You are on page 1of 6

35

35

Vol. 62, No. 2, Mei-Agustus l 2013, Hal. 35-40 | ISSN 0024-9548

Berkumur dengan teh hitam lebih efektif daripada


Chlorhexidine gluconate 0,2% untuk menurunkan
akumulasi plak gigi

(Gargle with black tea is more effective than chlorhexidine gluconate


0.2% to reduce dental plaque accumulation)
Nyoman Ayu Anggayanti,1 IPG Adiatmika2 dan Nyoman Adiputra2
1

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana


Departemen Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar Indonesia

Korespondensi (correspondence): Nyoman Ayu Anggayanti, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar - Bali.
E-mail: anggayanti@gmail.com

ABSTRACT
Background: Dental plaque is a soft layer of bacteria, accumulate, and attached to the teeth. Plaque is formed when there is an
interaction between the enzyme alpha amylase, bacteria, and glucose. The activity that often done to reduce dental plaque is to
brush your teeth and gargle. One of them is gargling with black tea. Purpose: Here will be evaluated the effectiveness of black tea
rinse compared to Chlorhexidine gluconate 0.2% in reduce the accumulation of dental plaque. With a total sample of 20 people,
divided into two groups, and female with the age range 17 to 24 years old. Method: The study was conducted with the Pre and
post test group design. Where one group gargled with a black tea without sugar and other groups gargled with Chlorhexidine
gluconate 0.2%. Dental plaque identified by disclosing agent that applied to the tooth surface. In this study to measure the index
dental plaque using test scores Patient Hygiene Perfomance Index modified (PHPM) by Martens and Meskin. Result: Chlorhexidine
gluconate 0.2 % compared with gargle using black tea without sugar can reduce the accumulation of dental plaque greater the
amount of 69.45% versus 45.02%. Polyphenols contained in black tea without sugar can suppress the growth of bacteria, inhibiting
glucosyltransferase, preventing the formation of matrix material used for the plaque attached to the tooth surface, and inhibits the
breakdown of carbohydrates, so there is no formation of easily fermented carbohydrates (maltose) by bacteria. Using black tea
without sugar as a substitute Chlorhexidine gluconate 0.2%, in addition to the more natural as well as without side effects.
Conclusion: Gargle with black tea without sugar immediately after eating is more effective to reduce the accumulation of dental
plaque than Chlorhexidine gluconate rinse 0.2%.
Key words: Gargling, dental plaque, black tea without sugar, Chlorhexidine gluconate 0.2 %.

PENDAHULUAN
Gigi yang sehat tidak hanya melindungi diri dari
sakit gigi dan mulut melainkan melindungi diri dari
gangguan kesehatan lainnya. Sedapat mungkin
menghindari penyebab gigi berlubang agar tidak
terkena sakit gigi sehingga kesehatan tubuh lainnya
tidak terganggu aktivitasnya. Sisa makanan yang
melekat terlalu lama di permukaan gigi merupakan
awal dari penyebab gigi berlubang yang mengarah
kepada sakit gigi. Gigi yang sakit dapat menyebabkan

seseorang tidak dapat bekerja atau berpikir dengan


baik. Banyak dijumpai bahwa seseorang yang datang
ke dokter gigi bila giginya telah terlambat untuk
dirawat. 1 Pencegahan penyakit pada gigi bisa
dihubungkan dengan tindakan mengurangi jumlah
mikroba dalam rongga mulut.2
Karies gigi masih menduduki urutan tertinggi
dalam masalah penyakit gigi dan mulut, yaitu
penyakit tertinggi keenam yang dikeluhkan
masyarakat Indonesia dan menempati urutan

