Professional Documents
Culture Documents
Selalu ada pergelutan antara al- haq dengan al-batil. Dan Allah telah
mengirimkan sekelompok orang yang mempergunakan waktunya untuk
melindungi dan membela Dien ini (iaitu Al Quran dan As Sunnah). Di lain
pihak, ada orang-orang yang mengaku dan merasa bahawa mereka adalah
orang-orang yang mengadakan perbaikan. Padahal Allah telah berfirman
tentang mereka,
Pada abad ke 20, yang merupakan akhir dari kerajaan 'Ustmani, banyak
bermunculan kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi yang mengatas
namakan Islam, yang menyatakan bahawa masuk ke dalam dunia politik
atau mengambil cara-cara politik adalah merupakan jalan atau cara terbaik
guna menjaga martabat Islam dan umat Islam. Namun mereka tidak
menganggap bahawa masalah utama dari turunnya martabat Islam adalah
kelemahan umat Islam. Kelompok-kelompok ini mendasari pemikiran-
pemikirannya dengan berdasarkan pada tekanan-tekanan dan emosional,
bukan dengan ilmu (agama), dan mereka tidak berusaha untuk mencari ilmu
itu. Tingkah laku mereka semrawut, sehingga dengannya tercipta kekacauan.
Usaha dakwah kepada Tauhid, dakwah kepada Al Quran dan As Sunnah
tidaklah diambil dalam manhaj mereka, kecuali bila situasi politik
memperbaiki keadaan umat.
Padahal berjuta-juta orang menunggu pada dakwah al haq ini. Tapi mereka
hanyalah memprioritikannya dakwah mereka untuk kembali pada khilafah.
Sampai-sampai mereka menggantungkan semua hal dan tidak ada yang
boleh dilakukan sampai khilafah kembali. Sehingga ketika mereka
menyikapi orang-orang kuffar, mereka berkata "biarkan mereka masuk
neraka", kenapa mereka berkata demikian? "Karena orang-orang kuffar itu
telah merebut tanah-tanah kaum Muslimin", menurut mereka.
Hal lain yang harus kita perhatikan adalah mencari sebab-sebab keruntuhan
umat. Karena keruntuhan umat itu tidaklah terjadi kecuali disebabkan oleh
hal-hal tertentu yang menjadikan kenapa hal ini terjadi.
Tapi orang-orang ini berkata "Tidak ada yang salah padam, ini semua adalah
tanggung jawab orang-orang kuffar sehingga semua ini terjadi, karena
mereka menolak hukum Allah". Padahal jika kita, umat Islam, pun tidak
mematuhi hukum Allah, maka Allah pun mempunyai hukum untuk
menghukum kita.
Ini adalah salah satu yang harus kita bongkar terlebih dahulu dari kelompok
ini, bukan hanya membahaskan permasalahan-permasalahan mereka dalam
mengingkari hadits ahad dan ahzab kubur atau dakwahnya kepada
penegakan khilafah saja. Mereka mempunyai hal yang lebih sesat dari itu
semua, seperti pemakaian ilmu kalam dalam membahaskan setiap
permasalahan agama. Padahal A'imah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seperti
Imam Asy Syafi'i dan Imam Abu Hanifah telah membantah ilmu kalam itu.
Maka kita katakan pada mereka, siapa yang paling sempurna satu sama lain
yang berhak untuk melakukan ijtihad? Rasulullah sallallahu 'alaihi wa salam
atau Taqiyuddin? Dia (Taqiyuddin) adalah majhul atau tidak dikenal, dia
bukanlah siapa-siapa. Lalu bagaimana hal itu boleh dikatakan?
Apakah kalian berfikir bahawa perbuatan kalian ini tidak akan diketahui?
Allah memelihara agama-Nya dan barang siapa yang melakukan kedustaan
dan kesesatan maka akan disingkapkan kedustaan dan kesesatannya itu dan
dia akan dihukum. Pencuri, bagaimana mungkin seseorang menawarkan
bidaah kepada umat dan menyatakan bahawa bidaah itu adalah sunnah,
apakah dia tidak sedar dan takut akan dihukum? Allah lah yang akan
menghukumnya.
Maka permasalahan inilah yang harus kita bahas terlebih dahulu, janganlah
kita berbicara tentang syubhat-syubhat mereka tentang khilafah, hadits ahad,
atau 'adzab kubur, tapi mari kita bahas tentang at takwil yang mereka
lakukan.
Mereka berkata bahawa khilafah itu harus segera didirikan minima dalam 13
tahun atau 25 tahun. Jika tidak mampu dalam waktu tersebut maka akan
gagal. Padahal telah ada contoh pasti yang dilakukan oleh Ahlus Sunnah
Wal Jama'ah dan hal ini dapat diketahui dari tingkah laku mereka dalam
melaksanakan sunnah. Ahlus Sunnah tidaklah berkata (mengenai dakwah
kepada Tauhid, dakwah kepada Al Quran dan As Sunnah), "Ini bukanlah
saatnya untuk melakukan dakwah kepada hal tersebut sekarang". Janganlah
kita lupa tentang dakwah kepada Tauhid, sebab dengan hal inilah (tauhid)
kita diciptakan, kita diciptakan untuk mentauhidkan Allah.
Kamu tidak akan melihat adanya jejak-jejak Sunnah pada mereka, walaupun
kau bertanya pada mereka "kenapa kami tidak melihat sunnah atas kalian?".
Kebanyakan dari mereka mencukur habis janggutnya. Mereka berkata "Hal
terpenting sekarang adalah usaha untuk menegakkan kembali khilafah,
sedangkan memanjang janggut adalah perkara qusyur (kulit) yang dapat kita
buang". Mereka menganggap bahawa amalan-amalan Sunnah itu seperti
kulit yang dapat kita buang. Lalu Sunnah apakah yang akan mereka
dakwahkan pada kaum Muslimin?
Mereka menjelaskan tentang nash (Al Quran dan Al hadits) dan mereka pun
membuat syubhat atas hal tersebut. Mereka mengatakan, "ini nash yang
Qath’i", "ini maknanya Qath’i" dan lain-lain. Walhasil, mereka membuat
bingung umat ini dengan penjelasan semacam itu. Mereka berbicara dengan
banyak teori, teori politik.
