You are on page 1of 18

Peranan Intelkam POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial

(Studi di Wilayah Hukum Polda Lampung)


Oleh
Daniel Marbun,Nikmah Rosidah,Deni Achmad
Abstrak
Masyarakat merupakan elemen dasar dalam terbentuknya suatu Negara haruslah
saling bersatu. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kolektif dimana manusia
itu bergaul dan berinteraksi. Interaksi antar individu dengan keinginan dan tujuan
yang sama tersebut pada akhirnya melahirkan kebudayaan. Masyarakat adalah
suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sementara
kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi
pegangan bagi masyarakat tersebut. Melalui kebudayaan, manusia menciptakan
tatanan kehidupan yang ideal di muka bumi. Apabila interaksi antar masyarakat
mengalami suatu gesekan ataupun pertentangan, tentunya hal ini dapat
menyebabkan konflik sosial. Konflik sosial dapat disebabkan oleh banyak hal,
yaitu perbedaan pemikiran, perbedaan latar belakang kebudayaan, perbedaan
kepentingan kelompok, perubahan nilai sosial yang cepat dalam masyarakat, dan
kesenjangan sosial yang ada. Intelkam POLRI yang menjadi garda terdepan dalam
menghadapi perubahan dinamika sosial masyarakat yang berkembang harus
sangat jeli dan peka. Hal ini untuk mengantisipasi terjadi Konflik Sosial di dalam
masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peranan Intelkam
POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial dan apa sajakah faktor-faktor
penghambat Intelkam POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial.
Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan
yuridis empiris dan yuridis normatif. Sumber data yang digunakan adalah data
primer yaitu diperoleh dari wawancara dan perundang-undangan, data sekunder
adalah data-data yang diambil dari literatur yang berkaitan dengan pokok
permasalahan, karya-karya ilmiah dan hasil penelitian pakar sesuai dengan obyek
pembahasan penelitian, dan data tersier antara lain berupa bahan-bahan yanng
dapat menunjang bahan hukum primer dan sekunder.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis maka peranan Intelkam
POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial adalah dengan memelihara kondisi
damai dalam masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian konflik secara
damai, meredam potensi konflik, dan membangun sistem peringatan dini. Sistem
penyelesaian masalah di tingkat terendah masyarakat pun dilakukan dengan
Rembuk Pekon atau penyelesaian masalah secara musyawarah untuk mufakat
tanpa harus dilakukannya proses hukum berupa litigasi, hal ini juga mencegah
terjadi konflik sosial yang beralaskan balas dendam apabila salah satu pihak
diproses secara hukum yang berlaku. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
Intelkam POLRI juga mendapat beberapa faktor penghambat yaitu faktor

kurangnya personil, kurang memadainya sarana dan prasarana, serta kurangnya


pendanaan guna menunjang kinerja intelkam.
Kata Kunci : Peranan, Intelkam, POLRI, Konflik Sosial

The Roles of POLRI in Anticipation of Social Conflict


(Studies in Polda Lampung)
Society are the basic elements of a State shall be united with one another. Society
is the unity of human life which interact according to a particular system of
customs that are collective in which was associate and interacting. Interactions
between individuals with the same aim and goals that eventually produce culture.
Society is an organization of people who are related to each other, while culture is
a system of norms and values which organized the base of the society. Through
culture, humans create the ideal order of life on earth. If the interaction between
people having a friction or conflict, of course, this can lead to social conflict.
Social conflict can be caused by many things, namely the difference of thought,
differences in cultural backgrounds, different interests groups, rapid changes in
social values in the society, and the social inequalities that exist. POLRI who
became the frontline in the face of changing social dynamics that develop should
be very observant and sensitive. This is to anticipate happening in the community
Social Conflict.
This study aims to determine how the role of police in anticipation POLRI and
what are the inhibiting factors POLRI in anticipation Social Conflict.
Approach to the problem which is used in this paper is empirical and juridical
normative. Source of data used are primary data obtained from interviews and
legislation, secondary data is data taken from the literature relating to the subject
matter, scholarly works and research experts in accordance with the discussion of
the research object, and the data between the tertiary another form yanng materials
to support primary and secondary legal materials.
Based on the results of research by the author, the role of police in anticipation
Intelkam social conflict is to maintain the peace in the community, develop a
system of peaceful conflict resolution, reduce the potential for conflict, and
establish an early warning system. Problem resolution system at the lowest level
of the community is done with Rembuk Pekon or meeting of agreement without
judicial process in the form of litigation, it also prevents social conflicts that come
with revenge if one of the part be prosecuted in force. In performing its duties and
functions, POLRI also received several factors inhibiting factor is the lack of
personnel, inadequate infrastructure, and lack of funding to support Intelkam
performance.
Key Words : Role, Intelkam, POLRI, Social Conflict

1. PENDAHULUAN
2.

3. Masyarakat yang merupakan


elemen
dasar
dalam
terbentuknya suatu Negara
haruslah
saling
bersatu.
Masyarakat adalah kesatuan
hidup
manusia
yang
berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat kolektif dimana
manusia itu bergaul dan
berinteraksi. Interaksi antar
individu dengan keinginan
dan tujuan yang sama
tersebut
pada
akhirnya
melahirkan
kebudayaan.
Masyarakat adalah suatu
organisasi manusia yang
saling berhubungan satu sama
lain, sementara kebudayaan
adalah suatu sistem norma
dan nilai yang terorganisasi
yang menjadi pegangan bagi
masyarakat tersebut. Melalui
kebudayaan,
manusia
menciptakan
tatanan
kehidupan yang ideal di muka
bumi.1
4.

