You are on page 1of 30

2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


( SOP )
PEMERIKSAAN
1.

Pengertian
a.

Pemeriksaan adalah kegiatan untuk memperoleh keterangan, kejelasan, dan


keidentikan dari tersangka, saksi, ahli tentang barang bukti maupun unsurunsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan
seseorang maupun barang bukti didalam tindak pidana tersebut menjadi
jelas, dituangkan didalam berita acara pemeriksaan.

b.

Pemeriksa adalah pejabat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan


pemeriksaan baik sebagai penyidik maupun penyidik pembantu yang sudah
memiliki skep penyidik.

c.

Interogasi adalah salah satu teknik pemeriksaan tersangka atau saksi dalam
rangka penyidikan tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan baik
lisan maupun tertulis kepada tersangka atau saksi guna mendapatkan
keterangan, petunjuk petunjuk lainya serta kebenaran keterlibatan
tersangka, dalam rangka pembuatan Berita Acara Pemeriksaan/Interogasi.

d.

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang
didengar, dilihat dan dialami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu.

e.

Konfrontasi adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka penyidikan


dengan cara mempertemukan satu dengan lainnya (antara: tersangka
dengan saksi, saksi dengan saksi, tersangka dengan tersangka lainnya)
untuk menguji kebenaran dan persesuaian keterangan masing masing
serta dituangkan didalam Berita Acara Pemeriksaan Konfrontasi.

f.

Rekonstruksi

adalah

salah

satu

teknik

pemeriksaan

dalam

rangka

penyidikan, dengan jalan memperagakan kembali cara tersangka melakukan


tindak pidana atau pengetahuan saksi, dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk
menguji kebenaran keterangan tersangka atau saksi sehingga dengan
demikian dapat diketahui benar tidaknya tersangka tersebut sebagai pelaku
dituangkan dalam Berita Acara Acara Pemeriksaan rekonstruksi.
g.

Pemeriksaan Surat
Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita surat lain yang dikirim
melalui

kantor

pos

dan

telekomunikasi,

jawatan

atau

perusahaan

telekomunikasi atau pengangkutan (pasal 47 ayat (1) KUHAP).


h.

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan


penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang
didengar, dilihat dan dialami sendiri.

i.

Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya


berdasarkan bukti permulaan yang patut diduga sebagai pelaku tindak
pidana.

j.

Ahli adalah orang yang dapat memberikan keterangan ahli guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
ketahui berdasarkan keahlian khusus yang dimilikinya.

k.

Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang


mempunyai keahlian khusus yang membuat terang suatu tindak pidana guna
kepentingan pemeriksaan.

l.

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun


termasuk anak yang masih dalam kandungan.

m.

Keterangan Anak adalah keterangan yang diberikan oleh seorang anak


tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan dalam hal menurut cara yang diatur dalam
KUHAP.

n.

Berita Acara Pemeriksaan tersangka, saksi dan ahli adalah catatan atau
tulisan yang bersifat otentik, dibuat dalam bentuk tertentu oleh penyidik atau
penyidik pembantu atas kekuatan sumpah jabatan, diberi tanggal dan
ditanda tangani oleh penyidik atau penyidik pembantu dan tersangka serta
ahli yang diperiksa, memuat uraian tindak pidana yang dipersangkakan
dengan menyebut waktu, tempat dan keadaan pada waktu pidana dilakukan,
identitas penyidik/penyidik pembantu dan yang diperiksa, keterangan yang
diperiksa.

2.

Ketentuan Hukum
a.

Pasal 1 angka 26, 27, 28, 29 dan 30, Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 2,Pasal
7 ayat (1) huruf e, Pasal 8, pasal 47 ayat (1) ,Pasal 50 ayat (1), Pasal 51,
Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 71, Pasal 75, Pasal
76, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal
118 dan Pasal 119 KUHAP.

b.

Pasal 13, Pasal 14 ayat (1) huruf g, Pasal 16 ayat (1) huruf f , Pasal 18
Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

c.

Peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan pemeriksaan.

d.

Peraturan Kapolri No. Pol 14 tahun 2012 tentang Manajemen penyidikan


tindak pidana

3.

Persiapan
a.

Syarat-syarat Pemeriksaan.
1)

Dasar
Laporan Polisi ( Laporan Polisi Model A atau Model B atau Model C )

2)

Pemeriksa.
a)

Mempunyai

kewenanganan

melakukan

pemeriksaan

dan

membuat Berita Acara Pemeriksaan, baik sebagai Penyidik


/Penyidik

Pembantu,

berdasarkan

Skep

Pembantu dan surat perintah penyidikan.

Penyidik/Penyidik

b)

Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Hukum Pidana,


Hukum Acara Pidana dan Peraturan Perundangan-Undangan /
Hukum-hukum lainnya.

c)

Mempunyai pengetahuan yang cukup dan mahir melaksanakan


fungsi

tehnis

profesional

kepolisian

dibidang

penyidikan

khususnya kemahiran tentang taktik dan teknik pemeriksaan.


d)

Mempunyai pengetahuan dan menguasai kasus tindak pidana


dengan baik, berdasarkan Laporan

Polisi, Laporan Hasil

Penyelidikan, Berita Acara Pemeriksaan di tempat Kejadian


Perkara, informasi dan data lainnya.
e)

Memiliki kepribadian :
(1)

percaya pada diri sendiri.

(2)

Mempunyai kemampuan menghadapi orang lain/adaptif.

(3)

Tidak mudah terpengaruh.

(4)

Sopan, Sabar, dapat mengendalikan emosi.

(5)

Kemampuan menilai dengan tepat dan bertindak cepat dan


obyektif.

(6)
f)

Tekun, ulet dan mampu mengembangkan inisiatif.

Mampu mempersiapkan rencana pemeriksaan dan membuat draf


pertanyaan sesuai dengan materi perkara yang ditangani.

g)

Penyidik menyiapkan ruangan pemeriksaan dan perlengkapan


yang dibutuhkan untuk pemeriksaan.

h)

Apabila pada hari yang sama penyidik / penyidik pembantu


melakukan pemeriksaan lebih dari dari satu orang maka penyidik
harus dapat mengatur pembagian waktu agar yang diperiksa tidak
sampai menunggu. Untuk mengantisipasi panggilan yang pertama
tidak datang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dalam surat
panggilan maka penyidik / penyidik pembantu mempersiapkan
penyidik / penyidik pembantu yang lain untuk membantu
pemeriksaan untuk panggilan yang kedua.

i)

Penyidik / penyidik pembantu berpakaian rapi


.

