Professional Documents
Culture Documents
@ Dan at Juga Turut Andil Dalam Merubah Struktur Demografi - Terus-Menerusnya
@ Dan at Juga Turut Andil Dalam Merubah Struktur Demografi - Terus-Menerusnya
Permasalahan @ @2 kemiskinan dan pengangguran masih terus saja mengakar
pada negara kita saat ini. Globalisasi yang makin lama semakin memperjauh antara
@ dan
@ juga turut andil dalam merubah struktur demografi . Terus-menerusnya
terjadi peningkatan penduduk2 tak terbendung arus fertilitas dan mortalitas ikut memuncak.
Hal ini dapat menjadi
bagi kita2 akankah dengan peningkatan jumlah penduduk
yang berlebih menjadi keuntungan atau kerugian b agi perekonomian negara. Dampa k2 baik
dari sisi negatif maupun sisi positif akibat melonjaknya jumlah penduduk2 harus disikapi
dengan bijak agar pemanfaatan dari sisi Sumber Daya Manusia benar -benar sebagai Modal
Pembangunan2 bukan justru sebagai beban ekonomi negara. Saat ini negara lebih banyak
diisi oleh aktivis pengangguran yang sangat tidak produktif2 ini jelas mempersulit negara
yang dapat menghambat pe mbangunan di segala bidang kehidupan.
Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan
pekerjaan2
jelas
memperbesar
permasalahan
pertumbuhan
perekonomian
negara.
Ironisnya2 peningkatan jumlah penduduk akibat fertilitas (tingkat kelahiran) yang tinggi2 juga
dibarengi dengan mortalitas (tingkat kematian) yang tinggi.
tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari jumlahnya2 penduduk usia produktif mencapai sekitar
180 juta2 sementara nonproduktif hanya 60 juta.
Bappenas menyatakan keadaan ini di satu sisi mengindikasikan telah terjadi
penurunan persentase penduduk sebagai beban pembangunan (
)
sementara di sisi lain juga merupakan suatu jendela kesempatan (
)
karena penduduk tidak lagi menjadi beban b ahkan menguntungkan pembangunan.
atau granat maka 100 penduduk usia produktif akan disertai dengan 70 80 atau lebih
penduduk usia tidak produktif. Hanya bedanya2 kalau pada bentuk piramid yang banyak
adalah anak -anak (0 14 tahun)2 dalam bentuk granat yang banyak adalah lansia (60 tahun
ke atas). Suatu masyarakat dikatakan mengalami bonus demografi bila berada dalam
struktur yang berbentuk kubah tadi2 yakni 100 penduduk usia produktif hanya diimbangi oleh
sekitar 40 50 penduduk usia tidak produktif. Ortinya bebannya tidak terlalu berat. Bila
keberhasilan program KB dapat dipertahankan dan berhasil mencapai
(TFR) sekitar 221 maka pada 2015 -2025 Indonesia akan mengalami bonus demografi
dengan angka ketergantungan (
) sekitar 024 sampai 025 . (BKKBN2 2008)
Struktur
usia
penduduk
Indonesia
saat
ini
sangat
menguntungkan
untuk
pembangunan ekonomi. Jumlah penduduk usia kerja relatif jauh lebih besar daripada jumlah
penduduk yang merupakan beban (yang masih ama t muda dan yang sudah tua). Ini lah
kesempatan emas yang amat berharga . Disebut bonus2 karena kondisi ini tidak akan
bertahan lama. Ongka ketergantungan muda akan terus menurun2 tetapi lama kelamaan
penurunannya akan makin perlahan. Di pihak lain2 peningkatan angka ketergantungan tua
akan meningkat dan meningkat dengan cepat . Oleh sebab itu2 suatu titik akan tercapai
ketika peningkatan angka ketergantungan tu a lebih besar daripada penuruna n angka
ketergantungan muda. Di saat itu2 angka ketergantungan total meningkat. Dan beban
demografis pada perekonomian akan meningkat kemba li. (Krista2 2008)
Di atas kertas2 transisi demografi yang terjadi sejak beberap a dekade terakhir
membuka peluang bagi Indonesia untuk menikmati apa yang oleh PBB disebut sebagai
bonus demografi (
) pada tahun 2020 -2030. Pada saat itu2 jumlah
penduduk usia produktif dua kali lipat dari nonproduktif sehingga dimungkinkan bagi
Indonesia untuk melakukan lompatan kesejahteraan (tercermin dalam pendapatan
perkapita). (BKKBN2 2009)
Hal ini karena disponsori oleh menurunnya tingkat fertilitas2 diikuti dengan penurunan
pada tingkat mortalitas pula. Keberhasilan kebijakan pemerintah dalam mengambil antisipasi
dengan peningkatan teknologi kesehatan di mana penduduk yang mengalami gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental mendapat pengobatan sehi ngga angka mortalitas
menurun. Di sisi lain program keluarga berencana (KB) yang telah berhasil menurunkan
tingkat fertilitas jelas sekali ikut memperbaiki keadaan2 jelas peran perempuan di sini sangat
besar dalam menekan tingkat fertilitas.
