You are on page 1of 35

Tata Cara Wudhu Yang Diajarkan Oleh Rasulullah sangat mudah dan gampang, banyak sekali

kaum muslimin yang tidak mengetahuinya


Desember 8, 2012
SIFAT WUDHU NABI Shallallahu alaihi wa Salam
Secara syriat wudhu ialah menggunakan air yang suci
untuk mencuci anggota-anggota tertentu yang sudah
diterangkan dan disyariatkan Allah subhanahu wataala.
Allah memerintahkan:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
melakukan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan , kedua mata-kaki (Al-Maaidah:6).
Allah tidak akan menerima shalat seseorang sebelum ia
berwudhu (HSR. Bukhari di Fathul Baari, I/206; Muslim,
no.255 dan imam lainnya).
Rasulullah juga mengatakan bahwa wudhu merupakan
kunci diterimanya shalat. (HSR. Abu Dawud, no. 60).
Utsman bin Affan ra berkata: Barangsiapa berwudhu
seperti yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa
Salam, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu, dan perjalanannya menuju masjid dan shalatnya sebagai tambahan pahala baginya
(HSR. Muslim, I/142, lihat Syarah Muslim, III/13).
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam bersabda: Barangsiapa menyempurnakan
wudhunya, kemudian ia pergi mengerjakan shalat wajib bersama orang-orang dengan
berjamaah atau di masjid (berjamaah), niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya (HSR.
Muslim, I//44, lihat Mukhtashar Shahih Muslim, no. 132).
Maka wajiblah bagi segenap kaum muslimin untuk mencontoh Rasulullah Shallallahu alaihi
wa Salam dalam segala hal, lebih-lebih dalam berwudhu. Al-Hujjah kali ini memaparkan
secara ringkas tentang tatacara wudhu Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam melakukan
wudhu:
1. Memulai wudhu dengan niat.
Niat artinya menyengaja dengan kesungguhan hati untuk mengerjakan wudhu karena
melaksanakan perintah Allah subhanahu wataala dan mengikuti perintah Rasul-Nya
Shallallahu alaihi wa Salam.
Ibnu Taimiyah berkata: Menurut kesepakatan para imam kaum muslimin, tempat niat
itu di hati bukan lisan dalam semua masalah ibadah, baik bersuci, shalat, zakat, puasa,
haji, memerdekakan budak, berjihad dan lainnya. Karena niat adalah kesengajaan dan
kesungguhan dalam hati. (Majmuatu ar-Rasaaili al-Kubra, I/243)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam menerangkan bahwa segala perbuatan
tergantung kepada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan balasan menurut apa yang
diniatkannya (HSR. Bukhari dalam Fathul Baary, 1:9; Muslim, 6:48).
2. Tasmiyah (membaca bismillah)
Beliau memerintahkan membaca bismillah saat memulai wudhu. Beliau bersabda:
Tidak sah/sempurna wudhu sesorang jika tidak menyebut nama Allah, (yakni bismillah)
(HR. Ibnu Majah, 339; Tirmidzi, 26; Abu Dawud, 101. Hadits ini Shahih, lihat Shahih
Jamiu ash-Shaghir, no. 744).
Abu Bakar, Hasan Al-Bashri dan Ishak bin Raahawaih mewajibkan membaca
bismillah saat berwudhu. Pendapat ini diikuti pula oleh Imam Ahmad, Ibnu Qudamah
serta imam-imam yang lain, dengan berpegang pada hadits dari Anas tentang perintah
Rasulullah untuk membaca bismillah saat berwudhu. Rasulullah Shallallahu alaihi wa

3.

4.

5.

6.

7.

Salam bersabda: Berwudhulah kalian dengan membaca bismillah! (HSR. Bukhari, I:


236, Muslim, 8: 441 dan Nasai, no. 78).
Dengan ucapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam: Berwudhulah kalian
dengan membaca bismillah maka wajiblah tasmiyah itu. Adapun bagi orang yang lupa
hendaknya dia membaca bismillah ketika dia ingat. Wallahu alam.
Mencuci kedua telapak tangan
Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam mencuci kedua telapak tangan saat
berwudhu sebanyak tiga kali. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam juga membolehkan
mengambil air dari bejancdengan telapak tangan lalu mencuci kedua telapak tangan itu.
Tetapi Rasulullah melarang bagi orang yang bangan tidur mencelupkan tangannya ke
dalam bejana kecuali setelah mencucinya. (HR. Bukhari-Muslim).
Berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung
Yaitu mengambil air sepenuh telapak tangan kanan lalu memasukkan air kedalam
hidung dengan cara menghirupnya dengan sekali nafas sampai air itu masuk ke dalam
hidung yang paling ujung, kemudian menyemburkannya dengan cara memencet hidung
dengan tangan kiri. Beliau melakukan perbuatan ini dengan tiga kali cidukan air. (HR.
Bukhari-Muslim. Abu Dawud no. 140)
Imam Nawawi berkata: Dalam hadits ini ada penunjukkan yang jelas bagi pendapat
yang shahih dan terpilih, yaitu bahwasanya berkumur dengan menghirup air ke hidung
dari tiga cidukan dan setiap cidukan ia berkumur dan menghirup air ke hidung, adalah
sunnah. (Syarah Muslim, 3/122).
Demikian pula Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam menganjurkan untuk
bersungguh-sungguh menghirup air ke hidung, kecuali dalam keadaan berpuasa,
berdasarkan hadits Laqith bin Shabrah. (HR. Abu Dawud, no. 142; Tirmidzi, no. 38,
Nasai )
Membasuh muka sambil menyela-nyela jenggot
Yakni mengalirkan air keseluruh bagian muka. Batas muka itu adalah dari tumbuhnya
rambut di kening sampai jenggot dan dagu, dan kedua pipi hingga pinggir telinga.
Sedangkan Allah memerintahkan kita:
Dan basuhlah muka-muka kamu. (Al-Maidah: 6)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Humran bin Abaan, bahwa cara Nabi
Shallallahu alaihi wa Salam membasuh mukanya saat wudhu sebanyak tiga kali. (HR
Bukhari, I/48), Fathul Bari, I/259. no.159 dan Muslim I/14)
Setalah Nabi Shallallahu alaihi wa Salam membasuh mukanya beliau mengambil
seciduk air lagi (di telapak tangan), kemudian dimasukkannya ke bawah dagunya, lalu ia
menyela-nyela jenggotnya, dan beliau bersabda bahwa hal tersebut diperintahkan oleh
Allah subhanahu wataala. (HR. Tirmidzi no.31, Abu Dawud, no. 145; Baihaqi, I/154 dan
Hakim, I/149, Shahih Jaamiu ash-Shaghir no. 4572).
Membasuh kedua tangan sampai siku
Menyiram air pada tangan sampai membasahi kedua siku, Allah subhanahu wataala
berfirman:
Dan bashlah tangan-tanganmu sampai siku (Al-Maaidah: 6)
Rasulullah membasuh tangannya yang kanan sampai melewati sikunya, dilakukan tiga
kali, dan yang kiri demikian pula, Rasulullah mengalirkan air dari sikunya (BukhariMuslim, HR. Daraquthni, I/15, Baihaqz, I/56)
Rasulullah juga menyarankan agar melebihkan basuhan air dari batas wudhu pada
wajah, tangan dan kaki agar kecemerlangan bagian-bagian itu lebih panjang dan
cemerlang pada hari kiamat (HR. Muslim I/149)
Mengusap kepada, telinga dan sorban

Mengusap kepala, haruslah dibedakan dengan mengusap dahi atau sebagian kepala.
Sebab Allah subhanahu wataala memerintahkan:
Dan usaplah kepala-kepala kalian (Al-Maidah: 6).
Rasulullah mencontohkan tentang caranya mengusap kepala, yaitu dengan kedua
telapak tangannya yang telah dibasahkan dengan air, lalu ia menjalankan kedua tangannya
mulai dari bagian depan kepalanya ke belakangnya tengkuknya kemudian mengambalikan
lagi ke depan kepalanya. (HSR. Bukhari, Muslim, no. 235 dan Tirmidzi no. 28 lih. Fathul
Baari, I/251)
Setelah itu tanpa mengambil air baru Rasulullah langsung mengusap kedua
telingannya. Dengan cara memasukkan jari telunjuk ke dalam telinga, kemudian ibu jari
mengusap-usap kedua daun telinga. Karena Rasulullah bersabda: Dua telinga itu
termasuk kepala.(HSR. Tirmidzi, no. 37, Ibnu Majah, no. 442 dan 444, Abu Dawud no.
134 dan 135, Nasai no. 140)
Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits adh-Dhaifah, no. 995 mengatakan: Tidak
terdapat di dalam sunnah (hadits-hadits nabi Shallallahu alaihi wa Salam) yang
mewajibkan mengambil air baru untuk mengusap dua telinga. Keduanya diusap dengan
sisa air dari mengusap kepala berdasarkan hadits Rubayyi:
Bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa Salam mengusap kepalanya dengan air sisa
yang ada di tangannya. (HR. Abu Dawud dan lainnya dengan sanad hasan)
Dalam mengusap kepala Rasulullah melakukannya satu kali, bukan dua kali dan
bukan tiga kali. Berkata Ali bin Abi Thalib ra : Aku melihat Nabi Shallallahu alaihi wa
Salam mengusap kepalanya satu kali. (lihat _Shahih Abu Dawud, no. 106). Kata Rubayyi
bin Muawwidz: Aku pernah melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam berwudhu,
lalu ia mengusap kepalanya yaitu mengusap bagian depan dan belakang darinya, kedua
pelipisnya, dan kedua telinganya satu kali. (HSR Tirmidzi, no. 34 dan Shahih Tirmidzi
no. 31)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam juga mencontohkan bahwa bagi orang yang
memakai sorban atau sepatu maka dibolehkan untuk tidak membukanya saat berwudhu,
cukup dengan menyapu diatasnya, (HSR. Bukhari dalam Fathul Baari I/266 dan
selainnya) asal saja sorban dan sepatunya itu dipakai saat shalat, serta tidak bernajis.
Adapun peci/kopiah/songkok bukan termasuk sorban, sebagaimana dijelaskan oleh
para Imam dan tidak boleh diusap diatasnya saat berwudhu seperti layaknya sorban.
Alasannya karena:
1. Peci/kopiah/songkok diluar kebiasaan dan juga tidak menutupi seluruh kepala.
2. Tidak ada kesulitan bagi seseorang untuk melepaskannya.
Adapun Kerudung, jilbab bagi wanita, maka dibolehkan untuk mengusap diatasnya,
karena ummu Salamah (salah satu isteri Nabi) pernah mengusap jilbabnya, hal ini
disebutkan oleh Ibnu Mundzir. (Lihat al-Mughni, I/312 atau I/383-384).
8. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki
Allah subhanahu wataala berfirman: Dan basuhlah kaki-kakimu hingga dua mata
kaki (Al-Maidah: 6)
Rasulullah menyuruh umatnya agar berhati-hati dalam membasuh kaki, karena kaki
yang tidak sempurna cara membasuhnya akan terkena ancaman neraka, sebagaimana
beliau mengistilahkannya dengan tumit-tumit neraka. Beliau memerintahkan agar
membasuh kaki sampai kena mata kaki bahkan beliau mencontohkan sampai membasahi
betisnya. Beliau mendahulukan kaki kanan dibasuh hingga tiga kali kemudian kaki kiri
juga demikian. Saat membasuh kaki Rasulullah menggosok-gosokan jari kelingkingnya
pada sela-sela jari kaki. (HSR. Bukhari; Fathul Baari, I/232 dan Muslim, I/149, 3/128)

