You are on page 1of 19

BAB I

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. M
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Merpati RT 16 Kel Payo Lebar
I. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Jumlah Anak
: 2 orang
Jumlah Saudara
: Anak kedua dari enam bersaudara
Status Ekonomi Keluarga
: Menengah kebawah
Kondisi Rumah
: Pasien tinggal di sebuah rumah
permanen dengan ukuran 5 x 8 meter 3 dengan atap seng. Mempunyai 1
kamar, ruang tamu dan ruang keluarga yang bergabung dengan dapur.
Kamar mempunyai ventilasi yang cukup untuk pencahayaan dan
pertukaran udara. Mempunyai 1 kamar mandi dengan WC jongkok.
Sumber air berasal dari air PDAM dan sumber listrik berasal dari PLN.
Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal bersama suami dan kedua
orang anaknya, sehari-hari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga,
mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian dan piring,
memasak, menyapu dsb. Setiap pagi sampai sore pasien tinggal sendirian
dirumah, suami dan kedua anak pasien bekerja.
II. Aspek Psikologis Keluarga :
Hubungan pasien dengan suami dan kedua anaknya baik. Tidak ada
masalah psikologis dalam keluarga

III.

Riwayat Penyakit

Keluhan Utama : Nyeri pada lutut sebelah kanan sejak 3 bulan yang
lalu
Keluhan Tambahan : -

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Puskesmas Simpang Kawat dengan keluhan nyeri
pada lutut sebelah kanan sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri tidak menjalar, kelemahan tidak ada. Nyeri dirasakan
pasien bertambah berat ketika pasien melakukan aktifitas atau ketika
pasien mau berdiri setelah duduk lama dan dari berdiri mau duduk, dan
nyeri berkurang jika lutut pasien diistirahatkan. Pasien juga merasakan
sering kaku pada lutut sebelah kanannya terutama saat bangun tidur, butuh
waktu kira-kira 10 menit untuk menggerakkan lutut kanannya dan harus
perlahan-lahan menggerakkannya karena nyeri. Selain itu, lutut pasien
juga sering berbunyi kretek kretek, keluhan dirasakan lebih berat sejak 3
hari yang lalu, lutut kanan juga dirasa bengkak namun tidak panas dan
tidak berwarna merah. Keluhan serupa tidak dirasakan pada lutut kiri.
IV.
Riwayat Penyakit Dahulu/penyakit keluarga :
- Pasien belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
- Riwayat trauma pada lutut (-).
- Riwayat sering mengonsumsi makanan-makanan laut disangkal
- Riwayat darah tinggi disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama dengan pasien.
V.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Composmentis
2. Pengukuran Tanda Vital :
TD
: 130/80 mmHg
Nadi
: 76x per menit, reguler, isi cukup
Suhu
: 36,5C
Respirasi : 20x/menit, reguler
BB
: 72 kg
TB
: 158 cm
IMT
: 28,9 (Overweight)
Kepala

Bentuk

: Simetris, normocephal

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

Telinga

: Dalam Batas Normal

Hidung

: Sekret -/-, Epistaksis -/-

Mulut

: Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)

Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Simetris, retraksi (-)


: Krepitasi (-), stem fremitus sama ka/ki
: Sonor
: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/BJI dan II regular, gallop (-), bising jantung (-)

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas

: Datar, venektasi (-)


: soepel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba
: Timpani (+)
: Bising usus (+) normal
: Akral hangat +/+, edema -/-

Status lokalis

Regio Genu Dextra


Inspeksi

: Bengkak (+), deformitas (-), hiperemis (-), luka (-), nodul


(-), tophi (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (+), panas (-), krepitasi (+)

ROM

: Terganggu

VI.
Pemeriksaan Anjuran
- Cek darah rutin
- Cek Asam urat dan kolesterol
- Foto rontgen AP genu dextra
VII.

Diagnosa Kerja

Osteoartritis genu dextra


VIII. Diagnosa Banding

Reumatoid arthritis

Arthritis Gout
IX.
a.

