You are on page 1of 13

MENCINTAI DAN MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SAW

Khutbah I











:
.







.








Jamaah Jumat Rahimakumullah

Saat ini kita sudah berada di bulan Rabi'ul Awwal 1438 H, bulan bersejarah lagi
penuh hikmah. Bersejarah, sebab di bulan ini baginda kita Muhammad Rasulullah SAW
dilahirkan. Penuh hikmah, karena bulan ini diperingati dengan berbagai macam bentuk
kegiatan.
Sejarah mencatat, pada tanggal 12 Rabiul Awwal ternyata bukan cuma Nabi
SAW dilahirkan, akan tetapi pada tanggal dan bulan itu juga, di tahun yang berbeda
junjungan kita melaksanakan hijrah dari Mekkah ke Madinah, atas perintah Allah.
Bahkan pada tanggal dan bulan yang sama dengan tahun yang berbeda itu pula beliau
meninggalkan kita, pergi menghadap Allah SWT.
Karena itulah memperingati 12 Rabiu'ul Awwal, berarti mengungkap tiga
peristiwa sekaligus tentang Nabi Muhammad SAW, yaitu kelahiran, perjuangan, dan
kembalinya beliau menghadap Allah SWT.
Namun di sela-sela meriahnya peringatan Maulidirrasul di bulan ini, satu hal yang
harus terus kita ingat, bahwa ternyata

atau cinta kepada Nabi

Muhammad SAW hukumnya adalah wajib, Setiap Muslim wajib hukumnya mencintai
beliau, sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits


















.


"Dari Abu Hurairah RA: Sesungguhnya rasulullah SAW bersabda : Demi jiwaku yang
berada dalam kekuasaan-Nya tidak sempurna keimanan seseorang sehingga aku lebih
dicintainya daripada orang tua dan anaknya."
Bahkan di dalam riwayat yang lain ada tambahan

Rasulullah itu harus lebih dicintai dari seluruh manusia lain.

"


"

Jamaah Jum'at Rahimakumullah.


Selanjutnya marilah kita memperhatikan firman Allah SWT berikut:












)21/ (


Sudah ada bagimu pada diri Rasulullah teladan yang baik, yakni bagi orang-orang yang
mengharap Allah dan hari akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah. (QS>
Al-Ahzab : 21).

Dalam QS. Al-Ahzab, 21 di atas, Allah mewartakan Nabi Muhammad Saw adalah

uswatun hasanah, teladan yang baik. Kisah hidupnya adalah cermin spiritual dan moral
bagi seluruh manusia. Kata dan lakunya menebarkan wangi kebajikan. Rasulullah adalah
teladan. Ia mengajarkan umat manusia bagaimana bersabar dalam cobaan, menahan
hawa amarah, membalas keburukan dengan kasih sayang.
Kala hina dan cela orang-orang Thaif menderanya, Rasulullah justru mengulas
senyum dan doa kedamaian. Ya Rasulullah, apakah tidak sebaiknya saya timpakan
gunung itu kepada mereka, pinta Malaikat penjaga gunung geram atas hinaan pada
Rasulullah. Tak usah wahai malaikat, mereka hanyalah orang-orang yang belum tahu.
Semoga Allah membukakan hati mereka pada kebenaran, jawab Rasulullah seraya
tersenyum.
Betapa Nabi yang Agung itu mengajarkan kepada umatnya kesabaran dan kasih
sayang. Sebab, cahaya Islam akan tersingkap dengan laku dan kata yang bajik. Islam
akan bercahaya dengan umatnya yang meneladani Manusia Terbaik di muka bumi ini.
Kata kotor, laku kasar, caci maki dan benci justru akan menjauhkan manusia dari
cahaya Islam. Kita seyogyanya malu, jika cahaya Islam itu terhalang oleh perilaku kita
yang tidak mencontoh Nabi Muhammad. Muhammad Abduh, ulama Mesir awal abad ke20, menyindir perilaku umat Islam yang jauh dari teladan Nabi. Al-islmu mahjbun bi
al-muslmn (Islam terhalang oleh umatnya).