Imam Nawai di dalam Syarh Muslim berkata. Maksud Imam Muslim berdalil dari
hadits ini menunjukkan wajibnya membasuh kedua kaki, serta tidak cukup jika dengan
cara mengusap saja.
Sedangkan pendapat menyela-nyela jari kaki dengan jari kelingking tidak ada
keterangan di dalam hadits. Ini hanyalah pendapat dari Imam Ghazali karena ia
mengqiyaskannya dengan istinja.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam bersabda: barangsiapa diantara kalian
yang sanggup, maka hendaklahnya ia memanjangkan kecermerlangan muka, dua tangan
dan kakinya. (HSR. Muslim, 1/149 atau Syarah Shahih Muslim no. 246)
9. Tertib
Semua tatacara wudhu tersebut dilakukan dengan tertib (berurutan) muwalat
(menyegerakan dengan basuhan berikutnya) dan disunahkan tayaamun (mendahulukan
yang kanan atas yang kiri) [Bukhari-Muslim]
Dalam penggunaan air hendaknya secukupnya dan tidak berlebihan, sebab Rasulullah
pernah mengerjakan dengan sekali basuhan, dua kali basuhan atau tiga kali basuhan
[Bukhari]
10. Berdoa
Yakni membaca doa yang diajarkan Nabi Shallallahu alaihi wa Salam:
Asyahdu anlaa ilaa ha illalah wa asyhadu anna Muhammadan abdullahi wa
rasuulahu. Allahummaj alni minattawwabiina wajaalni minal mutathohhiriin (HR.
Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah)
Dan ada beberapa bacaan lain yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa
Salam.
Semoga tulisan ini menjadi risalah dalam berwudhu yang benar serta merupakan
pedoman kita sehari-hari.
Maraji:
1. Sifat Wudhu Nabi Shallallahu alaihi wa Salam, Syaikh Fadh asy Syuwaib.
2. At-Tadzkirah, Syaikh Ali Hasan al-Halabi al-Atsari Al-Hujjah Risalah No: 27 / Thn
IV / 1422H
3. sumber : http://ummusalma.wordpress.com/2007/04/09/sifat-wudhu-nabi/

1. Tatacara wudhu dan tayamum yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi
Tayammum Dan Tata Cara Bertayammum Yang Benar
Oleh Bany Rabani
Sunday, August 5, 2012
Niat Tayammum Dan Tata Cara Bertayammum Yang Benar Tayammum adalah mengusap muka dan dua belah tangan
dengan debu atau tanah yang suci. Pada suatu waktu tayamum
bisa jadi pengganti wudhu dan mandi dengasn syarat-sayarat
tertentu. Lalu bagaimana melakukan tayamum yang benar?
Untuk melakukan tayammum yang benar Kita haruslah
mengetahui niat tayammum dan tata cara bertayammum yang
benar. Ada beberapa hal yang patut di ketahui diantaranya :
Niat Tayammum Dan Tata Cara Bertayammum Yang Benar

1. Syarat-syarat tayammum
Tidak ada air dan sudah berusaha mencarinya, tetapi tidak ketemu
berhalangan menggunakan air, seperti sedang sakit, apabila terkena air penyakitnya
akan bertambah parah
Telah masuk waktu Shalat
Dengan tanah atau debu yang suci 2. Fardu Tayammum

Niat dalam hati (untuk shalat) Lafadz niat Tayammum adalah : Nawaitut-tayammuma
li istibaahatish-shaalati fardhal lillahi ta'aalaa. Kemudian meletakan kedua belah
telapak tangan diatas debu untuk diusapkan ke muka.
Mengusap muka dengan telapak tangan dengan dua kali usapan
Mengusap dua belah tangan hingga siku-siku dengan tanah atau debu dua kali
3. Sunah Tayammum
Membaca basmalah (Bismillaahir-rahmaanir-rahiim)
Mendahulukan anggota yang kanan dari pada yang kiri
Menipiskan debu
4. Perkara yanga membatalkan Tayammum
Segala hal yang membatalkan wudhu
Melihat air sebelum shalat, kecuali yang bertayammum karena sakit
Murtad, keluar dari Islam

Itulah tentang niat Tayammum dan tata cara bertayammum yang benar.
Tag : Bersuci, Cara Bertayammum, Cara Tayammum Yang Benar, Doa Tayammum, Niat
Tayammum, Tata Cara Tayammum, Tayammum

Bacaan Wirid dan Dzikir setelah Sholat Fardhu/Sunah Lengkap


Sholat Sunah, Sholat Wajib, Wirid dan Dzikir

Blog Khusus Doa - Sangat dianjurkan untuk kita semua, sesudah selesai sholat fardhu untuk
membaca wirid dan dizkir yang kemudian dilanjutkan dengan doa setelah sholat. Kata orang
tua, jika seseorang saat selesai salam (dalam sholat) langsung pergi tanpa terlebih dahulu
wirid dan dzikir, maka kelak di alam kubur ia akan menjadi seekor monyet. Entah itu benar
adanya atau hanya sekedar menakut-nakuti anaknya agar mereka pada melakukan wirid dan
dzikir
sesudah
/
setelah
sholat
fardhu.
Dalam lafadz dzikir dan wirid setelah sholat, baik itu sholat wajib maupun shalat sunnah,
bacaannya bermacam-macam. Seperti membaca Istighfar, membaca surat Al-Fatihah,
Membaca Ayat Kursi, membaca takbir, tahlil dan masih banyak lagi.
Untuk lebih jelasnya, silakan langsung saja simak dan pelajari wirid dan dzikir sesudah sholat
dalam bahasa arab, tulisan latin dan artinya berikut ini :

Ilustrasi : Wirid dan Dzikir setelah/sesudah Shalat


(3x)
ASTAGHFIRULLOHAL_'ADZHIIM(A) AL-LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL
KHAYYUL QOYYUUMU WA ATUUBU ILAIH(I). (Dibaca 3x)


LA_ ILAHA ILLALLOHU WA'HDAHULA_ SYARIIKALAH(U), LAHULMULKU
WALAHUL'HAMDU
YU'HYII
WAYUMIITU
WAHUWA
'ALA_KULLI
SYAI'IN(g)QODIIR(u). (Dibaca 3x)







ALLOHUMMA AN(g)TASSALA_MU WA MIN(g)KASSALA_MU WA ILAIKA
YA'UWDUSSALA_M(u),
FAKHAYYINA_
ROBBANA_
BI_SSALA_MU
WA
ADKHILNALJANNATA DA_ROSSALA_MI TABA_ROKTA ROBBANA_ WA
TA'A_LAITA YA_DZA_LJALA_LI WAL IKRO_M(i)

A'UUDZU BI_LLAHIMINASY-SYAITHO_NIRROJIIM(i)

BISMILLAHIRRO'HMANIRRO'HIIM(i)

.
. . . .

AL'HAMDULILLAHIROBBIL'AaLAMIiN(i) - ARRO'HMANIRRO'HIM(i) - MALIKI


YAWMIDDIiN(i) - IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IiN(u) - IHDINASHSHIRO_THOLMUSTAQIiM(a) - SHIRO_THOLLADZIiNA AN'AMTA 'ALAIHIM
GHOIRILMAGH-DHUuBI 'ALAIHIM WALA_DHO_LLIiN(a) - AaMIiN(a).
.






WA ILAAHUKUM ILAAHUW WAA HIDU LAA ILAAHA ILLAA HUWAR
ROHMAANUR ROHIIMU. ALLAAHU
LAA ILAAHA ILLAA
HUWAL
HAYYULQOYYUuM(u). LAA TAKHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM.
LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFAU
INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YALAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA
KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN ILMIHII ILLAA BI
MAASYAA-A. WASIA KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA. WA LAA YAUDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL ALIYYUL AZHIIM



_ILAHANA
_ROBBANA
_AN(g)TAMAULA_NA
)SUB'HANALLOH(i
)SUB'HANALLOH (Dibaca 33x




)SUB'HA_NALLOHI WABI'HAMDIHI DA 'IMAN ABADAN AL'HAMDULILLAH(i
)AL'HAMDULILLAH (Dibaca 33x


AL'HAMDULILLAHI 'ALA KULLI'HA_LINN WAFIiKULLI'HALIN WABINI'MATI
)YA_KARIiM(u
)ALLOHU AKBAR (Dibaca 33x





.

ALLOHU
)AKBAR(u
KABIiRON
WAL'HAMDULILLAHI
KATSIiRON
WASUB'HA_NALLOHI BUKROTAN WA ASHIiLAN, LA_ILAHA ILLALLOHU
WA'HDAHULA_SYARIiKALAH(u), LAHULMULKU WALAHUL'HAMDU YU'HYIi
WAYUMIiTU WAHUWA 'ALA_KULLI SYAi IN(g)QODIiR(u). WALA_'HAWLA
WALA_QUWWATA ILLA_BI_LLAHIL 'ALIYYIL'ADZHIiM(i).
) (
)ASTAGHFIRULLOHAL_'ADZHIIM(A
(Dibaca
3x),
INNALLOHA
)GHOFUURURO'HIIM(u


AFDHOLUDZ-DZIKRI FA_'LAM ANNAHU...

