You are on page 1of 128

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Pemeliharaan (Maintenance)

2.1.1

Pengertian Pemeliharaan
Definisi pemeliharaan (maintenance) menurut Patrick (2001, p407) adalah suatu

kegiatan untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki,
melakukan penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu
kondisi operasi produksi agar sesuai dengan perencanaan yang ada.
Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari
berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya,
sampai pada suatu kondisi yang bisa diterima1. Pengertian lain dari pemeliharaan adalah
kegiatan menjaga fasilitas-fasilitas dan peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan
atau penyesuaian yang diperlukan agar tercapai suatu keadaan operasi produksi yang
memuaskan dan sesuai dengan yang direncanakan2.
Pengertian maintenance secara umum yaitu serangkaian aktivitas (baik bersifat
teknis dan administratif) yang diperlukan untuk mempertahankan dan menjaga suatu
produk atau system tetap berada dalam kondisi aman, ekonomis, efisien dan
pengoperasian optimal. Aktivitas perawatan sangat diperlukan karena :
9 Setiap peralatan mempunyai umur penggunaan (useful life). Suatu saat dapat
mengalami kegagalan/kerusakan.

1
2

Corder, hal 1
Assauri, hal 88

46
9 Kita tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan peralatan akan mengalami
kerusakan (failure)
9 Manusia selalu berusaha untuk meningkatkan umur penggunaan dengan
melakukan perawatan (maintenance)
Yang menjadi musuh utama bagian perawatan adalah breakdown, deterioration dan
konsekuensi dari semua tipe kejadian yang tidak terencana.
Perawatan (maintenance) berperan penting dalam kegiatan produksi dari suatu
perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi, volume produksi,
serta agar produk dapat diproduksi dan diterima konsumen tepat pada waktunya (tidak
terlambat) dan menjaga agar tidak terdapat sumber daya kerja (mesin dan karyawan)
yang menganggur karena kerusakan (downtime) pada mesin sewaktu proses produksi
sehingga dapat meminimalkan biaya kehilangan produksi atau bila mungkin, biaya
tersebut dapat dihilangkan.
Dengan demikian, pemeliharaan memiliki fungsi yang sama pentingnya dengan
fungsi-fungsi lain dari suatu perusahaan. Karena pentingnya aktivitas pemeliharaan
maka diperlukan perencanaan yang matang untuk menjalankannya, sehingga terhentinya
proses produksi akibat mesin rusak dapat dikurangi seminimum mungkin.
Pemeliharaan yang baik akan mengakibatkan kinerja perusahaan meningkat,
kebutuhan konsumen dapat terpenuhi tepat waktu, serta nilai investasi yang
dialokasikan untuk peralatan dan mesin dapat diminimasi. Selain itu pemeliharaan
yang baik juga dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan mengurangi
waste yang berarti mengurangi ongkos produksi.
Sedangkan manajemen pemeliharaan (maintenance management) adalah
pengorganisasian perawatan untuk memberikan pandangan umum mengenai perawatan

47
fasilitas produksi3. Manajemen pemeliharaan adalah pengelolaan peralatan dan mesinmesin siap pakai (ready to use). Dalam usaha menjaga agar setiap penggunaan peralatan
dan mesin secara kontinu dapat berproduksi, diperlukan kegiatan pemeliharaan sebagai
berikut4 :

Secara kontinu melakukan pengecekan (inspection).

Secara kontinu melakukan pelumasan (lubricating).

Secara kontinu melakukan perbaikan (reparation).

Melakukan penggantian spare part, disertai penyesuaian reliabilitas.

Pelaksanaan dari perawatan ini memerlukan beberapa hal penting, yaitu


diantaranya :
1.

Orang yang berwenang atau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan.

2.

Perencanaan dan penjadwalan perawatan.

3.

Pengawasan untuk dapat menjaga agar tujuan perawatan dapat terpenuhi.

4.

Diperlukan pula penyesuaian bila terjadi suatu penyimpangan, perubahan


terhadap kinerja produksi.

Peranan bagian maintenance ini tidak hanya menjaga agar kegiatan dilantai
produksi pabrik dapat berjalan dengan baik ataupun juga agar produk dapat diproduksi
dan diserahkan kepada pelanggan tepat pada waktunya, akan tetapi untuk menjaga agar
pabrik dapat bekerja secara efisien dengan menekan atau mengurangi kemacetankemacetan menjadi seminimum mungkin.

3
4

Supandi, hal 15
Tampubolon, 2004, p250

48
Jadi dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka peralatan pabrik dapat
dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana, dan diharapkan dapat menurunkan
tingkat kerusakan selama peralatan tersebut dipergunakan untuk proses produksi.

2.1.2

Tujuan Pemeliharaan
Secara umum, masalah pemeliharaan sering terabaikan sehingga kegiatan

pemeliharaan tidak teratur, yang pada akhirnya apabila mesin dan peralatan mengalami
kerusakan dapat mempengaruhi kapasitas produksi. Dengan demikian, kegiatan
pemeliharaan harus dilakukan secara tetap dan konsisten.
Kegiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas mesin tentu memiliki tujuan.
Tujuan utama dari fungsi perawatan adalah5 :
1. Memperpanjang usia kegunaan asset.
2. Menjamin ketersediaan peralatan dan kesiapan operasional perlengkapan serta
peralatan yang dipasang untuk kegiatan produksi.
3. Membantu mengurangi pemakaian atau penyimpangan diluar batas serta menjaga
modal yang ditanamkan selama waktu yang ditentukan.
4. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh
produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.
5. Menekan tingkat biaya perawatan serendah mungkin dengan melaksanakan kegiatan
perawatan secara efektif dan efisien.
6. Memenuhi kebutuhan produk dan rencana produksi tepat waktu.
7. Meningkatkan keterampilan para supervisor dan operator melalui kegiatan pelatihan
yang diadakan.
5

Corder, hal 3 & Assauri, hal 89

49
8. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan para
pekerja.

Tujuan utama dilakukannya pemeliharaan menurut Patrick (2001, p407) yaitu:


1. Mempertahankan kemampuan alat atau fasilitas produksi guna memenuhi kebutuhan
yang sesuai dengan target serta rencana produksi.
2. Mengurangi pemakaian dan penyimpangan diluar batas dan menjaga modal yang
diinvestasikan dalam perusahaan selama jangka waktu yang ditentukan sesuai
dengan kebijaksanaan perusahaan.
3. Menjaga agar kualitas produk berada pada tingkat yang diharapkan guna memenuhi
apa yang dibutuhkan produk itu sendiri dan menjaga agar kegiatan produksi tidak
mengalami gangguan.
4. Memperhatikan dan menghindari kegiatan kegiatan operasi mesin serta peralatan
yang dapat membahayakan keselamatan kerja.
5. Mencapai tingkat biaya serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan
maintenance secara efektif dan efisien untuk keseluruhannya.
6. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi fungsi utama lainnya dari
suatu perusahaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu
tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya
serendah mungkin.

50
2.1.3

Jenis Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan (maintenance) dapat dibedakan dalam 3 jenis yaitu

corrective maintenance (breakdown maintenance/perbaikan), preventive maintenance


(pencegahan), dan total productive maintenance (perawatan keseluruhan).

2.1.3.1 Corrective Maintenance (CM)


Menurut pendapat Patrick (2001, p401) corrective maintenance (CM) merupakan
kegiatan perawatan yang dilakukan setelah mesin atau fasilitas produksi mengalami
kerusakan atau gangguan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan CM ini
sering disebut dengan kegiatan reparasi atau perbaikan. CM biasanya tidak dapat kita
rencanakan dahulu karena kita hanya bisa memperbaikinya setelah terjadi kerusakan,
bahkan terkadang perbaikan tersebut bisa tertunda dan terlambat.
Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat
tidak dilakukannya preventive maintenance maupun telah diterapkannya preventive
maintenance, akan tetapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas produksi atau
peralatan yang ada tetap rusak. Dalam hal ini, kegiatan corrective maintenance bersifat
perbaikan yaitu menunggu sampai kerusakan terjadi terlebih dahulu, kemudian baru
diperbaiki agar fasilitas produksi maupun peralatan yang ada dapat dipergunakan
kembali dalam proses produksi sehingga operasi dalam proses produksi dapat berjalan
lancar dan kembali normal.
Apabila perusahaan hanya mengambil tindakan untuk melakukan corrective
maintenance saja, maka terdapat faktor ketidakpastian akan lancarnya fasilitas dalam
proses produksi maupun peralatannya sehingga akan menimbulkan efek-efek yang dapat

51
menghambat kegiatan produksi jikalau terjadi kerusakan maupun gangguan yang tibatiba terjadi pada fasilitas produksi yang dipakai perusahaan.
CM juga biasa yang disebut sebagai mean active corrective maintenance time
(MACMT), dimana itu hanya meliputi active time (meliputi dokumentasi) yang
melibatkan designer.
Tindakan corrective maintenance (CM) ini kelihatannya lebih murah biayanya
dibandingkan tindakan preventive maintenance (PM). Tentu saja pernyataan ini benar
selama gangguan kerusakan belum terjadi pada fasilitas maupun peralatan ketika proses
produksi berlangsung tidak melakukan proses produksi.
Namun, saat kerusakan terjadi selama proses produksi berlangsung, maka biaya
perawatan akan mengalami peningkatan akibat terhentinya proses produksi. Selain itu,
biaya-biaya perawatan dan pemeliharaan akan membengkak pada saat terjadinya
kerusakan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tindakan CM lebih
memusatkan permasalahan setelah permasalahan itu terjadi, bukan menganalisa masalah
untuk mencegahnya agar tidak terjadi.
Oleh karena tindakan CM itu jauh lebih mahal, maka sedapat mungkin harus
dicegah dengan mengintensifkan kegiatan preventive maintenance. Diperlukan juga
adanya pertimbangan bahwa dalam jangka panjang untuk mesin-mesin yang mahal dan
termasuk dalam critical unit dari proses produksi, PM akan jauh lebih menguntungkan
dibandingkan CM.

52
Menurut pendapat Patrick (2001, p401) Corrective Maintenance dapat dihitung
dengan MTTR (mean time to repair) dimana time to repair ini meliputi beberapa
aktivitas yang biasanya dibagi ke dalam 3 grup, yaitu:

Preparation time
Waktu yang dibutuhkan untuk persiapan seperti mencari orang untuk pekerjaan,
travel, peralatan sudah dipenuhi atau belum dan tes perlengkapan.

Active Maintenance time


Waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Meliputi waktu untuk
mempelajari repair charts sebelum actual repair dimulai dan waktu yang dihabiskan
dalam menverifikasi bahwa kerusakan tersebut sudah diperbaiki. Kemungkinan juga
meliputi waktu untuk post-repair documentation ketika hal tersebut harus
diselesaikan sebelum perlengkapan tersedia. Contohnya Aircraft.

