Professional Documents
Culture Documents
Akuntansi
Pemerintahan
Indonesia
Oman Rusmana
Dwi Martani
Universitas Indonesia
Warsidi
Universitas Padjadjaran
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdapat beberapa pokok bahasan mengenai gambaran
umum akuntansi pemerintahan dan materi yang akan disajikan dalam buku
ini, antara lain:
1. Mengapa akuntansi pemerintahan dan bukan akuntansi sektor publik?
2. Identifikasi karakteristik yang membedakan antara pemerintah dan
swasta.
3. Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk menetapkan standar
pelaporan keuangan pemerintah.
4. Tujuan pelaporan keuangan pemerintah Indonesia dan Amerika.
5. Komponen-komponen laporan keuangan untuk pemerintahan.
6. Permasalahan akuntan pemerintah daerah dan solusinya.
7. Masa depan akuntansi pemerintahan.
8. Materi buku, dan sasaran pengguna buku.
Pada masing-masing negara, ruang lingkup pemerintahan dan organisasi nonprofit berbeda-beda dan tidak ada definisi yang pasti dan komprehensif bagi
semua sistem pemerintahan di setiap negara. Namun yang pasti, pemerintah dan
organisasi non-profit di setiap negara memiliki ruang lingkup dan peranan yang
besar dalam pelayanan masyarakat umum. Contohnya, di Amerika Serikat
pemerintahan dibagi menjadi general purpose governments dan special purpose
governments.
Sementara itu, pemerintahan di Inggris diklasifikasikan menjadi departemendepartemen pemerintah pusat (seperti pendidikan dan ilmu pengetahuan,
transportasi, kesehatan, lingkungan hidup, energi, keamanan sosial, dan lain-lain);
pemerintah daerah (seperti counties/kabupaten, regions/provinsi, dan
districts/daerah otonom); serta organisasi di bidang industri nasional (seperti
kereta api, kantor pos, penerbangan, dan lain-lain).
4
Absence of defined ownership interest that can be sold, transferred, or redeemed,
or that convey entitlement to a share of a residual distribution of resources in the
event of liquidation of the organization.
Governmental Accounting Standards Board (GASB) membedakan entitas
pemerintah di Amerika Serikat dari entitas non-profit dan dari entitas bisnis
dengan memberikan penekanan bahwa keberadaan pemerintah dalam lingkungan
dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Selanjutnya, kekuasaan
tersebut akan didelegasikan kepada lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Negara bagian yang merupakan tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi akan
mengawasi aktivitas-aktivitas tingkat pemerintahan yang lebih rendah.
Pendapatan pada masing-masing tingkatan pemerintah diperoleh terutama dari
para pembayar pajak. Masyarakat para pembayar pajak sangat berperan sebagai
penyedia sumber dana bagi pemerintah, meskipun kadang mereka tidak
memperoleh imbal balik layanan pemerintah yang proporsional dengan pajak
yang mereka bayarkan.
LEMBAGA PENYUSUN
PEMERINTAH
STANDAR
PELAPORAN
KEUANGAN
5
menetapakan standar untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk
organisasi non-profit pemerintahan. Sedangkan Federal Accounting Standards
Advisory Board (FASAB) menetapkan standar untuk pemerintah federal serta
lembaga-lembaga dan departemen-departemennya.
Comptroller General
Director of the Office of
Management and Budget
Secretary of the Treasury
Financial
Accounting
Foundation
Financial
Accounting
Standards
Board (FASB)
Business
(for-profit)
organizations
Nongovernmental
not-for-profit
organizations
Governmental
Accounting
Standards Board
(GASB)
State and local
governmental
organizations
Governmental
not-for-profit
organizations
Federal Accounting
Standards Advisory
Board (FASAB)
Federal
government and
its agencies and
department
Gambar 1.1
Badan Penyusun Standar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
di Amerika Serikat
Otoritas untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan bagi organisasi nonprofit dibagi antara FASB dan GASB karena sejumlah organisasi non-profit
(khususnya perguruan tinggi, universitas dan rumah sakit) adalah milik
pemerintah, tetapi sebagian besar diantaranya merupakan bagian-bagian dari
pemerintah yang independen (bukan milik pemerintah). Dengan demikian, GASB
memiliki tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan
keuangan bagi organisasi non-profit milik pemerintah. Sedangkan FASB memiliki
tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan bagi
organisasi non-profit bukan pemerintah.
Undang-undang Federal menyerahkan tanggung jawab untuk menyusun dan
mengembangkan struktur keuangan yang sehat/baik bagi pemerintah federal
kepada tiga lembaga, yaitu Comptroller General, Director of the Office Management
and Budget, dan Secretary of the Treasury. Pada tahun 1990, ketiga lembaga
tersebut membuat Federal Accounting Standards Advisory Board (FASAB) atau
badan penasehat standar akuntansi bagi pemerintah federal untuk memberikan
rekomendasi mengenai prinsip-prinsip dan standar akuntansi bagi pemerintah
federal dan lembaga-lembaganya. Maksudnya adalah untuk memaksimalkan
kemungkinan bahwa standar akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah
federal konsisten atau sesuai dengan standar akuntansi dan pelaporan keuangan
yang disusun oleh GASB dan dapat diaplikasikan oleh FASB.
6
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) bagi pemerintah pusat dan
daerah, pemerintah federal, serta organisasi bisnis dan organisasi non-profit
bukan pemerintah. Singkatnya, GASB adalah pihak independen yang berwenang
untuk merumuskan standar akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat. GASB
menetapkan standar pelaporan keuangan untuk pemerintah pusat dan daerah
termasuk pemerintah kota dan organisasi yang membrikan pelayanan khusus
seperti pendidikan, kesehatan, dan lainnya.
Sementara itu, ada empat pilar standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
meliputi:
1. Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan oleh entitas yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan. SAK disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dengan mengadopsi
International Financial Reporting Standards (IFRS).
2. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)
SAK ETAP digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan. SAK ETAP diadaptasi dari International Financial Reporting
Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Seperti halnya
SAK, penyusunan SAK ETAP merupakan tanggung jawab DSAK IAI.
3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
SAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah, baik
entitas syariah maupun entitas konvensional. SAK Syariah disusun oleh
Dewan Standar Akuntansi Syariah menggunakan model pengembangan SAK
konvensional dengan mengacu kepada fatwa Majelis Ulama Indonesia.
4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) digunakan oleh entitas pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. SAP disusun oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang hasil kerjanya dikukuhkan
dengan Peraturan Pemerintah.
7
tentang Standar Akuntansi Pemerintah kepada Menteri Keuangan untuk proses
penetapan menjadi Peraturan Pemerintah. Proses Baku Penyusunan dan Pihak
yang terlibat dalam Penyusunan SAP oleh KSAP dapat digambarkan dalam
Gambar berikut:
Proses Baku Penyusunan (Due Process) SAP
Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja
Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
Peluncuran Draf SAP (Exposure Draft)
Dengar Pendapat Publik Terbatas (Limited Public Hearing) dan Dengar
Pendapat Publik (Public Hearings)
Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf SAP
Finalisasi Standar
Struktur KSAP
Komite Konsultatif SAP
Komite Kerja SAP
Kelompok Kerja SAP
Sosialisasi KSAP
Produk KSAP
Standar Akuntansi
Pemerintahan
Interpretasi Pernyataan
Standar Akuntansi
Pemerintahan (IPSAP)
Buletin Teknis.
seminar/diseminasi/diskus
i dengan para pengguna,
program pendidikan
profesional berkelanjutan,
training of trainers (TOT)
fasilitasi konsultasi teknis
terkait penerapan SAP
Berbasis Akrual (help
desk).
8
International Monetary Fund (IMF)
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)
Financial Accounting Standard Board (FASB) USA
Governmental Accounting Standard Board (GASB) USA
Pemerintah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan negara
dan akuntansi pemerintah.
8. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan
keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan
3.
4.
5.
6.
7.
Pemerintah Federal
Pelaporan keuangan
hendaknya dapat membantu
mencapai akuntabilitas dan
dimaksudkan untuk
membantu pengguna laporan
dalam mengevaluasi:
Integritas anggaran
Kinerja operasi
Organisasi Non-Profit
Laporan keuangan
hendaknya menyediakan
informasi yang berguna
dalam:
Pembuatan keputusan
alokasi sumber daya
Penilaian management
stewardship dan kinerja
9
anggaran yang telah
ditetapkan
Menilai kondisi keuangan
dan hasil operasi
Menilai kepatuhan dengan
keuangan yang
dihubungkan dengan
hukum, aturan, dan regulasi
Penilaian dalam
mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas
Sumber: GASB Concepts
Statement No. 1,
par. 32
Stewardship
Kesesuaian antara sistem
dan pengendalian
Penilaian sumber-sumber
ekonomi, kewajiban,
kekayaan bersih, dan
perubahan-perubahan di
dalamnya
10
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi,
transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran
lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus
kas suatu entitas pelaporan. Gambar berikut ini menunjukkan ringkasan dan
tujuan pelaporan keuangan pemerintah:
Tujuan
Pelaporan
Keuangan
Umum:
Akuntabilitas
Pembuatan
keputusan
ekonomi,
sosial,
maupun
politik
Akuntansi Pemerintah,
menyediakan laporan
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Saldo Anggaran Lebih
Neraca
Laporan Arus Kas
Laporan Operasional
Laporan Perubahan Ekuitas
Catatan atas Laporan Keuangan
Aspek Perbedaan
Fokus Laporan Keuangan
Laporan Keuangan
Pemerintahan
Fokus pada masalah finansial
dan politik.
11
Lingkup Laporan Keuangan
Akuntabilitas
Pertanggungjawaban ditujukan
pada pihak legislatif/parlemen
dan masyarakat.
Aturan Pelaporan
Organisasi secara
keseluruhan.
Pertanggungjawaban
ditujukan kepada para
pemegang saham dan
kreditur.
Orientasi pada jangka
panjang tidak dapat
dilakukan secara mendetail
karena dibatasi oleh adanya
ketidakpastian pasar.
Ditentukan oleh Standar
Akuntansi Keuangan (SAK),
pasar modal dan praktek
akuntansi.
Diperiksa oleh pihak auditor
independen.
Sepenuhnya menggunakan
dasar akuntansi akrual.
Government-wide
Fund Financial
Financial Statements
Statements
Notes to the Financial Statements
Required Supplementary
Information (RSI)
[other than MD&A]
Gambar 1.2
Laporan Keuangan Pokok Pemerintahan menurut GASB
Pusat dari model (gambar) diatas adalah Managements Discussion and Analysis
(MD&A). GASB menetapkan laporan keuangan dasar dan informasi tambahan
yang dibutuhkan (Required Supplementary Information/RSI) sesuai tujuan umum
pemerintahan. MD&A menyediakan analisis tujuan atas aktivitas-aktivitas
keuangan pemerintah juga memperbandingkan arus tahun lalu sebagai dasar
informasi pemerintahan yang lebih luas. MD&A digunakan untuk menganalisis
posisi laporan keuangan dan hasil operasi serta untuk memperbaiki hasil aktivitas
tahun sebelumnya.
12
Laporan keuangan dasar (Basic Financial Statement) meliputi Government-wide
Financial Statement dan (Fund Financial Statement). Government-wide Financial
Statement dimaksudkan untuk menyediakan pandangan yang lebih lengkap dan
menyeluruh atas aset dan hasil dari aktivitas-aktivitas keuangan pemerintah.
Laporan ini menyajikan secara utuh tentang laporan pemerintahan dan membantu
dalam penilaian akuntabilitas operasional apakah pemerintah telah menggunakan
sumber-sumber daya secara efisien dan efektif serta kesesuaiannya dengan
tujuan. GASB menyimpulkan bahwa dalam pelaporan akuntabilitas operasional,
pendekatan terbaik adalah dengan menggunakan basis akuntansi yang secara
esensial sama dan fokus pengukurannya sama dengan yang digunakan pada
organisasi bisnis, yaitu accrual basis dan fokus pengukuran arus suber daya
ekonomi.
Fund Financial Statement atau laporan keuangan dana adalah jenis lain dari
laporan keuangan dasar. Laporan keuangan dana ini membantu dalam penilaian
akuntabilitas fiskal, yaitu apakah pemerintah telah mendapatkan dan
membelanjakan sumber daya ekonomi sesuai dengan rencana anggaran serta
dalam kepatuhannya dengan hukum dan regulasi yang berlaku. Dana pemerintah
lebih fokus pada arus jangka pendek dari sumber daya ekonomi saat ini daripada
arus sumber daya ekonomi.
Introductory Section terdiri dari beberapa poin seperti halaman judul, dan
halaman isi, letter of transmittal (seperti nama, alamat, tanda tangan pimpinan
eksekutif dan nama unit pemerintahannya), dan poin lainnya yang
dimiliki/disediakan manajemen. Financial Section sebaiknya meliputi (1) laporan
auditor, (2) MD&A, (3) Basic Financial Statement (Government-wide Financial
Statement dan Fund Financial Statement), (4) RSI, dan (5)informasi pelengkap
lainnya seperti laporan dana kombinasi dan laporan dana individual serta
skedulnya. Sebagai tambahannya CAFR juga dapat memuat bagian statistik. Bagian
ini secara khusus menyajikan tabel-tabel dan diagram yang menunjukkan data
sosial dan ekonomi, tren/kecenderungan keuangan, dan kapasitas/kemampuan
fiskal pemerintah secara terinci yang mungkin dibutuhkan oleh para pembaca
yang berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas dari unit pemerintahan tersebut.
13
(CaLK). Di samping menyajikan keempat laporan keuangan pokok tersebut, suatu
entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis
akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Penjelasan lebih lanjut mengenai laporan
keuangan pemerintahan di Indonesia akan dibahas pada bab tersendiri dalam
buku ini.
Durasi
2001
Momentum
Otonomi Daerah
Basis Akuntansi
Laporan
Basis Kas
Pertanggungjawaban
Anggaran Negara
2003
Reformasi Keuangan
Daerah
Kewajiban Basis Akrual
LRA, Neraca, LAK, Catatan
atas LK.
2005
Standar Akuntansi
Pemerintah
Basis CTA
Mandatory: LRA, Neraca,
LAK, Catatan atas LK.
Voluntary: Laporan Kinerja
Keuangan dan Laporan
Perubahan Ekuitas
2010
Revisi SAP
Kewajiban Basis Akrual
Mandatory: LRA, Laporan
Perubahan SAL, Neraca,
Laporan Operasional,
Laporan Perubahan
Ekuitas, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas LK
2015
Pelaksanaan Revisi SAP
Pelaksanaan Basis Akrual
Pelaksanaan PP 71 Tahun
2010.
14
UU Keuangan Negara waktu itu belum diundangkan (baru ada tahun 2003).
Sementara itu, tulang punggung yang sangat penting dalam pelaporan keuangan
pusat dan daerah sebagai mandat UU Keuangan Negara, yaitu terbentuknya
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) baru menghasilkan PP mengenai
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) pada tahun 2005. Belum lagi perubahan
dalam UU Otda di tahun 2004, juga berimbas terhadap pedoman pengelolaan
keuangan daerah.
Aturan teknis dalam pengelolaan keuangan daerah yang menjadi fenomenal bagi
pemerintahan daerah setelah adanya UU Otda 1999 adalah Kepmendagri Nomor
29 Tahun 2005. Dengan demikian, maka digantilah Manual Akuntansi Keuangan
Daerah (MAKUDA) tahun 1981, dengan aturan tersebut. Tetapi dengan adanya UU
Otda yang baru, Pemerintah Daerah (Pemda) belajar mengimplementasikan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2005 dengan biaya yang tentu saja tidak sedikit.
Pada tahun 2006, timbul lagi aturan baru berupa Permendagri Nomor 13 Tahun
2006. Hingga sekarang Permendagri tersebut telah mengalami beberapa
perubahan.
Perubahan akan terus terjadi, dan hingga tahap sekarang ini aturan teknis
pengelolaan keuangan negara belum final, akan selalu terdapat perubahan. PP
Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP menganut asas kas menunju akrual (cash
towards accruals). Sementara itu dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pasal 12 dan 13 dinyatakan bahwa APBN dan APBD
menggunakan dasar akrual. Penggunaan dasar akrual ini menurut UU, sudah
harus dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 (UU Nomor 1
Tahun 2004 pasal 70). Pemerintah belum bisa melaksanakan basis akrual tahun
2008, maka tahun 2010 dilaksanakan revisi terhadap SAP dengan ditetapkannya
PP 71 Tahun 2010.