3)

Yang diperiksa.
a)

Tersangka, saksi / ahli, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

b)

Tersangka, saksi / ahli, bebas dari rasa takut.

c)

Tersangka, dipanggil dengan panggilan yang sah kecuali bila


tersangka ditangkap / tertangkap tangan.

d)

4)

Saksi / ahli dipanggil dengan panggilan yang sah.

Tempat Pemeriksaan.
a)

Ditentukan/ditetapkan secara khusus sebagai tempat untuk


melakukan pemeriksaan baik dikantor penyidik / penyidik
pembantu atau tempat-tempat lain

yang dijadikan tempat

pemeriksaan.
b)

Dalam hal

saksi / saksi ahli telah dua kali dipanggil secara

bertutut-turut dengan surat panggilan yang sah, namun tidak bisa


hadir dengan alasan yang patut dan wajar maka pemeriksaan
dapat dilakukan di rumah / kediamannya atau tempat-tempat lain
yang disepakati bersama.
c)

Tempat pemeriksaan harus sedemikian rupa/layak sehingga tidak


menimbulkan kesan menakutkan / menyeramkan dan dalam
suasana tenang.

d)

Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan diluar wilayah yuridiksi


kesatuan

penyidik,

maka

pelaksanaan

pemeriksaan

agar

didampingi oleh penyidik setempat.


e)

Apabila pemeriksaan dilaksanakan di Luar Negeri maka hasil BAP


harus dilegalisir Perwakilan Negara Republik Indonesia dan saksi
/ahli harus disumpah.

f)

Tempat pemeriksaan harus terjamin keamanannya.

g)

Tersedia tempat bagi penasehat hukum.

h)

Bila memungkinkan dibuat ruang khusus pemeriksaan tersangka /


saksi dengan segala prasarana dan sarana yang diperlukan.

5)

Saat mulai pemeriksaan.


a)

Pemeriksaan agar dilakukan sesegera mungkin / tepat waktu


sesuai waktu panggilan.

b)

Setelah penangkapan dilaksanakan terhadap tersangka agar


segera diadakan pemeriksaan.

c)

Dalam waktu satu hari ( 1 X 24 jam ) setelah perintah penahanan


dilaksanakan, tersangka harus mulai diperiksa (Pasal 122
KUHAP).

d)

Hindarkan

pertanyaan-pertanyaan

yang

dapat

menimbulkan

situasi perdebatan yang tidak perlu maupun pembicaraan yang


emosional.
e)

Hindari agar pemeriksa jangan sampai dipengaruhi tersangka atau


saksi / ahli.

f)

Agar memperhatikan norma-norma kesopanan dan kesusilaan,


terutama apabila tersangka atau saksi seorang wanita.

g)

Dalam hal tersangka / saksi agak sulit / kurang lancar dalam


mengemukakan keterangan, maka agar dibantu atau dibimbing
sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
seseorang, keadaan dan terjadinya tindak pidana secara lengkap,
sistematis dan berurutan.

h)

Pemeriksaan tersangka atau saksi pada prinsipnya tidak boleh


dihadiri

oleh

orang

yang

tidak

berkepentingan

dengan

pemeriksaan.
i)

Hendaknya dibangkitkan rasa simpati dan dicegah jangan sampai


menimbulkan sikap yang bertentangan.

j)

Pertanyaan-pertanyaan harus singkat, padat dan jelas, sehingga


mudah dimengerti oleh tersangka, saksi dan ahli.

k)

Untuk memperoleh keterangan yang lebih meyakinkan pemeriksa


agar mengulang pertanyaan yang sama kepada tersangka, saksi
dan ahli.

l)

Tidak memberikan kesempatan kepada tersangka, saksi dan ahli


untuk

membuat

keterangan

yang

bersifat

khayalan

atau

keterangan yang tidak benar.


m)

Agar bersikap sabar, tekun dan ulet dalam menghadapi tersangka,


saksi dan ahli yang berbelit-belit.

n)

Kepada tersangka, saksi dan ahli supaya disuruh mengenali,


diperlihatkan

kembali

barang

bukti

yang

didapatkan

dan

keterangannya supaya dimuat dalam berita acara pemeriksaan


atas dirinya.
o)

Keterangan tersangka atau saksi / ahli wajib ditulis secara teliti


dan lengkap dalam berita acara pemeriksaan.

6)

Sarana Pemeriksaan.
a)

Ruangan pemeriksaan yang layak.

b)

Meja dan kursi sesuai kebutuhan.

c)

Mesin tulis / komputer.

d)

Alat-alat tulis.

e)

Tape recorder dan alat-alat elektronika sebagai pendukung


pemeriksaan (bila diperlukan).

f)

7)

Kelengkapan administrasi penyidikan.

Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan.


a)

Persyaratan Formal.
(1)

Pada halaman pertama disebelah sudut kiri atas disebutkan


nama kesatuan dan wilayah.

(2)

Dibawahnya nama kesatuan ditulis kata-kata PRO


JUSTITIA .

(3)

Pada tengah-tengah bagian atas halaman pertama ditulis


kata-kata

BERITA

ACARA

PEMERIKSAAN

dan

dibawahnya antara tanda kurung dituliskan TERSANGKA /


SAKSI / AHLI,

isi berita acara pemeriksaan dimulai

dibawahnya.
(4)

Disebelah

kiri

dari

setiap

lembaran

Berita

Acara

Pemeriksaan dikosongkan selebar halaman yang disebut


marge yang maksudnya disediakan untuk tempat perbaikan
apabila terjadi kekeliruan dalam penulisan materinya.
(5)

Pada pendahuluan Berita Acara pemeriksaan dicantumkan :


(a)

Hari, tanggal, bulan, tahun dan waktu pembuatan (huruf


pertama diawali 7 ketikan).

(b)

Nama, pangkat, Nrp, Jabatan dan kesatuan dari


penyidik serta Skep penyidik.

