Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Romadoni
Umur
: 21 tahun
Alamat
: Garut Kota
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
No. Medrek
: 896863
Masuk RS
: 28 September 2016
Jam masuk
: 21.45 WIB
: 26 tahun
Alamat
: Garut Kota
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pegawai
I. ANAMNESIS
Dikirim oleh
:-
Sifat
:-
Keterangan
:-
ANAMNESA (SUBYEKTIF)
Keluhan utama
: Mulas-mulas
G2P1A0 merasa hamil 9 bulan, datang dengan keluhan mulas-mulas sejak 9 jam sebelum
masuk rumah sakit yang terasa semakin sering dan kuat. Keluhan keluar air-air sejak 1 jam
SMRS. Keluhan keluar lendir bercampur sedikit darah diakui pasien sejak 8 jam SMRS.
Pasien mengaku gerakan janin dirasakan sejak 5 bulan yang lalu sampai sekarang serta
gerakan janin lebih terasa dibagian bawah perut. Pasien juga mengaku kehamilan pertama
letak bayi tidak normal dengan bokong di bagian bawah.
RIWAYAT OBSTETRI
Kehamilan
I
Tempat
Penolong
RS
Bidan
Cara
Cara
kehamilan
Aterm
persalinan
Spontan 2900 gr
II
BB lahir
Jenis
Kelamin
Perempuan
KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah pertama kali : 18 tahun, SMA, IRT
24 tahun, SMA, Pegawai
HPHT
: 23 Desember 2015
Darah: biasa
Siklus: Teratur
Lama: 6 hari
Nyeri: Tidak
Menarche : 14 tahun
Taksiran Persalinan
: 30 September 2016
: Bidan
: Jumlah kunjungan 8 kali
: Terakhir PNC 1 bulan yang lalu
:-
STATUS PRAESENS
Keadaan Umum
: CM
Tensi
: 110/70 mmHg
N: 76x/mnt
R: 20x/mnt
S: 36,3 0C
Kepala
Leher
Thorak
: Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
: Edema: -/-
STATUS OBSTETRIK
Varises: -
Usia
2 thn
Keadaan
hidup/m
H
PEMERIKSAAN LUAR
TFU/LP
: 32 cm/ 96 cm
LA
HIS
DJJ
Inspekulo
: Tidak dilakukan
Perabaan Fornices
: Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN DALAM
Vulva
Vagina
Portio
: Tipis lunak
Pembukaan
: 7-8 cm
Ketuban
:-
Bag Terendah
: bokong, station 0
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal 28 September 2016 jam 21.47
Darah Rutin
Hemoglobin
: 12.3 g/dL
(12,0 16,0)
Hematokrit
: 36%
(35 47)
Leukosit
: 12.420/mm3
(3.800 10.600)
Trombosit
: 288.000/mm3
(150.000 440.000)
Eritrosit
: 3.81 juta/mm3
(3,6 5,8)
DIAGNOSIS
G2P1A0 parturien 39-40 minggu kala 1 fase aktif + letak bokong murni
SKOR ZATUCHINI
Faktor
SKOR
0
Paritas
39
38
37
> 300
3000 - 3600
< 3000
Tidak pernah
2 atau lebih
-2
-1
sungsang
2
-
terdahulu
Dilatasi (cm)
Station
RENCANA PENGELOLAAN
Persalinan pervaginam
Infus RL 500 cc 20 gtt/menit
Observasi KU, TTV, his, DJJ, kemajuan persalinan
Informed consent
Motivasi KB: Pasien menolak memakai semua jenis alat kontrasepsi
TENS
NAD
RESPI SUH
U
HIS
DJJ
KET
28/09/1
6
110/70
76
20
36,3
21.45
3-4
146x/meni
Infus RL 500cc
x/menit,
20gtt/menit
40 detik
Portio:tipis
lunak, ket:-,:78cm,
bag.terendah:
110/60
96
20
36
22.15
4-5
kepala st.0
x/menit,
148x/meni
Portio:tipis
50 detik
lunak, ket:-,:89cm,
120/70
104
20
36,2
22.45
5-6
bag.terendah:
x/menit,
kepala st.+1
60 detik
145x/meni
Portio:tidak
teraba,
ket:-,:lengkap
bag.terendah:
kepala st.+2
PB: 51cm
BB: 2870 gr
A-S: 5-7
Anus: +
Kel: -
Catatan
S/ Tidak ada keluhan
Instruksi
R/
Cefadroxil
2x500mg
Asam
O/
KU: CM
TD: 110/70 mmHg
mefenamat
N: 86 x/menit
3x500mg
SF 1x1
Breast care
R: 18 x/menit
S: 35,8 C
Mata: Ca -/- Si -/Abdomen: datar lembut, NT(-), DM (-)
TFU: 1 jari bawah pusat
ASI: -/Perdarahan (-)
BAB/BAK (-)/(+)
A/ P2A0 partus maturus sungsang bokong
murni d/ manual aid
Data bayi (28/09/2016) Jam: 22.45
Tanggal
JK: Laki-laki
PB: 51cm
Anus: +
BB: 2870 gr
A-S: 5-7
Kel: -
Catatan
Instruksi
30/09/ 2016
S/ Mulas
P/
Cefadroxil
2x500mg
Asam mefenamat
3x500mg
SF 1x1
Breast care
O/
KU: CM
TD: 100/60 mmHg
N: 82 x/menit
R: 18 x/menit
S: 35,9 C
Mata: Ca -/- Si -/Abdomen: datar lembut, NT(-), DM (-)
ASI: (-/-)
TFU: 1 jari dibawah pusat
Perdarahan: sedikit
BAB/BAK: +/+
A/ P2A0 partus maturus sungsang bokong
murni d/ manual aid
BAB II
PERMASALAHAN
1.
