Professional Documents
Culture Documents
Oleh
CHAIRUL FACHMI
F03498068
2008
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh
CHAIRUL FACHMI
F03498068
2008
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh
CHAIRUL FACHMI
F03498068
Menyetujui,
Bogor, Septermber 2008
Pembimbing I
Pembimbing II
RIWAYAT HIDUP
RINGKASAN
Produk yang diteliti adalah sabun transparan yang merupakan hasil reaksi
penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Sebagai sumber asam lemak
digunakan asam stearat dan lima jenis minyak nabati, yaitu minyak kelapa
(coconut oil), dengan penambahan gliserin (10, 30, dan 80) % dan sukrosa (10,
30, dan 80) %
Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani
(SNI, 1994). Pemilihan jenis asam lemak menentukan karakteristik sabun yang
dihasilkan, karena setiap jenis asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda
pada sabun (Corredoira dan Pandolfi, 1996). Menurut Williams dan Schmitt
(2002), pemilihan bahan baku, khususnya asam lemak, akan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap warna produk akhir.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi campuran
gliserin dan sukrosa yang digunakan sebagai bahan baku terhadap mutu sabun
transparan yang dihasilkan. Analisa yang dilakukan meliputi pengukuran kadar
air dan zat menguap dalam sabun, kadar fraksi tak tersabunkan, kadar bagian tak
larut dalam alkohol, kadar alkali bebas, nilai pH, kekerasan (nilai penetrasi oleh
Penetrometer), dan stabilitas busa. Sebagai pembanding digunakan tiga merk
sabun komersial, yaitu Sabun X, Y, dan Sabun Z,
Sabun transparan yang dibuat dari kadar campuran gliserin dan sukrosa (10
dan 30) hanya termasuk nilai pH yang berada di dalam kisaran nilai mutu produk
pembanding. Sabun yang terbuat dari gliserin dan sukrosa (80) menghasilkan
tingkatan karakteristik ke dalam analisa nilai pH dan tingkat kekerasan yang
masuk dalam kisaran nilai mutu produk pembanding.
Analisa keragaman ( = 0,05) yang dilakukan terhadap sampel
menunjukkan bahwa jenis minyak yang digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan sabun transparan memiliki pengaruh yang nyata terhadap semua
parameter mutu yang dianalisa, tetapi memiliki pengaruh yang tidak nyata untuk
nilai pH.
Chairul Fachmi.F03498068.
Glycerin and Succrose Affections Toward
Transparent Soaps Quality. Supervised by M. Zein Nasution and Erliza Hambali.
2008.
SUMMARY
Products examined are transparent soaps derived as the results of the
saponification process between fatty acids and NaOH. As the source of fatty
acids are stearic acid and five different vegetable oils. The oils are coconut oil,
with Glycerin (10, 30, dan 80) % and Succrose (10, 30, dan 80) %.
Soaps are cleaning products made through chemical reaction between
sodium or kalium and fatty acids derived from vegetable oils or animal fats (SNI,
1994). The selection of fatty acids determines soaps characteristics, for each
fatty acid will bring different characters for the soaps (Corredoira and Pandolfi,
1996).
According to Williams and Schmitt (2002), the selection of raw
materials, specially fatty acids, will significantly determine the final color of the
products.
The subject of this research is to determine the affections of mix koncentrate
glycerin and Succrose used as raw materials toward the quality of transparent
soaps produced and then compare them to the commercial transparent soaps sold
in the market. The analysis include determination of some quality related
characteristics such as moisture and volatile content of the soaps, unsaponificable
fraction content, unsoluble part in alcohol content, free alkali content (measured
as caustic alkali), pH, soaps hardness (penetration value of Penetrometer), and
foam stability. The commercial transparent soaps used as comparators are from
soap X,Y, and Z.
Transparent soaps is the make from mix glycerin and succrose (10 and 30)
analysis the commercial transparent soaps its pH in the commercial transparent.
Transparent soaps is the make from mix glycerin and succrose (80) analysis the to
soaps its pH and soaps hardness (penetration value of Penetrometer) the
commercial transparent.
Univariate analysis of variance ( = 0,05) performed for samples indicate
that vegetable oils used as raw materials for transparent soaps production have
significant affects for each analized parameter, except for pH value.