36

Anggayanti dkk. : Berkumur dengan Teh Hitam lebih efektif daripada Chlorhexidine gluconate 0,2%
Jurnal PDGI 62 (2) Hal. 35-40 2013

keempat penyakit termahal dalam pengobatan.3


Plak gigi akan bertumbuh melalui pembelahan
internal dari bakteri yang sebelumnya melekat pada
biofilm dan bakteri pada permukaan. Secara klinis,
plak gigi merupakan lapisan bakteri yang lunak,
tidak terkalsifikasi, menumpuk, dan melekat pada
gigi. Dalam bentuk lapisan tipis, plak gigi pada
umumnya tidak terlihat dan hanya dapat terlihat
dengan bantuan bahan disclosing agent. Hampir 70%
plak gigi terdiri dari mikroorganisme. Karbohidrat
yang paling sering dijumpai pada plak adalah
produk bakteri dekstran, levan, dan dekstrose.4
Berbagai tindakan dilakukan untuk menjaga
kesehatan rongga mulut. Tindakan yang utama dan
sering dilakukan adalah sikat gigi. Obat kumur yang
digunakan sebelum atau sesudah menyikat gigi
dapat dipertimbangkan sebagai tindakan tambahan
untuk kesehatan rongga mulut dan mengurangi
jumlah mikroba dan perlekatan bakteri dalam
rongga mulut. Untuk menambah efektivitas dari
obat kumur, zat-zat anti mikroba ditambahkan ke
dalam obat kumur. Obat kumur yang mengandung
zat anti mikroba dapat digolongkan menjadi dua
yaitu yang zat aktifnya berasal dari tumbuhtumbuhan dan yang berbahan dasar chlorhexidine.4
Chlorhexidine gluconate merupakan salah satu
zat anti mikroba yang menjadi gold standard untuk
pencegahan plak gigi.5 Konsentrasi minimum yang
efektif untuk chlorhexidine gluconate adalah 0,12%.
Namun, obat kumur ini telah dilaporkan memiliki
sejumlah efek samping lokal. Pada penggunaan
jangka panjang didapat efek samping seperti warna
coklat gigi, rasa yang kurang enak; ulserasi mukosa
mulut dan paresthesia, pembengkakan parotis yang
unilateral atau bilateral, dan peningkatan
pembentukan kalkulus supra gingival.6
Banyak perusahaan mengeluarkan obat kumur
yang dikatakan alamiah yang tidak disertai zat anti
mikroba yang berasal dari obat-obatan kimiawi.
Beberapa contoh zat alamiah yang digunakan untuk
obat kumur antara lain ekstrak biji grapefruit,
vegetable glycerin, Aloe vera, Echinacea, Melaleuca
alternifolia, dan teh (Camellia sinensis).7
Studi pada binatang menunjukkan bahwa
ekstrak teh hitam menunjukkan aktivitas yang
mengurangi jumlah Streptococcus mutans yang
berperan dalam karies gigi. 8 Studi in vitro
menunjukkan aktivitas anti mikroba yang kuat pada
bakteri patogen penyebab penyakit periodontal.
Kandungan katekin yang terdapat dalam ekstrak
teh hitam, diyakini berperan langsung dalam
merusak dinding plasma bakteri. 8 Peneliti lain

