You are on page 1of 39

Makalah Hematologi

Mata Kuliah: Hematologi

Nama
NIM
Dosen

:
:
:

Pembimbing

Dela Rizkyani
7140005
Siswan Manto Badjo,
M.Si

Akademi Analis Kesehatan


Putra Jaya Batam
2016

Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah karena dengan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Makalah Hematologi. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas yang
diberikan oleh salah satu dosen di Akademi Analis Kesehatan Putra Jaya
Batam, yaitu Bapak Siswan Manto Badjo, M.Si.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu cara belajar mahasiswa agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan
darah, morfologi, kelainan, dan pembentukan sel darah itu sendiri. Selain itu,
makalah ini juga berisi tentang hematologi dan apa-apa saja yang dipelajari
dalam hematologi. Sehingga, mahasiswa mendapat ilmu teoritis untuk
menunjang praktikum hematologi.
Tidak lupa juga, saya mengucapkan mohon maaf apabila ada
kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini. Demikian saya
ucapkan terima kasih.

Daftar Is

Batam, 21 Oktober
2016

Penulis

Kata Pengantar.................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan...........................................................................................1
I.1 Latar Belakang.........................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
I.3 Tujuan......................................................................................................3
Bab II Pembahasan..........................................................................................4
II.1 Darah dan Komponennya.......................................................................4
II.2 Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) dan Kelainannya..........................5
II.3 Morfologi Sel Darah Putih (Leukosit).....................................................11
II.4 Morofologi Trombosit.............................................................................15
II.5 Hematopoiesis......................................................................................16
II.5.1 Eritropoiesis....................................................................................18
II.5.2 Leukopoiesis...................................................................................20
II.5.3 Pembentukan Trombosit (Trombositopoiesis).................................22
II.6 Hematologi...........................................................................................23
II.7 Kelainan Darah.....................................................................................26
II.7.1 Kelainan Eritrosit............................................................................26
II.7.2 Kelainan Leukosit............................................................................29
II.7.3 Kelainan Trombosit.........................................................................30
Bab III Penutup...............................................................................................31
Kesimpulan.................................................................................................31
Daftar Pustaka...............................................................................................33

Bab I
Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam


pembuluh darah yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya
tidak

tetap

tergantung

pada

banyaknya

kadar

oksigen

dan

karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon


dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah di ambil
dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada
peristiwa

pembakaran/

metabolisme

di

dalam

tubuh.

Vikositas/

kekentalan darah lebih kental dari pada air yang mempunyai BJ 1,0411,065, temperatur 38C, dan PH 7,37-7,45.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya
kerja atau pompa jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh
maka darah akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya
maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan
jalan mencampurkan ke dalam darah tersebut sedikit obat anti-

pembekuan/ sitrus natrikus. Dan keadaan ini akan sangat berguna


apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah
sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter.
Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah.
Fungsi Darah
a. Sebagai alat pengangkut yaitu:
Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk

diedarkan keseluruh jaringan tubuh.


Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan

melalui paru-paru.
Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan

dan dibagikan ke seluruh jaringan/ alat tubuh.


Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.

b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan


racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi/
zatzat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Kandungan Darah
Kandungan dalam darah:

Air
Protein
Mineral

fosfat,magnesium, kalsium, dan zat besi).


Bahan organik
: 0,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin,

: 91%
: 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinigen)
: 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam

kolesterol, dan asam amino).

I.2 Rumusan Masalah


1.
2.

Apa itu darah dan apa saja komponen darah?


Bagaimana morfologi sel darah merah (eritrosit) dan kelainannya,

3.
4.

morfologi sel darah putih (leukosit), dan morfologi trombosit?


Apa itu hematopoiesis, eritropoiesis, leukopoiesis?
Apakah pengertian hematologi dan bagian-bagian yang dipelajari

5.

dalam hematologi?
Apa saja kelainan yang terjadi pada eritrosit, leukosit, dan
trombosit?

I.3 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui:
1. Pengertian darah dan komponennya.
2. Morfologi sel darah merah (eritrosit) dan kelainannya, leukosit,
dan trombosit.
3. Hematopoiesis, eritropoiesis, leukopoiesis.
4. Pengertian hematologi dan bagian-bagian yang dipelajari.
5. Kelainan yang terjadi pada eritrosit, leukosit, dan trombosit.

Bab II
Pembahasan

II.1 Darah dan Komponennya


Darah adalah cairan kompleks dengan total volume kurang lebih 8% dari
berat tubuh manusia. Umumnya dalam tubuh seorang pria dewasa
terdapat sekitar 5 6 liter darah dan wanita dewasa sekitar 4 5 liter.
Kekentalan darah biasanya sekitar 4,4 4,7 relatif terhadap viskositas air
= 1. Hal ini yang mengakibatkan darah lebih sulit mengalir dibandingkan
air (Depkes RI ,1989).

