You are on page 1of 17

PERISTIWA PERISTIWA SEBELUM

KEMERDEKAAN INDONESIA
A. Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945
Berita Kekalahan Jepang Terhadap Sekutu Dan Perbedaan Pendapat
Antara Golongan Tua Dan Muda Yang Melahirkan Peristiwa Rengasdengklok,
Setelah mengetahui bahwa Jepang telah menyerah terhadap sekutu, maka
golongan pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di
Jln.Pegangsaan Timur 56 Jakarta.Dengan juru bicara Sutan Syahrir, para pemuda
meminta agar Bung Karno dan Bung Hatta segera memperoklamasikan
kemerdekaan saat itu juga, lepas dari campur tangan Jepang.Bung Karno tidak
menyetujui usul para pemuda karena Proklamasi Kemerdekaan itu perlu
dibicarakan terlebih dahulu dalam rapat PPKI, sebab badan inilah yang ditugasi
untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda menolak pendapat Bung Karno sebab PPKI itu buatan
Jepang, menyatakan kemerdekaan lewat PPKI tentu Akan dicap oleh Sekutu
bahwa kemerdekaan itu hanyalah pemberian Jepang,para pemuda tidak ingin
kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah dari Jepang.Bung Karno
berpendapat lain, bahwa soal kemerdekasan Indonesia datangnya dari pemerintah
Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri,tidaklah menjadi soal,
karena Jepang toh sudah kalah.
Masalah yang lebih penting adalah menghadapi sekutu yang berusaha
mengambalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Karena itu memperoklamasikan
kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi, atas dasar
itulah Bung Karno menolak usul para pemuda.
Bom Atom Jepang
Serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki adalah serangan nuklir
selama Perang Dunia II terhadap kekaisaran Jepang oleh Amerika Serikat atas
perintah Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman. Setelah enam bulan
pengeboman 67 kota di Jepang lainnya, senjata nuklir "Little Boy" dijatuhkan di

kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, diikuti dengan pada tanggal 9
Agustus 1945, dijatuhkan bom nuklir "Fat Man" di atas Nagasaki. Kedua tanggal
tersebut adalah satu-satunya serangan nuklir yang pernah terjadi.
Bom atom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan
80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945.[1] Sejak itu, ribuan telah tewas akibat
luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom.
Pada kedua kota, mayoritas yang tewas adalah penduduk.
Enam hari setelah dijatuhkannya bom atom di Nagasaki, pada 15 Agustus,
Jepang mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu,
menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September, yang secara
resmi mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II. (Jerman sudah
menandatangani menyerah pada tanggal 7 Mei 1945, mengakhiri teater Eropa.)
Pengeboman ini membuat Jepang sesudah perang mengadopsi Three Non-Nuclear
Principles, melarang negara itu memiliki senjata nuklir.
B. Jepang Menyerah Tanpa Syarat
Disaksikan Jenderal Richard K. Sutherland, Menteri Luar Negeri Jepang
Mamoru Shigemitsu menandatangani Dokumen Kapitulasi Jepang di atas kapal
USS Missouri, 2 September 1945.
Menyerahnya Jepang pada bulan Agustus 1945 menandai akhir Perang
Dunia II. Angkatan Laut Kekaisaran Jepang secara efektif sudah tidak ada sejak
Agustus 1945, sementara invasi Sekutu ke Jepang hanya tinggal waktu. Walaupun
keinginan untuk melawan hingga titik penghabisan dinyatakan secara terbuka,
pemimpin Jepang dari Dewan Penasihat Militer Jepang secara pribadi memohon
Uni Soviet untuk berperan sebagai mediator dalam perjanjian damai dengan
syarat-syarat yang menguntungkan Jepang. Sementara itu, Uni Soviet juga
bersiap-siap untuk menyerang Jepang dalam usaha memenuhi janji kepada
Amerika Serikat dan Inggris di Konferensi Yalta.
Pada 6 Agustus dan 9 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki. Pada 9 Agustus, Uni Soviet melancarkan penyerbuan
mendadak ke koloni Jepang di Manchuria (Manchukuo) yang melanggar Pakta