Jamaah Jumat Rahimakumullah


Saudaraku yang semoga selalu mendapatkan taufik Allah Taala. Nabi kita
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi lagi
sesudah beliau. Beliau shallallahu alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang mulia
dengan syafaat al uzhma pada hari kiamat kelak. Itulah di antara keistimewaan Abul
Qosim, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Seorang muslim punya kewajiban
mencintai beliau shallallahu alaihi wa sallam lebih dari makhluk lainnya. Inilah landasan
pokok iman. Dan itulah yang harus dimiliki setiap muslim yaitu hendaklah Nabinya lebih
dia cintai dari makhluk lainnya. Mari kita simak bersama firman Allah Taala,









Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah
dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah

mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang


yang fasik. (Qs. At Taubah: 24)
Ibnu Katsir mengatakan, Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah
dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka
yang akan menimpa kalian.
Ancaman keras inilah yang menunjukkan bahwa mencintai Rasul dari makhluk
lainnya adalah wajib. Bahkan tidak boleh seseorang mencintai dirinya hingga melebihi
kecintaan pada nabinya.
Pertanyaannya sekarang adalah apa tanda cinta kepada nabi SAW tersebut.
Para ulama sepakat bahwa tanda cinta kepada sesuatu itu adalah sering mengingat
sesuatu itu

Setiap orang yang mencintai, hatinya selalu terkenang akan yang dicintainya, lidahnya
selalu menyebut nama dan keelokannya disetiap ruang dan waktu, tanpa henti dan
tanpa terlewatkan.

Jamaah Jumat Rahimakumullah


Ada beberapa cara untuk melatih kita agar senantiasa mengingat Rasulullah, di
antaranya adalah :
Rajin dalam melaksanakan sunnah-sunnah Rasulullah SAW sambil mengenang bahwa
apa yang ia kerjakan sekarang adalah pernah dilaksanakan oleh Rasulullah, atau dalam


bahasa yang lebih indahnya adalah




, mengikut kepada


Nabi zhahir dan bathin. Sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT :

Katakan wahai Muhammad kepada umatmu: Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah
aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.
Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada dasarnya adalah untuk belajar
banyak dari perilaku beliau untuk kita tiru, turuti, dan ikuti secara konsekuen,
bagaimana perkataan dan perbuatan beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi SAW sebagaimana hadits Nabi :

Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah akan bershalawat


(menurunkan rahmat) kepadanya sepuluh kali.
Membaca shalawat selain merupakan tanda cinta kepada nabi, ia juga menyebabkan
turunnya rahmat Allah kepadanya. Semoga dengan rahmat Allah itulah kita nantinya
akan dimasukkan oleh Allah ke dalam sorga-Nya. Amien

Jamaah Jumat Rahimakumullah


Cinta bukanlah hanya klaim semata. Semua cinta harus dengan bukti. Di antara
bentuk cinta pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah ittiba (mengikuti), taat dan

berpegang teguh pada petunjuknya. Karena ingatlah, ketaatan pada Nabi shallallahu

alaihi wa sallam adalah buah dari kecintaan.


Penyair Arab mengatakan:








.








Sekiranya cintamu itu benar niscaya engkau akan mentaatinya


Karena orang yang mencintai tentu akan mentaati orang yang dicintainya

Akhirnya marilah kita selalu berusaha untuk terus meningkatkan kecintaan


kepada Nabi Muhammad saw dengan memperbaiki akhlak, perilaku, tutur kata, sikap,
dan kepribadian kita. Semoga Allah akan melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua
amin.