Gambar 1 . Sketsa darah


http://1.bp.blogspot.com/_4IwHTsRufBg/TKxcrRnNqTI/AAAAAAAAFE4/yagqJWTLh8/s1600/PEMBULUH+DARAH.bmp
Komponen darah, terdiri dari atas dua komponen utama yaitu plasma
darah dan komponen padatan. Dalam tubuh manusia darah terdiri atas
55 % plasma dan komponen padat sekitar 45 %. Komponen plasma darah
terdiri atas : 91% air , 8% protein terlarut , 1 % asam organik dan 1 %
garam, sedang komponen padat terdiri atas sel darah. Terdapat tiga jenis

sel darah yaitu : sel darah merah, (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
dan trombosit, (Guyton Arthur L, 2002 )

Gambar 2. Komposisi darah


http://3.bp.blogspot.com/-P7iCnJVF8NY/T7RKSzYqIbI/AAAAAAAABlA/ bMS6IXs
w1Ec/s1600/komposisi+darah.jpg

II.2 Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) dan Kelainannya


Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm kubiknya darah
pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada
seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah.
Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 m
dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena
dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.

GAMBAR
Eritrosit Normal Dan Ukurannya

Kelainan pada Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit)


Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter
7 8 mikron (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti
cakram atau bikonkaf
1.

Ukuran Eritrosit (Size)


a. Mikrosit
Diameter < 7 mikron, biasa disertai dengan warna pucat
(hipokromia).

Pada

pemeriksaan sel darah lengkap


didapatkan MCV yang rendah.
Ditemukan pada:
Anemia defesiensi besi
Keracunan tembaga
Anemia sideroblasik
Hemosiderosis pulmoner
idiopatik
Anemia akibat penyakit kronik
b. Makrosit
Diameter rata-rata > 8 mikron. MCV lebih dari normal dan MCH
biasanya

tidak

berubah.

Ditemukan pada:
Anemia megaloblastik
Anemia

aplastik/hipoplastik
Hipotiroidisme
Malnutrisi
Anemia pernisiosa
Leukimia
Kehamilan

c. Anisositosis adalah suatu keadaan dimana ukuran diameter


eritrosit yang terdapat di dalam suatu sediaan apus berbedabeda (bervariasi).
2.

Warna Eritrosit (Stain)

a. Hipokromia
Hipokromia
dalah

suatu

keadaan dimana
konsentrasi
kurang

Hb
dari

normal sehingga
sentral

akromia

melebar (>1/2 sel). Pada hipokromia yang berat lingkaran tepi


sel sangat tipis disebut dengan eritrosit berbentuk cincin
(anulosit).
b. Hiperkromia
Hiperkromia adalah eritrosit yang tampak lebih merah/gelap
dari warna normal. Keadaan ini kurang mempunyai arti penting
karena dapat disebabkan oleh penebalan membrane sel dan
bukan karena naiknya Hb.
c. Polikrom
Keadaan dimana terdapat beberapa warna di dalam sebuah
lapangan sediaan apus.
3.

Bentuk Eritrosit (Shape)


a. Sel target (sel sasaran)

Eritrosit berbentuk seperti lonceng


tampak seperti sasaran (target).
Sel sasaran dapat terjadi akibat:

Peningkatan kadar kolesterol


dan

fosfolipid

pada

membran eritrosit, misalnya

pada penyakit hati kronik.


Penurunan
kadar
hemoglobin dalam sel eritrosit, misalnya pada anemia

defisiensi besi, thalassemia, anemia sel sabit.


b. Sferosit
berbentuk seperti bola
lebih kecil dari eritrosit

normal
tidak ada daerah pucat di
bagian tengah eritrosit

Sferosit

terjadi

akibat

kelainan / kerusakan membran


eritrosit (kongenital/di dapat).
c. Ovalosit/ Eliptosit
Bentuk eritrosit lonjong seperti telur (oval), bila lebih gepeng
disebut eliptosit.

d. Stomatosit

Bentuk

seperti

mangkuk,

tampak

bagian

pucatnya

sebagai celah (tidak bundar).

e. Sel sabit (sickle cell)

Sel berubah bentuk menyerupai sabit akibat polimerisasi


hemoglobin

pada

keadaan

kekurangan

O2

(bersifat

reversibel).
f. Akantosit
Mempunyai 3 sampai 12 duri, ujung duri tumpul, duri
sama panjang.

tidak

g. Tear Drop Cell


Eritrosit berbentuk seperti buah pear atau tetesan air mata.

h. Poikilositosis

Poikilositosit adalah istilah untuk menunjukkan bentuk eritrosit


yang bermacam-macam dalam satu sediaan apus darah.
Keadaan ini dilihat pada orang dengan hemoglobin patologik
dan beberapa macam anemia lainnya.
i. Fragmentosit

Bentuk eritrosit tidak beraturan akibat proses fragmentasi.

j.

Titik Basofil
Titik-titik biru tersebar

dalam

eritrosit.

Adanya

titik-titik

basofil dan polikromasi menandakan


meningkatnya
Selain

jumlah

keadaan

itu,

retikulosit.
titik

basofil

dalam eritrosit juga didapat pada


intoksikasi timbal.

