You are on page 1of 8
KERANGKA ACUAN KERJA KAJIAN PEMANTAPAN DESENTRALISAS! DAN OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN KOORDINATOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN DENGAN TEMA “EFEKTIVITAS KEBIJAKAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT ” TAHUN ANGGARAN 2013 4. Dasar Hukum/Kebijakan Kegiatan penyusunan kajian pemantapan koordinasi desentralisasi dan otonomi daerah dilaksanakan sesuai dengan dasar hukum/kebijakan serta tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Asdep 2/1 Koordinasi desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu a. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, b, Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ¢. Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang No, 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah f, Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditegaskan dalam Undang- undang No. 8 Tahun 1985 9. Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2. Latar Belakang dan Gambaran Umum a. Keadaan geografis Indonesia yang berupa kepulauan berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan Negara Indonesia. Dengan keadaan geografis yang berupa kepulauan ini menyebabkan pemerintah sulit mengkoordinasi pemerintahan yang ada di daerah, Untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerintahan maka diperiukan adanya suatu sistem pemerintahan yang dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapi tetap terawasi dari pusat. Di era reformasi ini sangat dibutuhkan sistem pemerintahan yang memungkinkan cepatnya penyaluran aspirasi rakyal, namun tetap berada dibawah pengawasan pemerintah pusat. Hal tersebut sangat diperlukan karena mulai munculnya ancaman-ancaman terhadap keutuhan NKRI, hal tersebut ditandai dengan banyaknya daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indornesia. Sumber daya alam daerah di Indonesia yang tidak merata juga merupakan salah satu penyebab diperlukannya suatu sistem pemerintahan yang memudahkan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan nasional. Sebab seperti yang kita ketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang pembangunannya memang harus lebih cepat daripada daerah lain, Karena itulah, pemerintah pusat membuat suatu sistem pengelolaan pemerintahan di tingkat daerah yang disebut otonomi daerah Pada kenyataannya, ofonomi daerah itu sendiri tidak bisa diserahkan begitu saja pada pemerintah daerah, Selain diatur dalam perundang-undangan, pemerintah pusat juga harus mengawasi keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah_ Apakah sudah sesuai dengan tujuan nasional, yaitu Pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Republik Indonesia yang berdasar pada sila Kelima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan, Terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan dalam UUD 1945 berkenaan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, yaitu: 1). Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara (Eenheidstaat), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia tidak akan terbagi diantara kesatuan-kesatuan pemerintahan 2) Nilai dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa pasal 18 Undang- undang Dasar 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di alas, maka jelastah bahwa Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan Dikaitkan dengan dua nilai dasar tersebut di atas, penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia berpusat pada pembentukan daerah-daerah otonom dan penyerahanipelimpahan sebagian kekuasaan dan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sebagian kekuasaan dan kewenangan tersebut Adapun titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada Daerah Tingkat I dengan beberapa dasar pertimbangan 1) Dimensi Politik, Dati II dipandang kurang mempunyai fanatisme Kedaerahan sehingga risiko gerakan separatisme dan _peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim: 2) Dimensi Administratif, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat relatif dapat lebih efektif 3) Dati I adalah daerah "ujung tombak” pelaksanaan pembangunan sehingga Dati II-lah yang lebih tahu kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya Atas dasar itulah, prinsip otonomi yang dianut adalah: 1) Nyata, otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di daerah 2) Bertanggung jawab, pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar pembangunan di seluruh pelosok tanah air. 3) Dinamis, pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan maju ¢. Dalam perjatanannya pelaksanaan kebijakan desentralisasi_ menghadapi banyak hambatan dan tantangan baik oleh Pusat sebagai penyusun kebijakan maupun daerah sebagai pelaksana langsung kebijakan di daerah, Timbulnya permasalahan dan hambatan khususnya terkait dengan sustansi dari kebijakan dapat dipahami mengingat sistem pemerintahan dengan sifat desentralis masih hal baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia baik bagi Pemerintah maupun bagi seluruh pemerintahan daerah. Hambatan dan tantangan yang terjadi sebagai akibat ketidaksempumaan peraturan-perundangan —selalu disikapi positif dan sebagai hasilnya adalah terjadinya perbaikan-perbaikan peraturan perundangan yang tujuannya kepada penyempurnaan d. Sangat disadari bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat berjalan lebih baik —apabila_peraturan perundangan yang mengatur jalannya pemerintahan telah disusun dengan baik dan dilakukan dengan baik oleh pelaksana kebijakan yaitu Pemerintan dan Pemerintahan daerah Namun tidak ada jaminan bahwa penyelanggaraan pemerintahan yang diharapkan sudah sesuai dengan yang diharapkan, karena dalam kenyataannya _amsih banyak permasalahan yang dihadapi oleh daerah dalam melaksanakan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah 3. Permasalahan Pokok Hasil evaluasi kinerja daerah menunjukkan berbagai pecmasalahan popkok dalam implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, antara lain a. Belum optimainya hubungan Pusat dan Daerah dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan kerjasama antar daerah b. Belum optimainya Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah dalam mengkoordinasikan kebijakan Pusat di Daerah, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta instansi . Masih ditemuinya Kebijakan daerah (Perda dan Keputusan/Peraturan KOH) yang bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan kepentingan umum; dd. Pemekaran Daerah yang masih menyisakan permasalahan tersendiri seperti aset daerah, penyerahan P3D, penegasan batas, pemindahan ibukota, masih kurangnya sarana prasarana pemerintahan, e. Kurang harmonisnya hubungan KDH dengan wakilnya maupun dengan DPRD. {. Terlalu besarnya Struktur organisasi dan rendahnya kualitas PNS tidak hanya di daerah, termasuk di Pusat Dari beberapa permasalahan disebut di atas, dapat diketahui bahwa kebijakan- kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah pada umumnya disusun setelah melalui pembahasan yang kompreshensif, namun dalam kenyataan sering menghadapi kendala dalam pelaksanaannya Standar Pelayanan Minimum (SPM) menjadi salah satu instrumen yang dilakukan untuk mengukur atau peningktan pelayanan oleh daerah. Sejauhmana dampak SPM_terhadap pelayanan publik dan kendala utama yang dihadpi daerah perlu menjadi perhatian Pemerintah. |. Maksud dan Tujuan. a. Maksud Secara umum, kajian dimaksudkan untuk menginventarisi permasalahan dan lingkun gan strategis berpengaruh, tinjauan akademis, dan alternatif solusi secara konseptual penyempurnaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, b. Tujuan Tujuan dilaksanakannya kajian sebagai bahan masukan untuk koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka penyempurnaan kabijakan desentralisasi dan otonomi daerah Metode Kajian Kajian dilaksanakan oleh pihak ketiga dilakukan melalui studi iterator, wawancara, pengamatan dan pencatatan di wilayah yang dijadikan sebagai sampel, Studi leteratur mencakup peraturan peundang-undangan, laporan dan media massa serta referensi lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia dan di negara lainnya. Wawancara dilakukan oleh pihak konsultan dengan narasumber dalam forum formal (seminar, rapat, pertemuan) maupun informal Pengamatan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan secara pasif (hanya melihat) dan pengamatan pasif (disertai dialog dan sebagainya). Pencatatan lapangan aitu pengamatan terhadap apa yang dilihat, didengar, dialami dan dirasakan di lapangan dan kemudian dilengkapi di kantor. Wilayah sampel yang digunakan sebagai tempat pengamatan dan pengkajian adalah daerah otonom yang menurut data dan informasi dari instansi terkait maupun dari media massa dinyatakan mempunyai permasalahan signifikan dalam implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah 6. Rencana Pelaksanaan Kegiatan a. Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian meliputi 1) Inventarisasi_permasalahan desentralisasi dan otonomi daerah serta lingkungan strategis yang berpengaruh 2) Tinjauan akademis terhadap kondisi empirik, teori yang relevan dan peraturan perundang-undangan dan pengumpulan data di lapangan. 