SURAT PERNYATAAN
: Chairul Fachmi
NRP
: F03498068
Departemen
Bogor,
September 2008
Chairul Fachmi
KATA PENGANTAR
ii
kasih
untuk
provokasi
dan
kunjungan-kunjungan
pembangkit
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................
ii
I. PENDAHULUAN .................................................................................
B. TUJUAN ..........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan (Kusumah, 2004) .... 18
Gambar 2. Sabun transparan yang diteliti .................................................. 21
Gambar 3. Produk pembanding ................................................................. 21
Gambar 4. Hubungan kadar campuran gliserin dan sukrosa terhadap
kadar air sampel ....................................................................... 22
Gambar 5. Hubungan kadar campuran gliserin dan sukrosa terhadap
kadar fraksi tak tersabunkan sampel ......................................... 24
Gambar 6. Hubungan kadar campuran gliserin dan sukrosa terhadap
kadar bagian tak larut dalam alkohol sampel ............................ 26
Gambar 7. Hubungan kadar campuran gliserin dan sukrosa terhadap
kadar alkali bebas sampel ......................................................... 28
Gambar 8. Hubungan konsentrasi campuran gliserin dan sukrosa terhadap
pH sampel ................................................................................ 30
Gambar 9. Hubungan kadar campuran gliserin dan sukrosa
terhadap kekerasan (nilai penetrasi oleh Penetrometer) sampel
32
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formula dasar sabun transparan ....................................................
Tabel 2. Asam lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun ........
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Beberapa formula sabun transparan ....................................... 39
Lampiran 2. Diagram alir pembuatan sabun transparan yang digunakan
dalam penelitian (Kusumah, 2004).......................................... 40
Lampiran 3. Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ......... 41
Lampiran 4. Prosedur analisa mutu sabun transparan ................................. 42
Lampiran 5. Hasil analisa kadar air dan zat menguap dalam sampel .......... 45
Lampiran 6. Hasil analisa kadar fraksi tak tersabunkan dalam sampel ....... 46
Lampiran 7. Hasil analisa kadar bagian tak larut dalam alkohol
untuk sampel .......................................................................... 47
Lampiran 8. Hasil analisa kadar alkali bebas sampel .................................. 48
Lampiran 9. Hasil analisa nilai pH sampel ................................................. 49
Lampiran 10. Hasil analisa kekerasan (penetrasi oleh Penetrometer)
sampel .................................................................................... 50
Lampiran 11. Hasil analisa stabilitas busa sampel ........................................ 51
Lampiran 12. Hasil analisa produk pembanding .......................................... 52
viii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
mandi
adalah
B. TUJUAN
yang
berbeda
pula.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
A.
Sabun mandi adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak yang
berasal dari minyak nabati dan atau lemak hewani. Sabun tersebut dapat
berwujud padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan sebagai pembersih
(Kamikaze, 2002). SNI (1994) mendefinisikan sabun sebagai pembersih yang
dibuat melalui reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam
lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang dibuat dari NaOH
dikenal dengan sebutan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat
dari KOH dikenal dengan sebutan sabun lunak (soft soap).
Sabun
mandi
dengan baik dalam air yang mengandung garam (air sadah), sabun opaque
adalah sabun mandi biasa yang berbentuk batang dan penampakannya tidak
transparan, sementara sabun transparan memiliki penampakan yang transparan
dan menarik, serta mampu menghasilkan busa yang lembut di kulit.
Mitsui (1997) menyatakan bahwa sabun transparan dapat dibuat
dengan menggunakan bahan baku lemak (beef tallow), minyak kelapa, minyak
zaitun atau dengan penambahan minyak jarak. Pilihan untuk pewangi,
pewarna dan bahan aditif lain lebih terbatas karena tidak satupun dari bahanbahan ini yang boleh memiliki efek yang berlawanan dengan pembentukan
tekstur transparan sabun (Williams dan Schmitt, 2002).
Molekul sabun terbentuk dari rantai panjang atom hidrogen dan
karbon. Salah satu ujung rantai tersusun dari atom-atom polar yang suka air
(hidrofilik) sementara ujung yang lain terdiri dari atom-atom non-polar yang
tidak suka air (hidrofobik) tetapi mudah mengikat lemak. Kotoran pada kulit
umumnya berasal dari minyak, lemak dan keringat yang sukar larut dalam air
karena bersifat non-polar.
sementara sabun terikat pada air. Seperti sabun mandi biasa, sabun transparan
merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan basa kuat.
