You are on page 1of 12

PENGARUH PERMEN KARET XYLITOL TERHADAP PLAK GIGI

(The Effects of Xylitol in Chewing Gum on Dental Plaque)

MAKALAH ILMIAH

DISUSUN OLEH :
ERLINDA AGRIANTHY
140600148

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014

PENGARUH PERMEN KARET XYLITOL TERHADAP PLAK GIGI


(The Effects of Xylitol in Chewing Gum on Dental Plaque)

Erlinda Agrianthy
140600148
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

Abstract
Dental caries is one of the most common infectious diseases occured in most of people. One
of the major causative agent to dental caries is plaque. Plaque is a soft deposit which is firmly
attached to the tooth surface consists of microorganisms that multiply in the intercellular
matrix if people ignore oral hygiene. Plaques usually begin to form on the surface of the tooth
surface and the gingival third rough, plaque formation process there are two stages , the first
stage of the formation of a thin layer of skin is obtained while the second stage is the stage of
bacterial proliferation. Preventive actions are very needed to prevent dental caries.
Nowadays, some researches show that xylitol in chewing gum can be effective to prevent
caries, especially to inhibit dental plaque accumulation. Xylitol is a simple sugar alcohol
which is unfermentable. Xilytol can be used to substitute the role of sugar as a sweetener and
usually found in chewing gum. It helps remineralization process and reduces plaques
acidity. It is recommended to be consumed as a way to prevent dental caries. The purpose of
this written is to show how xylitol can effect the dental plaque as one of causative agent to
dental caries.
Keywords : dental caries, xylitol, dental plaque, chewing gum.

PENDAHULUAN
Masalah penyakit karies gigi telah lama dikenal oleh manusia. Dokumen tertua mengenai
penyakit gigi ini yang ditemukan adalah Papirus dari Ebers di Mesir 1550 tahun setelah
masehi. Setelah itu, ada juga dokumen Babylonia dan Assyria dan banyak lagi laporan yang

lain. Banyak persoalan yang dibahas dalam dokumen-dokumen tersebut, dan salah satunya
adalah karies gigi.
Penyakit karies gigi adalah penyakit gigi yang paling umum dan serius dalam masyarakat
yang dapat mengakibatkan menghilangnya gigi.1 Prevalensi karies gigi di Thailand misalnya,
87,4% anak-anak yang berusia 5-6 tahun telah mengalami karies gigi.2 Di Indonesia sendiri,
prevalensi karies telah mencapai angka 90,05% di tahun 2004. Karies gigi bersifat
irreversible, artinya apa yang telah rusak tidak dapat kembali ke semula secara sempurna.
Untuk itu, upaya pencegahan dini sangat diperlukan. Cara yang paling sederhana adalah
dengan menyikat gigi dua kali sehari secara teratur setelah sarapan dan sebelum tidur, serta
memilih pasta gigi yang tepat.
Mengonsumsi produk yang mengandung xylitol adalah salah satu alternatif untuk
memelihara kesehatan gigi dan mulut.3 Xylitol adalah pemanis alami yang bermanfaat dalam
menekan jumlah bakteri mulut, menghambat pertumbuhan plak, mencegah keasaman plak,
dan mempercepat proses pembentukan kembali mineral gigi. Xylitol telah terbukti mampu
menjaga kesehatan mulut dengan cara menekan jumlah bakteri yang dapat menyebabkan gigi
berlubang.3,4,5 Sehubungan dengan pernyataan tersebut, kini xylitol telah banyak diaplikasikan
dalam banyak produk kesehatan seperti permen karet, obat kumur, dan pasta gigi.5
PLAK GIGI
Plak gigi atau plak bakteri adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk
pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan
dan cekat. Plak terdiri dari sekelompok mikroba, dengan jumlah bakteri mencapai 10 10
bakteri per miligram.3

