You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit kronik akibat meningkatnya tekanan
darah arterial sistemik, baik diastolik maupun sistolik. Hipertensi
merupakan peningatan tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg
dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).
Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140 / 90 mmHg. Hipertensi merupakan suatu keadaan
terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada
suatu target organ tubuh sehingga bisa menyebabkan kerusakan lebih berat
seperti stroke dan penyakit jantung koroner.1 Hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa
penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakannya
dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui.2
Hipertensi memiliki kaitan yang erat dengan gaya hidup yang tidak
sehat seperti kurangnya berolahraga atau latihan fisik, faktor stress,
mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, dan kurangnya istirahat.
Asupan makanan yang tinggi natrium berlebihan juga dapat

memicu

terjadinya hipertensi.1
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di
dunia khususnya negara berkembang. Sekitar sepertiga orang populasi
orang dewasa di negara maju dan berkembang mengalami hipertensi
dengan 9,4 juta orang di dunia mengalami kematian akibat komplikasi
penyakit ini. Sebanyak 45% diakibatkan oleh penyakit jantung dan 51%
kematian akibat stroke.3 Prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa
secara umum di dunia sebesar 26,4% pada tahun 2000 dan diperkirakan
akan meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025. Di Indonesia, jumlah

penderita hipertensi terus meningkat. Berdasarkan Survei Kesehatan


Nasional (Surkesnas) 2001 dilaporkan 27,8% pada penduduk usia 25
tahun (pengukuran dengan air raksa). Pada Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001, 2002 persentase lebih tinggi ditemukan pada
wanita (29%) dibanding pria (27%) dan SKRT 2004 melaporkan 14%
pada kelompok usia 15 tahun.4
Hipertensi kadang telat terdeteksi karena tidak memiliki gejala
khusus dan baru terdeteksi ketika telah terjadi komplikasi sehingga
meningkatkan angka mortalitas, maka dari itu hipertensi juga dikenal
sebagai silent killer. Komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi yaitu
stroke, gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan saraf dan mata, dan
sebagainya.1,5 Untuk menghindari komplikasi tersebut maka diperlukan
kesadaran penderita hipertensi melakukan kunjungan rutin untuk
memeriksa tekanan darah serta mendapat terapi hipertensi.

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1

IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. Pertiwi
Usia
: 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Jl. KHM. Asyik Lr. Puskesmas No. 1551 RT/RW : 33/10
Kelurahan 3-4 Ulu Palembang
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Datang berobat : 05 Desember 2016

2.2

ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 05 Desember 2016)


Keluhan Utama
Rasa nyeri dan berat di daerah tengkuk sejak 3 hari yang lalu
Keluhan Tambahan
Pusing
Riwayat Perjalanan Penyakit
2

Sejak 3 hari yang lalu, os mengeluh nyeri dan rasa berat di tengkuk. Os juga
mengeluh pusing yang dirasakan hilang timbul di seluruh kepala, pusing
berputar disangkal. Keluhan mual dan atau muntah disangkal. Pandangan
kabur (-), berkunang-kunang (-), sesak napas (-), demam (-), batuk (-), pilek
(-). Os memiliki riwayat darah tinggi sejak 14 tahun yang lalu. Obat
darah tinggi yang diminum adalah amlodipin yang dikonsumsi satu kali
sehari, namun os tidak rutin mengonsumsi obat tersebut.
Os mengaku jarang berolahraga walaupun hanya sekedar lari atau jalan pagi
di sekitar rumah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit darah tinggi (+) sejak 14 tahun yang lalu
Riwayat kencing manis (-)
Riawayat sakit jantung (-)
Riwayat penyakit kolesterol tinggi (-)
Riwayat minum obat 6 bulan (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat minum jamu-jamuan (-)
Riwayat Alergi (-)
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit darah tinggi pada keluarga (-).
Riwayat Pengobatan
Os tidak rutin mengkonsumsi obat Amlodipine 1 x 5 mg
Riwayat Sosial Ekonomi
Os merupakan Ibu dari 3 orang anak. Suami os sudah meninggal. Anak os
yang pertama (laki-laki) sudah bekerja juga sebagai buruh bangunan dan
tinggal bersama istrinya, anak kedua (perempuan) os sebagai ibu rumah
tangga dan tinggal bersama suaminya dan anak ketiga (perempuan) os
bekerja sebagai pedagang. Penghasilan anak ketiga os yaitu Rp. 500.000
setiap bulan. Os tinggal bersama anak ketiganya.
Kesan: Status ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi ikan asin, gorengan, jeroan, dan
keripik-keripik. Pasien tidak rutin berolahraga setiap hari.

