You are on page 1of 10

LAPORAN ORAL MEDICINE

(Untuk Kasus Yang Memerlukan Perawatan)


Ulkus Traumatikus
A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien

: Aulia Septiasri

Tempat/tanggal lahir : Palembang / 8 September 1992


Suku

: Melayu

Jenis kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Parameswara lrg. Macan Tutul No. 3107 RT 03 RW 01 Kel.


Bukit Baru.

. Pendidikan terakhir : SLTA


Pekerjaan

: Mahasiswi

No. Rekam Medik

: 852080

Peserta Asuransi

:-

B. STATUS UMUM PASIEN


Rujukan

: Pasien datang sendiri ke poli gigi RSMH

Keadaan Umum

: Compos Mentis

Berat Badan

: 47kg

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Tinggi Badan

: 157cm

Nadi

: 70 x/menit

Pernapasan

: 18 x/menit

Pupil Mata

: Refleks normal

C. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan pada gusi gigi depan rahang bawah
sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu. Luka tersebut terjadi karena pasien tidak hati hati
saat menyikat gigi sehingga gusinya terbentur sikat gigi. Pasien merasa tidak nyaman
dan perih pada saat makan, pasien ingin sariawannya diobati.

b. Riwayat Perawatan Gigi


Pasien belum pernah dirawat
c. Kebiasaan Buruk
Tidak ada
d. Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang mahasiswi unsri yang tinggal bersama neneknya.
e. Riwayat Penyakit Sistemik
Pasien tidak memiliki penyakit sistemik.
D. PEMERIKSAAN EKSTRAORAL
Wajah

: Simetris

Bibir

: Sehat

Kelenjar getah bening submandibula:

Kanan

tidak teraba dan tidak sakit

Kiri

tidak teraba dan tidak sakit

E. PEMERIKSAAN INTRAORAL
Debris

: Ada, regio a, c, d, e

Plak

: Ada, regio a, c, d, e

Kalkulus

: Ada, regio a, d

Perdarahan papilla

: Ada, regio a, d

interdental

Gingiva

: Terdapat kemerahan di regio a, d

Mukosa

: Terdapat lesi ulseratif pada gingiva bagian anterior gigi 32 karena


terbentur sikat gigi pada saat menyikat gigi, lesi berdiameter 5
mm, berwarna putih kekuningan dengan tepi kemerahan, oval,
dasar cekung, berbatas jelas dan irregular serta sakit pada saat
palpasi.

Palatum

: Sehat

Lidah

: Terdapat lapisan plak berwarna putih kekuningan pada 2/3


dorsum lidah, dapat dikerok dengan kassa dan tidak sakit.

Dasar Mulut
Hubungan rahang

: Sehat
: Orthognati

Kelainan gigi geligi : Tidak ada kelainan


Pemeriksaan Gigi Geligi
Lesi D3 pada gigi 17,36, 37 pada bagian oklusal.

F. DIAGNOSA SEMENTARA
Diagnosa sementara
: Ulkus Traumatikus
Diagnosa banding
: Stomatitis Aphtousa Recurrent (SAR)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
H. TINJAUAN PUSTAKA
Ulkus atau ulser adalah suatu kerusakan lapisan epitel yang berbatas jelas yang
membentuk cekungan, ulkus sering ditemukan di rongga mulut. Namun demikian,
kerusakan ulkus dapat dibedakan dengan erosi karena kerusakan ulkus lebih dalam dari
erosi. Ulkus traumatikus didefinisikan sebagai suatu kelainan yang berbentuk ulkus
pada