Saliva atau cairan rongga mulut lainnya yang merupakan campuran sekresi dari
kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral juga mendukung keberadaan
mikroorganisme tersebut. Saliva berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan di dalam
mulut sehingga saliva memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan plak gigi, dan
metabolisme bakteri plak.6 Komposisi plak secara keseluruhan adalah 80% yang terdiri atas
bakteri dan matriks interseluler, 20% bahan organik, anorganik dan air.
Plak melekat kuat pada permukaan gigi. Kebanyakan plak melekat pada daerah yang
sulit dijangkau oleh ludah ataupun sikat gigi, seperti fit dan fisura yang merupakan tempattempat yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh dinding email yang merupakan jaringan yang
paling keras pada tubuh manusia dan sulit dibasuh bersih oleh ludah. Oleh sebab itu, plak
merupakan tempat yang paling ideal bagi mikroorganisme mulut untuk tinggal dan
berkembang biak, karena bakteri terlindung dengan baik dari pembersihan alami dengan
saliva dan ludah ataupun pembersihan dengan menyikat gigi.
Proses pembentukan plak terdiri dari 3 tahap, yaitu :7
1. Tahap pertama adalah tahap pembentukan lapisan acquired pelicle. Setelah
terbentuk

acquired

pelicle,

bakteri

mulai

berproliferasi

disertai

dengan

pembentukan matriks interbaterial. Hanya bakteri yang dapat membentuk


polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama, seperti
Steptococcus mutans, Steptococcus bovis, Steptococcus sanguis, Steptococcus
salivarius sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri atas
jenis kokus pada tahap awal proliferasi bakteri. Perkembangbiakan bakteri
membuat lapisan plak semakin tebal dan karena adanya hasil metabolisme dan
adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan di bagian dalam
plak berubah menjadi anaerob. Setelah itu, berbagai jenis mikroorganisme lain

memasuki plak (Phenomena of succesion). Pada keadaan ini, dengan bertambahnya


umur plak, terjadi pergeseran bakteri di dalam plak.
2. Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua sampai empat hari, kokus
gram negatif dan basilus akan bertambah jumlahnya (dari 70% menjadi 30%),
dengan 15% di antaranya terdiri atas bacillus yang bersifat anaerob. Pada hari
kelima, Fusobacterium, Aactinomyces, dan Veillonella yang aerob akan bertambah
jumlahnya.
3. Pada tahap ketiga, pematangan plak pada hari ketujuh ditandai dengan munculnya

bakteri jenis Spirochaeta dan Vibrio. Sementara jenis filamen terub=s bertambah,
dengan peningkatan paling menonjol
pada Actiomyces naeslundi. Pada hari ke dua
Gambar
1.1

puluh sembilan, Streptococcus akan terus berkurang jumlahnya. Phenomena of


succession dapat dilihat dalam gambar 1.2.

XYLITOL
Xylitiol pertama kali ditemukan oleh Herman Emil Fischer, seorang kimiawan

Gambar
1.2

Jerman, di tahun 1890. Xylitol adalah gula alkohol dengan lima karbon yang
biasanya digunakan sebagai pengganti gula. Xylitol adalah alami pemanis
yang dapat ditemukan dalam serat buah-buahan dan sayuran , termasuk
berbagai buah , sekam jagung , gandum , dan jamur . Hal ini dapat
diekstraksi dari serat jagung , birch , raspberry , plum , dan jagung . xylitol
adalah kira-kira semanis sukrosa tetapi dengan hanya dua - pertiga energi
makanan.2,8,9
Xylitol sejatinya adalah senyawa gula alkohol yang memiliki rumus kimia C 5H12O5
dengan berat molekul sebesar 152,1. Xylitol memiliki rasa yang lebih manis dan lebih

nikmat daripada gula lain, contohnya sorbitol. Kalori yang dikandung xylitol per gramnya
40% lebih rendah yaitu 2,4 kalori, dibandingkan dengan gula lain seperti sukrosa yang
memiliki 4 kalori per gramnya. Dan apabila dilarutkan, panas pelarutan xylitol adalah negatif
sepuluh kali lebih besar daripada sukrosa, sehingga xylitol akan menimbulkan sensasi dingin
di dalam mulut.
Lain halnya dengan laktosa, sukrosa, atau pemanis lainnya, xylitol
memiliki banyak manfaat untuk mencegah terjadinya karies gigi. Banyak
penelitian yang telah membuktikan bahwa mengkonsumsi permen karen
yang mengandung xylitol sangat efektif untuk mencegah kerusakan gigi
bila dilakukan 5 kali sehari setelah makan dan sebelum tidur. Sementara
bagi yang berpuasa, cukup dengan mengunyah permen karet yang
mengandung xylitol 3 kali sehari sudah mampu menurunkan koloni
bakteri-bakteri

