Professional Documents
Culture Documents
FAHMI YAHYA
DBD 111 0022
SOAL
1. Sebutkan dan jelaskan lingkungan pengendapan batubara! (sumber, menurut siapa)
2. Sebutkan bentuk-bentuk endapan batubara! (pada saat sedimentasi maupun pengaruh
struktur)
3. Jelaskan klasifikasi dan jenis batubara!
4. Sebutkan dan jelaskan minimal 5 cekungan yang mengandung batubara! Formasi
pembawa batubaranya apa?
JAWAB
1. Lingkungan Pengendapan Batubara
Menurut Diessel (1992) ada beberapa lingkungan pengendapan yang dapat menghasilkan
endapan batubara, antara lain:
Environment
Gravelly
Subenvironment
Coal Characteristics
braid Bars, channel, overbank plains, mainly dull coals, medium to low
plain
bright
coals,
high
TPI,
and basins, swamp, fens, raised medium to high GI, low sulphur
bogs
Delta front, mouth bar, splays, mainly bright coals, low to medium
channel,
marshes
swamps,
fans
Backbarrier strand Off-, near-, and backshore, tidal transgressive : mainly bright coals,
plain
inlets, lagoons, fens, swamp, and medium TPI, high GI, high sulphur
marshes
regressive : mainly dull coals, low
channels, tidal flats, fens and mainly bright coal with high GI and
marshes
medium TPI
Proses pengendapan batubara pada umunya berasosiasi dengan lingkungan fluvial flood
plain dan delta plain. Akumulasi dari endapan sungai (fluvial) di daerah pantai akan membentuk
delta dengan mekanisme pengendapan progradasi (Allen & Chambers, 1998).
Lingkungan delta plain merupakan bagian dari kompleks pengendapan delta yang terletak di atas
permukaan laut (subaerial). Fasies-fasies yang berkembang di lingkungan delta plain ialah
endapan channel, levee, crevase, splay, flood plain, dan swamp. Masing-masing endapan tersebut
dapat diketahui dari litologi dan struktur sedimen.
Endapan channel dicirikan oleh batupasir dengan struktur sedimen cross bedding, graded
bedding, paralel lamination, dan cross lamination yang berupa laminasi karbonan. Kontak di
bagian bawah berupa kontak erosional dan terdapat bagian deposit yang berupa fragmenfragmen batubara dan plagioklas. Secara lateral endapan channel akan berubah secara berangsur
menjadi endapan flood plain. Di antara channel dengan flood plain terdapat tanggul alam
(natural
levee)
yang
terbentuk
ketika
muatan
sedimen
melimpah
dari
channel.
Endapan levee yang dicirikan oleh laminasi batupasir halus dan batulanau dengan struktur
sedimen ripple lamination dan paralel lamination.
Pada
saat
terjadi
banjir,
channel
utama
akan
memotong natural
levee dan
membentuk crevase play. Endapan crevase play dicirikan oleh batupasir halus sedang dengan
struktur sedimen cross bedding, ripple lamination, dan bioturbasi. Laminasi batupasir, batulanau,
dan
batulempung
juga
umum
ditemukan.
Ukuran
butir
berkurang
semakin
jauh
limpahan banjir. Endapan flood plain dicirikan oleh batulanau, batulempung, dan batubara
berlapis.
Endapan swamp merupakan jenis endapan yang paling banyak membawa batubara karena
lingkungan pengendapannya yang terendam oleh air dimana lingkungan seperti ini sangat cocok
untuk akumulasi gambut.
Tumbuhan pada sub-lingkungan upper delta plain akan didominasi oleh pohon-pohon keras dan
akan menghasilkan batubara yang blocky. Sedangkan tumbuhan pada lower delta plai didominasi
oleh tumbuhan nipah-nipah pohon yang menghasilkan batubara berlapis (Allen, 1985).