)LA ILAHA ILLALLOH(u) (Dibaca 33x




LA ILAHA ILLALLOHU MU'HAMMADUROSUULULLOHI SOLLALLOHU 'ALAIHI
_WA SALLAM(a), KALIMATU'HAQQIN 'ALAIHA_ NA'HYA_ WA 'ALAIHA
NAMUUTU WA BIHA_ NUB'A-TSU IN(g)SYA_ 'ALLOHU MINAL AMINIIN(a).
sholat.

setelah

doa

bacaan

dengan

dilanjutkan

Kemudian

Perlu diketahui, setiap daerah mungkin berbeda-beda untuk bacaan wirid dan dzikirnya ketika
selesai sholat. Bacaan diatas merupakan dzikir dan wirid yang singkat dan biasa kami baca
(sesuai di daerah tempat kami tinggal).

28 Pemberitahuan

Pengaturan Akun
~Pembahasan seputar Shalat sunat rawatib (sholat Qobliyah & sholat Ba'diyah)~
18 November 2010 pukul 13:26
Sholat termasuk di dalam rukun Islam yang kedua. Sholat 5 waktu telah di syariatkan
olehNya. Mengenai kewajiban sholat berjama'ah memang dikalangan para 'ulama terjadi
khilafiyah, apakah hukumnya fardhu kifayah atau fardhu 'ain. namun pembahasan kita kali
ini tidak membahas khilafiyah tersebut,karena memang pernah dibahas pada catatan
sebelumnya. fokus kita pada pembahasan kali ini adalah seputar sholat sunnah rawatib yakni
sholat Qobliyah dan sholat Ba'diyah.
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Ummu Habibah berkata, "Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa
Shalat dalam sehari semalam dua belas rakaat, akan dibangun untuknya rumah di Surga,
yaitu empat rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah
maghrib, dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Shalat Subuh." (HR Tirmidzi, ia
mengatakan, hadits ini hasan sahih).
Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Dua rakaat fajar (qabliyah subuh)
itu lebih baik daripada dunia dan seisinya. (HR Muslim)
Dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu dia berkata: "Aku shalat bersama Rasulullah
shallallahu alaihi wasalam dua rakaat sebelum Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua
rakaat sesudah Jumat, dua rakaat sesudah Maghrib dan dua rakaat sesudah Isya."
(Muttafaq alaih)"
"Dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu anhu , ia berkata: "Bersabda Rasulullah
shallallahu alaihi wasalam , Di antara dua adzan itu ada shalat, di antara dua adzan itu
ada shalat, di antara dua adzan itu ada shalat. Kemudian pada ucapannya yang ketiga
beliau menambahkan: bagi yang mau". (Muttafaq alaih)"
"Dari Ummu Habibah Radhiallaahu anha, ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi
wasalam bersabda, Barangsiapa yang menjaga empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat
rakaat sesudahnya, Allah mengharamkannya dari api Neraka." (HR. Abu Daud dan AtTirmidzi, ia mengatakan hadits ini hasan shahih)"

Uraian
sholat sunnah Qabliyah (sebelum shalat Fardhu) dan Badiyah (Sesudah shalat Fardhu) itu
disebut shalat sunnah Rawatib, dilakukan 2 rekaat dg 1 kali salam spt biasa.
1. dua rakaat sebelum shalat subuh
2. dua rakaat sebelum shalat Zuhur dan 2 reakaat setelah shalat Zuhur (bisa juga dengan 4
rakaat)
Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda Barang siapa yang menjaga empat rakaat
sebelum Zhuhur dan empat rakaat setelahnya maka Allah mengharamkannya dari neraka.
(HR at-Tirmidzi, kitab ash-Shalat (no. 428), Ibnu Majah, kitab ash-Shalat (no. 428), Abu
Dawud, kitab ash-Shalat, Bab: al-Arba Qablal-Zhuhri wa Badaha (no. 1269) dan Ibnu
Majah, kitab ash-Shalat was-Sunnah fiha, Bab: M J-a fiman Shalla Qablal-Zhuhri `Arbaan
wa Badaha `Arbaan (no. 1160). Dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Shahh Sunan Ibni
Majah (1/191).
3. dua rakaat sebelum shalat Ashar (bisa juga dengan 4 rakaat)
Dari Ibnu Umar dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Semoga
Allah merahmati seseorang yang mengerjakan shalat (sunnah) empat rakaat sebelum
Ashar. (HR. Abu Daud no. 1271 dan At-Tirmizi no. 430)
4. dua rakaat setelah shalat Maghrib
5. dua rakaat sebelum shalat Isya dan 2 rekaat setelah shalat Isya.
Di dalam Shalat Rawatib ada terdapat 10 rekaat yang sunnah muakkad (karena tidak pernah
ditinggalkan oleh Rasulullah SAW), berdasarkan hadits:
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW senantiasa menjaga (melakukan) 10 rakaat (rawatib),
yaitu: 2 rakaat sebelum Dzuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat sesudah Maghrib di
rumah beliau, 2 rakaat sesudah Isya di rumah beliau, dan 2 rakaat sebelum Shubuh (HR
Imam Bukhari dan Muslim).
ada sholat sunnah lebih utama di kerjakan di rumah, dalam hal ini adalah yang 2 rakaat
sesudah maghrib, 2 rakaat sesudah isya, dan setelah jum'at.
dalam riwayat Muslim, Adapun pada shalat maghrib, isya, dan jumat, maka Nabi r
mengerjakan shalat sunnahnya di rumah.
Lalu apa hukum shalat sunnah setelah subuh, sebelum jumat, setelah ashar, sebelum maghrib,
dan sebelum isya?
Jawab: Adapun dua rakaat sebelum maghrib dan sebelum isya, maka dia tetap disunnahkan
dengan dalil umum:
Dari Abdullah bin Mughaffal Al Muzani dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda:
Di antara setiap dua adzan (azan dan
iqamah) itu ada shalat (sunnah). Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Dan pada kali

yang ketiga beliau bersabda, Bagi siapa saja yang mau mengerjakannya. (HR. Al-Bukhari
no. 588 dan Muslim no. 1384)
Namun memang ini masuk pada khilafiyah, sebagian para Muhaddits tak
mengelompokkannya sebagai shalat rawatib, karena Rasul saw tak selalu melakukannya, dan
banyak para sahabat sepeninggal Rasul saw tak melakukannya, ini menunjukkan bahwa hal
itu bukan hal yg selalu dilakukan oleh Rasul saw, (Fathul Baari Almasyhur Juz 3 hal 59)
Adapun setelah subuh dan ashar, maka tidak ada shalat sunnah rawatib saat itu. Bahkan
terlarang untuk shalat sunnah mutlak pada waktu itu, karena kedua waktu itu termasuk dari
lima waktu terlarang. Dari Ibnu Abbas dia berkata:






Orang-orang yang diridlai mempersaksikan kepadaku dan di

antara mereka yang paling aku ridhai adalah Umar, (mereka semua mengatakan) bahwa
Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang shalat setelah Shubuh hingga matahari terbit,
dan setelah Ashar sampai matahari terbenam. (HR. Al-Bukhari no. 547 dan Muslim no.
1367)
owh iya, jangan lupa juga untuk melakukan sholat sunnah tahiyatul Masjid sebelum duduk
ketika masuk ke dalam Masjid, mushola, langgar.
Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang dari kalian
masuk masjid, janganlah duduk sehingga shalat dua rakaat. (HR. Jamaah Ahli Hadits)

Wallahu A'lam

Adi Victoria
al_ikhwan1924@yahoo.com
disarikan dari berbagai sumber.

Panduan Shalat Tahajud


Jan 06, 2010Muhammad Abduh Tuasikal, MScShalat219 Komentar
Alhamdulillah, wa shalaatu wa salaamu ala Rosulillah wa ala alihi wa shohbihi wa man
tabiahum bi ihsanin ilaa yaumid diin.
Suatu kenikmatan yang sangat indah adalah bila seorang hamba bisa merasakan bagaimana
bermunajat dengan Allah di tengah malam terutama ketika 1/3 malam terakhir. Berikut
sedikit panduan dari kami mengenai shalat tahajud.
Maksud Shalat Tahajud

Shalat malam (qiyamul lail) biasa disebut juga dengan shalat tahajud. Mayoritas pakar fiqih
mengatakan bahwa shalat tahajud adalah shalat sunnah yang dilakukan di malam hari secara
umum setelah bangun tidur.1
Keutamaan Shalat Tahajud
Pertama: Shalat tahajud adalah sifat orang bertakwa dan calon penghuni surga.
Allah Taala berfirman,
( 16) ( 15)
( 17)
(18)
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan
mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka
sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit
sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.
(QS. Adz Dzariyat: 15-18).
Al Hasan Al Bashri mengatakan mengenai ayat ini, Mereka bersengaja melaksanakan
qiyamul lail (shalat tahajud). Di malam hari, mereka hanya tidur sedikit saja. Mereka
menghidupkan malam hingga sahur (menjelang shubuh). Dan mereka pun banyak
beristighfar di waktu sahur.2
Kedua: Tidak sama antara orang yang shalat malam dan yang tidak.
Allah Taala berfirman,



(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az Zumar: 9). Yang dimaksud qunut
dalam ayat ini bukan hanya berdiri, namun juga disertai dengan khusu. 3
Salah satu maksud ayat ini, Apakah sama antara orang yang berdiri untuk beribadah (di
waktu malam) dengan orang yang tidak demikian?!4 Jawabannya, tentu saja tidak sama.
Ketiga: Shalat tahajud adalah sebaik-baik shalat sunnah.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,








Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram-.
Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.5
An Nawawi rahimahullah mengatakan, Ini adalah dalil dari kesepakatan ulama bahwa
shalat sunnah di malam hari lebih baik dari shalat sunnah di siang hari. Ini juga adalah dalil
bagi ulama Syafiiyah (yang satu madzhab dengan kami) di antaranya Abu Ishaq Al Maruzi
dan yang sepaham dengannya, bahwa shalat malam lebih baik dari shalat sunnah rawatib.
Sebagian ulama Syafiiyah yang lain berpendapat bahwa shalat sunnah rawatib lebih afdhol
(lebih utama) dari shalat malam karena kemiripannya dengan shalat wajib. Namun pendapat
pertama tetap lebih kuat dan sesuai dengan hadits. Wallahu alam.6
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, Waktu tahajud di malam hari adalah sebaik-baik waktu
pelaksanaan shalat sunnah. Ketika itu hamba semakin dekat dengan Rabbnya. Waktu tersebut
adalah saat dibukakannya pintu langit dan terijabahinya (terkabulnya) doa. Saat itu adalah
waktu untuk mengemukakan berbagai macam hajat kepada Allah.7
Amr bin Al Ash mengatakan, Satu rakaat shalat sunnah di malam hari lebih baik dari 10
rakaat shalat sunnah di siang hari. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Dunya.8
Ibnu Rajab mengatakan, Di sini Amr bin Al Ash membedakan antara shalat malam dan
shalat di siang hari. Shalat malam lebih mudah dilakukan sembunyi-sembunyi dan lebih

mudah mengantarkan pada keikhlasan.9 Inilah sebabnya para ulama lebih menyukai shalat
malam karena amalannya yang jarang diketahui orang lain.
Keempat: Shalat tahajud adalah kebiasaan orang sholih.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,



Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat malam) karena shalat malam adalah
kebiasaan orang sholih sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat
malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa. 10
Kelima: Sebaik-baik orang adalah yang melaksanakan shalat tahajud.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengatakan mengenai Abdullah bin Umar,


.