1 Koentjaraningrat.
Kebudayaan,Mentalitas,danPembangun
an. 1994. PT Gramedia: Jakarta, hlm .
138

5. Apabila
interaksi
antar
masyarakat mengalami suatu
gesekan
ataupun
pertentangan, tentunya hal ini
dapat menyebabkan konflik
sosial. Menurut Pasal 1 Bab 1
Ketentuan Umum Undangundang No. 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik
Sosial, bahwa definisi konflik
sosial adalah perseteruan
dan/atau
benturan
fisik
dengan kekerasan antara dua
kelompok masyarakat atau
lebih yang berlangsung dalam
waktu
tertentu
dan
berdampak
luas
yang
mengakibatkan
ketidakamanan
dan
disintegrasi sosial sehingga
mengganggu
stabilitas
nasional dan menghambat
pembangunan
nasional.
Konflik
sosial
dapat
disebabkan oleh banyak hal,
yaitu perbedaan pendirian,
perbedaan latar belakang
kebudayaan,
perbedaan
kepentingan dan kelompok,
perubahan nilai sosial yang
cepat dalam masyarakat,
kesenjangan sosial ekonomi
yang ada.
6.

7. Indonesia yang merupakan


negara yang terkenal akan
kehomogenan suku bangsa
dan adat budaya. Jawa Pos
National Network (JPPN)
mencatat pada tahun 2012,
Indonesia memiliki 1.128
Suku Bangsa.2 Kehomogenan
ini
membuat
Indonesia
2http://www.jpnn.com/jumlah_suku_di_
Indonesia, dikunjungi tangga l 2
Setember 2012 pukul 23.10 WIB

menjadi negara yang bias


dikatakan unik dikarenakan
keanekaragaman
kultur
budaya yang berbeda dapat
dijadikan
satu
menjadi
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
8.
9. Kekayaan yang dimiliki
Indonesia ini sudah pasti
menimbulkan dampak positif
dan negatif, karena itu
Indonesia
mempunyai
beraneka ragam budaya yang
timbul dari masing-masing
suku bangsa. Suku bangsa
dan adat budaya yang banyak
ini mempunyai sisi lain
tentunya, dengan hal-hal yang
berbeda-beda
ini
dapat
memicu
potensi-potensi
konflik sosial yang ada.
10.
11. Lampung merupakan salah
satu provinsi di Indonesia
yang termasuk dalam daftar
rawan konflik. Salah satu
konflik sosial yang paling
menghebohkan ialah konflik
antar suku yang terjadi di
Desa Balinuraga Kabupaten
Lampung Selatan ataupun
konflik antar desa yang
terjadi di Bekri Lampung
Tengah. Untuk itu, sudah
menjadi tugas dan peran
POLRI selaku salah satu
institusi penegak hukum di
Indonesia dalam meredam
dan mengantisipasi potensipotensi konflik sosial yang
ada. Institusi yang merupakan
bagian dari eksekutif ini
menjadi pamong terdepan
masyarakat
dalam
menegakkan
supremasi
hukum dari segala aspek baik

itu secara langsung ataupun


tak langsung.
12.
13. Terjadinya konflik sosial
dalam masyarakat dapat
menimbulkan kerugian di
salah satu ataupun seluruh
pihak yang terlibat dalam
konflik tersebut, dimana hal
ini dapat berupa kerusakan
materiil dan moril. Sebagai
contoh
jatuhnya
korban
dalam konflik ini baik berupa
luka-luka dan bahkan dapat
terdapat korban jiwa. Ketika
hal ini terjadi, sudah tentu
terdapat juga tindak pidana
yang terjadi seperti yang telah
diatur dalam Kitab UndangUndang
Hukum
Pidana
(KUHP)
Bab V yaitu
Tentang kejahatan terhadap
ketertiban umum dan Bab VII
Tentang
kejahatan
yang
membahayakan
keamanan
umum bagi orang atau
barang.
14.
15. Secara langsung dikatakan
karena
POLRI
yang
berinteraksi langsung dengan
masyarakat dalam mengawal
penegakan hukum yang ada,
dan secara tidak langsung
dikatakan karena POLRI
menjadi penyambung antara
Pemerintah
Pusat
ke
masyarakat
dalam
penyadaran hukum serta
pencerdasan hukum yang
dinamikanya berjalan dengan
cepat.
16.
17. Sebagai
tindak
lanjut
Instruksi
Presiden
dikeluarkannya
Ketetapan
MPR RI No. VII/MPR/2000
tentang peran Kepolisian