Bentuk Pinch
Bentuk Fault
Bentuk Fold
Bentuk Horse Back
Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan sedimen yang
menutupinya
melengkung
ke
arah
atas,
akibat
Tingkat
perlengkungan sangat ditentukan oleh besaran gaya kompresi. Makin kuat gaya kompresi
yang berpengaruh, makin besar tingkat perlengkungannya. Ke arah lateral lapisan batubara
mungkin akan sama tebalnya atau menjadi tipis. Kenampakan ini dapat terlihat langsung
pada singkapan lapisan batubara yang tampak/dijumpai di lapangan (dalam skala kecil),
atau dapat diketahui dari hasil rekontruksi beberapa lubang pemboran eksplorasi pada saat
dilakukan coring secara sistematis. Akibat dari perlengkungan ini lapisan batubara terlihat
terpecah-pecah akibatnya batubara menjadi kurang kompak.
Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi air tanah, akan mengakibatkan
sebagian dari butiran batuan sedimen yang terletak di atasnya, bersama air tanah akan
masuk di antara rekahan lapisan batubara. Kejadian ini akan megakibatkan apabila
batubara tersebut ditambang, batubara mengalami pengotoran (kontaminasi) dalam bentuk
butiran-butiran batuan sedimen sebagai kontaminan anorganik, sehingga batubara menjadi
tidak bersih. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan, apabila batubara tersebut akan
dipergunakan sebagai bahan bakar.
Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada umumnya
bagian bawah (dasar) dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis misalnya
batulempung sedang di atas lapisan batubara secara setempat ditutupi oleh batupasir yang
secara lateral merupakan pengisian suatu alur. Sangat dimungkinkan, bentuk pinch ini
bukan merupakan penampakan tunggal, melainkan merupakan penampakan yang berulangulang. Ukuran bentuk pinch bervariasi dari beberapa meter sampai puluhan meter. Dalam
proses penambangan batubara, batupasir yang mengisi pada alur-alur tersebut tidak
terhindarkan ikut tergali, sehingga keberadaan fragmen-fragmen batupasir tersebut juga
dianggap sebagai pengotor anorganik. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan apabila
batubara tersebut akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
bentukan tersebut. Apabila bentukan intrusi tersebut merupakan batuan beku, pada saat
proses penambangan dapat dihindarkan, tetapi apabila bentukan tersebut merupakan tubuh
batupasir, dalam proses penambangan sangat dimungkinkan ikut tergali. Oleh sebab itu
ketelitian dalam perencanaan penambangan sangat diperlukan, agar fragmen-fragmen
intrusi tersebut dalam batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan dapat
dikurangi sehingga keberadaan pengotor anorganik tersebut jumlahnya dapat diperkecil.
Untuk batubara dengan kandungan VM lebih kecil dari 31% maka klasifikasi
didasarkan atas FC nya, untuk ini dibagi menjadi 5 group, yaitu :
FC lebih besar dari 98% disebut meta antrasit
FC antara 92-98% disebut antrasit
FC antara 86-92% disebut semiantrasit
FC antara 78-86% disebut low volatile
FC antara 69-78% disebut medium volatile
Untuk batubara dengan kandungan VM lebih besar dari 31%, maka klasifikasi
didasarkan atas nilai kalornya dengan basis mmmf.