Salah seorang dari mereka berkata "setiap nash yang ada dalam Al Quran
dan Al Hadits, maka tidaklah para ulama itu kecuali saling berkhilaf dalam
memahaminya". Apakah kalian pernah mendengar perkataannya ini? Ya,
pada setiap nash. Dan aku (Syeikh Abdurrahman) mendengar sendiri
perkataan ini dikatakan oleh pemimpin-pemimpin mereka, dan Umar Bakri
adalah merupakan salah satunya. Kemudian, aku telah mendengar rakaman
dialog mereka dengan Syeikh Al Albani (rahimahullah) berjudul
Munaqasyah Afraqul Mu'tazilah. Salah seorang dari mereka mengatakan
pada Syeikh perkataan di atas.
Lalu apakah yang dikatakan oleh Syeikh Al Albani pada mereka? Syeikh
berkata "apakah firman Allah itu mengandung keragu-raguan?", maka ketika
mereka mendengar ucapan syeikh, serta merta mereka pun merubah topik
pembicaraan.
Mereka mengadakan perjanjian dan bekerja sama dengan siapa saja, yang
sebenarnya ada di antaranya tidak boleh untuk bekerja sama dengannya,
seperti Syiah dan lain-lain.
Dan qadarullah, hizbi ini datang ke Inggeris (dan ke negara lainnya di dunia)
dan menyebarkan banyak fitnah ketika mereka mengenalkan Islam pada
penduduk di sini. Mereka menyebarkan fitnah-fitnah itu di universiti-
universiti, dan lain-lain.
Seolah-olah Allah lah yang berfirman seperti yang dikatakan oleh mereka
itu. Padahal, Li ya'budun (untuk beribadah pada-Ku), dengan kalimat inilah
kami ingin mendakwahi (kepada tauhid) orang-orang kafir sebelum
terlambat.
Jika ada orang kafir datang kepada mereka, untuk meminta penjelasan
tentang Islam.
Bagi mereka maka lebih baik meninggalkan orang kafir tersebut. Padahal
bila datang orang-orang kafir kepada Rasulullah sallallahu 'alaihi wa salam,
maka beliau sallallahu 'alaihi wa salam akan mengambil tangannya dan
mendakwahinya sampai dia menjadi Muslim walaupun satu orang saja.
Sebab hal ini akan menyelamatkan dia dari api neraka dan memasukkannya
ke dalam syurga.
Dalam surat khabar ini, kami menemukan sebuah artikel berjudul "Hizbut
Tahrir wal 'Imam' Khomeini". Dalam artikel itu mereka berkata
"Kami pergi ke Iran dan mengusulkan agar Khomeini menjadi khalifah umat
ini".
Jadi dengan umat manakah yang mereka inginkan agar kita, kaum Muslimin,
bekerja sama dan bila tidak bekerja sama maka dihukumkan musyrik?
Mereka mengakui dan berkata "kami telah pergi menemui Khomeini dan
menyerukan padanya agar menjadi khalifah dan Khomeini pun mengatakan
bahawa dia akan memberikan jawapannya pada kita, apakah dia bersedia
atau tidak"
Lalu mereka berkata lagi "kami telah menunggu untuk jawapannya itu,
tetapi kami tidak mendapatkannya (dia tidak memberikan jawaban)".
Tapi hal itu bukanlah sesuatu yang hal yang dipermasalahkan bai Hizbut
Tahrir. Hizbut Tahrir dalam kegiatan dakwahnya tidaklah menyinggung
permasalahan-permasalahan yang dapat membuat "jatuhnya" umat, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Padahal sebenarnya apa yang mereka lakukan itu adalah melawan hukum
Allah. Allah berfirman,
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai kaum
itu merubahnya (Ar Ra'd 11).
Mereka ingin merubah keadaan tapi tidak ingin umat ini berubah.
Mereka tidak akan mengatakan kepada umat apa yang menyebabkan umat
ini menjadi jatuh dan lemah.
Mereka tidak akan berkata "Kami atau kita umat Islam jatuh karena
ketidakpatuhan pada Allah", "Kamu sudah tidak tunduk lagi pada Allah",
"Kamu tidak lagi menggambarkan nama yang kamu sandang dibahu mu",
"Kamulah yang menyebabkan jatuhnya umat ini", "Ini semua karena dosa-
dosa mu" dan perkataan lainnya.
Mereka tidak mengatakan hal itu, tapi mereka akan mengatakan pada umat
bahawa jatuhnya umat ini karena konspirasi musuh. Mereka tidak
memfokuskan dakwah mereka untuk memperbaiki apa-apa yang telah
dilanggar oleh umat, padahal inilah yang selalu menjadi musuh yang
sebenarnya.
Dan kami pernah bertanya pada mereka, "Allah telah menjanjikan kepada
kita, umat Islam, kejayaan dan kemenangan. Lalu kenapa setelah Dia
memberikan hal itu kemudian menghancurkan kita?
Mereka tidak akan menjawabnya.
Mereka ingin agar kita meloncati tahapan awal dalam dakwah, iaitu tarbiah
dan memulainya dengan khilafah sebagai tahapan yang paling awal. Tapi
mereka tidak akan berhasil, mereka akan gagal. Sebab tahapan awal dalam
berdakwah yang dilakukan oleh para sahabat adalah tarbiah, sebab
membawa nama Islam di pundak kita memerlukan kesabaran dan lain-lain.
Tapi hal yang dekat untuk dilakukan oleh mereka hanyalah untuk
menegakkan khilafah dan tidak berbicara tentang selainnya, seperti
membicarakan dosa dan lain-lain.
Padahal Allah berfirman,
"Jika kalian bersabar dan bertakwa, maka yang demikian itu sungguh
merupakan hal yang patut diutamakan" (Ali Imran 186)
Jika kamu bersabar dan takut pada Allah, maka makar musuh tidaklah akan
membuat mu merugi!!!
Maka apakah kita akan merugi, apa yang akan terjadi pada janji Allah
kemudian bila kita bersabar dan bertakwa pada Allah?
