You are on page 1of 19

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik

Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

Pengenalan dan Penerapan Peralatan analisis

Muh. Ilyas Nusi (441412059)


Department of Chemistry Education, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Gorontalo State University
E-mail: muhammad_s1pendkimia2013@mahasiswa.ung.ac.id
Report Received: November 4, 2013

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

A. Tujuan
Mahasiswa

dapat

menggunakan

peralatan

analisis

serta

mampu

menerapkannya.
B. Dasar Teori
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami
cara kerja serta fungsi dan alat-alat di laboratorium. Selain untuk menghindari
kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masingmasing alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna.
(Sazila Karina rahman, Pengenalan alat-alat. (Online))

Sebelum melakukan praktikum, hendaknya praktikan memeriksa alat-alat


yang akan digunakan. Untuk alat-alat gelas dalam penggunaannya memerlukan
ketelitian dan kehati-hatian, misalnya praktikan memeriksa alat tersebut apa ada
yang cacat atau rusak. Untuk memindahkan zat-zat kimia yang berwujud cair kita
sering menghadapi suatu kesulitan yang mungkin disebabkan oleh tekanan biasa
yang mempengaruhi dalam menentukan volume cairan itu dengan tepat. Maka
dari itu dapat digunakan pipet dan buret yang gunanya untuk memindahkan
volume cairan.
(Arief, Pengenalan alat-alat. (Online))

Menggunakan alat dengan betul merupakan syarat untuk memperoleh hasil


hasil yang betul pada analisis kuantitatif. Cara penggunaan yang benar ini
ditanamkan pada diri dari permulaan, bagi percobaan percobaan selanjutnya.

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

(Team Teaching. 2014. Penuntun Praktikum DDKA. (Gorontalo: UNG).


Hal. 1)

Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat
kaca yang tampaknya bersih belum tentu bersih dari sudut pandang seorang
analisis. Permukaan yang tampaknya tak ada kotoran sering masih tercemari oleh
lapisan tipis, tak tampak yang berminyak. Bila air dituangkan dari dalam suatu
wadah yang tercemar, air tidak terbuang secara seragam dari permukaan kaca,
tetapi menyisakan tetesan yang kecil, yang merepotkan atau kadang-kadang
mustahil dipulihkan. Alat kaca yang bisa dimasuki sikat seperti bekker dan
erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau detergen sintetik. Pipet,
buret, atau labu volumetri mungkin memerlukan larutan detergen panas untuk bisa
benar-benar bersih. Jika permukaan kaca itu masih membuang airnya secara
seragam, mungkin perlu digunakan larutan pembersih, yang sifat oksidasi kuatnya
dapat memastikan kebersihan permukaan kaca keseluruhan. Setelah dibersihkan,
alat itu hendaknya dibilas beberapa kali dengan air kran, kemudian dengan sedikit
air suling, dan akhirnya mengering sendiri.
( R. A. Day, Jr & A. L. Underwood, Analisis Kimia Kualitatif. (Jakarta:
Erlangga). Hal. 577-578)
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk za-zat padat dan reaksi basah untuk
zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan dapat digunakan
untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi kecil. Uji kering nampaknya
kehilangan kepopulerannya dalam lingkungan-lingkungan tertentu; namun
seringkali uji ini benar-benar memberikan informasi yang bermanfaat dalam
waktu yang singkat dan pengetahuan bagaiman itu dilakukan patut diketahui
semua mahasiswa analisis kualitatif. Teknik-teknik yang berbeda digunakan untuk
reaksi basah dalam analisis makro, semimikro dan mikro.
(Svhela, Buku Teks Analisis Organik dan Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. (Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka). Hal. 145)

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

Cara atau metode untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan


laboratorium yang dapat dilakukan antara lain dengan cara: Melakukan
pencegahan, misalnya dengan memberi peringatan melalui gambar atau tulisan,
peraturan, tata tertib bagi pengguna laboratorium/bengkel, memberi bahan
pengawet. Menyimpan, misalnya menyimpan peralatan laboratorium agar
terhindar dari kerusakan. Membersihkan, agar peralatan laboratorium selalu bersih
dari kotoran yang dapat merusak, misalnya debu dan uap air yang dapat
menyebabkan terjadinya korosi. Memelihara, misalnya dengan meminyaki
peralatan mekanis, memberi makan hewan percobaan. Memeriksa atau mengecek
kondisi peralatan laboratorium untuk mengetahui adanya gejala kerusakan.
Menyetel kembali atau tune-up, kalibrasi alat agar fasilitas atau peralatan dalam
kondisi normal atau standar. Memperbaiki kerusakan ringan yang terjadi pada
peralatan peralatan laboratorium pada batas tingakat kerusakan tertentu yang
masih mungkin dapat diperbaiki sendiri, sehingga siap dipakai untuk praktikum
mahasiswa. Mengganti komponen-komponen peralatan peralatan laboratorium
yang sudah rusak. Kebersihan peralatan laboratorium, baik yang berupa peralatan
gelas atau non gelas seperti bejana polyethylene, polypropylene dan teflon,
merupakan bagian yang sangat mendasar dalam kegiatan laboratorium dan
merupakan elemen penting dalam program jaminan mutu. Perhatian kepada
kebersihan barang-barang tersebut harus ditingkatkan dan harus proporsional
dengan tingkat kepentingan pengujian, akurasi pengukuran yang diperlukan dan
menurunnya konsentrasi analit yang akan ditentukan. Setiap laboratorium harus
menetapkan prosedur yang memadai untuk membersihkan peralatan gelas dan non
gelas yang digunakan dalam berbagai macam pengujian. Apabila metodologi
pengujian tertentu mensyaratkan prosedur membersihkan secara spesifik, maka
prosedur tersebut harus diikuti.
(Marsito, Perawatan dan PemeliharaanPeralatan Laboratorium. (Online))