(c)

Nama (nama lengkap), termasuk nama kecil, alias


(nama panggilan), tempat dan tanggal lahir (umur)
agama,

kewarganegaraan,

tempat

tinggal

atau

kediaman dan pekerjaan dari tersangka / saksi / ahli,


berdasarkan keterangannya dan dicocokkan dengan
identitas diri dalam Kartu Penduduk / Passport / Kartu
Pengenal lainnya ( SIM, STNK, dll ).
(d)

Diperiksa selaku tersangka atau saksi / ahli.

(e)

Alasan pemeriksaan ( dalam hubungan dengan tindak


pidana

yang

terjadi

dengan

menyebutkan

pasal

Undang-Undang yang dilanggar serta menyebutkan


nomor dan tanggal laporan polisi.
(6)

Pada akhir Berita Acara Pemeriksaan terdapat kolom tanda


tangan yang diperiksa dan pihak-pihak lain yang terlibat,
kemudian

Berita

Acara

ditandatangani oleh Penyidik.

Pemeriksaan

ditutup

dan

10

(7)

Bila yang diperiksa tidak dapat membaca dan menulis (buta


huruf), maka kolom tanda tangan dibubuhkan cap jempol /
tiga jari kanan ( telunjuk, jari tengah, jari manis ) kiri / kanan
sesuai dengan keadaan yang paling memungkinkan dari
pada yang diperiksa tersebut.

(8)

Apabila yang diperiksa tidak mengerti atau memahami


bahasa

Indonesia, maka kepada yang diperiksa harus

didampingi oleh penterjemah bahasa yang dikuasai orang


yang diperiksa.
Terhadap transleter atau penerjemah bahasa yang ditunjuk
oleh penyidik harus yang mempunyai kualifikasi dan ada
surat penunjukan dari pejabat yang berwenang, apabila pada
suatu wilayah tidak ada penerjemah yang berkualifikasi maka
penyidik menunjuk penerjemah yang ada di wilayah tersebut.
(9)

Apabila yang diperiksa mengalami tuna rungu dan tuna


wicara maka penyidik wajib mencari ahli bahasa isyarat
untuk mendampingi pemeriksaan sebagai penerjemah.

(10) Bagi yang diperiksa dikarenakan cacat tubuh tidak memiliki


kedua

belah

tangan,

maka pemeriksa

membubuhkan

keterangan tentang keadaan terperiksa dan diketahui oleh


saksi lain.
(11) Setiap halaman, kecuali halaman terakhir yang memuat
tanda tangan yang diperiksa, harus diberi paraf yang
diperiksa dipojok kanan bawah.
(12) Dalam hal pemeriksaan belum dapat diselesaikan, maka
pemeriksaan maupun pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
dapat

dihentikan

sementara

dengan

menutup

dan

menandatangani BAP tersebut oleh yang diperiksa dan


penyidik serta semua pihak yang terlibat.

11

(13) Untuk melanjutkan Berita Acara Pemeriksaan yang belum


dapat

diselesaikan,

maka

pembuatan

Berita

Acara

Pemeriksaan (Lanjutan) dilaksanakan sebagai berikut :


(a)

Halaman berikut.

(b)

Ditulis nama kesatuan dan memakai kata-kata PRO


JUSTITIA.

(c)

Judul berita Acara Pemeriksaan adalah : Berita Acara


Pemeriksaan Lanjutan Tersangka / saksi / Ahli.

(d)

Nomor pertanyaan melanjutkan nomor pertanyaan


Berita Acara Pemeriksaan sebelumnya.

(e)

Pengantar

pembuatan

Berita

Acara

Pemeriksaan

lanjutan dibuat sebagaimana Berita Acara sebelumnya.


(14) Bilamana tersangka/ saksi/ ahli tidak mau menanda tangani
Berita Acara Pemeriksaan, dibuatkan Berita Acara penolakan
dengan menuliskan alasan-alasannya.
(15) Apabila tersangka / saksi didampingi juru bahasa/ahli bahasa
isyarat

maka agar disebutkan dalam uraian setelah kata-

kata setelah Berita Acara Pemeriksaan ini selesai dibuat,


maka ...... dst

Selanjutnya juru bahasa / ahli isyarat turut

menanda tangani Berita Acara Pemeriksaan dimaksud,


disamping tanda tangan yang diperiksa.
(16) Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan di Luar Negeri maka
pada saat pemeriksaan harus didampingi dari perwakilan
negara Republik Indonesia ( Kedutaan Besar atau Konsulat
Jenderal atau Konsuler ) dan hasil Berita Acara Pemeriksaan
dilegalisir oleh Perwakilan Negara Republik Indonesia di
negara tersebut.
(17) Harus diketik diatas kertas folio warna putih, dengan jarak
antara baris kalimat sebesar 1 ( satu setengah ) spasi.

12

(18) Diantara baris awal tidak boleh dituliskan apapun, pada


setiap awal kalimat dimulai 7 (tujuh) ketikan.
(19) Pada setiap awal dan akhir kalimat, apabila masih ada ruang
kosong diisi dengan garis putus-putus.
(20) Bilamana ada tulisan-tulisan yang salah, jangan sekali-kali
menghapus dengan alat-alat apapun dan menindih dengan
huruf atau kata-kata lain.
(21) Bilamana ada tulisan-tulisan yang salah dan perlu diperbaiki
supaya yang salah tersebut dicoret dan diparaf pada ujung
atau kitri dan kanan, perbaikannya ditulis pada marge dan
diparaf pada ujung kiri dan kanan dengan didahului kata-kata
SAH DIGANTI.
(22) Kata-kata

harus

ditulis

dengan

lengkap,

jangan

menggunakan singkatan, kecuali singkatan kata-kata yang


resmi dan sudah umum digunakan.
(23) Penulisan angka yang menyebutkan jumlah, harus di ulangi
dengan huruf dalam kurung.
(24) Nama orang harus ditulis dengan huruf besar ( huruf balok )
dan diberi garis bawah.
b)

Persyaratan Materil.
Tindak pidana adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang/lebih, badan hukum pada tempat, waktu dan keadaan
tertentu, yang diancam dengan pidana atau Undang-undang,
bersifat melawan hukum yang memenuhi unsur-unsur yaitu:
(1)

Subyek

(2)

Kesalahan

(3)

Bersifat melawan hukum (ciri tindakan)

(4)

Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undangundang/ dan terhadap pelanggarannya diancam pidana

(5)

Waktu, tempat, dan keadaan

13

Persyaratan materil yang harus dipenuhi dalam suatu berita acara


pemeriksaan terdiri atas :
(1)

Keseluruhan isi/materi Berita Acara Pemeriksaan agar


memenuhi jawaban atas pertanyaan 7 (tujuh) KAH yaitu :
(a)

Siapakah.
Siapakah
menjawab

mengandung
tentang

pengertian

orang-orang

agar

yang

dapat

diperlukan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan antara lain


sebagai berikut :
-

Siapa yang melaporkan / mengadukan.