Netralitas SovietJepang. Kaisar Hirohito campur tangan setelah terjadi dua


peristiwa mengejutkan tersebut, dan memerintahkan Dewan Penasihat Militer
untuk menerima syarat-syarat yang ditawarkan Sekutu dalam Deklarasi Potsdam.
Setelah berlangsung perundingan di balik layar selama beberapa hari, dan kudeta
yang gagal, Kaisar Hirohito menyampaikan pidato radio di hadapan rakyat pada
15 Agustus 1945. Dalam pidato radio yang disebut Gyokuon-hs (Siaran Suara
Kaisar), Hirohito membacakan Perintah Kekaisaran tentang kapitulasi, sekaligus
mengumumkan kepada rakyat bahwa Jepang telah menyerah.
Pendudukan Jepang oleh Komando Tertinggi Sekutu dimulai pada 28
Agustus. Upacara kapitulasi diadakan pada 2 September 1945 di atas kapal
tempur Amerika Serikat Missouri. Dokumen Kapitulasi Jepang yang
ditandatangani hari itu oleh pejabat pemerintah Jepang secara resmi mengakhiri
Perang Dunia II. Penduduk sipil dan anggota militer di negara-negara Sekutu
merayakan Hari Kemenangan atas Jepang (V-J Day). Walaupun demikian,
sebagian pos komando terpencil dan personel militer dari kesatuan di pelosokpelosok Asia menolak untuk menyerah selama berbulan-bulan bahkan hingga
bertahun-tahun setelah Jepang menyerah. Sejak kapitulasi Jepang, sejarawan terus
berdebat tentang etika penggunaan bom atom
1. Peristiwa Rengasdengklok
Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan
dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6
Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa
tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang
terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan
bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir. Berita
tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang
termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar
Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu
menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat.
Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang
masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara

pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang. Gunseikan


telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo
sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan
menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua
mengenai masalah kemerdekaan Indonesia. Golongan muda menginginkan
agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain
Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan
Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi
kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr.
Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda
kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di
Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB.
Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan
tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat
digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji
kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan
dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda
diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
2. Pembentukan PPKI
Pada tanggal 7 agustus 1945 BPUPKI di bubarkan sebagai
penggantinya pemerintah pendudukan jepang membentuk PPKI .Ir. soekarno
untuk sebagai ketua PPKI dan Drs. Muh hata ditunjuk sebagai wikil ketuanya,
sedangkan Mr.Ahmad Soerbadjo ditunjuk sebagai penasehatnya .
3. Akselerasi Gerakan Pemuda
a. Kongres Pemuda Seluruh Jawa
Tanggal 16 mei 1945 di bandung diadakan kongres pemuda
seluruh jawa yang di prakarsai angkatan moeda indonesia. Kongres
pemuda itu dihadirin oleh lebih 100 pemuda. Kongres tersebut
menghimbau para pemuda di jawa hendaknya bersatu dan mempersiapkan

diri untuk melaksanakan proklamasi kemerdkaan . satelah 3 hari kongres


berlangsung, akhirnya di putuskan 2 buah resolusi, yaitu:
1) Semua golongan Indonesia, terutama golongan pemuda di persatukan
dan di bulatkan di bawah satu pimpinan nasional.
2) Dipercepatnya pelaksanaan pernyataan kemerdekaan indonesia
b. Pembentukan Gerakan Angkatan Baroe Indonesia
c. Pernyataan pada kongres pemuda seluruh jawa tidak memuaskan beberapa
tokoh pemuda yang hadir. Mereka bertekad untuk menyatakan suatu
gerakan pemuda yang lebih radikal . diadakan suatu pertemuan rahasia di
jakerta utuk membentuk suatu panitia kusus yang di ke tuai oleh B. M.
Diah . yang menghasilkan pembentukan gerakan angkatan baroe indonesia
misalnya:
1) Mencapai persatuan yang kompak di antara seluruh golongan
masyarakat indonesia
2) Menanamkan semangat revolusioner masa atas dasar kesadaran
mereka sebagai rakyat yang berdaulat
3) Membentuk negara kesatuan republik indonesia
4) Bahubahu bersama jepang untuk mempersatukan indonesia tetapi jika
perlu termasuk untuk mencapai kemerdekaan dengan kekuatannya
sendiri .
d. Pembentukan gerakan rakyat baroe .
Adalah gerakan rakyat baroe yang di bentuk berdasarkan hasil sidang ke-8
cuo sangiin. Susunan pengurus pusat organisasi ini terdiri dari 80 orang .
anggotanya terdiri atas penduduk asli indonesia dan bangsa jepang
golongan cina, golongan arab ,dan golongan peranakan eropa.
C. Proklamasi Kemerdekaan
1. Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana
Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor
Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat)
yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia
Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda
dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala

Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima


kedatangan rombongan tersebut.
Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus
1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status
quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi
di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir
Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido,
ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta
agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara purapura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam
meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda
mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung
Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya
wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah
Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna
melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa
Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda
mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi
dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh
2. Peran Laksana Maeda Dalam Proklamasi
Laksamana Tadashi Maeda adalah seorang perwira tinggi Angkatan
Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. Ia
melanggar perintah Sekutu yang melarang para pemimpin Indonesia
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peranannya dalam
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
Laksamana Tadashi Maeda menyediakan rumahnya untuk tempat
penyusunan konsep teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Peran Laksamana ALTadashi Maeda pada Bangsa Indonesia

Pada tahun 1976 Laksamana Tadashi Maeda kelahiran Kagoshima


Jepang 1898 ini mendapat "Anugerah Bintang Jasa Nararya" dari Pemerintah
Republik Indonesia. Selama 10 tahun Tadashi Maeda berdinas di Kementcrian Angkatan Laut khusus urusan Indonesia.
Tugas pokok sebagai Kepala Kantor Penghubung Rikugun (AD) dan
Kaigun (AL) di Jakarta. Tadashi Maeda pernah dihukum selama 1 tahun,
karena dipersalahkan melanggar perintah Angkatan Perang Sekutu dalam
mempertahankan status quo Hindia Belanda. Melalui Mr. Ahmad Soebardjo
yang menjabat sebagai Kepala Biro Riset AL Jepang, Tadashi Maeda meminta
agar Bung Karno segera kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Jaminan keamanan serta mempersitahkan
menggunakan rumah dinasnya di Jt. Nassan Boulevard/ Jl. Imam Bonjol no. 1
Jakarta untuk rapat.
Tanggal 16 Agustus 1945 sore hari rombongan Mr. Soebardjo sebagai
oerriasii menjemput Bung Karno dan Bung Hatta di Rengasdengklok untuk
dibawa ke Jakarta. Ibu Fatmawati dan Guntur diantarkan ke Jl. Pegangsaan
Timur 56, sedangkan Bung Karno dan Bung Hatta langsung menuju ke rumah
dinas Tadashi Maeda diikuti oleh Soekarni, Soetardjo dan Soedirb (Barisan
Banteng). Ternyata di rumah Laksamana Tadashi Maeda tokoh-tokoh
pergerakan, anggota BPKI dan beberapa pimpinan pemuda Menteng 31,
Cikini 71 dan Prapatan 10, serta beberapa wartawan.
Rapat pembahasan Naskah Proklamasi dilaksanakan sampai hampir
tengah malam. Dan setelah disepakati bersama^Bung Kamo menyarankan
supaya yang hadir dalam rapat malam itu tLikut menandatangani 'Naskah
Proklamasi' sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia."
Ternyata sebagian besar yang hadir mengusulkan agar Bung Karno
dan Bung Hatta saja yang bertanda tangan atas nama Bangsa Indonesia.
Setelah tidak ada usulan dan perabahan lagi, maka dipanggillah Sayuti
Melik untuk mengetik Naskah Proklamasi. Setelah meminjam mesin ketik
millk kantor Maeda, Sayuti Melik didampingi BM. Diah mengetik Naskah
Proklamasi tulisan tangan Bung Karno di ruang kecil dekat dapur.

Tak lama kemudian Naskah Proklamasi ditanda tangani Bung Karno


dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia di ruang tamu Laksamana
Tadashi Maeda. Naskah hasil ketikan Sayuti Melik inilah yang dibacakan
Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi di Pegangsaan
Timur 56 Jakarta.
3. Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam
penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul
02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana
Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu
adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks
proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah
Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh
Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan
Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan
pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa
teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati,
dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta
saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia
menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang
prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit
PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul
dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka
Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah
bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai saat
ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen
Nasional.

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan
Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak
mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka
menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak.
Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.[5]
D. Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
1. Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal
Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang
menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda
tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan
memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen
Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan
rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari
tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang
harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan
proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh
Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali
keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira
yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu.
Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja
PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang
panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena
diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia
mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah
Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
2. Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana
Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan
rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta
yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri
menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh
Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M.

Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk
di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian
ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri
penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan
itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno
menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti transfer of power.
Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada
yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim
Nishijima masih didengungkan.
3. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah
tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL
Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan
proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan
keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56
(sekarang Jl. Proklamasi no. 1)
E. Terbentuknya Negara Dan Pemerintahan Indonesia
Terbentuknya Negara Kesatuan dan pemerintahan republik Indonesia serta
kelengkapanya.
Negara republik Indonesia di lahirkan belum sempurna pada tanggal 17
agustus 19945 pada kenyataanya belum sempurna sebagai suatu negara. Oleh
karena itu langkang yang di ambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI
adalah menyusun konstitusi negara dan pembentukan alat kelengkapan negara.
Untuk itu PPKI mengadakan siding sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal
18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945 dan 22 Agusrus 1945.
Sebelum rapat dimulai muncul permasalahan yang disampaikan oleh
wakil dari luar jawa, diantaranya :

Mr. Latuharhary ( Maluku ), Dr. Samratulangi ( Sulawesi )


Mr. Kadjudin noor dan Ir. Pangeran Noor ( Kalimantan )
Mr. I Ketut Putja ( Nusa Tanggara )

Yang menyampaikan keresahan penduduk non islam mengenai kalimat dalam


piagam Jakarta yang nantinya akan di jadikan Rancangan Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia.
Kalimat yang dimaksud adlah Ketuhanan dengan mewajibkan menjalankan
syariat islam bagi para pemeluknya .
Serta syarat kepala negara harus seorang muslim. Untuk mengatasi maslah
tersebut Drs. Muhammad Hatta beserta Ki Bagus Hadi Kusumo, Wahid Hasim,
Mr. Kasman Singa Dimutjo dan Mr.Teuku Muh. Hasan.
Membicarakan secara khusus, akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan
yang luas dan menegakkan Negara Indonesia yang baru didirikan, rumusan
kalimat yang didasarkanmemberatkan oleh kelompok non islam di hapus
sehingga menjadi berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa
Dan syarat kepala negara adlah orang Indonesia asli untuk memahami hasil siding
scara lengkap, maka perhatikan di bawah ini.
Keputusan Penting dalam Sidang PPKI Tanggal 18 Agustus 1945
Mengesahkan dan menetapkan Undang Undang Dasar Republik Indonesia yang
telah disiapkan oleh (BPUPKI ) yang kemudian di kenal dengan Undang-Undang
dasar 1945

Memilih Ir. Soekarno sebagi presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai
wakil Presiden. Pemilihan preiden dan wakil presiden di lakukan secara

akumulasi atas usul dari Otto Iskandarnoto


Membentuk sebuah komite Nasional ( Untuk membantu Presiden Selama

MPR dan DPR belum dibentuk )


Keputusan Sidang pada tangga 19 Agustus 1945
Pada tanggal itu PPKI melanjutkan sidangyang ke-2 kalinya berhasil
memutuskan :
Pembagian wilayah terdiri atas 8 Propinsi
Jawa Barat, Gubernurnya Sutarjo Karto Hadikusumo
Jawa Tengah, Gubernurnya R. Panji Suroso
Jawa Timur, Gubernurnya R.A. Suroso
Borneo ( Kalimantan ), Gubernurnya Ir Pangeran Muhammad Noor

Sulawesi, Gubernurnya Dr. G.S.S.J. Sam Ratulangi


Maluku, Gubernurnya Mr. J. Ratuharhary
Sunda Keci ( Nusa Tenggara ), Gubernurnya Mr.I Gusti Ketut Pudja
Sumatra, Gubernurnya Mr Teuku Muhammad Hasan
Pembentukan Komite Nasional ( Daerah )
Menetapkan 12 Deparemen dengan Mentri-mentrinya mengepalai departemen
dan Mentri negara sebagai berikut :
Departemen Dalam Negeri

: Di kepalai R.A.A. Wiranata Kusumah

Departeman Luar Negeri

: Mr. Ahmad Soebarjo

Departemen Kehakiman

: Prof. Dr.Mr. Supomo

Departemen Keuangan

: Mr.A.A. Marimis

Departemen Kemakmuran

: Surahman Cokrodisurjo

Departemen Kesejahteraan

: Dr. Bantaran Morto Atmojo

Departemen Pengajaran

: Ki. Hajar Dewantoro

Departemen Sosial

: Iwa Kusuma Sumantri

Departemen Pertahanan

: Supriyadi

Departemen Perhubungan

: Abi Kusno Tjokrosuyoso

Departemen Pekerjaan Umum

: Abi Kusno Tjokrosuyoso

Departemen Panerangan

: Mr. Amir Syarifudin

Sedangkan 4 Mentri Negara yaitu :