Ini adalah janji Allah, maka apa yang akan terjadi kemudian? Dan Allah
berfirman,
Ada dua syarat di sini, iaitu sabar dan takut serta tidak menyekutukan Allah,
jika kita berpegang pada dua hal ini maka kita tidak akan merugi.
"Ya Allah, jauhkanlah aku dari setiap bala' yang timbul akibat dosa-dosa".
Dan tidaklah hal ini dapat dicapai kecuali dengan At Taubat. Apa yang
dikatakan oleh Ibnu 'Abbas menunjukkan adanya hukum Allah, tapi
"hukum" Hizbut Tahrir tidaklah menunjukkan adanya hukum Allah.
Tapi jika Amerika itu adalah syaitan terbesar, seperti kata mu, lalu kenapa
kalian mengatakan bahawa kita dibolehkan untuk meminta bantuan pada
syaitan-syaitan itu?
Kenapa kalian katakan bahawa meminta bantuan kepada kuffar itu adalah
salah satu dari prinsip "kita"?
Maka pada tahun 1978, mereka meminta kepada Qaddafi agar membantunya
dalam menegakkan khilafah.
Tidak seperti yang ada di orang-orang ini. Sebahagian dari mereka ada yang
menunjukkan pahanya (memperlihatkan auratnya) dan yang lainnya ada
yang tidak solat. Mereka berkata "Ini bukanlah masalah, selama dia berkata
La Ilaha Ilallah", mereka berkata "Baik, kita katakan pada mereka, kau
bersama kami, walaupun kau tidak salat". Dan kami mengetahui beberapa
dari anggota Hizbut Tahrir di Jordan dan negara lainnya, mereka tidak solat.
Tapi mereka katakan bahawa hal itu tidak apa-apa selama orang-orang itu
berteriak untuk menegakkan khilafah. Maka tidak apa-apa kami (Hizbut
Tahrir) bekerja sama dengan mereka. Dan mereka menyatakan bahawa diri-
diri mereka adalah yang paling mengetahui tentang permasalahan politik.
Salah satu bukti dari pekerjaan dan pengetahuan mereka dalam masalah
politik adalah mereka berteriak kepada Saddam Husain (seorang komunis,
yang telah membunuh ribuan Muslim dan melakukan kekejaman pada
Muslim), mereka berkata tentangnya "Subhanallah, dia berjuang melawan
syaitan terbesar, iaitu Amerika, maka kami bersamanya" dan kesesatan-
kesesatan lainnya.
Hizbut Tahrir mengatakan bahawa aqidah Islam yang ada pada Hizbut
Tahrir adalah bersandarkan pada akal dan siyasi (Al Iman halaman 68 dan
Hizbut Tahrir halaman 6).
Maka akal orang-orang ini adalah dasar dari agama. Mereka berkata "kami
mengetahui Allah berdasarkan akal kami". Tapi bertentangan dengan
pernyataan ini, adalah pernyataannya Umar Bakri, bahawa salah satu sebab
perpecahan di kalangan Muslimin adalah ketika sebahagian kaum Muslimin
menggunakan akal dalam membahaskan permasalahan aqidah (Tafsir surat
Al Ma'idah 5/29).
Dan dikatakan oleh mereka bahawa dakwah pada akhlaqul karimah tidaklah
akan membuat masyarakat menjadi benar dan tidak akan membuat tegaknya
khilafah, tapi masyarakat itu akan tegak kerana adanya koreksi pada doktrin
aqidah dan tidaklah dengan menyerukan pada akhlaqul karimah (Manhaj
Hizbut Tahrir fit Taghyir halaman 26-27).
Maka kita katakan "Masyarakat itu akan tegak dengan keduanya (aqidah dan
akhlaqul karimah), dan Islam menyerukan pada keduanya".
Taqiyuddin mengingkari adanya ikatan emosi pada jiwa manusia, tidak ada
ikatan batin. Dia katakan tidak ada ikatan emosi pada jiwa manusia dalam
ajaran Islam.
Lalu dia katakan dalam An Nizham halaman 10 dan 12, bahawa berjabat
tangan dengan wanita yang bukan mahram itu tidak akan merosak akhlak.
Dia mengatakan bahawa bila wanita itu berhijab maka hal itu adalah
keruntuhan dan perosakan akhlak, tapi dia berkata bahawa berjabat tangan
dengan wanita bukan mahram itu tidak merosak akhlak.
Kegiatan mereka bukan pada hal tarbiah, bukan pula pada memberikan
targhib dan tarhib, namun semuanya hanyalah yang berikatan dengan politik
(Manhaj Hizbut Tahrir Fit Taghyir halaman 28 dan 31, juga dalam Hizbut
Tahrir halaman 25).
Apakah kalian pernah mendengar apa yang mereka katakan itu? Itu yang
mereka nyatakan.
Ini adalah dalil yang mereka pakai, padahal seperti yang mereka katakan,
bahawa kegiatan mereka seluruhnya hanya berkaitan dengan politik!!.
Maka kegiatan politik ini telah dijadikan sebagai aqidah bagi mereka, dan
karena hal inilah mereka melakukan tawar menawar dengan mubtadi' (dan
juga musyrikin) seperti Syiah, mereka mengatakan bahawa bekerja sama
dengan Syiah adalah tidak apa-apa. Dan mereka melakukan hal tersebut
dengan kuffar Yahudi.
“bahawa tidak ada perbezaan antara mazhab Syafi'i dan Hanafi, dan mereka
telah salah karena mendalilkan hal ini untuk menjelaskan yang berikutnya,
begitu pula Ja'fari dan Zaidi.”
"dan inilah yang terjadi antara kalangan Sunni dengan Syi'i, yang
sebenarnya ada orang-orang yang berada di belakang perpecahan ini (yang
mempunyai maksud tertentu) dan kami harus memerangi orang-orang itu,
sebab tidak ada perbezaan antara keduanya, dan siapa saja yang melakukan
perbezaan itu maka akan kami lawan".
Ketika Syiah mencaci maki para sahabat dan mengatakan bahawa para
sahabat telah merubah Al Quran, mencaci maki isteri Rasulullah sallallahu
'alaihi wa salam, ummul mukminin, tapi bagi Hizbut Tahrir ini adalah
masalah kecil!!