2.
3.
Pasien mengatakan bahwa ini merupakan kehamilan yang ke dua, sudah pernah
Pada awal didiagnosis G2P1A0 Gravida 39 40 minggu d/ Letak bokong murni dan
setelah dilakukan pengukuran skor Zatuchini Andros untuk menentukan apakah dapat
dilakukan persalinan pervaginam. Dan hasil skor Zatuchini Andros pada pasien ini
adalah 8 yang berarti 5 maka penangan sudah tepat dimana pasien akan
direncanakan untuk persalinan pervaginam.
Pada pasien ini tidak dilakukan versi luar karena bagian terbawah janin sudah masuk
pintu atas panggul sekitar 2/5 bagian yang menyebabkan janin sulit untuk
digerakkan, ketuban sudah pecah, umur kehamilan 39-40 minggu sangat sulit
dilakukan versi luar karena setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena
janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.
Selain itu pasien diberikan penanganan :
Pada kasus ini, prognosis terhadap pasien dan janin adalah baik (ad bonam) karena
setelah dilakukan persalinan pervaginam dengan manual aid keadaan umum pasien dan
bayi dalam kondisi baik.
- Quo Ad Functionam :
Prognosis fungsi reproduksi pada kasus ini baik.
Prognosis fungsi seksual pada kasus ini baik (ad bonam)
Prognosis fungsi menstruasi pada kasus ini juga masih baik (ad bonam) karena pasien
belum memasuki tahapan menopause.
-
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Letak Sungsang
a. Definisi
Letak sungsang didefinisikan sebagai letak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah (presentasi bokong). Letak sungsang merupakan keadaan dimana
janin terletak memanjang / membujur dengan kepala di fundus uteri dan bokong di
bagian bawah cavum uteri.
b. Klasifikasi
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni :
1. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) : 5 - 10 %.
Fetus berada dalam posisi duduk dalam jalan lahir tetapi bokong masih merupakan
presenting part. Seluruh anggota gerak janin fleksi sempurna (tungkai dan lutut
fleksi).
2. Presentasi bokong murni (frank breech) : 50 - 70 %.
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke
atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian
pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footlink) :
10 - 30 %.
a. Oligohidramnion
b. Hidramnion, karena anak mudah bergerak.
c. Anomali uterus, seperti uterus bikornis
d. Tumor-tumor dalam panggul
e. Plasenta abnormal, misalnya plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke
dalam pintu atas panggul.
f. Multiparitas
g. Gemelli
h. Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang sesuai
dengan pintu atas panggul.
i.
d. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar dari pada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti bahwa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.Sebagian
dari mereka berada dalam posisi sungsang.4
e. Diagnosis
Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Seringkali wanita menyatakan
lebih terasa penuh di sebelah atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Pada
pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba kepala janin, kepala teraba
di fundus uteri. Kadang kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Pada palpasi
abdomen dengan menggunakan manuver Leopold I ditemukan kepala pada fundus uteri.
Leopold II ditemukan punggung pada salah satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil
janin pada sisi yang lain. Leopold III menunjukkan tidak terjadinya engagement. Denyut
jantung umumnya terdapat setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.1
1. Anamnesis
Pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, ibu sering merasa terasa
penuh di bagian atas ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa
nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : tidak bisa ditentukan jika presentasi bagian bawah adalah bokong. Pada
inspeksi tidak ada kelainan.
