You are on page 1of 6

\BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan alamiah yang ideal untuk bayi,
terutama pada bulan-bulan pertama. Ibu memberikan

makan bayi dengan ASI

bukan hanya memberinya awal kehidupan yang sehat dan bergizi, tetapi juga
merupakan cara yang hangat, penuh kasih, dan

menyenangkan. Modal dasar

pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai


dengan pemberian ASI sejak usia dini. ASI adalah

makanan

berstandar

emas

yang tidak bisa dibandingkan dengan susu formula atau makanan buatan apapun.
ASI mengandung

zat

kekebalan

(kolostrum) yang dapat melindungi bayi dari

berbagai penyakit (Anwar, 2009).


Pentingnya pemberian ASI terutama ASI Eksklusif untuk bayi sangat luar
biasa. Bagi bayi, ASI eksklusif adalah makanan dengan kandungan gizi yang paling
sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare
dan

infeksi

saluran pernafasan akut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Keberhasilan atau kegagalan pemberian ASI Eksklusif itu sendiri dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Menurut Soetijiningsih (2009) faktor yang dapat mempengaruhi
penggunan ASI antara lain pengetahuan tentang ASI itu sendiri tentang manfaat
menyusui dan keunggulan ASI, perubahan sosial budaya (ibu kerja,meniru teman,dll)
faktor pesikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita). Faktor fisik ibu (ibu

sakit), faktor kurangnya dorongan petugas kesehatan,meningkatnya promosi susu


kaleng beserta penerangan yang salah di petugas kesehatan.
ASI memberikan manfaat atau dampak yang positif bagi bayi. ASI
menurunkan resiko kematian neonatal berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
komplikasi yang menjadi penyebab kematian neonatal yaitu asfiksia, BBLR, dan
infeksi, pada tahun 2015 komplikasi neonatal sejumlah 51,37 % (KEMENKES RI
2015). Bayi belum memiliki komponen kekebalan tubuh yang lengkap layaknya
orang dewasa, sehingga bakteri dan virus lebih mudah berkembang. Bayi dapat
memperoleh zat kekebalan tubuh ibu yang di peroleh dari ASI. Study membuktikan
bayi yang hanya mengkonsumsi ASI memiliki resiko yang lebih rendah untuk
mengalami diare dan penyakit infeksi lainya.Manfaat lain dari ASI untuk bayi adalah
meningkatkan daya tahan tubuh, mudah di cerna, diserap dan mengandung enzim
pencernaan,mengandung zat penangkal penyuakit,meta-analisis yang dilakukan
(Andorson, 2009)
Pada tahun 2006, World Health Organization (WHO) mengeluarkan standar
pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia. Isinya adalah
menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6
bulan, ini berarti bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, tanpa tambahan cairan
atau makanan padat lain (INFODATIN, 2014).

Sejalan dengan hal tersebut, WHO mengeluarkan program Millennium


Development Goals (MDGs) yang terdiri dari delapan pokok bahasan, salah satunya
adalah menurunkan angka kematian bayi (AKB). Cakupan ASI eksklusif di Negara
ASEAN seperti India sudah mencapai 46%, di Philipina 34%, di Vietnam 27% dan di
Myanmar 24%, sedangkan di Indonesia sudah mencapai 54,3 % (INFODATIN,
2014).Pada tahun 2015 Millennium Development Goals (MDGs) Indonesia
menargetkan penurunan sebesar 23 untuk angka kematian bayi dan balita dalam
kurun waktu 2009-2015. Oleh sebab itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk
menurunkan angka kematian bayi dari 68/1.000 kelahiran hidup menjadi 23/1.000
kelahiran hidup dan angka kematian balita dari 97/1.000 kelahiran hidup menjadi
32/1.000 kelahiran hidup. Salah satu rangka menurunkan AKB, dapat dilakukan
dengan pemberian ASI eksklusif (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang
pemberian ASI eksklusif pasal 6 berbunyi setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya. UU Nomor 36/2009 pasal
128 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga,
pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh. Di dalam
Pasal 200 menjelaskan bahwa sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang yang
dengan

sengaja menghalangi

program

pemberian ASI eksklusif sebagaimana

dimaksud dalam pasal 128 ayat (2). Ancaman pidana yang diberikan adalah pidana

penjara

paling

lama

(satu)

tahun

dan

denda

paling

banyak

Rp.100.000.000,00 ( seratus juta rupiah) (Rizki, 2013).