mukosa

rongga

mulut

yang

disebabkan

oleh

paparan

trauma. Ulkus

traumatikus merupakan lesi sekunder yang berbentuk ulkus, yaitu hilangnya lapisan
epitelium hingga melebihi membrana basalis dan mengenai lamina propria oleh karena
trauma1,2
Ulkus Traumatikus dapat terjadi pada mukosa rongga mulut yaitu pada lidah, bibir,
lipatan mukosa bukal (buccal fold), gingiva, palatum, mukosa labial dan dasar mulut dan
tepi perifer lidah dengan ukuran lesi bervariasi. Selain itu juga terjadi pada bibir, lidah,
dan mukosa bukal karena terletak berdekatan dengan daerah kontak oklusi geligi
sehingga lebih mudah mengalami gigitan pada waktu gerakan pengunyahan. Hampir
setiap orang pernah mengalami insidensi pada mukosa rongga mulut (83,6%), dan tidak
ada perbedaan makna yang terjadi baik antara pria dan wanita. Biasanya pada pria
berkisar 81,4% dan pada wanita biasanya berkisar 85%. Ulkus traumatikus merupakan
salah satu dari tiga kondisi yang paling sering ditemukan dalam rongga mulut (15,6%),
setelah varises dasar mulut (59,6%), dan fissured tongue (28%). 3
Ulkus traumatikus dapat disebabkan oleh:
1. Trauma mekanik: makanan yang kasar (tajam), tergigit, terkena sikat gigi, klamer
gigi tiruan lepasan, tepi restorasi yang tajam.
2. Trauma kimia: Aspirin, perak nitrat 10%, H2O2 3%, fenol.
3. Thermal: makanan atau minuman panas, CO2 dingin (dry ice).
4. Elektrik: sengatan listrik
Trauma mekanik seperti menggigit bibir, pipi atau lidah, mengonsumsi atau
mengunyah makanan keras, gigitan dari tonjolan gigi yang tajam, trauma dari gigi yang
patah dan iritasi gigi tiruan serta tumpatan yang tajam. Selain itu dapat juga berasal dari
iritasi akibat pemasangan gigi tiruan yang tidak stabil, tepi protesa atau klamer gigi
tiruan sebagian lepasan (GTSL) yang tajam, gesekan yang terus menerus oleh karena
gigi yang tajam atau gigi yang tidak rata, trauma oleh karena benda asing seperti

penggunaan piranti ortodontik ataupun sikat gigi yang digunakan dengan teknik yang
salah sehingga membuat erosi jaringan lunak disekitarnya, kebiasaan buruk menusuk
gingiva atau mukosa dengan kuku jari, kontak dengan makanan tajam, tergigitnya
mukosa saat mengunyah, bicara ataupun ketika tidur. Dalam perawatan dental dapat
terjadi trauma pada jaringan lunak secara tidak sengaja. Ulkus dapat diakibatkan
oleh cotton rolls, tekanan saliva ejector yang tinggi atau instrumen bur yang mengenai
jaringan lunak.2,7
Paparan trauma tersebut kemudian menyebabkan terjadinya kerusakan integritas
epitel hingga melebihi batas membrana basalis dan mengenai lamina propria sehingga
menimbulkan suatu bentuk lesi ulseratif dan menimbulkan rasa nyeri yang berat. 6
Ulserasi kambuhan adalah suatu keadaan yang umum akibat dari beberapa penyebab,
dimana trauma merupakan penyebab yang paling umum. Biasanya pasien dapat
memperkirakan kejadian yang menimbulkan ulkus. Ulkus terjadi setelah beberapa kali
terkena paparan trauma.1,6 Lesi biasanya berwarna kemerahan dan dibagian tengahnya
berwarna putih kekuningan berupa membran fibrinopurulen.1,2
Ulkus traumatikus tersebut dapat berupa ulkus yang tunggal atau multipel,
berbentuk simetris atau asimetris, ukurannya tergantung dari trauma yang menjadi
penyebab, dan biasanya nyeri. Kebanyakan merupakan keadaan akut, sedangkan lainnya
adalah kronis. Ulkus traumatikus akut memiliki karakter adanya kerusakan pada mukosa
dengan batas tepi eritema dan di tengahnya berwarna putih kekuningan, serta
menimbulkan rasa nyeri. Sedangkan ulkus traumatikus kronis bisa tanpa disertai rasa
nyeri dengan dasar induratif dan tepi yang meninggi. Sehingga ulkus tersebut dapat
dibedakan dengan SCC (Squamous Cell Carcinoma) dari dasar lesinya secara klinis.4,5
Dengan adanya ulseratif yang akut, hubungan antara penyebab dan akibat dapat
terlihat dengan nyata, berdasarkan gambaran klinis dan riwayatnya. ketika didapatkan
adanya etiologi yang jelas, menegakkan diagnosis merupakan hal yang mudah.
Sedangkan pada kasus ulseratif yang kronis, penyebabnya terkadang tidak dapat
diketahui secara pasti. Pada keadaan ini perlu untuk mengembangkan adanya differential
diagnosis. Kondisi yang dapat dijadikan differential diagnosis adalah suatu infeksi
(sifilis, tuberculosis, infeksi jamur) dan keganasan (malignancy). Jika lesi diduga
disebabkan oleh trauma, maka penyebabnya sebaiknya diamati. Observasi dilakukan
selama 2 minggu bersamaan dengan pemberian mouth rinse seperti larutan sodium
bikarbonat. Jika tidak ada perubahan atau bertambah luas ukurannya, perlu dilakukan
biopsi2,7.