Delay Time (Logistic time)


Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu komponen dalam mesin untuk diperbaiki
Perawatan korektif merupakan studi dalam menentukan tindakan yang di

perlukan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan atau kemacetan yang terjadi berulang


kali. Tindakan perawatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang sama.
Prosedur ini ditetapkan pada peralatan atau mesin yang sewaktu waktu dapat terjadi
kerusakan.

53
Pada umumnya usaha untuk mengatasi kerusakan itu dapat di lakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Mencatat data trouble/kerusakan, melakukan kemudian meng-improve peralatan
sehingga trouble/kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
2. Improve peralatan sehingga perawatan menjadi lebih mudah.
3. Merubah proses.
4. Merancang kembali komponen yang gagal.
5. Mengganti dengan komponen yang baru.
6. Meningkatkan prosedur perawatan preventif.
7. Meninjau kembali dan merubah sistem pengoperasian.
Dengan demikian, didapatkan kesimpulan bahwa pemeliharaan korektif
memusatkan permasalahan setelah permasalahan itu terjadi, bukan menganalisa masalah
untuk mencegahnya agar tidak terjadi.
Breakdown maintenance menurut Tampubolon (2004, p251) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau terjadi kelainan pada
fasilitas dan peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Contohnya mesin dan
peralatan yang digunakan dalam proses konversi, selama masih ada garansi (after sale
service), tidak terlalu menekankan pada pemeliharaan preventif, cukup pada keadaan
apabila mesin dan peralatan sudah mengalami kerusakan sehingga perlu pembongkaran
secara total (breakdown).
Pada dasarnya aktivitas ini tidak tepat untuk disebut aktivitas perawatan. Yang
termasuk dalam katagori ini adalah semua aktivitas yang tak terencana (unscheduled)
yang disebabkan oleh kerusakan (breakdown) peralatan.

54
2.1.3.2 Preventive Maintenance (PM)
Preventive Maintenance6 adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal,
umumnya secara periodik, dimana sejumlah tugas pemeliharaan seperti inspeksi,
perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan dan penyesuaian dilaksanakan.
Menurut Adam (1992, p583) pengertian preventive maintenance adalah kegiatan
perawatan dan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan mesin.
Mesin akan mengalami nilai depresiasi (penurunan) apabila dipakai terus menerus. Oleh
karena itu, dibutuhkannya inspeksi dan servis secara rutin maupun periodik. Contohnya
apakah mesin sudah dilubrikasi atau belum, apakah ada komponen/part yang rusak
sehingga harus digantikan komponen lainnya.
Dengan adanya preventive maintenance, diharapkan semua mesin yang ada akan
terjamin kelancaran proses kerjanya sehingga tidak ada yang terhambat dalam proses
produksinya dan bisa selalu dalam keadaan optimal.
Menurut pendapat Patrick (2001, 401) preventive maintenance adalah kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakankerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat
menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu proses produksi. Jadi,
semua fasilitas produksi yang mendapatkan perawatan (preventive maintenance) akan
terjamin kontinuitas kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang
siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Selain itu,
menurut Patrick (2001, p403) efektivitas dan ekonomi dari preventive maintenance
dapat ditingkatkan dengan mengambil account dari distribusi time to failure (TTF) pada
komponen yang akan dirawat dan failure rate dari sistem yang ada.
6

Ebeling, 1997, p189

55

Kegiatan pemeliharaan atau perawaatan untuk mencegah terjadinya kerusakan


yang tak terduga yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu
digunakan dalam proses produksi. Pemeliharaan preventif sangat penting untuk
mendukung fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan critical unit. Kategori
komponen kritis (Tampubolon, 2004, p251), yaitu :
1. Kerusakan fasilitas atau peralatan akan membahayakan keselamatan atau kesehatan
para pekerja.
2. Kerusakan fasilitas akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan.
3. Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan kemacetan seluruh proses produksi.
4. Modal yang ditanam (investasi) dalam fasilitas tersebut cukup mahal harganya.
Manfaat preventive maintenance (Patton, 1995, p12), yaitu :
1. Memperkecil overhaul ( turun mesin ).
2. Mengurangi kemungkinan reparasi berskala besar.
3. Mengurangi biaya kerusakan / pergantian mesin.
4. Memperkecil kemungkinan produk-produk yang rusak.
5. Meminimalkan persediaan suku cadang.
6. Memperkecil hilangnya gaji gaji tambahan akibat penurunan mesin ( overhaul ).
7. Menurunkan harga satuan dari produk pabrik.

56
Dalam perusahaan, preventive maintenance dapat dibedakan atas 2 macam
berdasarkan kegiatan/aktivitasnya (Tampubolon, 2004, p251), yaitu:
1. Routine maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin. Contohnya, yaitu pembersihan
fasilitas atau peralatan, pelumasan (lubrication) atau pengecekan oli, pengecekan isi
bahan bakarnya dan apakah termasuk dalam pemanasan (warming up) dari mesinmesin selama beberapa menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang hari.
2. Periodic maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan secara periodic atau dalam jangka waktu
tertentu. Program ini mencangkup :
Peninjauan pada seluruh catatan, termasuk kartu kartu order inspeksi atau kartu
historical peralatan.
Peninjauan biaya perbaikan.
Peninjauan kerugian produksi karena adanya pekerjaan perawatan.
Peninjauan untuk jaminan order pekerja perbaikan dan pengaturan kembali
mengenai prioritas kerja yang di utamakan.
Peninjauan terhadap alternatif apa yang didahulukan atau dijadwalkan terlebih
dahulu.
Preventive maintenance merupakan tindakan perawatan pencegahan dalam
rangkaian aktivitas pemeliharaan dengan tujuan :
o Memperpanjang umur produktif asset dengan mendeteksi bahwa sebuah asset
memiliki titik kritis penggunaan (critical wear point) dan mungkin akan mengalami
kerusakan.

57
o Melakukan inspeksi secara efektif dan menjaga supaya kondisi peralatan selalu
dalam keadaan sehat.
o Mengeliminir kerusakan peralatan dan hasil produksi yang cacat serta meningkatkan
ketahanan mesin dan kemampuan proses
o Mengurangi waktu yang terbuang pada kerusakan peralatan dengan membuat
aktivitas pemeliharan peralatan
o Menjaga biaya produksi seminimum mungkin
Predictive Maintenance yaitu teknik perawatan dimana dilakukan inspeksi
terhadap asset peralatan untuk memprediksikan terhadap kerusakan/kegagalan yang
akan terjadi. Beberapa contoh teknik perawatan prediktif : vibration monitoring,
thermography, tribology, process parameters, visual inspection, ultrasonic monitoring,
other non-destructive techniques.

Diagram 2.1 Relasi Konsep Maintenance


Keuntungan dari perawatan yang direncanakan (scheduled maintenance) :
Mengurangi down-time, meningkatkan up-time
Mengurangi breakdown maintenance
Meningkatkan efisiensi peralatan
Memperpanjang umur hidup peralatan (umur produktif)

58
Mengurangi jumlah standby-equipment
Mengurangi persediaan/stock spare parts
Penjadwalan pekerja yang lebih efektif
Distribusi pekerja (labor) yang lebih seimbang
Mengurangi overtime
Standarisasi prosedur operasi, biaya dan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
Meningkatkan produktivitas
Lebih efisien dalam cost perawatan
Meningkatkan kualitas produk, dsb.
Preventive maintenance juga meliputi :
1. Melakukan pencatatan dan pengelolaan data tentang perawatan, kegagalan, dan
penggunaan peralatan (dasar analisis peralatan)
2. Semua jenis kegiatan predictive. Termasuk inspeksi, melakukan pengukuran,
inspeksi part untuk kualitas, analisis pelumas, temperature, getaran, kebisingan,
pencatatan semua data dari kegiatan predictive untuk trend analysis
3. Perbaikan minor (30 menit) dorongan yang besar kearah produktivitas
4. Writing up setiap kondisi yang memerlukan perhatian khusus yang berpotensial
kearah kegagalan
5. Penjadwalan dan pelaksanaan perbaikan yang dinstruksikan
6. Menggunakan frekuensi dan severity kegagalan untuk meningkatkan PM task list
7. Training dan upgrading kemampuan system PM
Sistem preventive maintenance dirancang untuk 2 tujuan :
Mendeteksi lokasi critical potential failure
Menganulir potential failure

59
2.1.3.3 Pemeliharaan Produktif secara Total (Total Productive Maintenance)
TPM sering didefinisikan sebagai productive maintenance yaitu pemeliharaan
produktif yang dilaksanakan oleh semua karyawan melalui kegiatan-kegiatan kelompok
kecil, yang terdiri atas :
Total efektif
Memaksimalkan efektifitas peralatan secara menyeluruh
Total sistem
Membuat sistem dari mulai peralatan di design sampai dengan peralatan tersebut
tidak dipergunakan lagi
Total keterlibatan
Melibatkan semua bagian (minimal : bagian engineering, produksi dan maintenance)
Total partisipasi
Mulai dari operator yang paling rendah sampai ke Top Management
Total usaha
Setiap karyawan berusaha secara sungguh-sungguh untuk mempromosikan
Productive Maintenance (PM)
Sasaran TPM adalah : Zero ABCD (Accident , Breakdown, Crisis, Defect)

60
Secara teoritis, total biaya pemeliharaan dapat digambarkan bahwa biaya
pemeliharaan korektif (breakdown maintenance) akan berbanding terbalik dengan
pemeliharaan preventif (preventive maintenance), seperti diuraikan kurva gambar 2.1.
Pemeliharaaan produktivitas secara total (TPM) dapat dilakukan dengan jalan berikut
(Tampubolon, 2004, p253) :
1. Mendesain mesin atau peralatan yang memiliki reliabilitas tinggi, mudah
dioperasikan dan mudah untuk dipelihara.
2. Analisa biaya investasi untuk mesin atau peralatan dengan pelayanan (service) dari
pemasok dan biaya-biaya pemeliharaanya.
3. Mengembangkan perencanaan pemeliharaan preventif yang dapat dimanfaatkan
secara praktis oleh operator, bagian pemeliharaan, dan teknisi.
4. Melatih pekerja untuk mengoperasikan mesin atau peralatan, termasuk cara
memeliharanya.

