Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
FAJAR ANUGERAH PERDANA P. (H1F113061)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini, dunia industri terbagi menjadi 3 sektor umum, yaitu sektor
Industri Besar (Makro), Industri Menengah, dan Industri kecil (Mikro). Dan dalam
makalah ini, akan dibahas tentang permasalahan yang ada pada Home Industry.
Home Industry merupakan salah satu penggerak roda perekonomian
mikro yang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari didalam
masyarakat Indonesia. Karena home industry selalu bersentuhan dengan
keadaan masyarakat sekitar. Dalam makalah ini akan membahas salah satu
usaha dagang/perusahaan skala home industry dalam bidang makanan yaitu
berupa industri pengolahan tahu.
Dewasa ini banyak olahan makanan yang bisa dibuat dari bahan baku
tahu, sehingga membuat permintaan tahu semakin meningkat. Dengan
meningkatnya permintaan, membuat perusahaan menyediakan tempat yang
lebih besar dengan kondisi fisik lingkungan kerja yang memiliki kendala. Oleh
karena itu akan dibahas masalah layout perusahaan dengan perencanaan tata
ulang pabrik sehingga lebih efisien, dan bisa meningkatkan efektivitas kerja,
produktifitas dari perusahaan, serta keselamatan kerja didalam lingkungan kerja
tersebut.
1.2
Tujuan Penulisan
1. Memahami manfaat dan aplikasi dari Tata Letak Pabrik.
2. Mengetahui tata letak dari suatu perusahaan yang benar dan efisien.
BAB II
HASIL dan PEMBAHASAN
2.1
fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Sistem material handling
yang kurang sistematis menjadi masalah yang cukup besar dan mengganggu
kelancaran proses produksi sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
2.
baik pada umumnya akan memberikan kontribusi yang positif dalam optimalisasi
proses operasi perusahaan dan pada akhirnya akan menjaga kelangsungan
hidup perusahaan serta keberhasilan perusahaan. Tata letak pabrik ini meliputi
perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orangorang yang bekerja pada masing-masing stasiun kerja. Jika disusun secara baik,
maka operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien (Wignjosoebroto, 2009).
Pada dasarnya tujuan utama perancangan tata letak adalah optimasi pengaturan
fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi akan
maksimal (Purnomo, 2004).
3.
konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini
pada umumnya digambarkan sebagai rancangan lantai, yaitu satu susunan
fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan, dan sarana lain) untuk
mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran
informasi, dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara
ekonomis dan aman (Apple, tahun 1990: 2). Tata letak pabrik juga merupakan
salah satu bagian terbesar dari suatu studi perancangan fasilitas (Facilities
design). Facilities design sendiri terdiri dari pelokasian pabrik (plant location) dan
perancangan gedung (building design) dimana sebagaimana diketahui bahwa
antara tata letak pabrik (plant layout) dengan penanganan material (material
handling) saling berkaitan erat (Fred E. Meyers ,tahun1993 : 1). Penyusunan tata
letak yang baik dapat memperlihatkan suatu penyusunan daerah kerja yang
paling ekonomis untuk dijalankan, disamping itu akan menjamin keamanan dan
kepuasan kerja dari pegawai. Prestasi kerja dapat meningkat bila penyusun tata
letak pabrik dilakukan dengan baik dan aktif.
4.
Menurut Apple (1990) tata letak pabrik merupakan suatu susunan fasilitas
fisik yang terdiri atas perlengkapan, tenaga, bangunan, dan sarana lain yang
harus mempunyai tujuan mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana,
aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai
tujuan secara efektif, efisien, ekonomis dan aman.
5. Menurut Meyers (1993), tata letak pabrik merupakan pengaturan atau
pengorganisasian fasilitas-fasilitas fisik perusahaan untuk menghasilkan efisiensi
penggunaan peralatan, material, manusia dan energi.
6.
dimana orang, material, dan mesin yang memiliki datang secara bersama-sama
untuk maksud membuat produk yang dapat dihitung atau menyediakan layanan
jasa. Perencanaan fasilitas meliputi penentuan lokasi sistem manufaktur dan
perencanaan fasilitas yang mencakup perancangan terhadap sistem fasilitas,
perancangan tata letak dan perancangan sistem penanganan bahan yang
diperlukan untuk aktivitas produksi.