3 group bituminous coal yang mempunyai moist nilai kalor antara 14.000
13.000 Btu/lb yaitu :
o High Volatile A Bituminuos coal (>14.000)
o High Volatile B Bituminuos coal (13.000-14.000)
o High Volatile C Bituminuos coal (<13.000)
3 group Sub-Bituminous coal yang mempunyai moist nilai kalor antara
13.000 8.300 Btu/lb yaitu :
o Sub-Bituminuos A coal (11.000-13.000)
Tabel
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkatnya (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983)
Volatile
Fixed
Carbon ,% ,
dmmf
Class
Group
Equal
or
Greate
r Than
I Anthracite*
Matter
Less Greate
Tha r
n
Than
Equa Equal
l
Than r Than
98
2.Anthracite
92
86
98
92
2
8
8
14
78
86
14
22
69
78
22
31
69
31
II Bituminous 1.Low
volatile
bituminous coal
2.Medium
volatilebituminous
coal
3.High
volatile Abituminous
coal
Less Agglomerating
1.Meta-anthracite
3.SemianthraciteC
or or
nonagglomeratin
14000
D
commonly
4.High
volatile Bbituminous
13000 1400
D
coal
5.High
volatile Cbituminous
11500
coal
10500
1.SubbituminousA co
III
Subbituminou
s
IV. Lignite
al
2.SubbituminousB co
al
3.SubbituminousC co
al
1.Lignite A
1.Lignite B
10500
9500
agglomerating**E
1300
0
1150
0
1150
agglomerating
0
1050
0
8300
9500
6300
8300
6300
nonagglomeratin
g
4. Volatile lebih dari 32 %, dmmmf dengan coal rank 400-900 yaitu Haigh Volatile
Coal
Masing masing pembagian di atas dibagi lagi menjadi beberapa sub berdasarkan
tipe coke Gray King atau pembagian kecil lagi dari kandungan VM.
Untuk High Volatile Coal dibagi berdasarkan sifat caking nya :
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hard Coal
Di definisikan untuk batubara dengan gross calorific value lebih besar dari
10.260
Btu/lb
atau
5.700
kcal/kg
(moist,
ash
free).
International System dari hard coal dibagi atas 10 kelas menurut kandungan
VM (daf). Kelas 0 sampai 5 mempunyai kandungan VM lebih kecil dari 33%
dan kelas 6 sampai 9 dibedakan atyas nilai kalornya (mmaf) dengan kandungan
VM lebih dari 33%.
Masing-masing kelas dibagi atas4 group (0-3) menurut sifat cracking nya
dintentukan dari Free Swelling Index dan Roga Index. Masing group ini
dibagi lagi atas sub group berdasarkan tipe dari coke yang diperoleh pengujian
Gray King dan Audibert-Arnu dilatometer test. Jadi pada International
klasifikasi ini akan terdapat 3 angka, angka pertama menunjukkan kelas, angka
kedua menunjukkan group dan angka ketiga menunjukkan sub-group.
Sifat caking dan coking dari batubara dibedakan atas kelakuan serbuk batubara
bila dipanaskan. Bila laju kenaikan temperature relative lebih cepat
menunjukkan sifat caking. Sedangkan sifat coking ditunjukkan apabila laju
kenaikan temperature lambat.
-
Brown Coal
International klasifikasi dari Brown coal dan lignit dibagi atas parameternya
yaitu total moisture dan low temperature Tar Yield (daf).
Pada klasifikasi ini batubara dibagi atas 6 kleas berdasarkan total moisture (ash
free) yaitu :
1. Nomor kelas 10 dengan total moisture lebih dari 20%, ash free
Kelas
2.
Nomor
kelas
11
dengan
total
moisture
20-30%,
ash
free
3.
Nomor
kelas
12
dengan
total
moisture
30-40%,
ash
free
4.
Nomor
kelas
13
dengan
total
moisture
40-50%,
ash
free
5.
Nomor
kelas
14
dengan
total
moisture
50-60%,
ash
free
6.
dibagi
lagi
atas
group
dalam
group
yaitu
JENIS BATUBARA
1.
Gambut / Peat
Golongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar. Hal ini
disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara.
Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).
2.
3.
4.
Bituminous
Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan
membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila
dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk kepentingan transportasi dan
industri.
5.
Anthracite
Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya memperlihatkan pecahan
chocoidal. Pada proses pembakaran memperlihatkan warna biru dengan derajat pemanasan
yang tinggi. Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan temperatur
tinggi.
Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan
hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan subbituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang
rendah, sehingga energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan
semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu,
kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga
kandungan energinya juga semakin besar.
4.
mengalami
intrusi
andesit
pada
masa
orogenesa
Plio-Pleistosen,
yang
singkapannya dapat dijumpai di Bukit Asam, Air Laya, Suban, dan Bukit Tapuan.
Endapan batubara terdiri dari lima lapisan yaitu Lapisan A (Lapisan Mangus), Lapisan B
(Lapisan Suban), Lapisan C (Lapisan Petai), Lapisan Keladi, dan Lapisan Batubara
Gantung (coal hanging seam). Ciri khusus endapan batubara tersebut adalah sebarannya
yang terbatas, yang diduga disebabkan oleh banyaknya kelokan sungai yang mengalir ke
dalam daerah pengendapan yang terdapat di ujung atau di antar endapan kipas aluvium.
Di Sumatra Tengah, khususnya daerah di Sumatera Barat, endapan batubara
tersebar pada cekungan antar gunung, atau yang lebih dikenal dengan Cekungan
Ombilin yang memanjang searah dengan struktur utama Pulau Sumatera (barat lauttenggara). Endapan batubara terdapat pada formasi Sawah Lunto yang berumur EosenOligosen, terdiri dari tujuh lapisan batubara yang bila diurut dari yang berumur muda ke
tua adalah Lapisan A, B (tiga lapisan), C dan D (dua lapisan).
Jumlah cadangan batubara di Sumatera, termasuk yang terdapat di daerah
Bengkulu dan Aceh diperkirakan sebesar 24,7 miliar ton, atau mencapai sekitar 67,9%
dari cadangan Indonesia.
A.
formasi
di
atas Formasi Wingfoot, terdiri dari batupasir tufaan, batulempung, konglomerat dan lapisan
tipis batubara.
yang
terdapat
dalam
Cekungan
Sumatera
Selatan
dapat
dikelompokan menjadi tujuh satuan lithostratigrafi, yaitu Formasi Lahat, Formasi Talang
Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, dan Formasi Palembang (Formasi Palembang
terdiri tiga bagian, yaitu bagian bawah dengan Formasi Air Benakat, bagian tengan
dengan Formasi Muara Enim dan bagian atas dengan Formasi Kasai.
Perusahaan yang ada di formasi Palembang yaitu PT. Bukit Asam
Formasi yang mengandung batubara:
(a)
Formasi Lahat
Formasi ini berumur Eosen sampai Miosen Bawah. Formasi ini diendapkan tidak
selaras di atas batuan Pra-Tersier, terdiri dari tuf breksi berwarna ungu, hijau dan
coklat, batulempung tufaan, breksi dan konlomerat. Ke arah bagian dalam cekungan,
faciesnya berangsur berubah menjadi serpih, serpih tufaan, batulanau, batupasir, dan
sisipan batubara. Pengendapan formasi ini diawali oleh endapan non marin, paludal,
yang berangsur menjadi kondisi euxinic. Pada formasi ini ditemukan lapisan-lapisan
tipis batugamping dan lapisan batuan sediment yang mengandung glaukonit,
menunjukan lingkungan danau yang kadang-kadang berhubungan dengan laut
terbuka. Diantara batuan-batuan sedimen yang dijumpai ada yang menunjukan ciri
endapan kipas alluvial, endapan fluvatil dan endapan delta. Tebal formasi ini
mencapai 300 m.
(b)
(c)
(Jawa Barat), dan di daerah Brebes, Rembang, Kebumen, dan Nanggulan (Jawa Tengah),
dengan jumlah secara keseluruhan diperkirakan sebesar 60,7 juta ton
Formasi Cibulakan
Formasi ini berumur Miosen Bawah. Formasi ini terletak selaras di atas Formasi
Jatibarang. Formasi Cibulakan dibagi menjadi dua anggota, yaitu Anggota
Cibulakan Bawah dan Anggota Cibulakan Atas.