Malapetaka itu Bernama Lisan


Khutbah I

Tak ada yang sia-sia seluruh yang diciptakan Allah. Kata-kata ini benar karena seluruh keberadaan
di jagat ini memiliki maksud dan tujuan, entah diketahui manusia maupun tidak. Termasuk dalam
hal ini seluruh anggota badan manusia, seperti mata, hidung, telinga, lisan, kaki, tangan, dan organorgan luar dan dalam, serta sel-sel yang tak terhitung jumlahnya.
Semua itu merupakan nikmat besar. Nikmat yang tak mungkin bisa dibalas secara sepadan, kecuali
sekadar mensyukurinya, baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Bersyukur lewat perkataan bisa
dilakukan dengan mengucapkan hamdalah atau kalimat puji-pujian lainnya; sementara bersyukur
lewat tindakan akan tercermin dari kualitas perbuatan: apakah sudah baik, bermanfaat, atau
sebaliknya?
Jamaahshalat Jumat rahimakumullh,
Di antara semua anggota badan itu yang paling krusial adalah lisan. Lisan merupakan perangkat di

dalam tubuh manusia yang bisa menimbulkan manfaat, namun sekaligus mudarat yang besar bila
tak benar penggunaanya. Karena itu ada pepatah Arab mengatakan, salmatul insane f hifdhil lisn
(keselamatan seseorang tergantung pada lisannya). Melalui kata-kata, seseorang bisa menolong
orang lain. Dan lewat kata-kata pula seseorang bisa menimbulkan kerugian tak hanya bagi dirinya
sendiri tapi juga bagi orang lain.
Karena saking krusialnya, Islam bahkan hanya memberi dua pilihan terkait fungsi lisan: untuk
berkata yang baik atau diam saja. Seperti bunyi hadits riwayat Imam Bukhari:



Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.
Rasulullah mendahuluinya dengan mengungkapkan keimanan sebelum memperingatkan tentang
bagaimana sebaiknya lisan digunakan. Keimanan adalah hal mendasar bagi umat Islam. Ini
menunjukkan bahwa urusan lisan bukan urusan main-main. Hadits di atas bisa dipahami sebaliknya
(mafhum mukhalafah) bahwa orang-orang tak bisa berkata baik maka patut dipertanyakan kualitas
keimanannya kepada Allah dan hari akhir. Ini menarik karena lisan ternyata berkaitan dengan
teologi.
Kenapa dihubungkan dengan keimanan kepada Allah dan hari akhirat? Hal ini tentang pesan bahwa
segala ucapan yang keluarkan manusia sejatinya selalu dalam pengawasan Allah. Ucapan itu juga
mengandung pertanggungjawaban, bukan hanya di dunia melainkan di akhirat pula. Orang yang
berbicara sembrono, tanpa mempertimbangkan dampak buruknya, mengindikasikan pengabaian
terhadap keyakinan bahwa Allah selalu hadir menyaksikan dan hari pembalasan pasti akan datang.
Allah juga mengutus malaikat khusus untuk mengawasi setiap ucapan kita.



"Tak ada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir." (QS. Qaf : 18)
Banyak hal kotor yang dapat muncul dari lisan. Seperti ghibah atau membicarakan keburukan orang
lain. Ghibah mungkin bagi sebagian orang asyik sebagai kembang obrolan, namun ia
mempertaruhkan reputasi orang lain, memupuk kebencian, serta merusak kepercayaan dan
kehormatan orang lain. Contoh lain adalah fitnah. Yakni, senagaja menebar berita tak benar dengan
maksud merugikan pihak yang difitnah. Fitnah umumnya berujung adu domba, hingga pertengkaran
bahkan pembunuhan. Sifat ini sangat dibenci Islam. Fitnah masuk dalam kategori kebohongan
namun dalam level yang lebih menyakitkan.
Inilah relevansi manusia dikarunia akal sehat, agar ia berpikir terhadap setiap yang ia lakukan atau
ucapkan. Berpikir tentang nilai kebaikan dalam kata-kata yang akan kita ucapkan, juga dampak
yang bakal timbul setelah ucapan itu dilontarkan. Ini penting dicatat supaya kesalahan tak berlipat
ganda karena lisan manusia yang tak terjaga. Politisi yang sering mengingkari janji itu buruk, tapi
akan lebih buruk lagi bila ia juga tak pandai menjaga lisannya. Pejabat yang gemar berbohong itu
buruk namun akan lebih buruk lagi bila ia juga pintar berbicara. Dan seterusnya.
Rasulullah bersabda:

Sungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafiq
yang pintar berbicara. (HR At-Tabrani)
Jamaahshalat Jumat rahimakumullh,

Di zaman modern ini, ucapan atau ujaran tak semata muncul dari mulut tapi juga bisa dari status
Facebook, cuitan di Twitter, meme di Instagram, dan lain sebagainya. Media sosial juga menjadi
ajang ramai-ramai berbuat ghibah, fitnah, tebar kebohongan, provokasi kebencian, bahkan sampai
ancaman fisik yang membahayakan. Makna lisan pun meluas, mencakup pula perangkat-perangkat
di dunia maya yang secara nyata juga mewakili lisan kita. Dampak yang ditimbulkannya pun sama,
mulai dari adu domba, tercorengnya martabat orang lain, sampai bisa perang saudara.
Karena itu, kita seyogiannya hati-hati berucap atau menulis sesuaitu di media sosial. Berpikir dan
ber-tabayyun (klarifikasi) menjadi sikap yang wajib dilakukan untuk menjamin bahwa apa yang kita
lakukan bernilai maslahat, atau sekurang-kurangnya tidak menimbulkan mudarat. Sekali lagi,
ingatlah bahwa Allah mengutus malaikat khusus untuk mengawasi ucapan kita, baik hasil lisan kita
maupun ketikan jari-jari kita di media sosial.



Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
)hadir. (QS. Qaf : 18




Khutbah II

.

.
! .




Karakter Kepemimpinan Rasulullah

Khutbah I

:


















Jamaah shalat jumat rahimakumullh,
Ada sebuah ayat Al-Quran yang cukup menggambarkan bagaimana karakter kepemimpinan
Rasulullah sebagai penyampai risalah sekaligus pemimpin. Ayat tersebut berbunyi:








Artinya: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, tak tahan
melihat penderitaan kalian, sangat menginginkan (keselamatan dan kebahagiaan) atas kalian, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS at-Taubah: 128)
Ayat ini setidaknya mengungkap empat hal. Pertama, Allah menurunkan risalah melalui kepada
umat manusia melalui sosok mulia yang juga manusia, bukan jin ataupun malaikat yang sukar
dijangkau. Hal ini mengandung hikmah untuk memudahkan umat manusia dalam meneladani
sosoknya. Nabi Muhammad shallallhu alaihi wasallam adalah figur yang sangat dekat dengan
umatnya, memahami dan sanggup berkomunikasi (berbahasa) secara baik dengan sasaran
dakwahnya.
Sebagaimana manusia lainnya, Rasulullah merasakan apa yang dirasakan makhluk fisik pada
umumnya: lapar, haus, butuh istirahat, bisa terluka, kepanasan, kedinginan, dan lain sebagainya.
Namun, justru dari sinilah umatnya bisa belajar keteladanan luar biasa tentang kesederhanaan,
kesabaran, keikhlasan, keberanian, kejujuran, kedermawanan, dan sifat-sifat positif lainnya dalam
wujud yang sangat nyata. Rasulullah tampil dalam wujud yang manusiawi, tapi sekaligus sarat nilainilai kemanusiaan.
Kedua, Rasulullah memiliki empati yang amat tinggi terhadap penderitaan umatnya. Beliau

memberi teladan kepemimpinan yang tidak memberatkan. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengaitkan
kalimat azzun alahi m anittum dengan dua hadits:







Aku (Muhammad SAW) diutus untuk membawa agama yang lurus dan toleran.