Perbedaan hanya terletak pada penampakannya yang transparan (Mitsui,
1997).
BAHAN
KOMPOSISI (%)
27,00
Minyak kelapa
7,00
5,00
Alkohol
10,00
Natrium hidroksida
6,20
Gula
15,50
Gliserin
9,00
EDTA
0,25
Air
Hingga 100,00
B.
ASAM LEMAK
panjang, mungkin bersifat jenuh atau tidak jenuh, dengan panjang rantai
berbeda-beda tetapi bukan siklik atau bercabang. Asam-asam lemak dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh.
suhu ruang (Ketaren, 1986). Berdasarkan hal tersebut, asam lemak jenuh
dapat digunakan pada pembuatan sabun batangan.
lurus dengan jumlah atom karbon antara 12 18 (C12 C18), dan diakhiri
dengan gugus karboksil yang reaktif. Bagian ekor hidrokarbon akan memiliki
afinitas terhadap lemak, alifatik hidrokarbon dan senyawa rantai panjang
lainnya, sedangkan bagian lainnya, yaitu gugus hidroksil, akan memiliki daya
tarik terhadap air.
dapat menimbulkan iritasi pada kulit, sementara asam lemak dengan rantai
karbon lebih dari 20 memiliki kelarutan yang sangat rendah (Corredoira dan
Pandolfi, 1996). Beberapa jenis asam lemak yang biasa digunakan dalam
pembuatan sabun disajikan dalam Tabel 2.
Rumus Bangun
Kaprat
(C10H20O2)
Kaprilat
(C8H16O2)
Kaproat
(C6H12O2)
Laurat
(C12H24O2)
Linoleat
(C18H32O2)
Miristat
(C14H28O2)
Oleat
(C18H34O2)
Palmitat
(C16H32O2)
Risinoleat
(C18H34O2)
Stearat
(C18H36O2)
Karakteristik Sabun
Melembabkan kulit
Melembabkan kulit
Sifat Pembusaan
Daya Detergensi
Minyak kelapa
Keras dan rapuh Cepat berbusa
Minyak sawit
Minyak jarak
Cukup
Lunak
Sedikit busa
C. MINYAK NABATI
1. Minyak Kelapa (Coconut Oil)
Kelapa (Cocos mucifera) termasuk dalam famili Palmaceae dan
dapat ditemukan di daerah beriklim tropis (Woodroof, 1979). MacDonald
dan Low (1984) menyebutkan bahwa kelapa membutuhkan curah hujan
sekurang-kurangnya 1.250 mm/tahun dan dapat tumbuh dengan baik pada
lingkungan bersuhu panas dengan ketinggian kurang dari 1.000 m di atas
permukaan laut. Pohon kelapa membutuhkan tanah yang sangat kering,
dapat tumbuh dengan baik pada tanah liat, berpasir dan kurang subur, serta
dapat mentolerir kandungan garam dalam tanah sampai batas tertentu,
tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik di tanah yang berbatu-batu.
Menurut Woodroof (1979), minyak kelapa diperoleh sebagai hasil
ekstraksi kopra atau daging buah kelapa segar. Daging kelapa segar
mengandung 35 50 % minyak dan jika dikeringkan (dijadikan kopra),
kadar minyaknya akan naik menjadi 63 65 % dan Asam-asam lemak
dominan yang menyusun minyak kelapa adalah laurat dan miristat, yang
merupakan asam-asam lemak berbobot molekul rendah sedangkan
menurut Ketaren (1986) Minyak kelapa memiliki sekitar 90 % kandungan
asam lemak jenuh.
Menurut Shrivastava (1982), minyak kelapa memiliki sifat mudah
tersaponifikasi (tersabunkan) dan cenderung mudah menjadi tengik
(rancid). Serta Shrivastava (1982) menyatakan minyak kelapa sebagai
salah satu
kompleks. Asam lemak yang paling dominan dalam minyak kelapa adalah
asam laurat (HC12H23O2). Asam-asam lemak yang lain adalah kaproat
(HC16H11O), kaprilat (HC8H15O2) dan kaprat (HC10H19O2). Semua asam
lemak tersebut dapat larut dalam air dan bersifat mudah menguap jika
didestilasi dengan menggunakan air atau uap panas. Komposisi asam
lemak minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 5.
