Professional Documents
Culture Documents
1. PENDAHULUAN
2.
1 Koentjaraningrat.
Kebudayaan,Mentalitas,danPembangun
an. 1994. PT Gramedia: Jakarta, hlm .
138
5. Apabila
interaksi
antar
masyarakat mengalami suatu
gesekan
ataupun
pertentangan, tentunya hal ini
dapat menyebabkan konflik
sosial. Menurut Pasal 1 Bab 1
Ketentuan Umum Undangundang No. 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik
Sosial, bahwa definisi konflik
sosial adalah perseteruan
dan/atau
benturan
fisik
dengan kekerasan antara dua
kelompok masyarakat atau
lebih yang berlangsung dalam
waktu
tertentu
dan
berdampak
luas
yang
mengakibatkan
ketidakamanan
dan
disintegrasi sosial sehingga
mengganggu
stabilitas
nasional dan menghambat
pembangunan
nasional.
Konflik
sosial
dapat
disebabkan oleh banyak hal,
yaitu perbedaan pendirian,
perbedaan latar belakang
kebudayaan,
perbedaan
kepentingan dan kelompok,
perubahan nilai sosial yang
cepat dalam masyarakat,
kesenjangan sosial ekonomi
yang ada.
6.
2. Memberikan
pelayanan
administrasi dan pengawasan
senjata api atau bahan
peledak, orang asing, dan
kegiatan sosial atau politik
masyarakat sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan; dan
3. Mengumpulkan
dan
mengolah
data
serta
menyajikan informasi dan
dokumentasi
kegiatan
Ditintelkam.
22.
23. Intelkam Polri yang memiliki
semboyan Indera Waspada
Nagara Raharja ini harus
menjadi
garda
terdepan
dalam menganalisis potensipotensi konflik serta cermat
dalam membaca dinamika
sosial yang berkembang pada
masyarakat terlebih akan
menjadi ekstra ketika menilik
kenyataan bahwa Negara
Indonesia memiliki lebih dari
230 juta penduduk. Strategistrategi
Intelkam
dapat
dilakukan dengan berbagai
cara seperti pengumpulan,
penyimpanan,
dan
pemutakhiran biodata tokoh
formal
atau
informal
organisasi sosial, masyarakat,
politik, dan pemerintah serta
penyusunan
prakiraan
Intelkam
keamanan
dan
menyajikan hasil analisis
setiap perkembangan yang
perlu mendapat perhatian
pimpinan.
24.
25. Intelkam
POLRI
yang
sejatinya
sudah
harus
mengetahui potensi-potensi
Konflik Sosial harus tetap
siaga dalam mengantisipasi
terjadinya konflik. Ketika
33.
34. lam melaksanakan tugas
pokok tersebut maka dalam
institusi Kepolisian Republik
Indonesia diperlukan fungsifungsi
kepolisian
yang
mempunyai wilayah kerja
masing-masing yang saling
terkait dan terpadu. Fungsi
kepolisian tersebut salah
satunya
adalah
intelijen
keamanan atau yang biasa
disebut
intelkam
yang
berguna sebagai Mata dan
Telinga institusi POLRI.
35.
36. Intelijen
keamanan
merupakan bagian integral
dari fungsi organik POLRI
yang
menyelenggarakan
kegiatan dan operasi intelijen
baik berupa penyelidikan,
pengamanan
maupun
penggalangan dalam bidang
keamanan bagi kepentingan
pelaksanaan
tugas
operasional dan manajemen
POLRI
dalam
rangka
mewujudkan
keamanan
dalam negeri.
37.
38. Upaya antisipasi Konflik
Sosial
dapat
dilakukan
dengan berbagai cara, dalam
Pasal 6 Undang-Undang No.
7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial
dijelaskan bahwa pencegahan
konflik terdiri dari :
i. Memelihara kondisi damai
dalam masyarakat
ii. Mengembangkan
sistem
penyelesaian konflik secara
damai
iii. Meredam potensi konflik
iv. Membangun
sistem
peringatan dini
39.
48.