Sesungguhnya agama ini (Islam) adalah kemudahan.
Dengan bahasa lain, Rasulullah samasekali tak menghendaki adanya hal-hal yang menyulitkan
umatnya, bahkan untuk urusan ibadah sekalipun. Sebagai contoh, tentang shalat tahajud yang Nabi
laksanakan tiap malam secara istiqamah di masjid. Begitu tahu sahabat-sahabatnya berbondongbondong meneladani rutinitasnya, Rasulullah beberapa hari kemudian tak pergi ke masjid. Alasan
beliau, tak ingin memberi kesan bahwa shalat tahajud wajib sehingga bakal memberatkan umatnya
di kemudian hari. Rasulullah juga pernah menegur sahabatnya, Muadz, yang membaca bacaan
terlalu panjang saat memimpin shalat berjamaah. Menurut Nabi, seorang imam harus
mempertimbangkan makmumnya yang mungkin terdiri dari orang tua dan orang-orang yang
mempunyai keperluan.
Jamaah shalat jumat rahimakumullh,
Yang ketiga, Nabi juga merupakan sosok yang sangat menginginkan keselamatan dan kebahagiaan
bagi umatnya. Ibu Katsir saat menerangkan harshun alaikum menghubungkannya dengan hidayah
dan kemaslahatan bagi umatnya baik di dunia maupun di akhirat. Beliau mendorong adanya proses
kesadaran ilahiyah dalam setiap embusan nafas manusia, juga tersingkirnya mudarat atau kerugian
bukan hanya secara duniawi tapi juga ukhrawi.
Keempat, ayat tersebut menegaskan tentang sifat Nabi yang raf (welas asih) lagi rahm
(penyayang) kepada umatnya. Kita tahu bahwa dua sifat itu adalah bagian dari 99 asmaul husna. Ini
sekaligus menunjukkan keistimewaan derajat Nabi Muhammad. Dua nama indah Allah dilekatkan
pada diri beliau.
Rahmat atau kasih sayang tersebut mewujud dalam karakter kepemimpinan Rasulullah yang tidak
kasar menghadapi masyarakat. Beliau juga gemar memaafkan dan memohonkan ampun ketika
umatnya berlaku salah, bersedia bermusyawarah, dan bertawakal kala tekad sudah bulat. Seperti
yang dituturkan Al-Quran:



Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imran: 159)
Demikianlah karakter Nabi Muhammad shallallhu alaihi wasallam yang kita yakini sebagai
teladan paling ideal bagi umat manusia. Keyakinan ini juga dibenarkan oleh ayat suci bahwa di
dalam diri Rasulullah ada contoh yang baik (al-Ahzab: 22). Namun yang menjadi pertanyaan,
seberapa besar kesadaran tentang hal itu tertanam kuat dalam masing-masing diri kita lalu
mengejawantah dalam kehidupan sehari-hari?

Jamaah shalat jumat rahimakumullah,


Semoga kita semua mampu menyerap pelajaran dari watak pemimpin agung kita tersebut dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Beliaulah sosok yang paling pantas menjadi panutan
ideal umat manusia di seluruh dunia.




Khutbah II

.





.

.





.
.
.
!




Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad Saw

,
. , .











Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Pada kesempatan yang mulia, melalui mimbar khotbah ini, saya berpesan pada diri saya sendiri
khususnya dan kepada para jamaah sekalian, marilah kita terus-menerus meningkatkan taqwa
kepada Allah Swt. Taqwa dalam arti yang sebenarnya, yaitu dengan melaksanakan perintah Allah
serta meningkatkan semua larangan-larangan-nya. Juga taqwa dalam arti taat serta patuh terhadap
semua ketentuan yang telah diisyaratkan Allah Swt. Dalam agama islam. Dengan begitu, mudahmudahan kita mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, amin.<>Hadirin Jamaah Jum'at
Rahimakumullah
Nabi Muhammad Saw. Merupakan utusan Allah terkhir dengan membawa agama Islam, sebagai
agama yang sempurna kebenarannya, yang membenarkan dan menyempurnakan agama-agama
yang di bawah oleh utusan Allah sebelumnya, agar dijadikan pegangan oleh para hamba-Nya dalam
perjalanan hidup menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Muhammad Saw. Sebagai utusan Allah yang terkhir, mengemban amanah suci, sebagai wujud nyata
dari sifat Rahman dan Rahim Allah terhadap para hamba-Nya. Bahkan merupakan penyempurna
dari semua kenikmatan yang telah diberikan-Nya kepada sekalian penghuni alam.
Allah Swt. Berfirman:








Artinya:
"dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS.
Al-Anbiya':107)
Dari ayat diatas kita dapat mengambil pengertian dari ayat tersebut bahwa Muhammad Saw. Adalah
insan kamil (manusia sempurna) yang pada dirinya terletak untaian mutiara hikmah sebagai obor
penerang dalam hidup dan kehidupan sekalian penghuni alam, yang mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kekafiran menuju cahaya kebenaran, yaitu dinul islam yang diridai Allah Swt.kehadiran