II.3 Morfologi Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit adalah unit dari sistem pertahanan tubuh, dibentuk
sebagian dari sumsum tulang (granulosit, monosit, dan beberapa
limfosit) dan sebagian dari jaringan limfe (limfosit dan plasma), tetapi
setelah pembentukan mereka di transport dalam darah ke bagianbagian tubuh dimana mereka dibutuhkan. Manfaat sebenarnya dari sel
darah putih yaitu sebagian besar mereka secara khusus di transport ke
daerah-daerah peradangan yang berbahaya, dengan cara demikian
memberikan pertahanan yang cepat dan paten terhadap setiap agen
infeksi yang mungkin terdapat. (Guyton, Arthur C. 1976).
Ciri-ciri leukosit:

a.

Berfungsi

mempertahankan

tubuh

dari

serangan

penyakit

dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Itulah


b.

sebabnya leukosit disebut juga fagosit.


Jumlah leukosit sangat sedikit dibandingkan dengan eritrosit
(dalam setiap mm3 darah hanya 6000 - 9000).
Jika jumlah < 6000 seseorang akan menderita leukopenia.
Jika jumlah > 9000 seseorang akan menderita leukositas.
Jika jumlah berlebih hingga 20.000 orang tersebut akan

c.

menderita leukemia (kanker darah).


Bentuknya bervariasi dan mempunyai inti sel bulat ataupun

d.
e.

cekung.
Geraknya seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler.
Plasma leukosit mengandung butiran-butiran (granula).

Penggolongan Leukosit
A. Leukosit yang Bergranula (Granulosit)
1.
Eosinofil

Dalam keadaan normal, eosinofil merupakan 1 3 %


semua leukosit. Eosinofil adalah granulosit dengan inti yang
terbagi 2 lobus dan sitoplasma bergranula kasar, refraktil dan
berwarna merah tua oleh zat warna yang bereaksi asam yaitu
eosin.
Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid dan mampu
melakukan fagositosis, lebih lambat namun lebih selektif
dibandingkan
kompleks

dengan

antigen

dan

neutrofil.
antibodi.

Eosinofil

memfagositosis

Eosinofil

mengandung

profibrinolisin yang diduga berperan dalam proses pembekuan


2.

darah.
Basofil

Dalam keadaan normal, basofil 0 1 % dari semua


leukosit.

Basofil

merupakan

sel

leukosit

yang

memiliki

kemampuan untuk berikatan dengan zat warna basa (metilen


biru). Basofil berinti satu, besar. Sitoplasma berisi granula yang
lebih besar dan sering kali granula ini menutupi inti, granulanya
berbentuk ireguler, berwarna metakromatik. Granula bersifat
3.

metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin.


Neutrofil
Batang (Stab)

Neutrofil stab merupakan neutrofil segmen yang masih


muda, tidak mempunyai lobus. Ukurannya adalah 14-20 m.
Bentuk sel oval atau bulat. Neutrofil stab yang dalam

keadaan normal 2 6 %
Segmen

Neutrofil segmen berlobus 2 5. Granulanya halus, kecil,


berwarna merah. Dalam keadaan normal neutrofil segmen 50
90 % dari semua sel leukosit.

B. Leukosit yang Tidak Bergranula (Agranulosit)


1.
Limfosit

Dalam keadaan normal 20 40 % dari semua leukosit.


Limfosit berukuran 6-8 mikron. Limfosit mempunyai inti besar,
hampir
2.

memenuhi

inti,

warna

mengitari inti dan bersifat basofil.


Monosit

ungu,

sitoplasma

sedikit,

Dalam keadaan normal 2 8 % dari semua leukosit


.Monosit mempunyai inti berbentuk ovoid atau seperti tapal
kuda dan terletak di pinggir, tampak pucat. Susunan kromatin
keropos, sitoplasma biru keunguan dan letaknya tersebar.

II.4 Morofologi Trombosit

Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakaryosit yang tidak


berinti dan terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang berukuran
2 4 nm, berbentuk cakram bikonveks. (Kosasih E.N dan Kosasih A.S.
2002).

Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah. Fungsi dari


trombosit adalah untuk mengubah bentuk dan kualitas darah setelah
berkaitan dengan pembuluh yang cidera. (Corwin, Elizabeth J. 1987).
Ciri-ciri Trombosit:
a.

Sering disebut sel darah pembeku karena fungsinya dalam

b.

proses pembekuan darah.


Berukuran lebih kecil daripada eritrosit maupun leukosit

c.
d.
e.

dan tidak berinti.


Dalam setiap mm3 terdapat 200.000 - 500.000 trombosit.
Dibentuk pada sel megakariosit sumsum tulang.
Mempunyai waktu hidup sekitar 8 hari.

