Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Citra Seftiani, S.Ked
Hanry Tanto, S.Ked
Maramis Syarifudin, S.Ked
Moh. Habib, S.Ked
Rizky Ramadantie, S.Ked
Sheba Pristy N, S.Ked
Tia Sabrina, S.Ked
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus dengan judul:
Telah diterima dan dipresentasikan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior periode 25 Oktober 22 November 2010 di Bagian
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RS Ernaldi Bahar Palembang.
Pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
-
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Tanggal Lahir
Tempat Lahir
Status Perkawinan
Warga Negara
Agama
Suku Bangsa
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Kebangsaan
MRS
Dikirim oleh
B. STATUS INTERNUS
-
Keadaan Umum
Sensorium
: Compos Mentis
Suhu
: 36,8oC
Berat Badan
: 45 kg
Nadi
: 80x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Tinggi Badan
:-
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Turgor
: baik
Status Gizi
: baik
Sistem Kardiovaskular
Sisem Respiratorik
Sistem Gastrointestinal
Sistem Urogenital
Kelainan Khusus
C. STATUS NEUROLOGIKUS
- Urat Syaraf Kepala (Panca Indera)
Mata : - Gerakan
- Persepsi Mata
- Pupil
- Refleks Kornea
: +/+
- Pemeriksaan Oftalmoskopi
: tidak dilakukan
- Koordinasi: baik
- Refleks: normal
- Kekuatan: +5/+5
-
Sensibilitas
Fungsi Luhur
Kelainan khusus
D. ANAMNESIS
-
Alloanamnesis:
Diperoleh dari
Umur
Pendidikan
Hubungan dengan pasien
: Ipan
: 24 tahun
: SMP
: Kekasih pasien
Sebab Utama
Penderita kabur dari rumah sakit DKT Jambi.
Keluhan Utama
Penderita mengoceh/berbicara tanpa henti
bahwa
penderita
telah
hamil.
Majikan
penderita
penderitapun
sering
mengejek
penderita. Akibatnya,
penderita merasa malu dan marah kepada majikannya. Sejak saat itulah
penderita sering marah-marah, mengoceh sendiri, dan dendam kepada
majikannya. Selain itu, penderita jugga menjadi sering bertengkar dan
membenci rekan-rekan kerja dan majikannya. Halusinasi (-) dan waham
(-).
Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita merasa
demam dan menggigil sehingga penderita dibawa ke rumah sakit DKT
jambi. Penderita didiagnosis malaria dan harus dirawat. Mendengar hal itu,
penderita mejadi histeris dan kabur tidak mau dirawat. Oleh sebab itu,
kekasih penderita melapor ke polisi untuk membawa penderita ke RSJ
Jambi.
Riwayat Premorbid
Bayi
Anak-anak
Remaja
Dewasa
Riwayat Pendidikan
Penderita tamat SMP
Riwayat Pekerjaan
Penderita bekerja sebagai pegawai rumah makan padang selama 2 tahun.
Penderita mengaku tidak dibayar gajinya satu bulan terakhir. Penderita
mengaku tidak betah selama bekerja.
Riwayat Perkawinan
Penderita belum menikah.
Riwayat Keluarga
Penderita merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Status Ekonomi
Kurang.