Siapa yang pertama-tama mengetahui.

Siapa korban / yang dirugikan.

Siapa pelakunya / tersangkanya.

Siapa saksi-saksinya.

Siapa yang terlibat lainnya.

(b) Apakah.
Apakah

mengandung

pengertian

agar

dapat

menjawab tentang peristiwa, alat, penyebab dan latar


belakangnya dengan mengajukan pertanyaan antara
lain sebagai berikut :
-

Apa yang telah terjadi ( Peristiwanya).

Apa yang dilakukan tersangka dan saksi-saksi.

Apa alat yang digunakan.

Apa akibat yang ditimbulkan.

Apa kerugian yang dialami.

Apa penyebab timbulnya kejadian.

Apa sebab tersangka / saksi melakukan.

14

(c)

Dimanakah.
Dimanakah

mengandung

pengertian

agar

dapat

menjawab tempat-tempat tertentu dengan pertanyaanpertanyaan antara lain sebagai berikut :


-

Dimanakah peristiwa itu terjadi.

Dimanakah korban berada sebelum kejadian ,


pada saat kejadian dan saat ditemukan.

Dimanakah benda-benda/barang-barang bukti itu


ditemukan dan dimana sebelum ditemukan.

Dimanakah

saksi-saksi

ketika

tindak

pidana

terjadi.
-

Dimanakah tersangka berada pada waktu tindak


pidana terjadi.

(d)

Dengan apakah.
Dengan apakah mengandung pengertian agar dapat
menjawab tentang alat yang dipergunakan dengan
mengajukan pertanyaan, antara lain sebagai berikut :
-

Dengan

apakah

tersangka

melakukan

perbuatannya.
-

Dengan apakah tersangka membawa korban /


barang.

(e)

Dengan apakah saksi dapat melakukan.

Mengapakah.
Mengapakah mengandung pengertian agar dapat
menjawab

latar

belakang

kejadian,

dengan

pertanyaan-pertanyaan antara lain :


-

Mengapakah perbuatan itu dilakukan.

Mengapa menggunakan alat / cara-cara itu.

15

(f)

Bagaimanakah mengandung pengertian agar dapat


menjawab tentang cara perbuatan itu dilakukan dengan
mengajukan

pertanyaan-pertanyaan,

antara

lain

sebagai berikut :
-

Bagaimanakah cara melakukan perbuatan itu.

Bagaimana cara amendapatkan sesuatu (baik


tersangka / saksi ).

(g)

Bilamanakah
Bilamanakah mengandung pengertian agar dapat
menjawab

tentang

waktu

dengan

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, antara lain sebagai berikut :


-

Bilamana perbuatan / tindak pidana dilakukan


terjadi.

Bilamana kejadian tersebut dilaporkan.

Bilamana korban ditemukan.

Bilamana korban meninggal; dunia dan lain-lain.

Keseluruhannya agar memuat uraian keterangan yang


memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang dipersangkakan.

c)

Bentuk Berita Acara Pemeriksaan tersangka, saksi dan ahli.


Pada dasarnya Bentuk Berita Acara Pemeriksaan tersangka saksi
dan ahli berisikan gambaran / kontruksi suatu tindak pidana, dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu bentuk cerita / pertanyaan
kronologis, Tanya jawab dan gabungan antara bentuk cerita
dengan tanya jawab.
(1)

Bentuk cerita pertanyaan.


Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk cerita / pertanyaan
adalah serangkaian jawaban atas pertanyaan lisan yang
diajukan oleh pemeriksa kepada yang diperiksa disusun

16

dalam kalimat sehingga merupakan rangkaian kejadian yang


memenuhi jawaban-jawaban atas pertanyaan 7 KAH serta
memenuhi unsur-unsur tindak pidana.
(2)

Bentuk tanya jawab.


Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk tanya jawab
disusun dalam bentuk tanya jawab antara penyidik dengan
yang diperiksa sehingga memberikan gambaran kejadiannya
secara

jelas

dan

memenuhi

jawaban-jawaban

atas

pertanyaan 7 KAH serta unsur-unsur tindak pidananya.


(3)

Bentuk Gabungan cerita dan tanya jawab.


Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk gabungan cerita
dan tanya jawab pada hakekatnya disusun dalam bentuk
tanya jawab dan dalam hal tertentu diselingi dengan bentuk
cerita / pertanyaan.

b.

Pemeriksaan saksi, ahli dan tersangka


1)

Persiapan:
a)

Penunjukan Pejabat Penyidik/Penyidik Pembantu yang akan


melakukan pemeriksaan.

b)

Penentuan waktu, tempat dan target pemeriksaan.

c)

Pemeriksa sudah mempelajari kasus tindak pidana yang terjadi


berdasarkan : Laporan Polisi, Berita Acara Pemeriksaan di tempat
Kejadian

Perkara

(TKP),

Laporan

hasil

penyelidikan

dan

keterangan lain yang ada (Riwayat hidup, catatan residivis) agar


diperoleh suatu gambaran tentang tindak pidana yang terjadi
(posisi kasus).
d)

Menyusun dan merumuskan daftar pertanyaan pemeriksaan untuk


mendapatkan jawaban atas pertanyaan 7 KAH, meliputi :

17

1)

Pertanyaan

awal,

yaitu

pertanyaan

terutama

yang

menyangkut identitas tersangka, saksi dan ahli atau biodata


(riwayat hidup) tersangka.
2)

Pertanyaan pokok, yaitu pertanyaan yang mengarah kepada


jawaban unsur-unsur tindak pidana yang dipersangkakan.