Palpasi: teraba bagian keras, bundar, melenting pada fundus. Punggung dapat diraba
pada salah satu sisi perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan, diatas simphisis
teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
3. Pemeriksaan Luar
Berdasarkan pemeriksaan Leopold akan teraba bagian keras, bundar, dan melenting
pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagianbagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, akan teraba bagian yang
kurang bundar dan lunak. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi
pusat.1
Untuk menentukan perbedaan tangan dan kaki: pada kaki ada kalkaneus,
sehingga terjadi tonjolan tulang yaitu mata kaki dan kalkaneus. Pada tangan hanya
ada mata dipergelangan tangan, kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, jari
kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.9
Pada pemeriksaan dalam, jika pembukaan sudah besar dapat teraba tiga
tonjolan tulang, yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, sedangkan os
sacrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus
spinosus ditengah-tengah tulang tersebut.6
Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak.
Persentasi bokong harus dibedakan dari muka karena pada letak muka jika caput
succedaneum besar, muka dapat disangka bokong karena kedua tulang pipi dapat
menyerupai tubera ossis ischii, dagu menyerupai ujung os sacrum, sedangkan mulut
di sangka anus. Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang mempunyai deretan
prosesus spinosus yang disebut krista sakralis medialis.6
Perbedaan kaki dan tangan :6
1. Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang, yaitu mata kaki dan
calcaneus, sedangkan pada tangan hanya ada mata dipergelangan tangan.
2. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
3. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.
Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema sehingga kadangkadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat
membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus
mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan
meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki
sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi
bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki disamping bokong.10
5. Pemeriksaan Penunjang
Sebagai pemeriksaan penunjang, penggunaan USG dan MRI dapat
dipertimbangkan. Pemeriksaan ultrasonografik yang dilakukan oleh operator yang
berpengalaman dapat menentukan presentasi janin, sikap, ukuran kepala, diameter
biparietal, derajat fleksi janin, adanya anomali janin, jumlah air ketuban, letak
plasenta, adanya kehamilan ganda atau jumlah kehamilan, malformasi jaringan
lunak atau tulang janin, abnormalitas uterus, serta berat janin dan usia gestasi. Selain
itu USG juga dapat untuk mencari kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher
janin. Sedangkan MRI merupakan jenis pemeriksaan radiologis yang relatif tidak
membahayakan untuk janin maupun ibu. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk
menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala,
menentukan adanya kelainan bawaan anak.
f. Diagnosis Banding
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan letak muka.
Pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan
dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan didapatkan jari yang
dimasukkan ke dalam anus mengalami ringtangan otot dan anus dengan tuberosis ischii
sesuai garis lurus.
Pada letak muka, jari yang masuk kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan
dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan.2,3
g. Penatalaksanaan
1. Dalam Kehamilan
Mengingat bahayabahayanya,
sebaiknya
persalinan
dalam
letak
sungsang
dihindarkan. Untuk itu bila pada pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang,
terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi
presentasi kepala. Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan
ganda, kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee
chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi). Versi luar masih
dapat diusahakan pada saat persalinan, dengan syarat:6
1. Umur kehamilan 34 minggu
2. Bagian terbawah janin masih dapat dimobilisasi
3. Detak janjung janin baik
4. Ketuban belum pecah
5. Pada persalinan pembukaan serviks 4 cm
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya versi
luar sebelum minggu 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin dapat
memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin
sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut
jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus
dikeluarkan lebih dulu dari rongga panggul. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari
rongga panggul, usaha versi luar tidak ada gunanya.2
Selama versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus
selalu diawasi, baik dengan non stress test maupun dengan USG. Sesudah janin berada
dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul.2
Versi luar tidak boleh dipaksakan karena mungkin ada faktor-faktor, seperti kelainan
bentuk rahim atau tali pusat yang pendek. Bila dipaksakan, dapat terjadi kerusakan anak
atau solusio plasenta. Versi luar juga sering gagal bila plasenta terletak di depan.
Tehnik versi luar meliputi:6
1. Persiapan
a. Kandung kencing harus dikosongkan dahulu;
b. Pasien ditidurkan dengan posisi terlentang;
c. Bunyi jantung anak diperiksa dahulu (versi dibatalkan bila BJA buruk);
d. Kaki dibengkokkan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor;
2. Mobilisasibokong dibebaskan dahulu;
3. Sentralisasikepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satu sama lain
hingga badan anak membulat dan dengan demikian lebih mudah diputar;
4. Versianak diputar sehingga kepala anak terdapat di bawah; arah pemutaran
hendaknya ke arah yang mudah dan paling sedikit tahanannya. Bila ada pilihan,
versi diarahkan arah perut anak agar tidak terjadi defleksi dan anak tidak
menunggangi tali pusat. Setelah versi berhasil, bunyi jantung anak diperiksa lagi;
bila bunyi jantung anak buruk, anak diputar lagi ke letak semula.