Manajemen
Promotif

Menurunkan berat badan

Menghindari naik turun tangga

Menghindari berdiri, berlutut, dan berjongkok berkepanjangan

Duduk sebaiknya di kursi

Berjalan dengan menggunakan tongkat

Olahraga ringan seperti maraton

b.
Preventif

Menjaga berat badan ideal

Menghindari trauma pada lutut

Melakukan olahraga
c. Kuratif
1. Non farmakologi
- Kompres hangat
2. Farmakologi (1)
- Ibu profen 400 mg 3x1 tab jika nyeri
- Vit B complex 1x1 tab selama 7 hari
3. Tradisional :
Bersihkan 3-5 kencur kemudian diparut sampai habis. Parutan
kencur diberi minyak telon secukupnya kemudian dioleskan pada
lutut yang sakit sambil diurut pelan-pelan.
4. Rehabilitasi
- Menurunkan berat badan
- Berjalan dengan menggunakan tongkat
- Olahraga Ringan

- Fisioterapi

Penulisan Resep
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang Kawat
Indasil Isin Addala
SIP. G1A215057
STR. 3103199375246

Tanggal: 22 November 2016


R/ Ibu profen tab 400 mg

No. X

S 3 dd 1 tab
R/ Vit B Complex tab

No. VII

S 1 d d 1 tab

Pro

: Ny. M

Umur

: 50 tahun

Alamat : RT. 16 Payo lebar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteoartritis
2.1.1 Definisi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi dan merupakan artropati yang paling banyak ditemukan
pada orang dewasa. Etiologinya multifaktorial dan ditandai dengan kehilangan
kartilago secara progresif serta perubahan hipertrofik pada tulang disekelilingnya
(osteofitosis) dan perubahan pada membran sinovial, disertai dengan nyeri sendi,
nyeri tekan, keterbatasan gerak, krepitus, dan peradangan lokal tanpa peradangan
sistemik. OA sangat sering ditemukan, khususnya seiring bertambahnya usia.
Sendi yang paling sering terkena adalah panggul, lutut, dan jari tangan. 1,2
2.1.2
1.

Klasifikasi osteoartritis
OA primer (idiopatik)
Merupakan bentuk OA tersering dialami dan faktor predisposisinya tidak
jelas serta tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun
proses perubahan lokal pada sendi.

2.

OA sekunder
Secara patologis tidak dapat dibedakan dari OA idiopati tetapi disebabkan
oleh penyakit lain yang mendasari.
Osteoartritis primer lebih sering ditemukan dibandingkan OA sekunder.3,4

2.1.3

Patogenesis Osteoartritis
6

Tulang rawan sendi merupakan sasaran utama perubahan degeneratif pada


OA. Tulang rawan sendi memiliki letak strategis, yaitu di ujung-ujung tulang
untuk melaksanakan dua fungsi (1) Menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan
di dalam sendi, berkat adanya cairan sinovium; dan (2) Di sendi sebagai penerima
beban, menebarkan beban ke seluruh permukaan sendi sedemikian sehingga
tulang di bawahnya dapat menerima benturan dan berat tanpa mengalami
kerusakan. Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastik (yaitu
memperoleh kembali arsitektur normalnya setelah tertekan) dan memiliki daya
regang yang tinggi. Kedua ciri ini dihasilkan oleh dua komponen utama tulang
rawan: suatu tipe khusus kolagen tipe II dan proteoglikan, dan keduanya
dikeluarkan oleh kondrosit. Tulang rawan sendi tidak statis, tulang ini mengalami
pertukaran dimana komponen matriks tulang yang aus diuraikan dan diganti.
Keseimbangan ini dipertahankan oleh kondrosit, yang tidak saja mensintesis
matriks tetapi juga mengeluarkan enzim yang menguraikan matriks. Oleh karena
itu kesehatan kondrosit dan kemampuan sel ini memelihara sifat esensial matriks
tulang rawan menentukan integritas sendi. Pada OA, proses ini terganggu oleh
beragam sebab.5,6
OA terbentuk pada dua keadaan :
1.