3)

Pertanyaan tambahan, yaitu pertanyaan yang merupakan


hasil pengembangan pertanyaan pokok, pertanyaan yang
mengandung hal-hal yang meringankan atau memberatkan
serta

latar

belakang

dan

faktor

yang

mendorong

dilakukannya tindak pidana.


e)

Menentukan urut-urutan tersangka atau saksi/ahli yang akan


diperiksa berdasarkan kadar keterlibatan atau pengetahuan
tentang tindak pidana yang terjadi.

f)

Menyiapkan/menunjuk penasihat hukum dalam hal tersangka


melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana
15 tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana 5 tahun atau lebih yang tidak mempunyai
penasihat hukum sendiri (pasal 56 KUHAP).

g)

Penelitian identitas yang diperiksa:


1)

Teliti terlebih dahulu identitas oarang yang akan diperiksa


agar tidak terjadi kekeliruan.

2)

Cara

penelitian

identitas

dapat

dilaksanakan

melalui

pengecekan tanda pengenal orang yang akan diperiksa


(antara lain melalui : KTP, SIM, PASSPORT, atau tanda
pengenal lainnya).
h)

Dalam hal diperlukan, pemeriksa (Penyidik/Penyidik Pembantu)


dapat mengadakan konsultasi/meminta bantuan ahli antara lain
psycholog atau psychiater tentang kepribadian atau keadaan
kejiwaan tersangka/saksi.

18

i)

Dalam hal tersangka/saksi belum bisa diambil keterangannya atas


permintaan/pemberitahuan

tersangka/saksi

tersebut

karena

alasan kesehatan, maka pemeriksa (Penyidik/Penyidik Pembantu)


dapat meminta bantuan dokter untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan terhadap tersangka/saksi yang bersangkutan.
j)

Melakukan pendekatan:
1)

Untuk memudahkan/melancarkan jalannya pemeriksaan,


supaya

diadakan

pendekatan

kepada

yang

diperiksa

(tersangka/saksi/ahli) menyangkut sifat, watak dan tingkat


kecerdasannya.
2)

Bila perlu untuk pendekatan kepada yang diperiksa dapat


meminta bantuan ahli antara lain psycholog, psychiater, juru
bahasa termasuk juru bahasa isyarat.

k)

Penampilan pemeriksa:
1)

Tampilkan diri sebagai seorang yang hendak berusaha untuk


menggali kebenaran

dalam rangka menegakkan hukum

agar yang diperiksa tidak mempunyai kesan, bahwa yang


bersangkutan dipaksa untuk memberikan pengakuan.
2)

Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap baik (correct).

3)

Duduk dengan sikap yang baik pada waktu berhadapan


dengan yang diperiksa.

4)

Perlakukan yang diperiksa secara wajar dan pandanglah dia


sebagai

manusia

dengan

sifat-sifat

dan

harkat

kemanusiaannya.
l)

Sebelum dilakukan pemeriksaan agar penyidik/penyidik pembantu


mempersiapkan

sarana

pendukung

lainnya

berupa

computer/laptop dan printer untuk menunjang kelancaran selama


proses pemeriksaan.

19

4.

Tata Cara Pemeriksaan


a.

Pemeriksaan Saksi.
Saksi diperiksa dengan tidak disumpah, kecuali ada cukup alasan untuk
diduga bahwa ia tidak akan dapat hadir dalam pemeriksaan di pengadilan,
maka pemeriksaan terhadap saksi dilakukan diatas sumpah (Pasal 116 ayat
(1) KUHAP). Dalam hal ini disaksikan/didampingi rohaniawan.
1)

Saksi diperiksa secara tersendiri, tetapi boleh dipertemukan satu


dengan yang lain (konfrontasi) dan mereka wajib memberikan
keterangan yang sebenarnya. (Pasal 116 ayat (2) KUHAP).

2)

Saksi yang dipanggil wajib datang pada Penyidik dan jika ia tidak
datang, penyidik memanggil sekali lagi, dengan perintah kepada
petugas untuk membawa saksi tersebut kepadanya (Pasal 112 ayat (2)
KUHAP).

3)

Saksi dalam memberikan keterangan tidak boleh diperlakukan dengan


melakukan tekanan atau kekerasan dalam bentuk apapun oleh
siapapun (Pasal 117 ayat (1) KUHAP).

4)

Saksi dapat menolak memberikan kesaksian karena ada hubungan


keluarga dengan tersangka sampai derajat ketiga karena berdasarkan
hubungan darah/keluarga atau karena akibat perkawinan maupun
karena situasi tertentu, mereka itu adalah :
a)

Karena ada hubungan darah/keluarga.

b)

Karena akibat perkawinan.

c)

Orang lain yang karena sebab tertentu berhak untuk menolak


memberikan kesaksian.

5)

Penyidik/Penyidik Pembantu menanyakan kepada saksi apakah ada


hubungan keluarga dengan tersangka, bila ada hubungan keluarga
dipertanyakan apakah saksi bersedia untuk diperiksa bila tidak bersedia
maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan.

20

6)

Perlunya pelayanan terhadap yang diperiksa (saksi,ahli maupun


tersangka)

agar

disiapkan

makan/minum

apabila

pemeriksaan

diperkirakan memakan waktu yang cukup panjang.

b.

Pemeriksaan Ahli
1)

Apabila dalam pemeriksaan suatu tindak pidana terhadap hal-hal


tertentu yang hanya dapat diterangkan/dijelaskan oleh orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu, untuk
kepentingan penyidikan, maka penyidik/penyidik pembantu dapat minta
pendapat kepada orang ahli/yang memiliki keahlian khusus dimaksud.

2)

Permintaan pendapat tersebut dapat dilakukan dengan mengajukan


permintaan secara tertulis keterangan keahlian atau dengan memanggil
orang ahli/yang memiliki keahlian khusus

tersebut dengan surat

panggilan yang sah, guna didengar keterangan keahliannya.


3)

Keterangan keahlian oleh ahli tersebut diberikan dengan mengangkat


sumpah/mengucapkan janji dihadapan penyidik/penyidik pembantu
bahwa ia akan memberikan keterangan menurut keahlian yang sebaikbaiknya, kecuali disebabkan karena harkat dan martabat, pekerjaan
atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat
menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.