Negara Republik Indonesia


(POLRI) yang mempunyai
peran yang tidak lagi menjaga
keamanan eksternal negara
melainkan
menjaga
kestabilan dan keamanan
internal
negara.
Lebih
tepatnya hal ini tertuang pada
Pasal 6 tentang Peran
Kepolisian Negara Republik
Indonesia
ayat
(1)
:
Kepolisian Negara Republik
Indonesia merupakan alat
Negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan
ketertiban
masyarakat,
menegakkan
hukum,
memberikan
pengayoman,
dan
pelayanan
kepada
masyarakat.3 Menurut UU No
2 Tahun 2002 Bab III Pasal
13 tentang Kepolisian Negara
Republik
Indonesia
menjabarkan terdapat tiga
Tugas dan Wewenang Polri,
yaitu
:
Memelihara
Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat
(HarKamTibMas),
Menegakkan
Hukum
(Penegakan
Hukum),
Memberikan Perlindungan,
Pengayoman , dan Pelayanan
kepada
Masyarakat
(Melindungi Mengayomi dan
Melayani Masyarakat).
18.
3 Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia. Ketetapan Majelis
Permusyawaraan Rakyat Republik
Indonesia Nomor I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status
Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Tahun 1960 sampai
dengan 2002. Sekretariat Jendral MPR-RI.
Jakarta. 2010. hlm. 91

19. Ditinjau dari tiga tugas dan


wewenang Polri tersebut
mencerminkan bahwa kinerja
POLRI akan menjadi acuan
dalam
menilai
kinerja
instansi-instansi negara dalam
melaksanakan
good
governance
atau
pemerintahan yang baik.
Menjadi amanah yang berat
dikarenakan
Indonesia
memiliki ribuan suku bangsa
dan adat budaya. Institusi
Pemerintah yang merupakan
garda
terdepan
bagi
masyarakat ini harus bekerja
ekstra
dalam
menjaga
keamanan nasional.
20.
21. Susunan Organisasi dan Tata
Kerja pada tingkat Kepolisian
Daerah terdapat berbagai
satuan yang mempunyai
fungsi masing-masing, yang
dimana
untuk
konteks
antisipasi konflik tentunya
sudah menjadi tugas dan
fungsi pokok Direktorat
Intelkam
Keamanan
(Ditintelkam). Lebih tepatnya
hal ini diatur dalam Pasal 118
Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia
No. 22 Tahun 2010, yaitu :
1. Membina
dan
menyelenggarakan kegiatan
Intelkam
dalam
bidang
keamanan,
termasuk
persandian
dan
produk
Intelkam, pembentukan dan
pembinaan jaringan Intelkam
kepolisian
baik
sebagai
bagian dari kegiatan satuansatuan atas maupun sebagai
bahan masukan penyusunan
rencana kegiatan operasional,
dan peringatan dini (early
warning);

2. Memberikan
pelayanan
administrasi dan pengawasan
senjata api atau bahan
peledak, orang asing, dan
kegiatan sosial atau politik
masyarakat sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan; dan
3. Mengumpulkan
dan
mengolah
data
serta
menyajikan informasi dan
dokumentasi
kegiatan
Ditintelkam.
22.
23. Intelkam Polri yang memiliki
semboyan Indera Waspada
Nagara Raharja ini harus
menjadi
garda
terdepan
dalam menganalisis potensipotensi konflik serta cermat
dalam membaca dinamika
sosial yang berkembang pada
masyarakat terlebih akan
menjadi ekstra ketika menilik
kenyataan bahwa Negara
Indonesia memiliki lebih dari
230 juta penduduk. Strategistrategi
Intelkam
dapat
dilakukan dengan berbagai
cara seperti pengumpulan,
penyimpanan,
dan
pemutakhiran biodata tokoh
formal
atau
informal
organisasi sosial, masyarakat,
politik, dan pemerintah serta
penyusunan
prakiraan
Intelkam
keamanan
dan
menyajikan hasil analisis
setiap perkembangan yang
perlu mendapat perhatian
pimpinan.
24.
25. Intelkam
POLRI
yang
sejatinya
sudah
harus
mengetahui potensi-potensi
Konflik Sosial harus tetap
siaga dalam mengantisipasi
terjadinya konflik. Ketika