.
Sebaik-baik orang adalah Abdullah (maksudnya Ibnu Umar) seandainya ia mau
melaksanakan shalat malam. Salim mengatakan, Setelah dikatakan seperti ini, Abdullah
bin Umar tidak pernah lagi tidur di waktu malam kecuali sedikit.11
Waktu Shalat Tahajud
Shalat tahajud boleh dikerjakan di awal, pertengahan atau akhir malam. Ini semua pernah
dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik
-pembantu Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,



Tidaklah kami bangun agar ingin melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di
malam hari mengerjakan shalat kecuali pasti kami melihatnya. Dan tidaklah kami bangun
melihat beliau dalam keadaan tidur kecuali pasti kami melihatnya pula.12
Ibnu Hajar menjelaskan,


Sesungguhnya waktu shalat malam dan tidur yang dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa
sallam berbeda-beda setiap malamnya. Beliau tidak menetapkan waktu tertentu untuk shalat.
Namun beliau mengerjakannya sesuai keadaan yang mudah bagi beliau.13
Waktu Utama untuk Shalat Tahajud
Waktu utama untuk shalat malam adalah di akhir malam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Rabb kami -Tabaroka wa Taala- akan turun setiap malamnya ke langit dunia ketika tersisa
sepertiga malam terakhir. Lalu Allah berfirman, Siapa yang memanjatkan doa pada-Ku,
maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang memohon kepada-Ku, maka Aku akan
memberinya. Siapa yang meminta ampun pada-Ku, Aku akan memberikan ampunan
untuknya.14
Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,



Sesungguhnya puasa yang paling dicintai di sisi Allah adalah puasa Daud 15 dan shalat
yang dicintai Allah adalah shalatnya Nabi Daud alaihis salam. Beliau biasa tidur di
separuh malam dan bangun tidur pada sepertiga malam terakhir. Lalu beliau tidur kembali
pada seperenam malam terakhir. Nabi Daud biasa sehari berpuasa dan keesokan harinya
tidak berpuasa.16
Aisyah pernah ditanyakan mengenai shalat malam yang dilakukan oleh Nabi shallallahu
alaihi wa sallam. Aisyah menjawab,

Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa tidur di awal malam, lalu beliau bangun di akhir
malam. Kemudian beliau melaksanakan shalat, lalu beliau kembali lagi ke tempat tidurnya.
Jika terdengar suara muadzin, barulah beliau bangun kembali. Jika memiliki hajat, beliau
mandi. Dan jika tidak, beliau berwudhu lalu segera keluar (ke masjid).17
Shalat Tahajud Ketika Kondisi Sulit
Bermunajatlah pada Allah di akhir malam ketika kondisi begitu sulit.
Ali bin Abi Tholib pernah menceritakan,


- -


Kami pernah memperhatikan pada malam Badar dan ketika itu semua orang pada terlelap
tidur kecuali Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam. Beliau melaksanakan shalat di bawah
pohon. Beliau memanjatkan doa pada Allah hingga waktu Shubuh. Dan tidak ada di antara
kami tidak ada yang mahir menunggang kuda selain Al Miqdad bin Al Aswad.18 Dalam
riwayat lain disebutkan,



Beliau melaksanakan shalat sambil menangis hingga waktu shubuh.19
Jumlah Rakaat Shalat Tahajud yang Dianjurkan (Disunnahkan)
Jumlah rakaat shalat tahajud yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 11 atau 13 rakaat. Dan
inilah yang menjadi pilihan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Aisyah mengatakan,






Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menambah shalat malam di bulan
Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. Beliau melakukan shalat empat rakaat,
maka jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian beliau melakukan shalat
empat rakaat lagi dan jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian beliau
melakukan shalat tiga rakaat.20
Ibnu Abbas mengatakan,

.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat malam 13 rakaat. 21
Zaid bin Kholid Al Juhani mengatakan,


.
- -






.
Aku pernah memperhatikan shalat malam yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Beliau pun melaksanakan 2 rakaat ringan. Kemudian setelah itu beliau
laksanakan 2 rakaat yang panjang-panjang. Kemudian beliau lakukan shalat 2 rakaat yang
lebih ringan dari sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 rakaat lagi yang lebih
ringan dari sebelumnya. Beliau pun lakukan shalat 2 rakaat yang lebih ringan dari
sebelumnya. Kemudian beliau lakukan shalat 2 rakaat lagi yang lebih ringan dari
sebelumnya. Lalu terakhir beliau berwitir sehingga jadilah beliau laksanakan shalat malam
ketika itu 13 rakaat.22 Ini berarti Nabi shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan witir
dengan 1 rakaat.23
Dari sini menunjukkan bahwa disunnahkan sebelum shalat malam, dibuka dengan 2 rakaat
ringan terlebih dahulu. Aisyah mengatakan,



- - .
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika hendak melaksanakan shalat malam, beliau
buka terlebih dahulu dengan melaksanakan shalat dua rakat yang ringan.24
Bolehkah Menambahkan Rakaat Shalat Malam Lebih Dari 11 Rakaat?
Al Qodhi Iyadh mengatakan,



Tidak ada khilaf bahwa tidak ada batasan jumlah rakaat dalam shalat malam, tidak
mengapa ditambah atau dikurang. Alasannya, shalat malam adalah bagian dari ketaatan yang
apabila seseorang menambah jumlah rakaatnya maka bertambah pula pahalanya. Jika
dilakukan seperti ini, maka itu hanya menyelisihi perbuatan Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dan menyelisihi pilihan yang beliau pilih untuk dirinya sendiri.25
Ibnu Abdil Barr mengatakan,

Tidak ada khilaf di antara kaum muslimin bahwa shalat malam tidak ada batasan rakaatnya.
Shalat malam adalah shalat nafilah (shalat sunnah) dan termasuk amalan kebaikan. Seseorang
boleh semaunya mengerjakan dengan jumlah rakaat yang sedikit atau pun banyak. 26
Adapun dalil yang menunjukkan bolehnya menambah lebih dari 11 rakaat, di antaranya:
Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya mengenai shalat malam, beliau menjawab,

Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika salah seorang di antara kalian takut masuk
waktu shubuh, maka kerjakanlah satu rakaat. Dengan itu berarti kalian menutup shalat tadi
dengan witir.27 Padahal ini dalam konteks pertanyaan. Seandainya shalat malam itu ada
batasannya, tentu Nabi shallallahu alaihi wa sallam akan menjelaskannya.
Lalu bagaimana dengan hadits Aisyah,



Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menambah shalat malam di bulan
Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. 28
Jawabannya adalah sebagai berikut:
Jika ingin mengikuti sunnah (ajaran) Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka mestinya
mencocoki beliau dalam jumlah rakaat shalat juga dengan tata cara shalatnya.
Sedangkan shalat yang paling bagus, kata Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah,




Shalat yang paling baik adalah yang paling lama berdirinya.29
Namun sekarang yang melakukan 11 rakaat demi mencontoh Nabi shallallahu alaihi wa
sallam tidak melakukan lama seperti beliau. Padahal jika kita ingin mencontoh jumlah rakaat
yang dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam seharusnya juga lama shalatnya pun sama.
Sekarang pertanyaannya, manakah yang lebih utama melakukan shalat malam 11 rakaat
dalam waktu 1 jam ataukah shalat malam 23 rakaat yang dilakukan dalam waktu dua jam
atau
tiga
jam?
Yang satu mendekati perbuatan Nabi shallalahu alaihi wa sallam dari segi jumlah rakaat.
Namun yang satu mendekati ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari segi lamanya.
Manakah di antara kedua cara ini yang lebih baik?
Jawabannya, tentu yang kedua yaitu yang shalatnya lebih lama dengan rakaat yang lebih
banyak. Alasannya, karena pujian Allah terhadap orang yang waktu malamnya digunakan
untuk shalat malam dan sedikit tidurnya. Allah Taala berfirman,

Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. (QS. Adz Dzariyat: 17)

Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya
pada bagian yang panjang dimalam hari. (QS. Al Insan: 26)
Oleh karena itu, para ulama ada yang melakukan shalat malam hanya dengan 11 rakaat
namun dengan rakaat yang panjang. Ada pula yang melakukannya dengan 20 rakaat atau 36

rakaat. Ada pula yang kurang atau lebih dari itu. Mereka di sini bukan bermaksud
menyelisihi ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Namun yang mereka inginkan adalah
mengikuti maksud Nabi shallallahu alaihi wa sallam yaitu dengan mengerjakan shalat
malam
dengan
thulul
qunut
(berdiri
yang
lama).
Sampai-sampai sebagian ulama memiliki perkataan yang bagus, Barangsiapa yang ingin
memperlama berdiri dan membaca surat dalam shalat malam, maka ia boleh mengerjakannya
dengan rakaat yang sedikit. Namun jika ia ingin tidak terlalu berdiri dan membaca surat,
hendaklah ia menambah rakaatnya.
Mengapa ulama ini bisa mengatakan demikian? Karena yang jadi patokan adalah lama berdiri
di hadapan Allah ketika shalat malam. -Demikianlah faedah yang kami dapatkan dari
penjelasan Syaikh Musthofa Al Adawi dalam At Tarsyid30
Qodho bagi yang Luput dari Shalat Tahajud karena Udzur
Bagi yang luput dari shalat tahajud karena udzur seperti ketiduran atau sakit, maka ia boleh
mengqodhonya di siang hari sebelum Zhuhur.
Aisyah mengatakan,


- - .