Bonus demografi menjadi kesempatan berharga di mana muncul peluang bagi
negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini2 untuk meningkatkan kesejahteraan.
benar-benar memicu
sama dengan pria. Pergerakan wanita tidak dibatasi2 justru pemberdayaan pada wanita
digalakkan sehingga wani ta lebih produktif dapat ikut meningkatkan pendapatan
nasional.
c. Tabungan
Bonus demografi memicu pertumbuhan tabungan ( ) dan pada gilirannya akan
meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Model -model ekonomi tentang
tabungan yang berhubungan l angsung dengan penduduk adalah
2
dengan landasan pemikiran bahwa terhindarnya kelahiran seorang bayi (
)
akan menyebabkan menurunnya sejumlah konsumsi yang meningkatkan tabungan2 dan
menyebabkan terjadinya pembentukan kapital. (Ogawa dkk.
Odioetomo2 2005)
Sedangkan Higgins
Bloom dkk.
Odioetomo (2005) mengatakan ada
dan
. Penduduk muda dan penduduk lansia
mengkonsumsi barang melebihi apa yang mereka bisa produksi. Sedangkan penduduk
usia kerja cenderung mempunyai tingkat
ekonomi yang lebih tinggi dan
cenderung mempunyai tingkat tabungan yang lebih tinggi pula. Hal ini sesuai dengan
hipotesis Coale dan Hoover
Odioetomo (2005) yang m enemukan bahwa
penduduk mulai menabung lebih banyak pada usia 40 -65 tahun pada saat mereka
sudah tidak terbebani oleh pembiayaan anak -anak.
Pada usia ini mereka juga mulai mempersiapkan masa pensiun. Sejalan dengan
pergeseran umur dan implikasinya terhadap jumlah usia produktif2 akumulasi aset
akibat
adanya
proses
penuaan
penduduk
adalah
keuntungan
yang
harus
modal
manusia (
) dalam jumlah yang banyak. Berlandaskan pada pemikiran
akan
meningkat dan dihargai sebagai aset2 bukan hanya faktor produksi. Dengan kemungkinan
hidup yang lebih lama hasrat masyarakat terhadap investasi pendidikan
anak-anaknya
tumbuh karena masyarakat meyakini akan hasilnya bagi ha ri tua anak-anaknya. Okan tetapi
keempat faktor yang menerangkan bonus demografi ini dan
terhadap pertumbuhan penduduk2 yakni penawaran tenaga
tabungan/investasi2 serta modal manusia hanya akan bisa terjadi jika kebijakan pemerintah
memang kondusif untuk itu . (Bongaarts
Odioetomo2 2005)
Kondisi penduduk Indonesia apabila diproyeksikan pada tahun 2030 akan mencapai
285 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar ini merupakan sumber tenaga kerja dan
sekaligus juga akan menjadi pasar yang potensial. Kondisi laju pertumbuhan penduduk
yang terus menurun2 dari 123 persen di dekade 2000 -2010 menjadi 121 persen di dekade
2010-20202 dan menjadi 029 persen pada dekade 2020 - 2030. Sampai dengan tahun 20182
Indonesia masih akan menikmati
. Bonus demografi I ini terjadi apabila
dipicu oleh penurunan angka kelahiran yang mengurangi beban keluarga. Dan sebagai
akibatnya2 terjadi penurunan proporsi konsumsi dalam pendapatan2 dan selanjutnya
meningkatkan potensi tabungan masyarakat. (Tanjung dkk2 2007)
Kemudian kondisi setelah tahun 20182 angka ketergantungan akan naik
sejalan
dengan meningkatnya usia harapan hidup yang mencapai 74 tahun. Pada saat itu terbuka
kesempatan untuk memperoleh
. Bonus demografi II terjadi apabila usia
produktif dapat diperpanjang maka arus pendapatan tidak akan berhenti2 sehingga potensi
tabungan masih akan terus berlanjut. Kunci dari potensi ini dalah kelompok lanjut usia
(lansia) yang sehat2 berpendidikan dan produktif . (Tanjung dkk2 2007)
Bonus demografi tersebut tidak datang dengan sendirinya karena diperlukan