terjadinya konflik, peranan


Intelkam dapat dipertanyakan
dalam
konteks
organ
pemerintah yang bertugas
mengamankan Keamanan dan
Ketertiban
Masyarakat.
Melalui PP No 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin
Anggota Kepolisian Republik
Indonesia menyatakan bahwa
POLRI harus memberikan
perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan dengan sebaikbaiknya serta memperhatikan
dan menyelesaikan dengan
sebaik-baiknya laporan atau
pengaduan masyarakat.
26.
27. Pokok permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah peran
Intelkam
POLRI
dalam
mengantisipasi konflik social
dan apakah yang menjadi
faktor-faktor
penghambat
Intelkam
POLRI
dalam
mengantisipasi konflik social.
Metode pendekatan yang
digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan yuridis
normatif dan yuridis empiris,
dan
juga
dilakukan
wawancara
kepada
narasumber
sebagai
penunjang data sekunder.
Sumber data adalah data
primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung
dari penelitian di lapangan
yang
ada
hubungannya
dengan masalah yang diteliti.
Data primer ini akan diambil
dari wawancara yang akan
dilakukan dengan dosen
fakultas hukum unila. Data
sekunder adalah data yang
diperoleh dari penelitian

kepustakaan yang meliputi


buku-buku literatur, peraturan
perundang-undangan,
dokumen-dokumen resmi dan
seterusnya.
Dalam
menentukan
narasumber,
penulis menggunakan metode
purposive sampling, yaitu
metode yang mengambil
sample
melalui
proses
penunjukan
berdasarkan
tujuan yang ingin dipenuhi
melalui responden, maka
yang
dijadikan
sample
sebagai responden adalah 1
orang Kepala Direktorat
Intelkam Polda Lampung, 1
orang Anggota Direktorat
Intelkam Polda Lampung, 3
orang Masyarakat Provinsi
Lampung dan 1 orang dosen
Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
28.
29. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
30.
A. Peranan Intelkam POLRI
dalam mengantisipasi Konflik
Sosial
31.
32. POLRI merupakan institusi
pemerintah yang berada
dibawah pimpinan Eksekutif
mempunyai tugas pokok
penegakan
hukum,
memelihara
keamanan
ketertiban
masyarakat
(Kamtibmas),
serta
memberikan
perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dalam
rangka
terpeliharanya
keamanan dalam negeri.4
4 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

33.
34. lam melaksanakan tugas
pokok tersebut maka dalam
institusi Kepolisian Republik
Indonesia diperlukan fungsifungsi
kepolisian
yang
mempunyai wilayah kerja
masing-masing yang saling
terkait dan terpadu. Fungsi
kepolisian tersebut salah
satunya
adalah
intelijen
keamanan atau yang biasa
disebut
intelkam
yang
berguna sebagai Mata dan
Telinga institusi POLRI.
35.
36. Intelijen
keamanan
merupakan bagian integral
dari fungsi organik POLRI
yang
menyelenggarakan
kegiatan dan operasi intelijen
baik berupa penyelidikan,
pengamanan
maupun
penggalangan dalam bidang
keamanan bagi kepentingan
pelaksanaan
tugas
operasional dan manajemen
POLRI
dalam
rangka
mewujudkan
keamanan
dalam negeri.
37.
38. Upaya antisipasi Konflik
Sosial
dapat
dilakukan
dengan berbagai cara, dalam
Pasal 6 Undang-Undang No.
7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial
dijelaskan bahwa pencegahan
konflik terdiri dari :
i. Memelihara kondisi damai
dalam masyarakat
ii. Mengembangkan
sistem
penyelesaian konflik secara
damai
iii. Meredam potensi konflik
iv. Membangun
sistem
peringatan dini
39.

40. Memelihara kondisi damai


dalam masyarakat merupakat
pekerjaan
yang
harus
dilakukan
secara
terus
menerus
tanpa
ada
perkecualian. Kata damai
mempunyai arti adalah situasi
tenang, ketiadaan gangguan
atau godaan.5 Hal ini dapat
diasumsikan kondisi damai
dalam
masyarakat
ialah
situasi tenang atau tidak
adanya gangguan dari pihak
manapun baik itu dari dalam
maupun
luar
tatanan
masyarakat
yang
dapat
menyebabkan
terjadinya
konflik ataupun tindakan
yang mengganggu kedamaian
tersebut.
41.
42. Menjaga
kondisi
damai
tidaklah hal yang mudah,
tidak mungkin situasi damai
akan tercipta apabila seluruh
komponen
tidak
saling
bekerja sama dalam menjaga
kedamaian tersebut. POLRI
sebagai
salah
institusi
pemerintah yang bertugas
menjaga keamanan pun tidak
dapat melakukannya secara
sendirian karena hal ini
merupakan sesuatu yang
kompleks dan melibatkan
segala pihak.
43.
44. Mengembangkan
sistem
penyelesaian konflik secara
damai merupakan salah satu
cara dalam mengantisipasi
konflik
sosial.
Dalam
mengantisipasi
ancaman
5 Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. hlm 319