Cara Membersihkan Peralatan Laboratorium Secara Umum Proses


membersihkan harus dilakukan segera setelah peralatan digunakan. Membuang

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

bahan berbahaya dan pembersihan bahan korosif sebelum peralatan tersebut


dibersihkan. Peralatan cuci manual atau otomatis harus menggunakan deterjen
yang sesuai dengan kegunaannya. Residu organik memerlukan perlakuan dengan
larutan pembersih asam kromat. Peralatan harus dikeringkan dan disimpan dalam
kondisi yang tidak memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh debu atau bahan
lain.
(Suparni Setyowati Rahayu, Membersihkan Peralatan Laboratorium.
(Online))
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Labu takar 250 mL
b. Erlenmeyer 250 mL
c. Gelas piala 250 mL
d. Batang pengaduk
e. Pipet 25 mL
f. Pipet 20 mL
g. Sikat Tabung
h. Botol semprot
i. Corong biasa
j. Etiket etiket
k. Kertas saring
l. Kertas atau lap
m. Standar dan buret
2. Bahan
a. Larutan detergen
b. 250 mL reagen A
c. 100 mL HCl 0,1 N
d. 100 mL NaOH 0,1 N

: 2 buah
: 2 buah
: 2 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah

E.Pembahasan dan Hasil Pengamatan


a. Cara Penentuan Garis Kalibrasi
Garis batas adalah garis yang teratur pada leher labu takar yang menunjukan
batas permukaan cairan untuk mendapatkan volume cairan tertentu. Untuk

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

mendapatkan pengukuran cermat, dasar maniskus cairan harus menyentuh batas


garis ini bila dikaca pada ketinggian mata. Pipet dibuat dengan perhitungan:
Volume yang dimaksud tercapai lebih dasar maniskus cairan tepat menyentuh
garis batas. Labu takar dibuat denga perhitungan volume: volume yang dimaksud
tercapai bila dasar maniskus cairan tepat menyentuh garis batas.
b. Penggunaan pipet
Pada waktu menyedot larutan dari gelas piala, ibu jari menekan tanda S
pada pipet. Keluarkan pipet dari gelas piala. Pegang pipet tegak lurus di atas gelas
piala untuk mengembalikan kelebihan larutan dalam pipet gelas piala. Dengan
memutar pipetnya, biarkan larutannya perlahan-lahan menetes keluar sampai
maniskusnya, dipandang pada ketinggian mata kita tepat menyentuh garis batas
kalibrasi. Pindahkan pipet ke dalam labu titrasi (erlenmeyer) dengan ujung
menyentuh labu titrasi yang dimiringkan. Tekan tanda E pada pipet dengan ibu
jari, biarkan cairan keluar. Bila cairan sudah mencapai ujung lancip, lalu tunggu
sampai 15 detik.
c. Penggunaan Buret
Tuangkan larutan melalui corong ke dalam buret. Buka kran sebentar untuk
mengisi lubang ujung lancip dan menghilangkan gelembung-gelembung udara
yang mungkin ada di dalamnya. Ketok perlahan-lahan ujung lancip untuk
menghilangkan gelembung-gelembung udara yang mungkin ada. Turunkan
maniskus sampai garis yang terdekat. Lepaskan tetesan pada ujung lancip dengan
menyentuh pada dinding gelas piala. Tangan kiri memegang kran dan tangan
kanan memegang botol titrasi sambil menggoyang-goyangkannya.

d. Penggunaan Labu Takar

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

Masukkan zat yang akan diencerkan ke dalam labu takar. Gunakan batang
pengaduk yang bersih, untuk menuangkan air suling ke dalam labu, isi sampai
tubuh labu penuh. Gunakan sekarang pipet tetes atau botol semprot. Untuk
menambahkan air suling setetes demi setetes sampai maniskus larutan tepat
menyentuh garis, bila dipandang pada ketinggian mata.