II.5 Hematopoiesis
Hematopoiesis diambil dari bahasa Yunani Kuno yaitu Hema yang
artinya darah dan Poiesis yang artinya untuk membuat. Hematopoiesis
(Hemopoiesis) adalah proses pembentukan sel-sel darah dalam organ
pembentuk sel darah, terutama dalam sumsum tulang dan organ lainnya,
dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi
secara serentak. Asal mula semua sel darah berasal dari hemocytoblast
yang kemudian berkembang menjadi beberapa sel asal. Sel - sel darah
kecuali limfosit dibentuk di dalam sumsum tulang dada, iga, panggul
serta pangkal tulang paha dan lengan atas. Pembentukan sel darah mulai
terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa embrionik.
Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak
terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limfa semakin
berkurang. Fungsi Hematopoisis adalah memproduksi sel darah untuk
mengganti sel yang rusak atau mati. Proses yang terjadi bisa lebih jelas
dilihat melalui gambar di bawah ini.

Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode:


a.

b.

Mesoblastik
Dari embrio umur 2 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang
dihasilkan adalah HbG1, HbG2, dan Hb Portland.
Hepatik
Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati. Sedangkan pada
limpa terjadi pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih

c.

sedikit dari hati. Disini menghasilkan Hb.


Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum
tulang,

kelenjar

limfonodi,

dan

timus.

Di

sumsum

tulang,

hematopoiesis berlangsung seumur hidup terutama menghasilkan


HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi terutama selsel limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit T.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah

di antaranya adalah asam amino, vitamin, mineral, hormone,


ketersediaan oksigen, transfusi darah, dan faktor- faktor perangsang
hematopoietik.
Pada prenatal, proses pembentukan terjadi di yolk sac (kantung
kuning telur), kemudian fase selanjutnya pada hepar dan lien, dan
pada fase lanjut di sumsum tulang. Pada post natal, pembentukan
utama terjadi di sumsum tulang. Pada keadaan patologis (sumsum
tulang

sudah

tidak

berfungsi

atau

kebutuhan

meningkat),

pembentukan dapat terjadi di nodus limfatikus, lien, timus, hepar.


Pembentukan darah di luar sumsum tulang ini disebut hematopoiesis
ekstra meduler. Nodus limfatikus, lien dan timus dalam keadaan
normal juga berfungsi dalam maturasi dan aktivasi limfosit. Unsur
darah yang berbentuk dapat dibagi dalam dua golongan menurut
tempat berkembang dan berdeferensiasi pada orang dewasa, yaitu
limfosit dan monosit.
Kantung kuning telur adalah tempat utama terjadinya hemopoiesis
pada beberapa minggu pertama gestasi. Sejak usia enam minggu
sampai bulan ke 6-7 masa janin, hati dan limpa merupakan organ
utama yang berperan dan terus memproduksi sel darah sampai
sekitar 2 minggu setelah lahir. Sumsum tulang adalah tempat yang
paling penting sejak usia 6-7 bulan kehidupan janin dan merupakan
satu-satunya sumber sel darah baru selama masa anak dan dewasa
yang normal.

Gambar Hematopoiesis
II.5.1 Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme
umpan

balik.

Ia

dihambat

oleh

peningkatan

kadar

eritrosit

bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Eritropoiesis dikendalikan


oleh

suatu

hormon

glikoprotein

bersirkulasi

yang

dinamai

eritropoietin yang terutama disekresikan oleh ginjal. Setiap orang


memproduksi sekitar 10 eritrosit baru tiap hari melalui proses
eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis
berjalan dari sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat
dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas.
Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan
inti

ditengah

menggumpal.

dan

nucleoli,

serta

kromatin

yang

sedikit

Pronormoblas

menyebabkan

terbentuknya

suatu

rangkaian

normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel.


Normoblas ini juga mengandung sejumlah hemoglobin yang makin
banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma, warna
sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan
apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti
menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas
lanjut

didalam

sumsum

tulang

dan

menghasilkan

stadium

retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih


mampu mensintesis hemoglobin. Sel ini sedikit lebih besar daripada
eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam sumsum tulang dan
juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur,
terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit
matur berwarna merah muda seluruhnya, bentuknya cakram
bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16
eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam
darah

apabila

eritropoiesis

terjadi

diluar

sumsum

tulang

(eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa


penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah
tepi manusia yang normal.
II.5.2 Leukopoiesis

Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang


oleh adanya colony stimulating (faktor perangsang koloni). Colony
stimulating ini dihasilkan oleh leukosit dewasa. Leukosit dibentuk di
sumsum tulang terutama seri granulosit, disimpan dalam sumsum
tulang sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya
meningkat maka akan menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan.
Proses

pembentukan

limfosit,

ditemukan

pada

jaringan

yang

berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan limfonoduli.


Proses pembentukan limfosit dirangsang oleh thymus dan paparan
antigen.
Bertambahnya jumlah leukosit terjadi dengan mitosis (suatu proses
pertumbuhan dan pembelahan sel yang berurutan). Sel-sel ini
mampu membelah diri dan berkembang menjadi leukosit matang
dan dibebaskan dari sumsum tulang ke peredaran darah.

Dalam

sirkulasi darah, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dan


kemudian masuk ke dalam jaringan. Sel ini bertahan di dalam
jaringan hingga beberapa minggu, beberapa bulan, tergantung pada
jenis leukositnya.
Pembentukan

leukosit

berbeda

dengan

pembentukan

eritrosit.