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, jika beliau luput dari shalat malam
karena tidur atau udzur lainnya, beliau mengqodhonya di siang hari dengan mengerjakan
12
rakaat.31
Umar bin Khottob mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,




Barangsiapa yang tertidur dari penjagaannya atau dari yang lainnya, lalu ia membaca apa
yang biasa ia baca di shalat malam antara shalat shubuh dan shalat zhuhur, maka ia dicatat
seperti membacanya di malam hari.32
Demikian pembahasan ringkas kami mengenai shalat tahajud. Kami masih akan membahas
kiat-kiat bangun shalat tahajud dan panduan shalat witir -insya Allah-. Semoga Allah
mudahkan.
Semoga kita semakin terbimbing dengan sajian ringkas ini. Semoga Allah memudahkan kita
untuk mengamalkan sekaligus merutinkannya.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis:
Muhammad
Abduh
Tuasikal
Artikel
Rumaysho.com
Disempurnakan di Panggang-Gunung Kidul, 21 Muharram 1431 H
Footnote:
1 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/397, Al Maktabah At Taufiqiyah.
2 Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, 13/212, Maktabah Al Qurthubah.
3 Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, 12/115.
4 Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, 7/166, Al Maktab Al Islami.
5 HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah.
6 Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, 8/55, Dar Ihya At Turots Al Arobi, Beirut,
1392
7 Lathoif Al Maarif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 77, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama,
tahun 1428 H.
8 Lathoif Al Maarif, hal. 76.
9 Idem.
10 Lihat Al Irwa no. 452. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
11 HR. Bukhari no. 3739, dari Hafshoh.
12 Shahih. HR. Bukhari no. 1141, An Nasai no. 1627 (ini lafazh An Nasai), At Tirmidzi no.
769. Lihat Shahih wa Dhoif Sunan An Nasai, Syaikh Al Albani, 4/271, Asy Syamilah.
13 Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani Asy Syafii, 3/23, Darul Marifah Beirut, 1379.

14 HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758, dari Abu Hurairah.
15 Sebagaimana dijelaskan oleh penulis Shahih Fiqh Sunnah -Syaikh Abu Malik- bahwa
puasa Daud ini boleh dilakukan dengan syarat tidak sampai melalaikan yang wajib-wajib dan
tidak sampai melalaikan memberi nafkah kepada keluarga yang menjadi tanggungannya.
Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 2/138, Al Maktabah At Taufiqiyah.
16 HR. Bukhari no. 1131 dan Muslim no. 1159, dari Abdullah bin Amr.
17 HR. Bukhari no. 1146, dari Aisyah.
18 HR. Ahmad 1/138. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
19 HR. Ahmad 1/125. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
20 HR. Bukhari no. 3569 dan Muslim no. 738.
21 HR. Bukhari no. 1138 dan Muslim no. 764.
22 HR. Muslim no. 765.
23 Lihat Al Muntaqo Syarh Al Muwatho, 1/280, Mawqi Al Islam.
24 HR. Muslim no. 767.
25 Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, An Nawawi, 6/19, Dar Ihya At Turots Al
Arobi Beirut, cetakan kedua, 1392.
26 At Tamhid, Ibnu Abdil Barr, 21/69-70, Wizaroh Umum Al Awqof, 1387 dan Al Istidzkar,
Ibnu Abdil Barr, 2/98, Darul Kutub Al Ilmiyyah, 1421 H.
27 HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749, dari Ibnu Umar.
28 HR. Bukhari dan Muslim. Sudah lewat takhrijnya.
29 HR. Muslim no. 756, dari Jabir.
30 Lihat At Tarsyid, Syaikh Musthofa Al Adawi, hal. 146-149, Dar Ad Diya.
31 HR. Muslim no. 746.
32 HR. Muslim no. 747.

Tata Cara Mengerjakan Shalat Tarawih Lengkap


Monday, April 20th 2015. | Shalat Tarawih
Cara Mengerjakan Shalat Tarawih Shalat Sunnah Tarawih merupakan shalat sunnah yg
dikerjakan di malam hari setelah Shalat Isya di Setiap bulan Ramadhan yang merupakan
bulan penuh berkah dan diwajibkan atas kamu seorang muslim untuk melaksanakan atau
menunaikan Puasa selama 30 hari. Untuk Hukum Mengerjakan Shalat Tarawih sendiri ialah
Sunnah Muakkad yg bisa di artikan Sunnah yg sangat diutamakan atau diharuskan untuk
dikerjakan setiap umat Muslim di seluruh dunia karena Shalat Sunnah Tarawih bisa menjadi
pelengkap puasa kita.
Sedangkan Jumlah Rakaat Shalat Tarawih ini bisa 8 Rakaat seperti yg pernah diamalkan oleh
Nabi Muhammad Saw dan bisa berjumlah 20 Rakaat seperti pernah diamalkan oleh Sahabat
Nabi, Umar Bin Khathab. Namun di Indonesia sendiri Jumlah Rakaat Shalat Tarawih yg
dikerjakan ialah 20 Rakaat dan ditambah 1 Witir di akhir Shalat Tarawih dan Cara Shalat
Tarawih sendiri lebih baik dikerjakan secara Berjamaah walaupun jika dikerjakan sendiri pun
masih boleh.
Kemudian untuk Keutamaan dan Keistimewaan Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan sendiri
banyak sekali, yang antara lain bisa menghapus segala macam dosa, Diampuni segala dosa
dosanya jika dilakukan dg khusyu, memperoleh pahala yg sangat banyak karena Bulan
Ramadhan merupakan Bulan yg penuh berkah dan Dikabulkan segala macam doa doa anda
karena waktu yg mustajab ialah Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan.
Tata Cara Mengerjakan Shalat Tarawih Terlengkap

Untuk Tata Cara Shalat Tarawih sendiri dilakukan selama 30 Hari dibulan Ramadhan pada
waktu malam hari setelah Shalat Isya sampai terbitnya Fajar atau sebelum masuk Shalat
Subuh, Lebih baik dillakukan secarra berjamaah di Masjid dan dikerjakan dg Jumlah Rakaat
20 serta ditambah dg Shalat Witir di akhir Shalat Tarawih. Kemudian Cara Mengerjakan
Shalat Tarawih ini masih sama dg Cara Shalat lainnya yg diawali dg Niat Shalat Tarawih dan
diakhiri dg Salam.
Hanya saja dilakukan masing masing 2 Rakaat dg Satu salam sehingga jika dikerjakan dg
Jumlah 20 Rakaat berarti melakukan Shalat 10 kali. Sedangkan untuk Bacaan Niat Shalat
Tarawih dan Cara Mengerjakan Shalat Sunnah Tarawih bisa anda lihat dibawah ini secara
lengkap.
advertisements
Bacaan Niat Shalat Tarawih Terlengkap

Cara Mengerjakan Shalat Tarawih Terlengkap


Setelah anda membaca Bacaan Niat Shalat Tarawih diatas maka anda tinggal mengikuti
Imam Shalat Tarawih yg dilakukan secara berjamaah di masjid dan anda tinggal mengikuti
Bacaan dan Doa Shalat Tarawih tersebut karena biasanya Imam Shalat Tarawih membaca
Suratan dan Doa Shalat tarawih secara cepat dan ringkas sehingga anda harus benar benar
mengikuti dg khusyu. Adapun step atau langkah langkah dlm Tata Cara Mengerjakan
Shalat Tarawih seperti dibawah ini yg disuguhkan secara lengkap dan jelas kepada anda.

Untuk tambahaan sajja bahwa Tata Cara Mengerjakan Shalat Tarawih sangat mudah untuk
dikerjakan karena dari Gerakan dan Doa Shalat Tarawih sendiri masih sama dg Shalat pada
umumnya dan anda tinggal mengikuti Imam Shalat Tarawih dari segi Gerakan dan Doa
Doanya, kemudian untuk menjawab Bilal sendiri anda tinggal ikut mengikuti para jamaah
karena jawaban untuk Bilal itu sunnah dan diatas sudah dibuatkan secara lengkap sehingga
anda tinggal menghafalkan jawaban Bilan ketika Shalat Sunnah Tarawih.
Kemudiian setellah anda mengerjakan Shalat Tarawih, diusahakan anda jangan sampai lupa
dalam membaca Niat Berpuasa untuk besok hari dan setelah itu anda jg disunnahkan untuk
membaca Ayat Suci Al Quran dan memperbanyak Dzikir karena dibulan Ramadhan banyak
sekali pahala yg bisa anda dapatkan.

Cara Mengerjakan Shalat Witir Terlengkap


Tuesday, April 14th 2015. | Shalat Witir
Cara Mengerjakan Shalat Witir Pengertian Shalat Witir adalah Shalat Sunah dg jumlah
Rakaat satu, dua, tiga, lima, tujuh dan maksimal sebelas Rakaat yang dikerjakan setelah
Shalat Isya sampai terbitnya fajar atau masuk waktu Shalat Subuh dan untuk Hukum
Mengerjakan Shalat Witir ini ialah sunah tetapi shalat sunah yg sangat penting untuk di
kerjakan karena Alloh Swt sangat menyukai witir seperti Hadist yg berbunyi, Hai Para
Pencita cita Al-Quran kerjakanlah Shalat Witir sebab Alloh Swt itu tunggal dan dia suka
kpd bilangan witir .

Sedangkan untuk Cara Shalat Witir ini bisa dilakukan dg jumlah Rakaat minimal 1 Rakaat
dan Maksimal 11 Rakaat tetapi dalam bilangan ganjil karena Nabi Muhammad Saw tak
pernah mengerjakan Shalat Witir melebihi sebelas Rakaat dan Cara Mengerjakan Shalat
Witir ini jg bisa dg jumlah 2 rakaat dg satu salam. Kemudian jika di bulan Ramadhan kita
disunahkan untuk mengerjakan witir ini pd rakaat terakhir yakni sesudah itidal dan biasanya
dilakukan dg jumlah rakaat 1 atau 2 rakaat tergantung imam Shalat pd waktu Tarawih.
Keutamaan Shalat Witir dan Manfaat Shalat Witir bagi seseorang yg mengerjakan-nya akan
mendapatkan pahala yg begitu besar karena Alloh Swt sangat mencintai witir dan menyukai
sesuatu yg ganjil dan Nabi Muhammad Saw jg pernah bersabda yg berbunyi, Sesungguhnya
Alloh Swt telah menambahkan kalian dg Satu Shalat yg Shalat itu lebih baik untuk dirimu
dari pd unta yg merah yakni Shalat Witir .
Melihat Keistimewaan Shalat Sunah Witir diattas maka ada baiknya jika anda mulai
mengerjakan Shalat Witir dan mengetahui Tata Cara Shalat Witir dg benar sehingga anda
dlm mengerjakan Shalat Witir ini dpt bermanfaat dan berkah untuk anda.
Tata Cara Mengerjakan Shalat Witir Terlengkap

Tata Cara Mengerjakan Shalat Witir sebenarnya masih sama dg Tata Cara Shalat pada
umumnya seperti Shalat Wajib dan Shalat sunah lainnya yang di awali dg Niat Shalat,
Takbiratul Ikhram dan di akhirii dg Salam. untuk perbedaannya hanya terletak pada Niat
Shalat dan Bacaan Doa Setelah Shalatnya saja sehingga anda harus mengetahui dan
menghafalkan dg betul Niat Shalat Witir seperti dibawah ini.
advertisements

Terjemahan Niat Shalat diatas, USHALLI SUNNATAL WITRI RAKATAINI LILLAAHI


TAAALA. Kemudian setelah membaca Niat Shalat Witir tinggal Takbiratul Ikhram,
Membaca Surat Iftitah dan Surat Al Fatihah.