Sifat biomaterial kartilago sendi dan tulang subkondral normal, tetapi


terjadi beban berlebih terhadap sendi sehingga jaringan rusak.

2.

Beban yang ada secara fisiologis normal, tetapi sifat bahan kartilago atau
tulang kurang baik.3
Walaupun penyebab yang sebenarnya dari OA tetap tidak diketahui, tetapi

kelihatannya proses penuaan ada hubungannya dengan perubahan-perubahan


dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi
yang mengarah pada perkembangan OA.6
Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap OA, terutama
pada kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik yang
bertanggung jawab untuk ini belum teridentifikasi meskipun pada sebagian kasus
diperkirakan terdapat keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11.5, 6

Hormon seks dan faktor-faktor hormonal lain juga kelihatannya berkaitan


dengan perkembangan OA. Hubungan antara estrogen dengan pembentukan
tulang dan prevalensi OA pada perempuan menunjukkan bahwa hormon
memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini. Hal
ini dikarenakan kekurangan estrogen menyebabkan kerusakan matriks kolagen
dan dengan sendirinya pula tulang rawan ikut rusak.6, 7
2.2 Osteoartritis Lutut
2.2.1 Riwayat Alamiah Osteoartritis Lutut
OA lutut dapat mengenai kompartemen femorotibialis medial atau lateral
dan/atau kompartemen patelofemoral. Progresifitas OA lutut membutuhkan waktu
bertahun-tahun. Riwayat alamiah OA lutut pada masing-masing pasien sangat
bervariasi, terjadi perbaikan klinis pada beberapa pasien, menetap pada yang lain,
dan memburuk pada pasien lainnya. OA mempengaruhi semua struktur dalam
sendi. Tidak hanya tulang rawan hialin artikular yang hilang namun renovasi
tulang terjadi, dengan kapsuler peregangan dan kelemahan otot periartikular. Pada
beberapa pasien terjadi sinovitis, kelemahan dari ligamen, dan lesi di sumsum
tulang. OA adalah penyebab utama gangguan mobilitas di usia lanjut.
kebanyakan orang dengan nyeri lutut memiliki keterbatasan dalam fungsi yang
mengganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.10

Gambar 2.1 Osteoartritis pada persendian lutut

2.2.2 Epidemiologi Osteoartritis Lutut


Dari sekian banyak sendi yang dapat terserang osteoartritis, lutut
merupakan sendi yang paling sering dijumpai terserang OA. OA lutut merupakan
penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian
sendi lainnya. OA pada lutut yang simtomatik menimpa sekitar 10-20% penduduk
berusia lebih dari 65 tahun dan 2% dari seluruh penduduk dewasa. Prevalensi OA
lutut pada usia dewasa adalah 19,2%, penelitian lain menyatakan 27,8%
sedangkan prevalensi kejadian OA lutut pada usia 60 adalah 37,4%. Osteoartritis
merupakan penyebab utama pembedahan lutut di Amerika Serikat, sekitar
100.000 orang di Amerika Serikat tidak dapat berjalan tanpa bantuan dari tempat
tidur ke kamar mandi karena OA lutut atau panggul. 10,13
2.2.3

Kriteria Diagnostik Osteoartritis Lutut


Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografik.

Pada tahap awal, radiografi mungkin normal tetapi seiring dengan berkurangnya
kartilago didapatkan penyempitan celah sendi, terbentuk sklerosis (lebih putih) di
sekitar tempat yang terkena, penonjolan pada tepi-tepi tulang dan pembentukan
kista. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diagnostik untuk OA, tetapi
pemeriksaan laboratorium spesifik dapat membantu mengetahui penyakit yang
mendasari pada OA sekunder. Karena OA primer bukan sistemik, laju endap
darah, penentuan kimia serum, hitung darah, dan urinalisis memberi hasil normal.
Analisis cairan sinovium memperlihatkan leukositosis ringan (sel darah putih <
2000 per mikroliter), dengan predominansi sel mononukleus. Bila dicurigai
terdapat robekan meniskus atau ligamen, dapat dilakukan pemeriksaan MRI yang
akan menunjukkan gambaran tersebut lebih jelas. Walaupun demikian, MRI
bukan alat diagnostik yang rutin, karena mahal dan seringkali tidak merubah
rancangan terapi. 11,13