Ulkus dalam bahasa latin pada Kamus Kedokteran disebut dengan ulcus,
merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir atau mukosa. Proses
yang terjadi pada ulkus memiliki prinsip yang sama yaitu melalui tahap inflamasi,
proliferasi dan remodeling, yaitu :
1. Fase Inflamasi. Respon inflamasi ini bertujuan untuk mengeliminasi benda asing dan
mengendapkan matriks ekstra seluler. Pada tahap ini, sel radang akut serta neutrofil
akan menginvasi daerah radang dan menghancurkan semua debris dan bakteri.
Dengan adanya neutrofil maka dimulailah respon keradangan yang ditandai dengan
cardinal symptoms, yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan functio laesa. Pada ulkus
traumatikus, tahap inflamasi ini berlangsung pada hari pertama sampai hari ke-3.
2. Fase Proliferasi. Fase ini dimulai hari ke dua setelah trauma jaringan dan berlanjut
dua sampai tiga minggu setelah trauma (Gottrup dkk., 2007). Fase proliferasi ditandai
dengan terbentuknya jaringan granulasi yang disertai kekayaan jaringan pembuluh
darah baru, fibroblas, dan makrofag. Pada Ulkus Traumatikus, fibroblas bermigrasi
dari jaringan ke daerah luka dimulai sekitar 72 jam atau hari yang ke 3 stelah
terjadinya luka sampai hari ke 7.
3. Fase Remodelling. Sekitar 1 minggu setelah terjadinya penyembuhan luka, fibroblas
berdiferensiasi menjadi miofibroblas dan luka mulai menyusut. Pada luka yang dalam
puncak penyusutan terjadi dalam 5 - 15 hari setelah terjadinya luka. Penyusutan dapat
berakhir dalam beberapa minggu, dan berlanjut bahkan setelah luka mengalami
reepitelisasi. Fase ini dimulai 2-3 minggu setelah penutupan luka. Selama fase ini,
jaringan granulasi mengalami remodeling dan maturasi untuk membentuk jaringan
scar, ketika jaringan granulasi telah ditutupi epitelium. Fase ini ditandai dengan
penurunan densitas sel, jumlah kapiler dan aktivitas metabolik. Fibril kolagen
membentuk serabut kolagen yang tebal. Fase terakhir dalam penyembuhan luka
merupakan fase maturasi yang ditandai keseimbangan antara proses pembentukan dan
degradasi kolagen. Saat kadar produksi dan degradasi kolagen mencapai
keseimbangan, maka mulailah fase maturasi dari penyembuhan jaringan luka. Fase ini
dapat berlangsung hingga 1 tahun lamanya atau lebih, tergantung dari ukuran luka
dan metode penutupan luka yang dipakai.

Terapi ulkus traumatik berupa terapi kausatif dengan menghilangkan faktor etiologi
atau penyebab (trauma). Terapi simptomatik pasien dengan ulkus traumatik yaitu dengan
pemberian obat kumur antiseptik seperti khlorhexidin dengan analgesik dan bisa dengan
topikal anastesi. Terapi paliatif pada pasien ini dapat dilakukan dengan pemberian
antibiotik. Terapi suportif dapat berupa dengan mengkonsumsi makanan lunak. Jika lesi

benar-benar trauma, maka ulser akan sembuh dalam waktu 7-10 hari. Pendapat lain
mengatakan bahwa setelah pengaruh traumatik hilang, ulser akan sembuh dalam waktu 2
minggu, jika tidak maka penyebab lain harus dicurigai dan dilakukan biopsi. Setiap ulser
yang menetap melebihi waktu ini, maka harus dibiopsi untuk menentukan apakah ulser
tersebut merupakan karsinoma.3,4
I. DIAGNOSA
Ulkus Traumatikus

J. RENCANA PERAWATAN

FASE I (ETIOTROPIK)

Kontrol Plak dan DHE


Edukasi berupa anjuran untuk berhati hati saat menyikat
gigi.
Medikasi Ulkus traumatikus

FASE II (BEDAH)
Tidak perlu dilakukan

FASE III (RESTORATIF)


Pro-konservasi:

Tumpatan GIC pada gigi 17,36, 37

FASE IV (KONTROL BERKALA)