anaerob

pada

plak

gigi.9

Menurut

Makien

(1995),

kandungan xylitol dalam permen karet tidak kurang dari 50% agar dapat
meningkatkan derajat derajat keasaman mulut dengan cepat, menekan
jumlah bakteri penyebab plak dan sebagainya.6
Karena pengaruhnya sangat baik terhadap kesehatan mulut, beberapa negara telah
merekomendasikan penggunaan xylitol sebagai pengganti gula pada produk-produk makanan
dan obat-obatan yang diproduksi, seperti permen karet, kembang gula, obat kumur, obat
kunyah, dan pasta gigi.4
Xylitol dinilai mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan pemanis lainnya
untuk kesehatan mulut dan gigi, yaitu :4,5,9
1. Menekan jumlah bakteri plak penyebab kerusakan gigi. Sifat xylitol yang tidak bisa
difermentasi menyulitkan bakteri plak untuk menguraikan xylitol menjadi senyawa

asam yang merupakan makanan mereka, sehingga bakteri-bakteri di dalamnya akan


melemah dan akhirnya mati karena tidak adanya asupan makanan.
2. Menekan keasaman plak. Asam yang dihasilkan dari fermentasi bakteri
menyebabkan kondisi keasaman plak meningkat akibat turunnya pH plak. Asam
pada plak menyerang mineral pada lapisan luar yang menyebabkan erosi pada gigi
yang dapat menimbulkan lubang kecil pada email. Ketika tingkat keasaman dapat
dikurangi, maka resiko kerusakan gigi dapat dicegah.
3. Memicu produksi air liur. Secara alami air liur mampu menetralisir keasaman mulut
karena garam-garam mineral yang dikandungnya. Tetapi apabila tingkat keasaman
plak sangat tinggi maka efektifitas air liur sebagai penetral asam akan menurun.
Dengan

mengonsumsi

xylitol,

produksi

air

liur

akan

dipicu

sehingga

kemampuannya sebagai penetral asam dapat ditingkatkan.


4. Membantu mempercepat proses remineralisasi gigi dengan memicu produksi air liur
yang mengandung garam-garam kalsium dan mineral-mineral penting bagi email
gigi. Kondisi ini dianggap baik dan menguntungkan karena akan memperbaiki
lapisan gigi bagian luar.
PEMBAHASAN
Xylitol dapat membantu mengurangi resiko terjadinya karies gigi, karena xylitol dapat
mempengaruhi aktivitas bakteri dalam plak gigi. Bakteri-bakteri di dalamnya tidak dapat
melakukan fermentasi gula xylitol, akibatnya tidak ada pembentukan asam sebagai sumber
energi utama aktivitasnya. Pada akhirnya mereka akan melemah dan mati karena tidak
adanya asupan makan yang cukup untuk bertahan hidup.4,5
Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa xylitol mampu
mengurangi risiko karies gigi. Salah satunya adalah penelitian yang
dipublikasikan pada Southeast Asian Journal.2
Tabel 1

Tingkat plak (log CFU/mg plak) pada hari pertama dan hari ke-90 (ratarata SD)
Kelompok

Hari

Hari ke-90

30

Pertama
5,36

5,00

Mengonsumsi permen karet dengan 55%

29

2,12
5,97

1,55
3,96

xylitol
Mengonsumsi permen karet dengan 55%

32

1,74
5,94

1,99
3,44

Tidak mengkonsumsi permen karet

xylitol
1,60
*
Menurut statistik berbeda dengan hari pertama (p<0,025)

1,42

Tabel 2
Kadar ludah (skor) pada hari pertama dan hari ke-90
Kelompok

Hari

Hari ke-90

Tidak mengkonsumsi permen karet

30

Pertama
1,82

1,96

Mengonsumsi permen karet dengan 55%

29

0,88
1,95

0,86
1,91

32

1,06
1,90

0,84
1,50

xylitol
Mengonsumsi permen karet dengan 55%

xylitol
0,80
*
Menurut statistik berbeda dengan hari pertama (p<0,025)

0,82

Pada hari pertama, tidak ada perbedaan yang signifikan antara


kelompok di kadar saliva dan plak gigi . Nilai rata-rata dari plak dalam tiga
kelompok pada hari pertama dan pada 90 hari disajikan pada Tabel 1.
Pada hari ke-90, analisis statistik menunjukkan perbedaan antara yang
tidak mengonsumsi dan 100 % kelompok xylitol ( p < 0,025 ) dan antara
yang tidak mengonsumsi dan 55 % kelompok xylitol ( p < 0,025 ) .
Penurunan yang signifikan dalam jumlah plak gigi ditemukan di 55 % dan