Gambar 2.2 Gambaran radiologi osteoartritis lutut


Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini : 12
Tabel 2.1 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Klinik dan Laboratorik

Klinik dan Radiografik

Klinik

Nyeri lutut + minimal 5 Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut + minimal 3


dari 9 kriteria berikut:
dari 3 kriteria berikut :
dari 6 kriteria berikut :
1. Umur > 50 tahun
2. Kaku pagi < 30
menit
3. Krepitus
4. Nyeri tekan
5. Pembesaran tulang
6. Tidak panas pada
perabaan
7. LED < 40 mm / jam
8. RF < 1 : 40
9. Analisis cairan sendi
normal

2.2.4

1. Umur > 50 tahun


2. Kaku pagi < 30
menit
3. Krepitus
+
Osteofit

1. Umur > 50 tahun


2. Kaku pagi < 30
menit
3. Krepitus
4. Nyeri tekan
5. Pembesaran tulang
6. Tidak panas pada
perabaan

Faktor Risiko Osteoartritis Lutut

10

Secara garis besar faktor risiko untuk timbulnya OA adalah sama, namun
masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera dan presentase gangguan
yang berbeda, sehingga peran faktor-faktor risiko tersebut untuk masing-masing
OA tertentu berbeda. Faktor risiko OA lutut adalah :13,14
a. Usia
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di
sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan
menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya mendukung terjadinya OA.
A. Jenis Kelamin
Osteoartritis dapat ditemui baik pada pria maupun wanita. Di bawah usia
55 tahun, distribusi sendi OA pada laki-laki dan perempuan sama, namun
pada orang yang berusia lebih tua terjadi perbedaan.
B. Suku Bangsa
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak
berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika
Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar
dibandingkan ras Kaukasia.
C. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA, misalnya pada ibu dari
seorang wanita dengan OA terdapat 2 kali lebih sering mengalami OA dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering
daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA.
D. Kegemukan
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko
untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria.

E. Cedera Sendi

11

Trauma besar dan penggunaan sendi berulang merupakan faktor


risiko untuk OA. Kerusakan tulang rawan sendi dapat terjadi pada saat
cedera atau saat sesudahnya (selama penggunaan sendi yang terkena),
bahkan tulang rawan yang normal akan mengalami degenerasi bila sendi
tidak stabil.
F.

Pekerjaan
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan
peningkatan risiko OA tertentu. Osteoartritis lutut banyak ditemukan pada
pekerja fisik berat, terutama yang banyak menggunakan kekuatan yang
bertumpu pada lutut.

G. Kepadatan Tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko
timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat
(keras) tak membantu mengurangi benturan beban beban yang diterima
oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi menjadi
lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tinggi nya OA
pada orang gemuk dan pelari dan kaitan negatif antara osteoporosis dan
OA.
H. Kelainan Pertumbuhan
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum, genu valgus, Legg Calve Perthes
disease dan dysplasia asetabulum. Kelemahan otot kuadrisep dan laksiti
ligamentum pada sendi lutut termasuk kelainan lokal yang juga menjadi
faktor risiko OA lutut.

