Professional Documents
Culture Documents
PERNAFASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O 2 ke sel sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi. Asfiksi ada bermacam-macam misalnya
terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau
Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia. Keracunan asam sianida,
debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O 2
oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih
besar terhadap racun dibanding terhadap O2. Asfiksi dapat pula disebabkan karena
penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan
adenoid. Gangguan pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit
yang
terjadi
karena
susunan
dan
fungsi
alveolus
yang
abnormal.
(http://repository.usu.ac.id)
2. ETIOLOGI ( Penyebab Terjadinya Gangguan Pernapasan )
Penyebab utama penyakit pernapasan, yaitu:
a) Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis;
b) Partikel - partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian
makrofag yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan
merangsang reaksi jaringan;
c) Partikel - partikel organik yang merespons imun;
d) Kelebihan beban sistem akibat paparan terus - menerus terhadap debu
berkadar tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas terminal.
Sedangkan faktor lain yang menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan adalah
kebiasaan merokok, keturunan, perokok pasif, polusi udara dan riwayat infeksi
pernapasan sewaktu kecil. (http://repository.usu.ac.id)
3. PATOFISIOLOGI
HIPOKSIA dan HIPOKSEMIA
Hipoksia merupakan suatu mekanisme utama yang terjadi pada penyakit paru
paru akibat adanya penurunan suplai oksigen. Hipoksia itu sendiri berarti kurangnya (
Jenis ini terjadi akibat adanya zat racun yang masuk bersama dengan udara
yang dihirup. Hipoksia ini disebabkan karena penghambatan proses oksidasi
jaringan. Sering timbul pada area tambang atau pada kondisi polusi dan kasus
yang paling berat adalah keracunan sianida. (Irman Somantri, 2009, hlm.18)
HIPERKAPNEA
Secara harfiah hiperkapnea adalah berlebihnya ( hiper ) karbon dioksida dalam
jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi
alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO2 yang diproduksi atau dengan kata lain
timbulnya retensi CO2 di dalam jaringan. (Irman Somantri, 2009, hlm.19)
Faktor yang mendasari hal tersebut terjadi adalah sebagai berikut.
1) Produksi CO2 yang meningkat.
2) Dorongan ventilasi menurun ( klien tidak mau bernafas ).
3) Malfungsi pompa respirasi atau resistensi saluran nafas yang meningkat ,
sehingga menyulitkan klien mempertahankan ventilasi adekuat ( klien tidak
dapat bernafas ).
4) Inefisiensi pertukaran gas ( ketidakcocokkan rasio ventilasi perfusi atau
ruang rugi atau anatomical dead space yang meningkat ).
Hipokapnia
Hipoksemia
Penekanan
Pusat
Pernafasan
Ventilasi tidak
adekuat
pH Menurun
( Alkalosis
Respiratorik )
Asidosis
Metabolik
Gangguan Sistem
Oksigenasi
Sumber : scribd.com/patofisiologi
Pada kondisi lanjut, pada jari klien biasanya timbul clubbing finger.
Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari penyakit paru
- paru adalah akibat radang pleura.
6. KLASIFIKASI ( Arif Muttaqin, 2008 )
a) Klien dengan infeksi dan inflamasi sistem pernafasan :
1. Tuberkolusis Paru
2. Pneumonia
3. Abses paru
4. Bronkhitis
b) Klien dengan gangguan pleura :
1. Efusi pleura
2. Pneumothoraks
3. Empiema
4. Hematothoraks
c) Klien dengan gangguan jalan nafas :
1. Penyakit Paru Obstruktif Menahun
2. Emfisema
3. Asma Bronkhial
4. Status Asmatikus
5. Bronkhiektasis
d) Klien dengan keganasan sistem pernafasan :
1. Karsinoma Bronkhogenik
2. Karsinoma Mediastinum
e) Klien dengan gangguan pernafasan :
1. Gagal Nafas
2. Adult Respiratory Distress Syndrome
3. Penyakit Jantung Paru ( Kor Pulmonal )
4. Embolisme Paru
7. FAKTOR FAKTOR
Faktor yang mempengaruhi respirasi (Irman Somantri, 2009, hlm.16 - 17)
1. Efek Ketinggian ( Altitude )
Pada tempat yang tinggi biasanya tekanan parsial oksigen ( PO2 ) turun,
darah dalam arteri di bawah tekanan parsial oksigen arteri ( PaO2 ), sehingga
terjadi peningkatan laju dan ke dalaman respiratori.
2. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas terjadi dilatasi ( pelebaran ) pembuluh darah
perifer, hal ini mengakibatkan darah mengalir ke kulit sehingga akan
meningkatkan jumlah kehilangan panas dari permukaan tubuh.