Jumlah (%)
44 52
Miristat (C14H28O2)
13 19
Palmitat (C16H32O2)
7,5 10,5
Kaprilat (C8H16O2)
5,5 9,5
Kaprat (C10H20O2)
4,5 9,5
Stearat (C18H36O2)
13
Kaproat (C6H12O2)
0 0,8
Arachidat (C20H40O2)
0 0,4
58
1,5 2,5
0 1,3
10
Nilai
0,931 b
Bilangan Iod
7,5 10,5 c
Bilangan penyabunan
250 260 a
20 25 b
D.
1. Asam Stearat
11
3. Dietanolamida (DEA)
Dalam satu sediaan kosmetika, DEA berfungsi sebagai surfaktan
dan
12
bersifat non-polar.
Menurut jenisnya, surfaktan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1. Surfaktan anionik. Gugus hidrofobiknya merupakan pembawa sifat
penurun tegangan permukaan dan dihubungkan dengan ion bermuatan
negatif (Swern, 1995). Surfaktan anionik memiliki kutub bermuatan
negatif yang bersifat hidrofilik karena adanya gugus sulfat atau
sulfonat (Williams
kelompok
surfaktan
memiliki
kinerja
dan
13
berbasis
minyak
kelapa
merupakan
dietanolamida
Bila
4. Gliserin
14
Kegunaan
Beberapa contoh
Efektifitasnya
Glukosa
15
8. Etanol
9. Air
16
molekul air terjalin menjadi satu oleh ikatan yang kuat, yang hanya dapat
dipecahkan oleh perantara yang paling agresif, misalnya energi listrik, atau
zat kimia, seperti logam kalium sehingga air merupakan pelarut yang
bersifat polar dan tidak dapat bercampur dengan fraksi lemak.
17
B. METODOLOGI
1. Pembuatan Sabun Transparan
Pemilihan formula untuk pembuatan sabun transparan dalam
penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Kusumah (2004). Formulasinya disajikan dalam Tabel 7.
%
(w/w)
10
20
24,5
13
15
7,5
3
0,5
6,5
Fungsi
Pembuatan stok sabun
Pelarut, transparent agent, humektan
Pelarut, transparent agent
Transparent agent, humektan
Penstabil busa
Elektrolit
Pelarut
Pemanasan
T = 70 - 80C
Minyak Kelapa
NaOH 30 %
Stok Sabun
Gliserin
Etanol
Pengadukan
NaCl
Sukrosa
DEA
Air
T = 70 - 80C
Pencetakan
Sabun Transparan
19
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Dalam penelitian ini digunakan rancangan acak lengkap dengan faktor
tunggal.
ij
= Jumlah taraf/perlakuan =
1, 2, 3, 4, 5
1, 2
20
Produk yang diteliti adalah sabun transparan yang dibuat melalui reaksi
penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Sebagai sumber asam lemak
digunakan asam stearat dan jenis minyak nabati, yaitu minyak kelapa (coconut
oil). Penampakan sabun transparan yang dibuat dari perlakuan komponen bahan
bukan lemak yaitu gliserin dan sukrosa tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Kela
Saw
Extraderm
Sabun X
Godiv
Sabun
Y
a
PearsZ
Sabun
Analisa yang dilakukan meliputi pengukuran terhadap kadar air dan zat
menguap, kadar asam lemak, kadar fraksi tak tersabunkan, kadar bagian tak larut
dalam alkohol, kadar alkali bebas (dihitung sebagai NaOH), nilai pH, kekerasan
(penetrasi oleh Penetrometer), dan stabilitas busa yang dihasilkan.
28.5
30
Kadar Air dan Zat
Menguap (%)
25
28
28.10
26,46
27,7
27.72
20
27.5
15
27
10
26.5
26.46
5
26
9,70
5,48
0
25.5
Sampel yang memiliki kadar air tertinggi, yaitu 28,10 %, adalah yang
menggunakan gliserin dan sukrosa (10%). Kadar air terendah dimiliki oleh
sampel yang dibuat dari gliserin dan sukrosa (30%), yaitu sebesar 26,46 %.