15
Strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka menutup
kebutuhan tenaga akuntan adalah:
1. Mengangkat lulusan jurusan akuntansi dan menempatkannya di Badan
Pengawas Keuangan Daerah (BPKD), dinas, atau bagian keuangan untuk
mengerjakan proses akuntansi. Sementara itu untuk mendidik akuntan, perlu
sumber daya yang memadai. Mahasiswa akuntansi harus menempuh
pendidikan 144 SKS (kira-kira 4 tahun) sebagai sarjana akuntansi. Fokus
sarjana akuntansi adalah akuntan bisnis, bukan akuntansi pemerintahan.
Akuntansi pemerintahan hanyalah mata kuliah minor dan pilihan, bukan mata
kuliah utama. Akibatnya ketertarikan mahasiswa sedikit karena bukan kajian
utama.
2.
3.
4.
Strategi lainnya adalah mendidik PNS yang ada di pemerintah daerah dengan
serangkaian pendidikan akuntansi pemerintahan. Pendidikan akuntansi
pemerintahan harus berlandaskan logika akuntansi ilmiah, dan bukan
berfokus pada aturan. Aturan seringkali berubah, sebagai contoh,
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang empat tahun kemudian diganti
dengan Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006. Untuk mengantisipasi
perubahan tersebut, tentu pemerintah daerah harus memiliki tenaga yang
cukup andal dalam menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP). Apalagi
urusan sistem akuntansi pemerintahan sekarang bukan lagi monopoli
pemerintah pusat, namun telah menjadi kewenangan dari pimpinan
pemerintah daerah. Rasionalnya aturan selalu berubah, namun logika
akuntansi akan tetap. Oleh karena itu dibutuhkan perumusan mengenai
konsep akuntansi yang sedang terbangun dan akan digunakan sebagai basis
perubahan.
Pendidikan akuntansi (dan bukan sosialisasi aturan akuntansi) di pemerintah
daerah terutama untuk para pengelola keuangan daerah, akan sangat
bermanfaat. Hal ini dikarenakan:
Aturan dalam akuntansi yang cepat sekali berubah.
Pemerintah daerah adalah pihak yang menetapkan sistem akuntansi.
Tingginya turnover pegawai akuntansi di pemerintah daerah,
mengakibatkan perlunya pendidikan yang lengkap bagi pegawai yang
baru.
16
Apakah pendidikan akuntansi bagi pemerintah daerah telah telah berbasiskan
pada suatu kerangka pendidikan akuntansi yang mampu mengantisipasi perubahan
peraturan dalam keuangan dan akuntansi pemerintahan daerah atau hanya
sekedar memahami peraturan yang ada dan mematuhinya, yang kemudian akan
berubah di masa depan?
Jawaban sementara tentunya adalah tahap sekarang pendidikan akuntansi di
pemerintah daerah baru pada tahap memahami peraturan yang ada dan berusaha
mematuhinya. Jika di masa depan ada perubahan aturan maka aturan akuntansi
yang lama dianggap berubah sama sekali dan sulit untuk mengantisipasi
perubahan aturan.
17
Apabila dilihat dari perkembangan akuntansi pemerintahan, maka model
pengembangan mata kuliah akuntansi pemerintahan dapat dirumuskan dalam
materi-materi sebagai berikut:
1. Akuntansi Keuangan Pemerintah
2. Akuntansi Manajemen dan Anggaran Pemerintah
3. Auditing Laporan Keuangan Pemerintah
Materi buku ini akan difokuskan pada akuntansi keuangan pemerintahan dengan
menjelaskan konsep-konsep dasar akuntansi pemerintahan. Pembahasan
dihindarkan sebisa mungkin membahas konsep dasar dan bukan aturan/regulasi
akuntansi pemerintahan. Konsep dasar akan berguna bagi mahasiswa untuk
menyikapi perubahan-perubahan yang akan terjadi di aturan keuangan dan
akuntansi pemerintahan. Alasan fokus pada akuntansi keuangan:
1. Akuntansi keuangan adalah state of the art dari akuntansi itu sendiri, dimana
kecanggihan dan reformasi akuntansi ditunjukkan dalam akuntansi
pemerintahan.
2. Materi akuntansi keuangan merupakan materi dasar.
3. Audit laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan.
MATERI BUKU
Materi buku ini merupakan materi buku tingkat pengantar dan intermediate. Para
pembaca diasumsikan telah memiliki pengetahuan mengenai dasar-dasar
akuntansi swasta. Pengetahuan dasar ini perlu untuk mengantarkan pemahaman
yang lebih mendalam terhadap materi akuntansi pemerintahan. Materi buku ini
diupayakan sebisa mungkin menghindari aturan perundang-undangan, yang bagi
beberapa orang aturan perundang-undangan ini menjadi hal yang menyulitkan.
18
Pendahuluan (Bab 1)
Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan (Bab2)
Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan (Bab 3)
Siklus
Pengelolaan
Keuangan Negara,
Anggaran dan
Akuntansi (Bab 4)
Persamaan Dasar
Akuntansi
Pemerintahan
(Bab 5)
Gambar 1.3
Sistematika Pembahasan
Setiap bab dari buku ini dilengkapi dengan: 1) pertanyaan, 2) soal, dan 3) tugas.
Disamping itu, disediakan pula buku tanya jawab akuntansi pemerintahan, berupa
manual penyelesaian soal-soal yang ada di buku ini.
Buku ini ditulis dengan tujuan untuk membantu pemahaman akuntansi yang
selama ini acapkali dikacaukan dengan anggaran. Anggaran bukanlah akuntansi,
dan akuntansi tidak sama dengan anggaran. Namun akuntansi dan anggaran di
pemerintahan tidak dapat dipisahkan. Pemahaman akuntansi yang benar akan
menuntun kita untuk tidak terpaku dan berfokus pada aturan, namun akan
mendapatkan pemahaman akuntansi yang lebih rasional. Buku ini ditujukan
kepada:
1. Para manajer di level Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota yang
berkaitan dengan anggaran dan pelaporan Akuntansi Pemerintah.
2. Anggota DPRD, sebagai wakil rakyat yang akan menganalisis Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
3. Auditor dan pembuat kebijakan akuntansi pemerintah.
4. Mahasiswa Jurusan Akuntansi
19
5.
6.
PERTANYAAN
1. Mengapa bidang akuntansi sektor publik sebagian besar merupakan pemerintahan
2. Jelaskan level pemerintahan di Indonesia, mulai dari pusat, provinsi, kabupaten dan
kota. Siapakah penguasa di setiap level tersebut?
3. Jelaskan perbedaan setiap level pemerintahan dari segi pendapatan pemerintah
tersebut
4. Jelaskan perbedaan setiap level pemerintahan dari segi pengeluaran/belanja
pemerintah tersebut
5. Jelaskan perbedaan setiap level pemerintahan dari segi pembiayaan pembangunan
pemerintah tersebut.
6. Jelaskan perbedaan laporan keuangan pemerintah dengan laporan keuangan swasta
7. Jelaskan keidentikan laporan keuangan pemerintah berbasis akrual dengan laporan
keuangan swasta.
8. Identifikasi permasalahan dalam akuntansi pemerintah Indonesia.
9. Jelaskan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia beserta proses penyusunan
dan standard setter masing-masing standar akuntansi.
10. Bagaimana posisi standar akuntansi pemerintah dibandingkan dengan standar
akuntansi yang lainnya yang berlaku di Indonesia dan yang berlaku secara
internasional.
SOAL-SOAL
1. Diskusikan teori old public administration, new public management dan new public
service pengaruhnya terhadap akuntansi pemerintah.
2. Diskusikan pengaruh regulasi keuangan negara dan akutansi yang berpengaruh
terhadap pengakuan, pengukuran dan pengungkapan pelaporan keuangan
pemerintah.
3. Diskusikan evolusi format laporan keuangan pemerintah sejak tahun sebelum tahun
2001 hingga sekarang. Apakah pengaruh adanya good governance terhadap
akuntansi pemerintah?
20
TUGAS
Mahasiswa diminta untuk mendapatkan satu laporan keuangan pemerintah lengkap
untuk tahun-tahun terakhir, dan satu laporan keuangan swasta untuk tahun-tahun
terakhir. Mahasiswa diminta untuk membandingkan:
1. Format laporan keuangan pemerintah dan swasta
2. Mendeskripsikan perbedaan laporan keuangan dengan menulis laporan mini riset
berdasarkan studi kasus.
3. Studi kasus ditulis dengan metodologi ilmiah.
Otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 berdampak pada perubahan hubungan
keuangan antara pusat dan daerah dimana sebagian besar urusan fungsi
pemerintahan yang menyangkut pelayanan dasar diserahkan penanganannya
kepada pemerintah daerah, termasuk pengelolaan anggaran yang digunakan
untuk belanja atas pelayanan-pelayanan dasar wajib tersebut. Hal ini mutlak
memerlukan suatu metode pengawasan yang memadai. Salah satu bentuknya
adalah keterlibatan masyarakat (stakeholder).
Bentuk reformasi pengelolaan keuangan negara ini antara lain dilakukan dengan
cara:
Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum.
Penataan kelembagaan.
Penataan sistem pengelolaan keuangan negara.
Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan.
3
Tiga undang-undang pertama dikenal sebagai paket undang-undang di bidang
keuangan negara.
Pasal 1 butir (5) PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(PKD) mengartikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut. Selanjutnya Pasal (2) menyebutkan bahwa
pengelolaan keuangan daerah mencakup:
a. Hak daerah memungut pajak-retribusi daerah dan melakukan pinjaman.
b. Kewajiban daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan.
c. Penerimaan daerah.
d. Pengeluaran daerah.
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain: uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain.
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah.
2.
3.
4.
5.
5
Presiden mendelegasikan wewenangnya kepada Menteri Keuangan sedangkan
Kepala Daerah mendelegasikan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.
KUASA BUD
Ket:
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
PPKD = Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
SKPKD= Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah BUD = Bendahara Umum Daerah
Gambar 2.1
Pengelolaan Keuangan Daerah
Modified
Cash
Modified
Accrual
Accrual
Gambar 2.2
Skema Dasar Akuntansi
Transisi antara masing-masing dasar akuntansi berbeda dari satu negara ke
negara lain. Hal ini tergantung dari:
a. Kondisi sosial dan politik negara yang bersangkutan.
b. Dasar akuntansi yang digunakan sekarang.
c. Kualitas dan jangkauan informasi yang tersedia.
d. Sumber daya yang dialokasikan untuk transisi tersebut.
e. Periode waktu yang disediakan untuk transisi menuju dasar akrual.
Secara teoritis, manfaat dari dasar akrual jauh lebih besar daripada dasar kas.
Oleh karena itu, mengaplikasikan dasar akrual merupakan tujuan dari
7
akuntansi pemerintahan. Namun demikian perlu dipertimbangkan apakah
tujuan akuntansi pemerintahan itu sesuai dengan tujuan nasional dari masingmasing negara. Jika manfaat yang dihasilkan oleh penerapan dasar akrual
lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan untuk penerapan dasar akrual
tersebut, maka dasar modifikasi kas atau modifikasi akrual lebih tepat
digunakan di negara tersebut.
Dasar Kas (Cash Basis) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi
dan kejadian pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus
pengukurannya ada pada saldo kas dan perubahan saldo kas, yaitu
mengukur hasil-hasil keuangan untuk satu periode dengan membedakan
antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Dasar ini meliputi
pembahasan mengenai saldo kas, penerimaan kas, dan pengeluaran kas.
Keterbatasan dasar kas, antara lain adalah:
Pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi yang lebih
kompleks yang tidak dapat disediakan oleh akuntansi dasar kas.
Informasi dasar kas kurang relevan bagi para pengambil keputusan,
karena dasar kas hanya berfokus pada aliran kas dan mengabaikan
aliran sumber daya lainnya.
Akuntansi dasar kas tidak dapat memberikan informasi modal
(aktiva) secara akurat.
Publik mempunyai keterbatasan untuk meminta pertanggungjawaban
pemerintah atas penggunaan sumber daya. Informasi dasar kas
berarti pemerintah mempertanggungjawabkan kas yang digunakan,
tetapi tidak disebutkan pertanggungjawaban atas aktiva dan
kewajiban.
Secara skematis elemen adopsi dasar kas menuju dasar akrual dapat
digambarkan sebagai berikut:
Elemen Adopsi Dasar Kas menuju Dasar Akrual
Keterangan
Perbedaan pengukuran
Pentingnya pertimbangan
(judgements) dalam akuntansi
Biaya untuk pengembangan
dan monitoring sistem
akuntansi (dapat ditentukan
secara tepat).
Dasar
Kas
Dasar
Modifikasi
Kas
Banyak perbedaan
Sederhana
Tidak penting
Murah
Dasar
Modifikasi
Akrual
Dasar
Akrual
Seragam
Lebih
kompleks
Sangat
penting
Mahal
Keterangan
Incremental Benefits
Improved Decision Making
Obligation to be Accountable
Opportunity Cost
Dasar
Kas
Dasar
Modifikasi
Kas
less benefits
less quality of f.i.?
less obligation
not having info
Dasar
Modifikasi
Akrual
Dasar
Akrual
more benefits
more quality of f.i.?
more obligation
having info
Cash toward accruals adalah suatu basis yang menyatakan bahwa mengakui
pendapatan dan belanja pada saat dikeluarkan kas; serta mengakui aset,
kewajiban dan ekuitas dana dengan dasar akrual (pada saat terjadinya
peristiwa atau transaksi). Pengertian dari berbagai variasi transisi antara cash
dan accrual adalah relatif, tergantung pihak yang mengeluarkan definisinya.
Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, maka pembahasan cash toward
accruals akan menjadi lebih relevan. Hal ini dikarenakan di Indonesia
menggunakan istilah ini sebagai transisi menuju penerapan akrual di tahun
2009.
Jika pengertian dasar kas dan dasar akrual tidak diperdebatkan lagi oleh para
ahli akuntansi, lain halnya dengan modifikasi kas dan modifikasi akrual.
Beberapa penulis dan referensi menunjukkan penggunaan istilah modifikasi
kas dan modifikasi akrual dengan pengertian yang sangat bervariasi antara
satu dengan yang lain, tergantung penerapannya masing-masing.
10
Sebagai contoh, sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, semua
pencatatan di pemerintahan menggunakan sistem tata buku tunggal. Buku
tunggal yang dimaksud biasanya disebut buku kas umum.
11
Basis
Kas
Basis
Akrual
Single
Entry
Double
Entry
Gambar 2.3
Hubungan Basis Kas, Basis Akrual, Single Entry, dan Double Entry
Menurut basis cash toward accrual yang dianut oleh Standar Akuntansi
Pemerintah Indonesia aset kewajiban dan ekuitas diakui berbasis akrual,
sementara pendapatan dan belanja diakui berbasis kas. Basis akrual di
pemerintah Indonesia mengakui transaksi pada saat terjadinya.
PERTANYAAN
12
2. Sebutkan landasan hukum dan berbagai produk hukum yang berkaitan dengan
reformasi keuangan negara.
3. Sebutkan lingkup pengelolaan keuangan negara dan daerah
4. Jelaskan azas-azas dalam pengelolaan keuangan negara.
5. Jelaskan kekuasaan dan proses pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan
Negara dan daerah.
6. Jelaskan perubahan paradigma dalam akuntansi pemerintahan beserta aspekaspeknya.
7. Jelaskan pengertian dan perbedaan akuntansi dasar kas (cash basis), dasar kas
modifikasian (modified cash basis), dasar akrual modifikasian (modified accrual
basis), dan dasar akrual (accrual basis).
8. Jelaskan pengertian teknik pembukuan tunggal (single entry) dan pembukuan
berpasangan (double entry).
9. Bagaimana hubungan antara teknik pembukuan dan dasar akuntansi. Analisa dan
ambil kesimpulan dari hubungan tersebut.
10. Jelaskan pengertian dan perbedaan laporan anggaran dan laporan akuntansi.
SOAL-SOAL
TUGAS
Suatu pemerintah daerah memiliki realisasi pendapatan sebesar 100 juta dan belanja
sebesar 80 juta. Dari belanja tersebut, 60 juta sebagai belanja operasional dan 20 juta
sebagai belanja modal. Berikan contoh yang jelas, bagaimana pengakuan dan
pengukuran transaksi tersebut apabila menggunakan:
1. Basis Kas
2. Basis Modifikasi Kas
3. Basis Modifikasi Akrual
4. Basis Akrual
5. Basis Cash Toward Accrual yang berlaku di Indonesia.
BAB 3
PRINSIP-PRINSIP
AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Tujuan bab 3, adalah memahamkan pembaca mengenai prinsip, kerangka
konseptual, standar dan kebijakan akuntansi pemerintahan di Indonesia.