E. KEADAAN UMUM
-
Kesadaran/Sensorium
Perhatian
: Adekuat
Sikap
Inisiatif
: Ada
Ekspresi Fasial
Verbalisasi
Kontak Psikis
- Kontak Fisik
: Ada
- Kontak Mata
: Ada
- Kontak Verbal
: Ada
Keadaan Afektif
Hidup Emosi
Stabilitas
: Labil
Dalam-dangkal
: Dalam
Pengendalian
: Tidak Terkendali
Adekuat-Inadekuat
: Inadekuat
Echt-Unecht
: Echt
Skala Diferensiasi
: Menyempit
Einfuhlung
: Dapat dirabarasakan
Arus Emosi
: Cepat
Daya Konsentrasi
: Baik
Orientasi :
: Baik
Tempat
Waktu
: Baik
Personal : Baik
Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah : Sesuai
Discriminative Judgement
: Baik
Discriminative Insight
: Baik
: IQ rata-rata
: (-)
Halusinasi
: (-)
: Baik
Tangensial (-)
Terhalang (-)
Terhambat (-)
Perseverasi (-)
Verbigerasi
Isi Pikiran
Pola Sentral (+)
(-)
Waham (-)
(+)
Fobia (-)
(-)
Konfabulasi (-)
Perasaan inferior (-)
(-)
(-)
Kecurigaan (+)
10
Pemilikan Pikiran
Obsesi (-)
Alienasi (-)
Bentuk Pikiran
Autistik (-)
Paralogik (-)
Simbolik (-)
Lain-lain (-)
Dereistik (-)
Konkritisas (-)
Simetrik (-)
-
Autisme (-)
Vagabondage (+)
Stupor (-)
Logore (+)
Pyromania (-)
Ekopraksi (-)
Raptus/Impulsivitas (-)
Mutisme (-)
Mannerisme (-)
Ekolalia (-)
Lain-lain (-)
11
G. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
-
AKSIS I
AKSIS II
AKSIS III
AKSIS IV
AKSIS V
: 70
H. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
- Berpura-pura (malingering)
- Gangguan psikotik karena kondisi medis umum
- Gangguan psikotik akibat zat
I. TERAPI
- Haloperidol 2 5 mg
J. PROGNOSIS
-
Dubia
- BAB II
- PEMBAHASAN
-
traumatis,
dan
perkembangan
psikosis
A. Epidemiologi
Beberapa penelitian telah dilakukan tentang epidemiologi
diagnosis psikosis reaktif singkat DSM edisi ketiga yang
direvisi (DSM-III-R), dan belum ada yang dilakukan dengan
menggunakan kriteria DSM-IV. Dengan demikian, perkiraan
yang dapat dipercaya tentang insidensi, prevalensi, rasio, jenis
insidensi
psikosis
reaktif
singkat
DSM-III-R
ada
sebelumya
(paling
sering
adalah
gangguan
B. Etiologi
C. Diagnosis
dengan durasi
(postpartum).
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan
untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya
dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas,
- Sebutkan jika:
- Dengan stressor nyata (psikosis reaktif singkat): jika gejala terjadi segera
setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendirian atau
bersama-sama, akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap
-
bersama-sama, akan menimbulkan stress yang besar bagi hampir setiap orang
-
Berdasarkan
Pedoman
Penggolongan
dan
Diagnosis
D. Gambaran Klinis
Gejala gangguan psikotik akut selalu termasuk sekurangnya
satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tibatiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala
yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah
mengamati bahwa gejala afektif, konfulsi, dan gangguan
pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada
gangguan psikotik akut daripada gangguan psikotik kronis.
Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik akut adalah
perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh,
berteriak-teriak atau diam membisu, dan gangguan daya ingat
untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala
tersebut
ditemukan
pada
gangguan
yang
mengarahkan
E. Stresor Pencetus
Contoh yang paling jelas dari stressor pencetus adalah
peristiwa kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan
kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang.
Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan
kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinisi berpendapat
bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan di dalam
hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan
tersebut adalah beralasan, tetapi mungkin memperluas definisi
stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak
berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat
bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang
menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang
menimbulkan stress dengan jelas. Tetapi, penjumlahan derajat
stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu
ayah
pasien
telah
dimakamkan.
Ayahnya
nyawanya.
Sebelum
kematian
ayahnya,
ia
menjadi
-
gangguan
psikotik
lainnya,
seperti
gangguan
skizofreniform.
F. Diagnosis Banding
Klinisi tidak boleh menganggap bahwa diagnosis yang
tepat untuk pasien yang psikotik akut adalah gangguan psikotik
akut, bahkan jika faktor psikososial pencetus yang jelas
ditemukan. Faktor tersebut dapat semata-mata terjadi bersamasama. Diagnosis lain yang dipertimbangkan di dalam diagnosis
banding adalah gangguan buatan (factitious disorder) dengan
tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura
(malingering), gangguan psikotik karena kondisi medis umum,
dan gangguan psikotik akibat zat. Seorang pasien mungkin
tidak mau mengakui penggunaan zat gelap, dengan demikian
membuat pemeriksaan intoksikasi zat atau putus zat sulit tanpa
menggunakan tes laboratorium. Pasien dengan epilepsi atau
delirium dapat juga datang dengan gejala psikotik yang dengan
ditemukan pada gangguan psikotik akut. Gangguan psikiatrik
tambahan yang harus dipertimbangkan di dalam diagnosis
banding adalah gangguan identitas disosiatif dan episode
psikotik yang disertai dengan gangguan kepribadian ambang
dan skizotipal.