4)

Penyidik/Penyidik Pembantu menuangkan keterangan yang diberikan


oleh ahli tersebut dalam Berita Acara Pemeriksaan Ahli.

5)

Dalam hal penyidik/penyidik pembantu meminta pendapat kepada ahli,


maka

penyidik/penyidik

pembantu

mengirimkan

barang-barang

bukti/surat-surat atau korban tersebut kepada ahli yang bersangkutan,


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, guna
mendapatkan keterangan ahli atau berita acara hasil pemeriksaan ahli.
6)

Penyidik/Penyidik Pembantu dapat meminta pendapat orang ahli/orang


yang memiliki keahlian khusus (Pasal 120 ayat (1) KUHAP).

21

7)

Ahli mengangkat sumpah atau mengucapkan janji dihadapan penyidik,


kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau
jabatannya yang mewajibkan menyimpan rahasia, dapat menolak untuk
memberikan keterangan yang diminta (Pasal 120 ayat (2) KUHAP).

c.

Pemeriksaan Tersangka
Pemeriksaan terhadap tersangka, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1)

Setelah penangkapan terhadap tersangka, dilakukan hal-hal sebagai


berikut :
a)

Sebelum dilakukan pemeriksaan Pro Justitia, dilakukan tanya


jawab secara lisan untuk menggali informasi awal tentang
perbuatan pidana yang dilakukannya.

b)

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji kebenaran


keterlibatan tersangka. Keterangan-keterangan yang diberikan
agar diseleksi/dipilih yang berkaitan dengan unsur-unsur tindak
pidana dan disusun kembali serta dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan (Trickery approach).

c)

Dalam hal tersangka mungkir :


(1)

Perlihatkan fakta-fakta/bukti-bukti yang ada.

(2)

Tunjukkan kontradiksi dari setiap ketidakbenaran keterangan


tersebut.

(3)
2)

Adakan konfrontasi dan atau rekontruksi.

Dalam hal tersangka ditahan dalam waktu satu hari setelah perintah
penahanan itu dijalankan, tersangka harus mulai diperiksa oleh
penyidik/penyidik pembantu.

3)

Penyidik/Penyidik

Pembantu

sebelum

mulai

memeriksa

wajib

memberitahukan kepada tersangka tentang haknya untuk mendapatkan


bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi
oleh penasihat hukum.

22

4)

Penyidik/Penyidik Pembantu menanyakan kepada tersangka apakah


akan

mengajukan

saksi

yang

menguntungkan.

Bila

tersangka

menginginkan mengajukan saksi yang menguntungkan maka akan


dicatat

dalam

Berita

Acara

Pemeriksaan

dan

selanjutnya

penyidik/penyidik pembantu wajib memanggil dan memeriksa saksi


tersebut.
5)

Penyidik/Penyidik Pembantu agar memfokuskan pemeriksaan untuk


mengetahui peran tersangka dalam tindak pidana yang sedang
diperiksa berkaitan dengan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHAP.

6)

Dalam hal tersangka diam/tidak mau memberikan keterangan serta


tidak mau menandatangani berita acara, maka Penyidik membuat
Berita Acara Penolakan.

7)

Tersangka

berhak

segera

mendapatkan

pemeriksaan

oleh

penyidik/penyidik pembantu (Pasal 50 ayat (1) KUHAP).


8)

Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa


yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya
pada waktu pemeriksaan dimulai (Pasal 51 KUHAP).

9)

Dalam pemeriksaan, tersangka berhak memberikan keterangan secara


bebas kepada penyidik/penyidik pembantu (Pasal 52 KUHAP).

10) Dalam hal tersangka

tidak dapat hadir setelah dipanggil dengan

panggilan yang sah karena alasan yang patut dan wajar maka Penyidik
datang ketempat kediamannya untuk melakukan pemeriksaan (Pasal
113 KUHAP).
11) Atas permintaan tersangka atau penasehat hukumnya tersangka
berhak menerima turunan berita acara pemeriksaan atas dirinya untuk
kepentingan pembelaannya (Pasal 27 KUHAP)
12) Tersangka berhak mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki
keahlian

khusus

yang

dapat

menguntungkan

baginya

pemeriksaan (Pasal 116 ayat (3) dan (4) dan Pasal 65 KUHAP).

dalam

23

13) Tersangka dalam memberikan keterangan tidak boleh diperlakukan


dengan melakukan tekanan dan kekerasan dalam bentuk apapun oleh
siapapun (Pasal 117 ayat (1) KUHAP).
d.

Pemeriksaan Surat
Memperhatikan pasal-pasal yang diatur dalam pemeriksaan surat serta
yang diatur dalam Pasal 131 dan Pasal 132, dapat dilihat pengaturan yang
membedakan bentuk dan cara pemeriksaan surat.
Secara garis besar, ada tiga ciri bentuk surat atau tulisan. Ketiga ciri ini
dengan sendirinya menimbulkan tata cara pemeriksaan yang berbeda sesuai
dengan ciri yang terdapat pada surat atau tulisan.
1)

Bentuk Surat atau Tulisan yang Dicurigai


a)

Berdasarkan ketentuan Pasal 47 KUHAP, Penyidik berhak


membuka, memeriksa, dan menyita surat lain yang dikirim melalui
kantor pos dan giro, atau perusahaan komunikasi atau jasa
pengangkutan jika benda tersebut dicurigai dengan alasan kuat
mempunyai hubungan dengan perkara pidana yang sedang
diperiksa, dengan izin khusus dari Ketua Pengadilan Negeri.
Dalam

hal

Penyidik

melakukan

pemeriksaan

surat

agar

dipedomani Pasal 29, Pasal 48, Pasal 130, Pasal 131 dan Pasal
132 KUHAP.
b)

Jika izin khusus telah diperoleh penyidik, tindakan selanjutnya


yang harus dilakukan :
(1)

Meminta surat atau tulisan yang dicurigai itu kepada kepala


kantor pos dan giro, atau pimpinan perusahaan komunikasi
atau jasa pengangkutan yang bersangkutan agar surat yang
dicurigai diserahkan kepada penyidik.

(2)

Atas penyerahan surat dimaksud, penyidik memberikan


surat tanda penerimaan

24

(3)

Dengan adanya penyerahan surat, penyidik membuka dan


memeriksa ataupun langsung menyita jika surat tersebut
terkait dengan tindak pidana yang sedang diperiksa.