Leukosit ada 2 jenis, sehingga pembentukannya juga sesuai dengan


seri

leukositnya.

Pembentukan

sel

pada

seri

granulosit

(granulopoiesis) dimulai dengan fase mieloblast, sedangkan pada


seri agranulosit ada dua jenis sel yaitu monosit dan limfosit.
Pembentukan limfosit (limfopoiesis) diawali oleh fase limphoblast,
sedangkan pada monosit (monopoiesis) diawali oleh fase monoblast.
Granulopoiesis adalah evolusi paling dini menjadi myeloblas dan
akhirnya menjadi sel yang paling matang, yang disebut basofil,
eosinofil dan neutrofil. Proses ini memerlukan waktu 7 sampai 11
hari.

Mieloblas,

promielosit,

dan

mielosit

semuanya

mampu

membelah diri dan membentuk kompartemen proliferasi atau


mitotik. Setelah tahap ini, tidak terjadi lagi pembelahan, dan sel
mengalami pematangan melalui beberapa fase yaitu metamielosit,
neutrofil batang dan neutrofil segmen. Di dalam sumsum tulang sel
ini mungkin ada dalam jumlah berlebihan yang siap dibebaskan
apabila diperlukan. Sel-sel ini dapat menetap di sumsum tulang
sekitar 10 hari, berfungsi sebagai cadangan apabila diperlukan.
Limfopoiesis adalah pertumbuhan dan pematangan limfosit. Hampir
20% dari sumsum tulang normal terdiri dari limfosit yang sedang
berkembang.

Setelah

pematangan,

limfosit

masuk

ke

dalam

pembuluh darah, beredar dengan interval waktu yang berbeda


bergantung pada sifat sel, dan kemudian berkumpul di kelenjar
limfatik.
Monopoiesis

berawal

dari

sel

induk

pluripoten

menghasilkan

berbagai sel induk dengan potensi lebih terbatas, diantaranya


adalah unit pembentuk koloni granulosit yang bipotensial. Turunan
sel

ini

menjadi

perkusor

granulosit

atau

menjadi

monoblas.

Pembelahan monoblas menghasilkan promonosit, yang sebagiannya


berpoliferasi menghasilkan monosit yang masuk peredaran. Yang
lain merupakan cadangan sel yang sangat lambat berkembang.
Waktu yang dibutuhkan sel induk sampai menjadi monosit adalah
sekitar 55 jam. Monosit tidak tersedia dalam sumsum dalam jumlah
besar, namun bermigrasi ke dalam sinus setelah dibentuk. Monosit
bertahan dalam pembuluh darah kurang dari 36 jam sebelum
akhirnya masuk ke dalam jaringan.
II.5.3 Pembentukan Trombosit (Trombositopoiesis)
Megakarioblas (sel besar dengan sitoplasma homogeny basofilik
yang tidak mengandung granula spesifik. Mengandung banyak
nukleous dan memperlihatkan polakromatin yang jarang) selama

berdiferensiasi megakarioblas menjadi sangat besar, intinya berlipatlipat menjadi promegakariosit lalu menjadi metamegakariosit dan
kemudian menjadi megakasiosit matang lalu terakhir trombosit.

II.6 Hematologi
Hematologi berasal dari kata Hema atau Hematos atau Heme atau
Hemos yang berarti darah, Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah dan komponen
sel-sel darah dan komponen plasma yang terkandung didalamnya serta
jaringan yang membentuknya. Hematologi yang akan dipelajari meliputi:
Hematologi dasar, Hematologi II (anemia dan hemostasis), Hematologi III
(leukemia dan sel-sel muda) dan Hematologi Transfusi Darah. Umumnya
Hematologi transfusi darah telah dipisahkan menjadi sebuah ilmu
tersendiri yaitu Ilmu Transfusi Darah. Sejak dahulu para ilmuan sudah
mempelajari tentang darah, baik memeriksa langsung darah dengan
mikroskop, maupun menambahkan suatu larutan pereaksi tertentu
kemudian akan terjadi hasil reaksi atau memisahkan sel-sel darah.
Perkembangan ilmu hematologi sejak dahulu berkembang pesat, mulai
dari teknik manual, konvensional, hematologi sitokimia, penghitungan sel
menggunakan alat canggih, hingga teknik molekuler sel-sel darah.
Hingga saat ini hematologi merupakan bagian ilmu laboratorium klinik
yang paling berperan dalam mengetahui penyakit-penyakit akibat
kelainan darah dan merupakan pemeriksaan penyaring utama pada
setiap pasien yang akan menjalani general check up.
Fungsi Pemeriksaan Hematologi
Hematologi dalam laboratorium klinik di rumah sakit mempunyai
fungsi dan peranan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sebagai
Sebagai
Sebagai
Sebagai
Sebagai
Sebagai
Sebagai

penyaring (screening test) suatu penyakit.


penunjang diagnosis suatu penyakit.
pelengkap diagnosis suatu penyakit.
penegak diagnosis suatu penyakit.
differensial diagnosis suatu penyakit.
follow up suatu penyakit.
prognosis suatu penyakit.