2.3

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalikus
Keadaan Umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Kompos Mentis
Tekanan Darah
: 210/110 mmHg
Nadi
: 95 kali per menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan
: 20 kali permenit
Suhu
: 36,4oC
Berat Badan
: 53 kg
Tinggi Badan
: 150 cm
IMT
: 23,56 kg/m2 (normal)
Pemeriksaan Organ
Kepala:
Bentuk bulat, simetris, ekspresi biasa, rambut tidak mudah dicabut, alopesia
(-), deformitas (-)
Mata:
Eksoftalmus (-), edema palpebral (-), konjungtiva palpebral pucat (-), sklera
ikterik (-), pupil bulat, isokor, reflek cahaya baik.
Hidung:
Deviasi septum nasal (-), secret (-), epistaksis (-).
Telinga:
MAE lapang, selaput pendengaran tidak ada kelainan, pendengaran baik.
Mulut:
Faring hiperemis (-), lidah kering (-).
Leher:
Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-), JVP (5-2) cmH2O.
Dada:
Bentuk dada simetris, sela iga tidak melebar, retraksi dinding dada (-),
barrel chest (-), venektasi (-), spider nevi (-), nyeri tekan (-).
Paru-paru:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Statis dan dinamis simetris kanan=kiri


: Stem fremitus kanan=kiri
: Sonor pada kedua lapangan paru
: Vesikular (+) normal pada kedua lapang paru, ronkhi (-),

wheezing (-).
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Ictus cordis tidak terlihat


: Ictus cordis tidak teraba
: Batas jantung atas ICS II, batas jantung kiri linea

midklavikularis, batas jantung kanan linea parasternalis, batas jantung


bawah ICS V sinistra.

Auskultasi

: Bunyi jantung I-II normal, HR 95 kali permenit, reguler,

murmur (-), gallop (-).


Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
: Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising usus (+) normal.
Kulit
Warna kulit sawo matang, kulit kering (-), turgor <2 detik, hangat.
Anogenitalia
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Superior
: Edema (-), palmar pucat (-), clubbing finger (-), akral
dingin (-)
Inferior

: edema pretibial (-), akral dingin (-).

2.4

Pemeriksaan Penunjang
-

2.5

Diagnosis Kerja
Hipertensi derajat II

2.6

Penatalaksanaan
Non Farmakologis:
- Menjelaskan mengenai penyakit hipertensi, yaitu meningkatnya
tekanan darah di atas 140/90 mmHg yang bisa disebabkan karena
usia tua, kegemukan, pola hidup, dan adanya faktor keturunan.
Hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan
mengatur pola hidup sehat dan mengkonsumsi obat penurun
tekanan darah secara teratur sehingga pasien harus rutin kontrol ke
-

pelayanan kesehatan.
Meningkatkan aktivitas fisik: olahraga 30-45 menit minimal 3 hari

dalam seminggu
Mengurangi asupan natrium: konsumsi garam <1 sendok teh/hari
Mengurangi konsumsi makanan yang rendah kolestrol: seperti

mengurangi konsumsi santan, jeroan.


Meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

Farmakologis:
Amlodipin 1x10 mg

2.7

Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan
tekanan darah sistol maupun diastol yang memberi gejala dan berlanjut
pada suatu target organ tubuh sehingga bisa menyebabkan kerusakan lebih
berat seperti stroke dan penyakit jantung koroner.1
Menurut American Society of Hypertension (ASH), hipertensi
adalah suatu kumpulan gejala (sindrom) kardiovaskuler yang progresif
akibat

dari

kondisi

berhubungan. Hipertensi

lain

yang

ditegakkan

kompleks

pada

tekanan

dan
sistolik

saling
140

mmHg/lebih saat beristirahat, tekanan diastolik 90 mmHg/lebih saat


beristirahat atau keduanya. Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure mendefinisikan
hipertensi sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.6

3.2 Epidemiologi
Angka kejadian hipertensi menyebar di seluruh dunia. Hipertensi
merupakan penyebab dari 6% jumlah kematian di seluruh dunia. 7 Secara
umum prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di dunia yaitu sebesar
26,4% pada tahun 2000 dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi
29,2% pada tahun 2025. Di Indonesia, jumlah penderita hipertensi
6

mengalami terus peningkatan. Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional


(Surkesnas) 2001 dilaporkan angka kejadian hipertensi 27,8% pada
penduduk usia 25 tahun (pengukuran dengan air raksa). Pada Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 2002 persentase lebih
tinggi ditemukan pada wanita (29%) dibanding pria (27%) dan SKRT
2004 melaporkan 14% pada kelompok usia 15 tahun.8 Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan menunjukkan prevalensi 31,7% (pengukuran dengan digital
Tensi meter). Uji validasi pengukuran tekanan darah menunjukkan selisih
7-10 mmHg lebih tinggi menggunakan digital tensi meter dibanding
sphygmometer air raksa pada tekanan darah sistolik, dan tidak ada
perbedaan pada tekanan darah diastolik. Hasil Riskesdas 2013
menunjukkan penurunan prevalensi hipertensi menjadi 25,8% pada
kelompok usia yang sama. Penurunan ini mungkin disebabkan kesadaran
masyarakat yang semakin membaik pada tahun 2013 atau perbedaan alat
ukur yang digunakan pada responden. Studi terbaru yang dilakukan oleh
Julianto Pradono (Kementerian Kesehatan) pada 83.693 rumah tangga di 7
propinsi Jawa Bali, melaporkan prevalensi hipertensi pada 200.603
penduduk berusia 15-60 tahun adalah sebesar 26,4% (95%CI: 26,2-26,6).9
3.3 Etiologi
Etiologi hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder.
Sebanyak 90% adalah hipertensi esensial dan sisanya adalah hipertensi
sekunder. Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang terjadi
tanpa sebab yang jelas. Ketika tidak ada penyebab yang dapat
diidentifikasi, sebagian besar merupakan interakasi yang kompleks antara
genetik dan lingkungan. Hipertensi esensial umumnya terjadi pada usia
diatas 25 tahun dan jarang terjadi pada usia dibawah 20 tahun. Hipertensi
sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah,
dan kelainan hormonal.10 Berikut merupakan tabel beberapa penyebab
hipertensi sekunder:7

Tabel 1. Penyebab Hipertensi Sekunder.7


Renal

Penyakit parenkim, kista renal, tumor renal, dan uropati


obstruktif

Renovaskular

Arterosklerotik, displasia fibromuskular

Adrenal

Aldosteronisme primer, cushings syndrome, defisiensi


17 hidroksilase, defisiensi 11hidroksilase, defisiensi
11-hidroksisteroid dehidrogenase, pheochromocytoma.

Aorta coarctation
Obstructive sleep apnea
Preeclampsia/eclampsia
Neurogenik

Psikogenik, sindrom diensefalik, familial dysautonomia,


polineuritis, peningkatan TIK akut, acute spinal cord
section

Endokrin lainnya

Hipotiroid, hipertiroid, hiperkalsemi, akromegali

Obat-obatan

Estrogen dosis tinggi, steroid adrenal, dekongestan,


penekan nafsu makan, siklosporin, antidepresan
trisiklik, inhibitor monoamin oksidase, eritropoietin,
NSAID, kokain.

3.4 Faktor Resiko


Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko
yang reversibel dan irreversibel. Faktor risiko ireversibel antara lain usia,
ras Afrika-Amerika, dan riwayat keluarga dengan hipertensi. Sedangkan
faktor risiko yang reversibel adalah prehipertensi, berat badan berlebih,

kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi,


merokok, dan sindrom metabolik.11
a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol (Ireversibel)
1. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada
usia dewasa muda namun lebih banyak menyerang wanita
setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon
estrogen setelah menopause. Peran hormon estrogen adalah
meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung
dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan hormon estrogen dianggap sebagai adanya
imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause,
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.11
2. Usia
Tekanan darah dapat meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Tekanan sistolik meningkat sesuai dengan
usia, sedangkan tekanan diastolik tidak berubah mulai dekade
ke-5.11
3. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan
keluarga tersebut memilikii risiko menderita hipertensi. Hal ini
dihubungkan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu
dengan orang tua yang mengalami hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dibandingkan
dengan orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Selain itu juga didapatkan 70-80% kasus hipertensi
esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.11
b. Faktor risiko yang dapat dikontrol (reversibel)
1. Berat badan yang berlebih
Semakin tinggi berat badan maka semakin banyak darah
yang dibutuhka untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nurtisi
9