Gambar 2.1 Kurva Total Biaya Pemeliharaan

61

Di dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan terdapat 2 masalah utama yang


dihadapi perusahaan (Tampubolon, 2004, p253), yaitu:
a. Persoalan teknis.
Persoalan teknis menyangkut usaha untuk menghilangkan kemungkinan timbulnya
kemacetan karena kondisi fasilitas atau peralatan konversi yang tidak baik. Dalam
kondisi teknis yang perlu diperhatikan, antara lain :
Tindakan-tindakan apa yang diperlukan untuk memelihara atau merawat
peralatan yang ada dan untuk memperbaiki mesin dan peralatan yang rusak.
Alat-alat atau komponen apa yang dibutuhkan serta harus disediakan agar
tindakan-tindakan pada bagian di atas dapat dilakukan.
b. Persoalan ekonomis.
Persoalan ekonomis menyangkut bagaimana usaha yang harus dilakukan supaya
kegiatan pemeliharaan mesin dan peralatan yang dibutuhkan secara teknis dapat
efisien

dengan

memperhatikan

besarnya

biaya

yang

terjadi

yang

dapat

menguntungkan perusahaan. Persoalan ekonomis perlu dianalisis terhadap


perbandingan di antara masing-masing tindakan alternatif yang diambil. Adapun
biaya yang terdapat dalam kegiatan pemeliharaan, antara lain biaya-biaya
pengecekan, penyetelan (set-up), biaya telah diuraikan seperti gambar 2.1.

62
Perbandingan biaya-biaya itu perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Apakah

sebaiknya

dilakukan

preventive

maintenance

atau

corrective

maintenance, dimana biaya-biaya yang perlu diperhatikan adalah :


a. Jumlah biaya-biaya perbaikan yang perlu akibat kerusakan yang terjadi
karena adanya preventive maintenance, dengan jumlah biaya pemeliharaan
dan perbaikan akibat kerusakan yang terjadi, walaupun sudah diadakan
preventive maintenance dalam jangka waktu tertentu.
b. Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang akan dilakukan
terhadap suatu peralatan disertai dengan harganya.
c. Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dibutuhkan oleh
peralatan dengan jumlah kerugian yang dihadapi bila peralatan rusak dalam
operasi konversi.
2. Apakah sebaiknya peralatan yang rusak diperbaiki di dalam perusahaan atau di
luar perusahaan, dengan membandingkan jumlah biaya-biaya yang akan
dikeluarkan.
3. Apakah sebaiknya peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Dalam hal ini
biaya-biaya yang perlu diperbandingkan antara lain :
a. Jumlah biaya perbaikan dengan harga pasar atau nilai dari peralatan tersebut.
b. Jumah biaya perbaikan dengan harga peralatan yang sama di pasar.

63
2.2

Konsep-Konsep Pemeliharaan

2.2.1

Konsep Hubungan Waktu Dalam Maintenance

Diagram 2.2 Maintenance Time Relationship


Keterangan istilah waktu dalam maintenance :
1. Up Time
Waktu (period of time) dimana mesin/peralatan ada dalam kondisi baik sehingga
dapat melakukan fungsi seperti seharusnya (melakukan fungsi dalam kondisi yang
ditetapkan dan dengan maintenance yang ditetapkan pula)
2. Down Time
Waktu (period of time) dimana mesin/peralatan tidak berada dalam kondisi untuk
dapat melakukan fungsinya. Downtime dihitung mulai saat mesin tidak berfungsi
sampai mesin kembali dalam keadaan dapat berfungsi seperti seharusnya, setelah
dilakukan perbaikan.
3. Operating Time
Waktu (period of time) dimana mesin melakukan fungsi seperti seharusnya
OPERATING TIME < UP TIME

64
4. Standby Time
Waktu (period of time) dimana mesin berada dalam kondisi untuk dapat berfungsi
seperti seharusnya, tetapi mesin tidak dioperasikan
Up time = Operating Time + Standby Time
5. Maintenance Time
Waktu dimana kegiatan maintenance dilakukan termasuk delay-delay yang terjadi
selama pelaksanaan kegiatan
6. Active Maintenance Time
Bagian dari maintenance time, dimana kegiatan/pekerjaan maintenance benar-benar
dilakukan.
7. Logistic Time
Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai karena
alasan logistik.
8. Administratif Time
Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai karena
alasan administrative
9. Corrective Maintenance Time
Waktu dalam active maintenance time, dimana dilakukan kegiatan corrective
maintenance
10. Preventive Maintenance Time
Waktu dalam active maintenance time, dimana dilakukan kegiatan preventive
maintenance.
Active Maintenance Time = CM Time + PM Time

65
2.2.2

Konsep Breakdown (Downtime)


Breakdown dapat didefinisikan sebagai berhentinya mesin pada saat produksi

yang melibatkan engineering dalam perbaikan, biasanya mengganti sparepart yang


rusak, dan lamanya waktu lebih dari 5 menit (berdasarkan definisi OPI-Overall
Performance Index).
Downtime mesin merupakan waktu menganggur atau lama waktu dimana unit
tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terjadi
apabila suatu unit mengalami masalah seperti kerusakan mesin yang dapat mengganggu
kinerja mesin secara keseluruhan termasuk kualitas produk yang dihasilkan atau
kecepatan produksinya sehingga membutuhkan waktu tertentu untuk mengembalikan
fungsi unit tersebut pada kondisi semula.
Unsur-unsur dalam downtime:

Maintenance delay
Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu ketersediaan sumber daya maintenance
untuk melakukan proses perbaikan. Sumber daya maintenance dapat berupa alat
bantu, teknisi, alat tes, komponen pengganti dan lain-lain.

Supply delay
Waktu yang dibutuhkan untuk personel maintenance untuk memperoleh komponen
yang dibutuhkan dalam proses perbaikan. Terdiri dari lead time administrasi, lead
time produksi, dan waktu transportasi komponen pada lokasi perbaikan.

Access Time
Waktu untuk mendapatkan akses ke komponen yang mengalami kerusakan.

66

Diagnosis Time
Waktu yang dibutuhkan untuk menentukan penyebab kerusakan dan langkah
perbaikan yang harus ditempuh untuk memperbaiki kerusakan.

Repair or replacement unit


Waktu aktual yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pemulihan setelah
permasalahan dapat diidentifikasikan dan akses ke komponen yang rusak dapat
dicapai.

Verification and alignment


Waktu untuk memastikan bahwa fungsi daripada suatu unit telah kembali pada
kondisi operasi semula.

W a k tu
Produksi

W a k tu
Produksi

W a k tu
Produksi

W a k tu
Produksi

..

Operasi

Berhenti

Breakdown
#1

Breakdown
#2

Breakdown
#3

W a k tu
Breakdown

W a k tu
Breakdown

W a k tu
Breakdown

Grafik 2.1 Hubungan Waktu Breakdown Terhadap Waktu Produksi

Waktu

67
Frekuensi

Ciri pola Minor


st o p p ag es

Ciri pola breakdown

30

30

Lamanya berhenti

Daerah
gangguan

Grafik 2.2 Pola Frekuensi Breakdown Vs Minor Stoppages

Gambar 2.2 Bathtub Curve of Breakdown Phase


Kerusakan yang terjadi pada suatu sistem peralatan, komponen membutuhkan
perawatan yang berbeda-beda bergantung pada masing-masing pola karakteristik
kerusakan yang terjadi. Kurva kerusakan diatas menggambarkan pola kerusakan dari
fase siklus awal (start-up) hingga mencapai siklus breakdownnya dengan pola yang

68
berbentuk seperti kubah bak mandi (bathtub curve). Kurva ini juga disebut critical wear
curves. Kurva ini merupakan kombinasi antara infant mortality (kerusakan dini) dan
ending mortality curves (kerusakan akhir). Probabilitas kerusakan dimulai dengan fase
kerusakan awal yang biasanya disebabkan oleh faktor proses start-up akibat
penyesuaian, set-up mesin ataupun faktor-faktor yang dapat menyebabkan mesin harus
melalui kondisi ketidaknormalan/down sebelum beroperasi secara optimal, kemudian
fase/level kedua pola laju kerusakan (wear-point) mengalami kondisi konstan dimana
(t) = 0, dalam arti sistem peralatan berada dalam kondisi pengoperasian normal, stabil
dalam kondisi umur optimalnya, fase inilah yang diharapkan untuk selalu dapat
terealisasi dalam proses produksi, hingga pada suatu waktu kondisi peralatan/sistem
harus sampai kepada suatu titik kondisi wear-out akibat menurunnya tingkat
kehandalan mesin (fase critical wear point) sehingga kurva laju kerusakan kembali
mengalami peningkatan. Kurva pola kerusakan inilah yang paling umum digunakan
untuk menggambarkan pola/ fase kerusakan didalam berbagai konteks maintenance.
Breakdown pada mesin dan peralatan produksi biasanya disebabkan oleh faktorfaktor sebagai berikut :

Debu, kotoran, bahan dasar

Gesekan, umur mesin, kelonggaran, kebocoran

Karat, perubahan bentuk, cacat, retak

Suhu, getaran, dan factor-faktor kimiawi lainnnya

Kelemahan rancangan

Kurang perawatan pencegahan

Pengatasan sementara sebelumnya tidak sempurna

69

Kesalahan operasional

Kualitas sparepart yang rendah

dan faktor-faktor penyebab kerusakan yang lainnya


Dalam hal ini, penghilangan konsep lama penanganan breakdown mutlak

dilakukan, yaitu ini adalah hal yang biasa, terjadi breakdown pada mesin!. Ini tidak
sesuai dengan visi dan misi utama pilar maintenance sebagai bagian dari Total
Productive Maintenance (TPM), yaitu Breakdown Reduction to achieve Zero Losses.
Dalam hal ini kita harus meneliti fakta penting yang terjadi selama ini di lapangan. yaitu
bahwa sebagian besar dari breakdown yang terjadi adalah pengulangan dan disebabkan
oleh hal-hal yang sederhana.
Langkah-langkah pengurangan breakdown sebagai fungsi utama dari breakdown
maintenance :

Menetapkan Rencana
Perawatan yang Terbaik

Menyorot Penyebab
Breakdown
Sewaktu-waktu
Menghilangkan
Breakdown Berulang

Perbaikan ke Kondisi
Awal dan Standart

Identifikasi Jenis-jenis
Breakdown

Langkah 4

Langkah 3

Langkah 2

Langkah 1

Gambar 2.3 Langkah-langkah Pengurangan Breakdown

Langkah 5

70
Metodologi Pengurangan Breakdown dalam konsep Breakdown Maintenance :
# Jumlah
Breakdown

Metode
Perawatan
Optimis

Mengurangi
Penyimpangan

Meniadakan
Breakdown berulang
(Langkah 1/ 2/ 3)

Menghilangkan
penyebab kerusakan
(Langkah 4/ 5 )

Meniadakan
Breakdown
Mendadak

Usaha pencapaian
Zero breakdown
(Pewngembangan)