menemukan bahwa komponen kimia dalam teh


hitam yang disebut polifenol dapat menekan
pertumbuhan bakteri yang menyebabkan karies dan
dapat mengurangi kadar asam.8
Polifenol juga menghambat glukosiltransferase
(enzim yang diproduksi oleh bakteri Streptococcus)
dan mencegah pembentukan bahan matriks yang
digunakan plak untuk melekat pada permukaan
gigi. Polifenol bekerja pada enzim alpha amylase
untuk menghambat pemecahan karbohidrat,
sehingga tidak terjadi pembentukan karbohidrat
yang mudah difermentasikan (maltose) oleh bakteri.
Bakteri lebih susah hidup karena tidak ada nutrisi
jadi plak yang terbentuk sedikit.9 Hal ini memotivasi
untuk pengembangan dari obat kumur dengan zat
aktif anti mikroba yang nyaman dalam
penggunaannya tanpa efek samping.
Semua jenis teh berasal dari Camellia sinensis
(sebelumnya disebut Thea sinensis). Teh hitam
dipercaya dapat menurunkan timbunan plak pada
gigi. Satu kantung teh hitam celup (50 mg)
dimasukkan ke dalam 200 ml air panas dengan suhu
80-90 C lalu diamkan selama 3 menit.10 Terdapat
sekitar 32,20 mg polifenol per 1 liter teh hitam. Teh
hitam tanpa gula melalui zat aktif polifenol dapat
menekan pertumbuhan bakteri dan mengganggu
perlekatan bakteri ke lapisan gigi.11 Para peneliti
juga menemukan ukuran dan perlekatan plak yang
berkurang karena bakteri tertentu kehilangan
kemampuan mereka untuk membentuk agregat
dengan bakteri yang lain ketika mereka terkena teh
hitam tanpa gula.12 Efektivitas teh hitam tanpa gula
dalam hubungannya dengan akumulasi plak gigi
dibandingkan dengan chlorhexidine gluconate 0,2%
belum jelas. Menurut penelitian Sasaki pada tahun
2004, teh hitam tanpa gula tidak menimbulkan efek
samping, oleh karena itu perlu dikaji efektifitas
antara teh hitam dan chlorhexidine gluconate.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini adalah penelitian semi
eksperimental dengan rancangan penelitian yang
digunakan adalah pre and post test group design.13
Penelitian sudah dilaksanakan selama Januari
sampai September tahun 2013 bertempat di kota
Denpasar sejak studi pustaka, pengumpulan data
dan analisis data. Pengumpulan data dilakukan di
tempat praktek dokter gigi swasta. Populasi target
adalah remaja perempuan usia 17-24 tahun yang
bertempat tinggal di kota Denpasar.

Anggayanti dkk. : Berkumur dengan Teh Hitam lebih efektif daripada Chlorhexidine gluconate 0,2%
Jurnal PDGI 62 (2) Hal. 35-40 2013

Jumlah sampel yang ditentukan dengan rumus


Pocock13, adalah 7 orang dengan antisipasi drop out
ditambahkan 30% sehingga jumlah sampel untuk satu
kelompok adalah 10 orang. Pada penelitian ini
terdapat dua kelompok sehingga total keseluruhan
untuk jumlah sampel semua kelompok adalah 20
orang.
Kriteria inkulsi adalah usia 1724 tahun, berbadan
sehat, susunan gigi geligi rapi, tidak sedang
mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi
keadaan rongga mulut. Kriteria eksklusi adalah
memakai kawat gigi, memakai gigi palsu, terdapat
lubang pada gigi, terdapat tumpatan pada gigi,
terdapat karang gigi.
Pembagian kelompok sebanyak dua kelompok
dengan cara random alokasi, kelompok 1 akan
menerima perlakuan berkumur chlorhexidine
gluconate 0,2% segera setelah makan. Kelompok 2
akan menerima perlakuan berkumur teh hitam tanpa
gula segera setelah makan. Dalam penelitian ini
untuk mengukur skor indeks menggunakan tes
Patient Hygiene Perfomance Index yang sudah
dimodifikasi (PHPM) oleh Martens dan Meskin4.
Skor PHPM adalah skor untuk semua jumlah
permukaan gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah
gigi penentu. Jumlah keseluruhan skor adalah
rentang 0 (terbaik)60 (terburuk). Gigi yang diperiksa
dalam penelitian ini menggunakan gigi indeks,
permukaan gigi indeks yang dinilai adalah
permukaan fasial dan lingual gigi indeks.
Teh hitam sebanyak 50 mg tanpa gula yang
diseduh ke dalam air panas sebanyak 200 ml dengan
suhu 80-90 C lalu diamkan selama 3 menit. Suhu
teh hitam yang dipakai berkumur dengan suhu 27C.