Versi luar tidak selalu berhasil dan sekali-kali tidak boleh dipaksakan, misalnya
dengan memberi narcosis agar dinding perut kendor. Kesukaran versi luar dapat
disebabkan oleh:7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bahaya versi luar ialah solusio plasenta, rupture uteri dan letak defleksi. Oleh sebab
itu, versi luar tidak boleh dipaksakan.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar : 2,3,4
1. Tekanan darah yang tinggi karena mudah terjadi solusio plasenta;
2. Luka parut di dinding rahim, seperti bekas seksio sesarea atau luka enukleasi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mioma;
Panggul sempit absolut;
Kehamilan ganda;
Hidramnion karena sukar dilakukan dan mudah berputar kembali;
Hidrosefalus;
Perdarahan antepartum karena dapat menimbulkan perdarahan baru;
Bunyi jantung anak yang buruk;
9. Oligohidramnion.
Keberhasilan versi luar 35-86% (rata-rata 58%). Peningkatan keberhasilan terjadi pada
multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi
keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian Bhisop skor (Bhisop-like score).
Tabel 1. Bhisop-like score
Skor
Pembukaan serviks
12
3-4
5+
Panjang serviks
Station
-3
-2
-1
+1, +2
Kaku
Sedang
Lunak
Posterior
Mid
Anterior
Konsistensi
Position
Artinya : keberhasilan 0% jika nilai < 2 dan 100% jika nilai > 9.
Kalau versi gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan
narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain : 3
1. Narkosis harus dalam
Persalinan pervaginam
Sectio caesar
Presentasi footling
Kepala fleksi
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan Panggul sempit atau ukuran dalam nilai
X-ray pelvimetry)
borderline
Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan, penolong harus memperhatikan sekali
lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran, janin
harus selalu disediakan Cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedangkan penolong berada di depan vulva. Ketika
timbul His, ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikkan 2 - 5 unit Oksitosin IM.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,
bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap His, ibu disuruh mengejan. Pada saat kepala masuk rongga panggul,
tali pusat tertekan di antara kepala janin dan panggul ibu. Dengan demikian
lahirnya bahu dan kepala tidak boleh memakan waktu terlalu lama dan harus
diusahakan supaya bayi sudah lahir seluruhnya dalam waktu 8 menit sesudah
umbilikus lahir, untuk mencegah kerusakan susunan saraf pusat akibat hipoksia
janin. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan.
Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti
gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu.
Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan
tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan
dilakukannya hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada
fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordosis ini,
berturut-turut lahir pusar, perut, badan, lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakkan di perut ibu. Bersihkan jalan napas dan
rawat tali pusat.
Mekanisme persalinan letak sungsang yang terbagi atas 3 tahap yaitu persalinan bokong,
persalinan bahu dan persalinan kepala dapat dilihat dalam gambar berikut:
trokanter
mencapai
belakang
dasar
panggul,
trokanter
depan
bokong
dengan
berada
di
pintu
bawah
panggul.
depan
sebagai
hipomoklion.
Setelah trokanter belakang lahir,
terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan
trokanter
depan,
lahir.
Jika
bokong
kemajuan
tidak
mengalami
selama
kontraksi
berikutnya,
episiotomi
dapat
Jika
kaki
janin
tidak
keluar,
penolong
dapat
menyusupkan
abduksi
sehingga
bagian
diameter
pelvic
bagian luar.
Secara simultan, bokong melakukan
rotasi anterior 90o. Kepala janin
kemudian masuk ke tepi pelvik,
sutura sagitalis berada pada tepi
diameter
Sumber: (Professor Jeremy Oats and Professor
Suzanne Abraham, 200511)
transversal.
Singkatnya: Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha
melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam,
sehingga di pintu bawah panggul garis panggul paha menempati diameter
anteroposterior dan trokanter depan berada di bawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi
lateral pada badan janin, sehingga trokanter belakang melewati perineum dan lahir
seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki. Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar
dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas
panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam
pada bahu sehingga bahu depan berada di bawah simfisis dan bahu belakang melewati
perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam rongga panggul dengan sutura
sagitalis melintang atau miring. Di dalam rongga panggul terjadi putaran paksi dalam
kepala sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput ke arah simfisis. Dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan seluruh kepala
lahir berturut-turut melewati perineum.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut
masuk ke dalam jalam lahir. Dan cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik,
sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi pada keadaan panggul sempit, janin besar,
jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan mengungkit atau menunjuk.
Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara / teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a. Klasik (Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk, sementara jari keempat
mencengkram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolaholah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala
janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga
tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkram leher janin dari arah
punggung. Bila suboksiput tampak dibawah symphisis, kepala dielevasi keatas
dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut dagu, mulut, hidung,
mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala janin lahir.
Untuk melahirkan kepala. Badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada
lengan kiri penolong. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari
telunjuk dan jari manis pada maksilla untuk mempertahankan kepala janin tetap pada
keadaan fleksi. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari
telunjuk dan jari tengah berada di sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke bawah
dengan tangan kanan sampai suboksiput atau batas rambut di bawah simfisis.
Kemudian tubuh janin digerakkan
ke atas
sedangkan
tangan
kiri tetap
mempertahankan fleksi kepala sehingga muka lahir melewati perineum disusul bagian
kepala yang lain.
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat
sacrum dan muka janin menghadap symphisis. Satu tangan penolong mencengkram
leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong.
Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik
keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati
perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
2.
0
Primi
Tidak
> 3650 gr
> 39 minggu
Nilai
1
Multi
1x
> 3649 3176 gr
38 minggu
2
2x
< 3176 gr
< 37 minggu
Penurunan
Pembukaan serviks
< -3
2 cm
-2
3 cm
-1 atau >
4 cm
Keterangan :
persalinan perabdominal.
:
nilai tetap
dapat dilahirkan pervaginam
dilahirkan pervaginam.
Menimbulkan kecacatan pada otot rahim yang merupakan lokus minoris resistensi.
Terjadi infeksi
Perdarahan.
Keuntungan Seksio sesar pada persalinan sungsang :
Seksio Sesaria
- Berat janin >3500 gr atau <1500 gr
- Ukuran pelvis yang sempit atau
Perbatasan
- Kepala janin yang defleksi atau
3500 gr
- Kepala janin fleksi
- Ukuran pelvis yang memadai
Hiperekstensi
- Pecah ketuban yang lama
- Bagian bawah janin yang tidak
Engaged
- Primi tua
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir, atonia uteri, sisa plasenta.
Perdarahan, seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alatalat vital intra-abdominal.
i. Prognosis
Maternal / ibu
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan sungsang yang sulit terdapat
peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir akan
memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai perasat intra uteri, khususnya dengan
segmen bawah uterus yang sudah tipis, atau persalinan after coming head lewat serviks
yang belum berdilatasi lengkap, dapat mengakibatkan ruptura uteri, laserasi serviks
ataupun keduanya. Tindakan manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan pelebaran luka
episiotomi dan robekan perineum yang dalam. Anestesi yang memadai untuk
menimbulkan relaksasi uterus yang nyata dapat pula mengakibatkan atonia uteri yang
selanjutnya diikuti oleh perdarahan postpartum dari tempat implantasi plasenta. Meskipun
demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya dilahirkan dengan ekstraksi
bokong bagaimanapun juga lebih baik bila dibandingkan pada tindakan seksio sesarea.
Bagi janin
Prognosisnya kurang menguntungkan dan akan semakin serius dengan semakin tingginya
bagian presentasi pada awal dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan
risiko terjadinya ruptura tentorium dan perdarahan intraserebral, yang menyertai
persalinan sungsang, angka mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya
kemungkinan terjadinya trauma lain pada saat dilakukan ekstraksi. Lebih lanjut, prolapsus
funikuli pada presentasi bokong tak lengkap jauh lebih sering dijumpai bila dibandingkan
pada presentasi verteks, dan komplikasi ini selanjutnya akan memperburuk prognosis bagi
bayi.
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat
antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat
retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Kelahiran
kepala janin yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan, akan membahayakan
kehidupan janin. Selain itu bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat
membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan napas. 2
Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai
pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna, tetapi jarang
dijumpai pada presentasi bokong. 2
Laserasi jalan lahir dapat terjadi akibat dilatasi serta pendataran serviks yang tidak
sempurna, demikian juga perineum dapat mengalami robekan setelah kepala lahir. Pada
janin dapat terjadi bahaya fraktur klavikula, humerus dan femur.
Adanya anemia pada ibu juga harus diperhatikan mengingat rendahnya kadar hemoglobin
dapat mempengaruhi kontraksi uterus. Pada persalinan dan post partum harus diperhatikan
kemungkinan terjadinya inersia uteri dan perdarahan post partum.
DAFTAR PUSTAKA
4. Kampono,
Nugroho,
dkk.
2008.
Persalinan
Sungsang.
Online
at
Presentation.
Online
at