Pembaca diharapkan dapat menganalisis dan sintesa terhadap posisi prinsip,
kerangka konseptual, standar dan kebijakan akuntansi pemerintahan di
Indonesia dengan perkembangan referensi internasional dan penerapan praktis
dalam kebijakan akuntansi pemerintahan di dalam laporan keuangan
pemerintah Indonesia.
PRINSIP-PRINSIP
AKUNTANSI
PEMERINTAHAN,
KERANGKA
KONSEPTUAL,
STANDAR
AKUNTANSI
PEMERINTAH
DAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI.
Prinsip-prinsip akuntansi
(accounting principles):
semua konsep, ketentuan, prosedur, metoda, teknik,
yang tersedia secara teoretis atau praktis .
Kerangka
Konseptual
Kebijakan
Akuntansi
Standar
Akuntansi
Praktik-praktik
sehat (sound
practices)
Pemerintah
Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen
Memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.
Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
(stakeholders).
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan adalah anggapan yang diterima sebagai
suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan,
yang terdiri dari:
Asumsi kemandirian entitas
Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai
kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya
asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan
melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh.
Asumsi kesinambungan entitas
Relevan
Relevan artinya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sesuai dengan
maksud/kepentingan para penggunanya serta berguna dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi dikatakan relevan apabila: (1) memiliki manfaat umpan
balik (feedback value), (2) memiliki manfaat prediktif (predictive value), (3) tepat
waktu, dan (4) disajikan selengkap mungkin.
Andal
Laporan keuangan dikatakan andal apabila informasi yang terdapat di dalamnya
tidak menyesatkan dan bebas dari kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, serta dapat diverifikasi (diuji). Informasi yang andal memenuhi
karakteristik: (1) penyajian jujur, (2) dapat diverifikasi (verifiability), dan (3)
netralitas.
Dapat dibandingkan
Informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Dapat dipahami
Sedapat mungkin penyajian informasi dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh para pengguna. Informasi tersebut dinyatakan dalam bentuk serta istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
Untuk mencapai kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan
laporan keuangan yang relevan dan andal seringkali menemui beberapa kendala
akibat adanya keterbatasan (limitation) ataupun karena alasan kepraktisan. Berikut
ini merupakan hal-hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan
laporan keuangan pemerintah, yaitu:
Materialitas
Laporan keuangan pemerintah harus memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas. Suatu informasi dikatakan material apabila kelalaian atau kesalahan
dalam penyajian informasi tersebut akan berpengaruh pada keputusan ekonomi
yang diambil para penggunanya.
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika
kas diterima dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah) atau
dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah).
Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual, transaksi ekonomi dan peristiwaperistiwa lain diakui pada saat terjadinya transaksi/peristiwa tersebut, bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih
obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat
digunakan nilai wajar.
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis. Pengukuran pos-pos laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing
dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Saat ini PSAP yang telah ditetapkan oleh KSAP adalah sebagai berikut:
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan.
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran.
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan.
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan.
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa.
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
Sistem akuntansi berbeda dengan prinsip dan standar. Sistem akuntansi adalah
metode, prosedur, teknik, atau cara untuk mencatat, mengklasifikasi,
mengikhtisarkan, melaporkan dan memberi masukan analisis informasi keuangan
yang disediakan bagi suatu entitas. Pertimbangan utama dalam sebuah sistem
Namun sistem akuntansi tidak bisa dilepaskan dari Standar Akuntansi. Sistem
akuntansi pemerintahan pasti harus diatur dengan regulasi yang dibuat oleh
pemerintah dengan memperhatikan standar akuntansi. Sistem terdiri dari komponen
input, proses dan output. Komponen lainnya berupa outcome. Untuk menghitung
kinerja pemerintah daerah, maka diperlukan konsep efisiensi, efektivitas, dan
ekonomis dengan memperhatikan input, proses, output dan outcome.
Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah
pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pada tingkat
pemerintah daerah diatur dengan peraturan Gubernur/bupati/walikota, dengan
mengacu pada Peraturan Daerah tentang pengelolaan keuangan daerah yang
berpedoman pada peraturan pemerintah.
Didalam literatur sektor publik, maka kinerja keuangan dapat dilihat dari efisiensi,
efektivitas, dan ekonomis. Efisiensi terjadi apabila rasionalitas nilai anggaran
dibandingkan dengan nilai hasil kerja. Efektivitas terjadi apabila rasionalitas kerja
anggaran dengan pencapaian hasil. Ekonomi terjadi apabila terdapat penghematan
nilai anggaran dalam pencapaian hasil. Dalam penilaian akuntabilitas penganggaran
daerah, biasanya disertakan Equity yang merupakan ketepatan sasaran pemanfaat.
Mardiasmo (2002) dan Pendlebury (1996) dan DFid menggambarkan konsep efisien,
efektif dan ekonomi serta equity sebagai berikut
Economy
Input
Efficiency
Process
Output
Outcome
Impact
Terciptanya
lapangan kerja
Pengurangan
kemiskinan
e
s
Cost
Effectiveness
s
Equity
Bahan dan Alat
untuk Pelatihan Las
Effectiveness
Masyarakat yang
terlatih
E
q Pelatihan dan praktik
las
Sebagai illustrasi, misalkan suatu kegiatan pelatihan las karbit untuk meningkatkan
jumlah entrepreneur las di perdesaan. Pelatihan tersebut diidentifikasi
Input
Proses
Output
Outcome
Bahan Las Karbit, Peralatan Las Karbit, Pelatih Las Karbit dan Peserta
Pelatihan peserta agar mahir dalam las karbit.
Jumlah tenaga terlatih las karbit
Meningkatnya jumlah entrepreneur di perdesaan.
PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SOAL-SOAL
1. Diskusikan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk konteks Negara Indonesia.
2. Diskusikan alasan mengapa di Indonesia penyusun standar akuntansi pemerintah
hanya KSAP. Hal ini berbeda dengan penyusun standar akuntansi Amerika yang
terdiri dari GASB dan FASAB.
3. Basis cash toward accrual di Indonesia hanya berumur 10 tahun dari tahun 2005
sampai 2015. Jelaskan mengapa hal itu terjadi.
TUGAS
15
Bahan Bacaan
DFID, Department of International Development. (2011, July). DFIDs Approach to Value for Money
(VfM). Retrieved from http://www.dfid.gov.uk/:
http://www.dfid.gov.uk/Documents/publications1/mar/multilateral_aid_review.pdf
Mardiasmo. (2001). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.
BAB 4
SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA , ANGGARAN DAN AKUNTANSI
Secara umum dalam bab ini pembaca diharapkan untuk memahami siklus
anggaran dan siklus akuntansi dalam pemerintahan di Indonesia. Pembaca
diharapkan mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisa serta
mensitesakan model ringkas pelaporan pemerintah baik laporan anggaran
maupun akuntansi dalam memahami kompleksitas yang ditemui dalam
laporan anggaran dan akuntansi pemerintah Indonesia.
3
dan Anggaran-KL/Rencana Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja perangkat Daerah
(RKA-KL/SKPD). Rancangan RKP/RKPD ini selesai bulan Juni untuk selanjutnya
disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan.
Setelah disepakati bersama dengan DPR/DPRD, maka kebijakan umum,
program prioritas, dan plafon anggaran sementara, akan menjadi dasar bagi
Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun RKA. RKA ini selanjutnya
digunakan untuk menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah (RAPBN/D) yang wajib disampaikan ke legislatif untuk dibahas
dan diperbaiki sebelum disetujui untuk ditetapkan menjadi APBN/APBD.
Proses pengesahan RAPBN dilakukan setelah ada persetujuan oleh DPR, pada
RAPBD ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi atas RAPBD yang telah disetujui
oleh DPRD dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan
Mendagri untuk RAPBD provinsi.
2. Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan
Pada pemerintah pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan diterbitkannya
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Segera setelah suatu tahun
anggaran dimulai, maka DIPA harus segera diterbitkan untuk dibagikan kepada
satuan-satuan kerja sebagai pengguna anggaran pada kementrian/lembaga.
Pada pemerintah daerah, setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD,
SKPD wajib menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Pada
pemerintah daerah masih diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD) yaitu suatu
dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan.
Setelah DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan kerja wajib
melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja terdapat dua sistem yang terkait
dengan pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem
pembayaran.
Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh
satuan kerja yang melakukan pemungutan (azas bruto). Pendapatan diakui
setelah uang disetor ke rekening Kas Umum Negara/Daerah (basis kas).
Oleh karena itu penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas Umum
selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam rangka mempercepat
penerimaan pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah dapat
membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib
menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas
Umum Negara/Daerah.
Sistem Pembayaran
Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna
Anggaran/Barang dan Bendahara Umum Daerah. Terdapat dua cara
pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh BUD
kepada yang berhak menerima pembayaran atau lebih dikenal dengan
sistem LS (pembayaran langsung). Pembayaran dengan sistem LS
4
dilakukan untuk belanja dengan nilai yang cukup besar atau di atas jumlah
tertentu. Cara lainnya adalah dengan menggunakan Uang Persediaan (UP)
melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk
belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk membiayai
keperluan sehari-hari perkantoran.
3. Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi sangat diperlukan dalam pelaksanaan anggaran,
tujuannya adalah:
Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang
terkait sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab diantara mereka.
Terselenggaranya pengendalian intern untuk menghindari terjadinya
penyelewengan.
Untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
entitas pelaporan dalam pengelolaan keuangan.
Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua bagian entitas akuntansi, yaitu sebagai
pengguna anggaran bendahara umum.
Pengguna Anggaran
Sistem ini diterapkan pada satuan kerja sesuai dengan perannya sebagai
pengguna anggaran, bagian sistem ini terutama untuk mencatat transaksi
yang menjadi kewenangannya, diantaranya adalah pendapatan (pendapatan
bukan pajak atau retribusi daerah, umumnya terkait dengan jasa yang
dikelola instansi tersebut), belanja (dilakukan dengan menggunakan uang
persediaan maupun dengan sistem langsung) dan aset yang dikelola dan
digunakan. Dari kegiatan akuntansi oleh satuan kerja sebagai pengguna
anggaran, pada akhir periode akan menghasilkan tiga laporan, yaitu Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
Bendahara Umum
Bagian ini terutama mengelola pendapatan pajak dan pendapatan lain yang
tidak diserahkan pengelolaannya kepada satuan kerja pengguna anggaran
(pendapatan bunga dan hasil investasi), belanja (belanja bunga, hibah dan
dana perimbangan), pembiayaan (investasi dalam bentuk penyertaan modal,
obligasi dan pemberian pinjaman jangka kepada pihak lain). Dari
pelaksanaan akuntansi ini oleh bendahara umum ini, ada 4 jenis laporan
yang dihasilkan, yaitu LRA, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan CaLK.
Hubungan dua bagian sistem tersebut dapat digambarkan dalam gambar
berikut ini.
Level
Input
Bukti
Transaksi,
Realisasi
Anggaran
Bukti
Transaksi,
Realisasi
Anggaran
Proses
Output
Sistem
Akuntansi
SKPKD/BUD
LRA
Neraca
LAK
CaLK
Sistem
Akuntansi
SKPD
LRA
Neraca
CaLK
Konsolidasi
Dikonsolida
si di
SKPKD/BUD
, diaudit BPK
RI
Pengguna
Kepala
Daerah
menyampaik
an kepada
DPRD dan
masyarakat
Gambar 4.1
Sistem Akuntansi SKPD dan BUD
4. Pemeriksaan
Pemerintah pusat maupun daerah wajib mempertanggungjawabkan
pengelolaan keuangannya kepada rakyat yang diwakili oleh DPR/DPRD, namun
lembaga perwakilan tersebut tidak mempunyai informasi secara penuh
mengenai laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah dari
eksekutif. Oleh karena itu diperlukan pihak yang kompeten dan independen
untuk menguji laporan pertanggungjawaban tersebut. Lembaga yang
berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban
tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Pemeriksaan keuangan oleh BPK akan menghasilkan pernyataan pendapat
(opini) tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan. Ada empat macam opini yang diberikan pemeriksa, yaitu:
a. Wajar tanpa pengecualian.
b. Wajar dengan pengecualian.
c. Tidak wajar.
d. Menolak memberikan opini.
Sedangkan kriteria yang digunakan dalam menentukan opini antara lain:
a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
b. Kecukupan pengungkapan.
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Efektivitas sistem pengendalian intern.
Hasil setiap pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK disusun dan disajikan
dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Selanjutnya LHP dimaksud
disampaikan kepada DPR/DPRD/DPD sesuai dengan kewenangannya (kecuali
yang memuat rahasia negara) dan kepada pemerintah. LHP atas laporan
keuangan selambat-lambatnya disampaikan kepada legislatif 2 (dua) bulan
setelah diterimanya laporan keuangan dari pemerintah. Dalam rangka
transparansi dan partisipasi publik, LHP yang telah disampaikan kepada
legislatif dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian masyarakat dapat
memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan.
5. Pertanggungjawaban
6
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan.
Laporan keuangan yang disampaikan ke DPR/DPRD adalah laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh BPK. Laporan keuangan yang telah diaudit ini
disampaikan kepada lembaga legislatif selambat-lambatnya 6 bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Selain laporan keuangan tersebut, juga dilampirkan
ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah dan satuan kerja lainnya yang
pengelolaanya diatur secara khusus seperti misalnya Badan Layanan Umum
(BLU).
Siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang
lainnya, namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama makna dan
tujuannya. Menurut buku panduan tentang Analisis dan Advokasi Anggaran
Pemerintah Daerah di Indonesia, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (The Asia
Foundation) dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB)
proses/siklus anggaran dapat dibagi kedalam 4 (empat) tahapan, yaitu:
1. Penyusunan Anggaran
Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat
melalui forum pertemuan komunitas Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja
perangkat daerah (dinas/instansi) sampai dengan penyiapan draft usulan
APBD diserahkan oleh kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak
legislatif) untu dibahas dan disetujui bersama. Dalam proses penyusunan
anggaran yang memerlukan waktu beberapa bulan, Tim Anggaran Eksekutif
yang beranggotakan unsur-unsur dari Sekretariat Daerah, BAPPEDA dan
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai fungsi dan peranan
yang sangat penting. Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam
proses penentuan prioritas program namun pada akhirnya proses
penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
2. Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif
menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses
ini ditandai dengan pidato dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan
anggota DPRD. Selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan untuk
beberapa waktu. Selama masa pembahasan akan terjadi diskusi antara pihak
Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana pada
7
kesempatan ini pihak legislatif berkesempatan untuk menanyakan dasardasar kebijakan eksekutif dalam membahas usulan anggaran tersebut.
3. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan
melalui peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran
baru dimulai. Tahapan pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun
terhitung mulai awal tahun anggaran baru pada bulan Januari setiap
tahunnya. Tahapan Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pihak eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
jumlahnya sesuai dengan struktur organisasi pemerintah daerah yang
bersangkutan.
1.
PENYUSUNAN
ANGGARAN
2.
4.
AUDITING
ANGGARAN
PENETAPAN
ANGGARAN
Anggaran ditetapkan
oleh DPRD. Prosesnya
dilakukan melalui
serangkaian
pembahasan dengan
pihak eksekutif.
3.
PELAKSANAAN
ANGGARAN
Eksekutif merupakan
pengguna anggaran
yang telah ditetapkan.
Kepala Daerah
bertanggung jawab
terhadap penggunaan
anggaran.
Gambar 4.2
Proses dan Siklus Anggaran Pemerintah Daerah
Apabila dijabarkan secara rinci, setiap tahapan mempunyai siklus waktu yang
berbeda. Tahap 1 dan 2 (Penyusunan Anggaran dan Penetapan Anggaran)
memerlukan waktu 12 bulan, Tahap 3 (Pelaksanaan Anggaran) berlangsung 12
bulan, dan Tahap 4 (Auditing Anggaran) memerlukan waktu 6 bulan. Dengan
demikian proses anggaran di Indonesia memerlukan waktu 30 bulan (dua
setengah tahun).
Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, SKB Nomor 0259/M.PPN/1 Tahun 2005 dan PP
Nomor 58 Tahun 2005, diberikan alokasi penjadwalan waktu untuk Tahap 1 dan 2
(Penyusunan dan Penetapan Anggaran) yang mempunyai siklus waktu 12 bulan,
meskipun pada kenyataannya setiap pemerintahan kabupaten/kota mempunyai
variasi tersendiri dalam pengatuaran waktunya. Berikut ini disajikan contoh
jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah:
Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pemerintah Daerah
Waktu
Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Agustus
September
Oktober
9
November
Desember
Pelaksanaan
Anggaran
yang
ditetapkan
oleh
Secara singkat, siklus dan mekanisme APBD dapat dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring, dan evaluasi dan audit. Semua
tahap atau proses tersebut dapat dibagi menjadi input proses dan output. Siklus
ini dapat dilihat di bawah ini:
SIKLUS AKUNTANSI
Dari sudut pemakai, akuntansi merupakan suatu fungsi yang menyediakan
informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sementara dari sudut proses
kegiatannya, akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, penganalisaan, dan penafsiran data keuangan suatu unit ekonomi
tertentu dengan cara tertentu. Dengan demikian, akuntansi harus mencakup:
identifikasi data yang relevan, proses atau analisis data, dan pengubahan dari data
menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang
tertuang dalam laporan keuangan.
10
Prosedur pencatatan transaksi sampai menjadi laporan keuangan disebut proses
akuntansi atau siklus akuntansi. Siklus akuntansi dimulai dari analisa transaksi
keuangan dan diakhiri dengan analisa laporan keuangan. Hasil akhir yang paling
penting dari siklus akuntansi adalah laporan keuangan. Berikut ini merupakan
tahapan-tahapan dalam siklus akuntansi:
1. Menganalisis
transaksi
keuangan unit
usaha (entitas)
10. Menganalisis
laporan keuangan
9. Menyiapkan
neraca saldo
setelah
penutupan
Siklus
sebelumnya
3. Memposting ke
rekening buku
besar
8. Menjurnal dan
memposting
penutupan
7. Menyiapkan
laporan
keuangan
Siklus
Selanjutnya
2. Menjurnal
transaksi
4. Menyiapkan
neraca saldo
6. Menyiapkan
neraca saldo
setelah
penyesuaian
5. Menjurnal dan
memposting
penyesuaian
Gambar 4.3
Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi dimulai dengan adanya suatu transaksi yang harus didukung
dengan bukti. Setiap transaksi yang terjadi harus dibuktikan dengan dokumendokumen sumber. Atas dasar dokumen/bukti tersebut, setiap transaksi dianalisa
dan dicatat secara kronologis (berdasarkan urutan waktu) dalam jurnal. Setiap
transaksi yang telah dianalisa, diklasifikasikan dan dicatat dalam jurnal kemudian
dipindahkan ke perkiraan/rekening/akun dalam buku besar dan buku besar
pembantu. Proses pemindahan ini disebut pembukuan (posting).
Selanjutnya, neraca saldo disusun atas dasar saldo-saldo dari setiap akun buku
besar. Penyesuaian diperlukan untuk membuat akun-akun dalam buku besar
mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Setelah
menjurnal dan memposting penyesuaian yang diperlukan, dibuatlah neraca saldo
11
setelah penyesuaian. Dengan dasar penyesuaian tersebut maka dapat disusun
laporan keuangan. Dalam akuntansi pemerintahan, laporan keuangan tersebut
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK),
Laporan Kinerja Keuangan dan Catatan atas Laporan Keuangan. Selain keempat
laporan keuangan pokok tersebut, dapat juga menyelenggarakan laporan
keuangan tambahan seperti Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas
Dana.
Pada akhir periode akuntansi, akun-akun nominal harus ditutup dengan membuat
ayat-ayat penutup dalam jurnal penutup untuk kemudian diposting ke buku besar.
Setelah semua ayat penyesuaian dipindahkan ke akun buku besar dan akun
nominal sudah ditutup, maka dihitung saldo dari setiap akun buku besar untuk
menyusun neraca saldo setelah penutupan. Setelah tahap penutupan dan dibuat
daftar saldo setelah penutupan serta pembalikan, maka Neraca Awal dapat
disusun.
PERBEDAAN
AKUNTANSI
ANTARA
SIKLUS
ANGGARAN
DAN
SIKLUS
Anggaran ditetapkan di masa lalu, maka dapat dipastikan dalam siklus akuntansi
akan terdapat transaksi yang tidak dapat dianggarkan sebelumnya. Hal ini adalah
suatu hal yang wajar, dikarenakan anggaran merupakan prediksi di masa yang
akan datang. Jarang terjadi prediksi yang pasti tepat seratus persen, oleh karena
itu pasti akan terdapat perbedaan antara pencatatan anggaran dan akuntansi.
Pencatatan transaksi yang tidak dianggarkan sebelumnya disebut dengan
transaksi non-anggaran. Transaksi non-anggaran dipastikan akan terjadi dalam
siklus akuntansi. Titik singgung antara siklus anggaran dengan siklus akuntansi
adalah terletak pada tahap pelaksanaan anggaran.
Ringkasan perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.
Perbedaan Antara Siklus Anggaran dengan Siklus Akuntansi
Perbedaan
Siklus Anggaran
Siklus Akuntansi
12
Fungsi
Tujuan pencatatan
Sistem
Pembukuan
Output Laporan
Informasi yang
dihasilkan
Rentang waktu
Transaksi yang
dicatat
Mencatat, mengklasifikasi,
menggolongkan, menganalisis,
mengikhtisarkan, melaporkan, dan
menginterpretasi transaksi.
Kepatuhan.
Membandingkan antara anggaran
dan realisasi.
Pencatatan transaksi.
PERTANYAAN
1. Jelaskan tahapan dalam siklus pengelolaan keuangan negara.
2. Sebutkan macam-macam opini atas laporan keuangan pemerintahan yang diberikan
oleh pemeriksa, dan kriteria yang digunakan pemeriksa dalam menentukan opini
atas laporan keuangan pemerintahan.
3. Berikan ilustrasi tahapan dalam siklus anggaran pemerintah daerah dan jadwal
penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah.
4. Jelaskan tahapan dalam siklus akuntansi pemerintah, apakah tepat gambaran siklus
akuntansi yang statis.
5. Jelaskan perbedaan siklus anggaran dengan siklus akuntansi.
6. Jelaskan format anggaran Indonesia sebelum reformasi yang menggunakan
anggaran berimbang dan dinamis. Berikan ilustrasi berupa model sederhana dalam
bentuk T account.
7. Jelaskan format anggaran Indonesia setelah reformasi yang menggunakan anggaran
deficit. Berikan ilustrasi dalam bentuk I Account, dengan menampilkan
surplus/deficit dan surplus/deficit neto.
8. Bandingkan dan analisislah perbedaan antara anggaran berimbang dan dinamis
dengan anggaran deficit.
9. Jelaskan laporan akuntansi yang berbasiskan pada PP 24 Tahun 2005 yang
menganut basis akuntansi cash toward accruals.
10. Jelaskan laporan akutnansi yang berbasiskan pada PP 71 Tahun 2010 yang
menganut basis akuntansi accruals.
13
SOAL-SOAL
1. Diskusikan siklus pengelolaan keuangan negara sebelum diundangkannya UU No. 17
Tahun 2003.
2. Diskusikan irisan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi. Benarkah siklus
tersebut statis?
3. Diskusikan pernyataan berikut anggaran adalah segalanya dalam anggaran dan
jurnal adalah segalanya dalam akuntansi.
TUGAS
Dapatkan time table penyusunan anggaran pemerintah pusat tahun 2013. Analisislah
time table tersebut dengan sudut pandang siklus anggaran dan siklus akuntansi.
Menurut Suwardjono (2005: 504), dana (fund) mempunyai dua pengertian yang
saling dirancukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau
sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan untuk mendanai
suatu kegiatan, program, atau proyek dalam rangka mencapai tujuan tertentu
(spesifik). Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa
kegiatan, program, atau proyek yang didanai dengan aset likuid tersebut.
A fund is formally defined as a fiscal and accounting entity with self balancing
set of accounts recording cash and other financial resources, together with all
related liabilities and residual equities or balances and changes there in, which
are segregated for the purpose of carrying on spesific activities or attaining
certain objectives in accordance with special regulations, restrictions, or
limitations.
3
dengan dana. Sumber keuangan yang dianggarkan dan diserahkan untuk
pelaksanaan kegiatan dipertanggungjawabkan melalui kegiatan tersebut sebagai
dana yang berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Dengan demikian
diperlukan seperangkat sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi
dan laporan keuangan untuk pertanggungjawaban kesatuan dana tersebut.
Penjelasan mengenai pos ekuitas dalam neraca dapat ditemukan di dalam Buletin
Teknis Nomor 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi, yang menyatakan:
Pendekatan yang digunakan untuk menyajikan pos-pos ekuitas ke dalam
format neraca berdasarkan SAP, dilakukan dengan pendekatan self
balancing.
Pendekatan self balancing di dalam neraca yang digunakan oleh SAP merupakan
selisih antara saldo Aset dan Kewajiban. Dari penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ekuitas dana di dalam neraca merupakan:
1. kelompok dana umum
2. penyeimbang (self balancing) terhadap akun aset dan kewajiban
Saldo dana dalam neraca dapat diinterpretasi sebagai dana likuid yang siap
digunakan adalah ekuitas dana lancar Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
dan dana cadangan. Untuk menggunakan SiLPA dan dana cadangan perlu
ketetapan hukum yang mengatur penggunaan dana SiLPA yang tersedia.
4
asalnya. Secara sederhana, persamaan akuntansi pemerintah dapat digambarkan
sebagai berikut:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
Akun Lawan
Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara
Pengeluaran, dan Investasi Jangka Pendek
Kas di Bendahara Penerimaan
Piutang
Persediaan
Hutang Jangka Pendek
5
Dikurangi:
Jumlah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka
Panjang
Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Investasi
Akun Lawan
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Aset Lainnya
Hutang Jangka Panjang
Akun Lawan
Dana Cadangan
Dari persamaan diatas, A adalah Aset, K adalah Kewajiban, EDL adalah Ekuitas
Dana Lancar, EDI adalah Ekuitas Dana Investasi, dan EDC adalah Ekuitas Dana
Cadangan.
Untuk mengecek ketepatan dalam penjumlahan angka-angka di dalam setiap
kelompok ekuitas dana, dapat menggunakan rumus berikut ini:
EDL = Aset Lancar - Kewajiban Jangka Pendek
6
Pemerintah melaksanakan operasional kegiatan pelayanannya kepada masyarakat
dengan berdasarkan pada anggaran. Jika dilihat dari segi transaksi, terdapat 3
tahap anggaran yaitu pada saat disahkan, diotorisasi, dan direalisasi. Anggaran
pemerintah akan berpengaruh terhadap persamaan akuntansi pemerintah pada
saat direalisasi atau saat terjadinya transaksi (dasar akrual) dan pada saat
peneriman atau pengeluaran kas (dasar kas).
Hubungan posisi keuangan awal dan posisi keuangan akhir setelah transaksi yang
berdasarkan anggaran pemerintah, dapat digambarkan dalam notasi persamaan
akuntansi sebagai berikut.
Posisi keuangan awal:
A = K + EDL + EDI + EDC
Posisi keuangan akhir:
ILUSTRASI TRANSAKSI
Untuk menggambarkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam pemerintahan
daerah yang disederhanakan, maka untuk memudahkan akan diilustrasikan
sebagai berikut:
Contoh 1
Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan
inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Kas di Kas Daerah
Rp 5.000
Persediaan
2.000
Aset Tetap
3.000
Dana Cadangan
1.000
Hutang Jangka Pendek
1.500
Hutang Jangka Panjang
2.500
7
Buatlah persamaan akuntansi pemerintah atas inventarisasi yang dilakukan oleh
Kabupaten Makmur!
Dari soal contoh 1, kita dapat menyusun persamaan akuntansi sesuai dengan data
hasil inventarisasi neraca awal Kabupaten Makmur sebagai berikut:
Kas di
Kas
Daerah
Persediaan
5.000
Aset
Tetap
DEBET (Rp)
2.000
3.000
Dana
Cadangan
Hutang
Jangka
Pendek
1.000
Hutang
Jangka
Panjang
1.500
2.500
Ekuitas
Dana
Lancar
KREDIT (Rp)
5.500
Ekuitas
Dana
Investasi
500
Ekuitas
Dana
Cad.
1.000
Neraca awal singkat atas transaksi pencatatan tersebut adalah sebagai berikut:
Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
Aset
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Total Aset Lancar
Aset Tetap dan Lainnya
Aset Tetap
Dana Cadangan
Total Aset Tetap dan Lainnya
Jumlah Aset
Rp
5.000
2.000
7.000
3.000
1.000
4.000
Rp 11.000
Berikut ini adalah neraca awal Kabupaten Makmur dengan rincian akun ekuitas
dana.
8
Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
Aset
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Total Aset Lancar
Aset Tetap dan Lainnya
Aset Tetap
Dana Cadangan
Rp
3.000
1.000
Total Aset
5.000
2.000
7.000
4.000
Rp 11.000
Kewajiban
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
Total Kewajiban
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA
Cadangan Persediaan
Dana YHD untuk Pembayaran
Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset
Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan
Total Ekuitas Dana
Jumlah Kewajiban dan
Ekuitas
Rp
1.500
2.500
4.000
5.000
2.000
(1.500)
3.000
(2.500)
1.000
7.000
Rp 11.000
Contoh 2
Selama Tahun 2006, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan
sebagai berikut:
Pos APBD
Pendapatan
Belanja Operasi
Belanja Modal /Aset Tetap
Surplus/(Defisit)
Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang Jangka Panjang
Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan Dana Cadangan
Sisa Lebih/(Kurang Pembiayaan)
SiLPA /(SiKPA)
APBD
Rp 19.000
16.000
10.000
(7.000)
8.000
(7.000)
1.000
(6.000)
9
E. Korolari: pengakuan aset atas realisasi belanja modal Pemerintah Daerah
Kabupaten Makmur Rp 10.000
F. Realisasi penerimaan pembiayaan dari hutang jangka panjang Rp 7.000
G. Korolari: pengakuan hutang jangka panjang Rp 7.000
H. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan pemerintah
daerah untuk pembuatan bandara di Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
Rp 5.000
I. Korolari: pengakuan atas penambahan dana cadangan Rp 5.000
Penjelasan Transaksi A
Transaksi A adalah berupa pencatatan neraca awal, yang berasal dari inventarisasi
aset dan kewajiban. Dalam transaksi ini dicatat aset yang bisa diidentifikasi serta
kewajiban yang dimiliki oleh Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2005. Selisih
antara total aset dan kewajiban, masing-masing akan diidentifikasi dan
dikelompokkan ke dalam ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas
dana cadangan. Penjelasan atas transaksi pertama ini telah diuraikan di Contoh 1.
Penjelasan Transaksi B
Transaksi B adalah realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Makmur sesuai
dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 20.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 20.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 20.000. Transaksi realisasi pendapatan
pemerintah ini hanya akan menambah kas dan tidak mengubah komposisi aset
lainnya.
Penjelasan Transaksi C
Transaksi B adalah realisasi belanja operasi pemerintah Kabupaten Makmur
sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja operasi pemerintah
Kabupaten Makmur adalah Rp 15.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi
anggaran tersebut akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
berupa kas sebesar Rp 15.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan
mengurangi jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 15.000. Transaksi
realisasi belanja operasi pemerintah ini hanya akan mengurangi kas, tidak
mengubah komposisi aset lainnya. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja
operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA).
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Kas di Kas
Daerah
5.000
20.000
25.000
(15.000)
10.000
(10.000)
0
Persediaan
Aset
Tetap
Dana
Cadangan
Hutang
Jangka
Pendek
DEBET (Rp)
2.000
3.000
1.000
1.500
2.000
1.000
1.500
2.000
3.000
2.000
3.000
2.000
7.000
3.000
10.000
1.000
1.000
Hutang
Jangka
Panjang
1.500
KREDIT (Rp)
5.500
20.000
2.500
25.500
(15.000)
2.500
10.500
(10.000)
2.500
500
1.500
2.500
13.000
1.000
1.500
2.500
2.000
13.000
1.000
1.500
2.500
7.000
2.000
13.000
1.000
1.500
9.500
2.000
2.000
13.000
1.000
1.500
9.500
2.000
2.000
13.000
6.000
1.500
9.500
7.000
(5.000)
5.000
Ekuitas
Dana
Lancar
7.000
500
Ekuitas
Dana
Investasi
Ekuitas
Dana
Cadangan
500
1.000
500
1.000
500
500
10.000
1.000
1.000
10.500
1.000
10.500
1.000
3.500
1.000
2.500
3.500
1.000
2.500
3.500
6.000
7.000
7.500
7.500
(5.000)
(7.000)
5.000
Neraca Awal
Pendapatan
Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja Modal:
Pengakuan Aset Tetap
Penerimaan
Pembiayaan dari
Hutang Jangka
Panjang
Pengakuan Hutang
Jangka Panjang
Pengeluaran
Pembiayaan
Pencatatan
Penambahan Dana
Cadangan
Penjelasan Transaksi D
Transaksi D adalah realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten Makmur sesuai
dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 10.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 10.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 10.000. Transaksi realisasi belanja operasi
pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi juga akan mengubah
komposisi aset lainnya, yaitu bertambahnya aset tetap sebagai akibat belanja
modal. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja modal pemerintah akan
mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA) Rp 10.000.