Waktu

Gambar 2.4 Hubungan Jumlah Breakdown terhadap Waktu dalam


Konsep Breakdown Reduction

2.2.3

Konsep Reliability (Kehandalan)


Yang dimaksud dengan keandalan adalah :

1. Peluang sebuah komponen atau sistem akan dapat beroperasi sesuai fungsi yang
diinginkan untuk suatu periode waktu tertentu ketika digunakan dibawah kondisi
operasi yang telah ditetapkan. (Ebeling, 1997, p5)
2. Peluang dari sebuah unit yang dapat bekerja secara Normal ketika digunakan untuk
kondisi tertentu setidaknya bekerja dalam suatu kondisi yang telah ditetapkan.
(Dhillon and Reiche, 1995, p25)

71
Terdapat 4 elemen yang signifikan dengan konsep reliability, diantaranya yaitu:
1. Probability (peluang);
Setiap item memiliki umur atau waktu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
sehingga terdapat sekelompok item yang memiliki rata-rata hidup tertentu. Jadi,
untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi dari suatu item dapat dilakukan dengan
cara melakukan estimasi waktu hidup dari item tersebut agar diketahui umur
pemakaiannya sudah berapa lama.
2. Performance (kinerja);
Kehandalan merupakan suatu karakteristik performansi sistem dimana suatu sistem
yang andal harus dapat menunjukkan performansi yang memuaskan jika
dioperasikan.
3. Time (Waktu);
Reliability / kehandalan suatu sistem dinyatakan dalam suatu periode waktu karena
waktu merupakan parameter yang penting untuk melakukan penilaian kemungkinan
suksesnya suatu sistem. Peluang suatu item untuk digunakan selama setahun akan
berbeda dengan peluang item untuk digunakan dalam sepuluh tahun. Biasanya faktor
waktu berkaitan dengan kondisi tertentu, seperti jangka waktu mesin selesai
diperbaiki sampai mesin rusak kembali (mean time to failue) dan jangka waktu
mesin mulai rusak sampai mesin tersebut diperbaiki (mean time to repair).
4. Condition (Kondisi);
Perlakuan yang diterima oleh suatu sistem dalam menjalankan fungsinya dalam arti
bahwa dua buah sistem dengan tingkat mutu yang sama dapat memberikan tingkat
kehandalan yang berbeda dalam kondisi operasionalnya. Misalnya kondisi
temperatur, keadaan atmosfer dan tingkat kebisingan di mana sistem dioperasikan.

72

2.2.4

Konsep Availability (Ketersediaan)


Availability adalah probabilitas komponen atau sistem dapat beroperasi sesuai

dengan fungsinya pada kondisi operasi normalnya apabila tindakan perawatan


pencegahan dan pemeriksaan dilakukan. Availability total meliputi penggantian
pencegahan dan pemeriksaan dalam arti availability merupakan proporsi waktu teoritis
yang tersedia untuk komponen dalam system dapat beroperasi dengan baik.

2.2.5

Konsep Maintainability (Keterawatan)


Menurut Ebeling (1997, p6) definisi maintainability adalah probabilitas bahwa

suatu komponen yang rusak akan diperbaiki dalam jangka waktu (T), dimana
pemeliharaan (maintainability) dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Menurut pendapat Patrick (2001, p401) kebanyakan sistem engineered itu
dipelihara (dimaintain), sistem akan diperbaiki kalau terjadi kerusakan dan pemeliharaan
akan dibentuk pada sistem tersebut untuk menjaga pengoperasian yang ada dalam sistem
pemeliharaan ini (system maintainability).
Menurut pendapat Patrick (2001, p402) maintainability mempengaruhi tingkat
availability secara langsung. Waktunya diambil untuk memperbaiki kerusakan dan
menyelesaikan preventive maintenance secara rutin untuk mengambil sistem dari
available state yang ada. Jadi terdapat hubungan yang erat antara reliability dengan
maintainability, dimana yang satu mempengaruhi yang lainnya dan kedua-duanya
mempengaruhi availability dan cost yang ada.
Berdasarkan pendapat dari Patrick (2001, p402) sistem dari maintainability itu
cukup diatur dengan design dimana design tersebut menentukan features seperti

73
aksesbilitas, kemudahan dalam tes, diagnosis kerusakan juga kebutuhan untuk kalibrasi,
lubrikasi dan tindakan preventive maintenance lainnya.
Langkah-langkah pengambilan tindakan Maintenance (Arman, p366), yaitu :
1. What : berarti menentukan jenis komponen yang perlu diberlakukan pemeliharaan
rutin. Tipe komponen digolongkan dalam jenis :

Komponen Kritis : komponen yang frekuensi kerusakannya sangat sering

Komponen Mayor : komponen yang frekuensi kerusakannya cukup tinggi.

Komponen Minor : komponen yang frekuensi kerusakannya jarang.

2. How : berarti menentukan bagaimana cara/tindakan pemeliharaan yang diambil :

Inspeksi rutin.

Preventive Maintenance.

Corrective Maintenance.

3. Who : berarti menentukan siapa yang akan bertanggung jawab atas kerusakan dan
yang bertanggung jawab untuk mereparasinya.
4. Where : berarti menentukan tempat yang akan digunakan untuk mereparasinya.
5. Why : berarti apa penyebab kerusakan?
6. When : berarti kapan perawatan dilakukan?

74
2.3

Fungsi Distribusi Kerusakan (Failure Distribution)


Distribusi kerusakan merupakan ekspresi matematis usia dan pola kerusakan

mesin

atau

peralatan.

Karakteristik

kerusakan

setiap

peralatan/mesin

akan

mempengaruhi kedekatan yang digunakan dalam menguji kesesuaian dan menghitung


parameter fungsi distribusi kerusakan.
Pada umumnya, karakteristik dari kerusakan setiap mesin tidaklah sama terutama
jika dioperasikan dalam kondisi lingkungan yang berbeda. Suatu peralatan maupun
mesin yang memiliki karakteristik dan dioperasikan dalam kondisi yang sama juga
mungkin akan memberikan nilai selang waktu antar kerusakan yang berlainan.
Suatu kondisi yang berhubungan dengan kebijakan perawatan seperti kebijakan
perawatan pencegahan (preventive) memerlukan informasi tentang selang waktu suatu
mesin akan mengalami kerusakan lagi. Biasanya saat terjadi perubahan kondisi mesin
dari kondisi bagus menjadi rusak lagi, tidak dapat diketahui dengan pasti. Akan tetapi,
dapat diketahui probabilitas terjadinya perubahan tersebut.

75
2.4

Fungsi Distribusi Kumulatif


Fungsi distribusi kumulatif merupakan fungsi yang menggambarkan probabilitas

terjadinya kerusakan sebelum waktu t. Probabilitas suatu sistem atau peralatan


mengalami kegagalan dalam beroperasi sebelum waktu t, yang merupakan fungsi dari
waktu yang secara matematis dapat dinyatakan sebagai:
t

F(t) =

f (t )dt

untuk t 0

Keterangan
F (t) : fungsi distribusi kumulatif
f (t) : fungsi kepadatan peluang
Jika t maka F (t) = 1

2.5

Fungsi Kehandalan (Reliability)


Berdasarkan pendapat dari Ebeling (1997, p23) kehandalan merupakan

probabilitas sistem atau komponen akan berfungsi hingga waktu tertentu (t). Pengertian
fungsi kehandalan adalah probabilitas suatu sistem atau komponen akan beroperasi
dengan baik tanpa mengalami kerusakan pada suatu periode waktu t dalam kondisi
operasional yang telah ditetapkan. Probabilitas kerusakan dari suatu fungsi waktu dapat
dinyatakan sebagai berikut:
F (t)

= P (T t), dimana:

= variabel acak kontinu yang menyatakan saat terjadinya kegagalan

F (t) = probabilitas bahwa kerusakan terjadi sebelum waktu T = t (fungsi


distribusi)
Kehandalan dapat diuraikan sebagai berikut:

76
R (t) = P (T t ), dimana:
R(t) merupakan distribusi kehandalan, probabilitas bahwa kegagalan tidak akan
terjadi sebelum t, atau probabilitas bahwa waktu kerusakan lebih besar atau sama dengan
t.
2.6

Laju Kerusakan (Failure Rate)


Laju kerusakan (failure rate) dari suatu peralatan atau mesin pada waktu t adalah

probabilitas dimana peralatan mengalami kegagalan atau kerusakan dalam suatu interval
waktu berikutnya yang diberikan dan diketahui kondisinya baik pada awal interval,
sehingga dianggap sebagai suatu probabilitas kondisional. Notasinya adalah (t ) atau
R (t).
2.6.1

Fungsi Laju Kerusakan


Fungsi laju kerusakan diartikan sebagai limit dari laju kerusakan dengan t 0,

dengan demikian fungsi laju kerusakan sesaat dan fungsi laju kerusakan dapat diartikan
sebagai berikut:

[R(t + t ) R (t )] 1

t + 0
R(t )
t

(t ) = lim
(t ) =

dR(t ) 1

dt
R(t )

(t ) =

f (t )
untuk t 0
R(t )

Keterangan

(t ) : fungsi laju kerusakan


f (t) : fungsi kepadatan peluang
R (t) : fungsi kehandalan

77

f (t)

ta

tx

ty

tz

Gambar 2.5 Fungsi Kepadatan Peluang


Sumber : Patrick, D.T. OConnor 2001. Practical Reliability Engineering.
Fourth edition. John Wiley & Sons, LTD.
2.6.2

Pola Dasar Laju Kerusakan

Pola dasar dari fungsi laju kerusakan (t ) akan berubah sepanjang waktu dari
produk tersebut mengalami usaha. Kurva laju kerusakan atau bathtub curve merupakan
suatu kurva yang menunjukkan pola laju kerusakan sesaat yang umum bagi suatu
produk. Pada umumnya laju kerusakan suatu sistem selalu berubah sesuai dengan
bertambahnya waktu. Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa laju kerusakan suatu
produk akan mengikuti suatu pola dasar sebagai berikut:

78

Usefull life

Failure rate

Burn in

Wear out

Random Failure

Early
Failure

Wear-out
Failure

Running Period

Operation Period

Winding Up Period

Time

Gambar 2.6 Kurva Laju Kerusakan


Menurut Patrick (2001, p11) setiap periode waktu mempunyai karakteristik
tertentu yang ditentukan oleh laju kerusakannya, yaitu:
a. Kerusakan awal (early failure)
Periode ini disebut juga running period (wear in period) yang ditandai dengan
penurunan laju kerusakan. Laju kerusakan yang terjadi pada tahap/fase ini disebut
juga kerusakan awal. Bisa disebabkan oleh desain yang tidak tepat, kesalahan
pemakaian, kesalahan pengepakan, pengendalian kualitas yang tidak memenuhi
syarat, performansi material dan tenaga kerja di bawah standar, dan sebagainya.
Apabila kerusakan ini terjadi dan diganti dengan produk atau komponen baru maka
akan terjadi peningkatan reliability.
b. Pengoperasian Normal (useful life region/chance failure)
Periode ini ditandai dengan laju kerusakan yang tetap/konstan. Kerusakan yang
terjadi pada fasa/tahap ini disebabkan oleh kesalahan manusia atau adanya
penambahan beban secara tiba-tiba.