Kadar air produk pembanding berada pada kisaran 5,48 9,70 %. Sehingga
nilai sampel berada diluar kisaran sabun pembanding. Rekapitulasi data hasil
analisa kadar air dan zat menguap untuk sampel dapat dilihat pada Lampiran
22
5, sementara data hasil analisa untuk kadar air produk pembanding dapat
dilihat pada Lampiran 12.
Shrivastava (1982)
tempatnya disimpan.
Semua sampel yang diteliti memiliki kadar air kurang dari 30 %, tetapi
masih jauh lebih tinggi daripada kadar air produk pembanding. Sampel dalam
penelitian ini tidak mendapat perlakuan pengeringan, namun kemungkinan
besar telah mengalami proses pengeringan secara alami pada saat disimpan
sebelum dianalisa.
RCOONa +
23
5,40
5,00
10
30
80
24
berpengaruh nyata terhadap kadar fraksi tak tersabunkan. Hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa kadar fraksi
komponen tambahan gliserin dan sukrosa (10%) tidak berbeda nyata dengan
komponen tambahan gliserin dan sukrosa (80%), sementara sabun yang dibuat
dari dengan komponen tambahan gliserin dan sukrosa (30%) memiliki nilai
fraksi tak tersabunkan yang saling berbeda nyata. Hasil analisa keragaman dan
uji Duncan untuk kadar fraksi tak tersabunkan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Menurut Wood (1996), yang termasuk fraksi tak tersabunkan
adalah kolesterol, fatty alcohol, sterol, pigmen dan hidrokarbon. Menurut
Swern (1979) dan Wood (1996), adanya bahan yang tidak tersabunkan
dalam sabun dapat menurunkan kemampuan membersihkan (daya detergensi)
pada sabun. Kadar fraksi tak tersabunkan juga menunjukkan adanya
asam lemak dalam bentuk bebas yang tidak bereaksi membentuk sabun
dengan alkali.
25
5,5
5,0
5,40
4,5
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,27
0,0
10
30
80
0,23
Sampel dengan kadar bagian tak larut dalam alkohol tertinggi, yaitu
5,67 %, adalah sabun yang dibuat dari gliserin dan sukrosa (10%), sementara
yang dibuat dari gliserin dan sukrosa (80%), memiliki kadar bagian tak larut
dalam alkohol yang paling rendah, yaitu sebesar 5,40 %. Produk-produk
pembanding memiliki kadar bagian tak larut dalam alkohol sebesar 0,23
0,27 %. Sehingga nilai sampel berada di luar kisaran sabun pembanding.
Rekapitulasi data hasil analisa sampel untuk kadar bagian tak larut dalam
alkohol dapat dilihat pada Lampiran 7, sementara data hasil analisa untuk
produk pembanding dapat dilihat pada Lampiran 12.
26
27
6,0
5,47
5,5
5,0
5,00
4,5
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,70
0,75
0,84
0,5
0,0
10
30
80
Kadar Campuran Gliserin dan Sukrosa (%)
Gambar 7.
berpengaruh nyata terhadap kadar alkali bebas. Hasil uji lanjut Duncan yang
dilakukan menunjukkan bahwa setiap konsentrasi campuran gliserin dan
sukrosa menghasilkan sabun dengan kadar alkali bebas yang saling berbeda
nyata. Hasil analisa keragaman dan uji Duncan untuk kadar alkali bebas dapat
dilihat pada Lampiran 8.
28
Alkali bebas yang ada dalam sabun merupakan alkali (dalam hal ini
NaOH) yang tidak habis bereaksi dengan asam lemak pada saat pembentukan
stok sabun. Adanya alkali dalam bentuk bebas menandakan kurangnya jumlah
asam lemak dalam formula sabun. Villela (1996) menyatakan bahwa
satu molekul asam lemak (RCOOH) akan bereaksi dengan satu molekul
NaOH membentuk satu molekul sabun (RCOONa) dan satu molekul air
(H2O).
RCOONa +
Adanya sejumlah besar alkali bebas dalam sabun adalah hal yang
tidak diinginkan. Penggunaan sabun berkadar alkali bebas tinggi dapat
mengakibatkan iritasi pada kulit.