Penjelasan Transaksi E
Transaksi pengakuan aset tetap dan pengakuan hutang jangka panjang
merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi di sektor
swasta. Transaksi belanja modal sebesar Rp 10.000 akan mempengaruhi akun kas
di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana lancar berupa
bertambahnya belanja modal sebesar Rp 10.000. Bertambahnya belanja secara
langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi
dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana
berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya aset terhadap transaksi ini
memerlukan satu tahap pencatatan transaksi sebagai aset. Pengakuan atas aset
sebagai penambahan aset tetap sebesar Rp 10.000, dan diimbangi dengan
penambahan atas ekuitas dana investasi untuk pos Ekuitas Dana InvestasiDiinvestasikan Dalam Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Oleh karena itu, untuk
mencatat transaksi ini dilakukan 2 langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan
penambahan belanja modal sebesar Rp 10.000, dan 2) mengakui penambahan aset
tetap Rp 10.000 dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam
Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Langkah yang kedua di dalam akuntansi
pemerintahan dikenal dengan jurnal korolari.
12
Penjelasan Transaksi F
Transaksi F adalah realisasi penerimaan pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi penerimaan
pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 7.000 yang berasal dari
hutang jangka panjang. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 7.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 7.000. Transaksi realisasi belanja operasi
pemerintah ini bukan hanya akan menambah ekuitas dana lancar (SiLPA), tetapi
juga akan mengubah komposisi kewajiban jangka panjang, yaitu bertambahnya
kewajiban jangka panjang sebagai akibat dari penerimaan pembiayaan, yang perlu
dibayar di masa yang akan datang.
Penjelasan Transaksi G
Transaksi ini adalah kasus penerimaan kas dari penerimaan pembiayaan atau
realisasi pendapatan pembiayaan. Transaksi penerimaan pembiayaan sebesar Rp
7.000 berasal dari hutang jangka panjang akan mempengaruhi akun kas di sisi
Debet, berupa penambahan kas, dan ekuitas dana lancar berupa bertambahnya
penerimaan pembiayaan sebesar Rp 7.000. Bertambahnya penerimaan
pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA pada akhir
periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset
berupa kas dan ekuitas dana berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya
hutang jangka panjang terhadap transaksi ini memerlukan satu tahap pencatatan
transaksi sebagai hutang jangka panjang. Pengakuan atas transaksi pembiayaan
sebagai penambahan hutang jangka panjang sebesar Rp 7.000, dan diimbangi
dengan penambahan atas Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang sebesar Rp 7.000.
Muncul pertanyaan, Mengapa pencatatan transaksi tersebut tidak langsung
menambah kas dan hutang jangka panjang masing-masing sebesar Rp 7.000,
seperti halnya di persamaan akuntansi sektor swasta? Apabila pencatatan dalam
persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka akan mengakibatkan 1)
tidak tercatatnya penerimaan pembiayaan, 2) tidak tercatatnya penambahan
didalam Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Hutang Jangka Panjang. Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model
sektor swasta tersebut, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah pencatatan
harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat penerimaan kas dan
penambahan penerimaan pembiayaan atau realisasi penerimaan pembiyaan dari
hutang jangka panjang, dan tahap kedua adalah mengakui penambahan kewajiban
jangka panjang dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus
Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang.
13
Penjelasan Transaksi H
Transaksi H adalah realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD untuk membentuk dana cadangan. Untuk tahun
2006, realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah
Rp 5.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan mengurangi
aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 5.000 di
sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah ekuitas dana
lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000. Transaksi realisasi belanja pembiayaan
pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi akan mengubah
komposisi aset lainnya berupa perubahan pada dana cadangan. Sebagai lawannya,
transaksi realisasi belanja operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana
lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000.
Penjelasan Transaksi I
Transaksi pengakuan dana cadangan dan pengakuan penambahan atas ekuitas
dana cadangan merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi
di sektor swasta. Transaksi belanja pembiayaan sebesar Rp 5.000 akan
mempengaruhi akun kas di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana
lancar berupa bertambahnya ekuitas dana cadangan sebesar Rp 5.000.
Bertambahnya belanja pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap
SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan
mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana cadangan. Sementara untuk
pengakuan adanya aset berupa dana cadangan terhadap transaksi ini memerlukan
satu tahap pencatatan transaksi lagi. Pengakuan atas dana cadangan sebesar Rp
5.000, perlu diimbangi dengan penambahan atas ekuitas dana cadangan Rp 5.000.
Oleh karena itu langkah untuk mencatat transaksi ini dilakukan sebanyak 2
langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan penambahan belanja pembiayaan
sebesar Rp 5.000, dan 2) mengakui penambahan dana cadangan Rp 10.000 dan
penambahan ekuitas dana cadangan sebesar Rp 10.000.
14
Adanya transaksi yang belum tercatat, atau akun pada akhir tahun belum
menunjukkan angka yang tepat menunjukkan bahwa di dalam akuntansi
pemerintahan perlu dilakukan penyesuaian (judgement) terhadap akun-akun yang
muncul. Hasil dari penilaian tersebut adalah munculnya jurnal penyesuaian, untuk
memperbaiki laporan sehingga mencerminkan keadaan yang wajar.
Contoh 3
Dalam kasus Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006, untuk memastikan
keadaan yang sebenarnya, dilakukan stock opname terhadap persediaan dan
ternyata nilai wajar dari persediaan Kabupaten Makmur jumlahnya adalah Rp
3.000 juta. Disamping itu, pada awal tahun anggaran DPRD Kabupaten Makmur
memberi mandat agar menyusutkan aset tetap di Kabupaten Makmur sebesar Rp
500 juta per tahun.
Bagaimana pengaruh adanya penyesuaian ini terhadap persamaan akuntansi dan
neraca?
Transaksi
Kas di Kas
Daerah
Persediaan
Aset
Tetap
Dana
Cadangan
Hutang
Jangka
Pendek
Hutang
Jangka
Panjang
DEBET (Rp)
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Ket:
2.000
3.000
1.000
1.500
2.500
2.000
3.000
1.000
1.500
2.500
2.000
7.000
2.000
3.000
3.000
10.000
1.000
1.000
1.500
1.500
2.500
5.500
20.000
25.500
(15.000)
10.500
(10.000)
500
500
2.500
13.000
1.000
1.500
2.500
2.000
13.000
1.000
1.500
2.500
7.000
(5.000)
2.000
2.000
13.000
1.000
1.500
9.500
2.000
2.000
13.000
2.000
3.000
3.000
7.000
2.000
2.000
1.000
Ekuitas Dana
Investasi
Ekuitas Dana
Cadangan
Keterangan Transaksi
KREDIT (Rp)
5.000
20.000
25.000
(15.000)
10.000
(10.000)
0
2.000
Ekuitas Dana
Lancar
13.000
1.000
5.000
1.500
7.000
7.000
7.500
9.500
7.500
(5.000)
2.500
500
1.000
500
1.000
500
500
10.000
1.000
1.000
10.500
1.000
10.500
1.000
3.500
1.000
(7.000)
3.500
1.000
5.000
6.000
1.500
9.500
2.500
3.500
13.000
6.000
1.500
9.500
3.500
3.500
6.000
12.500
6.000
1.500
9.500
3.500
3.000
6.000
(500)
1.000
(500)
6.000
Neraca Awal
Pendapatan
Belanja Operasi
Belanja Modal
16
Penjelasan Transaksi J
Transaksi J adalah pengakuan terhadap hasil stock opname yang menunjukkan
persediaan pemerintah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006. Jumlah
persediaan hasil stock opname pada akhir tahun 2006 di pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 3.000. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan nilai
persediaan pada awal tahun sejumlah Rp 2.000. Perbedaan sebesar Rp 1.000 perlu
diperbaiki dengan cara menambahkan masing-masing Rp 1.000 pada akun
persediaan (sebagai tambahan aset lancar) dan pada akun Cadangan Persediaan
(ekuitas dana lancar).
Penjelasan Transaksi K
Transaksi K adalah penyusutan aset tetap pada akhir tahun. Seiring dengan
semakin lamanya digunakan, aset tetap (selain tanah) akan mengalami penurunan
manfaat karena aus atau rusak akibat pemakaian. Dalam rangka penyajian nilai
wajar terhadap aset-aset tersebut dilakukan penyusutan. Selain itu, aset tetap juga
dapat direvaluasi, dihentikan penggunaannya, atau dilepaskan (dijual).
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas
dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan,
seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset
tersebut. Penyusutan ini bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di
sektor komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat disajikan secara
wajar. Pengertian ini berdampak pada transaksi yang harus dibuat pada saat
mengakui penyusutan, dimana tidak ada pengakuan beban penyusutan melainkan
hanya penurunan nilai aset.
17
Kabupaten Makmur
Neraca
Per 31 Desember 2006
Aset
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Total Aset Lancar
Rp
Jumlah Aset
2.000
3.000
5.000
13.000
(500)
12.500
6.000
18.500
Rp 23.500
Kewajiban
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
Total Kewajiban
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA
Cadangan Persediaan
Rp
1.500
9.500
11.000
2.000
3.000
(1.500)
12.500
(9.500)
6.000
12.500
Rp 23.500
18
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
Ekuitas dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja
seharusnya langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam neraca. Akan
tetapi penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas
hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak secara langsung mempengaruhi
ekuitas dana lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-akun
pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu ekuitas dana lancar.
Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan
pengeluaran belanja dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun
ditutup ke akun ekuitas dana lancar (bandingkan dengan pengertian pendapatan
dan biaya sebagai akun pembantu modal dalam akuntansi komersial). Seluruh
penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada dalam anggaran, artinya
harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan,
belanja, dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan
diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja,
dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak mempengaruhi komponen
lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat
perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari kas pada sisi debet dan ekuitas
pada sisi kredit. Ekuitas pun hanya muncul pada akhir periode pada saat
pendapatan dan biaya ditutup ke ekuitas dana lancar.
Perlakuan-perlakuan penerimaan dan pengeluaran dalam penerapan basis kas
menuju akrual ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Pada saat penerimaan pendapatan dicatat dalam persamaan:
Kas =
Pendapatan
Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real
account) sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran yang
disebut juga akun nominal (nominal account).
Belanja
Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berupa gedung
misalnya akan dijurnal:
(Kas) =
Belanja Modal
19
untuk perolehan aset tetap (belanja modal untuk pembangunan gedung) dapat
dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai berikut:
(Kas) =
Belanja Modal
Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun riil (real account). Jika
dilakukan penjurnalan seperti di atas maka pengeluaran tersebut tidak akan
mempengaruhi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini
hanya mempengaruhi akun-akun neraca. Oleh karena seluruh transaksi kas
pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran maka pengeluaran untuk
belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang bersangkutan, tetapi
harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu.
Contoh lain, misalnya pengeluaran untuk pembayaran pokok hutang. Pembayaran
pokok hutang akan dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai
berikut:
(Kas) =
Pengeluaran uang kas untuk pembayaran hutang tidak dikredit secara langsung
pada kewajiban di Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi
Anggaran yaitu Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Pokok Hutang.
20
Selanjutnya, agar perolehan aset tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat
jurnal pendamping (jurnal korolari). Jurnal korolari dibuat dengan mendebet aset
yang bersangkutan dan mengkredit akun Ekuitas Dana Diinvestasikan dalam
kelompok Ekuitas. Misalkan dikeluarkan belanja modal sebesar Rp 100 miliar
untuk pembelian gedung, maka agar dapat masuk dalam Neraca dan Laporan
Realisasi Anggaran harus dibuat persamaan akuntansi sebagai berikut:
(Kas) =
(100) =
EDL - SiLPA
(100)
Belanja Modal
Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan
Laporan Realisasi Anggaran. Bukan hanya itu, akun Gedung dan Bangunan dalam
kelompok aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap pada kelompok
Ekuitas juga dicatat sebesar jumlah yang sama. Dari uraian di atas terlihat bahwa
jurnal korolari digunakan agar transaksi yang mempengaruhi akun Neraca
(selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat pada waktu yang
sama.
Pertanyaannya adalah Apakah tidak ada mekanisme lain yang dapat
memungkinkan dapat disajikannya unsur neraca selain kas? Jawabnya adalah
Ada. Akun-akun yang dimaksud bisa saja dicatat pada akhir tahun dengan
menggunakan jurnal penyesuaian. Seluruh buku besar untuk akun-akun terkait
dibuka pada saat penyusunan neraca lajur. Akan tetapi dapat dibayangkan begitu
rumitnya menghimpun semua bukti transaksi untuk dilakukan penyesuaian pada
akhir tahun dengan mekanisme ini.
21
PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
22
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
tahun 2000 belanja untuk penambahan aktiva tetap tidak ada. Buatlah
persamaan akuntansinya dan susunlah neraca dari persamaan tersebut!
Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa:
Kas Daerah
Rp 50 juta
Persediaan
45 juta
Piutang Pajak
60 juta
Investasi Jangka Panjang
100 juta
Aset Tetap
200 juta
Aset Lainnya
85 juta
Dana Cadangan
300 juta
Hutang Jangka Pendek
30 juta (termasuk Perhitungan
Fihak Ketiga/PFK Rp 5 juta)
Hutang Jangka Panjang
150 juta
Berapakah Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana
Cadangan yang disajikan dalam neraca Pemda B per 31 Desember 2005?
Dari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31
Desember 2005 adalah Rp 1.000 juta. Setelah ditelusuri ternyata terdapat kas
sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas
Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta
tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006.
Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran status SKPD ditemukan adanya
sisa uang persediaan sebesar Rp 50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah
sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal
5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk Tahun Anggaran (TA) 2005
baru diselesaikan dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006. Bagaimana
penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005?
Dalam ekuitas dana pemerintahan, terdapat kemungkinan masing-masing
ekuitas dana bernilai negatif atau positif. Jelaskan dan analisa kondisi negatif
atau positif masing-masing ekuitas dana tersebut, dan hubungkan dengan
kondisi keuangan dari suatu pemerintah daerah!
Apakah arti pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan?
Mengapa harus ada pencatatan korolari?
Apakah selain pencatatan korolari tidak ada teknik akuntansi yang lain yang
dapat digunakan?
Adakah istilah lain untuk pencatatan korolari? Jelaskan!
Jelaskan pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan! Transaksi apa
sajakah yang memerlukan pencatatan korolari dalam akuntansi
pemerintahan?
23
SOAL-SOAL
Soal 1
Pemerintah Kabupaten A akan dimekarkan menjadi Kabupaten B dan C mulai
Januari tahun 2004. Untuk pemekaran tersebut, maka diidentifikasi aset-aset
Kabupaten A semuanya menjadi milik dari Kabupaten B. Kabupaten C tidak
mendapat aset apapun dari proses pemekaran itu. Untuk menunjang pelayanan
masyarakat di Kabupaten C, maka pada tahun tersebut Kabupaten C mendapat
dana transfer dari pemerintah berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 400
miliar. Anggaran pertama ditetapkan oleh pemerintah pusat. Berikut ini adalah
APBD dan realisasi APBD Kabupaten C untuk tahun 2004:
Pos APBD
Pendapatan
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
PAD lainnya
DAU
Total Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pemilihan Umum
Belanja Bupati dan Wakil Bupati
Belanja DPRD
Belanja Pelayanan Umum
Total Belanja Operasi
Belanja Modal /Aset Tetap
Belanja Gedung
Belanja Kendaraan
Belanja Tanah
Total Belanja Aktiva Tetap
Total Belanja
Surplus/(Defisit)
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan_Dari Hutang Jk Panjang
Pengeluaran Pembiayaan_Membuat Dana Cadangan
Total Pembiayaan
Sisa Lebih/(Kurang) Pembiayaan
APBD
Rp 10
5
2
400
417
Rp 10
5
5
400
10
15
10
200
235
10
15
10
190
225
100
50
35
185
100
50
35
185
15
10
Rp
420
(3)
5
2
15
10
Rp
420
410
10
5
15
Diminta:
1. Adakah neraca awal pemerintah kabupaten C?
2. Berdasarkan transaksi Kabupaten C, buatlah:
a. persamaan akuntansi atas realisasi anggaran tersebut
b. laporan neraca
3. Dengan kondisi di bawah ini, buatlah persamaan akuntansi untuk
penyesuaian:
24
4.