79
c. Periode wear out (wear out failure)
Periode ini ditandai dengan peningkatan yang tajam pada laju kerusakan karena
memburuknya kondisi peralatan/mesin yang ada. Sebaiknya dilakukan perawatan
pencegahan apabila suatu alat telah memasuki fasa ini agar dapat mengurangi
terjadinya kerusakan yang lebih fatal. Penyebabnya adalah peralatan atau mesin yang
digunakan sudah melebihi umur produk, terjadinya keausan karena pemakaian dan
korosi (ditandai dengan berkarat), dan perawatan yang tidak memadai.
Berdasarkan gambar 2.6 di atas, periode kerusakan awal (early failure) dapat
didekati dengan distribusi Weibull, sedangkan periode pengoperasian Normal (chance
failure) dapat dipenuhi dengan distribusi Weibull dan distribusi Eksponential. Dan yang
terakhir periode wear out failure dapat didekati dengan distribusi Weibull dan distribusi
Lognormal .
Perhitungan laju kerusakan berdasarkan distribusi menunjukkan tindakan
alternative pada komponen pada mesin. Apabila identifikasi distribusi menunjukkan
bahwa waktu kerusakan memiliki laju kerusakan yang konstan atau menurun
(berdistribusi Weibul atau Eksponential dengan 1 , maka kegiatan preventive
maintenance tidak akan efektif untuk dilaksanakan karena tidak akan meningkatkan
kehandalan mesin sehingga usulan tindakan perawatan pencegahan yang dilakukan
hanya berupa pemeriksaan saja. Sedangkan bila interval kerusakan memiliki laju
kerusakan meningkat (berdistribusi Normal, Lognormal

dan Weibull dengan > 1 ),

maka tindakan preventive maintenance yang diusulkan bisa berupa pemeriksaan saja
maupun penggantian komponen pada preventive maintenance.

80
2.7

Distribusi Kerusakan

Pendekatan yang digunakan untuk mencari kecocokan antara distribusi


keandalan dengan data kerusakan; terbagi 2 cara, yaitu:
1. Menurunkan distribusi kehandalan secara empiris langsung dari data kerusakan.
Dengan kata lain, kita menentukan model matematis untuk kehandalan, laju
kerusakan, dan rata-rata waktu kerusakan secara langsung berdasarkan pada data
kerusakan. Cara ini disebut juga dengan non-parametric method. Hal ini dikarenakan
metode ini tidak membutuhkan spesifikasi dari distribusi secara teoritis tertentu dan
selain itu juga tidak membutuhkan penaksiran dari parameter untuk distribusi.
2. Mengidentifikasi sebuah distribusi kehandalan secara teoritis, menaksir parameter,
dan kemudian melakukan uji kesesuaian distribusi. Metode ini akan menggunakan
distribusi teoritis dengan tingkat kecocokan tertinggi dan data kerusakan sebagai
model distribusi reliabilitas yang digunakan untuk menghitung kehandalan, laju
kerusakan, dan rata-rata waktu kerusakan.
Berdasarkan kenyataan bahwa hampir semua data kerusakan umum memiliki
kecocokan yang tinggi terhadap suatu distribusi tertentu, maka cara kedua umumnya
lebih disukai daripada cara pertama. Cara kedua juga memiliki beberapa keunggulan
(Ebeling,1997,p358), yaitu:
1. Model empiris tidak menyediakan informasi di luar range dari data sampel,
sedangkan dalam model distribusi teoritis, ekstrapolasi melebihi range data sampel
adalah mungkin untuk dilakukan.
2. Yang ingin diprediksi adalah data kerusakan secara keseluruhan, bukan hanya
terbatas pada sampel saja karena sampel hanya merupakan sebagian kecil dari

81
populasi yang diambil secara acak, sehingga model kerusakan tidak cukup, bila
hanya dibentuk berdasarkan data sampel saja.
3. Distribusi teoritis dapat juga digunakan untuk menggambarkan berbagai macam laju
kerusakan.
4. Ukuran sampel yang kecil menyediakan informasi yang sedikit mengenai proses
kegagalan. Akan tetapi, jika sampel konsisten terhadap distribusi teoritis, maka hasil
prediksi yang lebih kuat dapat diperoleh.
5. Distribusi teoritis lebih mudah untuk digunakan dalam menganalisa proses
kegagalan yang kompleks.
Terdapat 4 macam distribusi yang digunakan agar dapat mengetahui pola data
yang terbentuk, distribusi tersebut antara lain : distribusi Weibull, Exponential, Normal
dan Lognormal .
Distribusi kerusakan merupakan ekspresi matematis usia dan pola kerusakan
mesin

atau

peralatan.

Karakteristik

kerusakan

setiap

peralatan/mesin

akan

mempengaruhi kedekatan yang digunakan dalam menguji kesesuaian dan menghitung


parameter fungsi distribusi kerusakan. Pada umumnya, karakteristik dari kerusakan
setiap mesin tidaklah sama terutama jika dioperasikan dalam kondisi lingkungan yang
berbeda. Suatu peralatan maupun mesin yang memiliki karakteristik dan dioperasikan
dalam kondisi yang sama juga mungkin akan memberikan nilai selang waktu antar
kerusakan yang berlainan. Suatu kondisi yang berhubungan dengan kebijakan perawatan
seperti kebijakan perawatan pencegahan (preventive) memerlukan informasi tentang
selang waktu suatu mesin akan mengalami kerusakan lagi. Biasanya saat terjadi
perubahan kondisi mesin dari kondisi bagus menjadi rusak lagi, tidak dapat diketahui
dengan pasti. Akan tetapi, dapat diketahui probabilitas terjadinya perubahan tersebut.

82
2.7.1

Distribusi Weibull

Distribusi Weibull merupakan distribusi yang paling banyak digunakan untuk


waktu kerusakan karena distribusi ini baik digunakan untuk laju kerusakan yang
meningkat maupun laju kerusakan yang menurun.
Terdapat dua parameter yang digunakan dalam distribusi ini yaitu yang disebut
dengan parameter skala (scale parameter) dan yang disebut dengan parameter bentuk
(shape parameter).
Fungsi reliability yang terdapat dalam distribusi Weibull yaitu (Ebeling, 1997,
p59) :
Reliability function : R(t ) = e

t
( )

Dimana > 0, > 0, dan t > 0

Dalam distribusi Weibull yang menentukan tingkat kerusakan dari pola data yang
terbentuk adalah parameter . Nilai-nilai yang menunjukkan laju kerusakan terdapat
dalam tabel berikut (Ebeling, hal 63) :
Tabel 2.1 Nilai Parameter Bentuk () Distribusi Weibull
Nilai
0 < <1
=1

1<<2
=2
>2
34

Laju Kerusakan
Laju kerusakan menurun (decreasing failure rate) DFR
Laju kerusakan konstan (constant failure rate) CFR
Distribusi Exponential
Laju kerusakan meningkat (increasing failure rate) IFR
Kurva berbentuk konkaf
Laju kerusakan linier (linier failure rate) LFR
Distribusi Rayleigh
Laju kerusakan meningkat (increasing failure rate) IFR
Kurva berbentuk konveks
Laju kerusakan meningkat (increasing failure rate) IFR
Kurva berbentuk simetris
Distribusi Normal

Jika parameter mempengaruhi laju kerusakan maka parameter mempengaruhi


nilai tengah dari pola data.

83
2.7.2

Distibusi Exponential

Distribusi Exponential digunakan untuk menghitung keandalan dari distribusi


kerusakan yang memiliki laju kerusakan konstan. Distribusi ini mempunyai laju
kerusakan yang tetap terhadap waktu, dengan kata lain probabilitas terjadinya kerusakan
tidak tergantung pada umur alat. Distribusi ini merupakan distribusi yang paling mudah
untuk dianalisa.
Parameter yang digunakan dalam distribusi Exponential adalah , yang
menunjukkan rata rata kedatangan kerusakan yang terjadi.
Fungsi reliability yang terdapat dalam distribusi eksponential yaitu (Ebeling,
1997, p41) :
Reliability function : R (t ) = e t
Dimana t > 0, > 0

2.7.3

Distribusi Normal

Distribusi Normal cocok untuk digunakan dalam memodelkan fenomena keausan


(kelelahan) atau kondisi wear out dari suatu item. Sebenarnya distribusi ini bukanlah
distribusi reliabilitas murni karena variable acaknya memiliki range antara minus tak
hingga sampai plus tak hingga. Akan tetapi, karena hampir untuk semua nilai dan ,
peluang untuk variable acak yang memiliki nilai negative dapat diabaikan, maka
distribusi Normal dapat digunakan sebagai pendekatan yang baik untuk proses
kegagalan.

84
Parameter yang digunakan adalah (nilai tengah) dan (standar deviasi).
Karena hubungannya dengan distribusi Lognormal , distribusi ini dapat juga digunakan
untuk menganalisa probabilitas Lognormal .
Fungsi reliability yang terdapat dalam distribusi Normal yaitu (Ebeling, 1997,
p69) :
t
Reliability function : R(t ) =


Dimana > 0, > 0 dan t > 0

2.7.4

Distribusi Lognormal

Distribusi Lognormal menggunakan dua parameter yaitu s yang merupakan


parameter bentuk (shape parameter) dan tmed sebagai parameter lokasi (location
parameter) yang merupakan nilai tengah dari suatu distribusi kerusakan.
Distribusi ini dapat memiliki berbagai macam bentuk, sehingga sering dijumpai
bahwa data yang sesuai dengan distribusi Weibull juga sesuai dengan distribusi
Lognormal .
Fungsi reliability yang terdapat pada distribusi Lognormal yaitu (Ebeling, 1997,
p73) :
1
t
Reliability function : R (t ) = 1 ln
s t med

Dimana s > 0, tmed > 0 dan t > 0

85
2.8

Identifikasi Kerusakan Distribusi

Pengidentifikasian distribusi dapat dilakukan dalam 2 tahap, yaitu yaitu Index of


Fit (r) dan Goodness of Fit Test.
2.8.1

Index of Fit (r)

Dengan metode Least Square Curve Fitting, dicari nilai index of fit (r) atau
korelasi antara t; (atau ln t;) sebagai x dengan y yang merupakan fungsi dari distribusi
teoritis terhadap x. Kemudian distribusi yang terpilih adalah distribusi yang nilai index
of fit (r) terbesar distribusi dengan nilai r yang terbesar akan dipilih untuk diuji dengan
menggunakan Goodness of Fit Test.
Rumus umum yang terdapat dalam metode Least Square Curve Fitting adalah:

F (t i ) =
Dimana :

i 0.3
n + 0.4
i = data waktu ke-t
n = jumlah data kerusakan

Index of Fit (r) =

Dimana :

n
n n

n xi y i xi y i
i =1
i =1 i =1
2
n 2 n 2 n 2 n

n
x
x
n
y
y

i i
i
i =1
i =1 i =1

i =1

n = jumlah kerusakan yang terjadi

86
Gradien :

untuk Distribusi Weibull, Normal, Lognormal


n
n n

n xi y i xi y i
i =1 i =1
b = i =1
2
n
n
2
n xi xi
i =1
i =1

untuk Distribusi Exponential


n

b=

x y
i

i =1
n

x
i =1

Intersep :

2
i

a = y bx

Dalam menentukan distribusi yang hendak digunakan untuk menghitung MTTF,


MTTR dan Reliability, proses yang harus dilakukan adalah mencari nilai r untuk
masing-masing distribusi sehingga didapatkan nilai r terbesar yang kemudian akan diuji
lagi menurut hipotesa distribusinya (Ebeling, 1997, p367).