3. Emosi
Kerja dari jantung dipengaruhi oleh pusat tertinggi dari serebrum melalui
hipotalamus, dimana terdapat pusat stimulasi jantung ( cardioinhibitory dan
cardioaccelerator ) di medula. Jarak motorik dari pusat tersebut dibawa oleh
impuls kepada neuron simpatis dan parasimpatis, yang kemudian ditransmisikan
ke jantung.
4. Aktivitas dan Istirahat
Latihan / kegiatan akan meningkatkan laju respirasi dan menyebabkan
peningkatan suplai serta kebutuhan oksigen dalam tubuh.
5. Kesehatan
Pada seseorang yang sehat, sistem kardiovaskuler dan pernafasan secara
normal menyediakan oksigen bagi kebutuhan tubuh. Pada penyakit sistem
kardiovaskuler, hal ini sering kali berdampak terhadap pengangkutan oksigen ke
sel tubuh, sedamgkan penyakit sistem pernafasan dapat memengaruhi oksigenasi
dalam darah. Pada kedua kasus tadi, hipoksemia dapat timbul.
6. Gaya Hidup
Klien
yang
merokok
atau
terpapar
polusi
udara
akan
dapat
pada radiogram. Struktur toraks yang bertulang ( termasuk iga, sternum dan
vertebra ) lebih sulit lagi ditembus, sehingga bayangannya lebih padat lagi.
2) Bronkoskopi
Merupakan suatu teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trakea
dan cabang - cabang utamanya. Cara ini paling sering digunakan untuk
memastikan diagnosis karsinoma bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan
untuk mengangkat benda asing.
3) Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan biopsi adalah
jaringan yang diperoleh dari saluran pernafasan bagian atas dan bawah dengan
menggunakan teknik endoskopi yang memakai laringoskop atau bronkoskop.
Manfaat utama biopsi paru paru terutama berkaitan dengan penyakit paru
paru difus yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
4) Pemeriksaan sputum
Penting dilakukan untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit
pernafasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organisme penyebab
pada berbagai pneumonia bakterial, tuberkulosis, serta berbagai jenis infeksi
jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu dalam
mendiagnosis karsinoma paru. Waktu terbaik untuk pengumpulan sputum
adalah setelah bangun tidur, karena sekresi abnormal bronkus cenderung
untuk berkumpul pada waktu tidur.
Metode Fisiologis
1) Analisa Gas Darah
Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien - pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam
tubuh, kadar oksigenasi dalam darah, kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan
ASTRUP , yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah
arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, Arteri brachialis, dan
Arteri Femoralis.
Tes
PaO2
80 100 mmHg
PaCO2
35 45 mmHg
pH
7,35 7,45
HCO3
21 28 mEq/L
SaO2
95% - 100%
Agen farmakologi untuk penyakit saluran pernafasan ( Irman Somantri, 2009, hlm. 33
)
1) Antimikrobial ( Antibiotik )
Biasanya Ampicillin dan Tetracycline dapat digunakan untuk mengobati
infeksi paru. Meskipun begitu penyebab yang sering pada infeksi saluran
pernafasan adalah virus. Pengobatan untuk infeksi virus bersifat simptomatik.
2) Bronkodilator
Bekerja langsung pada otot bronkus untuk mengurangi bronkospasme.
Biasanya dibedakan menjadi dua grup yaitu sebagai berikut.
-adrenergik, seperti Albuterol ( Ventolin ).
Theophyline, seperti Aminophyline.
Efek samping yang biasa terjadi adalah peningkatan denyut jantung (
heart
Pengobatan ini diberikan dengan beberapa cara, yaitu topikal, parenteral, dan oral.
Contoh dekongestan adalah Ephedrine Sulfate dan Phenylephrine Hydrochloride.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
(nurseducation.com)
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara
umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain - lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien
tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya
haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah ( albumin dan globulin ) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi
pasca operasi, dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu ), demam dan
penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
mg/dl ). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal
berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat - obatan anastesi. Jika
fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri / anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung
dan kolon dengan tindakan enema / lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
( biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB ). Tujuan dari pengosongan lambung dan
kolon adalah untuk menghindari aspirasi ( masuknya cairan lambung ke paru-paru ) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO ( segera ), seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT ( naso gastric tube ).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu / menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran ( scheren )
harus dilakukan dengan hati - hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin ( pubis ) dilakukan pencukuran jika yang
dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum
pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor
dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah
operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain
untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance
cairan.
8) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting
sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi,
batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
a) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah
operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan
nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas
dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah
operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari - jari tangan dan
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi,
pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang
pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena
takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas
keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut / flatus. Keuntungan
lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari
kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk
mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada
perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM
ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan
tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
4. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin
bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang
yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter
melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa
menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan
operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani
operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium
terutama pemeriksaan masa perdarahan ( bledding time ) dan masa pembekuan ( clotting time )
darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi
berupa foto thoraks dan EKG.
5. Pemeriksaan Status Anastesi
( body image ).