49. Konflik sosial yang terjadi
sekarang lebih ke arah akibat
dari
egoisme
sosial
masyarakat yang semakin
tinggi dan rasa toleransi yang
berkurang. Dalam konteks
tersebut, konflik yang terjadi
sering
dikaitkan
dengan
membawa-bawa
SARA
(Suku, Ras, dan Agama) ke
dalam
konflik
yang
sebenarnnya konflik tersebut
tak ada hubungannya dengan
SARA.
50.
51. Bentuk terbaru penyelesaian
konflik secara damai di
Lampung ialah dengan cara
mengadakan Rembuk Pekon.
Rembuk pekon ialah wadah
penyelesaian konflik dengan
cara
mengumpulkan
masyarakat
dan
unsur
pemerintah
pada
lini
terdepam
di
tingkat
pekon/desa
untuk
menyelesaikan masalah yang
ada guna dicarikan solusi
dengan cara musyawarah dan
mufakat.
52.
53. Rembuk Pekon diharapkan
mampu membina kepekaan
dan kemampuan masyarakat
dalam mendeteksi secara dini
setiap potensi persoalan yang
mungkin
muncul
untuk
kemudian melakukan upaya
penanggulangan
dan
penyelesaian
secara
menyeluruh. Hal ini secara
tidak langsung mengharuskan
aparat pekon agar selalu peka
terhadap berbagai peristiwa
yang dapat mengarah kepada
perpecahan
yang
terjadi
diluar pekon/desa agar jangan
10
diminimalisir
ditiadakan.
atau
bahkan
58.
59. Menurut Soerjono Soekanto,
peotensi-potensi
konflik
disebabkan oleh 4 (empat)
hal, yaitu perbedaan antar
individu,
perbedaan
kebudayaan,
perbedaan
kepentingan, dan perubahan
sosial.
Perbedaan
antar
individu
merupakan
perbedaan yang menyangkut
perasaan, pendirian, atau ide
yang berkaitan dengan harga
diri,
kebanggaan,
dan
7
identitas seseorang.
60.
61. Perbedaan
kebudayaan
merupakan
kepribadian
seseorang dibentuk oleh
keluarga dan masyarakat.
Perbedaan
kepentingan
merupakan perbedaan tujuan
atau kepentingan dari setiap
kelompok maupun individual
yang dapat menimbulkan
konflik di antara mereka.
Perubahan sosial yang terlalu
cepat pada suatu masyarakat
dapat
mengganggu
keseimbangan sistem nilai
dan norma yang berlaku,
akibatnya
konflik
dapat
terjadi
karena
adanya
ketidaksesuaian
antara
harapan individu dengan
masyarakat,
62.
63. Meredam potensi konflik
sosial dapat dilakukan dengan
cara
mempererat
rasa
toleransi
antar
sesama
diantara berbagai macam
7 Soerjono Soekamto. Sosiologi Suatu
Pengantar. 2009. Rajawali Press.
Jakarta. hlm. 212
11
perbedaan
yang
ada.
Masyarakat
sekarang
cenderung
lebih
mudah
terprovokasi ke dalam sebuah
konflik. Hal ini banyak
dikarenakan
faktor
individualistis yang semakin
tinggi sehingga perubahan
sosial berkembang dengan
sangat cepat.
64.
65. Di dalam struktur Intelkam
POLRI
terdapat
sistem
deteksi Intelpampol (Intelijen
dan Pengamanan POLRI).
Sistem ini sebagai bagian dari
Sistem
Operasional
Intelpampol dalam rangka
mewujudkan
kempampuan
Intelpampol
sebagaimana
yang
ditetapkan.
Pada
hakekatnya sistem deteksi ini
bertitik tolak dari dasar-dasar
pelaksanaan
tugas
Intelpampol.
66.
67. Dasar-dasar
pelaksanaan
tugas Intelpampol bermula
dari
pengertian
bahwa
intelijen
adalah
untuk
pimpinan
dalam
kualifikasinya
sebagai
Kepala/Komandan, sebagai
unsur pemerintah, sebagai
pimpinan
masyarakat,
sebagai bapak dari keluarga
besar POLRI. Sistem Deteksi
Intelpampol dapat dilihat dari
subyek
penyelenggara,
metode yang dipakai, serta
obyek sasarannya.
68.
a. Subyek
69. Deteksi
Intelpampol
diselenggarakan
melalui
jaringan Intelpampol di atas
permukaan
(jaringan
Intelpampol
structural
12
81.