HASIL
Data akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah
perlakuan diuji normalitasnya dengan menggunakan
uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data
berdistribusi normal (p>0,05).
Tabel 1. Uji rerata data akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah
perlakuan
Kelompok per
lakuan
perlakuan

Keter
angan
eterangan

Akumulasi plak gigi kontrol pre

10

0,732

Normal

Akumulasi plak gigi perlakuan pre

10

0,152

Normal

Akumulasi plak gigi kontrol post

10

0,258

Normal

Akumulasi plak gigi perlakuan post

10

0,652

Normal

37

Data akumulasi plak gigi antar kelompok baik


sebelum maupun sesudah perlakuan diuji
homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenes
test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05).
Tabel 2. Hasil uji homogenitas kelompok data akumulasi plak
gigi sebelum dan sesudah perlakuan
F

Var
iabel
ariabel

Keter
angan
eterangan

Akumulasi plak gigi pre

1,024

0,325

Homogen

Akumulasi plak gigi post

0,138

0,714

Homogen

Uji komparabilitas sebelum perlakuan diuji


berdasarkan rerata akumulasi plak gigi antar
kelompok, menunjukkan bahwa rerata akumulasi
plak gigi kelompok kontrol adalah 6,020,79; rerata
akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah
6,220,81. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa nilai t=0,56 dan nilai p=0,583. Hal
ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan, rerata akumulasi plak giginya tidak
berbeda secara bermakna (p>0,05).
Tabel 3. Rerata akumulasi plak gigi antar kelompok sebelum
perlakuan
Kelompok

Kontrol

10

Perlakuan

10

Rer
ata
Rerata
ulasi
akumulasi
akum
plak gigi

SB

6,02

0,79

0,5

0,58

6,22

0,81

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan


rerata akumulasi plak gigi antar kelompok sesudah
perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji tindependent menunjukkan bahwa rerata akumulasi
plak gigi kelompok kontrol adalah 3,310,58; rerata
akumulasi plak gigi kelompok perlakuan adalah
1,900,59. Analisis kemaknaan dengan uji tindependent menunjukkan bahwa nilai t=5,37 dan
nilai p=0,001. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan perlakuan, rerata akumulasi plak
giginya berbeda secara bermakna (p< 0,05).
Tabel 4. Rerata akumulasi plak gigi antar kelompok sesudah
perlakuan
Rer
ata
Rerata
ulasi
akumulasi
akum
plak gigi

Kelompok

Kontrol

10

3,31

0,58

Perlakuan

10

1,90

0,59

SB

5,37

0,001

Anggayanti dkk. : Berkumur dengan Teh Hitam lebih efektif daripada Chlorhexidine gluconate 0,2%
Jurnal PDGI 62 (2) Hal. 35-40 2013

38

Uji mengetahui efektivitas penurunan akumulasi


plak gigi antar kelompok perlakuan diuji berdasarkan
nilai rerata ketiga variabel tersebut antara sebelum
dengan sesudah perlakuan. Terjadi penurunan
akumulasi plak gigi pada kelompok kontrol sebesar
45,02% sedangkan pada kelompok perlakuan
penurunan akumulasi plak giginya sebesar 69,45%
dan pada masing-masing kelompok terjadi penurunan
akumulasi plak gigi secara bermakna (p<0,05). Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired.
Tabel 5. Rerata akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah
perlakuan
Kelompok sub
subyyek