3) Alternatif solusi secara konseptual yang meliputi arah kebijakan, strategi pencapaian dan pokok-pokok pikiran dalam rangka penyempurnaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah 4) Penyusunan laporan hasil kajian kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, antara lain meliputi latar belakang teori yang relevan, kondisi empirik desentralisasi dan otonomi daerah, analisis, kesimpulan dan rekomendasi b. Perkiraan Pembiayaan Biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan kajian sebesar Rp 660.010.000,- dibebankan dalam APBN Tahun Anggaran 2013 Kemenko Polhukam, terlampir c, Waktu Pelaksanaan Kegiatan kajian implementasi kebijakan desentralisasi dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan terhitung dari bulan Januari 2013 Pelaksanaan_kajian diserahkan kepada pihak ketiga Waktu Pelaksanaan Tahapan Kegiatan Jan Feb |Mar Apr | Mei | Juni | Juli [A gs t Persiapan — Penyusunan Kajian Pelelangan Pengumpulan Bahan dan Studi Pertemuan dan Rapat Koordinasi Penyusunan Kajian | Pelaporan 7. Kebutuhan Tenaga Ahli a. Syarat Umum Tenaga Anli dan Narasumber 1) Tenaga Ahli merupakan pegawai tetap dan/atau tidak tetap dari Perusahaan Konsultan 2) Tenaga Ahli yang diajukan oleh konsultan dapat berasal dari Pegawai Negeri sepanjang yang bersangkutan cuti diluar tanggungan negara sesuai dengan lamanya penugasan di dalam kontrak. Cuti di luar tanggungan negara dibuktikan oleh surat cuti yang dikeluarkan dari institusi tempat yang bersangkutan bekerja 3) Narasumber merupakan pegawai tetap atau tidak tetap dan dapat berasal dari Pegawai Negeri. 4) Rencana anggaran biaya terkait dengan honor tenaga ahli merujuk pada pasal 49 ayat 7 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana beberapakali diubah terakhir dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah b, Kebutuhan tenaga ahli untuk melaksanakan kajian ini sekurang-kurangnya sebagai berikut No. | 1. TENAGA AHL - 1__| Ketua Tim/Team Leader | 2. Ahli Administrasi Negara 3.__Ahli Sosiologi Posisi 4. | Ahli Kebijakan Publik — 5. Abli Hukum 6__| Ahi Kesejahteraan Sosial 7. Anii Ekonomi Studi Pembangunan 8. Narasumber c Jumlah | I, | STAF PENDUKUNG 1_| Sekretaris _ D3 1 2__| Operator Komputer — 3 2 3. Office Boy SLTA 1 ——Jumlah I 40 — TOTAL 13 1) Ketua Tim/Team Leader (1 Orang) Ketua Tim/ Team Leader adalah seorang tenaga ahli dengan jatar belakang pendidikan minimal S-2, diutamakan S-3 di bidang Kebijakan 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Publik/Sosial/Psikologi. Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 5 tahun dengan penugasan sebagai Team Leader pada proyek pemerintahan dengan pekerjaan yang sejenis. Memiliki kemampuan berfikir analitis, memimpin organisasi, dan berkomunikasi dengan baik Team Leader bertanggung-jawab untuk mengorganisasikan seluruh anggota tim dalam mencapai output yang dinarapkan sesuai dengan persyaratan yang diminta, standar kualitas, kewajiban dalam kontrak, maupun jadwal penyerahan yang telah ditetapkan Ahli Administrasi Negara (1 Orang) Ahli Administrasi Negara adalah seorang tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan minimal $2 jurusan Sosial/Sosiologi/Ekonomi/Perencanaan Wilayah. Memiliki pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis minimal 5 tahun, Ahli Sosiologi (1 orang) Ahli Kelembagaan adalah seorang tenaga ahli dengan memilki Pendidikan minimal $-2 jurusan Sosiologi/Sosia/Hukum. Memiliki pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis minimal 5 tahun Ahli Kebijakan Publik (1 orang) Abli Kebijakan Publik adalah seorang tenaga ahli yang memiliki latar belakang pendidikan minimal $-2 jurusan Ekonomi Publik/Sosial Politik, Memiliki pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis minimal 5 tahun Ahli Hukum (1 Orang) Abli Hukum adalah seorang tenaga ahli dengan memiliki latar belakang Pendidikan minimal S-1 jurusan Hukum. Memiliki pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis minimal 5 tahun Ahli Kesejahteraan Sosial Ahli Kesejahteraan Sosial adalah tenaga ahli dengan memiliki latar belakang pendidikan minimal S-1 Jurusan Kesejahteraan Sosial. Memiliki pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis minimal § tahun Ahli Ekonomi Studi Pembangunan Abli Ekonomi Studi Pembangunan adalah tenaga ahli dengan memiliki latar_belakang pendidikan minimal S-1 Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan. Memiliki pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis minimal 5 tahun Narasumber (2 Orang) Narasumber adalah seorang ahii atau pengamat yang diundang dalam kegiatan Workshop yang diharapkan dapat memberikan masukan atas penyusunan Laporan Akhir yang harus diselesaikan oleh Konsultan Narasumber harus orang yang telah dikenal luas oleh masyarakat banyak melalui media bak cetak— maupun _elektronik (‘elevisi/radio/internet) 8. Sistem Pelaporan a Laporan Pendahuluan Pihak kedua yang menerima pembayaran pertama dari kontrak kerja yang dibuat, wajib membuat laporan pendahuluan yang isinya mengenai tugas yang telah dilaksanakan dan rencana tindak yang akan dilakukan dalam waktu segera. b.Laporan Antara Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan kajian implementasi desentralisasi, pelaksana kajian melaporkan kepada Menko Polhukam secara rutin setiap bulannya. . Laporan Akhir Draft hasil kajian dipaparkan kepada Tim Kemenko Polhukam dan dilaporkan dalam bentuk Laporan Akhir. d. Laporan Ikhtisar Eksekutif Laporan Ikhtisar Eksekutif adalah ringkasan dari Laporan Akhir dan diserahkan bersamaan dengan Laporan Akhir Jakarta, Januari 2013 PPK PPKBPHK | a Asmat Muhammadé

You might also like