(1)
batulanau karbonan, batupasir halus sampai sangat halus, batubara dan batugamping
(ekivalen dengan Formasi Talang akar). Seri batuan sediment ini merupakan hasil
endapan paralik, yang makin ke arah timurberubah menjadi lingkungan laut. Bagian
atas dari Anggota Cibulakan Bawah terdiri dari batugamping (ekivalen dengan
Formasi Batu Raja) yang mempunyai penyebaran merata di seluruh cekungan.
Batugamping ini merupakan hasil endapan transgresi dan tektonik stabil.
(2)
Formasi Cisubuh
Formasi ini berumur Pliosen. Formasi Cisubuh terletak selaras di atas Formasi
Parigi, terdiri dari batulempung dengan sisipan-sisipan tipis batupasir halus, lignit
dan kerikil di bagian atas. Seri batuan tersebut merupakan hasil pengendapan
regresif sebagai akibat pembentukan geantiklin Jawa yang terjadi di sebelah selatan
cekungan.
(c)
Formasi Bojongmanik
Formasi Bojongmanik merupakan bagian dari Blok Banten, yaitu pada Tinggian
Bayah. Endapan pada Provinci Banten terdiri dari tiga tahap pengendapan. Formasi
Bojongmanik terdapat pada tahap pengendapan yang ketiga (terakhir). Formasi ini
berumur Miosen Tengah dan terdiri dari batulempung, batupasir dengan sisipansisipan lapisan lignit
Batuan-batuan yang terdapat dalam Cekungan Jawa Timur dan Cekungan Jawa
Timurlaut dapat dikelompokan menjadi sebelas satuan lithostratigrafi, yaitu Formasi
Ngimbang, Formasi Kujung, Formasi Prupuh, Formasi Tuban, Formasi Tawun, Formasi
Bulu, Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, FormasiMundu, Formasi Paciran dan Formasi
Lidah.
Formasi yang mengandung endapan batubara
(a)
Formasi Ngimbang
Formasi ini berumur Oligosen Awal. Formasi ini bagian bawahnya tersusun oleh
perulangan batupasir, serpih dan lanau dengan sisipan-sisipan tipis batubara,
sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari batugamping dengan sisipan-sisipan tipis
serpih gampingan dan napal. Ketebalan formasi ini mencapai 758 m.
(b)
Formasi Tawun
Formasi ini berumur Miosen Awal bagian atas sampai Miosen Tengah. Bagian
bawah dari formasi ini terdiri dari batulempung, batugamping pasiran, batupasir dan
lignit. Sedangkan pada bagian atasnya (Anggota Ngrayong) terdiri dari batupasir
yang kaya akan moluska, lignit dan makin ke atas dijumpai pasir kuarsa yang
mengandung mika dan oksida besi.
H. Cekungan Tarakan
Batuan-batuan yang terdapat dalam Cekungan Tarakan dapat dikelompokan menjadi lima
satuan lithostratigrafi, yaitu Flysch Facies, Formasi Tempilan dan Seilor, Formasi Birang,
Formasi Latih dan Formasi Tarakan-Bunyu. formasi yang mengandung batubara:
(a) Formasi Latih
Formasi ini berumur Miosen Tengah sampai Miosen Atas. Formasi Latih terletak
selaras di atas Formasi Birang, terdiri dari selang-seling antara batulempung dengan
batupasir halus yang kadang-kadang mempunyai sifat gampingan, disamping itu
juga dijumpai adanya lapisan tipis batubara.
Di Pulau Bunyu formasi ini dikenal dengan nama calcerous series dan merupakan
batuan yang diendapkan pada lingkungan prodelta sampai delta front sebagai akibat
regresi.