Kenapa boleh seperti itu?
Karena berdasarkan pada hal yang paling penting bagi mereka, iaitu
permasalahan khilafah.
Mencaci maki para sahabat, mencaci maki para isteri Rasul, menuduh para
sahabat telah merubah Al Quran adalah hal kecil dibandingkan dengan
permasalahan yang "paling besar",
Apakah itu?
Masalah khilafah.
Oleh karena itu, mereka (Hizbut Tahrir) dapat ditemukan di Qum, tempat di
mana Khomeini hidup. Mereka mengira bahawa di sana dapat ditegakkan
khilafah.
Tapi lihat apa yang mereka katakan "Sesungguhnya amar makruf nahi
Munkar tidak bisa dijalankan kecuali sebelumnya telah ditegakkan khilafah
dan hukum-hukum Islam" (Manhaj Hizbut Tahrir Fit Taghyir halaman 21).
Lalu andai amar makruf nahi Munkar itu tidak boleh dijadikan sebagai suatu
cara, kenapa kalian masih menukilkan ayat itu?.
Dan Umar Bakri pun mengatakan hal yang sama pada Tafsirnya Surat Al
Ma'idah 2/233.
Rasulullah berkata bahawa jika ada dua khalifah yang dibai'at, maka salah
satunya harus dibunuh. Tapi mereka katakan bahawa hadits ini ahad.
Maka di sini ada pertanyaan penting yang harus ditujukan pada mereka.
Mereka sering mendengung-dengungkan ayat,
"Dan hendaklah ada di antara kamu, segolongan umat yang menyeru pada
kebajikan, menyeru yang makruf dan mencegah dari yang Munkar. Mereka
lah orang-orang yang beruntung" (Ali Imran 104)
Lalu bagaimana boleh ayat ditafsirkan dan hendaklah ada segolongan dari
Hizbut Tahrir?
Sekarang kita katakan, apakah umat ini ada sebelum lahirnya Taqiyuddin An
Nabhani?
Tentu saja, umat ini sudah ada sejak zaman Rasulullah sallallahu 'alaihi wa
salam.
Mereka seharusnya tidak boleh melakukan hal ini. Jika kalian ingin
agar umat ini bersatu, maka hal yang pertama yang harus kalian
lakukan adalah pergi dan kutuklah hizb kalian (dan
membubarkannya), lalu setelah itu barulah kalian berdakwah untuk
bersatu.
Jika mereka (Hizbut Tahrir) tidak mempunyai sunnah, maka sunnah apakah
yang akan mereka berikan pada umat.
Menurut mereka, semua bagian dari dunia ini adalah Darul kufur.
Mereka katakan bahawa tidak ada lagi wilayah Islam saat ini,
sebab semuanya adalah tempat kufur.
Aku akan memberikan pengalaman peribadi ku, salah seorang dari mereka
berkata pada ku, "semua orang selain yang tinggal di Merkah dan Madinah
adalah bukan Muslim dan wilayah tempat tinggal mereka pun bukanlah
Darul Islam (Ad Daulah Islamiyyah halaman 55, Mitsaqul Ummah halaman
14 dan 44, Manhaj Hizbut Tahrir halaman 10-11).
Dari semua sumber rujukan tersebut dikatakan bahawa semua tempat adalah
Darul kufur dan semua masyarakatnya adalah kufur.
"Tidak Ada",
lalu saudara kita berkata:
Dia berkata
Ada beberapa fatwa yang mereka berikan (Jawab wa sual, 24 rabi'ul awal
1390 dan juga 8 Muharam 1390).
Dan mereka katakan bahawa "Tidak, dia ('Aisyah) telah salah". Aku telah
mendengarnya langsung dari Umar Bakri dan aku mempunyai rakamannya.
Dia katakan bahawa 'Aisyah telah salah, dia salah dalam menyatakan hal
ini".
Tapi riwayat Ummu 'Athiyah ini adalah mursal, yang bererti daif. Hal ini
telah dijelaskan oleh An Nawawi (Syarh Shahih Muslim, 1/30) dan juga
Ibnu Hajar Al Asqalani (FatHul Bari 8/636). Beliau (Ibnu Hajar)
mengatakan bahawa apa yang dikatakan oleh 'Aisyah adalah merupakan
hujah (bantahan) terhadap apa-apa yang diriwayatkan oleh Ummu 'Athiyah
mengenai Rasulullah memanjangkan tangannya untuk berjabat tangan
dengan para wanita.
"Aku tidak pernah berjabat tangan dengan wanita". Hadits ini diriwayatkan
oleh Ibnu Hibban (1597), An Nasa'i (7/149), Ibnu Majah (2874).
Apa yang akan aku katakan pada seorang wanita adalah sama dengan yang
akan aku katakan pada ratusan wanita tentang bai'at ini.
Bahawa Rasulullah tidak membai'at wanita kecuali dengan ucapan (bukan
berjabat tangan) (HR. Muttafaq 'alaih),
"Andai kata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi,
maka itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tak halal
baginya" (HR. Al Baihaqi, disahihkan oleh Syeikh Al Albani dalam Ash
Shahihah no.226).
Maka aku katakan pada mereka, dengan menukilkan ucapan yang sering
mereka dengung-dengungkan pada penguasa,
"Berhukumlah dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah!". Dan kami
katakan pada mereka "(salah satu) Hukum Allah adalah tidak berjabat
tangan dengan wanita bukan mahram, jika kalian tidak berhukum dengan
hukum Allah, maka kalian tidak akan bisa menegakkan hukum Allah".
Dan ini bererti bahawa kita harus bersikap tunduk, patuh dan taat pada
hukum Allah, dan jika kita tidak mendasarkan diri pada hukum Allah, maka
apa yang akan terjadi nantinya, bagaimana kita bisa mendakwahi orang lain,
bagaimana kita bisa mencapai keunggulan dan kepemimpinan. Imam An
Nawawi berkata "jika hal itu terlihat, maka haram untuk menyentuhnya"
(Syarhul Minhaj 6/195)
Kaset pertama berhenti di sini.