beliau adalah sebagai juru selamat yang mengantar kepada kebahagiaan yang lahir dan batin, dunia
akhirat.
Oleh sebab itu, menyebut dan memperingati kehadiran beliau menjadi sebuah keniscayaan bagi
orang tau terimakasih dan berbelas budi. Hari dan bulan kelahiran baliau harus kita peringati
sebagai titik awal bagi peningkatan pengabdian kepada Allah sebagai Dzat yang telah
menyempurnakan semua kenikmatan-Nya.
Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Saat ini kita telah kembali memasuki bulan Rabiul Awal, bulan dimana ummat Islam diseluruh
penjuru dunia merayakan hari kelahiran atau Maulid Nabi besar Muhammad Saw. Yang tepat
jatuhnya pada tanggal 12 Robiul Awal tahun 53 sebelum hijrah. Disamping sebagai hari kelahiran
Rasulullah, tanggal 12 Rabiul Awal sebenarnya juga mempunyai nilai sejarah lain yang juga patut
diperingati oleh ummat Islam. Pada tanggal tersebut Rasulullah melakukan hijrahnya dari Mekkah
ke Madinah, dan pada tanggal itu pula,Rasulullah tutup usia (wafat) untuk menghadap
kehadiranAllah Saw.
Banyak nilai sejarah yang terkandung dalam 12 Rabiul Awal yang patut diperingati, hanya saja,
diantara beberapa peristiwa besar itu yang biasa diperingati kaum muslimin adalah hari kelahiran
Rasulullah yang terkenal dngan istilah peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, dan telah menjadi
tradisi Umat Islam sejak dulu hingga sekarang, walaupun dengan cara dan bentuk yang berbedabeda, namun tetap dalam konteks dan semangat yang sama yaitu mencintai dan meneladani
Rasulullah Saw.
Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Pada dasarnya, tidak ada nash atau ayat Al-Qur'an maupun hadis yang nyata-nyata memerintahkan
atau melarang diadakannya peringatan terhadap hari-hari besar tersebut, maka penyelenggaraan
peringatan tersebut sifatnya sangat cultural dan hukumnya boleh, sebab tidak termasuk menyalahi
aturan syariat yang ditetapkan oleh Islam.
Bertolak dari pengertian tentang penyelenggaraan peringatan di atas, maka muatan atau bentuk
panyelenggaraannyalah yang dapat mengubah atau mempengaruhi hukum asalnya. Adapun bentuk
penyelenggaraan peringatan maulid yang disukai dan biasa diselenggarakan oleh para ulama dahulu
adalah sebagaimana yiang disebutkan dalam kitab "At-Tanbihatul Waajibat" karya seorang ulama
besar, K.H. Hasyim Asy'ari, Tebuireng, Jombang, JawaTimur.
Dalam kitab itu dijelaskan bahwa bentuk peringatan Maulid nabi berupa perkumpulan banyak
manusia, yang disitu dibaca ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis yang mengisahkan tentang
peristiwa dan kelebihan-kelebihan Rasulullah semasa dalam kandungan, saat kelahiran maupan
pasca kelahiran beliau. Demikian juga budi pekerti dan akhlak beliau yang mulia. Setelah itu,
dibagikan kepada mereka sekedar makanansebagai jamuan. Adakalanya dalam peringatan itu
disertai memukul rebana namun tetap dalam konteks seni yang bernuansa Islami.
Sedangkan peringatan maulid Rasulullah Saw. Yang dilakukan oleh Syaikh Umar bin Muhammad
Al-Mulla, salah seorang saleh yang ternama dikota Irbil dan banyak diikuti oleh masyarakat
sekitarnya adalah dengan bersedekah, bakti sosial, berbuat kebajikan dan melahirkan rasa suka dan
gembira atas kelahiran beliau.bentuk peringatan seperti itu menunjukkan rasa kecintaan
pengagungan dan pemuliaan terhadap baginda Rasulullah Saw. Serta ungkapan rasa syukur kepada
Allah Swt. Atas nikmat dan anugrah-Nya yang besar berupa kedatanganya dan pembawa hidayah,
kebenaran serta kasih sayang untuk seluruh alam.
Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Nabi Muhammad Saw. Dilahirkan di kota Mekkah dari seorang ibu yang bernama Aminah dan
seorang ayah yang bernama Abdullah yang telah meninggal dunia sebelum kelahiran beliau. Masa
kecilnya, beliau disusui oleh Tsuwaibah, seorang budak perempua milik Abu Lahab yang lantas
memerdekakan lantaran memberi kabar gembira kepadanya atas kelahiran beliau. Menurut suatu
kisah, Abu Lahab pernah ditanya, "Bagaimana keadaanmu?" ia menjawab, "aku di neraka , hanya
saja aku diberi keringanan siksa setiap malam senin dan aku bisa menghisap air dari ujung kedua
jariku. Semua ini berkat aku memerdekakan Tsuwaibah budakku saat ia memberiku kabar gembira
atas kelahiran Nabi dan lantaran susuannya kepada beliau."
Berpijak dari kisah diatas, Ibnu Jauzari berpendapat bawa jika Abu Lahab yang nyata-nyat telah

kafir, bahkan Al-Qur'an telah menetapkan sebagai orang yang celaka, masih diberi balasan berupa
keringanan siksa setiap malam senin lantaran kegembiraannya atas kelahirannya Rasulullah, lalu
bagaimana dengan orang islam yang tidak menyekutukan Allah dan merasa gembira atas
kelahirannya Rasulullah dan mau menyerahkan apa yang dimilikinya demi kecintaan kepada Rasul?
Kiranya, balasan Allah Swt. Lebih patut ialah surga, tempat kenikmatan yang abadi. Itulah diantara
keagungan dari memperngati Maulid Nabi Muhammad Saw.
Pringatan maulid Nabi Saw. Akan menjadi lebih baik bila kita mau mencontoh peringatan yang
diadakan oleh para ulama terdahulu, yaitu dengan menyelenggarakan suatu acara yang islami,
bersedekah menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim, serta menampakkan perasaan bahagia
atas kelahiran beliau dan mengikuti segala ajarannya, menyelenggarakan pengajian dan ceramahceramah agama.
Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Bentuk-bentuk lain yang berupa kemaksiatan dan kemungkaran dalam memperingati maulid Nabi
Saw. Harus dijauhi dan ditinggalkan. Karena peringatan dalam bentuk itu tidak lagi di perbolehkan
dan haram hukumnya. Seperti misalnya pentas music yang tidak islami, berjoget yang
membangkitkan nafsu, mabuk-mabukan, bercampurnya laki-aki dan perempuan yang bukan hak
dan mahramnya, berjudi dan lain-lin. Semua itu merupakan bentuk kemungkaran dan kemaksiatan
yang dilarang oleh agama. Menyumbangkan dana untuk keperluan kegiatan tersebut juga dilarang,
sebab hal itu termasuk membantu terselenggaranya kemaksiatan.
Allah Swt berfirman:




Artinya:
"Dan janganlah kalian tolong-menolong atas perbuatan dosa dan permusuhan." (QS. Al-Maidah:2)
Memperingati maulid Nabi Saw. Dengan disertai kemaksiatan dan kemngkaran merupakan sebuah
kenifakan yang sangat kontradiktif dengan tujuan asalnya. Hal itu sama dengan menampakkan
sesuatu yang tidak sesuai dengan isinya, lahirnya memperingati kelahian Rasulullah dengan rasa
cinta dan pengagungan beliau, namun isinya berbentuk perbuatan yang dibenci dan dilarang oleh
beliau. Maka, hal ini dapat pula disebut sebagai menyalahi etika atau su'ul adab terhadap Rasul atau
bahkan termasuk bentuk penghinaan yang menyakiti beliau. Karena penghinaan bukan hanya
berupa ucapan, namun juga bisa ber bentuk perbuatan yang tidak sesuai atau berlawanan dengan
ajaran islam yang dibawa beliau. Bagi yang melakukan deikian, mendapatkan laknat Allah Swt dan
diancam dengan siksaan yang menghinakan. Pehatikanlah firman Allah Swt. berikut ini:













Artinya:
"sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan melaknati
mereka dan menyediakan bagi mereka siksa yang menghinakan." (QS. Al-Ahzab:57)
Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Apabila kita mengakui banar-benar sebagai umat Muhammad Saw. Senantiasa taat dan tunduk akan
syariat dan ajarannya, maka dalam kesempatan memperingati hari-hari bersejarah bagi beiau lebih
dahulu hendaklah kita niatkan sebagai bukti syukur atas anugrah Allah yang telah menunjukkan
jalan keselamatan melalui utusan-Nya; juga hendaklah kita niatkan sebagai penghormatan atas
kecintaan kepada beliau, dengan tujuan agar lebih benyak lagi memperoleh suri teladan dari kisah
perjuangan beliau untuk kita terapkan dalam perjalanan hidup kita sehari-hari dan agar
mendapatkan syafa'at beliau.
Marilah kita jadikan bulan kelahiran nabi Muhammad Saw. Ini sebagai tolak peningkatan aktivitas
kesalehan dan pengabdian yang benar kepada Allah Swt. Dengan cara inilah kita akan memperoleh
janji Allah yang berupa kebahagiaan dunia akhirat dan terhindar dari ancaman siksa-Nya yang amat
pedih.
Akhirnya, sebagai penutup khotbah ini kami mengajak saudara-saudara untuk senatiasa menaati
Nabi Muhammad Saw. Sebagai utusan Allah yang terakhir yang ajaran dan syariatnya berlaku
sampai akhir zaman.
Degan menaati ajaran Nabi Muhammad Saw. Berarti kita telah menaati Allah dan Rasul-Nya dan
terpelihara diri kita dari kesesatan. Allah Swt. berfirman:

Artinya:
"Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa
yang berpaling dari (ketentuan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pelihara bagi
)mereka." (QS. An-Nisa':80
Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Barbahagialah orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan mengikuti beliau, sehingga
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa mereka, dan kelak bisa berkmpul bersama beliau di
surga. Amin.
KHUTBAH KEDUA:


.








.



.







Sumber

You might also like