87
Di bawah ini adalah rumus-rumus mencari nilai r ,yaitu:
1.

Distribusi Weibull

rweibull =

n
n n
n xi y i xi y i
i =1
i =1 i =1

n 2 n 2 n 2 n 2
n xi xi n y i y i
i =1 i =1
i =1
i =1

Keterangan:

xi = ln(t i )

y i = ln ln

1
F
(
t
)
i

ti adalah data ke-i


Parameter : = b dan = e
2.

a

b

Distribusi Exponential

reksponential =

n
n n
n xi y i xi y i
i =1
i =1 i =1

n 2 n 2 n 2 n 2
n xi xi n y i y i
i =1 i =1
i =1
i =1

Keterangan:
xi = t i

y i = ln ln

1
F
(
t
)
i

ti adalah data ke-i


Parameter : = b

88
3.

Distribusi Normal

rnormal =

n
n n
n xi z i xi z i
i =1
i =1 i =1

n 2 n 2 n 2 n 2
n x i xi n z i z i
i =1 i =1
i =1
i =1

Keterangan:
xi = t i
zi = -1[F(ti)]

diperoleh dari tabel (z) di lampiran

ti adalah data ke-i


Parameter : =

4.

1
a
dan =
b
b

Distribusi Lognormal

rlog normal =

n
n n
n xi z i xi z i
i =1
i =1 i =1

n 2 n 2 n 2 n 2
n xi xi n z i z i
i =1 i =1
i =1
i =1

Keterangan:

xi = ln(t i )
zi = -1[F(ti)]

diperoleh dari tabel (z) di lampiran

ti adalah data ke-i


Parameter : s =

1
dan tmed = e-sa
b

89
2.8.2

Uji Kebaikan Suai (Goodness of Fit)

Tahap selanjutnya setelah dilakukan perhitungan index of fit adalah pengujian

goodness of fit untuk nilai index of fit yang terbesar. Dilakukan dengan membandingkan
antara hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Ho menyatakan bahwa waktu
kerusakan berasal dari distribusi tertentu dan H1 menyatakan bahwa waktu kerusakan tidak
berasal dari distribusi tertentu.
Pengujian ini merupakan perhitungan statistik yang didasarkan pada sampel waktu
kerusakan. Statistik ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritik yang diperoleh dari
tabel. Secara umum, apabila pengujian statistik ini berada di luar nilai kritik, maka Ho
diterima. Sebaliknya, maka H1 yang diterima. Ada 2 jenis goodness-of-fit test, yaitu:
1. Uji Umum (general tests)
Digunakan untuk menguji beberapa distribusi.
Terdiri dari: uji Chi-Square.
2. Uji Khusus (spesific tests)
Digunakan hanya untuk menguji 1 jenis distribusi. Nilai kritis tergantung dari
Derajat Kepercayaan ( ) pengujian sampel yang ada.
Terdiri dari:
a. Mann's Test untuk Distribusi Weibull,
b. Bartlett's Test untuk Distribusi Exponential,
c. Kolmogorov-Smirnov Test untuk Distribusi Normal dan Lognormal .
Ketika suatu distribusi data waktu kerusakan telah diasumsikan sebelumnya,
dimana asumsi tersebut bisa ditentukan melalui bentuk umum atau bentuk dari plot data
dalam suatu grafik (bisa dalam bentuk versi minitab). Validitas dari asumsi distribusi

90
dapat diketahui melalui suatu pengujian. Hasil pengujian tersebut mempunyai dua
kemungkinan, yaitu asumsi bahwa distribusi bisa diterima atau ditolak.

2.8.2.1 Manns Test untuk Pengujian Distribusi Weibull

Menurut Ebeling, (1997, p400-401) hipotesa untuk melakukan uji ini adalah:
H0 : Data kerusakan berdistribusi Weibull
H1 : Data kerusakan tidak berdistribusi Weibull
Uji statistiknya adalah :
(ln t i +1 ln t i )

Mi
i = k 1+1

M =
k1
(ln t i +1 ln t i )
k2

Mi
i =1

r 1

k1

Mi = Zi+1 - Zi

i 0.5

Zi = ln ln1

n + 0.25

Keterangan:
ti

= data waktu kerusakan yang ke-i

Xi

= ln(ti)

r,n

= banyaknya data

Mi

= nilai pendekatan Mann untuk data ke-i

M,k1,k2

= nilai Mtabel untuk distribusi Weibull lihat distribusi F

v1=k1

v2=k2

k1 =

r
2

k2 =

r 1
bil. bulat terbesar yang lebih kecil dari (r/2)
2

Jika, nilai Mhitung < Mtabel (,k1,k2) maka H0 diterima.

91
2.8.2.2 Bartletts Test untuk Pengujian Distribusi Exponential

Menurut Ebeling, (1997, p399) Hipotesa untuk melakukan uji ini adalah :
H0 : Data kerusakan berdistribusi Eksponential
H1 : Data kerusakan tidak berdistribusi Eksponential
Uji statistiknya adalah :
1 r

1 r
2r ln t i ln t i
R i =1
R i =1

B=
(r + 1)
1+
6r
Keterangan:
ti = data waktu kerusakan ke-i
r = jumlah kerusakan
B = nilai uji statistik untuk uji Bartletts Test
Jika X 12
2

, r 1

< B < X 2
2

, r 1

H0 diterima

92
2.8.2.3 Kolmogorov-Smirnov

untuk

Pengujian

Distribusi

Normal

maupun

Lognormal

Menurut Ebeling, (1997, p402-404) Hipotesa untuk melakukan uji ini adalah :
H0 : Data kerusakan berdistribusi Normal atau Lognormal
H1 : Data kerusakan tidak berdistribusi Normal dan Lognormal
Uji statistiknya adalah : Dn = max{D1,D2}
Dimana,
t t i 1

D1 = max i

1i n
n
s

i
t t

D2 = max i

1i n n
s

ln t
t= i
i =1 n
n

dan

s2 =

(ln t
i =1

t)2

n 1

Keterangan:
ti = data waktu kerusakan ke-i
t = rata-rata data waktu kerusakan

s = standar deviasi
n = banyaknya data kerusakan

Jika, Dn < Dkritis terima H0.


Nilai Dkritis diperoleh dari table critical value for Kolmogorov-Smirnov test for
Normality lihat lampiran

93
2.9

Nilai Tengah dari Distribusi Kerusakan (Mean Time To Failure)

Mean time to failure merupakan ratarata selang waktu kerusakan dari suatu

distribusi kerusakan dimana rata-rata waktu ini merupakan waktu ekspektasi terjadinya
kerusakan dari unit-unit identik yang beroperasi pada kondisi Normal. MTTF sering
digunakan untuk menyatakan angka ekspektasi E(t) dan dapat dinyatakan dengan:

E(t) = t. f (t )dt
0

Dan integral dari t.f(t) dt dapat dinyatakan dengan:


tp

tf (t )dt =
0

(t )2

t
exp

+ N
2
2

2

Perhitungan nilai MTTF untuk masingmasing distribusi, yaitu:


a.

Distribusi Weibull (Ebeling, 1997, p59)

1
MTTF = .1 +

1
Nilai 1 + didapat dari

(x) = tabel fungsi Gamma (lihat di lampiran)
b.

Distribusi Eksponential

MTTF =
c.

Distribusi Normal

MTTF =
d.

Distribusi Lognormal

MTTF = t med .e

s2
2

94
2.10

Nilai Tengah dari Distribusi Perbaikan (Mean Time To Repair)

Dalam menghitung rata-rata atau penentuan nilai tengah dari fungsi probabilitas
untuk waktu perbaikan, sangatlah perlu diperhatikan distribusi data perbaikannya.
Penentuan untuk pengujian ini dilakukan dengan cara yang sama dengan yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Menurut Ebeling (1997, p192), MTTR diperoleh dengan rumus:

MTTR = th(t )dt = (1 H (t ) )dt dimana,


h(t) = fungsi kepadatan peluang untuk data waktu perbaikan (TTR)
H(t) = fungsi distribusi kumulatif untuk data waktu perbaikan (TTR)

Perhitungan nilai MTTR untuk masingmasing distribusi, yaitu:


a.

Distribusi Weibull

1
MTTR = .1 +

1
Nilai 1 + didapat dari

(x) = tabel fungsi Gamma (lihat di lampiran)
b.

Distribusi Eksponential

MTTR =
c.

Distribusi Normal dan Lognormal

MTTR = t med .e

s2
2

95
2.11

Model Penentuan Interval Waktu Penggantian Pencegahan Optimal

Model penentuan penggantian pencegahan berdasarkan kriteria minimasi


downtime digunakan dengan menentukan waktu terbaik dilakukannya penggantian
sehingga total downtime per unit waktu dapat terminimasi. Penggantian dilakukan untuk
menghindari terhentinya mesin akibat kerusakan komponen. Model ini digunakan untuk
mengetahui interval waktu penggantian pencegahan yang optimal sehingga meminimasi
total downtime.
Ada 2 jenis model perawatan untuk penggantian yaitu sebagai berikut :
1.

Block Replacement
Jika pada selang waktu tp tidak terdapat kerusakan, maka tindakan penggantian
dilakukan pada suatu interval tp yang tetap. Jika sistem rusak sebelum jangka
waktu tp, maka dilakukan penggantian kerusakan dan penggantian selanjutnya
akan tetap dilakukan pada saat tp dengan mengabaikan penggantian perbaikan
sebelumnya.