berbagai persyaratan2 seperti:
Tingkat fertilitas harus terus menurun menjadi 1286 per wanita dan Ongka Kematian
Bayi (OKB) menjadi 1829 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2030. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Rujiman dan Iskandar Muda Tahun 20072 tentang determinan
fertilitas di negara berkembang2 menyebutkan bahwa tingkat kematian berpengaruh
positif dan signifikan terhadap fertilitas2 semakin tinggi tingkat kematian bayi maka
semakin tinggi tingkat fertilitas.
Selain itu dari hasil penelitian juga menyebutkan persentase wanita kawin usia 15 49
tahun yang menggunakan alat kontrasepsi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat fertilitas. Ortinya semakin tinggi angka penggunaan alat kontrasepsi bagi wanita
kawin usia 15 49 tahun2 maka semakin rendah tingkat fe rtilitas. Pemenuhan
persyaratan tersebut memerlukan peran penting perempuan. Peranan perempuan
dalam ber-KB selama ini telah menjadikan mereka pahlawan kependudukan karena
partisipasinya tersebut (57243% dibanding pria yang hanya 125 %) telah mampu
menggeser struktur penduduk pada proporsi penduduk usia produktif yang lebih besar.
Berkaca dari fakta yang ada sekarang2 indeks pembangunan manusia atau human
development index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia2 Indonesia
berada di urutan 111. Sementara dikawasan OSEON2 HDI Indonesia berada di urutan enam
dari 10 negara OSEON. Permasalah an pembangunan sumber daya manusia inilah yang
harusnya bisa diselesaikan dari sekarang2 jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan
sampai hal yang menjad i berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena
masalah yang mendasar: kualitas manusia.
Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi
dengan cara
memperbaiki mutu modal manusia2 mulai dari pendidikan2 kesehatan2 kemampuan
komunikasi2 serta penguasaan teknologi. Bukan hanya pemerintah2 masyarakat juga harus
menjadi pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara menyadari pentingnya
arti pendidikan2 kesehatan dan aspek -aspek yang dapat mengembangkan kualitas manusia
itu sendiri.
Secara proporsional jumlah penduduk muda Indonesia lebih besar dibandingkan
dengan negara maju lainnya. Hal ini merupakan potensi untuk mengisi
kekurangan
(
daerah
perkotaan2
yang
salah
satunya
terbentuk
akibat
tingginya
mobilitas
penduduk.
Kesejahteraan masyarakat tidak saja direfleksikan oleh pendapatan per kapita yang tinggi
dan infrastruktur yang memadai namun juga diwujudkan melalui perbaikan status pendidikan
dan kesehatan (Tanjung dkk2 2007).
Unsur penting di dalam pembangunan manusia adalah kesehatan2 dan salah satu
indikator kesehatan adalah angka kematian bayi (IMR). Kematian bayi (anak)
secara
langsung disebabkan oleh kesakitan bayi (anak) dalam pengertian luas2 yang pada
gilirannya dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab tidak langsung dan salah satunya
adalah kekurangan gizi. Ongka Kematian Bayi (OKB) Indonesia telah mengalami penuru nan.
(SDKI 2007)
Banyak masyarakat menilai bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
perempuan hanya sebagai pekerjaan sampingan. Pemberdayaan wanita sangat minimalis
dibanding pria2 padahal tidak ada kebijakan yang mengekang wanita untuk turut berkipra h
menjadi pemilik aset. Peluang pengoptimalan peran wanita yang tidak hanya sekedar bisa
pengurus rumah kini bisa diandalkan dengan pekerjaan profesional yang tak kalah dengan
pria.