Mentri Negara

: Wachid Hasyim

Mentri Negara

: M. Amir

Mentri Negara

: R. Otto Iskandar Diratta

Mentri Negara

: Rm. Sartono

Disamping itu pula Diangkat pejabat Tinggi Negeri sebagai berikut :


Ketua Mahkamah Agung

: Dr.Mr. Kusuma Atmaja

Jaksa Agung

: Mr. Gatoto Tarunamiharja

Sekretaris Negara

: Mr. Agung Pringgo Digdo

Juru Bicara

: Soekarjo Wirjo Pranoto

Keputusan Sidang Ke-3 PPKI Tanggal 22 Agustus 1945 Memutuskan


Pembentukan Komite Nasional Pusat ( KNPI ).

Sidang PPKI tangal 22 Agustus 1945 maka dibentuk Komite Nasional


Indonesiaadalah badan yang akan berfungsi sebagai ( DPR ). Sebelum
diselenggarakan pemilhan Umum ( Pemilu )
KNIP diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo dan anggota ( KNIP ) dilantik
tanggal 29 Agustus 1945.
Tugas Pertama KNIP adalah Membentuk tugas kepresidenan namun tetapi
diperluas tidak hanya sebagi nasehat Presiden, Wewenang KNIP sebagai DPR
ditetapkan dalam rapat KNIP 16 Oktober 1945.
Membentuk Parta Nasional Indonesia ( PNI )
Pada tanggal 22 Agustus PPKI bersidang Ke-3 kalinya dan menghasilkan
Keputusan antara lain pebentukan Partai Nasional Indonesia. Yang pada waktu
sidang itu dimaksudnya menjadi satu-satunya partai politik di Indonesia ( Partai
Tunggal ). Dalam perkembangan muncul maklumat 31 Agustus 1945 yang
memutuskan bahwa gerakan dan persiapan PNI ditundai dan KNIP mengajukan
usul kepada pemerintahan agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mendirikan parpol, Kemudian maklumat dikenal dengan maklumat 3 November
1945.
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat ( BKR )
( BKR ) ditetapkan sebagai bagian dari badan penolong keluarga korban perang
( BPKKP ). Yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk kselamatan
rakyat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah
dibawah kordinasi KNI Daerah.
Para pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho segera mmbentuk
BKR sebagai wadah perjuangan.

BKR Jakarta dipimpin


BKR jawa timur
BKR jawa tengah
BKR jawa barat

: Kaprawi
: Dra. Moestopo
: Soediman
: Arudji Kartawinata

Keputusan tersebut karena pemerintahan belum tertera yang bersifat


Nasional. Pada tanggal 5 oktober 1945 dikeluarkan maklumat pemerintahan yang
menyatakan berdirinya, tertera keamanan Rakyat (TKR ) sebagai pemrintahan
TKR di setujui Supriyadi. Dan Supriyadi ternyata tidak pernah sekali muncul.

Pada bulan November atas prakarsa tinggi TKR di ladakan pemilihan


tertinggi TKR yan baru terpilih colonel Soederman. terpilihnya soederman
merupakan titik puncak perkembangan pada bulan januari 1946 ( TKR ) beubah
menjadi tentara rakyat Indonesia ( TRI ) pada bulan juni 1947 ( TRI ( berubah
menjadi tentara nasional Indonesia ( TNI ) sampai sekarang.