(4)

Dalam hal surat tersebut tidak mempunyai hubungan dengan


perkara yang sedang diperiksa maka penyidik menutup surat
tersebut dengan rapi dengan membubuhkan cap yang
berbunyi telah

dibuka oleh penyidik

dan segera

diserahkan kembali kepada dimana surat diterima/disita.


(5)

Penyidik/Penyidik Pembantu wajib merahasiakan dengan


sungguh-sungguh isi surat yang dikembalikan.

(6)

Penyidik/Penyidik Pembantu wajib membuat berita acara


atas tindakan yang dilakukan.

2)

Bentuk dan Cara Pemeriksaan Surat Palsu


a)

Apabila Penyidik Menerima Pengaduan dari seseorang tentang


adanya surat atau tulisan palsu atau dipalsukan, yang langsung
dibawa dan diserahkan pengadu kepada penyidik, maka langkahlangkah yang dilakukan adalah sebagai berikut ::
(1)

Memeriksa sendiri kebenarannya, apakah surat atau tulisan


itu palsu atau dipalsukan, atau

(2)

Kalau memerlukan bantuan ahli, penyidik dapat minta


keterangan tentang kepalsuan surat atau tulisan itu dari
seorang ahli yang mempunyai keahlian khusus untuk itu.

b)

Apabila surat palsu atau tulisan palsu yang diadukan itu berada
pada tangan orang lain, maka penyidik melakukan penyitaan atas
surat tersebut (Pasal 129 KUHAP).

25

e.

Konfrontasi dan Rekontruksi


1)

Apabila dalam pemeriksaan, antara tersangka yang satu dengan


tersangka yang lain, antara tersangka dengan saksi maupun antara
saksi

dengan

ketidakcocokan

saksi

yang

keterangan

lain
yang

terdapat
diberikan

pertentangan
kepada

atau

pemeriksa,

Penyidik/Penyidik Pembantu dapat melakukan konfrontasi.


2)

Demikian pula halnya untuk perkara tertentu, apabila dipandang perlu


dalam pembuktiannya dapat dilakukan rekontruksi.

3)

Pelaksanaan Konfrontasi dan Rekontruksi :


a)

Cara melakukan konfrontasi:


(1)

Langsung
Tersangka/para tersangka dan atau saksi/para saksi yang
keterangannya saling tidak ada kecocokan atau tidak
terdapat persesuaian satu sama lain, dipertemukan satu
sama lain dihadapan pemeriksa guna diuji manakah diantara
keterangan-keterangan tersebut yang benar atau yang paling
mendekati kebenaran.

(2)

Tidak Langsung
Tersangka/orang yang dicari dicampur dengan beberapa
orang (3 orang atau lebih) yang belum dikenal oleh saksi,
berdiri atau duduk berjajar dan masing-masing diberi nomor,
ditempatkan didalam suatu ruangan yang dapat dilihat saksi.
Sedangkan saksi bersama pemeriksa berada diluar ruangan
tersebut, dapat melihat orang-orang tersebut. Manakah yang
dimaksudkan dalam keterangannya tersebut, cara ini biasa
disebut dengan link up.

(3)

Hasil konfrontasi supaya dituangkan dalam Berita Acara


Konfrontasi.

b)

Cara melakukan rekonstruksi

26

(1)

Penyidik membuat sekenario rekonstruksi sesuai dengan isi


Berita Acara Pemeriksaan.

(2)

Penyidik

menyiapkan

pemeran

pelaku

yang

akan

melaksanakan rekonstruksi.
(3)

Rekontruksi dapat dilakukan ditempat kejadian perkara


(TKP) atau ditempat lain yang disesuaikan dengan Tempat
Kejadian Perkara (TKP).

(4)

Para pemeran pelaku melaksanakan peragaan sesuai


skenario rekonstruksi yang sudah dibuat, berdasarkan uruturutan

kejadian

dan

diberi

nomor,

difoto

dan

bila

memungkinkan agar dibuat video film.


(5)

Jalannya

peragaan

dituangkan

dalam

Berita

Acara

rekonstruksi.
(6)

Hasil rekontruksi agar dianalisa terutama pada bagianbagian yang sama dan berbeda dengan isi Berita Acara
Pemeriksaan untuk mendapatkan kebenaran.

f.

Pengambilan Sumpah/Janji Saksi/Ahli


1)

Dalam hal penyidik berkesimpulan bahwa terhadap Saksi/Ahli perlu


diambil sumpah/janjinya maka perlu dihadirkan rohaniawan dari agama
yang sama dengan Saksi/Ahli yang akan disumpah :
a)

Dalam Berita Acara pengambilan sumpah/janji saksi/ahli, bagi


yang menanda tangani Berita Acara tersebut dicantumkan
identitasnya masing-masing.

b)

Menyediakan orang yang dapat diangkat sebagai Saksi dalam


pengambilan Sumpah/Janji.

c)

Berita

Acara

pemberitahuan

Pemeriksaan
bahwa

ia

Saksi/Ahli
tidak

akan

yang

ada,

dapat

pemeriksaan di pengadilan.
2)

Pelaksanaan pengambilan Sumpah/Janji sebagai berikut :

hadir

memuat
dalam

27

a)

Pelaksanaan pengambilan Sumpah/Janji dilaksanakan pada


prinsipnya di kantor penyidik, kecuali dalam hal-hal tertentu dapat
dilakukan ditempat lain.

b)

Dalam hal dugaan tersebut timbul atas pemberitahuan dari saksi,


maka:
(1)

Penyidik meneliti kebenarannya, melalui surat-surat yang


bersangkutan, bila ada.

(2)

Apabila pemberitahuan disampaikan sebelum pemeriksaan


saksi, berlaku ketentuan tersebut huruf a diatas.

