You are on page 1of 15

Topik :Infeksi Saluran Kemih

Tanggal (kasus)

:22 Mei 2015

Tanggal presentasi :-

Presenter

:dr. Dira Wahyuni Siregar

Pendamping

:dr. Ratna Meryati Yap dan dr. Lobianna Nadeak

Tempat presentasi :Ruang Komite Medis RSUD HAMS


Objektif presentasi
Keilmuan

Keterampilan

Diagnostik

Penyegaran

Manajemen

Neonatus

Tinjauan pustaka

Masalah

Bayi

Anak

Istimewa
Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi :Wanita, 35 tahun, mengeluh Nyeri pinggang sebelah kanan. Hal ini dialami pasien 2 hari
SMRS. Pasien juga merasakan nyeri perut terus menerus. Pasien mesara BAK sering namun sedikit-sedikit dan
sulit BAK sejak 1 hari ini. Demam (+) 4 hari yang lalu.
Tujuan :Menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan awal Infeksi Saluran Kemih
Bahan bahasan :
Cara membahas:

Tinjauan
Pustaka
Diskusi

Riset
Presentasi dan diskusi

Kasus
Email

Audit
Pos

Data pasien :
Nama

RS:

Nama :Ny. A
RSUD

Nomor Registrasi: -

HAMS Telp : (0623) 41785

Terdaftar sejak :-

KISARAN
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis:
ISK, keadaan umum sedang, pasien dalam kondisi nyeri pinggang sedang
2. Riwayat pengobatan : 3. Riwayat kesehatan / penyakit : Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
4. Riwayat Keluarga: 5. Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (Rumah, Lingkungan,Pekerjaan) : 7. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : -

8. Lain-lain :
Status Presens
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Temperatur

:
:
:
:
:

Compos Mentis
110/80 mmHg
96 x/i
24 x/i
37,8oC

Anemis
Ikterik
Sianosis
Dyspnoe
Oedem

:
:
:
:
:

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Hasil pemeriksaan fisik :


Kepala

: Conj. Palpebra inferior pucat (-/-), ikterik (-/-)

Thoraks
-

Inspeksi :
Palpasi
:
Perkusi
:
Auskultasi

Pergerakan dada kanan-kiri simetris


Fremitus Vocal kanan-kiri simetris
Sonor pada seluruh lapang paru
:
Suara nafas vesikuler kanan-kiri, Ronchi -/-, Wheezing -/-

Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi

: Simetris
: Soepel, nyeri tekan abdomen regio lumbal kanan, inguinal kanan dan suprapubik, nyeri ketok

CVA (-)
- Perkusi
: Timpani
- Auskultasi :
Peristaltik (+) Normal
Ekstremitas : tidak dijumpai kelainan
Terapi
IVFD RL 20 gtt/i

Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam


Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam
PCT tab k/p

Follow Up (23 Mei 2015)


S: nyeri pinggang berkurang, demam berkurang
O: Sens : CM
Tekanan darah : 110/70mmHg

RR

:24 x/i

HR

: 37,5 C Hasil pemeriksaan fisik :

Kepala

: 78 x/i

: Conj. Palpebra inferior pucat (-/-), ikterik (-/-)

Thoraks
-

Inspeksi :
Palpasi
:
Perkusi
:
Auskultasi

Pergerakan dada kanan-kiri simetris


Fremitus Vocal kanan-kiri simetris
Sonor pada seluruh lapang paru
:
Suara nafas vesikuler kanan-kiri, Ronchi -/-, Wheezing -/-

Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi

: Simetris
: Soepel, nyeri tekan abdomen regio lumbal kanan, inguinal kanan dan suprapubik, nyeri ketok

CVA (-)
- Perkusi
: Timpani
- Auskultasi :
Peristaltik (+) Normal
Ekstremitas : tidak dijumpai kelainan

A: Infeksi Saluran Kemih


P:

IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam
PCT tab k/p

Pemeriksaan Penunjang :
Lab (23 Mei 2015)
Darah Rutin
Hb

:12,1 mg/dl

Trombosit

: 433.000/uL

Leukosit

: 14.000 mg/dl

Hematokrit

: 37 vol%

Eritrosit

: 4,80 jt/mil

Follow Up (24 Mei 2015)