2.

Age Replacement
Dalam metode ini tindakan penggantian dilakukan pada saat pengoperasiannya
sudah mencapai umur yang ditetapkan yaitu sebesar tp. Jika pada selang waktu tp
tidak terdapat kerusakan, maka dilakukan penggantian sebagai tindakan korektif.
Perhitungan umur tindakan penggantian tp dimulai dari awal lagi dengan
mengambil acuan dari waktu mulai bekerjanya system kembali setelah dilakukan
tindakan perawatan korektif tersebut.

96
Model penentuan interval waktu penggantian pencegahan berdasarkan kriteria
minimasi downtime yang digunakan adalah Age Replacement (Jardine, hal 94). Dalam
penggunaan model ini perlu diketahui konstruksi modelnya yaitu :
Tf = downtime yang dibutuhkan untuk melakukan penggantian kerusakan.
Tp = downtime yang dibutuhkan untuk melakukan penggantian pencegahan.
f(t) = fungsi kepadatan probabilitas waktu kerusakan.
Pada model Age Replacement ini, tindakan penggantian pencegahan dilakukan
pada saat pengoperasian telah mencapai umur yang telah ditetapkan yaitu tp. Hal ini
dilakukan jika pada selang waktu tp tidak terjadi kerusakan. Apabila sebelum waktu tp,
sistem ini tidak mengalami kerusakan maka dilakukan penggantian sebagai tindakan
perawatan korektif. Penggantian selanjutnya akan dilakukan pada saat tp dengan
mengambil waktu acuan dari waktu beroperasinya sistem setelah dilakukan tindakan
perawatan korektif. Metode ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Penggantian
Kerusakan

Penggantian
Kerusakan

Penggantian pencegahan

Tf

tp

Tp

Tf

Gambar 2.7 Model Age Replacement

97
Total downtime per unit waktu untuk penggantian pencegahan pada saat tp
didenotasikan dengan D (tp) yakni : (Jardine, hal 96)
D(tp ) =

Total ekspektasi downtime per siklus


ekspektasi panjang siklus

Total ekspektasi downtime per siklus = Tp.R(tp ) + (1 R(tp ) )


Ekspektasi panjang siklus = (tp + Tp ).R(tp ) + (M (tp ) + Tf )(
. 1 R(tp ) )
Dengan demikian total downtime per unit waktu adalah :

D(tp ) =

T p .R (tp ) + (1 R(tp ))
(tp + T p ).R(tp ) + ( M (tp )) + T f ).(1 R(tp ))

Dimana :
tp

= interval waktu penggantian pencegahan

Tf

= downtime yang terjadi karena penggantian kerusakan.

Tp

= downtime yang terjadi karena penggantian pencegahan

F(t)

= fungsi distribusi interval antar kerusakan yang terjadi

R(tp) = probabilitas terjadinya penggantian pencegahan pada saat tp


M(tp) = waktu rata-rata terjadinya kerusakan jika penggantian
pencegahan dilakukan pada tp
D(tp) = downtime persatuan waktu
Sementara nilai tingkat ketersediaan (availability) dari interval penggantian
pencegahan / D(tp)min dapat diketahui dengan rumus A(tp) = 1-D(tp)min.

98
2.12

Model Penentuan Interval Waktu Pemeriksaan Optimal

Selain pencegahan, juga perlu dilakukan tindakan pemeriksaan yang terjadi


secara tiba-tiba. Konstruksi model interval waktu pemeriksaan optimal tersebut adalah :
( Jardine, hal 108)

1/ = Waktu rata-rata perbaikan

1/ i = Waktu rata-rata pemeriksaan

Total downtime per unit waktu merupakan fungsi dari frekuensi pemeriksaan (n)
dan didenotasikan dengan D(n) yakni :
D(n) = downtime untuk perbaikan kerusakan + downtime untuk pemeriksaan
D ( n) =
Dimana :

( n) n
+

(n) = laju kerusakan yang terjadi


n

= jumlah pemeriksaan per satuan waktu

= berbanding terbalik dengan 1/

= berbanding terbalik dengan 1/ i

Diasumsikan laju kerusakan berbanding terbalik dengan jumlah pemeriksaan :

( n) = k / n
Dan karena : ( Jardine, hal 109 )
D ( n) =

( n) n
+

Maka : (n) = k / n 2
Dan : D ' (n) =

( n) 1
+
n2 i

99
Dimana :

1
MTTR
=
(1 / jam kerja/bln

Nilai berbanding terbalik dengan 1/ i :


1
waktu 1 x pemeriksaan
=
(1 / i )
jam kerja/bln

Nilai i berbanding terbalik dengan 1/i

Nilai K adalah nilai konstan dari jumlah kerusakan per satuan, sehingga jumlah
pemeriksaan optimal dapat diperoleh :
n=

k i

Interval waktu pemeriksaan ( ti) =

jam kerja/bln
n

Sementara nilai tingkat ketersediaan ( avaibility ) jika dilakukan n pemeriksaan


bisa diketahui dengan rumus : A(n) = 1 D(n).

100
2.13

Tingkat Ketersediaan (Availability) Total

Pada perhitungan Availability total komponen kritis bertujuan untuk mengetahui


tingkat ketersediaan / kesiapan mesin untuk beroperasi kembali saat mesin tersebut telah
diperbaiki.
Tingkat ketersediaan berdasarkan interval waktu penggantian pencegahan dan
tingkat ketersediaan berdasarkan interval pemeriksaan merupakan 2 kejadian yang saling
bebas dan tidak saling mempengaruhi. Sehingga berdasarkan teori peluang dua kejadian
bebas, nilai peluang kejadian saling bebas sama dengan hasil perkalian kedua
availability tersebut. ( Walpole, hal 101)

2.14

Reliabilitas

dengan

Preventive

Maintenance

dan

Tanpa

Preventive

Maintenance

Peningkatan kehandalan dapat ditempuh dengan cara preventive maintenance.


Dengan preventive maintenance, maka pengaruh wear-out mesin atau komponen dapat
dikurangi dan menunjukkan hasil yang cukup signifikan terhadap umur sistem.
Berdasarkan sistem yang ada peningkatan tingkat keandalan (Reliability) sering dicapai
dengan program Preventive Maintenence. Preventive Maintenence ini dapat mengurangi
kerusakan karena usia yang sudah tua atau sudah saatnya mengalami kerusakan (wearout) dan mempunyai pengaruh yang besar dalam umur ekonomis suatu peralatan dan
sistem.

101
1
t
R (T) = 1 - ln
s t med

degan Distribusi Lognormal

1
t
R (T) = 1 ln
s t med

1 t nt

R (t - nT) = 1 - ln
s
t
med

Rm (t) = R(T) n R(t nT )


Dimana :
T

= Age Replacement

= Jumlah Penggantian ke n

R (t)

= Keandalan sebelum dilakukan perawatan ( saat ini )

R (T) n = Probabilitas keandalan hingga mulai dilakukannya perawatan

R(t - nT) = Probabilitas reliability untuk waktu t-nT dari tindakan


preventive maintenence yang terakhir
Rm (t) = Keandalan setelah dilakukan Preventive Maintnence

102
Menurut Ebeling (1997, p204), model kehandalan berikut mengasumsikan sistem
kembali ke kondisi baru setelah menjalani preventive maintenance. Keandalan pada saat
t dinyatakan sebagai berikut :
Rm(t) = R(t)

untuk 0 t < T

Rm(t) = R(T).R(t-T)

untuk T t < 2T

Keterangan:
T

= interval waktu penggantian pencegahan kerusakan

Rm(t) = kehandalan (reliability) dari sistem dengan preventive maintenance


R(t)

= kehandalan (reliability) dari sistem tanpa preventive maintenance

R(T)

= peluang dari kehandalan hingga preventive maintenance pertama

R(t-T) = peluang dari kehandalan antara waktu t-T setelah sistem


dikembalikan pada kondisi awal pada saat T.

Secara umum persamaannya adalah :


Rm(t) = R(T)n.R(t-nT)

untuk nT t (n+1)T, dimana n = 1,2,3,dst

Keterangan:
n

= jumlah perawatan

Rm(t) = reliability dengan preventive maintenance


R(T)n = probabilitas kehandalan hingga n selang waktu perawatan
R(t-nT)= probabilitas kehandalan untuk waktu t-nT dari tindakan preventive
maintenance yang terakhir.

103
Untuk laju kerusakan yang konstan : R(t) = e t maka,
Rm(t) = (e t )n e t (t nT )
Rm(t) = e nt e t e nt
Rm(t) = e t
Rm(t) = R(t)
Berdasarkan rumus di atas, ini membuktikan bahwa distribusi eksponential, yang
memiliki laju kerusakan konstan, bila dilakukan preventive maintenance tidak akan
menghasilkan dampak apapun. Dengan demikian, tidak ada peningkatan reliability
seperti yang diharapkan, karena Rm(t) = R(t)

2.15

Perhitungan Biaya Failure dan Biaya Preventive

Secara teoritis, total biaya pemeliharaan dapat digambarkan bahwa biaya


pemeliharaan korektif (breakdown maintenance) akan berbanding terbalik dengan
pemeliharaan preventif (preventive maintenance), seperti diuraikan kurva gambar 2.8.
Pemeliharaaan produktivitas secara total dapat dilakukan dengan jalan berikut
(Tampubolon, 2004, p253) :
1. Mendesain mesin atau peralatan yang memiliki reliabilitas tinggi, mudah
dioperasikan dan mudah untuk dipelihara.
2. Analisa biaya investasi untuk mesin atau peralatan dengan pelayanan (service) dari
pemasok dan biaya-biaya pemeliharaanya.
3. Mengembangkan perencanaan pemeliharaan preventif yang dapat dimanfaatkan
secara praktis oleh operator, bagian pemeliharaan, dan teknisi.

104
4. Melatih pekerja untuk mengoperasikan mesin atau peralatan, termasuk cara
memeliharanya.

Gambar 2.8 Kurva Total Cost of Maintenance

Melaksanakan kegiatan pemeliharaan terdapat 2 persoalan utama yang dihadapi


perusahaan (Tampubolon, 2004, p253), yaitu:
a.

Persoalan teknis.
Persoalan teknis menyangkut usaha untuk menghilangkan kemungkinan timbulnya
kemacetan karena kondisi fasilitas atau peralatan konversi yang tidak baik. Dalam
kondisi teknis yang perlu diperhatikan, antara lain :
Tindakan-tindakan apa yang diperlukan untuk memelihara atau merawat

peralatan yang ada dan untuk memperbaiki mesin dan peralatan yang rusak.
Alat-alat atau komponen apa yang dibutuhkan serta harus disediakan agar

tindakan-tindakan pada bagian di atas dapat dilakukan.