Dengan cara yang mereka tempuh ini, justeru menghantarkan umat ini
kepada kehancuran dan perpecahan, sebagaimana
ق بِ ُك ْم َع ْن َسبِ ْيلِ ِه َذلِ ُك ْم َ اطي ُم ْستَقِ ْي ًما فَاتَّبِع ُْوهُ َوالَ تَتَّبِعُوا ال ُّسبُ َل فَتَفَ َّر ِ َوأَ َّن هَ َذا
ِ ص َر
َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْو َن
“Dan bahawa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutlah dia, dan janganlah kalian mengikuti As-Subul (jalan-jalan yang lain),
karena jalan-jalan itu menyebabkan kalian tercerai berai dari jalan-Nya.
Yang demikian itu diperintahkan Allah Ta’ala pada mu agar kalian
bertakwa.” (Al-An’am: 153)
Di antara cara-cara sesat yang mereka tempuh antara lain:
Sebahagian kelompok lagi beralasan bahawa melalui politik ini akan boleh
direalisasikan amar makruf nahi Munkar kepada penguasa, iaitu dengan
menekan dan memaksa mereka menerapkan hukum syariat Islam dan
meninggalkan segala hukum selain hukum Islam.
ُ فَإ ِ ْن قَبِ َل ِم ْنه، َولَ ِك ْن يَأْ ُخ ُذ بِيَ ِد ِه فَيَ ْخلُو بِ ِه،ًص َح لِ ِذي س ُْلطَا ِن فَالَ يُ ْب ِد ِه َعالَنِيَة
َ َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يَ ْن
َوإِالَّ قَ ْد أَ َّدى الَّ ِذي َعلَ ْي ِه،ك َ فَ َذا
2. Jenis cara batil yang kedua adalah melalui tindakan atau gerakan
kudeta/revolusi terhadap penguasa yang sah, dengan alasan mereka telah
kafir karena tidak menerapkan hukum/syariat Islam dalam praktik
kenegaraannya. Kelompok pergerakan ini cenderung menamakan tindakan
ganas dan kudeta yang mereka lakukan dengan nama jihad, yang pada
hakikatnya justeru tindakan tersebut membuat kabur dan tercemarnya nama
harum jihad itu sendiri. Mereka melakukan pengeboman di tempat-tempat
umum sehingga tak pelak lagi warga awam menjadi korban. Bahkan tak
jarang di tengah-tengah mereka didapati sebahagian umat Islam yang tidak
bersalah dan tidak mengerti apa-apa.
Buku-buku dan karya-karya mereka telah tersebar luas di negeri ini, yang
cukup punya saham besar dalam menggiring (membawa) para pemuda
khususnya untuk berpemikiran radikal serta memilih cara-cara kekerasan
untuk mengatasi masalah umat ini dan menggapai angan yang mereka
canangkan.
Kemudian
Benar kah bahawa tujuan utama dakwah para nabi adalah penegakan Daulah
Islamiyyah?
2. Puncak tujuan agama yang paling hakiki adalah penegakan struktur Al-
Imamah (ke pemerintahan) yang Shahihah dan rasyidah.
َ َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُكلِّ أُ َّم ٍة َرس ُْوالً أَ ِن ا ْعبُ ُدوا هللاَ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغ ْو
ت
“Dan sesungguhnya telah Kami utus pada tiap-tiap umat seorang rasul
(dengan tugas menyeru) beribadahlah kalian kepada Allah (saja) dan
jauhilah oleh kalian taghut.” (An-Nahl: 36)
ك ِم ْن َرس ُْو ٍل إِالَّ نُ ْو ِحي إِلَ ْي ِه أَنَّهُ الَ إِلَهَ إِالَّ أَنَا فَا ْعبُ ُد ْو ِن
َ َِو َما أَرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبل
َ ك لَئِ ْن أَ ْش َر ْك
َ ُت لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل
ك َولَتَ ُك ْونَ َّن ِم َن َ َولَقَ ْد أُ ْو َحي إِلَي
َ ِْك َوإِلَى الَّ ِذي َْن ِم ْن قَ ْبل
ْال َخا ِس ِري َْن
“Sungguh telah kami wahyukan kepada mu dan kepada (para nabi) yang
sebelum mu (bahawa) jika engkau berbuat syirik nescaya akan batal seluruh
amalan dan nescaya engkau akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-
Zumar: 65)
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
أَالَّ تَ ْعبُ ُدوا إِالَّ هللاَ إِنَّنِي.ت ِم ْن لَ ُد ْن َح ِكي ٍْم َخبِي ٍْر ْ ِكتَابٌ أُحْ ِك َم،الر
ْ َت آيَاتُهُ ثُ َّم فُصِّ ل
لَ ُك ْم ِم ْنهُ نَ ِذ ْي ٌر َوبَ ِش ْي ٌر
“Aliif Laam Raa. (Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang
Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. Agar kalian tidak beribadah kecuali
kepada Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan
dan pembawa khabar gembira kepada mu daripada-Nya.”
(Hud: 1-2)
Demikian tulisan ini kami sajikan sebagai bentuk nasihat bagi seluruh kaum
Muslimin. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita
semua.
3. Tiga tokoh terakhir ini yang banyak berpengaruh dan sangat dikagumi
oleh seorang teroris muda berasal dari Indonesia, bernama Imam Samudra.
(Dikutip dari majalah Asy Syariah, Vol. II/No. 17/1426 H/2005, judul asli
"Cara-Cara Batil Menegakkan Daulah Islamiyyah,
karya Al-Ustaz Abu Abdillah Luqman Ba’abduh, url
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=289)
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=980
Membongkar Kesesatan Hizbut Tahrir
Pemberontakan
Sabtu, 27 Ogos 2005 - 10:48:21
Kategori Firqah-Firqah
Penulis: Al-Ustaz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari
.: :.
Takhrij Hadits
ُق ْال َج َما َعةَ يَرْ ُكض َ َفَإِ َّن يَ َد هللاِ َعلَى ْال َج َما َع ِة فَإِ َّن ال َّش ْيط
َ َان َم َع َم ْن ف
َ ار
“Karena sesungguhnya tangan Allah di atas tangan jemaah dan sungguh
setan berlari bersama orang yang berpisah dari jemaah.”