S: nyeri pinggang (-), demam (-)
O: Sens : CM
Tekanan darah : 110/70mmHg

RR

:24 x/i

HR
: 78 x/i
Hasil pemeriksaan fisik :

: 36,9 C

Kepala

: Conj. Palpebra inferior pucat (-/-), ikterik (-/-)

Thoraks
-

Inspeksi :
Palpasi
:
Perkusi
:
Auskultasi

Abdomen

Pergerakan dada kanan-kiri simetris


Fremitus Vocal kanan-kiri simetris
Sonor pada seluruh lapang paru
:
Suara nafas vesikuler kanan-kiri, Ronchi -/-, Wheezing -/-

- Inspeksi
- Palpasi

: Simetris
: Soepel, nyeri tekan abdomen regio lumbal kanan, inguinal kanan dan suprapubik, nyeri ketok

CVA (-)
- Perkusi
: Timpani
- Auskultasi :
Peristaltik (+) Normal
Ekstremitas : tidak dijumpai kelainan
A: Infeksi Saluran Kemih
P:

IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam
PCT tab k/p

Daftar Pustaka :

1. Sukandar, Enday. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid
II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI; 2010.
2. Purnomo, Basuki B. Infeksi Urogenitalia. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Penerbitan CV Sagung Seto.
Jakarta; 2009. Hal 35-56
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi ISK
2. Diagnosis ISK
3. Tatalaksanaan ISK
4. Edukasi kepada pasien ISK

1. Subjektif :
Nyeri pinggang sebelah kanan. Hal ini dialami pasien 2 hari SMRS. Pasien juga merasa nyeri didaerah perut,
nyeri dirasakan terus menerus. Pasien merasa BAK sering namun sedikit-sedikit dan sulit BAK sejak 1 hari ini.
Demam (+) 4 hari yang lalu

2. Objektif :
Status Presens
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Temperatur

:
:
:
:
:

Compos Mentis
110/80 mmHg
96 x/i
24 x/i
37,8oC

Anemis
Ikterik
Sianosis
Dyspnoe
Oedem

:
:
:
:
:

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Hasil pemeriksaan fisik :


Kepala

: Conj. Palpebra inferior pucat (-/-), ikterik (-/-)

Thoraks
-

Inspeksi :
Palpasi
:
Perkusi
:
Auskultasi

Pergerakan dada kanan-kiri simetris


Fremitus Vocal kanan-kiri simetris
Sonor pada seluruh lapang paru
:
Suara nafas vesikuler kanan-kiri, Ronchi -/-, Wheezing -/-

Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi

: Simetris
: Soepel, nyeri tekan abdomen regio lumbal kanan, inguinal kanan dan suprapubik, nyeri ketok

CVA (-)
- Perkusi
: Timpani
- Auskultasi :
Peristaltik (+) Normal

Ekstremitas : tidak dijumpai kelainan


Pemeriksaan Penunjang :
Lab (24 Juni 2015)
Darah Rutin
Hb

:12,1 mg/dl

Trombosit

: 433.000/uL

Leukosit

: 14.000 mg/dl

Hematokrit

: 37 vol%

Eritrosit

: 4,80 jt/mil

3. Assesment:
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam
urin, ISK terjadi apabila bakteri bermultiplikasi di dalam saluran kemih. Infeksi dapat berlangsung mulai dari
ginjal sampai ke muara uretra, dapat bersifat akut, berulang, maupun kronik. ISK secara klinik timbul sebagai
infeksi saluran kemih bagian bawah dan infeksi saluran kemih bagian atas. ISK bagian bawah infeksi saluran
kemih yang paling sering terjadi yang disebut uretritis atau cistitis. ISK bagian atas biasanya sering disebabkan