E. NILAI pH
29
11
10
10,18
9,63
10,61
9,83
9,36
8
7
6
5
4
3
2
1
10
30
80
Lampiran 12.
30
tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap pH sabun. Ini berarti besarnya
pH sabun tidak dipengaruhi oleh konsentrasi campuran gliserin dan sukrosa
yang digunakan sebagai komponen tambahan. Hasil analisa keragaman untuk
nilai pH sampel dapat dilihat pada Lampiran 9.
Menurut Wasitaatmadja (1997) bahwa pH yang sangat tinggi atau
sangat rendah dapat meningkatkan daya absorbansi kulit, sehingga kulit dapat
mengalami iritasi.
F. KEKERASAN
31
0,398
0,004
10
30
80
Gambar 9.
32
G. STABILITAS BUSA
33
90
90,00
80
81,20
70
61,85
60
50
34,23
40
30
20
10
30
80
34
35
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Cavitch, S.M. 2001. Choosing Your Oils, Oil Properties of Fatty Acid.
Http://users.siloverlink.net/~timer/soapdesign.html.
Corredoira, R.A. dan A.R. Pandolfi. 1996. Raw Materials and Their Pretreatment
for soap Production. Di dalam Spitz, L. (ed). 1996. Soaps and
Detergents, A Theoretical and Practical Review. AOCS Press, Illinois.
George, E.D. dan J.A. Serdakowski. 1996. The Formulation of Bar Soaps. Di
dalam Spitz, L. (ed). 1996. Soaps and Detergents, A Theoretical and
Practical Review. AOCS Press, Illinois.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.
Kirk, R.E., D.F. Othmer, J.D. Scott dan A. Standen. 1954. Encyclopedia of
Chemical Technology. 12 : 573-592. Interscience Publishers, New York.
MacDonald, I. dan J. Low. 1984. Fruit and Vegetables. Evans Brothers Limited,
London.
Shrivastava, S.B. 1982. Soap, Detergent and Parfume Industry. Small Industry
Research Institute, New Delhi.
SNI 06-3532. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. Dewan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Sudjana. 1994. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi III. Penerbit Tarsito,
Bandung.
Suryani, A., E. Hambali dan M. Rivai.a 2002. Teknologi Produksi Surfaktan.
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB, Bogor.
Suryani, A., I. Sailah dan E. Hambali.b 2002. Teknologi Emulsi. Jurusan
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Thieme, J.G. 1968. Di dalam Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan.
UI Press, Jakarta.
Villela, C. dan E.A.L. Suranyi. 1996. Continuous Saponification and
Neutralization Process. Di dalam Spitz, L. (ed). 1996. Soaps and
Detergents, A Theoretical and Practical Review. AOCS Press, Illinois.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
Wood, T.E. 1996. Quality Control and Evaluation of Soap and Related
Materials. Di dalam Spitz, L. (ed). 1996. Soaps and Detergents, A
Theoretical and Practical Review. AOCS Press, Illinois.
Woodroof, J.G. 1979. Coconuts : Production, Processing, Products. 2nd Edition.
The AVI Publishing Company, Inc., Connecticut.
Http://www.pharmacy.wilkes.edu
Http://www.svce.ac.in
38
LA M P I R A N
Komposisi (%)
Bahan-bahan
Mitsui (1997)
Williams dan
Schmitt (2002)
Cognis (2003)
Asam stearat
15
Asam laurat
Beef tallow
22
Minyak kelapa
10
20
Minyak jarak
12
Minyak zaitun
4,4
20,3
Propilen glikol
18
SLES
16
SLS
12
Gliserin
DEA
10
11
Lemak
Alkali
NaOH 30 %
Surfaktan/humektan
Transparancy agent
Sukrosa
Pelarut
Alkohol
Air
20
15
23,8
10,2
6,5
0,2
0,2
0,2
0,2
Pengawet
EDTA
BHT
Elektrolit
NaCL
39
Pemanasan
T = 70 - 80C
Minyak Kelapa
Penyabunan
NaOH 30 %
Stok Sabun
Gliserin
Etanol
Pengadukan
T = 70 - 80C
NaCl
Sukrosa
DEA
Air
Pencetakan
Sabun Transparan
40
1. Alat
2. Bahan Baku
3. Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan untuk analisa adalah HCl 10 % (bisa diganti
dengan H2SO4 25 %), HCl 0,5 N, H2SO4 1 N, KOH 0,5 N dalam etanol,
BaCl 20 %, etanol 70 %, indikator phenolphthalein dan metil oranye.