terhadap integrasi bangsa dan


Kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI),
dibutuhkan
peran
serta
seluruh
komponen
masyarakat
untuk
dapat
menjaga ketentraman yang
sudah
tercipta.
Apabila,
konflik
sosial
terjadi,
dibutuhkan
cara-cara
penyelesaian yang efektif
agar konflik sosial tersebut
tidak terulang kembali.
45. Dalam hal ini, penyelesaian
secara litigasi atau jalur
pengadilan dinilai tidaklah
efektif, hal ini dikarenakan
konflik sosial melibatkan
masyarakat banyak dan hal
ini
akan
menyebabkan
konflik yang semakin rumit.
Untuk
itu,
cara-cara
penyelesaian secara nonlitigasi dinilai cara yang
efektif
dalam
konteks
menyelesaikan
persoalan
konflik yang bertujuan agar
tidak terulang kembali.
46.
47. Berdasarkan penelitian para
pakar, pada dasarnya budaya
untuk
konsiliasi
atau
musyawarah merupakan nilai
masyarakat yang meluas di
Indonesia. Berbagai suku
bangsa
di
Indonesia
mempunyai
penyelesaian
konflik
secara
damai,
misalnya masyarakat Jawa,
Bali,
Sulawesi
Selatan,
Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Lampung, Lombok,
Irian Jaya, dan masyarakat
Toraja.6
6 T.O. Ihromi, Antropology dan Hukum,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,1984, hlm.
17.

48.
49. Konflik sosial yang terjadi
sekarang lebih ke arah akibat
dari
egoisme
sosial
masyarakat yang semakin
tinggi dan rasa toleransi yang
berkurang. Dalam konteks
tersebut, konflik yang terjadi
sering
dikaitkan
dengan
membawa-bawa
SARA
(Suku, Ras, dan Agama) ke
dalam
konflik
yang
sebenarnnya konflik tersebut
tak ada hubungannya dengan
SARA.
50.
51. Bentuk terbaru penyelesaian
konflik secara damai di
Lampung ialah dengan cara
mengadakan Rembuk Pekon.
Rembuk pekon ialah wadah
penyelesaian konflik dengan
cara
mengumpulkan
masyarakat
dan
unsur
pemerintah
pada
lini
terdepam
di
tingkat
pekon/desa
untuk
menyelesaikan masalah yang
ada guna dicarikan solusi
dengan cara musyawarah dan
mufakat.
52.
53. Rembuk Pekon diharapkan
mampu membina kepekaan
dan kemampuan masyarakat
dalam mendeteksi secara dini
setiap potensi persoalan yang
mungkin
muncul
untuk
kemudian melakukan upaya
penanggulangan
dan
penyelesaian
secara
menyeluruh. Hal ini secara
tidak langsung mengharuskan
aparat pekon agar selalu peka
terhadap berbagai peristiwa
yang dapat mengarah kepada
perpecahan
yang
terjadi
diluar pekon/desa agar jangan

10

terjadi di daerah setempat,


factor keamanan merupakan
tanggung jawab bersama
bukan hanya tanggung jawab
aparat kepolisian.
54.
55. Unsur-unsur yang terlibat
dalam forum rembuk pekon
antara lain terdiri dari kepala
pekon/desa atau lurah, ketua
adat, tokoh pemuda dan
agama, badan pembinaan
desa dari unsure TNI, serta
badan pembinaan keamanan
dan ketertiban masyarakat
dari unsure POLRI. Cara
antisipasi konflik sosial ini
dikaitkan dengan situasi
Provinsi Lampung yang
masih kental dengan adat
budaya terkhusus di daerahdaerah pedesaan, hal ini pula
agar mencegah maraknya
konflik sosial yang terjadi di
Lampung seperti yang terjadi
di Lampung Selatan, Mesuji,
Lampung Timur, Lampung
Tengah dan lain-lain.
56.
57. Teori Multikulturalisme harus
digunakan untuk memperkuat
integrasi bangsa yang dimana
dalam
teori
ini
memungkinkan
kelompokkelompok etnik dan budaya
hidup berdampingan secara
damai dalam prinsip koeksistensi dan pro-eksistensi,
yakni menghormati budaya
lain
sekaligus
memiliki
kesadaran untuk ambil bagian
memecahkan
masalah
kelompok lain. Hal tersebut
sekaligus merupakan upaya
yang jitu untuk menghindari
konflik. Dengan demikian,
konflik
sosial
dapat

diminimalisir
ditiadakan.