Nilai rer
ata
rerata

Sebelum

Sesudah

Akumulasi plak gigi

6,020,79

3,310,58

0,001

Kontrol perlakuan

6,220,81

1,900,59

0,001

PEMBAHASAN
Penelitian ini melibatkan remaja perempuan usia
17-24 tahun sebagai sampel yang terbagi menjadi dua
kelompok masing-masing berjumlah sepuluh orang
yaitu kelompok kontrol (chlorhexidine gluconate 0,2%)
dan kelompok perlakuan (teh hitam tanpa gula). Data
akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya
dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan homogenitasnya
dengan Levenes test. Hasilnya menunjukkan bahwa semua
data berdistribusi normal dan homogen sehingga digunakan
uji parametrik, yaitu uji t-independent.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa
rerata akumulasi plak gigi Kelompok Kontrol adalah
6,020,79, rerata akumulasi plak gigi kelompok
perlakuan adalah 6,220,81. Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai p=0,583. Hal ini berarti bahwa kedua
kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata
akumulasi plak giginya tidak berbeda (p>0,05).
Sesudah perlakuan rerata akumulasi plak gigi
kelompok kontrol adalah 3,310,58, rerata akumulasi
plak gigi kelompok perlakuan adalah 1,900,59. Hasil
analisis menunjukkan bahwa nilai p=0,001. Hal ini
berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan
perlakuan, rerata akumulasi plak giginya berbeda
secara bermakna (p<0,05).
Terjadi penurunan akumulasi plak gigi pada
kelompok perlakuan setelah berkumur dengan teh
hitam tanpa gula, karena ekstrak teh hitam tanpa gula
mengandung katekin, yang dapat berperan dalam
merusak dinding plasma bakteri8 dan mengandung

polifenol yang dapat menekan pertumbuhan bakteri,


terutama Streptococcus yang menyebabkan karies dan
mengurangi kadar asam. Demikian juga chlorhexidine
gluconate 0,2% sebagai standar obat kumur dalam
kedokteran gigi, mempunyai khasiat sebagai upaya
pencegahan terbentuknya biofilm dan menghambat
terjadinya akumulasi plak gigi. Tetapi chlorhexidine
memiliki efek samping seperti pewarnaan pada gigi
dan mengurangi daya pengecapan bila digunakan
dalam jangka waktu lama5.
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini
didapatkan bahwa terdapat perbedaan akumulasi
plak gigi sesudah perlakuan antara berkumur dengan
teh hitam tanpa gula dibandingkan berkumur dengan
chlorhexidine gluconate 0,2%. Hal ini disebabkan karena
polifenol yang terkandung pada teh hitam tanpa gula
dapat menghambat glukosiltransferase (enzim yang
diproduksi oleh bakteri Streptococcus) dan mencegah
pembentukan bahan matriks yang digunakan plak
untuk melekat pada permukaan gigi3.
Polifenol dapat bekerja di salah satu fungsi enzim
alpha amylase yaitu dengan menghambat pemecahan
karbohidrat, dimana enzim ini bekerja pada zat tepung
atau pati (polisakarida) dan glikogen dengan
memecah ikatan alpha 1-4, diubah menjadi maltose
(sebuah disakarida yang mengandung dua molekul
glukosa yang terikat oleh ikatan alpha 1-4), sehingga
tidak terjadi pembentukan karbohidrat yang mudah
difermentasikan (maltose) oleh bakteri. Oleh karena
itu, pemecahan karbohidrat di dalam mulut
menghasilkan maltose, isomaltosa, dan pati dextrins.
Bakteri tidak berkembang karena tidak ada nutrisi
sehingga plak yang terbentuk sedikit. 9 Hal ini
memotivasi untuk pengembangan dari obat kumur
dengan zat aktif anti mikroba yang nyaman dalam
penggunaannya dan sedikit efek samping.
Lebih lanjut diketahui bahwa zat aktif polifenol yang
terkandung dalam teh hitam tanpa gula dapat menekan
pertumbuhan bakteri, mengganggu perlekatan bakteri
ke lapisan gigi, dan melapisi permukaan gigi sehingga
menghalangi bakteri pembentukan plak gigi11. Para
peneliti lain juga menemukan ukuran dan perlekatan
plak yang berkurang karena bakteri tertentu
kehilangan kemampuan mereka untuk membentuk
agregat dengan bakteri yang lain ketika mereka
terkena teh hitam tanpa gula.12
Kandungan polifenol, katekin, serta fluoride yang
mencapai 90-350 ppm ada pada teh hitam tanpa gula
atau sebanyak 32,20 mg polifenol per 1 liter teh hitam
tanpa gula sehingga dengan kandungan tersebut
maka teh hitam tanpa gula dipertimbangkan sebagai
obat kumur.14 Fluoride dan polifenol bekerja secara