100 % kelompok xylitol permen karet , dibandingkan dengan hari pertama


( p < 0,025 ) . Anak-anak pada kelompok dosis yang tinggi ( 100 %
xylitol ) cenderung memiliki lebih sedikit plak dibandingkan dengan dosis
rendah kelompok ( 55 % xylitol ) ( 3.44 1.42 vs 3.96 1.99 ). Nilai ratarata dari skor saliva dalam tiga kelompok pada setiap interval waktu
disajikan pada Tabel 2. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara non - karet dan 100 %.2
Penelitian tersebut membuktikan bahwa xylitol memiliki pengaruh
yang sangat berarti untuk mencegah terjadinya pembentukan plak.
Namun, jika xylitol dikonsumsi dalam dosis yang tinggi, xylitol dapat bersifat antibakteri
karena pengaruhnya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada plak. Xylitol dapat
meresap masuk ke dalam sel dan terperangkap di dalamnya karena enzim dari bakteri tidak
diproduksi. Pada keadaan ini, xylitol tidak dapat dipecah dan diakumulasi dalam sel. Kondisi
ini menyebabkan bakteri berusaha keras untuk mengeluarkannya dengan paksa sehingga
energi yang dibutuhkan sangat tinggi yang biasa digunakan untuk kelangsungan hidupnya.
Akibatnya, sistesa protein pada bakteri akan terganggu dan bakteri tidak dapat
melangsungkan kehidupannya.1
Meskipun penggunaannya dalam dosis tinggi dapat meningkatkan efektivitasnya,
tetapi konsumsinya tidak seharusnya berlebihan. Konsumsi permen karet xylitol berlebih
dapat mengubah kemampuannya menjadi obat pencahar. Oleh karena itu, permen karet
xylitol sebaiknya dikonsumsi sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 5 kali sehari setelah makan
dan sebelum tidur.11
Namun, perlu ditegaskan bahwa pencegahan karies tidak mutlak hanya dengan
mengonsumsi permen karet xylitol saja. Kegiatan ini sebaiknya diiringi dengan tindakan
perawatan gigi yang biasa dilakukan, yaitu seperti menggosok gigi secara teratur dua kali

sehari setelah sarapan dan sebelum tidur, berkumur dengan mouthwash, memeriksakan gigi
ke dokter gigi enam bulan sekali secara rutin, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wang YB, Chuang CY, Liao JF. Effects of Xylitol in Chewing Gum on Dental
Plaque and Streptococcus Mutans. J Food and Drug Analysis 2006; 14(1): 84.
2. Thaweboon S, Thaweboon, Soo-Ampon S. The Effect of Xylitol Chewing Gum on
Mutans Streptococci in Saliva and Dental Plaque. Southeast Asian J 2004; 35(4):
1024-1026.
3. Haake SK.

Microbiology

of

Dental

Plaque.

26

September

2010.

http://www.dent.ucla.edu/. (17 Oktober 2014).


4. Keeper S. Dental Benefits of Xylitol. 29 September 2014.
http://xylitol.org/xylitol-uses/dental-benefits-of-xylitol. (17 Oktober
2014).
5. Keeper S. What is Xylitol. 25 Juli 2014. http://xylitol.org/articlesabout-xylitol/xylitol-2. (17 Oktober 2014).
6. Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Edisi Revisi. Medan: USU
Press, 2008: 100-101.
7. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakata: EGC, 2010: 56-59.
8. Alanen P. Xylitol. 13 Januari 2006. www.ekulf.com/core/files/XYLITOL.pdf.
(20 Oktober 2014)
9. Hayes C. The Effect of Non-Cariogenic Sweeteners on the

Prevention of Dental Caries a Review of the Evidence. J Dental


Education 2001; 65(10): 1106-1108.
10. Astoeti TE, Roeslan MO, Sari A, Sudhana JW. The Effect of Xylitol

Bubble Gum Toward Anaerob Microorganism in Dental Plaque.

Dalam: Scientific Meeting and Refresher Course in Dentistry


Faculty of Dentistry Universitas Indonesia, Amarsastra HB. Dental
Breakthrough in the 21st Century: Where Scient Meets Technologi, 2009: 497.

You might also like