Tata Cara Shalat Witir setelah membacaa Surat Al Fatihah ialah membaca Suratan terserah
anda, disini saya mencontohkan membaca Surat Al Ikhlas karena selain pendek namun
mempunyai banyak sekali keutamaannya.

Catatan bahwa surat al ikhlas diatas dibacakan di Rakaat pertama dan setelah itu Cara
Mengerjakan Shalat Witir selanjutnya Ruku, Itidal, Sujud dan kembali ke Rakaat Kedua
Sampai selesai (Salam) dan sekali lagi Cara Melaksanakan Shalat Witir dari gerakan dan doa
shalatnya masih sama seperti shalat pd umumnya.
Doa Setelah Shalat Witir Terlengkap
Doa Setelah Shalat Witir ini dibacakan setelah anda selesai menunaikan Shalat Witir dan
kalau bisa ditambahkan dg membaca Suratan Dzikir yg berguna untuk mendekatkan anda dg
Alloh Swt.

Bacaan Doa Habis Shalat Witir diatas sangat panjang dan susah untuk dihafalkan sehingga
anda bisa menulis sendiri di kertas dan membacanya secara langsung jika anda mengalami
kesulitan dlm menghafalkan-nya. Kemudiian semoga tulisan Cara Mengerjakan Shalat Witir
saya ini dpt berguna dan bermanfaat bagi anda dan tak lupa jg saya memohon maaf jika
terdapat penulisan kata2 yg salah didlm tulisan ini.

Tata Cara Dan Do'a Sholat Jenazah Lengkap


Unknown Sabtu, 02 Februari 2013 Do'a, Sholat

Rukun, syarat, panduan tatacara sholat jenazah atau sholat mayit dibawah ini adalah sudah
kami ringkas, dan kami lengkapi dengan beberapa dalil hadits dari Nabi SAW, rukun Shalat
Jenazah terdiri dari 8 rukun dan Hukum menjalankannya adalah "Fardhu Kifayah" artinya
jika tidak ada yang menjalankan, semua akan berdosa. Shalat ini gak memakai ruku, sujud,
itidal dan tahiyyat, hanya dengan 4 takbir dan 2 salam, yang dilakukan dalam keadaan
berdiri.
Berikut ini adalah rukun sholat jenzah :
1. Niat
Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo gak ada niat dianggap gak sah, termasuk niat
melakukan Shalat jenazah. Niat dalam hati dengan tekad dan menyengaja akan melakukan
shalat tertentu saat ini untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah : 5).
Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai
niatnya." (HR. Muttafaq Alaihi).
2. Berdiri Bila Mampu
Shalat jenazah sah jika dilakukan dengan berdiri (seseorang mampu untuk berdiri dan gak
ada uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan tunggangan], Shalat
jenazah dianggap tidak sah.
3. Takbir 4 kali

Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk shalat Nabi ketika
menyolatkan jenazah.
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan
beliau takbir 4 kali.
(HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355)
Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya seorang pemeluk nasrani yang taat.
Namun begitu mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau akhirnya menyatakan
diri masuk Islam.
4. Membaca Surat Al-Fatihah
5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
6. Doa Untuk Jenazah
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
"Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya."
(HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :
"Allahummaghfir lahu warhamhu, waaafihi wafu anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi
madkhalahu, waghsilhu bil-mai watstsalji wal-baradi."
7. Doa Setelah Takbir Keempat
Misalnya doa yang berbunyi :
"Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa badahu waghfirlana wa lahu.."
8. Salam
Berikut ini adalah Tata Cara, Urutan dan Do'a Sholat Jenazah :
1. Lafazh Niat Shalat Jenazah :
"Ushalli alaa haadzal mayyiti fardlal kifaayatin makmuuman/imaaman lillaahi taaalaa.."
Artinya:
"Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai makmum/imam lillaahi taaalaa.."
2. Setelah Takbir pertama membaca: Surat "Al Fatihah."
3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi SAW : "Allahumma Shalli Alaa
Muhamad?"
4. Setelah Takbir ketiga membaca:





Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa
hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga),
luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala
kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah
yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih
baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau
suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.
atau bisa secara ringkas :
"Allahummagh firlahu warhamhu waaafihi wafu anhu.."
Artinya:
"Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan maafkanlah dia"
5. Setelah takbir keempat membaca:
"Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinnaa badahu waghfirlanaa walahu.."
Artinya:
"Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah
kepada kami sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan kepadanya"
6. "Salam" kekanan dan kekiri.
Catatan: Jika jenazah wanita, lafazh hu diganti ha.
Demikian beberapa ringkasan artikel tentang tata cara dan do'a sholat jenazah, semoga bisa
menambah wawasan dan amaliah pembaca sekalian, terimakasih sudah berkunjung semoga
bermanfaat.

Pengertian Sujud Sahwi, Tata Cara, Bacaan dan Sebabnya


Sujud sahwi ( ) adalah bagian ibadah Islam yang dilakukan di dalam shalat. Sujud
sahwi merupakan dua sujud yang dilakukan oleh orang yang shalat untuk menggantikan
kesalahan
yang
terjadi
di
dalam
shalatnya
karena
lupa
(sahw).
Penyebabnya
dilakukannya
Sujud
sahwi
ada
tiga
yaitu:
1.
Menambahkan
sesuatu
(az-ziyaadah),
2.
Menghilangkan
sesuatu
(an-naqsh),
dan
3.
Dalam
keadaan
ragu-ragu
(asy-syak)
di
dalam
Shalat.
Nabi saw. juga pernah lupa di dalam shalat. Hal ini ada keterangannya, bahkan beliau sendiri
bersabda:

:
"Saya ini hanyalah manusia biasa, saya juga lupa sebagaimana tuan-tuan lupa. Oleh sebab itu
jika saya lupa, maka ingatkanlah!" (H.R.Bukhari dan Muslim).
1. Cara Mengerjakannya
Sebelum atau sesudah salam. Sujud Sahwi dilakukan dengan dua kali sujud sebelum
salam atau sesudahnya oleh seseorang yang sedang bershalat. Kedua cara ini memang
diajarkan oleh Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits shahih dari Sa'id al-Khudri,


bahwa Rasulullah saw. bersabda:



" Jikalau salah seorang diantaramu ragu-ragu dalam shalatnya, hingga tak tahu
berapa raka'at yang sudah dikerjakannya, apakah tiga ataukah empat, maka baiknya ia
menghilangkan mana yang diragukan dan menetapkan mana yang diyakini, kemudian
sujud dua kali sebelum salam."(H.R.Muslim).
Kisah sesudah salam. Dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan pula mengenai
cerita Dzulyadain bahwa beliau pernah pula Sujud Sahwi sesudah salam.
Tergantung sebab. Adapun yang lebih utama ialah mengikuti sebab yang
mengharuskan sujud sahwi tersebut. Maksudnya kalau datangnya sebab tadi sebelum
salam, hendaklah sujud dilakukan sebelum salam, sebaliknya kalau diketahui sesudah
salam, maka sujud itu pun dilakukan sesudahnya, sedang bagi hal-hal yang tidak
termasuk dalam kedua keadaan di atas, boleh saja dipilih sesudah salam atau
sebelumnya. Dan ini tanpa ada perbedaan apakah yang menyebabkan sujud itu berupa
penambahan atau pengurangan raka'at. Hal ini berdasarkan keterangan Muslim dalam
shahihnya bahwa Nabi saw. bersabda:

" Jikalau shalat seseorang terlebih atau terkurang, maka hendaklah ia sujud dua
kali."
Diawali bertakbir. Contoh cara melakukan sujud sahwi sebelum dan sesudah salam
dan diawali bertakbir. dijelaskan dalam hadits Abdullah bin Buhainah,

Setelah beliau menyempurnakan


shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud
dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam. (HR. Bukhari
no. 1224 dan Muslim no. 570). Contoh sesudah salam dijelaskan dalam hadits Abu
Hurairah,
Lalu beliau
shalat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudian beliau salam. Sesudah itu beliau
bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian
bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau
bangkit. (HR. Bukhari no. 1229 dan Muslim no. 573).
Pengulangan salam. Sujud sahwi sesudah salam ini ditutup lagi dengan salam
sebagaimana dijelaskan dalam hadits Imran bin Hushain,

. Kemudian beliau pun shalat satu rakaat (menambah rakaat yang kurang tadi).
Lalu beliau salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud.
Kemudian beliau salam lagi. (HR. Muslim no. 574).
2. Do'a Dalam Sujud Sahwi
Sebagian
ulama
menganjurkan
doa
ini
ketika
sujud
sahwi,

Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw (Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan
lupa).
Namun dzikir sujud sahwi di atas cuma anjuran saja dari sebagian ulama dan tanpa didukung
oleh
dalil.
Ibnu
Hajar
rahimahullah
mengatakan,


: :
:


Perkataan beliau, Aku telah mendengar sebagian ulama yang menceritakan tentang
dianjurkannya bacaan: Subhaana man laa yanaamu wa laa yas-huw ketika sujud sahwi
(pada kedua sujudnya), maka aku katakan, Aku tidak mendapatkan asalnya sama sekali.
Sehingga yang tepat mengenai bacaan ketika sujud sahwi adalah seperti bacaan sujud biasa
ketika
shalat.
Bacaannya
yang
bisa
dipraktekkan
seperti,
-Subhaana robbiyal alaa - [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi]
1.
2.