Soal 2
a. APBD Pemkab ABC tahun 2001 mencantumkan informasi sebagai berikut.
Pos APBD
Pendapatan
Penerimaan cicilan penjualan rumah dinas
Penerimaan pajak hiburan
Penggunaan SiLPA
Penerimaan Pengembalian Pinjaman PDAM
Belanja
Pembayaran bunga pinjaman
Pembelian Persediaan
Pembayaran pokok pinjaman Luar Negeri
Pembayaran pokok pinjaman Pemerintah Pusat
APBD
Rp
62.500
162.500
400.000
250.000
Realisasi APBD
Rp
75.000
50.000
250.000
500.000
62.500
175.000
250.000
75.000
40.000
250.000
500.000
Realisasi pembayaran hutang dan biaya bunga tahun 2001 adalah sebagai
berikut :
Jenis Hutang
Hutang kepada Luar Negeri
Hutang kepada Pemerintah Pusat
Pokok Pinjaman
Rp
250.000
500.000
Biaya Bunga
Rp
25.000
50.000
Jenis Hutang
Hutang kepada Luar Negeri
Hutang kepada Pemerintah Pusat
Pokok Pinjaman
Rp
250.000
500.000
Biaya Bunga
Rp
20.000
40.000
Hutang jangka panjang dan biaya bunga yang akan jatuh tempo tahun 2002
adalah sebagai berikut :
Tagihan penjualan angsuran yang akan diterima tahun 2002 adalah sebesar
Rp 62.500.
Hasil perhitungan fisik persediaan Alat Tulis Kantor (ATK) per 31 Desember
2001 adalah sebesar Rp 10.000.
Rp
Rp
400.000
100.000
155.000
62.500
3.000.000
187.500
5.000
3.910.000
25
Hutang
Hutang Jangka Pendek
Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang
Hutang Biaya Pinjaman
Total Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
Hutang Luar Negeri
Hutang kepada Pemerintah Pusat
Total Hutang Jangka Panjang
Ekuitas
Ekuitas Dana Lancar
Akumulasi SiLPA
Cadangan untuk persediaan
Cadangan untuk piutang
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
Total Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Diinvestasikan
Diinvestasikan dalam aset tetap
Diinvestasikan dalam aset lainnya
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
Total Ekuitas Dana Diinvestasikan
Ekuitas Dana Cadangan
Total Hutang dan Ekuitas
Rp
750.000
75.000
825.000
1.000.000
2.000.000
3.000.000
400.000
100.000
217.500
(825.000)
(107.500)
Rp
3.000.000
187.500
(3.000.000)
187.500
5.000
3.910.000
Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi, dengan transaksi penyesuaiannya! Kolom
Ekuitas Dana cukup dibuat 3 kolom saja.
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah daerah yang terdiri dari
tahun 2001!
Soal 3
Data yang dikutip dari laporan Pemda Bagus Tahun Anggaran 2001 adalah sebagai
berikut:
Tahap/jenis
Pengesahan
Realisasi
Pendapatan
Rp
10.000
9.000
Belanja
Rp
13.000
10.000
Penerimaan
Pembiayaan
Rp
1.500
1.500
26
pembangunan gedung Rp 2.500. Sedangkan data yang diambil dari neraca per 31
Desember 2000 adalah sebagai berikut:
Kas
Aset Tetap
Dana Cadangan
Total Aset
Ekuitas
Ekuitas Dana Lancar
Akumulasi SiLPA
Ekuitas Dana Diinvestasikan
Diinvestasikan dalam aset tetap
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana cadangan
Total Ekuitas
Rp
1.500
3.000
500
Rp 5.000
Rp
1.500
3.000
500
Rp 5.000
Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi pemerintahannya!
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah akhir tahun 2001!
TUGAS
Dapatkan salah satu laporan keuangan neraca pemerintah pusat atau daerah.
Pastikan laporan keuangan neraca yang ditampilkan dalam laporan keuangan
pemerintah tersebut telah lengkap. Lakukanlah hal berikut ini:
1. Gunakan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menguji ketepatan
penyajian ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana
cadangan!
2. Berikan komentar Anda tentang hubungan laporan keuangan neraca
pemerintahan dan persamaan akuntansi!
27
Lampiran
Perubahan Standar Akuntansi Berbasis Akrual
Pembagian ekuitas dana tidak bermakna apa-apa dan membingungkan secara
konseptual. Pembagian ekuitas dana tidak berguna. Tidak mendapat dukungan teoritis
rasional.
BAB 6
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
BUKTI TRANSAKSI DAN JURNAL
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan bukti transaksi.
2. Menjelaskan bukti transaksi utama?
3. Menjelaskan bukti transaksi pendukung?
4. Menjelaskan pengertian jurnal.
5. Menjelaskan syarat-syarat penjurnalan.
6. Mengetahui aturan debet dan kredit serta aturan kontra akun dalam
akun ekuitas dana.
7. Menjelaskan dan membuat kode akun sederhana dalam akuntansi
pemerintahan daerah.
8. Menjelaskan bukti/formulir jurnal dalam akuntansi pemerintahan.
9. Mengetahui format jurnal umum.
10. Menjelaskan prosedur menjurnal.
11. Membuat jurnal umum atas transaksi aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan manual dalam akuntansi
pemerintahan.
12. Membuat jurnal korolari dalam akuntansi pemerintahan.
Dalam akuntansi sektor swasta, bukti transaksi dibedakan menjadi bukti intern
dan bukti ekstern. Bukti-bukti transaksi yang dikeluarkan oleh perusahaan
disebut bukti intern, sedangkan bukti yang diterima dari luar perusahaan disebut
bukti ekstern. Contoh dari bukti transaksi dalam sektor swasta umumnya berupa
kuitansi, faktur, cek, tagihan pembayaran dan nota pembelian atau penjualan.
Bukti tersebut memberikan keterangan rinci mengenai sifat, pihak-pihak yang
terlibat, serta jenis barang atau jasa yang tercakup dalam transaksi tersebut.
Dalam akuntansi pemerintahan, bukti transaksi pada umumnya dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:
BKM (bukti transaksi kas masuk)
BKK (bukti transaksi kas keluar)
BM (bukti transaksi memorial/non-kas)
3
Hutang
: Surat Perjanjian (Akad Kredit), Dokumen Penarikan Pinjaman
Pendapatan : Surat Tanda Setoran (STS), Daftar Pembukuan Administratif (DPA)
Belanja
: Surat Perintah Membayar (SPM), Daftar Pembukuan Administratif
(DPA)
Bendahara
Penerimaan
STS
Bendahara
Pengeluaran
SPD
SPP
SPM
SP2D
SSP
Kas Negara
Gambar 6.1
?
Bukti transaksi utama?
JURNAL
Dokumen pembukuan merupakan bukti tertulis yang mendasari pencatatan suatu
transaksi. Transaksi-transaksi dicatat berdasarkan informasi yang diberikan oleh
dokumen pembukuan. Bukti dokumen tersebut dicatat pertama kali dalam sebuah
daftar yang disebut jurnal. Karena itu jurnal sering disebut dengan the book of
original entries atau buku ayat asli.
Setiap transaksi yang akan dicatat, terlebih dahulu harus dianalisa. Tahap-tahap
dalam menganalisa suatu transaksi adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan perkiraan/rekening/akun yang dipengaruhi transaksi tersebut.
2. Menetapkan akun-akun yang terpengaruh tersebut bertambah atau
berkurang.
3. Menetapkan penambahan atau pengurangan tersebut mengakibatkan
perkiraan yang bersangkutan harus didebet atau harus dikredit dalam jurnal.
Oleh karena itu terdapat beberapa persyaratan yang harus diketahui oleh seorang
akuntan dalam membuat jurnal dalam akuntansi pemerintahan, antara lain
sebagai berikut:
1. Pemahaman bahwa jurnal merupakan implikasi dari sistem tata buku
berpasangan (double entry system)
Sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, semua pencatatan di
pemerintahan menggunakan sistem tata buku tunggal. Sistem tata buku
tunggal merupakan sistem yang mencatat transaksi ekonomi dalam satu buku.
Buku tunggal yang dimaksud biasanya buku kas umum.
Sejak digunakannya sistem tata buku berpasangan dalam akuntansi
pemerintahan, setiap pencatatan transaksi harus dianalisa terlebih dahulu.
Analisa dilakukan dengan menghubungkan transaksi dengan persamaan
akuntansi. Rasionalnya setiap transaksi akan mempengaruhi persamaan
akuntansi baik sisi debet (kiri) dan sisi kredit (kanan). Tata buku berpasangan
akan mencatat setiap transaksi di dua buku yang berbeda. Apabila setiap
transaksi langsung dicatat dalam dua atau lebih buku yang berbeda maka
tentu saja tidak praktis dan akan merepotkan. Untuk meringkas kegiatan
tersebut, maka transaksi dianalisis dan hasilnya ditulis dalam bentuk jurnal,
debet dan kredit.
5
2. Mengetahui aturan debet, kredit, saldo normal, dan aturan kontra akun
Istilah debet dan kredit dalam akuntansi menunjukkan sisi sebelah kiri dan
kanan. Debet dan kredit bukan berarti debet sama dengan tambah dan kredit
sama dengan kurang, tetapi menunjukkan kolom kiri atau kanan. Saldo
normal klasifikasi kode akun ditunjukkan melalui tabel berikut ini:
Nama Akun
Aset
Kewajiban/ Hutang
Ekuitas Dana
Pendapatan
Belanja
Pendapatan Pembiayaan
Belanja Pembiayaan
Saldo Normal
Debet
Kredit
Kredit
Kredit
Debet
Kredit
Debet
Penambahan
Debet
Kredit
Kredit
Kredit
Debet
Kredit
Debet
Pengurangan
Kredit
Debet
Debet
Debet
Kredit
Debet
Kredit
Secara khusus, aturan debet dan kredit untuk akun ekuitas dana menurut
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut:
a. Ekuitas Dana Lancar
b.
c.
Saldo Normal
Penambahan
Pengurangan
Kredit
Kredit
Debet
Debet
Debet
Kredit
Saldo Normal
Penambahan
Pengurangan
Kredit
Kredit
Debet
Kredit
Kredit
Debet
Kredit
Kredit
Kredit
Kredit
Debet
Kredit
Kredit
Kredit
Kredit
Debet
Debet
Debet
Debet
Debet
Kredit
Saldo Normal
Penambahan
Pengurangan
Kredit
Kredit
Debet
6
3. Memiliki kode akun
Untuk memudahkan dalam mengklasifikasi tiap transaksi ke dalam akun
tetentu yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut, biasanya dirancang suatu
daftar akun. Begitu juga dalam akuntansi pemerintahan, dalam melaksanakan
analisis transaksi diperlukan daftar akun yang harus dibuat secara kompatibel
dengan akun anggaran. Daftar akun biasanya disertai dengan penjelasan dan
petunjuk tentang tata cara pencatatan di dalamnya serta tentang jenis-jenis
transaksi yang dapat dicatat dalam tiap akun. Dalam akuntansi bisnis
sekalipun, seorang pegawai pembukuan tidak boleh mengarang sendiri nama
akun untuk mencatat transaksi, apalagi di dalam akuntansi pemerintahan.
Daftar akun ini sudah ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan untuk
daftar akun instansi pemerintah pusat dan keputusan menteri dalam negeri
untuk daftar akun pemerintah daerah.
Setiap nama akun ditetapkan dan diberi kode untuk memudahkan
penjurnalan dan cek silang (cross check) apabila ada kesalahan. Kode akun
dalam akuntansi, dapat disusun menggunakan metode pengkodean angka,
huruf atau gabungan angka dan huruf. Metode manapun yang dipilih, kode
akun harus dibuat secara sistematis. Pada umumnya kode awal diberikan
untuk akun neraca dan kemudian untuk akun anggaran (pendapatan dan
belanja). Suatu kode akun harus menjadi alat identifikasi yang bersifat unik
dan tepat. Pada umumnya digunakan 3 cara sistem penyusunan kode akun:
Block account codes
Group account codes
Decimal account codes
Pada pemerintahan daerah misalnya, urusan kode akun ini menjadi hal yang
kompleks, karena banyaknya informasi yang harus diolah dan struktur
organisasi yang kompleks juga. Sebagai contoh, menurut Permendagri Nomor
13 Tahun 2006, diperlukan kode akun untuk:
a. kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi
b. susunan kode akun keuangan daerah
c. kode rekening pendapatan propinsi
d. kode rekening pendapatan kabupaten/kota
e. kode dan klasifikasi fungsi
f. klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara
g. kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan
daerah
h. kode rekening belanja daerah
i. kode rekening pembiayaan daerah
7
Permendagri ini hanya memberikan gambaran umum semata dan tidak
mengatur secara spesifik kode akun yang diperlukan dalam akuntansi
pemerintahan daerah. Oleh karena itu pemerintahan daerah harus
mengembangkan sendiri kode akunnya. Kode akun secara umum yang
digunakan dalam pemerintahan daerah adalah Aset, Kewajiban, Ekuitas,
Pendapatan, dan Belanja termasuk juga Pembiayaan.
8
Contoh Bukti Jurnal:
ABC 0000000000
(Nomor Seri Tercetak)
Nomor: 00xx/JKM/201x
Kode Rek
Uraian
4,xx,xxx,1,01
Kas di Kas Daerah
4,xx,xxx,1,04
Piutang - Pajak Hotel
Keterangan:
Penerimaan Piutang Pajak Hotel bulan
Januari 201x sesuai STS No: Tgl:
Dibuat oleh:
Nama :...
Paraf :...
Tanggal:...
Tanggal: ..201x
Debet
Kredit
Rp xxx
Rp xxx
Dibukukan oleh:
Nama :
Paraf :
Tanggal:
Nama :
Paraf :
Tanggal:
PENJURNALAN TRANSAKSI
Rancangan buku jurnal berkembang dari yang mula-mula naratif sifatnya,
kemudian menjadi jurnal standar. Berdasarkan jenisnya, jurnal terdiri dari jurnal
transaksi, jurnal penyesuaian, jurnal penutupan, jurnal pembalikan, jurnal
reklasifikasi, dan jurnal koreksi. Sedangkan berdasarkan format sajiannya, jurnal
terbagi menjadi format jurnal umum (memorial dua kolom) dan jurnal khusus
(multi kolom). Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan mengenai jurnal
transaksi dengan format jurnal umum. Berikut ini adalah contoh format jurnal
umum:
Tanggal
20XX
Jan
01
Uraian Transaksi
Kas
Pendapatan
(Pencatatan realisasi PAD)
Ref.
Halaman: 01
Jumlah (Rp)
Debet
xxx
Kredit
xxx
9
Nama akun yang akan dikredit ditulis di bawah akun yang didebet dan agak
masuk ke kanan, lalu jumlah uangnya dimasukkan dalam kolom kredit.
3. Penjelasan singkat mengenai transaksi dapat ditulis di bawah setiap ayat
jurnal.
Nama-nama akun yang digunakan dalam jurnal harus sesuai dengan nama-nama
akun yang ada dalam buku besar. Lajur referensi baru digunakan setelah ayat-ayat
jurnal dipindahkan ke akun-akun yang bersangkutan dalam buku besar. Sebagai
contoh, beberapa transaksi Kabupaten Makmur akan digunakan untuk
menunjukkan penjurnalan transaksi.
Contoh:
Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan
inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Kas di Kas Daerah
Rp 5.000
Persediaan
2.000
Aset Tetap
3.000
Dana Cadangan
1.000
Hutang Jangka Pendek
1.500
Hutang Jangka Panjang
2.500
Pendapatan
Belanja Operasi
Belanja Modal (Aset Tetap)
Surplus/Defisit
Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jangka Panjang)
Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan)
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Surplus/Defisit Neto
APBD
Rp 19.000
16.000
10.000
(7.000)
8.000
(7.000)
1.000
(6.000)
Realisasi
APBD
Rp 20.000
15.000
10.000
(5.000)
7.000
(5.000)
2.000
(3.000)
10
G. Korolari: Pengakuan hutang jangka panjang Rp 7.000.
H. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan Pemda untuk
pembuatan Bandara di Pemkab Makmur Rp 5.000.
I. Korolari: Pengakuan atas penambahan dana cadangan Rp 5.000
1.
Kode Akun
Kode Akun
1
100
110
150
190
2
200
250
3
30
300
301
302
32
320
321
35
350
Nama Akun
Aset
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Aset Tetap
Dana Cadangan
Kewajiban
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Cadangan Persediaan
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Pendapatan
Pendapatan
5
Belanja
500
Belanja Operasi
501
Belanja Modal (Aset Tetap)
6
Pembiayaan
600
Penerimaan Pembiayaan (dari Hutang Jangka Panjang)
601
Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan)
Ket: YHD= yang Harus Disediakan
400
11
2. Jurnal Inventarisasi
Pada contoh ini, kolom tanggal diisi dengan urutan terjadinya transaksi sesuai
abjad.