7.
karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas,
proses fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan,
dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi
mencapai sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau
respon cepat.Semua kasus desain tata letak harus mempertimbangkan
bagaimana untuk dapat mencapai :
Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih
aman.
hal
pengiriman
yang
tepat
waktu,
menyebabkan
perusahaan
konfigurasi ulang tata letak pabrik. Menurut Nicol dan Hollier 1983,
perancangan tata letak tidak hanya diperlukan saat membangun perusahaan
baru, tetapi juga saat mengembangkan perusahaan, melakukan konsolidasi
atau
mengubah
struktur
perusahaan.
Perusahaan
yang
telah
mapan
membutuhkan perubahan tata letak fasilitasnya setiap dua atau tiga tahun
sekali.
Tata letak pabrik yang baik dan didukung pula dengan koordinasi kerja
yang bagus antar setiap departemen dalam perusahaan diharapkan membuat
perusahaan tetap bertahan dan sukses dalam persaingan industri di bidangnya.
tunggu
(delay)
dan
bahan
yang
menunggu
untuk
segera diproses.
akan
dapat
mempermudah
aktivitas supervise.
Dengan
Mengurangi
kemacetan
dan
kesimpangsiuran
dan
kemacetan
didalam
aktivitas
Prinsip Aliran Dari Suatu Proses Kerja. Aliran kerja yang baik adalah
aliran konstan dengan minimum interupsi, kesimpangsiuran, dan
kemacetan dalam proses produksi.
Tata letak yang baik akan dapat membuat suasana kerja menjadi
menyenangkan dan memuaskan sehingga dapat meningkatkan moral
karyawan.
Prinsip Fleksibilitas.
letak
pabrik
berhubungan
erat
dengan
segala
proses
Sigi dan Analisa Pasar. Mengidentifikasi macam dan jumlah produk yang
dibutuhkan oleh konsumen. Informasi ini digunakan untuk menentukan
kapasitas produksi yang berikutnya dapat member keputusan tentang
banyaknya mesin dan fasilitas produksi yang diberikan.
2.2
2.2.1
1. Total investasi yang rendah untuk pembelian mesin dan peralatan produksi
lainnya.
2. Fleksibilitas tenaga kerja dan fasilitas produksi besar dan sanggup
mengerjakan berbagai macam jenis dan model produk.
3. Kemungkinan adanya aktivitas pengawasan yang lebih baik dan efisien
melalui spesialisasi pekerjaan.
4. Pengendalian dan pengawasan lebih mudah dan baik terutama untuk
pekerjaan yang sukar dan butuh ketelitian tinggi.
5. Mudah untuk mengatasi breakdown dari mesin, yaitu dengan cara
memindahkan prosesnya ke mesin lain tanpa banyak menimbukan
hambatan yang signifikan.
Keterbatasan dari tata letak proses antara lain:
1. Ketidakefisienan dalam proses disebabkan oleh adanya backtracking.
2. Adanya kesulitan dalam menyeimbangkan kerja dari setiap fasilitas
produksi yang akan memerlukan penambahan ruang untuk work-inprocess storage.
3. Adanya kesulitan dalam perencanaan dan pengendalian produksi.
4. Operator harus memiliki keahlian yang tinggi untuk menangani berbagai
macam aktivitas produksi.
5. Produkstivitas yang rendah disebabkan setiap pekerjaan yang berbeda,
masing-masing memerlukan setup dan pelatihan operator yang berbeda.
2.2.2
layout atau production line layout, adalah metode pengaturan dan penempatan
stasiun kerja berdasarkan urutan operasi dari sebuah produk. Sistem ini
dirancang untuk memproduksi produk-produk dengan variasi yang rendah dan
volume yang tinggi (mass production). Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang
dapat memberikan produktifitas tinggi dengan ongkos yang rendah.
Keuntungan tata letak produk ini yaitu:
1. Aliran pemindahan material berlangsung lancar, sederhana, logis, dan
OMH-nya rendah.
2.
Work-in-process jarang
terjadi
karena
lintasan
produksi
sudah
diseimbangkan.
3.
4.
5.
operator,
operator
mudah
menjadi
bosan
disebabkan
2.2.3
Tata
letak
posisi
tetap,
sering
dikenal
dengan fixed
material
location atau fixed position layout, adalah metode pengaturan dan penempatan
satsiun kerja dimana material atau komponen utama akan tetap pada
posisi/lokasinya, sedangkan fasilitas produksi seperti tools, mesin, manusia,
serta komponen lainnya bergerak menuju lokasi komponen utama tersebut.