PERISTIWA PENTING SESUDAH


PROKLAMASI KEMERDEKAAN

A. Bandung Lautan Api


Pada tanggal 17 Oktober 1945 Belanda mendaratkan pasukannya di
wilayah Bandung. Belanda kemudian mengeluarkan ultimatum pada tanggal 21
November yang berisikan agar para penduduk mengosongkan wilayah tersebut
sebelum tanggal 29 November 1945, namun ultimatum tersebut tidak diindahkan
oleh para pejuang sehingga sering terjadi perang disana. Kemudian pada tanggal
23 Maret 1946 Belanda mengulangi ultimatumnya. Akhirnya atas instruksi dari
pemerintah RI di Jakarta, para pejuang mau meninggalkan kotanya walau dengan
berat hati. Namun sebelum meninggalkan kota tersebut, terlebih dahulu para
pejuang menyerang ke arah sekutu dan membumi hanguskan bandung wilyah
selatan. Nah!!!! Kejadian tersebutlah yang disebut dengan BANDUNG LAUTAN
API.
B. Puputan Margarana
Isi dari perundingan Linggarjati pada tanggal 10 november 1946 adalah
Belanda mengakui secara de facto wilayah Indonesia yaitu JAWA, SUMATRA,
dan MADURA, namun Bali tidak termasuk yang menyebabkan rakyat bali
kecewa berat. Kemudian Belanda membujuk I GUSTI NGURAH RAI untuk
membentuk Negara Indonesia Timur (NIT). Namun ajakan tersebbut ditolak
dengan tegas dan dijawab dengan perawanan senjata. Kemudian pada tanggal 29
November 1946 Di Margarana,Tabanan,Bali terjadi peperangan besar dan hebat,
disana Igusti Ngurah Rai mengobarkan perang PUPUTAN. Akan tetapi I Gusti
Ngurah Rai beserta kelompoknya gugur sebagai bunga bangsa dalam pertempuran
karena kalah dalam persenjataan. Perang tersebut akhirnya disebut dengan
Puputan Margarana (Perang mati-matian demi membela nusa dan bangsa).

C. Peristiwa Westerling di Makassar


Pada bulan Desember 1946 Belanda mendaratkan pasukannya di wilayah
Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Raymond Westerling untuk membersihkan
wilayah tersebut dari orang yang memberontak pembentukan NIT serta pejuang
disana. Kemudian pasukannya mulia meneyran kea rah desa pada tanggal 7-25
Desember dan pada tanggal 10 Desember 1946 wilyah tersebut dinyatakan
sebagai wilayah perang. Korban peristiwa tersebut mencapai kurang lebih 40.000
orang, coba kalian bayangkan betapa sadisnya dia!
D. Serangan Umum 1 Maret 1949
Pada agresi militer Belanda yang kedua bulan desember 1948, Indonesia
berhasil ditaklukan oleh Belanda. Presiden,wapres beserta mentri-mentrinyapun
ditawan oleh Belanda. Akhirnya Belanda menyatakan RI telah runtuh! Tanpa
disadari oleh Belanda, Indonesia membentuk Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI) di bukit tinggi. Karena adanya agresi militer belanda yang
kedua, TNI serta kelompok bersenjata yang lain menjadi terpecah belah, masalah
tersebut berhasil diatasi dengan mengirim kurir, telegram, ataupun mengirim
sinyal radio. Kemudian pada tanggal 1 MARET 1949 Indonesia akan menyerang
ke arah Belanda di Yogyakarta yang dipimpin oleh LETKOL. SOEHARTO.
Serangan umum ini membawa hasil yang sangat membanggakan karena berhasil
menguasai kembail wilayah Yogyakarta selama 6 jam (06.00-12.00).
E. Pembentukan Alat Kelengkapan Negara
Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia harus memiliki susunan
pemerintahan yang lengkap beserta alat-alatnya. Kemudian pada tanggal 18
Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan
rapat di Jakarta. Dalam rapat itu telah di ambil beberapa keputusan penting
yakni :
1. Menetapkan Undang-undang Dasar Negara yakni UUD 1945.
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
presiden.

3. Sebelum terbentuknya majelis permusyawaratan Rakyat, pekerjaan Presiden


untuk sementara waktu di bantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNP).
Dasar Negara tercantum di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 pada alinea ke empat. Urutan pancasila seperti yang tercantum di dalam
pembukaan UUD 1945.
Salah satu yang menjadi alat Negara adalah tentara. Maka pada tanggal 22
Agustus 1945 dibentuklah tentara untuk menjaga keamanan negara. Mula-mula di
bentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dan tugas BKR adalah memperthankan
kemerdekaan Indonesia yang baru saja di Proklamasikan. Banyak pemudapemuda Idonesia bekas anggota Seinendan, Heiho, keibodan, Peta, bergabung ke
dalam BKR. Selain bergabung ke dalam BKR banyak pula pemuda-pemuda yang
berjuang dalam laskar pejuang. Laskar pejuang ini adalah mereka yang bergabung
kedalam laskar wanita, anggota Palang Merah, atau mereka yang membantu di
dapur umum.

You might also like