(b) Formasi Meliat
Formasi ini terdiri dari batulempung dan batulanau dengan sisipan-sisipan tipis
batubara, batupasir dan batugamping. Umur formasi ini adalah Miosen Awal
Miosen Tengah. Lingkungan pengendapannya diperkirakan antara prodelta hingga
marin.
(c)
Formasi Tabul
Formasi ini terdiri dari perulangan lempung, batulanau dan batupasir dengan
sisipansisipan batubara. Umur Formasi Tabul adalah Miosen Tengah Miosen
Akhir. Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Meliat.
(d)
Formasi Tarakan
Formasi ini terdiri dari perulangan batupasir, batulempung, dan batubara. Pada
bagian bawah Formasi Tarakan mengandung batubara dengan ketebalan 0,5 1 m,
dan makin ke atas makin menebal, yaitu berkisar antara 3 5 m. Formasi ini
berumur Pliosen dan diendapkan dalam lingkungan dataran delta bawah dataran
delta atas.
(e)
Formasi Bunyu
Formasi ini terdiri dari perulangan batubara, batulempung dan batupasir.
Ketebalan batubara dalam formasi ini berkhisar antara 5 20 m. Formasi ini
berumur Plio Plistosen dan diendapkan dalam sistem pengendapan delta.
I. Cekungan Kutai
Formasi Pamaluan
Formasi ini berumur Miosen Bawah. Formasi ini terletak selaras di atas Formasi
Gunung Sekerat, terutama terdiri dari batulempung dengan sisipan-sisipan tipis
batupasir, batubara dan batugamping, diendapkan pada lingkungan delta marin
(prodelta).
(b)
Formasi Balikpapan
Formasi ini berumur Miosen Tengah. Formasi Balikpapan terletak selaras di atas
Formasi Palubapang, terdiri dari batupasir, batupasir lempungan, batulempung dan
batubara. Lapisan batupasir dan batupasir lempungan terutama dijumpai pada bagian
bawah. Lingkungan pengendapannyaadalah delta (delta front sampai delta plain).
Tebal formasi ini mencapai 2.000 m.
(c)
(d)
Formasi Pulaubalang
Formasi ini berumur miosen bawah atas hingga miosen tengah bawah, tersusun
atas batupasir berselingan dengan batulempung serta sisipan batubara. Batubara
yang di bawah formasi ini menyebar di sepanjang sayap timur dan barat sinklin
Maritan dengan jurus hampir utara-selatan serta struktur lokal dan kekar pada anak
sungai Santan.
Perusahaan yang ada di formasi Pamaluan diantaranya adalah PT. Tanito Harum. Di
formasi Balikpapan diantaranya adalah PT. Kideco Jaya Agung, dan PT. Kitadin
Tenggarong. Sedangkan yang ada di formasi Pulau Balang diantaranya adalah PT. Kitadin
Tandung Mayang dan Embalut, PT. Citra Borneo Permai, dan PT. Indominco Mandiri.
J. Cekungan Barito
Batuan-batuan yang terdapat dalam Cekungan Barito dapat dikelompokan menjadi
empat satuan lithostratigrafi, yaitu Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin dan
Formasi Dahor. Formasi yang mengandung batubara
(a)
Formasi Tanjung
Formasi ini berumur Eosen. Formasi Tanjung terletak tidak selaras di atas batuan
dasar yang terdiri dari batuan beku dan metamorf yang berumur Pra-Tersier. Bagian
bawah dari formasi ini terdiri dari batuan beku dan metamorf yang berumur PraTertier. Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari red beds (lapisan-lapisan batuan
berwarna merah) yang terdiri konglomerat, batupasir, batulempung dan batubara
sebagai sisipan, sedangkan bagian atasnya terdiri dari batulempung dan napal,
dengan sisipan-sisipan batupasir dan batugamping. Tebal formasi ini 500 m.