Keuntungan dari tata letak posisi tetap yaitu:
1. Karena banyak bergerak adalah fasilitas produksi maka perpindahan
material bisa dikurangi.
2. Bila pendekatan kelompok kerja digunakan dalam kegiatan produksi,
maka kontinyuitas operasi dan tanggung jawab kerja bisa tercapai
dengan sebaik-baiknya.
3. Kesempatan untuk melakukan pengkayaan kerja (job enrichment) dengan
mudah bisa diberikan, selain itu juga dapat meningkatkan kebanggaan
dan kualitas kerja karena dimungkinkan untuk menyelesaikan pekerjaan
secara penuh (do the whole job).
4. Fleksibilitas kerja menjadi tinggi.
2.2.4
filosofi
manajemen
yang
melakukan
pengidentifikasian
dan
Selanjutnya
mereka
menyimpulkan
bisa
yang
sama
dan
untuk
kemudian
menggunakan
memproduksinya,
dengan
kelompok
mesin
tujuan
untuk
mengurangi setup. Peneliti utama yang dikenal dengan teori ini adalah S.P
Mitronov, seorang peneliti asal USSR. Dalam tahun-tahun berikutnya, mulai
berkembang beberapa klasifikasi dan sistem koding (coding system) untuk
menyusun part family. Pada awal tahun 1960 konsep teknologi kelompok mulai
diterapkan pada perusahaan untuk pertama kalinya, dan sejak saat itulah
konsep teknologi kelompok mulai diterima secara menyeluruh di dunia.
Beberapa persoalan muncul yang dalam penyusunan tata letak
teknologi
kelompok
adalah
pengidentifikasian part
family,
1. Cell independence, Yang menjadi tujuan utama dari formasi sel dalam
teknologi kelompok adalah kebebasan antar sel, dimana tidak ada lagi
ketergantungan antar sel.
2. Cell flexibility, Fleksibilitas berhubungan dengan kemampuan untuk
memproses partoleh mesin-mesin di dalam sel (internal routing flexibility),
kemampuan untuk mengirimkan part ke sel lain (external routing flexibility),
dan kemampuan sel untuk mengakomodasi part baru (process fleksibility).
3. Cell system layout, Saat tujuan utama, cell independence, tidak tercapai,
maka akan terjadi perpindahan antar sel. Oleh karena itu, pengaturan tata
letak sel harus optimal karena akan mempengaruhi jarak perpindahan dan
pola aliran material.
4. Cell layout, Tata letak mesin didalam sel merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi jarak perpindahan, pola aliran material.
5. Cell size, Ukuran dari sel merupakan jumlah dari mesin/tipe proses yang
disediakan dalam suatu sel. Ini merupakan variabel yang perlu dikontrol.
Contohnya, ukuran sel tidak boleh terlalu besar karena dapat menghambat
lingkungan sosial (sociological environment) dalam sel dan menghambat
pengawasan.
6. Additional investment, Dengan adanya pengelompokkan mesin ke dalam
sel untuk mengerjakan part family tentunya akan ada investasi tambahan
untuk mesin. Hal ini merupakan konstrain utama bagi perusahaan dalam
menyusun tata letak produksinya.
dimungkinkan). Oleh karena itu, waktu dan jarak perpindahan part antar
sel lain menjadi minimal.
5. Perbaikan kulitas produk. Oleh karena part-part berpindah dari stasiun
kerja satu ke stasiun kerja yang lainnya dalam unit yang tunggal dan
diproses dalam area yang relatif kecil, maka penjadwalan dan
pengendalian job akan lebih mudah. Masukan terhadap perbaikan akan
lebih cepat dan proses dapat dihentikan jika terjadi kesalahan.
2.3
Metode
Perbaikan kondisi lingkungan kerja pada pabrik ini dapat dilakukan dengan
menerapkan metode 5S.
1. Perancangan Metode 5S
2. Sosialisasi Metode 5S
3. Penerapan Metode 5S
4. Evaluasi Penerapan Metode 5S
2.5
170,77
2.6
Penerapan Metode 5S
Pada tahap ini, dilakukan penerapan metode 5S pada lingkungan kerja di
pabrik pembuatan tahu UD. Dhika Putra.
1. Seiri. Metode seiri banyak diterapkan pada stasiun perendaman dan
penggilingan serta pada area gudang bahan jadi, karena pada kedua
departemen ini terlihat jelas banyaknya ember yang berserakan di lantai.