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang
pemberian ASI secara eksklusif di indonesia tanggal 7 April 2004 telah menetapkan
ASI eksklusif di indonesia selama 6 bulan dansemua tenaga kesehatan agar
menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI
secara eksklusif (Kementrian Kesehatan RI, 2014).Bahwa terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif diantaranya yaitu
pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif, dukungan suami
dan aktivitas ibu (Setiowati, 2011).
Berdasarkan dari data Profil Kesehatan Republik Indonesia selama 3 tahun
berturut-turut yaitu tahun 2013, 2014 dan 2015 cakupan ASI Eksklusif di indonesia
pada tahun 2013 ialah 54,3% sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan
sebesar 52,3% dan kemudian mengalami peningkatan di tahun 2015 berada pada
angka 55,7%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan provinsi
Lampung pada tahun 2014 sebesar 63,7% dan mengalami penurunan di tahun 2015
menjadi 54,9% (Profil Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014, 2015).
Berdasarkan laporan pada tahun 2015 Kota Metro didapatkan bahwa dari 867 sasaran
bayi terdapat 416 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif 48%, angka cakupan ASI
Eksklusif belum mencapai target sebesar 60% (Profil Dinas Kesehatan Kota Metro
2015). Hal ini dapat di sebabkan karena masyarakat terutama ibu hamil masih
4

rendahnya pengetahuan tentang pentingnya ASI Eksklusif dan masih adanya RS dan
RSB yang masih memberikan susu formula kepada bayi yang baru dilahirkan.
Setelah di lakukan presurvei pendahuluan di puskesmas Yosodadi Kota Metro
cakupan pemberian ASI Eksklusif sampai bulan Agustus 2016 terdapat 110 bayi
berumur 0 5 bulan menjadi sasaran dalam program pemberian ASI Eksklusif, dari
keseluruhan bayi tersebut terdapat 25 orang ibu bayi (22,73%) yang memberikasi ASI
Eksklusif dan 85 orang ibu bayi (77,27%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif.
Saat dilakukan pemberian kuesioner pada ibu post partum didapatkan hasil
bahwa dari 10 orang ibu yang memiliki bayi sebagian besar 60% tidak memberikan
ASI Eksklusif diantaranya tidak mengetahui tentang manfaat dari pemberian ASI
Eksklusif, serta 1 orang diantaranya dengan pendidikan SD, 5 orang dengan
pendidikan SLTP, 3 orang dengan pendidikan SLTA, 1 orang dengan pendidikan
perguruan tinggi. Dan 5 orang ibu dengan status pekerja.
Dari fenomena diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
pengetahuan dan prilaku dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu di Puskesmas
Yosodadi Kota Metro
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti merumuskan
permasalahn penelitian sebagai berikut Hubungan pengetahuan dan
perilaku Ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Yosodadai
Kota Metro.
5

1.2.1

Tujuan Penelitian

1.2.2

Tujuan Umum
Di ketahui hubungan pengetahuan dan perilaku dengan pemberian ASI
Ekslisif di Puskesmas Yosodadi Kota Metro.
Tujuan Khusus

1.2.3
1.2.3.1
1.2.3.2 .
1.2.3.3

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Bagi Institusi
1.3.2 Bagi
1.3.3 Bagi Dunia Keperawatan
1.3.4 Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya
1.4

Ruang Lingkup

You might also like