(b)
Formasi Berai
Formasi ini berumur Oligosen sampai Miosen bawah. Formasi Berai
diendapkan selaras di atas Formasi Tanjung. Formasi ini dapat dibagi menajdi
tiga anggota, yaitu:
(1)
(2)
batugampingnya
adalah
mudstone,
wackestone
dan
kadang-
(c)
Formasi Warukin
Formasi ini berumur Miosen Tengah sampai Miosen Atas. Formasi Warukin
diendapkan selaras di atas Formasi Berai. Formasi ini dapat dibagi menjadi tiga
anggota, yaitu:
(1)
Anggota Warukin Bawah, teridri dari napal, batulempung, dan lapisanlapisan tipis batupasir.
(2)
(3)
Anggota Warukin Atas, dicirikan oleh lapisan-lapisan batubara yang tebal (20
m) dan dominan, disamping dijumpai batupasir dan batulempung karbonan. (d)
Formasi Dahor
Formasi ini berumur Mio-Plistosen. Formasi ini terletak tidaak selaras di atas
Formasi Warukin, terdiri dari batupasir, batulempung, batubara dan lensa-lensa
konglomerat. Diendapkan pada lingkungan paralik lagoon. Singkapan formasi ini
banyak dijumpai di daerah sinklin atau depresi-depresi structural. Tebal maksimum
dari formasi ini kurang lebih 2.000 m.
Perusahaan yang ada di formasi Tanjung diantaranya adalah PT. Arutmin, PT.
Antang Gunung Meratus, PT. Adaro Indonesia, PT Pasura Bina Tambang, dan PT
Jorong Barutama Greston. Seadngkan perusahaan yang ada di formasi Warukin
diantaranya adalah PT. Trans Coalindo Megah, PT KEU, PT. ESMU, dan PT. Borneo Indo
Bara.
K. Cekunkungan Salawati
Batuan-batuan yang terdapat dalam Cekungan Salawati dapat dikelompokan
menjadi enam satuan lithostratigrafi, yaitu Formasi Faumai, Formasi Sirga, Formasi
Kais, Formasi Klasafet, Formasi Klasaman dan Formasi Sele.
Formasi yang mengandung endapan batubara
(a)
Formasi Sirga
Formasi ini berumur Oligosen. Formasi Sirga terletak selaras di atas Formasi
Faumai, terdiri dari batupasir konglomerat, batupasir kuarsa, batulanau dengan
sisipan lignit, diendapakan pada lingkungan laut dangkal sampai lingkungan payau.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Lingkungan
Pengendapan
Batubara
Lingkungan
Pengendapan
Batubara.
http://www.fortunacoal.com/publication/article/116-lingkungan-pengendapanbatubara.html
Arief. 2012. Kualitas Klasifikasi Batubara. http://ariefdjo.blogspot.com/2012/01/kualitasklasifikasi-batubara.html (Diunduh pada Sabtu, 15 November 2014)
Badan Geologi. Studi Regional Cekungan Batubara Daerah Pesisir Kalimantan
Timur
HMTPUMI.
2010.
Bentuk-bentuk
lapisan
Batubara.
http://hmtpumi.blogspot.com/2010/10/bentuk-bentuk-lapisan-batubara-bentuk.html
(Diunduh pada Sabtu, 15 November 2014)
http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=341:studi-regionalcekungan-batubara-daerah-pesisir-kalimantan-timur&catid=52:content-menuutama&Itemid=378
Indo Energi. 2012. Jenis-Jenis Batubara. http://www.indoenergi.com/2012/03/jenis-jenisbatubara.html (Diunduh pada Sabtu, 15 November 2014)
Riska., Geologi Regional Cekungan Kutai. http://genrambai.blogspot.com/2013/01/geologiregional-cekungan-kutai_11.html
STTNAS YOGYAKARTA. Formasi Di indonesia yang Berpotensi Terdapat Batubara.
https://www.scribd.com/doc/209287280/Coal-v-Cekungan-Batubara (Diunduh pada Sabtu,
15 November 2014)