jaringan. Volume darah meningkat di dalam pembuluh darah


sehingga terjadi peningkatan tekanan dinding arteri.11
2. Kurang aktivitas
Seseorang yang kurang aktivitas cenderung memiliki
denyut jantung lebih banyak. Semakin tinggi denyut jantung,
semakin berat jantung harus bekerja pada setiap kontraksi dan
lebih kuat tekanan pada arteri.11
3. Konsumsi tinggi natrium
Konsumsi makanan yang mengandung banyak natrium
dapat menyebabkan tertahannya air di dalam pembuluh darah,
sehingga meningkatkan tekanan darah.11
4. Merokok
Zat kimia dalam rokok dapat menyebabkan kerusakan pada
dinding arteri yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah.11
5. Sindroma metabolik
Sindroma metabolik didefinisikan sebagai jika tiga dari
kriteri ini terpenuhi: lingkar perut besar (pria >100 cm dan
wanita >90 cm), gula darah puasa terganggu (normal <126
mg/dl), peningkatan tekanan darah 130/85 mmHg, trigliserida
plasma 150 mg/dl, atau kolesterol HDL <40 mg/dl pada pria dan
<50 mg.dl pada wanita.11
6. Stres
Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis
dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
tekanan darah yang tinggi secara menetap. Walaupun hal ini
belum terbukti tetapi angka kejadian masyarakat di perkotaan
lebih tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota. Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh
darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis.11

10

3.5 Klasifikasi
Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi
kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat
2.2
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7.2
Klasifikasi Tekanan Darah
Normal

TDS (mmHg)

TDD (mmHg)

<120

dan

<80

Prahipertensi

120-139

atau

80-89

Hipertensi derajat 1

140-159

atau

90-99

Hipertensi derajat 2

160

atau

100

3.6 Patofisiologi
Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh
darah yang dilakukan oleh aktivitas memompa jantung (cardiac output)
dan tonus dari arteri (peripheral resisten). Faktor-faktor ini menentukan
besarnya tekanan darah. Hipertensi terjadi karena kelainan dari salah satu
faktor tersebut.12

11

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah.

Peningkatan cardiac output timbul dari dua jalur, yaitu melalui


peningkatan cairan (preload) atau peningkatan kontraktilitas dari efek
stimulasi saraf simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar cardiac
output tidak meningkat yaitu dengan cara meningkatkan resistensi perifer.
Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi
karena peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload,
sehingga meningkatkan cardiac output.12
3.7 Manifestasi Klinis
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak

12

napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan


mimisan.12

3.8 Evaluasi Hipertensi


Evaluasi pasien hipertensi bertujuan untuk menilai pola hidup dan
mengidentifikasi faktor risiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya
penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan
pengobatan, mencari penyebab kenaikan tekanan darah, serta menentukan
ada tidaknya kerusakan target organ. Mengevaluasi pasien hipertensi yaitu
dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit
dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang.2
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi:
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah.
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder:
- Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal;
- Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria,
-

pemakaian obat analgetik dan obat atau bahan lain;


Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan,

palpitasi

(feokromositoma); dan
- Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme).
3. Faktor risiko
- Riwayat hipertensi atau kardiovaskuler pada pasien atau keluarga
pasien;
- Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya;
- Riwayat DM pada pasien atau keluarganya;
- Kebiasaan merokok;
- Pola makan;
- Kegemukan, intensitas olahraga; dan
- kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
- Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, TIA,
defisit sensorik atau motorik;
- Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, edema kaki;
- Ginjal: haus, polyuria, nokturia, hematuria; dan
- Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten;
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya.
6. Faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan.
b. Pemeriksaan fisik
13

Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk


mengevaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target, serta
kemungkinan adanya hipertensi sekunder.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi terdiri dari:
- Tes datah rutin
- Gula darah puasa
- Kolesterol LDL dan HDL
- Triglisedia
- Asam urat
- Kreatinin
- Kalium
- Urinalisis
- Elektrokardiogram
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan
adanya peyakit penyerta sistemik, yaitu:
-

Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak);


Diabetes (melalui pemeriksaan gula darah);
Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum,
serta memperkirakan laju filtrasi glomerulus).

3.9 Tatalaksana Hipertensi


-

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:


Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi

(diabetes, gagal ginjal, proteinuria) <130/80 mmHg;


Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular; dan
Menghambat laju penyakit ginjal
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfaramakologis dan

farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua


pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya.2
a. Terapi non-farmakologis
- Menghentikan merokok.
- Menurunkan berat badan berlebih.

14

Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh


terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat
-

badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.


Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol berlebih
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara
konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan

risiko hipertensi.
Latihan fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi
30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara
30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer

dari hipertensi.
Menurunkan asupan garam.
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan
lemak.

b. Terapi farmakologis
Obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam
pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi dipengaruhi
beberapa faktor, yaitu faktor sosioekonomi, profil faktor risiko
kardiovaskular, ada tidanya kerusakan organ target, ada tidaknya
penyakit penyerta, variasi individu dari respon pasien terhadap obat
antihipertensi, kemungkinan adanya interaksi obat yang digunakan
pasien untuk penyakit lain, dan bukti ilmiah kemampuan obat
antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan risiko
kardiovaskular.2
Obat-obatan antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 adalah:
- Diuretika, terutama jenis thiazide (thiaz) atau aldosterone
-

antagonist (Aldo ant);


Beta blocker;
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist;
Angiotensin Conversting Enzyme Inhibitor (ACEi);
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1
antagonis/blocker (ARB).