Odanya kemajuan di semua variabel yang menjadi ukuran pokok HDI2 yaitu suatu
kenaikan Usia Harapan Hidup dari 6622 tahun menjadi 6628 tahun2 kenaikan tingkat
membaca dari 8723 persen menjadi 8729 persen2 kenaikan rata -rata partisipasi sekolah dari
64 persen menjadi 65 persen2 dan kenaikan tingkat pendapatan rata -rata per kapi ta 0
dari US$. 2940 menjadi US$ 3230. Kenaikan -kenaikan itulah yang menyebabkan nilai HDI
Indonesia naik dari 02682 menjadi 02691. Nilai baru itu mendongkrak posisi Indonesia pada
tahun 2002 dari urutan ke 112 menjadi urutan ke 111 dari 177 negara. (Ha ryono2 2005)
Kebijakan yang dapat dilak ukan dalam upaya memanfaatkan bonus demografi ke
depan secara lebih optimum adalah:
1. Menciptakan SDM yang Berkualitas
Menurunnya
jumlah
anak
yang
dilahirkan
memberikan
keleluasaan
untuk
McKee (2005) menyimpulkan hal yang serupa yaitu bahwa kelompok usia tua Indonesia
terus bekerja terutama di sektor pertanian dan bukan pertanian.
Meskipun alasan utama untuk terus bekerja adalah kurang siapnya perbekalan masa
pensiun serta masih adanya anak/cucu yang harus dibantu2 tingginya partisipasi kerja
penduduk lanjut usia merupakan hal positif untuk
kelanjutan bonus demografi pertama dan kedua2 peningkatan penduduk lanjut usia
dapat dijadikan sebagai potensi dibandingkan beban. Penduduk lanjut usia2 dengan
permasalahan kesehatan dan produktivitasnya yang terus menurun2 dapat menjadi
beban. Namun2 melalui peningkatan kualitas kesehatan
melalui
Undang -Undang
40/2004
pemerintah
berkewajiban
untuk
menjadi malapetaka yang mengerikan kalau ledakan penduduk usia dewasa yang
diikuti dengan ledakan penduduk usia tua yang muncul sebagai akibat transisi
demografi yang lebih cepat dan tidak bisa diben dung berubah menjadi kesengsaraan
yang berkepanjangan.
6. Fasilitas Osuransi dan Kesehatan yang Merata
Keberhasilan program KB mendapatkan bonus demografi2 yaitu memiliki penduduk
muda yang berjumlah besar dengan kualitas SDM yang tinggi2 sementara jumlah
penduduk anak-anak dan lansia sedikit. Itu artinya2 program KB mampu mengurangi
beban biaya negara dari sektor pelayanan kesehatan2 pendidikan2 transportasi dan
penyediaan lapangan pekerjaan. Munculnya UU Otonomi Daerah menyebabkan
kelembagaan
KB
menjadi
lem ah2
karena
pemerintah
kabupaten/kota
lebih
cc
Bonus demografi yang akan menghasilkan perubahan ekonomi secara drastis dalam
bidang industri besar dan luar biasa nampaknya belum akan sanggup memberikan
kesempatan kerja kepada munculnya bonus berupa banyak ledakan penduduk dewasa
berupa angkatan kerja bermutu rendah di masa depan. Bonus demografi bahkan akan
menjadi malapetaka yang mengerikan kalau ledakan penduduk usia dewasa yang diikuti
dengan ledakan penduduk usia tua yang muncul sebagai akibat transisi demografi yang
lebih cepat dan tidak bisa dibendung berubah menjadi kesengsaraan yang berkepanjangan.
(Odietomo dalam Haryono2 2005 )
Indonesia bersiap akan Bonus Demografi. Hal ini disponsori dengan perubahan
struktur transisi demografi Indonesia yaitu dengan menurunnya tingkat fertilitas2 diikuti
dengan penurunan pada tingkat mortalitas. Jumlah angkatan penduduk muda akan lebih
banyak dibandingkan bayi atau penduduk tua. Di mana jumlah penduduk yang produktif
menjadi peluang untuk mengangkat perekonomian2 di sisi lain sebagai penampung jumlah
penduduk non produktif .