1. Faktor hukumnya
sendiri, dalam hal ini
dibatasi pada undangundang saja.
82.
2. Faktor penegak
hukum, yakni pihak-pihak
yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
83.
3. Faktor
sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan
hukum.
84.
4. Faktor masyarakat,
yakni lingkungan dimana
hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.
85.
5. Faktor kebudayaan,
yakni sebagai hasil karya,
cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa
manusia di dalam
pergaulan hidup. 8
86.
13
Direktorat
Intelijen
dan
Keamanan Polda Lampung.
Personil merupakan anggota
dari suatuJumlah personil
Intelkam yang ideal untuk
ukuran Polda ialah sebanyak
133 (seratus tiga puluh tiga)
personil, sedangkan Polda
Lampung hanya memiliki 68
(enam
puluh
delapan)
personil yang terdiri dari 61
(enam puluh satu) dari unsur
kepolisian serta 7 (tujuh) dari
PNS yang diperbantukan.
90.
91. Wilayah Provinsi Lampung
yang cukup luas tentunya
memerlukan satuan yang
ideal dalam bentuk kuantitas
guna menjaga keamanan dan
ketertiban
masyarakat.
Jumlah personil Intelijen dan
Keamanan Polda Lampung
yang hanya sebesar 50% dari
jumlah ideal sudah tentu
menjadikan kurang efektifnya
kinerja
Intelkam
dalam
mengantisipasi Konflik Sosial
di
wilayah
Provinsi
Lampung.
92.
93. Selain kurangnya personil,
terdapat kendala klasik yang
menjadi salah satu faktor
penghambat Intelkam POLRI
dalam mengantisipasi konflik
sosial. Masalah pendanaan
dapat menjadi salah satu
faktor penghambat kinerja
POLRI terkhusus Intelkam
yang merupakan bagian dari
Institusi POLRI di bagian
lapangan
atau
yang
bersentuhan langsung dengan
masyarakat.
94.
95. Intelkam yang harfiahnya
merupakan orang lapangan
atau
pelaksana
teknis
tentunya memerlukan dana
yang
lebih
banyak
dibandingkan satuan POLRI
yang berada di bagian kantor.
Faktor dana yang dikeluarkan
pusat
dalam menunjang
kinerja aparat masih minim,
hal inilah yang menjadi salah
satu
faktor
penghambat
Intelkam
POLRI
dalam
bertugas.
96.
97. Faktor lain yang dapat
menghambat kinerja Intelkam
POLRI
ialah
kurang
memadainya sarana dan
prasarana.
Dalam
mengantisipasi konflik sosial
yang dapat dikategorikan
sebagai permasalahan yang
berjalan dengan sangat cepat,
tentunya memerlukan sarana
dan prasarana yang cukup
memadai
agar
dapat
menunjang kinerja aparat
dalam mengantisipasi tidak
terjadinya permasalahan atau
konflik sosial tersebut.
98.
99. Sarana dan prasarana yang
dimiliki Polda Lampung saat
ini dirasa kurang memadai
dan sudah cukup berumur
sehingga diperlukan adanya
peremajaan
agar
dapat
menunjang kinerja Intelkam
POLRI dalam mengantisipasi
konflik sosial di wilayah
Provinsi Lampung. Seperti
contoh perlu ditambah lagi
angkutan roda empat sebagai
sarana transportasi aparat
dalam bekerja sehari-hari
maupun ketika terjadinya
permasalahan keamanan dan
ketertiban
di
Provinsi
Lampung.
14
100.
101.
102.
103. 3. KESIMPULAN
104.
105.
Berdasarkan
uraian
yang telah dipaparkan pada
hasil
penelitian
dan
pembahasan, maka pada
bagian
penutup
ini
dikemukakan
beberapa
kesimpulan sebagai hasil dari
pembahasan tentang peranan
Intelkam
POLRI
dalam
mengantisipasi
Konflik
Sosial.
106.
1. Peranan yang dilakukan
oleh pihak Intelijen dan
Keamanan POLRI dalam
mengantisipasi
Konflik
Sosial adalah berdasarkan
Pasal 6 Undang-Undang No.
