu tidak terlalu besar. Selanjutnya proses tersebut
sama halnya dengan proses pada etiologi iritasi kronis seperti pada skema yang ada di atas.

Seperti yang kita ketahui, keadaan suhu akan mempengaruhi metabolisme tubuh dan sudah
pasti akan mempengaruhi kecepatan siklus sel pula. Jika trauma thermal terjadi secara kronis,
maka dapat menyebabkan tumor jinak

You might also like