Ember-ember ini terdiri dari ember yang berisi kedelai maupun yang berisi
tahu yang sudah jadi dan ember yang kosong, sementara ember yang
kosong ini tidak diperlukan dalam stasiun perendaman dan penggilingan
serta pada gudang bahan jadi. Ember-ember yang kosong ini membuat
lantai menjadi penuh sehingga tidak ada space untuk pekerja untuk
melakukan proses perendaman dan penggilingan. Melihat keadaan
tersebut maka diterapkanlah seiri yaitu dengan melakukan pemilahan
terhadap ember ember yang tidak diperlukan atau ember yang kosong
dan menyimpannya pada area diluar area gudang bahan jadi serta pada
stasiun perendaman dan penggilingan. Dari hasil pemilahan ini maka
diperoleh keadaan lantai terlihat lebih memiliki space sehingga pekerja
lebih leluasa untuk melakukan pekerjaannya terutama pada proses
material handling pemindahan kedelai yang sudah digiling menuju stasiun
perebusan sehingga seringkali jarak pemindahan menjadi jauh karena
pekerja harus melewati area yang kosong yang tidak terhalang oleh
ember-ember
penggilingan.
yang
beserakan
pada
stasiun
perendaman
dan
2. Seiton. Metode seiton merupakan S yang kedua dari metode 5S. Pada
tahap ini merupakan kelanjutan dari seiri, dimana dari hasil pemilahan
yang telah dilakukan akan dilanjutkan dengan proses penataan peralatan
yang telah dipilah tersebut. Misalnya ember-ember yang ada pada stasiun
perendaman dan penggilingan ditata pada area ember kosong tepatnya
disamping gudang bahan jadi. Begitu juga dengan ember kosong yang
bercampur pada gudang bahan jadi juga disusun pada area ember
kosong. Selain penataan posisi ember, pada pabrik ini juga dilakukan
penataan terhadap kain blacu yaitu kain untuk proses penyaringan ampas
tahu dan juga penataan terhadap posisi alat press. Kain blacu digantung
pada satu tempat saja sehingga pekerja lebih mudah untuk mencari dan
mengambilnya apabila dibutuhkan. Sedangkan untuk alat press disusun
pada stasiun pengepresan dan pemotongan, alat press tersebut disusun
diatas meja press dan potong sehingga pekerja lebih mudah mengambil
dan menggunakannya.
3. Seiso. Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah proses pembersihan.
Adapun pembersihan yang dilakukan adalah pembersihan terhadap lantai
produksi dan peralatan yang digunakan untuk proses produksi pembuatan
tahu yaitu mesin giling dan kuali perebusan dan pembibitan. Lantai pabrik
dibersihkan dari sampah-sampah baik itu sampah plastik, kedelai yang
terjatuh dan cairan sisa pencucian dan penggilingan kedelai. Pembersihan
lantai produksi ini bertujuan demi keamanan dan kenyaman pekerja pada
saat melakukan pekerjaanya, karena jika lantai licin dan kotor bisa
membuat pekerja tergelincir dan jatuh. Sedangkan untuk pembersihan
peralatan kerja dilakukan dengan tujuan perawatan terhadap peralatan
tersebut.
4. Seiketsu. Pada tahap ini lebih mengarah pada proses pemantapan
terhadap metode 5S yang telah diterapkan. Pada tahap ini dilakukan suatu
upaya bagaimana penerapan yang telah dilakukan tetap berlangsung
terus menerus bukan untuk sementara saja dengan cara pembuatan label
area kerja seperti area bahan baku, area bahan jadi, tempat ember
kosong dan tempat kain blacu. Selain itu juga dilakukan pembuatan garis
batas area kerja yang bertujuan agar penyusunan peralatan kerja lebih
tertata dengan baik. dengan adanya pembuatan labeling dan garis batas
area kerja bisa membuat karyawan tau dimana penempatan peralatan
yang digunakan dan tau batas areanya, sehingga penerapan ini bisa
berlangsung terus menerus.