Tanggal
A
3.
Uraian
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Aset Tetap
Dana Cadangan
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
SiLPA/SiKPA
Cadangan Persediaan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Dana Cadang.
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Pendek
DYHD u. Pembayaran Hutang J. Panjang
(Pencatatan Inventarisasi Aset Pemerintah
Daerah)
Jurnal Transaksi
Tanggal
Uraian
Ref.
100
110
150
190
200
250
300
301
320
350
302
321
Ref.
Kas
Pendapatan
(Pencatatan realisasi Pendapatan Asli
Daerah/PAD)
100
400
Belanja Operasi
Kas
(Pencatatan belanja operasi)
500
100
15.000
Belanja Modal
Kas
(Pencatatan belanja modal)
501
100
10.000
Aset Tetap
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
(Pencatatan jurnal korolari atas aset tetap
yang dibeli dari belanja modal)
150
320
10.000
Kas
Penerimaan Pembiayaan
(Pencatatan realisasi penerimaan pembiayaan
hutang jangka panjang)
100
600
7.000
321
250
7.000
15.000
10.000
10.000
7.000
7.000
12
H
Pengeluaran Pembiayaan
Kas
(Pengeluaran pembiayaan untuk pembentukan
dana cadangan)
601
100
5.000
Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
(Jurnal korolari penambahan dana cadangan)
190
350
5.000
5.000
5.000
JURNAL KOROLARI
Selain jurnal transaksi, jurnal penyesuaian, jurnal penutupan, jurnal pembalikan,
dan jurnal koreksi, dalam akuntansi pemerintah juga diselenggarakan suatu
pencatatan yang disebut dengan jurnal korolari. Jurnal korolari dibuat ketika ada
transaksi yang mempengaruhi neraca pemerintah. Sebelumnya, korolari dalam
persamaan akuntansi pemerintahan juga dibahas dalam bab 5 (Persamaan Dasar
Akuntansi Pemerintahan).
Jurnal korolari dibuat untuk memasukkan pos-pos neraca terhadap sistem
pencatatan akuntansi pencatatan akuntansi pemerintahan. Pos-pos yang
terpengaruh dengan jurnal korolari adalah:
Aset tetap
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
13
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
14
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Hutang
Dana yang Harus Disediakan untuk Pemb. Hutang
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
15
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
BAB 7
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
BUKU BESAR DAN NERACA SALDO
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi buku besar.
2. Mengetahui macam-macam format buku besar.
3. Menjelaskan pengertian posting.
4. Menjelaskan prosedur posting.
5. Melakukan posting dalam buku besar menggunakan T-account.
6. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu.
7. Menjelaskan fungsi buku besar pembantu kas.
8. Mengetahui format buku besar pembantu kas.
9. Menjelaskan pengertian dan fungsi neraca saldo.
10. Menjelaskan langkah-langkah dalam menyusun neraca saldo.
11. Membuat neraca saldo.
12. Menjelaskan beberapa penyebab tidak seimbangnya neraca saldo dan
cara mendeteksi letak kesalahan yang mungkin terjadi.
BUKU BESAR
Buku Besar (ledger) merupakan suatu buku yang berisi kumpulan rekening atau
akun dalam kategori yang sama yang dicatat dalam jurnal dan digunakan dalam
keseluruhan aktivitas akuntasi suatu entitas. Akun dalam buku besar berfungsi
sebagai media atau wadah dalam meringkas transaksi yang klasifikasinya sejenis.
Berdasarkan hubungannya dengan neraca dan laporan laba rugi (sektor swasta)
atau laporan realisasi anggaran (sektor pemerintahan), akun dalam buku besar
dapat digolongkan menjadi:
Akun riil (permanent/real account), yaitu akun-akun yang saldonya akan
terlihat dalam neraca seperti aset, kewajiban dan ekuitas.
Akun nominal (temporary/nominal account), yaitu akun-akun yang saldonya
akan terlihat dalam laporan realisasi anggaran seperti pendapatan dan belanja.
Jumlah buku besar akan berkembang, dan jumlahnya akan mengikuti atau sesuai
dengan jumlah rekening yang ada di pedoman rekening atau chart of accounts. Jika
seandainya pemerintah daerah memiliki jumlah akun sebanyak 1.000 akun, maka
jumlah buku besar yang harus disediakan adalah juga 1.000.
Bentuk buku besar yang paling sederhana disebut dengan T-account. Dinamakan
akun T, karena bentuknya seperti huruf T dan digunakan dalam diskusi mengenai
akuntansi. Akun T ini merupakan bahasa kedua bagi akun. Dan merupakan
implikasi atau keharusan karena penggunaan sistem double entry. Berbeda dengan
sistem single entry, yang tidak memiliki buku besar dalam pencatatannya.
Format Buku Besar Bentuk T
Ref.
Debet
Tgl.
Uraian
3
Format Buku Besar Bentuk 3 Kolom
Nama Rekening: ..............
Tgl.
Uraian
Ref.
Debet
Uraian
Ref.
Debet
Kredit
Proses pemindahan ayat jurnal ke buku besar disebut pembukuan atau posting.
Pemindahan dari jurnal ke buku besar format T-account relatif lebih mudah. Oleh
karena itu, berikut ini hanya akan dijelaskan contoh prosedur pemindahan suatu
ayat jurnal ke buku besar dengan format yang lebih kompleks yaitu bentuk dua
kolom (skontro):
1. Mencatat tanggal dalam rekening/akun yang bersangkutan.
2. Memindahkan jumlah uang dari jurnal ke rekening/akun yang bersangkutan.
Apabila akun tersebut didebet dalam jurnal, maka jumlah uangnya
dipindahkan ke kolom debet dalam akun yang bersangkutan.
Apabila akun tersebut dikredit dalam jurnal, maka jumlah uangnya
dipindahkan ke kolom kredit dalam akun yang bersangkutan.
3. Mencantumkan nomor halaman buku jurnal dalam kolom referensi
pemindahan dari akun tersebut.
4. Mencantumkan nomor (kode) akun buku besar dalam kolom referensi
pemindahan pada buku jurnal.
Tanggal
20XX
Jan
01
Uraian Transaksi
Ref.
Kas
100
400
Pendapatan
(Pencatatan realisasi PAD)
Ref.
Debet
20.000
Halaman: 1
Jumlah (Rp)
Tgl.
Debet
20.000
4
Uraian
Kredit
20.000
4
Contoh:
Berikut ini merupakan jurnal inventarisasi dan jurnal transaksi yang terjadi di
Kabupaten Makmur pada tahun 2006.
1.
Jurnal Inventarisasi
Tanggal
A
2.
Uraian
Jurnal Transaksi
Tanggal
Uraian
Ref.
100
110
150
190
200
250
300
301
320
350
302
321
Ref.
Kas
Pendapatan
(Pencatatan realisasi Pendapatan Asli
Daerah/PAD)
100
400
Belanja Operasi
Kas
(Pencatatan belanja operasi)
500
100
15.000
Belanja Modal
Kas
(Pencatatan belanja modal)
501
100
10.000
Aset Tetap
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
(Pencatatan jurnal korolari atas aset tetap
yang dibeli dari belanja modal)
150
320
10.000
Kas
Penerimaan Pembiayaan
(Pencatatan realisasi penerimaan pembiayaan
hutang jangka panjang)
100
600
7.000
321
250
7.000
15.000
10.000
10.000
7.000
7.000
5
H
Pengeluaran Pembiayaan
Kas
(Pengeluaran pembiayaan untuk pembentukan
dana cadangan)
601
100
5.000
Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
(Jurnal korolari penambahan dana cadangan)
190
350
5.000
5.000
5.000
Jawab:
100
Kas
5.000
20.000
7.000
2.000
15.000
10.000
5.000
Dana Cadangan
1.000
5.000
SiLPA/SiKPA
5.000
Persediaan
2.000
190
300
301
302
400
Pendapatan
Penerimaan Pembiayaan
7.000
3.000
10.000
Hutang Jangka Pendek
1.500
350
Diinvestasikan dalam Dana Cad.
1.000
5.000
20.000
150
Aset Tetap
Cadangan Persediaan
2.000
110
600
200
250
320
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
3.000
10.000
321
Dana YHD utk Pmbyrn. H.J. Panjang
2.500
7.000
Belanja Operasi
15.000
Belanja Modal
10.000
Pengeluaran Pembiayaan
5.000
500
501
601
Format Buku Besar Pembantu kurang lebih sama dengan Format Buku Besar,
hanya merupakan sub dari buku besar. Konsep buku besar pembantu adalah
sebagai berikut:
Piutang Pendapatan Pajak
Hotel
25.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
Hotel A
Hotel B
Hotel C
Hotel D
Hotel E
7
Format Buku Besar Pembantu Penerimaan Kas
Nama Rekening: ...............................
Tgl.
Ref.
Nomor STS
Uraian
Debet
Kode Rekening:...........................
Kredit
Saldo
No. Cek
Uraian
Kode Rekening:...........................
Debet Kredit
Saldo
NERACA SALDO
Untuk mengikhtisarkan saldo-saldo dalam buku besar, disusunlah neraca saldo.
Neraca Saldo atau Daftar Saldo merupakan daftar rekening/akun-akun beserta
saldo yang menyertainya dalam suatu periode tertentu, sebagai ringkasan dari
buku besar. Neraca saldo juga berguna untuk memeriksa kebenaran pencatatan
dalam jurnal dan buku besar dengan melihat apakah jumlah debet sama besar
dengan jumlah kredit.
Data-data untuk menyusun neraca saldo diperoleh dari buku besar. Proses
penyusunan neraca saldo adalah sebagai berikut:
1. Jumlahkan lajur debet dan lajur kredit setiap rekening/akun dalam buku besar.
2. Hitung saldo setiap akun, yaitu selisih jumlah debet dengan jumlah kredit.
3. Apabila jumlah debet lebih besar, maka saldonya adalah saldo debet.
Cantumkan dalam lajur debet pada neraca saldo.
4. Apabila jumlah kredit lebih besar, maka saldonya adalah saldo kredit.
Cantumkan dalam lajur kredit pada neraca saldo.
Berdasarkan ilustrasi transaksi pada Kabupaten Makmur sebelumnya, dari buku
besar dapat dibuat neraca saldo sebagai berikut:
8
KABUPATEN MAKMUR
NERACA SALDO
Per 31 Desember 2006
Kode
Akun
1
100
110
150
190
2
200
250
3
30
300
301
302
32
320
321
35
350
4
400
5
500
501
6
600
601
Nama Akun
Aset
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Aset Tetap
Dana Cadangan
Kewajiban
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA/SiKPA (Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan)
Cadangan Persediaan
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Pendapatan
Pendapatan
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Modal (Aset Tetap)
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang)
Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan)
Jumlah
Debet (Rp)
2.000
2.000
13.000
6.000
Kredit (Rp)
1.500
9.500
5.000
2.000
-1.500
13.000
-9.500
6.000
15.000
10.000
5.000
Rp 53.000
20.000
7.000
Rp 53.000
9
1. Jumlah sisi debet dan kredit tidak sama besar.
Misalkan jumlah sisi debet adalah Rp 10.900 sedangkan jumlah sisi kredit
adalah Rp 11.100, maka kita dapat menggunakan formula sebagai berikut:
(Rp 11.100 Rp 10.900): 2 = Rp 100
Hal ini berarti kemungkinan telah terjadi kesalahan penempatan pada akun
yang bersaldo Rp 100.
2. Transposisi angka.
Transposisi angka adalah kesalahan penempatan dalam penulisan angka,
misalnya seharusnya Rp 150 tetapi ditulis Rp 105. Cara untuk mendeteksinya
adalah dengan menghitung selisih antara jumlah debet dan kredit, jika hasilnya
habis dibagi dengan 9 maka kemungkinan telah terjadi transposisi angka lalu
telusurlah. Contoh: jumlah debet Rp 125.300 dan jumlah kredit Rp 117.200,
perhitungannya adalah Rp 125.300 Rp 117.200 = Rp 8.100 (hasilnya habis
dibagi dengan 9), maka ada kemungkinan telah terjadi transposisi angka
sehingga jumlah sisi debet dan kredit tidak seimbang.
10
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
BAB 8
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
PENYESUAIAN DAN NERACA LAJUR
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian penyesuaian didalam akuntansi pemerintahan.
2. Menjelaskan perbedaan jurnal penyesuaian antara akuntansi
pemerintahan dengan swasta.
3. Menjelaskan implikasi basis cash toward accruals dalam akuntansi
pemerintahan terhadap jurnal penyesuaian.
4. Menjelaskan jenis-jenis (objek) penyesuaian di akuntansi pemerintahan.
5. Membuat jurnal penyesuaian untuk setiap transaksi yang mungkin
dalam akuntansi pemerintahan.
6. Memposting jurnal penyesuaian ke buku besar.
7. Membuat Neraca Saldo Disesuaikan.
8. Menjelaskan pengertian neraca lajur atau kertas kerja.
9. Menjelaskan fungsi neraca lajur dalam pembuatan laporan keuangan
pemerintahan.
10. Menjelaskan fungsi kolom-kolom dalam neraca lajur.
11. Membuat neraca lajur.
12. Meneliti kesalahan dalam neraca lajur.
JURNAL PENYESUAIAN
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting journal entry) merupakan jurnal yang dibuat
pada akhir periode akuntansi untuk menyesuaikan saldo-saldo buku besar,
sehingga mencerminkan angka yang benar dan wajar. Penyesuaian berarti
pencatatan atau pengakuan (penjurnalan dan posting) data-data transaksi
tertentu pada akhir periode sehingga jumlah rupiah yang terdapat dalam tiap
akun sesuai dengan kenyataan pada akhir periode tersebut dan statement
keuangan yang dihasilkan menggambarkan keadaan yang senyatanya pada
tanggal statement (neraca).
Penyesuaian dicatat dalam jurnal umum 2 kolom dan di posting ke akun buku
besar yang bersangkutan. Segera setelah setiap kali melakukan posting dari tiap
ayat jurnal penyesuaian ke dalam buku besar yang bersangkutan, seluruh akun
ditentukan saldonya, dilanjutkan dengan menyusun neraca saldo disesuaikan.
1. Penyusutan
Penyusutan bisa dilaksanakan dengan 3 tujuan:
a. Penentuan nilai aset yang wajar (Standar Akuntansi Pemerintah)
Penyusutan di sektor pemerintahan bukan ditujukan untuk alokasi dana,
tetapi ditujukan untuk menyajikan secara wajar nilai aset pemerintah.
Untuk mencatat penyusutan, maka dijurnal sebagai berikut:
Diinvestasikan pada Aset tetap
Akumulasi Penyusutan
Rp xxx
Rp xxx
Rp 2 M
Rp 2 M
4
Belanja Penyusutan Non Kas
Akumulasi Penyusutan
c.
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih
besar daripada nilai persediaan awal:
Persediaan
Cadangan Persediaan
Rp xxx
Cadangan Persediaan
Persediaan
Rp xxx
Rp xxx
Jurnal untuk mencatat transaksi persediaan, jika nilai persediaan akhir lebih
kecil daripada nilai persediaan awal:
Rp xxx
Contoh:
Nilai persediaan akhir lebih besar daripada nilai persediaan awal.
Saldo awal persediaan di neraca Kabupaten Makmur adalah Rp
100.000.000. Pada akhir periode dilaksanakan stock opname terhadap
persediaan yang dimiliki di seluruh instansi Pemerintah Kabupaten
Makmur. Hasil dari stock opname tersebut, menunjukkan nilai persediaan
5
yang ada di seluruh dinas dan instansi Pemerintah Kabupaten Makmur
adalah Rp 120.000.000. Buatlah jurnal penyesuaian atas transaksi ini!
Jurnal persediaan di neraca awal:
Persediaan
Cadangan Persediaan
Rp 100.000.000
Persediaan
Cadangan Persediaan
Rp 20.000.000
Persediaan
Cadangan Persediaan
Rp 100.000.000
Cadangan Persediaan
Persediaan
Rp 20.000.000
Rp xxx
Rp 100.000.000
6
Contoh:
Misalnya di bendahara penerimaan pada tanggal 31 Desember terdapat kas
dari hasil pembayaran pajak sebesar Rp 150.000.000. Kas akan disetor pada
tanggal 2 Januari tahun berikutnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, maka
pada tanggal 31 Desember akan dibuat jurnal penyesuian dengan jurnal
sebagai berikut;
Kas di Bendahara Penerimaan
Pendapatan Ditangguhkan
Rp 150.000.000
Rp150.000.000
Rasional:
Jurnal untuk mencatat timbulnya hutang
Kas
Pendapatan Pembiayaan
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Ilustrasi:
Menurut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2004, pada tahun 2004
memiliki hutang jangka panjang yang jatuh tempo sebesar Rp 82 triliun.