15

receptor

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara


bertahap, dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam
beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi
dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam
dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan
satu jenis obat atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah
awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis
obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum
mencapai target maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis
obat tersebut, atau berpindah ke obat antihipertensi lain dengan dosis
rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan
dosis rendah, baik tunggal atau kombinasi. Sebagian besar pasien
memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai tekanan
darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan
menurunkan kebutuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum
bertambah.2
Kombinasi yang telah terbukti efektif dapat ditoleransi pasien
adalah kombinasi diuretika dan ACEi atau ARB; CCB-BB; CCBdiuretika; AB-BB.
Tabel 3. Tatalaksana Hipertensi menurut JNC 7.
Klasifikasi
TD

Perbaikan
Pola
hidup

Terapi Obat Awal


Tanpa Indikasi

Normal

Dianjurka
n

Prehipertensi

Ya

Tidak ada indikasi obat

Hipertensi 1

Ya

Diuretika jenis Thiazide untuk sebagian


besar kasus, dapat dipertimbangkan
ACEi, ARB, BB, CCB atau kombinasi

Hipertensi 2

Ya

Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar


kasus umumnya diuretika jenis thiazide
16

Dengan Indikasi
Obat-obatan untuk
indikasi yang
memaksa
Obat antihipertensi
lain (diuretika,
ACEI, ARB, BB,
CCB) sesuai
kebutuhan

dan ACEi atau ARB atau BB atau CCB

Tabel 3. Obat oral yang digunakan dalam terapi hipertensi.13

Kelas

Nama obat

Dosis yang biasa


digunakan per
hari (frekuensi
pemberian/hari)

Sediaan

Hydrochlorothiazide

6,25-50 mg (1-2)

Tab 25 dan 50
mg

Chlorthalidone

25-50 mg (1)

Tab 50 mg

Furosemide

40-80 mg (2-3)

Tab 40 mg,
400 mg, inj
10 mg/ml

Ethacrynic acid

50-100 mg (2-3)

Tab 25 dan 50
mg

Spironolakton

25-100 mg (1-2)

Tab 25 dan
100 mg

Eplerenone

50-100 mg (1-2)

Amiloride

5-10 mg (1-2)

5 mg, 2,5 mg

Triamterene

50-100 mg (1-2)

Tab 50 dan
100 mg

Atenolol

25-100 mg (1)

50 mg, 100
mg

Metoprolol

25-100 mg (1-2)

50 mg, 100
mg

Propanolol

40-160 mg (2)

10 mg, 40 mg

Labetalol

200-800 mg (2)

Cervedilol

12,5-50 mg (2)

6,25 mg, 25
mg

2-20 mg (2-3)

Tab 1, 2 mg

Indikasi lain

Kontraindikasi

Diuretik

Thiazides

Loop
diuretic

Antagonis
aldosteron

K+
retaining

Diabetes,
dislipidemia,
hiperuricemia,
gout, hipokalemia
CHF, gagal
ginjal

CHF,
aldosteronism
e primer

Diabetes,
dislipidemia,
hiperuricemia,
gout, hipokalemia

Gagal ginjal,
hiperkalemia

Gagal ginjal,
hiperkalemia.

Beta blocker

Kardiosele
ktif

Nonselektif
Kombinasi
alfa/beta

Angina, CHF,
post MI, sinus
takikardi,
takiaritmia
ventrikular

Post MI, CHF

Antagonis alfa
Selektif

Prazosin

17

Prostatism

Asma, PPOK, Blok


jantung derajat 2
atau 3, sick sinus
syndrome

Non
selektif

Doxazosin

1-16 mg (1)

Tab 1mg, 2
mg, 4 mg

Terazosin

1-10 mg (1-2)

Tab 1, 2 mg

Phenoxybenzamine

20-120 mg (2-3)

Pheochromoc
ytoma

Simpatolitik

Clonidine

0,1-0,6 mg (2)

Inj 0,15
mg/ml, 0,075
mg/ml
Tab 0,15 mg

Sentral

3.10

Clonidine patch

0,1-0,3 mg (1x
per minggu)

Metildopa

250-1000 mg (2)

250 mg

Reserpine

0,05-0,25 mg (1)

0,1 mg, 0,25


mg

Komplikasi dan Prognosis


Sebagian besar individu yang terdiagnosa hipertensi akan

mengalami peningkatan tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia.