Alat-alat Kimia
1. Labu takar

Gambar 1. Labu takar


Labu takar memiliki fungsi yaitu untuk mencampurkan larutan. Adapun cara
menggunakannya yaitu dengan memasukkan larutan ke dalam labu takar hingga
mendekati garis miniscus. Untuk larutan yang berwarna, larutan berada di bawah
garis miniscus. Sedangkan larutan yang tidak berwarna, larutan berada di atas
garis miniscus.
2. Erlenmeyer

Gambar 2. Erlenmeyer
Labu Erlenmeyer berupa gelas yang diameternya semakin ke atas se
makin kecil dengan skala =sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL
sampai 2 L. Fungsinya yaitu Untuk menyimpan dan memanaskan larutan,
Menampung filtrat hasil penyaringan, Menampung titran (larutan yang dititrasi)

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

pada proses titrasi. Cara menggunakannya,diawali dengan memasang corong


Buchner di leher labu, pasang selang yang tersambung ke pompa vakum pada
bagian yang menonjol.
3.

Gelas piala

Gambar 3. Gelas piala


Gelas piala berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang
dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu
200 oC. Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L. Fungsinya yaitu Untuk
mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi,
Menampung zat kimia, Memanaskan cairan, Media pemanasan cairan. cara
menggunakannya tuangkan larutan kedalam gelas piala dan perhatikan skala yang
diidnginkan jika pengukuran yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi
4. Pipet tetes

Gambar 5. Pipet
Pipet merupkan alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun
takaran bebas.. Berguna untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan
volume tertentu secara tepat.Pipet. Cara penggunaanya yakni memijit kepala pipet
kemudian memasukan ujung pipet kedalam larutan, lepas ujung pipet yang dipijit
maka larutan akan tertarik masuk kedalam corong pipet dan pindahkan larutan
atau cairan.

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

5. kaca arloji

Gambar 5. Kaca arloji


Terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter.
Fungsi,Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel, tempat saat
menimbang bahan kimia, tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator.
6. Tabung reaksi

Gambar 6. Tabung reaksi

Berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari kaca
borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran. Fungsi sebagai tempat untuk
mereaksikan bahan kimia, untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil.
7. Corong biasa

Gambar 7. Corong biasa


Corong biasa berfungsi sebagai alat bantu dalam penuangan larutan dalam
botol yang mulutnya kecil.

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

8. Neraca analitik

Gambar 8. Neraca analitik


Digunakan untuk menimbang padatan kimia dengan tingkat ketelitian yang
tinggi. Cara menggunakanya langakah awal nolkan terlebih dahulu neraca
tersebut, Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan. Baca nilai
yang tertera pada layar monitor neraca. Setelah digunakan, nolkan kembali neraca
tersebut.
9. Kertas saring

Gambar 9. Kertas saring


Digunakan untuk menyaring larutan, yakni memisahkan filtrate dari larutan.
10. Buret

Gambar 10. buret


Berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran di ujungnya. Ukurannya
mulai dari 5 dan 10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL
dengan skala 0,05 ml. Berfungsi Untuk mengeluarkan larutan dengan volume

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

tertentu,

biasanya

digunakan

untuk

titrasi.

Cara

menggunakan

buret

yakni ;Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan
digunakan. Cara mengisinya, Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari
bagian atas menggunakan corong gelas.
11. Botol semprot

Gambar 11. Botol semprot


Berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik. Berfungsi sebagai
tempat menyimpan aquades. Cara menggunakannya dengan menekan badan botol
sampai airnya keluar.
12. Rak tabung reaksi

Gambar 12. Rak tabung reaksi


Rak tabung reaksi terbuat dari bahan plastik, jumlah lubang 40,
diameter 16 mm. Rak tabung reaksi digunakan sebagai tempat untuk meletakkan
tabung reaksi.
13. Sikat tabung

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

Gambar 13. Sikat tabung


Sikat tabung berfungsi untuk membersihkan tabung reaksi semimikro dan
sentrifuge.
14. Gelas ukur

Gambar 15. Gelas ukur


Gelas ukur ada yang berukuran 5 mL, 10 mL, 50 mL x 100 mL. Gelas ukur
ini biasanya digunakan untuk mengukur volume larutan atau cairan, cara
menggunakanya yaitu Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan
pipet tetes sampai skala yang diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala
di gelas ukur tersebut adalah garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus
cairan. Meniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan
adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas ukur.

Lambang pada botol reagen kimia

Gambar 16. Exlosive


Exlosive (bersifat mudah meledak), dilambangkan E. Bahan dan formulasi
yang ditandai dengan notasi bahaya Exlosive dapat meledak dengan
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan.
Energy tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak
sangat cepat resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan
dalam Law Explosive Substances.

