Professional Documents
Culture Documents
Referat - Neuropthalmology
Referat - Neuropthalmology
DAFTAR ISI...............................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
2.1 Anatomi................................................................................................4
2.2 Fisiologi Pengelihatan.........................................................................6
2.3 Refleks Pupil dan Gangguan Refleks Cahaya..................................10
2.4 Gangguan Pada Nervus Optikus......................................................13
2.5 Neuritis Optik.....................................................................................13
A. Definisi..........................................................................................13
B. Etiologi..........................................................................................13
C. Klasifikasi.....................................................................................14
D. Gejala Klinik.................................................................................14
E. Diagnosa Banding........................................................................16
F. Diagnosa ......................................................................................17
G. Manajemen..................................................................................20
H. Prognosis.....................................................................................20
2.6 Edema Papil......................................................................................21
A. Definisi..........................................................................................21
B. Patofisiologi..................................................................................21
C. Gejala Klinik.................................................................................22
D. Diagnosa......................................................................................22
E. Diagnosa Banding........................................................................24
F. Manajemen..................................................................................24
G. Prognosis.....................................................................................25
2.7 Atrofi Papil.........................................................................................25
A. Definisi .........................................................................................25
B. Epidemiologi.................................................................................25
C. Patofisiologi..................................................................................26
D. Klasifikasi.....................................................................................34
E. Gejala dan Diagnosis...................................................................35
F. Pencegahan..................................................................................36
1
G. Penatalaksanaan.........................................................................36
H. Prognosis.....................................................................................37
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................44
BAB 1
PENDAHULUAN
Retina
dan
jaras-jaras
penglihatan
anterior
(nervusoptikus,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
A. Anatomi Jalur Penglihatan
Jalur penglihatan dimulai dari retina, terdiri dari nervus optikus,
kiasma optikus, traktus optikus, badan genikulatum lateral, radiation
optik, dan visual korteks(7).
Nervus cranialis II atau nervus optikus merupakan indra khusus
penglihatan dengan panjang sekitar 47-50 mm yang dibagi menjadi 4
bagian yaitu intraocular (1 mm), intraorbital (33 mm), intracanalicular
(6-9 mm), dan intracranial (10 mm)(7).
Cahaya di deteksi oleh sel-sel batang dan kerucut di retina,
dapat
dianggap
sebagai
end-organ
sensorik
khusus
untuk
membentuk nervus
optikus. Saraf keluar dari bagian belakang bola mata dan berjalan ke
posterior di dalam kerucut otot untuk masuk ke dalam rongga
tengkorak melalui kanalis optikus(9).
Di dalam tengkorak, dua nervus optikus menyatu membentuk
kiasma optikus. Di kiasma, lebih dari separuh serabut (yang berasal
dari separuh retina bagian nasal) mengalami dekusasi dan menyatu
dengan serabut-serabut temporal yang tidak menyilang dari nervus
optikus kontralateral untuk membentuk traktus optikus. Masing-masing
traktus optikus berjalan mengelilingi pedunculus cerebri menuju ke
nucleus genikulatus lateralis, tempat traktus tersebut akan bersinaps.
Semua serabut yang menerima impuls dari separuh kanan lapangan
pandang tiap-tiap mata membentuk traktus optikus kiridan berproyeksi
pada hemisfer serebrum kiri. Demikian juga, separuh kiri lapangan
pandang berproyeksi pada hemisfer serebrum kanan. Dua puluh
persen serabut di traktus menjalankan fungsi pupil. Serabut-serabut
ini meninggalkan traktus tepat di sebelah anterior nucleus dan
melewati brachium coliculli superioris menuju ke nucleus pretectalis
penglihatan
utamanya
disuplai
oleh
jaringan
pial
pembuluh darah kecuali bagian orbital dari nervus optikus yang juga
disuplai oleh sistem axial turunan dari arteri retina sentralis. Plexus
pial di sekitar bagian yang berbeda dari jalur penglihatan mendapat
kontribusi dari arteri yang berbeda.