(3)

Apabila pemberitahuan terjadi dalam pemeriksaan Saksi,


dituangkan

dalam

berita

acara

pemeriksaan

dan

pengambilan Sumpah/Janjinya segera dilakukan.


c)

Sebelum pengambilan Sumpah/Janji agar ditanyakan terlebih


dahulu Agama saksi/ahli dan kesediaannya untuk diambil
sumpahnya.

d)

Tata cara pengambilan sumpah yang bersifat keagamaan


mengikuti ketentuan yang diberitahukan dan dilaksanakan oleh
Rohaniawan, sesuai dengan Agama dan kepercayaan Saksi/Ahli,
Penyidik membacakan naskah Sumpah Atau Janji yang harus
diikuti oleh yang diambil sumpah, sebagi berikut :

(1)

Bagi yang beragama Islam :


Demi Allah, saya bersumpah, bahwa saya telah/akan
memberikan keterangan yang sebenarnya dan apabila saya
tidak memberikan keterangan yang sebenarnya, saya
mendapat kutukan dari Tuhan.

(2)

Bagi yang beragama Katholik :


Demi Allah, Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah, bahwa
saya sebagi Saksi/Ahli telah/akan memberikan keterangan

28

dengan

sungguh-sungguh

dan

sebenarnya,jika

saya

berdusta, saya akan mendapatkan hukuman dari Tuhan.


(3)

Bagi yang beragama Protestan :


Demi Allah, Putra dan Roh Kudus, saya bersumpah, bahwa
saya sebagi Saksi/Ahli telah/akan memberikan keterangan
dengan

sungguh-sungguh

dan

sebenarnya,jika

saya

berdusta, saya akan mendaptakan hukuman dari Tuhan,


Semoga Allah menolong saya.
(4)

Bagi yang beragama Hindu Dharma :


Demi Sang Hyang Widi Wasa, Saya bersumpah, bahwa
saya sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberi keterangan
yang

sebenarnya,

apabila

saya

tidak

memberikan

keterangan yang sebenarnya, saya akan mendapat kutukan


dari Tuhan.
(5)

Bagi yang beragama Hindu :


Demi Sang Hyang Adhi Budha, saya berjanji, bahwa saya
sebagai Saksi/Ahli telah/akan memberikan keterangan yang
sebenarnya, jika saya berdusta atau menyimpang daripada
yang telah saya ucapkan ini, maka saya bersedia menerima
karma yang buruk.

(6)

Bagi yang memeluk aliran kepercayaan Tuhan Yang


Maha Esa :
Demi Tuhan Yang Maha Esa, Saya berjanji bahwa saya
Saksi/Ahli

telah/akan

memberikan

keterangan

yang

sebenarnya, jika saya tidak memberikan keterangan yang


sebenarnya semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan
kutukan kepada saya.

29

3)

Dalam hal keadaan yang perlu dan mendesak karena tenaga


Rohaniawan maupun Kitab Suci tidak mungkin didapat, maka
pengambilan sumpah atau janji cukup dilakukan dengan disaksikan
oleh dua orang dan hal ini dituangkan dalam Berita Acara.

4)

Dibuat Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji Saksi/Ahli, ditanda


tangani oleh Penyidik, yang disumpah dan para saksi pengambilan
Sumpah (Rohaniawan dan Saksi/Ahli).

g.

Evaluasi Hasil Pemeriksaan


Agar memperoleh keterangan, petunjuk-petunjuk, bukti-bukti, fakta yang
cukup, maka hasil pemeriksaan Tersangka/Saksi/Ahli yang dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan baik secara sendiri-sendiri maupun secara
keseluruhan

dievaluasi

guna

mengembangkan

dan

mengarahkan

pemeriksaan berikutnya ataupun untuk membuat suatu kesimpulan

dari

pemeriksaan sebagai salah satu kegiatan penyidikan yag dilakukan.


Adapun proses dari evaluasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a)

Tahap Inventarisasi
Penyidik/Penyidik

Pembantu

mengumpulkan

keterangan-

keterangan yang benar-benar mengarah kepada unsur-unsur


Pasal tindak pidana yang dipersangkakan.
b)

Tahap Seleksi
Dari keterangan yang telah dikumpulkan tersebut kemudian
diseleksi untuk mencari keterangan yang ada relevansinya
dengan peristiwa pidana yang terjadi dan mempunyai hubungan
yang logis.

c)

Tahap Pengkajian
(1)

Dari

keterangan

penyidik/penyidik

yang
pembantu

telah

diseleksi

mengkaji,

dan

tersebut
menguji

30

kebenarannya dengan bukti-bukti serta petunjuk-petunjuk


yang ada, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan apakah
keterangan tersebut benar dan dapat dipercaya, dengan
cara:
(a)

Menilai adanya persesuaian untuk keterangan saksi.

(b)

Menilai adanya persesuaian keterangan saksi dengan


keterangan ahli dan bukti yang ada.

(c)

Adanya alasan yang logis dari setiap keterangan yang


diberikan.

(2)

Setelah

diperoleh

gambaran

atau

kontruksi

perkara

pidananya secara bulat, maka dapat diketahui :


(a)

Bahwa benar peristiwa tindak pidana telah terjadi.

(b)

Peranan dari masing-masing tersangka yang terlibat.

(c)

Saksi-saksinya, baik yang menguntungkan maupun


yang merugikan.

(d)
(3)

Barang/benda yang menjadi barang bukti.

Dari hasil evaluasi tersebut, penyidik/penyidik pembantu


menyusun resume.

5.

Penutup
a.

Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan menjadi acuan bagi Penyidik


dalam melaksanakan penyidikan tindak pidana.

b.

Hal-hal

yang

belum

diatur

dalam

Standar

Operasional

Prosedur

Pemeriksaan ini akan ditentukan kemudian.


c.

Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan ini, berlaku sejak tanggal


ditetapkan dengan Surat Keputusan Kapolda kalimantan Timur.

d.

Ketentuan yang belum diatur dalam Standar Operasional Prosedur


Pemeriksaan ini akan diatur lebih lanjut.

31

e.

Ketentuan yang bertentangan dengan Standar Operasional Prosedur


Pemeriksaan ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.
Ditetapkan di : Balikpapan
Pada tanggal :

Februari 2013

a.n. DIREKTUR RESKRIMSUS POLDA KALTIM


WADIR

Drs. BUDI PRASETYO, SH, MH


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 62100827

Disahkan di : Balikpapan
Pada tanggal :
Februari 2013
KEPALA KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR

Drs. ANAS YUSUF, SH, MH, MM


INSPEKTUR JENDERAL POLISI

You might also like