5. Shitsuke. Tahap ini merupakan bagian terakhir dari metode 5S. Pada
bagian ini lebih memfokuskan bagaimana cara untuk membiasakan diri
terhadap penerapan metode ini. untuk itu diperlukan kesadaran dari para
pekerja untuk memiliki pola kerja yang sesuai metode 5S demi
kenyamanan dan keamaan dalam bekerja. Mengingat sifat manusia yang
berbeda-beda maka perlu seseorang yang bisa mengontrolnya. dalam hal
ini peran pimpinan dibutuhkan untuk peduli dan mampu mengontrol
pekerja agar selalu menjaga lingkungan kerja berdasarkan metode 5S
yang telah diterapkan.
2.7
Seiton
(Penataan)
Seiso
(Pembersiha
n)
Pelaksanaan
Pemisahan antara ember yang berisi
kedelai dengan ember kosong
Pemisahan antara ember yang berisi tahu
dengan ember kosong
Ember yang kosong yang telah dipisahkan
dari emberember yang berisi yang berada
pada gudang bahan jadi dan stasiun
perendaman dan penggilingan di letakkan
pada area penempatan ember kosong
Kain blacu digantung pada satu tempat
saja yaitu pada area tempat kain blacu
Peralatan alat untuk pengepresan disusun
pada meja pengepresan dan pemotongan
Pembersihan Lantai Produksi
Pembersihan peralatan kerja
Stasiun/Departemen
Perendaman
Penggilingan
dan
dan
Seiketsu
(Pemantapa
n)
Shitsuke
(Pembiasaa
n)
2.8
Perendaman
dan
penggilingan, gudang
bahan baku, emeber
kosong
Area gudang bahan
baku dan bahan jadi,
area ember kosong dan
stasiun
perendaman
dan penggilingan
Semua Stasiun
Semua Stasiun
Layout Akhir
Pembuatan layout akhir ini dibuat berdasarkan layout usulan yang terpilih
yang memliki panjang lintasan material handling yang paling pendek yang
kemudian dikombinasikan dengan rancangan penerapan metode 5S. Adanya
penambahan area untuk penataan ember kosong dan adanya space yang
memungkinkan proses material handling kedelai yang digiling dari stasiun
perendaman dan penggilingan menuju stasiun perebusan menjadi lebih mudah
dilakukan dan juga bisa memperpendek jarak lintasan material handlingnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam makalah Perencanaan Tata Letak Pabrik diatas, terdapat beberapa
kesimpulan :
2. Rancangan ulang tata letak dan fasilitas pabrik pembuatan tahu, UD.
Dhika Putra yang terpilih adalah layout alternatif 1 yang memiliki panjang
lintasan material handling 45 m, hasil ini lebih efisien 19.21 % jika
dibandingkan dengan panjang aliran material handling layout awal yaitu
55,7 m dan layout usulan alternatif 2 sepanjang 49 m dan. Penelitian ini
berhasil menerapkan metode 5S di UD. Dhika Putra, misalnya pemilahan
ember-ember kosong yang berada pada area gudang bahan jadi maupun
pada stasiun perendamaan dan penggilingan, diterapkannya penataan
peralatan pada area yang telah ditentukan, penerapan kegiatan
pembersihan lantai produksi dan peralatan, serta pemberian label dan
batas peralatan dan area kerja. Melalui penerapan metode 5S ini kondisi
fisik lingkungan kerja di pabrik tahu lebih tertata rapi dan berpengaruh
pada kenyamanan pekerja.
3.2
Saran
Agar dapat menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami dan tidak terlalu
banyak menggunakan kalimat yang tidak perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi ketiga.
ITB, Bandung.
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. 2008. Tata Letak Pabrik. Andi Offset,
Yogyakarta.
Listiani, T. 2010. Penerapan Konsep 5S dalam Upaya Menciptakan
Lingkungan Kerja yang Ergonomis di STIA LAN Bandung, Jurnal Ilmu
Administrasi, Volume VII No. 3, Bandung.
Osada, T. 2004. Sikap Kerja 5S. Cetakan Kelima. Penerbit PPM, Jakarta.
Purnomo, H. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Cetakan
Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Susetyo, J., Simanjuntak, R.A., dan Ramos J. M. 2010. Perancangan Ulang
Tata Letak Fasilitas Produksi dengan Pendekatan Group Technology
dan Algoritma Blocplan untuk Minimasi Ongkos Material Handling.
Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1, edisi Juni 2010, pp. 75-84.
Wignjosoebroto, S. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi
ketiga Cetakan keempat. Guna Widya, Surabaya.
Merry Siska & Henriadi. 2012. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pabrik
Tahu dan Penerapan Metode 5S, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11,
No. 2, Pekanbaru.