Surface layer dari optic disc disuplai oleh kapiler turunan
arteriol retina. Prelaminar region disuplai oleh cabang sentripetal dari
Somatic sensations
Visual sensations
Nerve endings in
2. Neurons of first
the skin
Lie in post. Cell root
order
3. Neurons of second
ganglion
Lie in nucleus
retina
Lie in ganglion cell of
order
4. Neurons of third
gracilis or cuneatus
Lie in thalamus
the retina
Lie in geniculate
order
body
dorsalis
genikulokalkarina
pada
talamus,
berjalan
dan
melalui
dari
radiasi
sini,
serabut-serabut
optikus
(traktus
saraf optikus, maka bagian retina ini tidak berespon terhadap stimulus
cahaya. Diameter sekitar 1,5mm.7
Papil saraf optikus merupakan tanda oftalmoskopik penting
pada pemeriksaan funduskopi. Yang perlu diperhatikan dari papil saraf
optikus adalah warna, batas, cup-disc ratio dan lingkaran neuroretinal.
Papil yang normal akan berwarna kekuningann dengan batas yang
jelas, non-elevated, dan memiliki cup-disc ratio kurang dari 0,3. 7
kiasma
sentral
atau
sagital.
Karakteristiknya
adalah
dengan
reaction).
reaksi
pupil
Penyebab
hemianopi
umumnya
kontralateral
adalah
syphilitic
10
11
misalnya
atropine,
homatropin
),
12
infeksi
jamur
Cryptococcosis,
infeksi
bakteri
C. Klasifikasi(7)
13
pada
lesi
anterior
dimana
diskus
menjadi
akan
kembali
normal
minggu(4)
2. Adaptasi gelap mungkin menurun
3. Penurunan pengelihatan warna
14
setelah
beberapa
4. Gerakan
phosphenes
dan
suara
yang
disebabkan
pengelihatan
ketika
beraktivitas
dan
Pasien
dapat
mengeluhkan
nyeri
mata
yang
15
the ophthalmologist nor the patient sees anything. Kadangkadang dapat ditemukan gambaran pucat pada daerah
temporal disk(7)
E. Diagnosa Banding
Ada beberapa gangguan yang memiliki gejala yang serupa dengan
neuritis optik, oleh karena itu terdapat diagnosa banding, yaitu :
Neuropati optik
Papiledema
Ablasio retina
Degenerasi makula
Oklusi vena retina
Gejala
Visus
Neuritis Optik
Neuropati Optik
Visus sentral hilang cepat, Defek akut lapangan
progresif, jarang ketajaman pandang, ketajaman
Sakit bergerak
dipelihara
bervariasi
Bola mata pegal, sakit bila Biasanya nihil
digerakkan,, sakit alis atau
Bilateral
orbita
Jarang
Gejala pupil
pada
neuritis
Biasanya menurun
warna
bervariasi,
ketajaman
hebat
visus
Sel
arteritis
Tidak ada
kaca
Fundus
badan Ada
lazim
Retrobulbar : Normal
Edema
Papilitis : derajat
segmental
pembengkakan disk
sedikit
16
hilang
pada
sidk
dengan
hemoragi
Prognosis
bervariasi
Visus biasanya
visus
normal
atau
ke
lidah api
kembali Prognosa
buruk
fungsional
F. Diagnosa
1. Anamnesa
Pada anamnesa didapatkan orang dengan neuritis optik
mengeluhkan adanya penurunan tajam pengelihatan yang
terjadi pada salah satu mata, dapat juga terjadi pada kedua
mata. Pada beberapa orang dengan tajam pengelihatan normal
dapat mengeluhkan adanya penurunan lapangan pandang
pada satu sisi. Pengelihatan warna juga dapat terganggu.
Orang dengan gangguan ini dapat mengeluh adanya nyeri dan
beberapa kasus mengeluhkan nyeri pada saat menggerakkan
bola mata(7) (9)
2. Pemeriksaan visus
Didapatkan penurunan visus yang bervariasi mulai dari ringan
sampai kehilangan pengelihatan total. Penurunan ketajaman
pengelihatan yang terjadi mulai dari 20/20 hingga no light
perception.