Buatlah jurnal untuk mencatat penyesuaian reklasifikasi hutang jangka
panjang terhadap hutang jangka pendek untuk tahun 2004!
7
Hutang Jangka Panjang
Dana YHD untuk Pemb. Hutang Jk. Panjang
Rp 82 T
Rp 82 T
Rp xxx
Rp 82 T
Rp 82 T
Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Contoh:
Untuk membuat lapangan terbang Wirasaba menjadi lapangan terbang
komersial di daerah Barlingmascakeb, diperlukan dana sebesar Rp 10 miliar.
Untuk mengumpulkan dana tersebut kemampuan APBD Purbalingga adalah
Rp 5 miliar per tahun. Akuntan pemerintah daerah Purbalingga akan mencatat
penyesuaian pembentukan dana cadangan pada tahun pertama dengan jurnal
sebagai berikut:
Belanja Pembiayaan Dana Cadangan
Kas di Kas Daerah
Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Rp 5 M
Rp 5 M
Rp 5 M
Rp 5 M
8
6. Taksiran Piutang Pajak (Cadangan Piutang)
Pemerintah (Dinas atau Badan pemungut pajak) mengidentifikasi sejumlah
pajak yang seharusnya sudah diterima di Kas Negara, namun belum disetor
oleh para wajib pajak. Untuk itu diperlukan adanya pengakuan terhadap
piutang pajak ini.
Jurnal yang dibuat untuk penyesuaian pajak pada akhir tahun fiskal adalah:
Piutang Pajak
Cadangan Piutang
Rp xxx
Piutang Pajak
Cadangan Piutang
Rp 50.000.000
Rp xxx
Ilustrasi:
Pemerintah Kabupaten Makmur menugaskan Dinas Pendapatan Daerah
(Dipenda) untuk mengelola segala jenis pajak kabupaten. Pada akhir tahun,
Dipenda mengindentifikasi terdapat pajak yang seharusnya dibayar oleh
wajib pajak, namun belum diterima di Kas Daerah sebesar Rp 50.000.000.
Untuk mencatat pengakuan piutang pajak ini, maka Pemerintah Kabupaten
Makmur akan mencatat transaksi ini dengan jurnal penyeseuaian:
Rp 50.000.000
Rp xxx
Rp xxx
Ilustrasi:
Pemerintah Daerah memotong gaji PNS 2,5% untuk disetorkan kepada dana
pensiun. Pada akhir periode, dana yang belum disetor kepada dana pensiun
untuk Kabupaten Makmur adalah Rp 50.000.000. Jurnal penyesuaian yang
harus dibuat untuk pengakuan transaksi ini adalah:
Hutang FPK
Dana YHD untuk Pemb. Hutang
Jk. Pendek
Rp 50.000.000
Rp 50.000.000
NERACA LAJUR
Pada akhir periode akuntansi, laporan keuangan sudah dapat disusun
berdasarkan catatan pada neraca saldo, ayat-ayat penyesuaian serta neraca saldo
disesuaikan. Namun sebagai langkah alternatif sebelum laporan keuangan
disusun, dapat digunakan neraca lajur atau kertas kerja (working sheet).
Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah dalam penyusunan laporan
keuangan.
Apabila pada akhir periode akuntansi digunakan neraca lajur untuk membantu
penyusunan laporan keuangan, maka ayat penyesuaian dicatat dalam neraca lajur
pada kolom Penyesuaian. Dalam neraca lajur juga sekaligus tersedia kolom Neraca
Saldo Disesuaikan untuk mengetahui jumlah atau saldo rekening/akun setelah
mengalami penyesuaian. Setelah dicatat dalam neraca lajur dan jurnal, maka ayat
penyesuaian tersebut juga dipindahkan (posting) ke buku besar. Berikut ini adalah
contoh format neraca lajur dalam akuntansi pemerintahan.
Kabupaten Makmur
Neraca Lajur
per Desember 20XX
Kode
Akun
Nama Akun
NS
NSD
LRA
NRC
LAK
Selain Kode Akun dan Nama Akun, neraca lajur terdiri dari beberapa kolom (lajur)
utama yaitu kolom untuk Neraca Saldo (NS), Penyesuaian (P), Neraca Saldo
Disesuaikan (NSD), Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca (NRC), dan Laporan
Arus Kas (LAK). Apabila standar akuntansi pemerintahan yang diterapkan adalah
full accrual maka akan disediakan tambahan kolom untuk Laporan Operasional
(LO) dan Laporan Perubahan Ekuitas Dana (LPED).
10
Contoh:
Berikut ini merupakan neraca saldo Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006.
KABUPATEN MAKMUR
NERACA SALDO
Per 31 Desember 2006
Kode
Akun
1
100
110
150
190
2
200
250
3
30
300
301
302
32
320
321
35
350
4
400
5
500
501
6
600
601
Nama Akun
Aset
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Aset Tetap
Dana Cadangan
Kewajiban
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA/SiKPA (Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan)
Cadangan Persediaan
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Pendapatan
Pendapatan
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Modal (Aset Tetap)
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang)
Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan)
Jumlah
Debet (Rp)
2.000
2.000
13.000
6.000
Kredit (Rp)
1.500
9.500
5.000
2.000
-1.500
13.000
-9.500
6.000
15.000
10.000
5.000
Rp 53.000
20.000
7.000
Rp 53.000
11
Kabupaten Makmur
Neraca Lajur
per Desember 2006
Kode
Akun
1
100
110
150
190
2
200
250
3
30
300
301
302
32
320
321
35
350
4
400
5
500
501
6
600
601
Nama Akun
Aset
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Aset Tetap
Dana Cadangan
Kewajiban
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA/SiKPA
Cadangan Persediaan
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Pendapatan
Pendapatan
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Modal (Aset Tetap)
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan (Dari Hutang Jk Panjang)
Pengeluaran Pembiayaan (Pemb. Dana Cadangan)
Akumulasi Penyusutan
SiKPA
NS
2.000
2.000
13.000
6.000
1.000
-
1.500
9.500
5.000
2.000
(1.500)
6.000
15.000
10.000
5.000
53.000
13.000
(9.500)
20.000
-
7.000
53.000
500
-
1.500
K
1.000
-
500
1.500
NSD
2.000
3.000
13.000
6.000
1.500
9.500
5.000
3.000
(1.500)
6.000
15.000
10.000
5.000
54.000
LRA
12.500
(9.500)
20.000
-
7.000
-
500
54.000
15.000
10.000
5.000
30.000
30.000
2.000
3.000
13.000
6.000
1.500
9.500
5.000
3.000
(1.500)
6.000
20.000
-
7.000
-
27.000
3.000
30.000
24.000
3.000
27.000
12.500
(9.500)
-
500
27.000
27.000
12
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
BAB 9
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN:
PENYELESAIAN DAN KOREKSI
Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa atau peserta pelatihan
mampu untuk:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jurnal penutup dalam akuntansi
pemerintahan.
2. Membandingkan jurnal penutup akuntansi pemerintahan dengan
akuntansi sektor swasta.
3. Membuat jurnal penutup.
4. Memposting jurnal penutup ke buku besar.
5. Membuat neraca saldo setelah penutupan.
6. Menjelaskan pengertian jurnal pembalik dalam akuntansi pemerintahan.
7. Menjelaskan kegunaan jurnal pembalik dan akibat jurnal pembalik jika
tidak dibuat.
8. Membandingkan jurnal pembalik akuntansi pemerintahan dengan
akuntansi sektor swasta.
9. Membuat jurnal pembalik.
10. Menjelaskan koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
11. Menjelaskan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
12. Menjelakan kegunaan jurnal koreksi dan kesalahan laporan keuangan.
JURNAL PENUTUP
Setelah laporan keuangan dibuat, tahap penyelesaian dalam siklus akuntansi
meliputi tahap menyiapkan jurnal penutup, neraca saldo setelah penutupan, dan
terakhir adalah menyiapkan jurnal pembalik.
Pada saat akhir periode pembukuan dibuat ayat jurnal penutupan (closing journal
entry). Jurnal penutup ini merupakan prosedur penutupan akun-akun temporer
(nominal) pada akhir periode akuntansi. Tujuannya adalah untuk membuat akunakun nominal tersebut menjadi bersaldo nol pada awal tahun pembukuan periode
akuntansi selanjutnya.
Ayat-ayat penutupan yang akan dibuat merujuk pada saldo rekening/akun yang
terdapat pada neraca saldo disesuaikan. Ayat-ayat penutupan dicatat dalam jurnal
umum dua kolom lalu diposting ke dalam akun buku besar yang bersangkutan.
Dalam akuntansi sektor swasta, akun-akun penghasilan dan biaya ditutup ke akun
ikhtisar laba rugi, lalu akun ikhtisar laba rugi tersebut akan ditutup ke akun modal
pemilik (perseorangan) atau laba ditahan (perseroan), kemudian menutup akun
prive ke akun modal pemilik (perseorangan) atau akun laba ditahan ke akun
dividen (perseroan).
3
Penutupan pembukuan dalam akuntansi pemerintahan pada dasarnya sama
seperti dalam akuntansi sektor swasta, hanya saja nama akun yang digunakan
berbeda. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penutupan pembukuan dan
penjurnalannya dalam akuntansi pemerintahan:
1. Tutup seluruh akun pendapatan dan penerimaan ke akun ikhtisar
surplus/defisit.
Pendapatan
Rp xxx
Penerimaan Pembiayaan
Rp xxx
Ikhtisar Surplus/Defisit
Rp xxx
3. Tentukan saldo yang merupakan selisih antara jumlah sisi debit dengan kredit
akun ikhtisar surplus/defisit, lalu tutup ke akun ke akun SiLPA/SiKPA.
Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih kecil dari
sisi debit (langkah 2).
SiLPA/SiKPA
Rp xxx
Ikhtisar Surplus/Defisit
Rp xxx
Apabila akun ikhtisar surplus/defisit sisi kredit (langkah 1) lebih besar dari
sisi debit (langkah 2).
Ikhtisar Surplus/Defisit
Rp xxx
SiLPA/SiKPA
Rp xxx
Contoh:
Berikut ini adalah neraca saldo disesuaikan Kabupaten Makmur akhir tahun 2006.
Kode
Akun
1
100
110
150
160
190
2
200
250
3
Nama Akun
Aset
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan
Dana Cadangan
Kewajiban
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana
6.000
500
1.500
9.500
4
30
300
301
302
32
320
321
35
350
4
400
5
500
501
6
600
601
5.000
3.000
(1.500)
6.000
12.500
(9.500)
20.000
7.000
15.000
10.000
5.000
54.000
54.000
Buatlah jurnal penutup Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006 lalu postinglah
ke buku besar!
Jawab:
Jurnal penutup
Tgl.
2006
Des
Uraian
31
31
31
Pendapatan
Penerimaan Pembiayaan
Ikhtisar Surplus/Defisit
Ikhtisar Surplus/Defisit
Belanja Operasi
Belanja Modal
Pengeluaran Pembiayaan
SiLPA/SiKPA
Ikhtisar Surplus/Defisit
Ref.
100
400
500
501
601
300
700
3.000
Jurnal di atas dapat pula dicatat dalam satu jurnal sebagai berikut:
Tgl.
2006
Des
Uraian
31
Buku Besar
Pendapatan
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA/SiKPA
Belanja Operasi
Belanja Modal
Pengeluaran Pembiayaan
Ref.
100
400
300
500
501
601
15.000
10.000
5.000
3.000
31 Menutup akun
pengeluaran pemby.
10.000
5.000
31 Menutup akun
penerimaan pembiy.
31 Ditutup ke
SiLPA/SiKPA
7.000
3.000
2.000
Kode
Akun
1
100
110
150
160
190
2
200
250
3
30
300
301
302
32
320
321
35
350
4
400
5
500
501
6
600
601
Nama Akun
Aset
Kas di Kas Daerah
Persediaan
Aset Tetap
Penyusutan
Dana Cadangan
Kewajiban
Hutang Jangka Pendek
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA/SiKPA
Cadangan Persediaan
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Pendapatan
Pendapatan
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Modal (Aset Tetap)
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan (dari Hutang Jangka Panjang)
Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan)
NSD
2.000
3.000
13.000
6.000
-
500
1.500
9.500
5.000
3.000
(1.500)
6.000
12.500
(9.500)
3.000
20.000
20.000
7.000
54.000
7.000
30.000
5.000
54.000
2.000
3.000
13.000
6.000
2.000
3.000
(1.500)
6.000
15.000
10.000
JP
15.000
10.000
-
5.000
30.000
24.000
500
1.500
9.500
12.500
(9.500)
-
24.000
JURNAL PEMBALIK
Jurnal pembalik (reversing entries) adalah jurnal yang digunakan untuk
memindahkan akun riil (permanen) ke rekening nominal (temporer) pada awal
periode akuntansi selanjutnya. Jurnal pembalik disebut juga jurnal penyesuaian
kembali karena merupakan kebalikan dari jurnal penyesuaian. Membuat jurnal
pembalik sifatnya adalah optional, yaitu merupakan pilihan alternatif yang tidak
harus dilakukan.
Pada akuntansi sektor swasta, jurnal penyesuaian yang boleh dan perlu dibalik
adalah jurnal penyesuaian untuk pos-pos transitoris dan pos-pos antisipasi. Pospos transitoris meliputi biaya dibayar di muka dan pendapatan diterima di muka.
Sedangkan pos-pos antisipasi meliputi biaya yang belum dibayar dan pendapatan
yang belum diterima.
Pada akuntansi pemerintahan, jurnal penyesuaian yang perlu dibalik adalah untuk
reklasifikasi Utang jangka panjang yang jatuh tempo, dari klasifikasi sebagai utang
jangka panjang kepada jangka pendek. Pada awal periode berikutnya utang
tersebut perlu diklasifikasi lagi sebagai utang jangka panjang
Contoh, Pemda D memiliki Utang jangka Pendek sebesar Rp2.000 dan Utang
Jangka Panjang Rp30.000. Dari hutang jangka panjang tersebut sebesar Rp3.000
merupakan utang jangka panjang yang telah jatuh tempo.
Penyesuaian atas Reklasifikasi hutang jangka panjang menjadi hutang jangka
pendek:
Hutang Jangka Panjang
Hutang Jangka Panjang yang jatuh Tempo
3.000
3.000
3.000
3.000
Menjurnal reklasifikasi utang jangka panjang ke dalam utang jangka panjang yang
telah jatuh tempo. Artinya konversi dari utang jangka panjang ke jangka pendek.
Mengapa harus direklasifikasi? Bukankah sama-sama hutang, sama-sama harus
dibayar.
8
Prosedur pencatatan jurnal pembalik adalah sebagai berikut: ...........................................
Contoh: ..........................................................................................................................................................
KOREKSI KESALAHAN
Jurnal koreksi diperlukan apabila suatu tansaksi dijurnal pada rekening/akun
yang salah atau memasukkan jumlah rupiah yang salah dan diketahui sudah
diposting ke buku besar. Fungsi dari jurnal koreksi ini adalah untuk menetralkan
kesalahan dan mencatat transaksi sebagaimana yang seharusnya.
Contoh: pembayaran hutang jangka panjang Rp 500 telah dijurnal dan diposting
dengan mendebet hutang jangka pendek.
Buku besar:
Rekening yang salah
Hutang Jangka Pendek
Rp 500
Kas
Seharusnya
Kas
Rp 500
Rp 500
Jurnal Koreksi:
Hutang Jangka Panjang
Hutang Jangka Pendek
Rp 500
Rp 500
PERTANYAAN
SOAL-SOAL
TUGAS
10
200,000
12,000
100,000
200,000
140,000
50,000
70,000
100,000
50,000
922,000
100,000
50,000
600,000
Halaman
INSTRUKSI
1 Berdasarkan data di atas buatlah jurnal, buku besar, dan neraca saldo per 31 Desember 2005
2 Buatlah Kertas Kerja Penyusunan Laporan Keuangan dalam bentuk 10 atau 12 Kolom.
3 Buatlah Laporan Keuangan berupa Neraca, LRA, LAK, LPE, SAL, LO, dan CALK.
Dalam pengerjaan boleh dengan bantuan komputer EXCEL,
dikumpulkan harus dalam bentuk print out dan softcopy.
Page 1