Hipertensi yang tidak terkontrol meningkatkan risiko kematian dan sering
disebut sebagai silent killer. Hipertensi ringan-berat jika tidak diterapi
dapat meningkatkan risiko penyakit aterosklerotik pada 30% orang dan
menyebabkan kerusakan organ pada 50% lainnya dalam 8-10 tahun setelah
onset.12 Kematian akibat penyakit jantung iskemik atau stroke meningkat
secara progresif dengan meningkatnya tekanan darah. Untuk setiap
peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan
darah diastolik di atas tekanan darah 115-75 mmHg maka laju mortalitas
akibat penyakit jantung iskemik ataupun stroke menjadi berlipat ganda.12,13
Retinopati hipertensif berhubungan dengan peningkatan risiko stroke
jangka panjang bahkan pada pasien dengan tekanan darah yang terkontrol
dengan baik. Selain itu, risiko relatif pasien dengan hipertensi ringan
sampai berat untuk menderita penyakit jantung koroner 6,9 kali lebih besar

18

daripada orang dengan tekanan darah normal. Nefrosklerosis juga


merupakan salah satu komplikasi akibat hipertensi jangka panjang.14

BAB IV
PENCEGAHAN DAN PEMBINAAN
4.1 Genogram Keluarga Ny. Pertiwi

Tn. Abdul (65tahun),


meninggal

Wardi (39 tahun)

Ny. Pertiwi
(60 tahun)

Fatimah (36 tahun)

Fadilah (34 tahun)

Heri (39 tahun)

Dungfapel (7 tahun)
4.2 Analisis Hasil Home Visite (9 Fungsi Keluarga)
4.2.1 Fungsi Holistik: merupakan suatu fungsi keluarga yang meliputi fungsi
biologis, fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.
a. Fungsi Biologis
Keluarga Ny. Pertiwi mempunyai riwayat darah tinggi, yaitu Ny. Pertiwi
sendiri. Tetapi mereka menyangkal adanya penyakit kencing manis,
asma, dan penyakit keturunan lainnya dalam keluarga seperti talasemia,
hemofilia, dll. Didalam keluarga Ny. Pertiwi juga tidak terdapat penyakit
menular maupun penyakit kronis.
19

b. Fungsi Psikologis
Keluaga Ny. Pertiwi memiliki fungsi psikologis yang baik. Semua
masalah yang ada dalam keluarga selalu diselesaikan secara bersama.
Tidak terdapat kesulitan dalam menghadapi setiap masalah yang ada
pada keluaga. Keluarga ini juga membesarkan anak-anaknya dengan
penuh kasih sayang sehingga tercipta suasana yang harmonis dalam
keluarga.
c. Fungsi Sosial Ekonomis
Dari wawancara didapatkan bahwa pasien merupakan ibu rumah tangga
dengan 3 anak. Anak pertama (laki-laki) bekerja sebagai buruh
bangunan, anak kedua (perempuan) ibu rumah tangga dan anak ketiga
(perempuan) yang bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan Rp.
500.000 setiap bulan. Suami pasien sudah meninggal. Pasien tinggal
bersama anak ketiganya. Dari sudut pandang ekonomi, ekonomi
keluarga ini tergolong menengah ke bawah. Keluarga ini mengaku tidak
pernah mengalami konflik dengan tetangga sekitar dan sering ikut
berpartisipasi di dalam kegiatan di sekitar. Dari sudut pandang sosial,
keluarga ini memiliki hubungan sosial yang baik.
4.2.2 Fungsi Fisiologis Keluarga
Fungsi fisiologis keluarga dapat diukur dengan menggunakan APGAR
score. APGAR score merupakan skor yang digunakan untuk menilai fungsi
keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap
hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:
a. Adaptation
Keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama anggota keluarga,
keluarga sering saling mendukung untuk sesuatu yang baik, saling
menerima kekurangan antar anggota keluarga dan memberikan saran
satu dengan yang lainnya agar menjadi lebih baik lagi.
b. Partnership
Berdiskusi adalah kegiatan rutinitas yang dilakukan keluarga ini setiap
hari. Semua masalah dalam kehidupan sehari-hari dibahas dalam diskusi
keluarga. Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling

20

membagi berbagai pengalaman, saling mengisi tolong menolong jika


anggota keluarga memiliki beberapa permasalahan.
c. Growth
Keluarga ini selalu memberikan dukungan kepada sesama anggota
keluarga agar mampu bersemangat dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari. Keluarga ini tumbuh dan dibesarkan dengan kasih sayang
kedua orangtua.
d. Affection
Interaksi antar sesame anggota keluarga dan hubungan kasih sayang
antar anggota keluarga ini sudah terjalin dengan cukup baik.
e. Resolve
Keluarga ini memiliki kebersamaan yang sangat tinggi. Setiap harinya
keluarga ini menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama dan
bercerita bersama.
Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 8 dengan interpretasi Baik
(data terlampir).
4.2.3 Fungsi Patologis
Pada fungsi patologis, penilaian fungsi ini dapat dinilai dengan SCREEM
score, yaitu:
a. Social
Keluarga ini merupakan keluarga yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Keluarga ini selalu berinteraksi dengan tetangga sekitar setiap hari.
Keluarga saling memberikan dukungan dan bantuan terhadap tetangga
sekitar.
b. Culture
Di dalam keluarga ini, anggota keluarga memberikan apresiasi dan
kepuasan yang cukup terhadap budaya, tata karma, dan perhatian
terhadap sopan santun.
c. Religious
Keluarga ini selalu beribadah setiap hari. Keluarga ini juga cukup taat
menjalankan ibadah sesuai dengan ajara agama yag dianutnya.
d. Economic
Status ekonomi keluarga ini tingkat menengah kebawah.
e. Educational
Di keluarga ini ayah dan ibu memiliki peranan yang penting dalam
membimbing anaknya untuk mendapatkan edukasi yang tinggi.
f. Medical

21

Keluarga ini sudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Semua masalah


kesehatan dalam keluarga ini selalu diatasi dengan pergi berobat ke
Puskesmas terdekat.
4.2.4 Fungsi Hubungan Antarmanusia
Di dalam keluarga ini hubungan antar sesama anggota keluarga sangat baik.
Selain itu hubungan kepada anggota lain misalnya tetangga sekitar juga
sudah sangat baik.
4.2.5 Fungsi Keturunan (Genogram)
Fungsi keturunan atau genogram dalam keluarga ini sudah cukup baik.
Fungsi keturunan atau genogram dalam keluarga ini dapat dilihat pada
gambar yang telah terlampir diatas.
4.2.6 Fungsi Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan)
Pengetahuan tentang kesehatan khususnya hipertensi pada keluarga ini
kurang baik. Informasi mengenai kesehatan juga sulit didapat pada
lingkungan sekitar. Kesadaran akan pentingya kesehatan juga masih kurang.
Sikap sadar akan kesehatan dan beberapa tindakan yang mencerminkan pola
hidup sehat kurang dilakukan dengan baik.
4.2.7 Fungsi Non-Perilaku (Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, Keturunan)
Lingkungan sekitar tempat tinggal cukup sehat dan para tetangga juga
menjalin kerjasama dengan baik kepada keluarga ini. Keluarga ini juga aktif
memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan berupa Puskesmas atau
Rumah sakit. Jarak rumah dengan Puskesmas tidak jauh.
4.2.8 Fungsi Indoor
Gambaran lingkungan dalam rumah belum memenuhi syarat-syarat
kesehatan, lantai dan dinding berdebu dan lembap, ventilasi dan sirkulasi
udara baik, tetapi pencahayaan kurang baik, sumber air bersih didapat dari
air sumur yang jernih dari sumur yang letaknya jauh di belakang, jamban
ada di luar rumah, pengelolaan sampah dan limbah kurang baik. Pasien
mengaku sampah biasanya dibuang secara bersama-sama oleh petugas
setempat tetapi keluarga ini memiliki kebiasaan untuk membakar sampah di
tanah kosong dekat dengan rumah mereka.

22

4.2.9 Fungsi Outdoor


Gambaran lingkungan di luar rumah sudah cukup baik, jarak rumah
keluarga Ny. Pertiwi dengan rumah tetangganya tidak terlalu rapat, tidak ada
kebisingan di sekitar rumah dengan jalan raya cukup jauh, kebersihan
dirasakan kurang, masih banyak dijumpai sampah di lingkungan
perumahan, dibelakang rumah langsung terdapat sungai dimana sering
meluap ke dalam rumah apabila musim hujan dan jalan menuju perumahan
ini masih banyak yang berbatu dan berlubang serta sempit.
4.3 Upaya Pencegahan dan Pembinaan
Dalam rangka tatalaksana penyakit Ny. Pertiwi yaitu hipertensi,
tatalaksana dibagi menjadi dua, yaitu tatalaksana non farmakologis dan
tatalaksana farmakologis. Pada tatalaksana non farmakologis, konsep KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) lebih ditekankan. Dijelaskan
mengenai penyakit yang dideritanya yaitu hipertensi, mulai dari penyebab
penyakitnya, faktor risiko, pengobatan, hingga komplikasinya kepada
pasien. Pasien dijelaskan bahwa obat hipertensi yang ia konsumsi harus
diminum rutin tiap hari dan pasien dianjurkan untuk rajin kontrol ke
puskesmas atau layanan kesehatan lainnya. Selain itu, pasien dianjurkan
untuk menjaga aktivitas fisik dengan berolahraga sekitar 30 menit minimal
tiga hari dalam seminggu, mengurangi asupan garamdan lemak, serta
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran. Kepada keluarga pasien
(anaknya) juga dijelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien, dan
menganjurkan agar dapat mengingatkan pasien untuk rutin meminum obat
hipertensinya. Tatalaksana farmakologis yang diberikan adalah amlodipin
10 mg satu kali sehari untuk mengontrol tekanan darah pasien agar stabil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Staessan A, Jan. Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi. Essential Hypertension.