atau

bahkan

58.
59. Menurut Soerjono Soekanto,
peotensi-potensi
konflik
disebabkan oleh 4 (empat)
hal, yaitu perbedaan antar
individu,
perbedaan
kebudayaan,
perbedaan
kepentingan, dan perubahan
sosial.
Perbedaan
antar
individu
merupakan
perbedaan yang menyangkut
perasaan, pendirian, atau ide
yang berkaitan dengan harga
diri,
kebanggaan,
dan
7
identitas seseorang.
60.
61. Perbedaan
kebudayaan
merupakan
kepribadian
seseorang dibentuk oleh
keluarga dan masyarakat.
Perbedaan
kepentingan
merupakan perbedaan tujuan
atau kepentingan dari setiap
kelompok maupun individual
yang dapat menimbulkan
konflik di antara mereka.
Perubahan sosial yang terlalu
cepat pada suatu masyarakat
dapat
mengganggu
keseimbangan sistem nilai
dan norma yang berlaku,
akibatnya
konflik
dapat
terjadi
karena
adanya
ketidaksesuaian
antara
harapan individu dengan
masyarakat,
62.
63. Meredam potensi konflik
sosial dapat dilakukan dengan
cara
mempererat
rasa
toleransi
antar
sesama
diantara berbagai macam
7 Soerjono Soekamto. Sosiologi Suatu
Pengantar. 2009. Rajawali Press.
Jakarta. hlm. 212

11

perbedaan
yang
ada.
Masyarakat
sekarang
cenderung
lebih
mudah
terprovokasi ke dalam sebuah
konflik. Hal ini banyak
dikarenakan
faktor
individualistis yang semakin
tinggi sehingga perubahan
sosial berkembang dengan
sangat cepat.
64.
65. Di dalam struktur Intelkam
POLRI
terdapat
sistem
deteksi Intelpampol (Intelijen
dan Pengamanan POLRI).
Sistem ini sebagai bagian dari
Sistem
Operasional
Intelpampol dalam rangka
mewujudkan
kempampuan
Intelpampol
sebagaimana
yang
ditetapkan.
Pada
hakekatnya sistem deteksi ini
bertitik tolak dari dasar-dasar
pelaksanaan
tugas
Intelpampol.
66.
67. Dasar-dasar
pelaksanaan
tugas Intelpampol bermula
dari
pengertian
bahwa
intelijen
adalah
untuk
pimpinan
dalam
kualifikasinya
sebagai
Kepala/Komandan, sebagai
unsur pemerintah, sebagai
pimpinan
masyarakat,
sebagai bapak dari keluarga
besar POLRI. Sistem Deteksi
Intelpampol dapat dilihat dari
subyek
penyelenggara,
metode yang dipakai, serta
obyek sasarannya.
68.
a. Subyek
69. Deteksi
Intelpampol
diselenggarakan
melalui
jaringan Intelpampol di atas
permukaan
(jaringan
Intelpampol
structural

formal) mulai dari tingkat


Polsek (Kepolisian Sektor)
sampai dengan tingkat Mabes
POLRI dengan menetapkan
Polsek sebagai Basis Deteksi
Intelpampol,
Polres
(Kepolisian Resort) sebagai
Basis Operasional dan Polwil
(Kepolisian Wilayah) ke atas
memberikan Back
Up
Operasional.
b. Metode
70. Metode yang dipergunakan
dalam
penyelenggaraan
deteksi Intempampol dengan
mempergunakan Pola HTCK
(Hubungan Tata Cara Kerja)
yang berlaku sesuai dengan
Petunjuk
Pelaksana
Hubungan Tata Cara Kerja
meliputi Vertikal, Horizontal,
Diagonal dan Lintas Sektoral,
serta Hubungan Tata Cara
Kerja dalam kaitan Intelijen
Komuniti dimana dalam
pengumpulan
bahan
keterangan dilakukan melalui
jalur
structural
formal,
opsional, dan jalur jaringan
bawah permukaan.
c. Obyek
71. Obyek dalam konteks ini
ialah sebagai sasaran deteksi
bertitik tolak kepada tiga
dimensi Kamtibmas yang
meliputi dimensi Rangking
bobot ancaman, Rangking
derajat
kemungkinan
terjadinya, dan Rangking
kerawanan daerah.
72.
73. Sistem deteksi dini yang
berjalan
di
tingkat
kewilayahan
akan
menghasilkan
informasi
Intelijen
yang
diperoleh
melalui
suatu
proses
pengolahan
dari
bahan

12

keterangan yang didapat.


Bahan keterangan merupakan
bahan dasar yang masih
mentah.
Bahan
mentah
terbagi menjadi dua jenis,
yaitu bahan mentah yang
memenuhi syarat dan ada
yang tidak memenuhi syarat
untuk dijadikan intelijen.
74.
75. Setiap
informasi
yang
diberikan anggota Intelkam
POLRI
yang
bertujuan
memberikan masukan kepada
pimpinan untuk melakukan
deteksi dini tidak sematamata
diberikan
secara
mentah,
tetapi
melalui
tahapan-tahapan pengolahan
dengan analisa yang tinggi.
Proses analisis intelkam
meliputi:
1. Pengumpulan Bahan atau
Data
2. Pembuatan Hipotesa
3. Pengumpulan Data Tambahan
4. Analisis
5. Konklusi
76.
77.
B. Faktor-faktor
penghambat
Intelkam
POLRI
dalam
mengantisipasi Konflik Sosial
78.
79. Menciptakan,
memelihara,
dan
mempertahankan
kedamaian, pokok penegakan
hukum sebenarnya terletak
pada
faktor-faktor
yang
mungkin mempengaruhinya.
Faktor-faktor
tersebut
mempunyai arti yang netral,
sehingga dampak positif atau
negatifnya terletak pada isi
faktor-faktor tersebut
80. Faktor-faktor tersebut adalah,
sebagai berikut:

81.
1. Faktor hukumnya
sendiri, dalam hal ini
dibatasi pada undangundang saja.
82.
2. Faktor penegak
hukum, yakni pihak-pihak
yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
83.
3. Faktor
sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan
hukum.
84.
4. Faktor masyarakat,
yakni lingkungan dimana
hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.
85.
5. Faktor kebudayaan,
yakni sebagai hasil karya,
cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa
manusia di dalam
pergaulan hidup. 8
86.

87. Kelima faktor tersebut saling


berkaitan dengan eratnya,
oleh karenanya merupakan
esensi dari penegakan hukum,
juga merupakan tolak ukur
dari efektivitas penegakan
hukum. Dengan demikian,
maka kelima faktor tersebut
akan dibahas lebih lanjut
dengan
mengetengahkan
contoh-contoh yang diambil
dari kehidupan masyarakat
Indonesia.
88.
89. Fator-faktor
penghambat
Intelkam
POLRI
dalam
mengantsipasi Konflik sosial
antara
lain
kurangnya
personil,
kurangnya
pendanaan, dan kurangnya
sarana dan prasarana guna
menunjang kinerja satuan
8 Soekanto, Soerjono. Faktor-faktor Penegakan
Hukum.Jakarta 1983. hlm 8

13

Direktorat
Intelijen
dan
Keamanan Polda Lampung.
Personil merupakan anggota
dari suatuJumlah personil
Intelkam yang ideal untuk
ukuran Polda ialah sebanyak
133 (seratus tiga puluh tiga)
personil, sedangkan Polda
Lampung hanya memiliki 68
(enam
puluh
delapan)
personil yang terdiri dari 61
(enam puluh satu) dari unsur
kepolisian serta 7 (tujuh) dari
PNS yang diperbantukan.
90.
91. Wilayah Provinsi Lampung
yang cukup luas tentunya
memerlukan satuan yang
ideal dalam bentuk kuantitas
guna menjaga keamanan dan
ketertiban
masyarakat.
Jumlah personil Intelijen dan
Keamanan Polda Lampung
yang hanya sebesar 50% dari
jumlah ideal sudah tentu
menjadikan kurang efektifnya
kinerja
Intelkam
dalam
mengantisipasi Konflik Sosial
di
wilayah
Provinsi
Lampung.
92.
93. Selain kurangnya personil,
terdapat kendala klasik yang
menjadi salah satu faktor
penghambat Intelkam POLRI
dalam mengantisipasi konflik
sosial. Masalah pendanaan
dapat menjadi salah satu
faktor penghambat kinerja
POLRI terkhusus Intelkam
yang merupakan bagian dari
Institusi POLRI di bagian
lapangan
atau
yang
bersentuhan langsung dengan
masyarakat.
94.
95. Intelkam yang harfiahnya
merupakan orang lapangan

atau
pelaksana
teknis
tentunya memerlukan dana
yang
lebih
banyak
dibandingkan satuan POLRI
yang berada di bagian kantor.
Faktor dana yang dikeluarkan
pusat
dalam menunjang
kinerja aparat masih minim,
hal inilah yang menjadi salah
satu
faktor
penghambat
Intelkam
POLRI
dalam
bertugas.
96.
97. Faktor lain yang dapat
menghambat kinerja Intelkam
POLRI
ialah
kurang
memadainya sarana dan
prasarana.
Dalam
mengantisipasi konflik sosial
yang dapat dikategorikan
sebagai permasalahan yang
berjalan dengan sangat cepat,
tentunya memerlukan sarana
dan prasarana yang cukup
memadai
agar
dapat
menunjang kinerja aparat
dalam mengantisipasi tidak
terjadinya permasalahan atau
konflik sosial tersebut.
98.
99. Sarana dan prasarana yang
dimiliki Polda Lampung saat
ini dirasa kurang memadai
dan sudah cukup berumur
sehingga diperlukan adanya
peremajaan
agar
dapat
menunjang kinerja Intelkam
POLRI dalam mengantisipasi
konflik sosial di wilayah
Provinsi Lampung. Seperti
contoh perlu ditambah lagi
angkutan roda empat sebagai
sarana transportasi aparat
dalam bekerja sehari-hari
maupun ketika terjadinya
permasalahan keamanan dan
ketertiban
di
Provinsi
Lampung.