2.3 Penatalaksanaan Osteoartritis

12

Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami OA adalah untuk


mengurangi nyeri, mempertahankan mobilitas, memperkecil kecacatan, dan
menghambat penyakit supaya tidak menjadi lebih parah. Penatalaksanaan OA
terdiri dari terapi farmakologi, terapi non farmakologi (edukasi, pengaturan beban
sendi, dan terapi fisik), dan tindakan bedah. 3,14
2.3.1

Terapi Farmakologi
Terapi Farmakologi pada OA besifat simtomatik. Nyeri sendi sering dapat

dikontrol dengan hanya analgesik sederhana, misalnya asetaminofen. Untuk nyeri


yang parah, dapat digunakan dekstrapropoksifen hidroklorida. Narkotik jarang
diindikasikan untuk OA. NSAID (nonsteroid anti-inflammatory drug) sering
menurunkan nyeri dan dapat memperbaiki mobilitas pada OA. Dapat juga dengan
terapi topikal seperti es, pemanasan, atau krim analgesia. Krim kapsaisin, yang
menghabiskan substansi P (mediator neuropeptida untuk nyeri) pada ujung saraf
lokal, dapat mengurangi nyeri sendi bila diberikan secara topical untuk pasien OA
tangan dan lutut. Injeksi kortikosteroid intraartikular terkadang memberikan
perbaikan rasa nyeri. Injeksi periartikular pada jaringan lunak yang nyeri mungkin
juga bermanfaat. Pada sebagian kecil pasien, terapi dengan injeksi hialuronan
(komponen kartilago) intraartikular mungkin berguna.9,14
2.3.2

Terapi Non Farmakologi


Terapi non farmakologi terdiri dari edukasi, pengurangan beban sendi dan

terapi fisik. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat
mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat
disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.10
Beban berlebih terhadap sendi yang sakit harus dihindari. Beban
berlebihan terhadap lutut akibat pronasi kaki atau deformitas lutut varus/valgus
dapat diperbaiki dengan ortotik atau osteotomi. Sepatu untuk berlari juga
bermanfaat untuk memberi bantalan bagi beban. Pasien OA lutut atau panggul
harus menghindari berdiri, berlutut, dan berjongkok berkepanjangan. Penurunan
berat badan merupakan tindakan yang penting, terutama pada pasien-pasien

13

obesitas, untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang OA dan


meningkatkan kelincahan pasien waktu bergerak. Beristirahat pada siang hari juga
bermanfaat, tetapi jarang diindikasikan imobilitas total sendi yang nyeri. Pada
pasien OA lutut atau panggul unilateral, tongkat yang dipegang oleh tangan
kontralateral dapat mengurangi nyeri sendi dengan mengurangi gaya kontak sendi.
Penyakit bilateral mungkin mengharuskan pasien menggunakan tongkat ketiak
atau alat pembantu berjalan. 3
Terapi fisik bertujuan agar penderita dapat melakukan aktivitas optimal
dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari pendinginan,
pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dianjurkan
latihan yang bersifat penguatan otot-otot di sekitar sendi, memperluas lingkup
gerak sendi dan latihan aerobik. 3
2.3.3

Tindakan Bedah
Bagi penderita dengan OA yang sudah parah, maka operasi merupakan

tindakan yang efektif. Penggantian sendi dapat memperbaiki kualitas hidup pada
orang-orang yang menderita penyakit lanjut dari nyeri yang berat serta kehilangan
fungsi yang cukup signifikan. Tindakan operasi dapat dilakukan apabila nyeri
yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan lokal, sendi yang tidak
stabil oleh karena subluksasi atau deformitas pada sendi, adanya kerusakan sendi
pada tingkat lanjut, dan untuk mengoreksi beban pada sendi agar distribusi beban
terbagi sama rata. 3,14
Tindakan bedah pada sendi lutut :
1.

Osteotomi tinggi pada tibia untuk mengoreksi kelurusan pada sendi


dimana belum ada kerusakan yang menyolok pada sendi

2.

Hemiartroplasti, bila kerusakan satu kompartemen sendi

3.

Artroplasti total, bila seluruh kompartemen sendi rusak

4.