Gambar 17. Highly flammable


Highly flammable (sangat mudah terbakar), dilambangkan dengan F.
Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau
membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar
(seperti misalnya hidrogen) dari hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api
bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga api listrik, dan lain-lain. Contoh
bahan dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin.

Gambar 18. Extremely flammable


Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar), dilambangkan dengan
F+. Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya Extremely
flammable merupakan liquid yang memiliki titik nyala sangat renadah (di bawah
0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35

C). Bahan

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

amat sangatt terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran
bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal

Gambar 19. Oxidizing


Oxidizing (pengoksidasi), dilambangkan dengan O, bahan- bahan dan
formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya Oxidizing biasanya tidak medah
terbakar, tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat
mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan.
Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas
pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor). Contoh bahan
tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat.
Keamanan : Hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor.

Gambar 20. Toxic


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya TOXIC dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion),atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan beracun jika
memenuhi kriteria berikut: LD50 oral (tikus) 25 200 mg/kg berat badan,
LD50 dermal (tikus

atau

kelinci)

50

400

mg/kg

berat

badan,

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 1 mg/L, LC50 pulmonary (tikus)
untuk gas/uap 0,50 2 mg/L. Frase-R untuk bahan beracun : R23, R24 dan R25.

Gambar 21. Very toxic


Huruf kode T+ ( very toxic), bahan dan formulasi yang ditandai dengan
notasi bahaya VERY TOXIC dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau
kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),atau kontak dengan kulit.

Gambar 22. Corrosive


Huruf kode C, bahan dan formulasi dengan notasi CORROSIVE adalah
merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan
uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam
(pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan
korosif : R34 dan R35. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral
seperti HCl dan H2SO4maupun basa seperti larutan NaOH (>2%).

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

Gambar 23. Xi
Huruf kode Xi, bahan dan formulasi dengan notasi irritant adalah tidak
korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput
lendir. Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41. Contoh bahan
dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan asam dan basa
encer. Keamanan: Hindari kontaminasi pernafasan, kontak dengan kulit dan mata.

Gambar 24. Xn
Huruf kode Xn, bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
HARMFUL memiliki resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit. Suatu bahan
dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut: LD50 oral (tikus) 2002000 mg/kg berat badan, LD50 dermal (tikus atau kelinci), 400-2000 mg/kg berat
badan,

LC50 pulmonary (tikus)

untuk

aerosol

/debu

mg/L, LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2-20 mg/L. Frase-R untuk bahan
berbahaya: R20, R21 dan R22.

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

Gambar 25. N (Dangerous for environment)


Huruf kode N, yaitu bahan dan formulasi dengan notasi DANGEROUS
FOR ENVIRONMENT adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela
waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara,
tanaman, mikroorganisme) dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk
bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53. Contoh bahan yang
memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan
petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.

F. Kesimpulan
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa alat ukur dibedakan menjadi dua
yaitu, alat ukur yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Alat-alat dalam
laboratorium pada umumnya mempunyai fungsi dan cara penggunaannya masingmasing kemudian fungsi tersebut membentuk suatu rangkaian percobaan. Bahan
kimia yang sering digunakan dalam laboratorium mengandung zat-zat yang
sifatnya berbahaya, seperti korosif, beracun, mudah terbakar, mudah meledak, dan
dapat merusak lingkungan.

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

Daftar Pustaka

Arief.

(2011).

Pengenalan

alat-alat.

(Online)

Diakses

di:

http://ariefrvi.blogspot.com/2011/11/percobaan-1-pengenalan-alat-alat.html
(29 Oktober, 2014)
Bapelkes,

Marsito.

(2012).

Perawatan

dan

PemeliharaanPeralatan

Laboratorium. (Online) Diakses di: http://bapelkescikarang.or.id (29


Oktober, 2014)
Day, R.A. Jr & Underwood, A.L. (1988). Analisis Kimia Kualitatif. Erlangga:
Jakarta.

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik


Tahun 2014, Tanggal 4 November,Modul I

Rahayu, Suparni. (2009).

Membersihkan Peralatan Laboratorium. (Online)

Diakses di: http://www.chem-is-try.org (29 Oktober, 2014).


Rahman,

S.K.

(2013).

Pengenalan

alat-alat.(Online)

Diakses

di:

http://sazilakarinarahman.blogspot.com/2013/05/percobaan-1-pengenalanalat-alat.html (29 Oktober, 2014)


Svhela. (1990). Buku Teks Analisis Organik dan Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. PT Kalman Media Pustaka: Jakarta.
Teaching, T.(2014). Modul praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Kimia Analitik.
Gorontalo : UNG.

You might also like