Anggayanti dkk. : Berkumur dengan Teh Hitam lebih efektif daripada Chlorhexidine gluconate 0,2%
Jurnal PDGI 62 (2) Hal. 35-40 2013

bersama-sama pada GTF dari Streptococcus mutans


sehingga menghalangi pembentukan plak. Fluoride
alami yang dikandung teh hitam tanpa gula efektif
dalam mencegah gigi berlubang.15
Polifenol yang terkandung dalam teh hitam tanpa
gula mempunyai banyak khasiat kesehatan. Polifenol
adalah antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih
efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi
dibandingkan vitamin E. Polifenol bermanfaat untuk
mencegah radikal bebas yang merusak DNA dan
menghentikan perkembangbiakan sel-sel liar
semacam kanker. Aktivitas polifenol maupun katekin
sebagai antioksidan untuk mencegah radikal bebas
dapat mengurangi kerusakan sel sehingga proses
penuaan menjadi lebih lambat.14
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan akumulasi plak gigi, perbedaan
pH, dan perbedaan fungsi enzim alpha amylase dalam
rongga mulut akibat berkumur teh hitam tanpa gula
dengan berkumur chlorhexidine gluconate 0,2% (p<0,05).
Mengingat teh hitam tanpa gula lebih efektif dalam
menurunkan akumulasi plak gigi dibandingkan
dengan chlorhexidine gluconate 0,2% maka disarankan
untuk menggunakan teh hitam tanpa gula sebagai
pengganti chlorhexidine gluconate 0,2%, di samping lebih
alami dan tanpa efek samping. Dikarenakan teh hitam
tanpa gula sebagai obat kumur yang tanpa efek
samping, jadi dapat dipergunakan jangka panjang,
yang mana akan menurunkan akumulasi plak gigi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Nield, JS. Dental plaque biofilms. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins. 2007.
2. Thomas JG. Managing The complexity of a dynamic
biofilm. J Dent Assoc. 2011. 142(4):415-426.
3. Maryati. Derajat keasaman saliva pada rongga mulut
berkaries dan tidak berkaries. Medan: FKG Universitas
Sumatera Utara; 2000.
4. Suryo S. Patologi gigi-geligi: kelainan-kelainan jaringan
keras gigi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
2002.
5. Parwani S, Rajkumar N, Himasnhu. Comparative
evaluation of anti-plaque efficacy of herbal and 0,2%
chlorhexidine gluconate mouthwash in a 4-day plaque
re-growth study. J Indian Society of Periodontology 2013,
V 17 (Issue 1).
6. Flotra L, Gjermo P, Rolla G, Waerhaug J. Side effects of
chlorhexidine mouthwashes. Scand J Dent Res 1971; 79:
119-25.
7. Kumalaningsih S. Antioksidan alami, trubus agrosarana.
Surabaya. 2006. h. 75-8.