14

100.
101.
102.
103. 3. KESIMPULAN
104.
105.
Berdasarkan
uraian
yang telah dipaparkan pada
hasil
penelitian
dan
pembahasan, maka pada
bagian
penutup
ini
dikemukakan
beberapa
kesimpulan sebagai hasil dari
pembahasan tentang peranan
Intelkam
POLRI
dalam
mengantisipasi
Konflik
Sosial.
106.
1. Peranan yang dilakukan
oleh pihak Intelijen dan
Keamanan POLRI dalam
mengantisipasi
Konflik
Sosial adalah berdasarkan
Pasal 6 Undang-Undang No.
7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial
yaitu meliputi memelihara
kondisi
damai
dalam
masyarakat,
mengembangkan
sistem
penyelesaian konflik secara
damai, meredam potensi
konflik, dan membangun
sistem peringatan dini.
107.
108. Dalam mengantisipasi
konflik sosial terkhusus di
wilayah Provinsi Lampung,
POLRI telah melakukan
inovasi berupa Rembuk
Pekon yang merupakan cara
penyelesaian masalah dari
tingkatan
terendah
masyarakat
secara
musyawarah untuk mufakat
tanpa harus adanya proses
hukum secara litigasi.
109.

110. Proses
pendekatan
secara
emosional
jauh
terbukti
lebih
efektif
dibandingkan dengan cara
represif
guna
menjaga
keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Hal
ini
dikarenakan
sifat
masyarakat Sumatera yang
dikenal
keras
dan
mempunyai
harga
diri
tinggi,
dan
tindakan
pendekatan emosional dapt
mencegah timbulnya konflik
sosial yang lebih besar
apabila dilakukan tindakan
penanggulangan
secara
represif.
111.
112. Ketika
terjadinya
konflik sosial terkhusus di
wilayah Provinsi Lampung,
bukanlah
dikarenakan
adanya tindakan indisipliner
dan kealpaan dari Intelkam
POLRI, melainkan karena
perkembangan
konflik
berjalan dengan sangat
cepat dan masyarakat yang
terlibat cukup banyak serta
tidak
lagi
memikirkan
dampak sosial dan dampak
hukum yang akan dihadapi.
113.
2. Faktor-faktor yang menjadi
penghambat
Intelkam
POLRI
dalam
mengantisipasi
Konflik
Sosial yaitu:
a. Faktor Personil
114.
Faktor prsonil
yang hanya mencapai
50% dari komposisi
ideal di tingkatan Polda
sudah
tentu
mengganggu
kinerja
Intelkam
dalam
melaksanakan tugas dan

15

fungsinya
dalam
menjaga
dan
memelihara keamanan
ketertiban
serta
mengantisipasi
terjadinya konflik sosial
dalam masyarakat.
b. Faktor Sarana dan
Prasarana
115.
Kurangnya
sarana dan prasarana
yang dimiliki Intelkam
Polda
Lampung
merupakan salah satu
faktor
penghambat.
Luasnya
wilayah
hukum
Provinsi
Lampung
serta
cepatnya dinamika yang
berkembang
di
masyarakat
mengharuskan Intelkam
POLRI memiliki sarana
dan
prasarana
yag
sudah
tentu
harus
mumpuni.
Hal
ini
dikarenakan
agar
informasi yang didapat
cepat dilaporkan dan
dengan cepat juga dapat
dilakukan
tindakan
menjawab
dinamika
yang berkembang.
c. Faktor Pendanaan
116.
Faktor
Pendanaan
sering
dianggap sebagai alasan
yang
klasik
dari
anggota POLRI ketika
kinerja yang dilakukan
tidaklah
maksimal,
akan tetapi faktor ini
secara tidak langsung
juga
mempengaruhi
tingkat kinerja Intelkam
dalam kerja sehari-hari
yang
mengharuskan
aparat
berinteraksi

langsung
masyarakat.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.

kepada

125.
DAFTAR PUSTAKA
126.
127. Ihromi,
T.O.
1984.
Antropology dan Hukum.
Jakarta:
Yayasan
Obor
Indonesia
128.

129.
130.

Koentjaraningrat.
1994.
Kebudayaan,Mentalitas,danP
embangunan. PT Gramedia:
Jakarta
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia.
2010. Ketetapan Majelis
Permusyawaraan
Rakyat
Republik Indonesia Nomor
I/MPR/2003
tentang
Peninjauan Terhadap Materi
dan Status Hukum Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
Sementara
dan
Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
Republik Indonesia Tahun
1960 sampai dengan 2002.
Sekretariat Jendral MPR-RI,
Jakarta

131.

Soekanto, Soerjono. 1983.


Faktor-Faktor
Penegakan
Hukum. PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta

132.

----------2009.
Sosiologi
Suatu Pengantar. Rajawali
Press. Jakarta

16

133.

Tim Penyusun Kamus Pusat


Pembinaan
dan
Pengembangan Bahasa. 1990.
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

134.
135.

Kepolisian

Republik

Indonesia
136.
http://www.jpnn.com/j
umlah-suku-di-Indonesia,
dikunjungi
tanggal
2
September 2012

Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

17

137.

You might also like