gangguan
menderita
episode
selanjutnya
dan
kecil
Farmakoterapi
-
Diskusi
tentang
stressor,
episode
psikotik,
dan
dari satu bulan tetapi sekurangnya satu hari; gejala mungkin memenuhi
atau tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia. Insidensi
- BAB III
- ANALISIS MASALAH
-
dianggap sebagai suatu stressor pencetus terjadinya hal tersebut. Penderita juga
sering berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Tanda lain dari gejala yang
didapatkan dari pasien adalah sikap yang menjadi lebih agresif, dependen, infantil,
berubah-ubah, ekspresi fasial yang marah dan demdam. Afek yang teramati adalah
labil, sedangkan mood yang dapat dinilai adalah irritable dan inappropriate yang
nyata. Arus pikiran menjadi sirkumstansial dan inkoheren. Hal-hal di atas dapat
dikategorikan sebagai suatu gejala psikotik. Onset kejadian adalah sekitar satu
minggu menandakan hal ini terjadi secara akut.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia edisi ke III 1993 (PPDGJ-III), tanda dan gejala yang dialami
penderita dapat digolongkan dalam gangguan psikotik akut. Adanya gejala-gejala
psikotik yang terjadi dalam onset kurang dari 2 minggu dan mengganggu
beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan menyokong kuat diagnosis ini. Stressor
pencetus sangatlah jelas, yaitu konflik antara penderita dengan majikan dan rekanrekan kerjanya. Konflik ini dapat tergolong sebagai peristiwa kehidupan yang
besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap
orang, termasuk pada penderita. Selain itu, tidak didapatkan tanda dan gejala
episode manik, episode depresi, atau penyebab organik semakin memperkuat
diagnosis tersebut.
Diagnosis banding yang dipertimbangkan adalah berpura-pura
(malingering), gangguan psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan
psikotik akibat zat. Berpura-pura seringkali memerlukan waktu pemeriksaan yang
cukup lama. Berpura-pura dapat digugurkan secara alami dengan keluhan yang
tidak bisa ditemukan secara objektif pemeriksa. Diagnosis gangguan psikotik
karena kondisi umum dapat digugurkan oleh karena pada penderita tidak dijumpai
sebab-sebab organik, seperti trauma kapitis, delirium ataupun demensia.
Sementara itu, diagnosis gangguan psikotik akibat zat tersingkir oleh tidak
diperolehnya hal-hal yang mendukung ke arah terjadinya intoksikasi akibat
penggunaan alkohol atau obat-obatan. Namun, untuk memastikannya dapat
dilakukan tes laboratorium.
Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan
farmakoterapi dan nonfarmakoterapi. Penatalaksanaan dengan farmakoterapi
dapat digunakan obat antipsikotik antagonis reseptor dopamin dan benzodiazepin.
Obat yang diberikan pada penderita ini adalah haloperidol. Penatalaksanaan
nonfarmakoterapi dengan psikoterapi yang tujuan utamanya adalah untuk
mengendalikan situasi jangka pendek yang merupakan bagian sulit dari terapi
adalah integrasi psikologis pengalaman, dalam hal ini adalah konflik antara
penderita dengan majikan dan rekan-rekan kerjanya. Penderita diajak dalam
diskusi mengenai stressor, episode psikotik, dan perkembangan strategi untuk
mengatasinya adalah topik utama bagi terapi tersebut.
-
terjadinya sedikit penumpulan afektif, onset gejala mendadak, dan adanya stresor
pencetus yang berat.
-
DAFTAR PUSTAKA
-
2001.
Jakarta:
Media
Aesculapius. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sasmanto, Suharyadi. Gangguan Psikotik Singkat. Diunduh dari
www.scribd.com/doc/Gangguan-Psikotik-Singkat.