3. Pemeriksaan segmen anterior
Pemeriksaan segmen anterior, palpebra, konjungtiva, maupun
kornea dalam keadaan normal. Refleks pupil dapat menurun
pada mata yang sakit, defek pupil relatif atau Marcus Gunn
pupil biasanya dapat juga ditemukan.
4. Pemeriksaan lapangan pandang
Hampir semua defek lapangan pandang dapat terjadi, yang
paling sering terlihat adalah skotoma sentral.
5. Tes Ishihara
17
warna
merah
yang
terganggu.
Penurunan
18
19
dibutuhkan
untuk
mengetahui
penyebab
yang
telah merekomendasikan
H. Prognosis
Neuritis optik dianggap mempunyai prognosa yang baik. Tajam
pengelihatan dapat kembali menjadi normal atau sedikit berkurang
dengan meninggalkan sedikit kepucatan pada papil saraf optik (7)
2.6 Edema Papil
A. Definisi
20
pada
tekanan
Hypertention
dan
lesi
kemungkinan
terjadinya
intrakranial
orbital.
yang
Pada
meningkat,
tiga
pembengkakkan
kondisi
di
Maligna
tersebut,
daerah
aksonal
vena
retina
sentralis
akibat
peningkatan
C. Gejala Klinis(6)(12)
Sakit kepala
21
aliran
D. Diagnosa
1. Pemeriksaan Visus
2. Pemeriksaan Oftalmoskopi(11)
a. Tanda mekanik secara klinis pada papil edema :
1. Tepi diskus optikus yang kabur.
2. Pengisian (filling) cup diskus optikus.
3. Pelebaran bagian anterior nervus (3D = 1 mm elevasi).
4. Edema lapisan fiber nervus.
5. Terbentuk lipatan pada retinal atau choroid atau
keduanya.
b. Tanda vaskularisasi secara klinis pada papil edema :
1. Kongesti vena-vena dan venoul-venoul peripapiler.
2. Perdarahan pada papil dan peripapil.
3. Infark pada lapisan fiber nervus (cotton-wool spot)
4. Hiperemi pada caput nervus optikus.
5. Eksudasi banyak pada diskus optikus.
22
hitungan
darah
lengkap,
gula
darah,
dan
serologi
sifilis
dapat
membantu
dalam
23
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Papilitis
Anterior Ischaemic Optic Neuropathy
Central Retinal Vein Occlusio (CRVO)
Juvenile Diabetic Papillopathy
Optic Disc Vasculitis
Pseudopapilledema
Optic Disc Drusen (ODD)
Hipertensi Retinopathy Maligna
F. Manajemen
1. Medikamentosa : Diberikan obat yang memberikan efek
penurunan tekanan intrakranial dengan menggunakan obatobat diuretik, obat carbonic anhydrase inhibitor, acetazolamide
(diamox) minimal 1 mg. Pemberian kortikosteroid mungkin
efektif
dalam
kasus
yang
berkaitan
dengan
proses
peradangan(3).
2. Pembedahan : Terapi pembedahan spesifik harus diarahkan
kepada lesi massa yang mendasarinya, jika ada, harus
diangkat. Lumboperitoneal shunt atau ventriculoperitoneal
shunt dapat digunakan untuk aliran LCS yang menyebabkan
tekanan intrakranial tinggi. Dekompresi selubung saraf optic
juga dapat dilakukan untuk mengurangi pemburukan gejala
okuler dalam kasus Idiophatic Intracranial Hypertension yang
tidak terkontrol dengan obat-obatan. Prosedur ini kemungkinan
tidak akan menghilangkan sakit kepala persisten yang terjadi.
Papil edema hilang seminggu setelah dilakukan prosedur ini (2)(3).
3. Diet : Pembatasan diet dan konsultasi dengan ahli diet dalam
kasus hipertensi intrakranial idiopatik mungkin diperlukan. Pada
Pseudotumor Cerebri sangat penting untuk menurunkan berat
badan(2).