Pemeriksaan hematologi merupakan pintu gerbang pertama seorang


klinisi dalam mendiagnosis suatu penyakit pada seseorang, yang akan
dilanjutkan dengan parameter laboratorium lainnya. Kadang suatu
diagnosis baru dapat ditegakkan apabila telah dilakukan pemeriksaan
hematologi, namun juga pemeriksaan hematologi akan berfungsi sebagai
diagnosis banding apabila terdapat keyakinan klinisi bahwa terdapat
kesamaan penyakit yang perlu bantuan pemeriksaan hematologi untuk
membedakannya. Hal lain yang terakhir, bahwa pemeriksaan hematologi
dapat digunakan untuk mengetahui evaluasi hasil pengobatan dan
perjalanan penyakit yang diderita oleh seseorang.
Parameter Hematologi
Secara

umum

panel

parameter

pemeriksan

hematologi

dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :


1. Darah Rutin.
Pemeriksaan meliputi : hemoglobin, hitung eritrosit, hitung
leukosit, LED, hitung jenis leukosit dan beberapa literatur
menambahkan hitung trombosit dan hematokrit.
2. Parameter Anemia.
Pemeriksaan meliputi : hemoglobin, hitung eritrosit, hematokrit
(PCV), MCV, MCH, MCHC, hitung retikulosit, kadar besi, TIBC,
Osmotik fraglity, gambaran darah tepi.
3. Parameter Leukemia
Pemeriksaan meliputi : hemoglobin, hitung leukosit, hitung jenis
leukosit, hitung eosinofil, pewarnaan peroksidase, pewarnaan
PAS, pewarnaan Sudan Black dan gambaran darah tepi.
4. Faal Hemostasis.
Pemeriksaan meliputi : hitung trombosit, rumple leede, bleeding
time, clotting time, plasma protrombin time, serum protrombin
time,

aPTT/kPTT,

clot

retraction

test,

trombin

fibrinogen, rekalsifikasi, D-dimer dan lainnya.


5. Hematologi Khusus.

time,

titer

Pemeriksaan khusus dan tidak lazim dikerjakan dalam seharihari. Pemeriksaan meliputi : sel LE, Pulasan Hemosiderin,
pemeriksaan sumsum tulang (oleh tenaga ahli), hitung CD4+
dan lainnya.
Spesimen Pemeriksaan Hematologi
Spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan hematologi umumnya
adalah darah penuh (whole blood), namun juga digunakan hanya
komponen sel-sel, plasma atau serum dan cairan sumsum tulang.
Spesimen diperoleh dengan melakukan pengambilan darah (flebotomi)
umumnya pada vena dan kapiler, serta punksi/aspirasi pada cairan
sumsum
diawetkan

tulang

belakang.

menggunakan

Darah

yang

antikoagulan

diperoleh

agar

tidak

ditampung

dan

membeku

atau

dibiarkan membeku untuk memperoleh serum. Analis kesehatan hanya


diberikan tentang tata cara pemeriksaan spesimen dari darah vena dan
kapiler.

II.7 Kelainan Darah


Kelainan darah adalah kondisi yang memengaruhi salah satu atau
beberapa bagian dari darah dan mencegah darah untuk bisa bekerja
secara normal. Kelainan darah bisa bersifat akut maupun kronis, dan
kebanyakan dari kondisi ini merupakan penyakit turunan. Darah sendiri
terbagi menjadi dua bagian, cairan dan padat. Bagian yang terbuat dari
cairan disebut dengan istilah plasma. Lebih dari setengah bagian darah
merupakan

plasma.

Plasma

terdiri

dari

air,

protein,

dan

garam.

Sedangkan bagian yang padat dari darah mengandung sel darah merah,
sel darah putih, dan platelet (trombosit).
Kelainan darah ini sendiri akan berdampak kepada bagian-bagian dari
darah tersebut, seperti sel darah merah (mengangkut oksigen ke jaringan
tubuh), sel darah putih (bertugas melawan infeksi), platelet (bertugas
membantu membentuk bekuan darah), dan plasma. Pengobatan serta
prediksi

perjalanan

penyakit

sangat

bergantung

kepada

tingkat

keparahan dan kondisi sel-sel darah itu sendiri.


II.7.1 Kelainan Eritrosit
a.

Malaria
Ini adalah kondisi yang disebabkan oleh parasit. Malaria
menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi parasit.
Parasit yang masuk ke darah manusia akan menginfeksi sel
darah

merah.

Akhirnya,

sel

darah

merah

rusak

dan

menyebabkan demam, menggigil, serta kerusakan pada organ


b.

tubuh.
Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau
hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam
darah

sehingga

tidak

dapat

memenuhi

fungsinya

untuk

membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer


sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :


Gangguan pembentukan eritrosit
Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat
defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga),
vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan

pada sumsum tulang.