The Lancet, 2003; hal 1629-35.

23

2. M. Yogiantoro. Hipertensi esensial. Dalam: Sudoyo, Aru ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009. Hal. 107985.
3. World Health Organization. A Global Brief on Hypertension: Sillent Killer,
Global Public Health Crisis. Switzerland: WHO, 2013. Pg. 9.
4. Rachmawati Y, Perwitasari DA, Adnan, 2014,Validasi Kuesioner SF-36 versi
Indonesia terhadap Pasien Hipertensi di Puskesmas Yogyakarta,J Pharmacy;
11 (01), 14-25.
5. Soenarta Ann

Arieska, Konsensus

Pengobatan

Hipertensi. Jakarta:

Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi), 2005; 5-7.


6. Dewhurst M, Dewhurst F, Gray W, Chaote P, Orega G, Walker W. The high
prevalence of hypertekanan darahon in rural-dwelling Tanzanian older adults
and the disparity between detection, treatment and control: a rule of sixths.
Journal of Human Hypertension. 2013;27: 374- 380.
7. World Health Organization. The World Health Report 2002: Risk to Health
2002. Geneva: World Health Organization.
8. Rachmawati Y, Perwitasari DA, Adnan, 2014,Validasi Kuesioner SF-36 versi
Indonesia terhadap Pasien Hipertensi di Puskesmas Yogyakarta,J Pharmacy;
11 (01), 14-25.
9. Nurpiati, Dyah Aryani Perwitasari. 2015.Perbandingan Kualitas Hidup Pasien
Hipertensi Menggunakan Kuisioner EQ-5D dan SF-6D Di RD X Yogyakarta.
Farmasains Vol. 2. No. 6, 253-8.
10. Cowley AW. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev Genet,
2006; 7(11): 829-40.
11. Thomas M. Habermann, Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal Medicine
Concise Textbook 1st edition. Canda: Mayo Foundation for Medical Education
and Research, 2008.
12. Norman M. Kaplan. Kaplans Clinical Hypertension 9th ed. Philadelphia,
USA:Lippincott Williams&Wilkins: 2006.
13. McPhee, Stephen J, et al. Current Medical Diagnosis and Treatment 2009.
New York: McGrawHill: 2009.
14. 2003 World Health Organization

(WHO)/International

Society

of

Hypertension (ISH) statement on management of hypertension. J Hypertens


2003;21:1983-1992.

24

25

Lampiran 1
Kondisi Rumah Keluarga Ny.
S Pertiwi
Pintu

u
n
g

W
C
Kamar

Dapur

Ruan
g
Tam
u

Pintu

Gambar 1. Denah rumah

Gambar 2. Kondisi ruang tamu

Gambar 3. Kondisi dapur

26

Gambar 4. Kondisi kamar

Gambar 5. Kondisi WC

Gambar 6. Keluarga Ny. Pertiwi

Lampiran 2

27

APGAR SCORE

0: Jarang/tidak sama sekali


1: Kadang-kadang
2: Sering/Selalu
Variabel Penilaian
Adaptation
Partnership
Growth
Affection
Resolve
Total

APGAR Ibu
2
1
2
2
1
8

Interpretasi: 5 (Kurang), 6-7 (Cukup), dan 8-10 (Baik)


Rata-rata APGAR score: 8 (Baik)

28

APGAR Anak
1
2
2
2
1
8

Lampiran 3
SCREEM SCORE

Variabel Penilaian
Social

Penilaian
Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup baik
Keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup

Culture

terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan

Religious
Economic
Educational
Medical

santun
Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya
Status ekonomi keluarga ini menengah ke bawah.
Tingkat pendidikan keluarga ini rendah, pasien hanya tamat
SD, ketiga anaknya tamat SMP.
Keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan
yang memadai

29

You might also like