G. Prognosis : Bergantung pada penyebabnya (1).
2.7 Atrofi Papil
A. Definisi atrofi papil
24
25
dan
memberi
gambaran
khas
cherry-red
spot
26
temporal
superior.
Biasanya
penglihatan
tidak
secara
keseluruhan
atau
tiba-tiba
disertai
neurologik
dan
penglihatan
yang
progresif.
27
Sebagian
besar
sfingolipidosis
pada
tahap
akhir
hemorrhage,
hidrosefalus,
meningitis
dan
ensefalitis.9
Papiledema
dapat
berkaitan
dengan
penurunan
28
29
4. Kompresi
Saraf optikus paling rentan terhadap penekanan pada
tempat-tempat yang dikelilingi tulang. Atrofi papil sendiri
merupakan akibat dari neuropati optikus karena penekanan
oleh
keganasan
intrakranial,
intraorbital
(meningioma,
sianida
yang
berasal
dari
tembakau
dan
17,23
gambaran
neuritis
retrobulbaris,
atau
30
Klorokuin
hemianopsia
dan
etklorvinol
bitemporalis.
dapat
Toksisitas
menyebabkan
amiodaron
dapat
sebagai
kekaburan
penglihatan
ringan
dan
31
6. Metabolik
Penyakit metabolik yang dapat menyebabkan atrofi papil
antara lain diabetes, penyakit gangliosida, dan sebagainya.
Pada diabetes, saat neuropati berubah menjadi stadium
proliferatif maka papil saraf optikus dapat dilihat sejumlah
pembuluh darah baru yang rapuh.28
7. Traumatik
Gangguan penglihatan akibat trauma tidak langsung pada
saraf optikus dapat terjadi pada 1% dari semua cedera
kepala. Deksametason iv. Dalam dosis tinggi dapat memberi
hasil baik bagi pasien dengan perdarahan subperiosteum,
perdarahan orbita, atau edema intrakanalikulus. Dekompresi
kanalis optikus transetmoid saraf optikus merupakan aman
dan efektif dikombinasikan dengan kortikosteroid. 9
32
ditandai
oleh
meningkatnya
tekanan
dapat
menyebabkan
penyempitan
lapangan
utama penurunan
penglihatan
pada
siliaris
menjadi
atrofik
dan
prosesus
silaris
33
34
perubahan
karakteristik
papil
saraf
optikus
kelainan
mata
yang
secara
klinis
tidak
terpengaruh.
- Flourescein angiography, untuk melihat gambaran detil
pembuluh darah retina.18
F. Pencegahan
35
pasien
dengan
neuritis
optikus
pada
akhirnya
36
18
KESIMPULAN
1. Jalur penglihatan dimulai dari retina, terdiri dari nervus optikus, kiasma
optikus, traktus optikus, badan genikulatum lateral, radiation optik, dan
visual korteks.
2. Nervus cranialis II atau nervus optikus merupakan indra khusus
penglihatan dengan panjang sekitar 47-50 mm yang dibagi menjadi 4
bagian yaitu intraocular (1 mm), intraorbital (33 mm), intracanalicular
(6-9 mm), dan intracranial (10 mm).
3. Papil nervus optikus merupakan permulaan saraf optikus di retina.
Papil saraf optikus merupakan tanda oftalmoskopik penting pada
pemeriksaan funduskopi. Yang perlu diperhatikan dari papil saraf
optikus adalah warna, batas, cup-disc ratio dan lingkaran neuroretinal.
Papil yang normal akan berwarna kekuningann dengan batas yang
jelas, non-elevated, dan memiliki cup-disc ratio kurang dari 0,3.
4.