Bonus Demografi dapat diukur dengan menggunakan TFR (
dan
NRR (
serta melihat perkembangan kualitas sumber daya manusia2
modal2 tenaga kerja2 dan !
Banyak faktor-faktor yang mendasari apakah Indonesia akan mampu menghadapi
bonus demografi selanjutnya. Berdasarkan analisis data stati stik menunjukkan Indonesia
memiliki peluang untuk mencapainya2 tetapi dibutuhkan usaha yang keras dari seluruh
masyarakat untuk mendukung kebijakan pemerintah secara bertahap. Indonesia memiliki
potensi untuk meraih bonus demografi2 karena berdasarkan stat istik data menunjukkan
yang membaik daripada masa sebelumnya. Oleh karena itu2 produktivitas serta
partisipasi dan keoptimisan seluruh rakyat menjadi modal sekaligus motivasi untuk
mewujudkannya.
Kebijakan pemerintah dalam menggapai bonus demografi d ilakukan secara bertahap
dan konsisten dengan: (i) menciptakan SDM yang berkualitas; (ii) stabilisasi iklim investasi
dalanm negeri; (iii) menjadikan penduduk lanjut usia sebagai asset2 bukan beban; (iv)
mewujudkan jaminan sosial yang komprehensif; (v) ter sedianya lapangan pekerjaan; (vi)
fasilitas asuransi dan kesehatan yang merata; dan (vii) pemantapan sektor pertanian melalui
pemberdayaan petani lokal.
Bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Satu sisi adalah berkah jika berhasil
mengambilnya. Satu sis i yang lain adalah bencana seandainya kualitas SDM tidak
dipersiapkan. Kaum produktif dengan jumlah yang besar (sebagai bonus demografi) masih
cD
dianggap beban dan belum dianggap asset ekonomi oleh negara (tidak dimanfaatkan benar benar oleh negara ).
Pengangguran masih menjadi masalah yang tidak kunjung selesai. Dengan
munculnya bonus demografi jangan sampai masalah pengangguran menjadi penggugur
peningkatan perekonomian. Tantangan bagi pemerintah dan seluruh rakyat untuk
berpartisipasi aktif membangu n bersama kesejahteraan negara. Perbaikan kualitas sumber
daya manusia menjadi aspek yang penting bagi pembangunan2 karena sumber daya
manusia menjadi pelaksana pembangunan itu sendiri2 tidak lagi menjadi sasaran
pembangunan. Tidak hanya dengan jumlah kua ntitatif yang menunjukkan angka yang besar2
tanpa dibarengi kualitas manusia itu sendiri2 maka produktivitas tidak akan tercapai. Hal ini
dapat berdampak pada kemelorotan di segala bidang kehidupan. Yang terpenting
bagaimana sumber daya manusia itu sendiri dapat menciptakan ruang -ruang peluang usaha
guna mengisi kekosongan lapangan kerja. Harapannya membutuhkan komitmen baik
pemerintah dan masyarakat dalam menyongsong bonus demografi ini. Peningkatan kualitas
pendidikan2 kesehatan2 iklim investasi serta prod uktivitas ekonomi. Pemerintah lebih
mengutamakan aspek -aspek kecil yang mudah sebagai modal awal untuk memulai
pembangunan2 dan selanjutnya jangan sampai hal -hal yang kecil justru dihancurkan oleh
keegoisan para pengantong jabatan yang haus akan materi2
memang milik bersama dicuri untuk dinikmati sendiri. Dan imbasnya balik lagi kepada
masyarakat yang tidak kedapatan jatah .
Feibe Betrix Purba2 Rosaline. 2009.
Sekolah Pascasarjana2
Universitas Sumatera Utara2 Medan .
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7308/1/09E01837.pdf
(diakses 16/04/2011)
---------. 2010. Mortalitas .
http://balatbangbengkulu.files.wordpress.com/2010/06/mortalitas_bkkbn07.pdf
(diakses 16/04/2011)
cr
! "!
!
$%%& . Kementerian Koordinator
c-