Kontrol Plak dan DHE


Kontrol traumatic ulcer

K. PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesa, pasien mengeluhkan adanya sariawan pada gusi gigi depan
rahang bawah sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu. Luka tersebut terjadi karena pasien
tidak hati hati saat menyikat gigi sehingga gusinya terbentur sikat gigi. Ketika
dilakukan pemeriksaan klinis, ditemukan lesi ulseratif pada gingiva bagian anterior gigi
32 karena terbentur sikat gigi pada saat menyikat gigi, lesi berdiameter 5 mm,
berwarna putih kekuningan dengan tepi kemerahan, oval, dasar cekung, berbatas jelas
dan irregular serta sakit pada saat palpasi.Pasien tidak mengeluhkan demam, mual, atau
badan lemas. Riwayat pengulangan kemunculan lesi disangkal. Berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan klinis tersebut dapat di tetapkan diagnosanya adalah Ulkus Traumatikus
dengan Stomatitis Apthousa Recurrent (SAR) sebagai diagnosa bandingnya. Ulkus
traumatikus merupakan kelainan yang berbentuk ulkus pada mukosa rongga mulut yang
disebabkan oleh paparan trauma. Pada kasus ini ulkus traumatikus diakibatkan oleh
tergigit nya bibir pada saat makan.
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi menghilangkan faktor penyebab ulkus
terlebih dahulu dengan edukasi untuk berhati hati saat menyikat gigi selanjutnya
dilakukan medikasi. Pada kasus ini pasien diberi medikasi berupa steroid topical
(kenalog) dalam bentuk ointment yang mengandung triamcinolone acetonide 0,1%
dalam pasta dental emolien yang mengandung gelatin (bovine), pullulan, sodium CMC
dan plastibase 50W. Kortikosteroid ini memiliki efek anti inflamasi dan untuk
mengurangi rasa sakit. Secara mikroskopik obat ini menghambat fenomena inflamasi
dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan
aktifitas fagositosis. Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah
lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblas, pengumpulan kolagen dan pembentukan
sikatriks. Pasta dental emolien sebagai bahan pembawa berfungsi merekatkan obat pada
jaringan mukosa rongga mulut. Bahan pembawa ini akan menutupi jaringan yang iritasi
sehingga dapat mengurangi rasa sakit yang dioleskan 2 kali sehari.
Setelah itu pasien diminta untuk kontrol satu minggu kemudian. Pada kontol
pertama, dari hasil pemeriksaan subjektif yaitu rasa sakit menghilang, sedangkan dari
hasil pemeriksaan objektif yaitu ukuran lesi mengecil, batas-batas tepi terlihat tidak
jelas, lesi mulai mengalami penyembuhan, tidak sakit saat palpasi pasien terus diberikan
edukasi dan dlakukan medikasi. Pasien juga diinstruksikan untuk menjaga kebersihan

mulutnya. Pada kontrol kedua, dari pemeriksaan subjektif, pasien tidak mengeluhkan
sakit, sedangkan dari pemeriksaan objektif lesi telah sembuh dan tidak rekuren, mukosa
sewarna dengan jaringan sekitarnya. Pasien tetap diinstruksikan untuk menjaga
kebersihan mulutnya, mengonsumsi makanan bergizi dan menyikat gigi dengan hati
hati.

Foto Sebelum Perawatan

Kontrol I

Kontrol II

L. KESIMPULAN
Ulkus Traumatikus dapat didiagnosa dengan mengetahui etiologi terjadinya
ulkus dan dengan pemeriksaan visual gejala klinis seperti yang sudah dijalaskan pada
pembahasan sebelumnya. Perawatan pada pasien ini meliputi pemberian edukasi dan
medikasi berupa steroid topical (kenalog) dalam bentuk ointment yang mengandung
triamcinolone acetonide 0,1% dioleskan 2x sehari.
Pasien diminta kontrol satu minggu setelah perawatan pada kontrol pertama lesi
sudah mengecil, masih terdapat kemerahan dan lesi belum sembuh sempurna namun

pasien sudah tidak mengeluhkan rasa sakit lagi. Lesi ulserasi menghilang, sembuh dan
tidak rekuren pada kontrol yang kedua. Pasien juga diinstruksikan untuk menjaga
kebersihan mulutnya, mengonsumsi makanan bergizi dan menyikat gigi dengan hati
hati.
DAFTAR PUSTAKA
1. Greenberg, et al. 2008. Burkets Oral Medicine. 11st Edition. Hamilton: Decker. Page 71.
2. Regezi JA. 2003. Oral Pathology: Clinical pathology correlations. 4th Edition. United
State: Elsevier
3. Delong, L., dan N. Burkhart. 2008. General and Oral Pathology for the Dental Hygienis.t
Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins. pp.295-297
4. Long,
M.
2008.
Mouth
Ulcers.

available

from

http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhvc2/articles.nsf/pages/Mouth_Ulcers. accessed on
may, 12 2012
5. Scully, C. Gorsky M. Lozada Nur-F. 2003. The Diagnosis and Management of Recurent
Aphtous Stomatitis. The Journal of American Dent Ass Vol 134 pp. 200-207
6. Laskaris, George. 2006. Pocket Atlas of Oral disease, 2nd edition.
New York: Thieme.
7. Lewis, M. A. O. & Jordan, R. C. K.. 2004. A Colour Handbook of Oral Medicine.
London: Manson Publishing. pp. 23-24.

ULKUS TRAUMATIKUS

You might also like