39

8. Lauten JD, Boyd L, Hanson MB. A clinical study


melaleuca, manuka, calendula and green tea mouth
rinse. Phytotheraphy Research 2005; 19: 951-7.
9. Somantri, R. Kisah dan Khasiat Teh. Jakarta. PT.
Gramedia Pustaka Utama; 2011
10. Pratiwi, D. Gigi Sehat: merawat gigi sehari-hari,
Jakarta. Penerbit buku Kompas; 2007.
11. Anggayanti A. Efektifitas kumur-kumur dengan teh
hitam terhadap penurunan akumulasi plak gigi. Skripsi.
Denpasar: Universitas Mahasaraswati; 2008.
12. Sasaki H, Matsumoto M, Tanaka, T, Maeda M, Nakai M,
Hamada S, Ooshima. Antibacterial activity of
polyphenol components in black tea extract against
Streptococcus mutans. Caries Research; 2004; 38 (1).
13. Pocock S. J. Clinical trials. A practical approach. New
York John Wiley & Son Medical Publication; 2008.
14. Liplet. Teh kerjasama PTPN VIII, PPTK Gambung dan
ATI. Teh, terbukti secara ilmiah sebagai cara terbaik dan
alami untuk meraih kesehatan. 2004.
15. Sarkar S, Sett P & Chowdhury, T. Effect of black tea on
teeth. J Indian Soc Pedo Prev Dent 2000, 139-40
16. Mandel ID. Antimicrobial mouthrinses: Overview and
update. J Am Dent Assoc 1994; 125(Suppl 2): 2S-10.
17. Almas K, Skaug, Ahmad I. An in vitro antimicrobial
comparison of miswak extract with commercially
available non alcohol mouthrinses. Int J Dental
Hygiene 2009; 3: 18-24.
18. Andi N. Taklukkan penyakit dengan teh hijau. Depok:
PT. Agromedia Pustaka; 2006.
19. Anggayanti A. Laporan penelitian pendahuluan untuk
proposal penelitian berkumur dengan teh hitam lebih
efektif daripada chlorhexidine gluconate 0,2% untuk
menurunkan akumulasi plak dan enzim -amilase serta
menormalkan keasaman dalam rongga mulut pada
remaja di kota Denpasar. Denpasar: Universitas
Udayana; 2013.
20. Barnett ML. The rationale for the daily use of an
antimicrobial mouthrinse. J American Dental Assoc
2006; 137 (suppl. 11): 16s-21s.
21. Bassett L. Telaah mendalam tentang teh dan kafein.
University of Miami School of Medicine. 1997. p. 4-12.
22. Bradley R. Essentials of oral physiology. Michigan:
Mosby; 1995.
23. Carranza N. Cinical periodontology. WB Sounders
Company; 1990. p. 150-60.
24. Chandra S. Textbook of community dentistry. India:
Jaypee Brothers Medical Publishers; 2002.
25. Chandran R, Suba GA, Chinnasamy K. Structurefunction relationships in human salivary -amylase:
role of aromatic residues in a secondary binding site.
section cellular and molecular biology. Biologia 2006;
63(6): 1028-34.
26. Ciancio S. Biofilm dynamics at the gingival frontier.
International Dental J 2010; 60: 200-3.

40

Anggayanti dkk. : Berkumur dengan Teh Hitam lebih efektif daripada Chlorhexidine gluconate 0,2%
Jurnal PDGI 62 (2) Hal. 35-40 2013

27. Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI. Profil


kesehatan gigi dan mulut tahun 2011 Juni. Available at:
http://www.depkes.go.id. Acecced Juni 29, 2013.

46. Max OS, Dorothy AF. Plaque control, dalam clinical


periodontology. Dyson J, editor. Edisis ke-7. WB
Saunders Company; 1990.

28. Edgar M, Dawes C, OMullane D. Saliva and oral health.


3rd ed London: British Dental Association; 2004.
29. Effendi DS, Syakir M, Yusron M. Budidaya dan pasca
panen teh. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan; 2010.
30. Eliasson L, Carlen A, Almstahl A. Dental plaque pH and
micro-organisms during hyposalivation. J Dental
Research 2006; 85: 334-8.
31. Foster TD. Buku ajar ortodonsi. Edisi 3. Jakarta: EGC;
1997.

47. Narayanan R, Krishnan S, Prasunkumar J, Gyongyi G.


Structure-function relationships in human salivary amylase: role of aromatic residues. Biologia, Bratislava
2005; 16: 47-56.