Artrodesis dilakukan bila terdapat kerusakan pada sendi dan sendi tidak
stabil pada orang muda. 9

14

BAB III
ANALISA KASUS
Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Keadaan rumah pasien cukup bersih dan terawat terdapat ventilasi udara,
jamban bersih serta halaman rumah yang cukup terawat.
Penyakit Osteoartritis tidak memiliki hubungan dengan keadaan rumah
dan lingkungan sekitar
Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Secara teori faktor herediter merupakan faktor risiko pada penyakit
osteoartritis ini.
Pada kasus ini tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
sehingga tidak ada hubungan penyakit pada kasus ini dengan keadaan keluarga
dan hubungan keluarga.
Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Perilaku kesehatan pasien cukup baik, pasien menjaga kebersihan diri dan
kebersihan rumah serta halaman, sehingga rumah terlihat cukup terawat.
Penyakit Osteoartritis tidak memiliki hubungan dengan perilaku kesehatan
dalam keluarga dan lingkungan sekitar
Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Pada pasien ini dari anamnesis yang dilakukan terhadap berbagai faktor
yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit ini didapatkan kesimpulan
Penyakit ini terjadi karena faktor degeneratif dimana usia pasien 50 tahun,
selain itu penyakit ini juga lebih sering terjadi pada wanita. Berat badan pasien
juga bisa menjadi faktor penyebab penyakit ini karena indeks massa tubuh pasien
berada pada overweight dimana dapat menyebabkan beban berlebihan pada lutut.
Analisis untuk mengurangi paparan
Pasien kita edukasi mengenai penyakit yang diderita, menjelaskan kepada
pasien bahwa tujuan terapi pada penyakit ini yaitu tidak menyembuhkan namun

15

untuk mengurangi nyeri, mempertahankan mobilitas, memperkecil kecacatan, dan


menghambat penyakit supaya tidak menjadi lebih parah. Menganjurkan pasien
untuk menurunkan berat badan sehingga mencapai berat badan ideal. Selain itu
pasien menghindari naik turun tangga, berdiri, berlutut, dan berjongkok
berkepanjangan dan sebaiknya duduk di kursi. Pasien juga dapat kita sarankan
berjalan dengan menggunakan tongkat serta kita anjurkan untuk olahraga ringan
seperti maraton.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Gleadle Jonathan. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta:
Erlangga; 2006. hal. 192-3.
2. Kamus saku kedokteran Dorland. Edisi ke-25. Jakarta: EGC; 1998. hal.
807.
3. Brandt KD. Osteoartritis. Dalam: isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD,
Martin JB, Fauci AS, Kasper DL, editor. Harrison prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam; vol 4. Edisi ke-13. Jakarta: EGC; 2000. hal.1886-92.
4. Soenarto. Rematik pada usia lanjut. Dalam: Martono H, Pranaka K, editor.
Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Edisi ke-4. Jakarta: Balai penerbit
FK-UI; 2009. hal. 424-42.
5. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Patologi; vol 2. Edisi ke-7. Jakarta:
EGC; 2007. hal. 862-4.
6. Carter MA. Osteoartritis. Dalam: Anderson SP, McCarty LW. Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit; vol 2. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2005. hal. 1380-4.
7. Baziad Ali. Menopause dan andropause. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2003. hal. 46.
8. Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: ECG;
2005. hal. 891-2.
9. Rasjad Chairuddin. Ilmu bedah Ortopedi. Makassar: Bintang lamumpatue;
2003. hal. 196-204.
10. Bosker G, Stander P. panduan konsul cepat untuk kedokteran klinik.
Jakarta: EGC; 2000. hal. 169-72.
11. Palmer PES, Cockshott WP, Hegedus V, Samuel E. Petunjuk membaca
foto untuk dokter umum. Jakarta: EGC; 1995. hal. 119.
12. Altman R, Asch E, Bloch D, Bole G, Borenstein D, Brandt K, et all.
Development of criteria for the classification and reporting of osteoartritis
of the knee. Arthritis and rheumatism. 1986: 29(8): 1039-49.
13. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis.
Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiadi S,
editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam; jilid 2. Edisi ke-4. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2006. hal. 1195 201.
14. Davey Patrick. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2006. hal. 374-5.

17

Lampiran

18

19

You might also like