Makna Hadits
َ ائِنًا َم ْن َك
َان
(siapa pun dia) sama saja baik dia dari kalangan kerabat Nabi Sallallahu
‘alaihi wassalam atau selain mereka, dengan syarat pimpinan (imam) yang
awal memang pantas menyandang imamah ataupun khilafah. Demikian
dikatakan Al-Qari sebagaimana dinukil dalam ‘Aunul Ma‘bud (13/76).
ٌ َات َوهَن
ات ٌ َهَن
dalam An-Nihayah (5/278) disebutkan maknanya adalah kerosakan dan
kejelikan. Sedangkan di dalam hadits ini maknanya kata Al-Imam An-
Nawawi rahimahullah adalah fitnah dan perkara-perkara baru. (Syarhu
Muslim, 13/242)
Pentingnya Kepemimpinan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
إِ َذا َخ َر َج ثَالَثَةٌ فِي َسفَ ٍر فَ ْلي َُؤ ِّمرُوا أَ َح َدهُ ْم
“Apabila tiga orang keluar dalam satu safar maka hendaklah mereka
menjadikan salah seorang dari mereka sebagai pemimpin mereka (dalam
Safar tersebut).”
(HR. Abu Dawud dari hadits Abu Sa’id dan Abu Hurairah radiallahuanhu
‘anhuma)(1)
Karena itulah as-salafush Shalih seperti Al-Fudhail bin ‘'Iyadh, Ahmad bin
Hambal dan selain keduanya menyatakan:
“Seandainya kami memiliki doa yang mustajab nescaya doa tersebut akan
kami tujukan untuk penguasa.”
(As-Siyasah Asy-Syar‘iyyah, hal. 129-130)
Catatan Penting bagi Kita Semua!
“Orang yang berkata bahawa masalah imamah adalah tujuan yang paling
penting dan utama dalam hukum-hukum agama dan masalah kaum
Muslimin yang paling mulia, maka dia itu berdusta menurut kesepakatan
kaum Muslimin baik yang sunni ataupun yang syi’i (pengikut agama Syiah,
red). Bahkan ini termasuk kekufuran, karena iman kepada Allah dan Rasul-
Nya lebih penting dan utama daripada masalah imamah. Hal ini adalah
perkara yang dimaklumi secara pasti dari agama Islam. Dan seorang kafir
tidaklah menjadi mukmin sampai ia bersaksi: Laa ilaaha illallah wa anna
Muhammadan rasulullah (bukan karena imamah, dan tentunya hal ini
menunjukkan pentingnya permasalahan iman, pen). Inilah alasan utama
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wassalam memerangi orang-orang kafir.
اس َحتَّى يَ ْشهَ ُد ْوا أَ ْن الَّ إِلهَ إِالَّ هللاُ َوأَنِّي َرس ُْو ُل هللاِ َويُقِ ْي ُموا َ َّت أَ ْن أُقَاتِ َل الن ُ ْأُ ِمر
ص ُم ْوا ِمنِّي ِد َما َءهُ ْم َو أَ ْم َوالَهُ ْم إِالَّ بِ َحقِّهَا
َ ك َعَ ِ فَإِ َذا فَ َعلُ ْوا َذل،َصالَةَ َوي ُْؤتُ ْوا ال َّز َكاةَّ ال
“Bahkan sesungguhnya tujuan agama yang hakiki dan tujuan penciptaan jin
dan manusia serta tujuan diutusnya para rasul serta diturunkannya kitab-
kitab adalah untuk ibadah kepada Allah dan mengikhlaskan agama untuk
Allah.
ك ِم ْن َرس ُْو ٍل إِالَّ نُ ْو ِحي إِلَ ْي ِه أَنَّهُ الَ إِلهَ إِالَّ أَنَا فَا ْعبُ ُد ْو ِن
َ َِو َما أَرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبل
“Tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun sebelum mu kecuali Kami
wahyukan kepadanya bahawasanya tidak ada ilah yang patut disembah
kecuali Aku maka beribadahlah kalian kepada-Ku.”(6)
أَالَّ تَ ْعبُ ُدوا إِالَّ هللاَ إِنَّنِي،ت ِم ْن لَ ُد ْن َح ِكي ٍْم َخبِي ٍْر ْ ِكتاَبٌ أُحْ ِك َم،الر
ْ َت آيَاتُهُ ثُ َّم فُصِّ ل
لَ ُك ْم ِم ْنهُ نَ ِذ ْي ٌر َوبَ ِش ْي ٌر
“Alif laam raa. (Inilah) sebuah kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan baik
serta dijelaskan secara terperinci dari sisi Dzat Yang Maha Memiliki
Hikmah lagi Maha Mengetahui/Mengabarkan, agar kalian tidak beribadah
kecuali kepada Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi
peringatan dan pembawa khabar gembira dari Allah kepada kalian.”(7)
(Manhajul Anbiya fid Da’wah ilallah fihil Hikmah wal ‘Aql, hal. 152)
Wallahul musta’an.
Wallahul musta’an.
Aksi bom di berbagai tempat mereka tebarkan atas nama jihad fi sabilillah
melawan kezaliman penguasa, padahal lebih tepat apabila dikatakan mereka
ini adalah gerombolan pemberontak pengacau keamanan dan ketenteraman.
Jalan yang mereka tempuh menyelisihi kebenaran (al-haq), bimbingan dan
petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wassalam . Karena
syariat menetapkan, bila seorang Muslim telah diangkat sebagai pimpinan di
sebuah negeri kaum Muslimin di mana seluruh urusan kaum Muslimin
berada di bawah perintah dan pengaturannya, maka haram untuk
memberontak kepadanya dan haram menggulingkan kekuasaannya
walaupun ia seorang pimpinan yang zalim.
Memberontak dengan bentuk dan model yang bagaimana pun haram
hukumnya, karena adanya hadits-hadits yang berisi larangan memberontak
dan juga karena adanya dampak yang ditimbulkan oleh pemberontakan
tersebut berupa fitnah, tertumpahnya darah, malapetaka dan bencana. Prinsip
tidak memberontak kepada pemerintahan kaum Muslimin merupakan prinsip
yang disepakati oleh Ahlus Sunnah wal Jemaah. Dan asas ini termasuk asas
Ahlus Sunnah wal Jemaah yang paling pokok yang diselisihkan oleh
kelompok-kelompok sesat dan ahlul ahwa`.