37
Neuritis Optik
Neuropati Optik
Visus sentral hilang Defek akut lapangan
cepat, progresif, jarang pandang,
ketajaman dipelihara
38
bervariasi
ketajaman
Sakit
bergerak
bila
Bilateral
Gejala pupil
digerakkan,,
reaksi
sinar
sakit
warna
hilang
ketajaman
pada arteritis
visus
Sel
badan Ada
Tidak ada
kaca
Fundus
Retrobulbar : Normal
Papilitis : derajat
dengan
pembengkakan disk
hebat
lazim
sedikit
Prognosis
bervariasi
Visus biasanya kembali Prognosa buruk untuk
visus
39
idiopatik
atau
herediter.
Terapi
kortikosteroid
dapat
2. Papilitis
3. Anterior Ischaemic Optic Neuropathy
4. Central Retinal Vein Occlusio (CRVO)
5. Juvenile Diabetic Papillopathy
6. Optic Disc Vasculitis
7. Pseudopapilledema
8. Optic Disc Drusen (ODD)
9. Hipertensi Retinopathy Maligna
19. Manejemen papil atrofi yaitu dengan terapi medikamentosa yang
memberikan efek untuk menurunkan tekanan intrakranial seperti
diuretik, terapi pembedahan spesifik diarahkan kepada lesi massa
yang mendasarinya,serta pembatasan diet dan konsultasi pada kasus
hipertensi intrakranial idiopatik mungki diperlukan.
20. Atrofi papil adalah degenerasi saraf optik yang tampak sebagai papil
saraf optik yang berwarna lebih pucat dari normal.
21. Epidemiologi atrofi papil yaitu:
>Frekuensi: Atrofi optik bukanlah suattu penyakit tapi merupakan
tanda dari banyak proses penyakit. Angka kesakitan dan
kematian bergantung etiologi.
>Rasis: Umumnya lebih banyak ditemukan pada ras Afrika
Amerika dibandingkan kulit putih.
>Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan bisa terkena atrofi papil.
>Umur: dapat terjadi pada semua umur
22. Berdasarkan patofisiologinya, atrofi papil dapat diklasifikasikan:
1. Vaskular
2. Degeneratif
3. Herediter
4. Kompresi
5. Toksik dan nutrisional
6. Metabolik
7. Traumatik
8. Glauomatosa
23. Klasifikasi atrofi papil yaitu primer dan sekunder, pada atrofi papil
primer kelainannya terjadi akibat proses degenerasi retina atau proses
retrobulbar. Klinisnya tampak batas papil jelas, ekskavasio lebar, dan
lamina kribrosa pada dasar ekskavasio tampak. Sedangkan yang
sekunder terjadi akibat proses radang akut saraf optik berakhir
41
42
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
http://www.antimicrobe.org/h04c.files/history/Papilledema.asp
3.
http://www.caleyes.com/condition-papilledema-bay-area-ca.html
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Riordan-Eva
43
ansforms.jsp?
requestURI=/healthatoz/Atoz/ency/optic_atrophy.jsp
19. http://www.personal.umd.umich.edu/jcthomas/JCTHOMAS/1997%20case%20Studies/D
%20Berro.html
20. Howard JG. And Stone EM. Dominant Optic Atrophy: 47 yearold female with chronic, mildly subnormal vision. Dalam:
webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases
21. Nakamura M, Ito S, Chang-Hua Piao, dan Terasaki H, dan
Miyake Y. Retinal and Optic Disc Associated with a CACNA1F
mutation in Japanese Family. Arch Ophthalmol. 2003;121:10281033
22. Votruba M, Thiselton D, dan Bhattacarya SS. Optic disc
morphology of patients with OPA1 autosomal dominant optic
atrophy. British Journal of Ophthalmology 2003;87:48-53
23. Delettre C, Jean-Michel Griffoin, Nadine Gigarel. Et al. Nuclear
gene OPA1, encoding a mitochondrial dynamin-related protein,
is mutated in dominant optic atrophy. Nature Genetics 26, 207210 (2000)
24. Cooper
T.
Compressive
Optic
Neuropathy.
Dalam:
www.emedicine.com/oph/topic167.htm
25. www.emedicine.com/oph/topic750.htm
26. www.emedicine.com/oph/topic720.htm
27. http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/optic.atrop
hy.html.
44