oleh kuman patogen yang sama dengan ISK bagian bawah, hal ini terjadi karena ISK bagian bawah tidak
diobati secara tepat sehingga kuman tersebut naik dari kantong kemih ke ginjal.
Berdasarkan gejala ISK dibagi menjadi dua yaitu ISK simptomatik dan ISK asimptomatik. Disebut
simtomatik bila dijumpai bakteriuria bermakna disertai gejala klinis seperti sakit pada saat buang air kecil,
sering buang air kecil dan rasa ingin kencing terus menerus dengan atau tanpa demam dan nyeri pinggang.
Disebut infeksi saluran kemih asimtomatik adalah apabila dijumpai bakteriuria bermakna pada anak maupun
dewasa yang kelihatannya sehat tanpa gejala yang mengarah ke infeksi saluran kemih.
Berdasarkan lokasinya ISK terbagi dua yaitu ISK bawah dan ISK atas. ISK bawah pada perempuan yaitu
sistitis, sindrom uretra akut. ISK bawah pada laki-laki yaitu sistitis, prostatitis, uretritis. ISK atas yaitu
pielonefritis akut dan kronik. Gejala klinis ISK atas dan ISK bawah biasanya berbeda.
Pada individu normal urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Hampir semua
infeksi saluran kemih disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih dan
pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Bakteri pada urin bisa berasal dari
ginjal, pielum, vesika urinaria dan uretra.
Bakteri uropatogenik yang melekat pada sel uroepitel, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos
dinding ureter dan menyebabkan gangguan peristaltiknya. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan gejala
frekuensi atau seringnya miksi.
ISK yang simtomatik gejalanya bergantung umur penderita dan lokalisasi infeksi di dalam saluran kemih.

Gejala dan tanda klinis ISK tidak selalu lengkap. Gejala yang lazim ditemukan adalah disuria, polakisuria dan
terdesaknya kencing atau disebut urgency yang semua dapat terjadi bersamaan. Rasa sakit bisa didapatkan
didaerah suprapubik atau pelvis berupa rasa nyeri atau terbakar di uretra ataupun di muara uretra luar waktu
kencing. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung kencing lebih dari 500 ml, akibat
rangsangan mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Bila mengenai saluran kemih atas, mungkin
terdapat gejala-gejala piolenefritis akut seperti demam, mual dan nyeri pada ginjal.
Pemeriksaan penunjang yaitu urinalisis berupa leukosituria. Leukosituria adalah suatu keadaan terdapatnya
leukosit dalam urin yang melebihi nilai normal dan merupakan gejala utama peradangan pada ginjal dan
saluran kemih. Dinyatakan positif bila terdapat > 10 leukosit per mm 3 atau > 5 leukosit per lapangan pandang
besar (LPB).
4. Plan:
Diagnosis
Dari hasil anamnese dan pemeriksaan fisik dapat dipastikan pasien menderita Infeksi Saluran Kemih
Pengobatan
Infeksi Saluran Kemih Bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu
terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin :
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotik tunggal; seperti ampisilin 3

gram, trimetoprim 200mg


Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa
lekosiuria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimokroba yang intensif diikuti koreksi faktor risiko
Tanpa faktor predisposisi
- Asupan cairan banyak
- Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (misal trimetropim 200
mg)
Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan
Infeksi Saluran Kemih Atas
Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk memelihara
status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut, yaitu :
Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibitika oral
Pasien sakit berat dan debilitasi
Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan

Diperlukan investigasi lanjutan


Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, usia lanjut
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik IV sebagal
terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai penyebabnya :
Fluorokuinolon
Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

Terapi yang diberikan pada pasien di IGD :

IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam
PCT tab k/p

Edukasi
1. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing
2. Setiap BAK, bersihkanlah dari depan le belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk
ke saluran urin dari rektum
3. BAK sesering mungkin (setiap 3 jam) untuk mengosongkan kandung kemih dan jangan menunda
membuang air seni
4. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum
menggunakannya sebaiknya bersihkan dulu pinggiran atau dudukan toilet
5. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, agar bakteri tidak berkembang biak. Gunakan pakaian dalam dari
bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.
Konsultasi
Konsultasi rawat alih ke dokter spesialis penyakit dalam

You might also like