(Fiqhus Siyasah Asy-Syar‘iyyah, hal. 170)
َو َم ْن أَ ْن َك َر،ئ
َ فَ َم ْن َك ِرهَ فَقَ ْد بَ ِر،ْرفُ ْو َن َوتُ ْن ِكر ُْو َن ُ
ِ فَتَع،إِنَّهُ يُ ْستَ ْع َم ُل َعلَ ْي ُك ْم أ َم َرا ُء
صلَّواَ الَ َما: أَالَ نُقَاتِلُهُ ْم؟ قَا َل: قَالُوا.ض َي َوتَابَ َع ِ َولَ ِك ْن َم ْن َر،فَقَ ْد َسلِ َم
اتَ ق ْال َج َما َعةَ ِش ْبرًا فَ َم َ َ فَإِنَّهُ َم ْن ف، َْم ْن َرأَى ِم ْن أَ ِمي ِْره َش ْيئًا يَ ْك َرهُهُ فَ ْليَصْ بِر
َ ار
ٌف ِم ْيتَةٌ َجا ِهلِيَّة
فَإِ َّن ْاألَ ْم َر، َوالَ تَ ِغ ُّش ْوهُ ْم َوالَ تُ ْب َغض ُْوهُ ْم َواتَّقُوا هللاَ َواصْ بِر ُْوا،الَ تَ ُسبُّوا أُ َم َرا َء ُك ْم
ٌقَ ِريْب
“Janganlah kalian mencela pemimpin-pemimpin kalian, janganlah
mengkhianati mereka dan janganlah membenci mereka. Bertakwalah kalian
kepada Allah dan bersabarlah, karena sesungguhnya perkara itu dekat.” (HR.
Ibnu Abi ‘Ashim no. 1015 dalam Kitabus Sunnah, disahihkan Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullah dalam Zhilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah)
“Yakni hendaklah ia bersabar atas perkara yang dibenci tersebut dan tidak
keluar dari ketaatan kepada penguasa. Karena hal itu akan mencegah
tertumpahnya darah dan menenangkan dari kobaran fitnah, kecuali bila
imam/penguasa tersebut kafir dan menampakkan penyelisihan terhadap
dakwah Islam maka dalam keadaan demikian tidak ada ketaatan kepada
makhluk.”
(‘Umdatul Qari, 24/178; Fiqhus Siyasah Asy-Syar`iyyah hal. 173)
“Yang masyhur dari mazhab Ahlus Sunnah wal Jemaah adalah mereka
memandang tidak boleh keluar memberontak kepada para pemimpin dan
memerangi mereka dengan pedang, sekalipun pada mereka ada kezaliman.
Sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh hadits-hadits yang shahih dari Nabi
Sallallahu ‘alaihi wassalam, karena kerosakan yang ditimbulkan dalam
peperangan dan fitnah lebih besar daripada kerosakan yang dihasilkan
kezaliman mereka tanpa perang dan fitnah.” (Minhajus Sunnah, 3/213).
Beliau rahimahullah juga menyatakan: “Rasulullah Sallallahu ‘alaihi was-
salam sungguh telah melarang untuk memerangi para penguasa/pimpinan,
padahal beliau mengabarkan bahawa para pimpinan tersebut melakukan
perkara-perkara yang mungkar. Hal ini menunjukkan tidak bolehnya
mengingkari penguasa dengan menghunuskan pedang (perang) sebagaimana
pandangan kelompok-kelompok yang memerangi penguasa baik dari
kalangan Khawarij, Zaidiyyah mahupun Mu’tazilah.”
(Minhajus Sunnah, 3/214)
“Adapun ahlul ilmi wad din dan orang yang Allah berikan kepadanya
keutamaan, mereka tidak memberikan rukhsah (keringanan) kepada seorang
pun dalam perkara yang Allah larang berupa bermaksiat kepada wulatul
umur (pemimpin), menipu mereka dan memberontak terhadap mereka dari
satu sisi pun. Sebagaimana prinsip ini diketahui dari Ahlus Sunnah dan
orang-orang yang berpegang teguh terhadap agama, baik orang-orang yang
terdahulu mahupun yang belakangan.”
“Wajib bagi kaum Muslimin untuk taat kepada wulatul umur dalam perkara
makruf, bukan dalam perkara maksiat. Bila ternyata mereka memerintahkan
kepada maksiat maka tidak boleh ditaati, namun tidak boleh
keluar/memberontak kepada mereka karena perbuatan maksiat mereka
tersebut.
“Wajib bagi seseorang untuk mendengar dan taat dalam apa yang ia sukai
dan benci, kecuali ia diperintah berbuat maksiat. Maka bila ia diperintah
berbuat maksiat, ia tidak boleh mendengar dan taat.”(10)
Juga ketika disebutkan kepada para sahabat tentang para pemimpin yang
mereka fahami perbuatan para pemimpin itu adalah perbuatan maksiat dan
mereka mengingkari perbuatan tersebut, para sahabat bertanya kepada beliau
n: “Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami apabila kami
menyaksikan perkara tersebut?”
Hal ini menunjukkan tidak bolehnya mereka menentang wulatul umur dan
tidak bolehnya mereka keluar memberontak kecuali bila mereka melihat
kekufuran yang nyata yang mereka punya bukti yang nyata dari Allah Taala
tentang kekufuran mereka.
Memberontak kepada wulatul umur (penguasa) itu dilarang tidak lain karena
akan menyebabkan kerosakan yang besar dan kejelikan yang tidak sedikit.
Di antaranya akan terganggu keamanan dan mensia-siakannya hak, tidak
diperolehnya kemudahan untuk mencegah kezaliman orang yang berbuat
zalim dan tidak dapat memberi pertolongan kepada orang yang dizalimi dan
jalan-jalan menjadi tidak aman. Sehingga jelaslah, memberontak terhadap
wulatul umur memberi impak kerosakan dan kejelikan yang besar, terkecuali
bila kaum Muslimin melihat kekufuran yang nyata yang mereka punya bukti
yang tentang kekufuran mereka.