7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial
yaitu meliputi memelihara
kondisi
damai
dalam
masyarakat,
mengembangkan
sistem
penyelesaian konflik secara
damai, meredam potensi
konflik, dan membangun
sistem peringatan dini.
107.
108. Dalam mengantisipasi
konflik sosial terkhusus di
wilayah Provinsi Lampung,
POLRI telah melakukan
inovasi berupa Rembuk
Pekon yang merupakan cara
penyelesaian masalah dari
tingkatan
terendah
masyarakat
secara
musyawarah untuk mufakat
tanpa harus adanya proses
hukum secara litigasi.
109.
110. Proses
pendekatan
secara
emosional
jauh
terbukti
lebih
efektif
dibandingkan dengan cara
represif
guna
menjaga
keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Hal
ini
dikarenakan
sifat
masyarakat Sumatera yang
dikenal
keras
dan
mempunyai
harga
diri
tinggi,
dan
tindakan
pendekatan emosional dapt
mencegah timbulnya konflik
sosial yang lebih besar
apabila dilakukan tindakan
penanggulangan
secara
represif.
111.
112. Ketika
terjadinya
konflik sosial terkhusus di
wilayah Provinsi Lampung,
bukanlah
dikarenakan
adanya tindakan indisipliner
dan kealpaan dari Intelkam
POLRI, melainkan karena
perkembangan
konflik
berjalan dengan sangat
cepat dan masyarakat yang
terlibat cukup banyak serta
tidak
lagi
memikirkan
dampak sosial dan dampak
hukum yang akan dihadapi.
113.
2. Faktor-faktor yang menjadi
penghambat
Intelkam
POLRI
dalam
mengantisipasi
Konflik
Sosial yaitu:
a. Faktor Personil
114.
Faktor prsonil
yang hanya mencapai
50% dari komposisi
ideal di tingkatan Polda
sudah
tentu
mengganggu
kinerja
Intelkam
dalam
melaksanakan tugas dan
15
fungsinya
dalam
menjaga
dan
memelihara keamanan
ketertiban
serta
mengantisipasi
terjadinya konflik sosial
dalam masyarakat.
b. Faktor Sarana dan
Prasarana
115.
Kurangnya
sarana dan prasarana
yang dimiliki Intelkam
Polda
Lampung
merupakan salah satu
faktor
penghambat.
Luasnya
wilayah
hukum
Provinsi
Lampung
serta
cepatnya dinamika yang
berkembang
di
masyarakat
mengharuskan Intelkam
POLRI memiliki sarana
dan
prasarana
yag
sudah
tentu
harus
mumpuni.
Hal
ini
dikarenakan
agar
informasi yang didapat
cepat dilaporkan dan
dengan cepat juga dapat
dilakukan
tindakan
menjawab
dinamika
yang berkembang.
c. Faktor Pendanaan
116.
Faktor
Pendanaan
sering
dianggap sebagai alasan
yang
klasik
dari
anggota POLRI ketika
kinerja yang dilakukan
tidaklah
maksimal,
akan tetapi faktor ini
secara tidak langsung
juga
mempengaruhi
tingkat kinerja Intelkam
dalam kerja sehari-hari
yang
mengharuskan
aparat
berinteraksi
langsung
masyarakat.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
kepada
125.
DAFTAR PUSTAKA
126.
127. Ihromi,
T.O.
1984.
Antropology dan Hukum.
Jakarta:
Yayasan
Obor
Indonesia
128.
129.
130.
Koentjaraningrat.
1994.
Kebudayaan,Mentalitas,danP
embangunan. PT Gramedia:
Jakarta
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia.
2010. Ketetapan Majelis
Permusyawaraan
Rakyat
Republik Indonesia Nomor
I/MPR/2003
tentang
Peninjauan Terhadap Materi
dan Status Hukum Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
Sementara
dan
Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
Republik Indonesia Tahun
1960 sampai dengan 2002.
Sekretariat Jendral MPR-RI,
Jakarta
131.
132.
----------2009.
Sosiologi
Suatu Pengantar. Rajawali
Press. Jakarta
16
133.
134.
135.
Kepolisian
Republik
Indonesia
136.
http://www.jpnn.com/j
umlah-suku-di-Indonesia,
dikunjungi
tanggal
2
September 2012
Undang-Undang
17
137.