Perdarahan
Perdarahan baik akut

maupun

kronis

mengakibatkan

penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi.


Hemolisis
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosi

Berdasarkan

gambaran

morfologik,

anemia

diklasifikasikan

menjadi tiga jenis anemia:


1. Anemia normositik normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena
perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif
metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah
eritrosit

tidak

disertai

dengan

perubahan

konsentrasi

hemoglobin, bentuk dan ukuran eritrosit.


2. Anemia makrositik hiperkrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal
dan hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari
normal. Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi
vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik nonmegaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)
3. Anemia mikrositik hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal
dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari
normal. Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
Berkurangnya
sintesis
globin:
Thalasemia
Hemoglobinopati.

dan

Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.

Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam


buku Handayani W, dan Haribowo A S, (2008) :
1.
2.
3.
4.

Ringan sekali, Hb 10,00 gr% -13,00 gr%


Ringan, Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
Sedang, Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
Berat, Hb < 6,00 gr%

Anemia Aplastik. Ini adalah kondisi ketika sumsum tulang


tidak menghasilkan cukup banyak sel darah, salah satunya sel
darah merah. Untuk menangani kondisi ini beberapa cara
seperti transfusi darah, transplantasi sumsum tulang, dan obatobatan

mungkin

akan

digunakan.

Anemia

aplastik

bisa

disebabkan oleh infeksi virus, penyakit autoimun, atau efek


samping penggunaan obat.
Anemia Autoimun Hemolitik. Sistem kekebalan tubuh yang
terlalu aktif dan keliru akan menghancurkan sel darah merah
pada tubuh itu sendiri sehingga menyebabkan anemia. Kondisi
ini akan membutuhkan obat-obatan yang berfungsi menekan
kinerja sistem kekebalan tubuh agar tidak menghancurkan sel
dan jaringan tubuh sendiri.
Anemia sel sabit. Ini adalah kondisi ketika sel darah merah
lengket dan kaku, hingga akhirnya akan menghambat aliran
darah. Akibat kondisi ini, penderita bisa mengalami kerusakan
organ tubuh dan muncul rasa sakit yang tidak tertahankan. Ini
adalah penyakit bersifat turunan dalam keluarga.
Anemia Defisiensi Zat Besi. Anemia dalam kehamilan yang
paling

sering

ialah

anemia

akibat

kekurangan

zat

besi.

Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat

besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan


terlalu banyaknya zat besi.
Anemia

Megaloblastik.

Anemia

megaloblastik

dalam

kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat.


Anemia

Hipoplastik.

Anemia

pada

wanita

hamil

yang

disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat


sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui
dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obatobatan.
II.7.2 Kelainan Leukosit
a.

Leukemia
Leukemia adalah salah satu bentuk dari kanker darah yang mana
sel darah putih menjadi ganas dan diproduksi secara berlebihan
di dalam sumsum tulang. Leukemia terbagi menjadi dua jenis,
yaitu akut dan kronis.
Tipe Leukemia Kronis
Pada awal penyakit,

sel-sel

leukemia

ini

masih

bisa

melakukan beberapa fungsi sel darah putih secara normal.


Pada tahap ini biasanya penderita tidak memiliki gejala
apapun, dan Dokter biasanya mendeteksi dini penyaki
leukemia

kronis

pada

leukemia

kronis

ini

penelitian

akan

rutin.

memburuk,

Dan
karena

perlahan
seiring

berjalannya waktu jumlah sel-sel leukemia akan terus


meningkat

yang

pada

akhirnya

akan

mengalami

pembengkakan kelenjar getah bening atau infeksi. Pada


awal gejala pasi ringan namun seiring berjalannya waktu

akan terus memburuk.


Tipe Leukemia Akut
Sel-sel leukemia tidak dapat menjalakan pekerjaan sel darah
putih normal. Jumlah sel leukemiapun akan terus meningkat
secara pesat. Leukemia akut bisa ditandai dengan suatu

perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan dan


memburuk, dan apabila tidak segera diobati maka penderita
dapat meninggal hanya dalam hitungan minggu atau
bahkan hari.

Klasifikasi leukemia. Terdapat empat jenis utama dari jenis


leukemia.

b.

Leukemia limfositik (atau lymphoblastic)


Leukemia lymphoblastic akut (ALL)
Leukemia limfositik kronis ( CLL )
Leukemia
myelogenous
(juga
myeloid

atau

nonlymphocytic)
Leukemia myelogenous akut (AML) (atau myeloblastic)
Leukemia myelogenous kronis (CML)
Limfoma
Limfoma merupakan kanker darah yang berkembang di dalam
sistem limfa. Sel darah putih pada orang yang mengalami kondisi
ini akan menjadi ganas, menyebar secara abnormal, dan berlipat
ganda

tanpa

terkendali.

Penanganan

kondisi

ini

biasanya

dilakukan dengan kemoterapi dan/atau dengan radiasi.


II.7.3 Kelainan Trombosit
a.

Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)


ITP adalah penyakit kelainan autoimun

spesifik

yang

memengaruhi jumlah trombosit atau platelet. Orang yang


mengalaminya

akan mudah memar

atau berdarah secara

berlebihan. Pendarahan berlebihan terjadi karena tingkat platelet


dalam tubuh rendah, sedangkan platelet berfungsi membantu
pembekuan darah ketika terjadi pendarahan. Pengobatan ITP
dilakukan agar kadar platelet dalam tubuh tetap terjaga dan bisa
b.

mencegah terjadinya pendarahan secara berlebih.


Trombositopenia

Ini adalah kondisi ketika jumlah platelet atau trombosit di dalam


tubuh rendah. Kondisi ini bisa diakibatkan oleh banyak hal,
misalnya

karena

leukemia

atau

karena

gangguan

sistem

kekebalan tubuh. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat efek samping
dari obat-obatan tertentu dan bisa terjadi pada orang dewasa
maupun anak-anak. Penanganan yang dilakukan bisa melalui
pemberian obat-obatan, transfusi darah/trombosit, operasi, atau
menangani penyebab utamanya.

Bab III
Penutup
Kesimpulan
Darah adalah cairan kompleks dengan total volume kurang lebih
8% dari berat tubuh manusia. Komponen darah , terdiri dari atas dua
komponen utama yaitu plasma darah dan komponen padatan atau selsel darah. Sel darah ini terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan trombosit.
Morfologi eritrosit dalam keadaan normal yaitu bentuk bulat atau
agak oval, berwarna kemerahan, diameter berukuran 7-8 mikron, dan
berjumlah kira-kira 4 sampai 5 juta sel/mm 3. Selain morfologi dalam
keadaan normal, dapat dijumpai pula eritrosit yang mengalami
kelainan, seperti kelainan ukuran (mikrosit dan makrosit), warna
(hipokromia, hiperkromia, polikrom), dan bentuk (sel target, sferosit,
ovalosit, stomatosit, sel sabit, akantosit, tear drop cell, poikilositosis,
fragmentosit, dan titik basofil).
Leukosit digolongkan menjadi leukosit yang bergranula atau
granulosit dan yang tidak bergranula atau agranulosit. Granulosit
terdiri dari basofil, eosinofil, neutrofil stab, dan neutrofil segmen.
Sedangkan agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit,

Trombosit berfungsi dalam proses pembekuan darah yang


berukuran lebih kecil dari leukosit dan eritrosit. Jumlah trombosit dalam
tubuh ialah berkisar 200.000 hingga 500.000 per l darah. Trombosit
tidak berinti dan berukuran 2 4 nm.
Hematopoiesis (Hemopoiesis) adalah proses pembentukan selsel darah dalam organ pembentuk sel darah, terutama dalam sumsum
tulang dan organ lainnya, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan
diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Terdapat 3 periode dari
hematopoiesis,

yaitu

Hematopoiesis

terdiri

mesoblastik,
dari

hepatic,

pembentukan

eritrosit

dan

myeloid.

(eritropoiesis),

pembentukan leukosit (leukopoiesis), dan pembentukan trombosit.


Ilmu yang mempelajari tentang darah dan komponen sel-sel
darah dan komponen plasma yang terkandung didalamnya serta
jaringan yang membentuknya merupakan hematologi. Hematologi II
(anemia dan hemostasis).
Kelainan dapat terjadi pada sel-sel darah. Kelainan pada eritrosit
dapat berupa malaria dan anemia. Klasifikasi anemia menurut
morfologinya

berupa

anemia

normositik

normokrom,

anemia

makrositik hiperkrom, dan anemia mikrositik hipokrom. Kelainan pada


leukosit dapat berupa leukemia dan limfoma. Sedangkan kelainan pada
trombosit berupa Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) dan
trombositopenia.

Daftar Pustaka
www.slideshare.net/mobile/andreei/th4
yahooiklan.blogspot.co.id/2010/11/sel-darah-eritrosit-leukosittrombosit.html?m=1
dokumen.tips/documents/morfologi-sel-darah-abnormal.html
aakmalang.blogspot.co.id/p/agustun-nugroho.html?m=1
http://www.artikelsiana.com/2014/12/fungsi-dan-ciri-ciri-dari-jenis-jenis.html?
m=1
http://1.bp.blogspot.com/_4IwHTsRufBg/TKxcrRnNqTI/AAAAAAAAFE4/yagqJWTLh8/s1600/PEMBULUH+DARAH.bmp
http://3.bp.blogspot.com/P7iCnJVF8NY/T7RKSzYqIbI/AAAAAAAABlA/_bMS6IXsw1Ec/s1600/komposisi+d
arah.jpg
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27832/4/Chapter%20II.pdf

http://puspitasarieka.blogspot.co.id/2012/12/hematologi-definisihematologiberasal.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-gdl-fitriindah-7799-3babii.pdf
http://eprints.undip.ac.id/43853/3/Elsa_G2A009017_BAB_2.pdf
http://www.alodokter.com/kelainan-darah
http://leukemiasakit.tumblr.com/post/70764606447/klasifikasi

You might also like