41
x 100 %
(a b) x N x 0,0561
0,258 x Bobot Sampel (g)
x 100 %
42
Lampiran 4 (Lanjutan)
3. Kadar bagian tak larut dalam alkohol (SNI 06-3532-1994)
Residu yang
Kertas saring
kemudian dikeringkan pada suhu 105 C sampai bobotnya konstan dan setelah
itu ditimbang.
Kadar Bagian Tak Larut dalam Alkohol (%) =
x 100 %
x 100 %
5. Nilai pH
43
Lampiran 4 (Lanjutan)
x 100 %
44
Lampiran 5. Hasil analisa kadar air dan zat menguap dalam sampel
Ulangan
1
2
1
2
1
2
Rata-rata
27,72
28,10
26,46
Konsentrasi campuran
Gliserin dan Sukrosa (80%)
Gliserin dan Sukrosa (10%)
Gliserin dan Sukrosa (30%)
45
Ulangan
1
2
1
2
1
2
4,22
5,44
4,45
Rata-rata
5,44
4,45
4,22
Konsentrasi campuran
Gliserin dan Sukrosa (30%)
Gliserin dan Sukrosa (80%)
Gliserin dan Sukrosa (10%)
46
Lampiran 7. Hasil analisa kadar bagian tak larut dalam alkohol untuk sampel
Ulangan
1
2
1
2
1
2
JK
KT
0,0550 0,0138
F Hitung
Sig.
105,850
0,0001
0,0007 0,0001
0,0557
Keterangan
Berpengaruh
Nyata
Rata-rata
5,67
5,41
5,40
Konsentrasi campuran
Gliserin dan Sukrosa (10%)
Gliserin dan Sukrosa (30%)
Gliserin dan Sukrosa (80%)
47
Lampiran 8 Hasil analisa kadar alkali bebas (dihitung sebagai NaOH) sampel
Ulangan
1
2
1
2
1
2
0,70
0,75
0,84
Rata-rata
0,84
0,75
0,70
Konsentrasi campuran
Gliserin dan Sukrosa (80%)
Gliserin dan Sukrosa (30%)
Gliserin dan Sukrosa (10%)
48
Ulangan
Hasil Analisa
1
2
1
2
1
2
9,54
9,72
10,15
9,50
10,18
10,18
pH
Rata-rata Ulangan
9,63
9,83
10,18
49
Ulangan
1
2
1
2
1
2
JK
KT
0,1172 0,0293
F Hitung
Sig.
21,85
0,0023
0,0067 0,0013
0,1239
Keterangan
Berpengaruh
Nyata
Rata-rata
0,332
0,492
0,594
Konsentrasi campuran
Gliserin dan Sukrosa (80%)
Gliserin dan Sukrosa (10%)
Gliserin dan Sukrosa (30%)
50
Ulangan
1
2
1
2
1
2
dK
JK
KT
F Hitung Sig.
3,8591
Keterangan
Berpengaruh
Nyata
Rata-rata
61,85
34,23
0,000
Konsentrasi campuran
Gliserin dan Sukrosa (10%)
Gliserin dan Sukrosa (30%)
Gliserin dan Sukrosa (80%)
51
Merk
9,72
9,68
5,50
5,46
6,60
Sabun X
Sabun Y
Sabun Z
6,58
9,70
5,48
6,59
Sabun X
Sabun Y
Sabun Z
5,00
Rata-rata
5,40
5,21
5,00
0,23
0,27
0,26
52
Lampiran 12 (Lanjutan)
4. Kadar alkali bebas
Merk
Sabun X
Sabun Y
Sabun Z
Rata-rata
5,00
5,21
5,47
5. Nilai pH
Merk
Sabun X
Sabun Y
Sabun Z
pH
Hasil Analisa
9,33
9,39
9,56
9,60
10,62
10,59
Rata-rata
9,36
9,58
10,61
0,004
0,398
0,005
0,004
7. Stabilitas busa
Merk
Sabun X
Sabun Y
Sabun Z
89,90
81,20
90,00
53
54