Subhaanakallahumma
robbanaa
wa
bi
hamdika,
allahummagh
firliy.
[Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosadosaku].
3. Hal-Hal Yang Menyebabkan Dilakukannya Sujud Sahwi
1. Mengucapkan salam sebelum sempurnanya shalat. Diterima dari 'Atha': "Bahwa Ibnu
Zubair shalat Maghrib lalu memberi salam setelah menyelesaikan dua raka'at
kemudian bangun menuju Hajar Aswad. Orang-orang mengucapkan tasbih dan ia pun
bertanya: 'Ada apa?' Dan setelah mengerti maksud orang-orang itu, ia pun
meneruskan shalatnya dan sujud dua kali. Peristiwa ini disampaikan kepada Ibnu
Abbas r.a. maka ujarnya: Perbuatannya itu sesuai dengan sunnah Nabi saw."
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Bazzar dan Thabrani).
2. Kelebihan jumlah raka'at. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Jama'ah dari Ibnu
Mas'ud, bahwa Nabi saw."Pada suatu ketika beliau shalat Dhuhur, lalu ditanya: 'Apa
kah rakat'at shalat ini memang ditambah?' Ujar beliau: 'Mengapa demikian'? Kata
orang-orang itu: 'Anda telah melakukan shalat lima raka'at'. Maka beliau pun sujud
dua kali setelah memberi salam itu'." Hadits ini menjadi bukti bahwa shalat yang
terlebih jumlah raka'atnya karena lupa dan dalam raka'at ke-4 tidak duduk, maka
shalat itu sah adanya.
3. Lupa Tasyahud awal atau salah satu sunah shalat. Sebagaimana diriwayatkan oleh
Jama'ah dari Ibnu Buhainah: "Bahwa Nabi saw. bershalat lalu setelah sampai dua
raka'at terus berdiri. Orang-orang pun sama mengucapkan tasbih, tetapi beliau
meneruskan shalatnya. Dan setelah selesai barulah beliau sujud dua kali kemudian
memberi salam." Barang siapa yang lupa duduk pertama lalu ingat sebelum sempurna
berdiri, hendaklah ia duduk kembali. Tetapi bila sudah sempurna berdirinya, maka ia
tidak perlu duduk kembali. (H.R.Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah dari Mughirah
bin Syu'bah).
4. Ragu-ragu jumlah raka'at shalat. Dari Abdurrahman bin 'Auf katanya: "Saya dengar
Rasulullah saw. bersabda: 'Jika salah seorang di antaramu ragu dalam shalatnya,
hingga ia tidak tahu, apakah baru seraka'at ataukah sudah dua raka'at, maka baiknya
ditetapkannya seraka'at saja. Jika ia tidak tahu apakah dua atau sudah tiga raka'at,
baiknya ditetapkannya dua raka'at. Dan jika tak tahu apakah tiga atau sudah empat
raka'at, baiknya ditetapkannya tiga raka'at, kemudian hendaklah ia sujud bila shalat
selesai di waktu masih duduk sebelum memberi salam, yaitu sujud Sahwi sebanyak 2
kali'." (H.R.Ahmad, Ibnu Majah dan Turmudzi yang menyatakan sahnya). Dari Abu
Sa'id al-Khudri, katanya: "Rasulullah saw. bersabda: 'Apabila slah seorang diantaramu
ragu-ragu dalam shalatnya hingga tak tahu apakah sudah tiga ataukah empat raka'at,
maka hendaklah ia menghilangkan keraguannya dan menetapkan saja apa yang telah
diyakininya, kemudian sujud dua kali sebelum salam. Sekiranya ia telah melakukan
lima raka'at maka sujud itulah yang menggenapkan shalatnya, dan sekiranya baru

cukup empat raka'at, maka sujudnya itu adalah untuk menjengkelkan setan'." (H.R.
Ahmad dan Muslim). Kedua hadits ini menjadi alasan bagi pendapat jumhur ulama
bahwa seseorang yang ragu-ragu dalam bilangan raka'at, hendaklah ia menetapkan
saja bilangan yang lebih sedikit yang diyakini, kemudian ia melakukan sujud sahwi.
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.

Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.

Panduan Sujud Syukur


Mei 04, 2011Muhammad Abduh Tuasikal, MScShalat14 Komentar
Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan oleh seseorang ketika mendapatkan nikmat atau
ketika selamat dari bencana.
Dalil Pensyariatan Sujud Syukur
Sujud syukur ini disyariatkan sebagaimana dalam pendapat Imam Asy Syafii, Imam
Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Ibnul Mundzir, Abu Yusuf, fatwa dari Muhammad bin Al Hasan
Asy Syaibani, dan pendapat sebagian ulama Malikiyah.[1]
Dalil disyariatkannya sujud syukur adalah,
.
- -
Dari Abu Bakroh, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, yaitu ketika beliau mendapati hal
yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada
Allah Taala. (HR. Abu Daud no. 2774. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Juga dari hadits Kaab bin Malik radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam Al
Bukhari di mana ketika diberitahu bahwa taubat Kaab diterima, beliau pun tersungkur untuk
bersujud (yaitu sujud syukur).
Hukum Sujud Syukur
Sujud syukur itu disunnahkan ketika ada sebabnya. Inilah pendapat ulama Syafiiyah dan
Hambali.
Sebab Adanya Sujud Syukur
Sujud syukur itu ada ketika mendapatkan nikmat yang besar. Contohnya adalah ketika
seseorang baru dikarunia anak oleh Allah setelah dalam waktu yang lama menanti. Sujud
syukur juga disyariatkan ketika selamat dari musibah seperti ketika sembuh dari sakit,
menemukan barang yang hilang, atau diri dan hartanya selamat dari kebakaran atau dari
tenggelam. Atau boleh jadi pula sujud syukur itu ada ketika seseorang melihat orang yang
tertimpa musibah atau melihat ahli maksiat, ia bersyukur karena selamat dari hal-hal tersebut.
Ulama Syafiiyah dan Hambali menegaskan bahwa sujud syukur disunnahkan ketika
mendapatkan nikmat dan selamat dari musibah yang sifatnya khusus pada individu atau
dialami oleh kebanyakan kaum muslimin seperti selamat dari musuh atau selamat dari wabah.
Bagaimana Jika Mendapatkan Nikmat yang Sifatnya Terus Menerus?
Nikmat yang dimaksudkan di sini adalah seperti nikmat nafas, nikmat hidup, dan bisa
merasakan nikmatnya shalat. Mungkin kita pernah melihat sebagian orang yang melakukan
sujud syukur karena sebab ini. Seringkali kita lihat, mereka sujud setelah selesai dzikir ketika
shalat lima waktu. Padahal nikmat-nikmat tadi sifatnya berulang.

Ulama Syafiiyah dan ulama Hambali berpendapat,



Tidak disyariatkan (disunnahkan) untuk sujud syukur karena mendapatkan nikmat yang
sifatnya terus menerus yang tidak pernah terputus.
Karena tentu saja orang yang sehat akan mendapatkan nikmat bernafas, maka tidak perlu ada
sujud syukur sehabis shalat. Nikmat tersebut didapati setiap saat selama nyawa masih
dikandung badan. Lebih pantasnya sujud syukur dilakukan setiap kali bernafas. Namun tidak
mungkin ada yang melakukannya.
Bagaimana Jika Luput dari Sujud Syukur?
Ar Romli rahimahullah mengatakan,


Sujud syukur itu jadi luput jika sudah berlalu waktu yang lama dengan waktu adanya sebab
sujud.
Berarti sujud syukur dilakukan ketika mendapatkan nikmat atau selamat dari bencana
(musibah), jangan sampai ada selang waktu yang lama.
Syarat Sujud Syukur
Sujud syukur tidak disyaratkan menghadap kiblat, juga tidak disyaratkan dalam keadaan suci
karena sujud syukur bukanlah shalat. Namun hal-hal tadi hanyalah disunnahkan saja dan
bukan syarat. Demikian pendapat yang dianut oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah yang
menyelisihi pendapat ulama madzhab.
Tata Cara Sujud Syukur
Tata caranya adalah seperti sujud tilawah. Yaitu dengan sekali sujud. Ketika akan sujud
hendaklah dalam keadaan suci, menghadap kiblat, lalu bertakbir, kemudian melakukan sekali
sujud. Saat sujud, bacaan yang dibaca adalah seperti bacaan ketika sujud dalam shalat.
Kemudian setelah itu bertakbir kembali dan mengangkat kepala. Setelah sujud tidak ada
salam dan tidak ada tasyahud.
Apakah Ada Sujud Syukur dalam Shalat?
Menurut ulama Syafiiyah dan Hambali, tidak dibolehkan melakukan sujud syukur dalam
shalat. Karena sebab sujud syukur ditemukan di luar shalat. Jika seseorang melakukan sujud
syukur dalam shalat, batallah shalatnya. Kecuali jika ia tidak tahu atau lupa, maka shalatnya
tidak batal seperti ketika ia lupa dengan menambah sujud dalam shalat.
Sujud Syukur Ketika Waktu Terlarang untuk Shalat
Sujud syukur tidak dimakruhkan dilakukan di waktu terlarang untuk shalat sebagaimana
halnya sujud tilawah. Alasannya, karena sujud tilawah dan sujud syukur bukanlah shalat.
Sedangkan larangan shalat di waktu terlarang adalah larangan khusus untuk shalat.
Semoga sajian ini bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.
Referensi:
Al Mawsuah Al Fiqhiyah, terbitan Kementrian Agama Kuwait, 24/245-250
Shahih Fiqh Sunnah, Abu Malik, Al Maktabah At Taufiqiyah, 1/458-459
Panggang-Gunung Kidul, 1 Jumadats Tsani 1432 H (04/05/2011)
www.rumaysho.com

[1] Menurut Imam Abu Hanifah, pendapat yang masyhur dari Imam Malik, An Nakhoi,
berpendapat bahwa sujud syukur itu tidak disyariatkan.