32. Frank A, Guillermo T, Michael J. Salivaryamylase: role


in dental plaque and caries formation. Critical Reviews
in Oral Biology and Medicine 1993; 4(3/4): 301-7.
33. Fulder S. Khasiat teh hijau. Wilujeng TR, editor. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher; 2004.
34. Gardner EJ, Ruxton CHS, Leeds AR. Black teahelpful
or harmful? A review of the evidence. European J
Clinical Nutrition 2007; 61: 3-18.
35. George KS. The effect of saliva on dental caries. J Am
Dent Assoc 2008; 139(suppl 2).
36. Groppo FC, Bergamaschi CC, Cogo K. Use of
phytotheraphy in dentistry. Phytoteraphy Research 2008;
22: 993-8.
37. Haffajee AD, Arguello EI, Ximenes-Fyvie LA. Controlling
the plaque biofilm. Int Dent J 2008; 53: 191-9.
38. Hamilton JM. Anti-cariogenic properties of tea
(Camellia sinensis). J Med Microbiol 2001; 50: 299-302.
39. Hartoyo A. Teh dan khasiatnya bagi kesehatan, sebuah
tinjauan ilmiah. Yogyakarta: Kanisius; 2003.
40. Isidora K, Theresia I, Krisnowati D. Teh hitam sebagai
penghambat keprogresifan kanker rongga mulut. FKG
Unair 2000. h. 3-8.
41. Lim KS, Kam PCA. Chlorhexidine-pharmacology and
clinical applications. Anesh Intensive Care, University
of Sidney 2008; 36: 502-12.
42. Lingstorm P, Van Ruyven FO, Kent R. The pH of dental
plaque in its relation to early enamel caries and dental
plaque flora in humans. J Dent Res 2000; 79: 770-7.
43. Manson JD, Eley BM. Buku ajar periodonti. Kentjana S,
editor. Edisi ke-2. Hipokrates, 1993.
44. Marsh PD, Devine DA. How is the development of
dental biofilms influenced by the host. J Clin Periodontol
2011; 38 (suppl. 11): 28-35.
45. Marsh PD. Dental plaque as a biofilm and a microbial
community implications for health and disease. BMC
Oral Health 2006; 6(suppl. 1): 1-7.

48. Neeraja R, Anantharaj A, Praveen P. The effect of


povidon-iodine and chlorhexidine mouth rinse on
plaque streptococcus mutans count in 6-12 year Old
School Children : An in vivo Study. J Indian Soc Pedod
Prevent Dent-Supplement. 2008.
49. Nolte, W.A. Oral Microbiology with basic Microbiology
and Immunology 4th. Ed. St. Louis, Toronto, London:
C V Mosby Co, 1982.
50. Oewen R & Bambang K. Pemanfaatan teh hitam dalam
pencegahan karies gigi, Pusat Penelitian Teh dan Kina
Gambung, FKG Unpad, 2000. 1-7.
51. Peter J, Frederick J, Peter R Ellis. Human -amylase and
Starch Digestion: An Interesting Marriage. Weinheim.
Starch-Journal 2011, 63: 395-405
52. Pintauli S. Pengukuran resiko karies. Dentika Dental
Journal. 2007. 12 (1). 96-100.
53. Rahmadhan A G. Serba serbi kesehatan gigi dan mulut.
Cet.1. Jakarta : Bukune, 2010.
54. Roth, Calmes. Oral biology. St. Louis, Toronto, London:
C V Mosby Co, 1981.
55. Sharma S. Plaque disclosing agent A Review. J Adv
Dental Research, 2010; II:1.
56. Soesilo D, Santoso RE, Diyatri I. Peranan sorbitol dalam
mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses
pencegahan karies. Maj. Ked. Gigi. 2005; 38(1): 25-8.
57. Sreenivasan PK, Gittins E, The effects of a chlorhexidine
mouthrinse on culturable microorganisms of the tongue
and saliva. Microbiological Research. 2004: 159: 4.
58. Sumawinata N. Dasar-dasar karies. Jakarta : EGC, 1992.
59. Surdacka A, Strzykata K, Rydzewska. Changeability of
oral cavity environment. Euro J Dent, 2007; 1: 14-7.
60. Thomas J G. Managing the complexity of a dynamic
biofilm. J Am Dent Assoc, 2011; 142(4): 415-26
61. Ukra M. The miracle of tea. Bandung: Mizan Publika
Publishing House. 2011.
62. Yosipovitch G, Kaplan I, Calderon S. Distribution of
mucosal pH on the buccal, tounge, lips and palate.
Acta Derm Venereol, 2001, 81: 178-80.

You might also like