Dalam keadaan seperti ini tidak nyata dari Allah apa-apa mereka melakukan
upaya untuk menggulingkan penguasa tersebut jika memang kaum Muslimin
memiliki kekuatan. Namun bila tidak memiliki kekuatan, mereka tidak boleh
melakukan hal tersebut. Atau bila mereka keluar (memberontak, red) dari
penguasa tersebut akan menyebabkan kejelikan yang lebih besar maka tidak
boleh mereka keluar demi menjaga kemaslahatan umum.
Kaedah syariah yang disepakati menyatakan:
Ketiga: terealisirnya maslahat dalam hal ini dan tertolaknya mafsadat, dan
yang menetapkan yang demikian ini dan yang menilainya juga ahlul ilmi.
“Sungguh akan terjadi fitnah dan perkara-perkara baru. Maka siapa yang
ingin memecah-belah perkara umat ini padahal umat ini dalam keadaan telah
berkumpul/bersatu dalam satu kepemimpinan maka perangilah/bunuhlah
orang tersebut siapa pun dia.”
يَا أَيًّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُوا أَ ِط ْيعُوا هللاَ َوأَ ِط ْيعُوا ال َّرس ُْو َل َوأُولِي ْاألَ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَإِ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم
ك َخ ْي ٌر َ ِآلخ ِر َذلِ فِي َش ْي ٍء فَ ُر ًّد ْوهُ إِلَى هللاِ َوال َّرس ُْو ِل إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُ ْو َن بِاهللِ َو ْاليَ ْو ِم ْا
ًَوأَحْ َس ُن تَأْ ِو ْيال
“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah
kepada Rasulullah dan ulil amri Di antara kalian. Maka jika kalian berselisih
dalam sesuatu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika
memang kalian itu beriman kepada Allah dan hari akhir.” (An-Nisa`: 59)
Nabi Sallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
ِ أُ ْو
ْ فَإِنَّهُ َم ْن يَ ِعش، َوإِ ْن تَأ َ َّم َر َعلَ ْي ُك ْم َع ْب ٌد، َوال َّس ْم ِع َوالطَّا َع ِة،ِص ْي ُك ْم بِتَ ْق َوى هللا
َّاش ِدي َْن ْال َم ْه ِديِّي َْن ِم ْن
ِ فَ َعلَ ْي ُك ْم بِ ُسنَّتِي َو ُسنَّ ِة ْال ُخلَفَا ِ«ء الر،اختِالَفا ً َكثِ ْيرًا
ْ ِم ْن ُك ْم فَ َسيَ َرى
بَ ْع ِدي
Dan hadits-hadits lainnya yang berisi hasungan untuk mendengar dan taat.
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda:
َ ب ظَ ْه ُر
ك َ ُر َ ُا ْس َم ْع َوأَ ِط ْع َوإِ ْن أُ َخ َذ َمال
ِ ك َوض
“Dengar dan taatlah sekalipun diambil hartamu dan dipukul
punggungmu.”(15)
Adapun bila mereka tidak mampu menggesernya maka tidak boleh bagi
mereka untuk menebarkan benih permusuhan dan kebencian dengan
(menyebut-nyebut) kezaliman dan kekafiran si penguasa, karena hal tersebut
justru akan mengembalikan kemudharatan dan kebinasaan kepada kaum
muslimin.
Footnote :
1. HR. Abu Dawud no. 2608. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata dalam Ash-
Shahihah no. 1322: Sanadnya hasan
2. HR. Ahmad 2/176-177. Hadits ini sebagai syahid (pendukung) hadits di atas, kata Asy-
Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Ash-Shahihah: Rijaln-ya (perawinya) tsiqat
(terpercaya) kecuali Ibnu Lahi’ah, dia buruk hafalannya.
3. HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, no. 8/162
4. HR. Al-Bukhari no. 25 dan Muslim no. 22
5. QS. Adz-Dzariyat: 56
6. QS. Al-Anbiya: 25
7. QS. Hud: 1
8. Yakni keterangan dari ayat Al Qur`an atau hadits yang shahih yang tidak mungkin
ditakwil, yakni tegas dan jelas. Dari sini dipahami bahwa tidak boleh memberontak
kepada penguasa selama perbuatan mereka masih mungkin untuk ditakwil. (Fathul Bari,
13/10)
9. Keadaan matinya seperyi matinya orang jahiliyyah di atas kesesatan dalam keadaan ia
tidak punya imam/pemimpin yang ditaati karena orang-orang jahiliyyah tidak mengenal
hal itu. Bukan maksudnya di sini orang itu mati kafir, akan tetapi ia mati dalam keadaan
maksiat. (Fathul Bari, 13/9)
10. HR. Al-Bukhari no. 2955 dan Muslim no. 1839
11. HR. Al-Bukhari no. 7052 dan Muslim no. 1843
12. HR. Al-Bukhari no. 7056 dan Muslim no. 1709
13. HR. Abu Dawud no. 4607 dan At-Tirmidzi no. 2676 dan ia berkata: hadits hasan
shahih. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Abi Dawud no.
3851 dan Shahih At-Tirmidzi no. 2157
14. HR. Al-Bukhari no. 2957 dan Muslim no. 1835
15. Dalam hadits Hudzaifah Radiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam
bersabda kepadanya:
فَا ْس َم ْع َوأَ ِط ْع،َك َوأُخَ َذ َمالُك َ ب
َ ظ ْه ُر ِ “ ت ْس َم ُع َوتُ ِط ْي ُع لِألَ ِمي ِْر َوإِ ْن ضEngkau mendengar dan menaati
َ ُر
penguasa. Sekalipun dipukul punggungmu dan diambil hartamu maka tetap
mendengarlah dan taatlah.” (HR. Muslim no. 1847)
(Dikutip dari majalah Asy Syariah, Vol. II/No. 17/1426 H/2005, judul asli
"Khilafah, Imamah dan Pemberontakan, karya Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq
Al-Atsari, url http://www.asysyariah.com/syariah.php?
menu=detil&id_online=291)
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=981