Panduan Sujud Tilawah (2), Tata Cara Sujud Tilawah


Mei 27, 2010Muhammad Abduh Tuasikal, MScShalat20 Komentar
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Posting saat ini adalah lanjutan dari tulisan kami sebelumnya mengenai sujud tilawah. Saat
ini kita akan mengkaji tata cara sujud tilawah dan apa bacaan ketika itu. Semoga bermanfaat.
Tata Cara Sujud Tilawah
[Pertama] Para ulama bersepakat bahwa sujud tilawah cukup dengan sekali sujud.
[Kedua] Bentuk sujudnya sama dengan sujud dalam shalat.
[Ketiga] Tidak disyariatkan -berdasarkan pendapat yang paling kuat- untuk takbiratul ihram
dan juga tidak disyariatkan untuk salam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

:




Sujud tilawah ketika membaca ayat sajadah tidaklah disyariatkan untuk takbiratul ihram,
juga tidak disyariatkan untuk salam. Inilah ajaran yang sudah maruf dari Nabi shallallahu
alaihi wa sallam, juga dianut oleh para ulama salaf, dan inilah pendapat para imam yang
telah masyhur. (Majmu Al Fatawa, 23/165)
[Keempat] Disyariatkan pula untuk bertakbir ketika hendak sujud dan bangkit dari sujud. Hal
ini berdasarkan keumuman hadits Wa-il bin Hujr, Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa
mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir. Beliau pun bertakbir ketika sujud dan ketika
bangkit dari sujud. (HR. Ahmad, Ad Darimi, Ath Thoyalisiy. Hasan)
[Kelima] Lebih utama sujud tilawah dimulai dari keadaan berdiri, ketika sujud tilawah ingin
dilaksanakan di luar shalat. Inilah pendapat yang dipilih oleh Hanabilah, sebagian ulama
belakangan dari Hanafiyah, salah satu pendapat ulama-ulama Syafiiyah, dan juga pendapat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Dalil mereka adalah:


Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. (QS. Al
Isro: 107). Kata mereka, yang namanya yakhirru (menyungkur) adalah dari keadaan berdiri.
Namun, jika seseorang melakukan sujud tilawah dari keadaan duduk, maka ini tidaklah
mengapa. Bahkan Imam Syafii dan murid-muridnya mengatakan bahwa tidak ada dalil yang
mensyaratkan bahwa sujud tilawah harus dimulai dari berdiri. Mereka mengatakan pula
bahwa lebih baik meninggalkannya. (Shahih Fiqih Sunnah, 1/449)
Apakah Disyariatkan Sujud Tilawah (Di Luar Shalat) Dalam Keadaan Suci (Berwudhu)?
Mayoritas ulama berpendapat bahwa dalam sujud tilawah disyariatkan untuk berwudhu
sebagaimana shalat. Oleh karena itu, para ulama mensyariatkan untuk bersuci (thoharoh) dan
menghadap kiblat dalam sujud sahwi sebagaimana berlaku syarat-syarat shalat lainnya.
Namun, ulama lain yaitu Ibnu Hazm dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa
tidak disyariatkan untuk thoharoh karena sujud tilawah bukanlah shalat. Namun sujud

tilawah adalah ibadah yang berdiri sendiri. Dan diketahui bahwa jenis ibadah tidaklah
disyariatkan thoharoh. Inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Umar, Asy Syabi dan Al
Bukhari. Pendapat kedua inilah yang lebih tepat.
Dalil dari pendapat kedua di atas adalah hadits dari Ibnu Abbas. Beliau radhiyallahu
anhuma mengatakan,



Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melakukan sujud tilawah tatkala membaca surat
An Najm, lalu kaum muslimin, orang-orang musyrik, jin dan manusia pun ikut sujud. (HR.
Bukhari)
Al Bukhari membawa riwayat di atas pada Bab Kaum muslimin bersujud bersama orangorang musyrik, padahal kaum musyrik itu najis dan tidak memiliki wudhu. Jadi, menurut
pendapat Bukhari berdasarkan riwayat di atas, sujud tilawah tidaklah ada syarat berwudhu.
Dalam bab tersebut, Al Bukhari juga membawakan riwayat bahwa Ibnu Umar radhiyallahu
anhuma berwudhu dalam keadaan tidak berwudhu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, Sujud tilawah ketika membaca ayat sajadah
tidaklah disyariatkan untuk takbiratul ihram, juga tidak disyariatkan untuk salam. Inilah
ajaran yang sudah maruf dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, juga dianut oleh para
ulama salaf, dan inilah pendapat para imam yang telah masyhur. Oleh karena itu, sujud
tilawah tidaklah seperti shalat yang memiliki syarat yaitu disyariatkan untuk bersuci terlebih
dahulu. Jadi, sujud tilawah diperbolehkan meski tanpa thoharoh (bersuci). Hal ini
sebagaimana dilakukan oleh Ibnu Umar. Beliau pernah bersujud, namun tanpa thoharoh.
Akan tetapi apabila seseorang memenuhi persyaratan sebagaimana shalat, maka itu lebih
utama. Jangan sampai seseorang meninggalkan bersuci ketika sujud, kecuali ada udzur.
(Majmu Al Fatawa, 23/165)
Asy Syaukani mengatakan, Tidak ada satu hadits pun tentang sujud tilawah yang
menjelaskan bahwa orang yang melakukan sujud tersebut dalam keadaan berwudhu. Nabi
shallallahu alaihi wa sallam juga pernah bersujud dan di situ ada orang-orang yang
mendengar bacaan beliau, namun tidak ada penjelasan kalau Nabi shallallahu alaihi wa
sallam memerintahkan salah satu dari yang mendengar tadi untuk berwudhu. Boleh jadi
semua yang melakukan sujud tersebut dalam keadaan berwudhu dan boleh jadi yang
melakukan sujud bersama orang musyrik sebagaimana diterangkan dalam hadits yang telah
lewat. Padahal orang musyrik adalah orang yang paling najis, yang pasti tidak dalam
keadaan berwudhu. Al Bukhari sendiri meriwayatkan sebuah riwayat dari Ibnu Umar
bahwa dia bersujud dalam keadaan tidak berwudhu. (Nailul Author, 4/466, Asy Syamilah)
Apakah Sujud Tilawah Mesti Menghadap Kiblat?
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, Adapun menutup aurat dan menghadap kiblat,
maka ada ulama yang mengatakan bahwa hal itu disyariatkan berdasarkan kesepakatan
ulama. (Nailul Author, 4/467, Asy Syamilah)
Namun karena sujud tilawah bukanlah shalat, maka tidak disyariatkan untuk menghadap
kiblat. Akan tetapi, yang lebih utama adalah tetap dalam keadaan menghadap kiblat dan tidak
boleh seseorang meninggalkan hal ini kecuali jika ada udzur. Jadi, menghadap kiblat
bukanlah syarat untuk melakukan sujud tilawah. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/450)
Bagaimana Tata Cara Sujud Tilawah bagi Orang yang Sedang Berjalan atau Berkendaraan?
Siapa saja yang membaca atau mendengar ayat sajadah sedangkan dia dalam keadaan
berjalan atau berkendaraan, kemudian ingin melakukan sujud tilawah, maka boleh pada saat
itu berisyarat dengan kepalanya ke arah mana saja. (Shahih Fiqih Sunnah, 1/450 dan lihat
pula Al Mughni)
. : :

Dari Ibnu Umar: Beliau ditanyakan mengenai sujud (tilawah) di atas tunggangan. Beliau
mengatakan, Sujudlah dengan isyarat. (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang
shahih)
Bacaan Ketika Sujud Tilawah
Bacaan ketika sujud tilawah sama seperti bacaan sujud ketika shalat. Ada beberapa bacaan
yang bisa kita baca ketika sujud di antaranya:
Pertama: Dari Hudzaifah, beliau menceritakan tata cara shalat Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dan ketika sujud beliau membaca:


Subhaana robbiyal alaa [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi] (HR. Muslim no. 772)
Kedua: Dari Aisyah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa membaca doa ketika ruku dan
sujud:

Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy. [Maha Suci Engkau
Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku] (HR.
Bukhari no. 817 dan Muslim no. 484)
Ketiga: Dari Ali bin Abi Tholib, Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika sujud membaca:



Allahumma laka sajadtu, wa bika aamantu wa laka aslamtu, sajada wajhi lilladzi
kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo samahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul
kholiqiin. [Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, karena-Mu aku beriman, kepada-Mu aku
berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk
pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta] (HR. Muslim no.
771)
Adapun bacaan yang biasa dibaca ketika sujud tilawah sebagaimana tersebar di berbagai
buku dzikir dan doa adalah berdasarkan hadits yang masih diperselisihkan keshohihannya.
Bacaan tersebut terdapat dalam hadits berikut:
1. Dari Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa
membaca dalam sujud tilawah di malam hari beberapa kali bacaan:



Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo samahu, wa bashorohu.
Tabarakallahu ahsanul kholiqiin. [Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang
Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah
Sebaik-baik Pencipta] (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An Nasa-i)
2. Dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, lalu ia berkata, Wahai Rasulullah, aku melihat diriku sendiri di
malam hari sedangkan aku tertidur (dalam mimpi). Aku seakan-akan shalat di belakang
sebuah pohon. Tatkala itu aku bersujud, kemudian pohon tersebut juga ikut bersujud. Tatkala
itu aku mendengar pohon tersebut mengucapkan:


Allahummaktub lii bihaa indaka ajron, wa dho anniy bihaa wizron, wajalhaa lii indaka
dzukhron, wa taqqobbalhaa minni kamaa taqobbaltahaa min abdika dawuda. (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kedua hadits di atas terdapat perselisihan ulama mengenai statusnya. Untuk hadits pertama
dikatakan shahih oleh At Tirmidzi, Al Hakim, An Nawawi, Adz Dzahabi, Syaikh Ahmad
Muhammad Syakir, Syaikh Al Albani dan Syaikh Salim bin Ied Al Hilali. Sedangkan
tambahan Fatabaarakallahu ahsanul kholiqiin dishahihkan oleh Al Hakim, Adz Dzahabi
dan An Nawawi. Namun sebagian ulama lainnya semacam guru dari penulis Shahih Fiqih
Sunnah, gurunya tersebut bernama Syaikh Abi Umair dan menilai bahwa hadits ini lemah
(dhoif).

Sedangkan hadits kedua dikatakan hasan oleh At Tirmidzi. Menurut Al Hakim, hadits kedua
di atas adalah hadits yang shahih. Adz Dzahabi juga sependapat dengannya.
Sedangkan ulama lainnya menganggap bahwa hadits ini memang memiliki syahid (penguat),
namun penguat tersebut tidak mengangkat hadits ini dari status dhoif (lemah). Jadi, intinya
kedua hadits di atas masih mengalami perselisihan mengenai keshahihannya. Oleh karena itu,
bacaan ketika sujud tilawah diperbolehkan dengan bacaan sebagaimana sujud dalam shalat
seperti yang kami contohkan di atas.
Imam Ahmad bin Hambal -rahimahullah- mengatakan,


Adapun (ketika sujud tilawah), maka aku biasa membaca: Subhaana robbiyal alaa (Al
Mughni, 3/93, Asy Syamilah)
Dan di antara bacaan sujud dalam shalat terdapat pula bacaan Sajada wajhi lilladzi
kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo samahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul
kholiqiin, sebagaimana terdapat dalam hadits Ali yang diriwayatkan oleh Muslim. Wallahu
alam.
-bersambung insya AllahArtikel www.rumaysho.com
Muhammad Abduh Tuasikal

You might also like