Takut keganasan ( bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti ).
Takut / cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya
perubahan - perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji
mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu
perawat perlu mengkaji hal - hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat
perkembangan
pasien,
faktor
pendukung
support
system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal - hal yang
terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
1) Pengalaman operasi sebelumnya
Persepsi pasien dan keluarga
tentang
tujuan
alasan
tindakan
operasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun
penunjang.
2) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi dan petugas
kamar operasi.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur ( pre, intra, post operasi )
Pengetahuan tentang latihan - latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus
dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang
sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa
hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti
telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari / minggu yang
lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga / orang terdekat pasien.Persiapan mental
dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan
keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan
kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk
menjalani operasi.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:
biasanya di berikan 1 - 2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2 - 3 kali.
Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain - lain sesuai indikasi pasien.
8. Manajemen Keperawatan
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999)
meliputi :
1)
Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau
stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus.
2)
Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya
financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3)
Makanan / cairan
Pernapasan
Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /
terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ;
Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah
koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6)
Penyuluhan / Pembelajaran
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006)
meliputi :
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti,
krisis situasi atau krisis maturasi.
2.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan,
factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan.
3.
Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan,
keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.
4.
Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks, hospitalisasi /
perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan penampilan.
5.
Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit / prognosis ( misalnya kanker ),
ketidakberdayaan.
6.
Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan
saraf / otot, dan nyeri.
3.
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20).
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006)
adalah :
1.
Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau
dread yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan
terjadi dan memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi
ancaman.
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria hasil :
1. klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress.
2. klien mampu mempertahankan penampilan peran.
3. klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
4. klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
5. tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
1.
2.
3.
mengontrol ansietas.
Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan
4.
5.
mengurangi kecemasan.
Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam
keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi
masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan
6.
7.
8.
Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.
Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
Kriteria hasil :
1. pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
2. memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
3. menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh.
1.
2.
3.
4.
kecemasan.
Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan martabat
pasien.
Rasional : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan
berarti dalam diri pasien.
3.
1.
2.
3.
Rasional : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata yang ada saat
4.
ini.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.
5.
4.
Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi
keluarga.
Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.
Kriteria hasil :
1.
2.
pengobatan.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.
Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping yang
3.
digunakan.
Rasional : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang tepat .
Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang normal pada
4.
5.
Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar
dan bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.
Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Kriteria hasil :
1. mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.
2. menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.
3. mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.
1.
2.
3.
Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan
kecemasan yang dirasakan.
Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan
4.
6.
1.
2.
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan
pengajaran.
3 =membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 =ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
3.
4.
5.
EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Respirasi adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Ansietas berkurang/terkontrol.
Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
Pasien menunjukkan koping yang efektif.
Pasien dan keluarga memahami perubahan - perubahan dalam peran keluarga.
Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Pasien akan menunjukkan tingkat Respirasi yang optimal.
penyembuhan berlangsung selama 1hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan
respon klien.
2. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan / Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi.
Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan
:
Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan
umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
Pasang pengaman pada tempat tidur.
Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
Beri O2 2,3 liter sesuai program.
Observasi adanya muntah.
Catat intake dan out put cairan.
Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau > 150 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau >
dari 90 mmHg.
HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit.
Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
Meningkatnya kegelisahan pasien
Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran
pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindahkan.
Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.
5. Kenyamanan
Meliputi :
Terdapat nyeri
Mual
Muntah
6. Keselamatan
Meliputi :
Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
Kabel panggil yang mudah dijangkau.
Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7. Perawatan
Meliputi :
Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
Sistem drainase : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
8. Nyeri
Meliputi :
Waktu
Tempat.
9. Frekuensi.
10. Kualitas.
11. Faktor yang memperberat / memperingan.
A. Data Subyektif
Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah ditempatkan
ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung
misalnya : Bagaimana perasaan anda?, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa
memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri
sering kali meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat
penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan
bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi mual
bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat
narkotika yang cukup banyak.
B. Data Objektif
1.
Sistem Respiratori
2.
Status sirkulatori
3.
Tingkat Kesadaran
4.
Balutan
5.
Posisi tubuh
6.
pembedahan dan pengobatan, body image dan pola / gaya hidup. Juga tanda fisik yang
menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta
ekspresi wajah.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan
manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
1.
2.
Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.
7.
A. Diagnosa Umum
1)
2)
3)
4)
B. Diagnosa Tambahan
1)
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2)
3)
DAFTAR PUSTAKA
1) http://www.scribd.com/doc/54740478/Makalah-KMB-1-Monitoring-Pre-Dan-Post
2) http://www.scribd.com/doc/76227258/patofisiologi
3) Somantri Irman. (2009). ( Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernafasan )(Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.
4) Muttaqin Arif.(2008). (Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernafasan).Jakarta : Salemba Medika.
5) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21820/4/Chapter%20II.pdf