105
b.

Persoalan ekonomis.
Persoalan ekonomis menyangkut bagaimana usaha yang harus dilakukan supaya
kegiatan pemeliharaan mesin dan peralatan yang dibutuhkan secara teknis dapat
efisien dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi yang dapat
menguntungkan perusahaan. Persoalan ekonomis perlu dianalisis terhadap
perbandingan di antara masing-masing tindakan alternatif yang diambil. Adapun
biaya yang terdapat dalam kegiatan pemeliharaan antara lain biaya-biaya
pengecekan, penyetelan (set-up), biaya seperti yang telah diuraikan. Perbandingan
biaya-biaya itu perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Apakah sebaiknya dilakukan preventive maintenance atau corrective
maintenance, dimana biaya-biaya yang perlu diperhatikan adalah :
a. Jumlah biaya-biaya perbaikan yang perlu akibat kerusakan yang terjadi
karena

adanya

preventive

maintenance,

dengan

jumlah

biaya

pemeliharaan dan perbaikan akibat kerusakan yang terjadi, walaupun


sudah diadakan preventive maintenance dalam jangka waktu tertentu.
c. Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang akan dilakukan
terhadap suatu peralatan disertai dengan harganya.
d. Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dibutuhkan oleh
peralatan dengan jumlah kerugian yang dihadapi bila peralatan rusak
dalam operasi konversi.
2. Apakah sebaiknya peralatan yang rusak diperbaiki di dalam perusahaan atau
di luar perusahaan, dengan membandingkan jumlah biaya-biaya yang akan
dikeluarkan.

106
3. Apakah sebaiknya peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Dalam hal ini
biaya-biaya yang perlu diperbandingkan antara lain :
a. Jumlah biaya perbaikan dengan harga pasar atau nilai dari peralatan
tersebut.
b. Jumah biaya perbaikan dengan harga peralatan yang sama di pas
Untuk menghitung total biaya saat failure dan preventive rumus yang digunakan
adalah :
Failure

Tc(tf ) =

Cf
tf

Dimana :

Cf = biaya failure
tf = nilai MTTF
Preventive

Tc(tp) =

{C
{t

p
p

R(t p )}+ {C f (1 R (t p ))}


R(t p )}+ {t f (1 R (t p ))}

Dimana :

Cp

= biaya preventive
biaya teknisi x Tp

Cf

= biaya failure
(biaya teknisi+biaya kehilangan produksi+biaya komponen)x Tf

tp

= interval waktu preventive maintenance

tf

= nilai MTTF

= nilai reliability saat R(tp) atau nilai reliability yang diharapkan

107
2.16

Ekspektasi Penghematan Biaya

Penghematan biaya (cost saving) terjadi apabila selisih antara total failure cost
dengan total preventive cost bernilai positif. Persentasi penghematan biaya dirumuskan
sebagai berikut:
Penghematan biaya = total failure cost-total preventive cost x 100%
total failure cost
Apabila cost saving bernilai positif (+) dan persentasi penghematan biaya cukup
besar (sebanding dengan nilai investasi sistem), maka preventive maintenance perlu
untuk dilakukan. Sedangkan apabila cost saving bernilai negatif (-) dan persentasi
penghematan biaya sangat kecil (tidak sebanding dengan nilai investasi sistem), maka

preventive maintenance tidak perlu untuk dilakukan.

108
2.17

Sistem Informasi

2.17.1 Pengertian Sistem

Definisi sistem menurut beberapa pakar sistem informasi diuraikan sebagai


berikut :

Menurut Raymond McLeod, Jr (2001, p11):


A system is a group of elements that are integrated with the common purpose of

achieving an objective yang berarti sistem adalah sekelompok elemen-elemen


yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Suatu organisasi seperti perusahaan atau suatu bidang fungsional sangat cocok
dengan definisi ini.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p9):


Sistem adalah kumpulan dari komponen yang mengimplementasikan persyaratan

model, function dan interface.

Menurut Davis (1984, p67) :


Sistem dapat terbagi menjadi dua yaitu abstrak maupun fisik. Sebuah sistem
abstrak adalah suatu susunan teratur gagasan atau konsepsi yang saling tergantung
sasaran. Sistem fisik lebih dari sekedar konseptual, karena dapat memperlihatkan
kegiatan atau perilaku. Model umum sebuah sistem terdiri dari masukan, pengolah,
dan keluaran (Davis, 1984, p68).

109
Organisasi terdiri dari sejumlah sumber daya seperti manusia, material, uang,
mesin, dan informasi, dimana sumber daya tersebut bekerja menuju tercapainya suatu
tujuan tertentu yang ditentukan oleh pemilik atau manajemennya. Model dasar dari
sistem ialah sebagai berikut :

Input (masukan)
Merupakan sekumpulan data baik dari luar organisasi maupun dari dalam
organisasi yang akan digunakan dalam proses sistem informasi.

Process (proses)
Merupakan kegiatan konversi, manipulasi, dan analisis dari data input menjadi
lebih berarti bagi manusia.

Output (keluaran)
Merupakan proses mendistribusikan informasi kepada orang atau kegiatan yang
memerlukannya.

Feedback (umpan balik)


Merupakan output yang dikembalikan kepada orang-orang dalam organisasi untuk
membantu mengevaluasi input.

Subsistem
Merupakan sebagian dari sistem yang mempunyai fungsi khusus. Masing-masing
subsistem itu sendiri memiliki komponen input, proses, output, dan feedback.

110
Menurut pendapat McLeod (2001, p11-12), penjelasan hubungan elemen-elemen
dalam sistem yaitu: sumber daya input diubah menjadi sumber daya output. Sumber
daya mengalir dari elemen input, melalui elemen transformasi, ke elemen output. Suatu
mekanisme pengendalian memantau proses transformasi untuk meyakinkan bahwa
sistem tersebut memenuhi tujuannya. Mekanisme pengendalian ini dihubungkan pada
arus sumber daya dengan memakai suatu lingkaran umpan balik (feedback loop) yang
mendapatkan informasi dari output sistem dan menyediakan informasi bagi mekanisme
pengendalian. Mekanisme pengendalian membandingkan sinyal-sinyal umpan balik ke
sasaran dan mengarahkan sinyal pada elemen input jika sistem operasi memang perlu
diubah.
Jika elemen sistem menggambarkan suatu perusahaan manufaktur, sumber daya

input adalah bahan mentah, yang diubah menjadi barang jadi atau jasa melalui proses
manufaktur. Mekanisme pengendaliannya adalah manajemen perusahaan, tujuannya
adalah sasaran-sasaran yang ingin dicapai perusahaan, dan lingkaran umpan baliknya
adalah arus informasi ke dan dari manajemen.

2.17.2 Pengertian Data dan Informasi

Data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi
pemakai. Saat data diproses, ia dapat diubah menjadi informasi. Sedangkan pengertian
informasi menurut McLeod (2001,p15) adalah data yang telah diproses, atau data yang
memiliki arti dan siap dipakai. Informasi juga bisa diartikan sebagai data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
Informasi sangat dibutuhkan karena informasi merupakan suatu dasar dalam
mengambil keputusan dalam perusahaan. Pengolah informasi adalah salah satu elemen

111
kunci dalam sistem konseptual. Pengolah informasi dapat meliputi elemen-elemen
komputer, elemen-elemen non-komputer, atau kombinasi keduanya. Kualitas dari
informasi ditentukan oleh 4 hal, yaitu:
1.

Information quality
Semakin akurat suatu informasi, maka semakin tinggi pula kualitas informasinya.
Akurat berarti informasi tersebut harus bebas dari kesalahankesalahan dan tidak
menyesatkan. Akurat berarti pula suatu informasi harus jelas mencerminkan
maksud dari sumber ke penerimanya. Sehingga pembuat keputusan akan semakin
terbantu dan yakin akan informasi yang diterimanya ketika harus membuat
keputusan.

2.

Information timeless
Informasi yang disediakan oleh sistem informasi dapat dipergunakan oleh orang
yang tepat pada waktu yang tepat untuk mengambil keputusan, kebijakan, atau
tindakan yang tepat.

3.

Information quantity
Informasi yang diperoleh oleh pembuat keputusan harus sesuai dengan kebutuhan.
Jika terlalu sedikit akan menyulitkan dalam membuat keputusan yang akurat dan
tepat waktu. Jika terlalu banyak atau melebihi dari yang dibutuhkan atau dapat
dipergunakan, pembuat keputusan seringkali mengabaikan informasi dari masalah
yang serius.

4.

Information relevan
Informasi yang didapat oleh pembuat keputusan harus mempunyai relevansi
terhadap tanggung jawab dan tugas mereka.

112
2.17.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut McLeod (2001, p2) Informasi merupakan data yang telah diproses atau
data yang memiliki arti. Sedangkan menurut OBrien (2002, p13), informasi adalah data
yang telah dikonversikan menjadi bentuk yang bermakna dan berguna bagi pengguna
akhir. Menurut pendapat ahli lainnya, informasi adalah data yang telah diproses menjadi
bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang
bermanfaat atau prospek keputusan. Jadi ada suatu proses transformasi data menjadi
suatu informasi (input-proses-output). Dari definisi yang disebutkan, informasi dapat
disimpulkan sebagai data yang telah diolah yang mempunyai arti dalam pengambilan
keputusan bagi pihak yang bersangkutan.
Pengertian sistem informasi menurut Mcleod (2001,p4) adalah suatu kombinasi
yang terorganisasi dari manusia, peranti lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi,
dan sumber daya data yang mengumpulkan, mentransformasikan, serta menyebarkan
informasi di dalam sebuah organisasi.
Adapun komponen - komponen dari sistem informasi adalah metode kerja (work

practices), informasi (information), manusia (people), teknologi informasi (information


technologies).
Alasan diperlukannya sistem informasi dalam suatu organisasi ialah sebagai
berikut :
a.

Untuk sinkronisasi aktivitasaktivitas dalam organisasi sehingga semua sumber


daya dapat dimanfaatkan seefektif mungkin.

b.

Perkembangan teknologi yang semakin kompleks.

c.

Semakin pendeknya waktu untuk pengambilan keputusan.

d.

Lingkungan bisnis yang semakin kompetitif.

113
e.

Pengaruh kondisi ekonomi international.

f.

Meningkatnya kompleksitas dari aktivitas bisnis / organisasi.


Dalam suatu organisasi, sistem informasi memiliki beberapa peranan dasar yaitu

sistem informasi berusaha memberikan informasi aktual tentang lingkungan dari


organisasi tersebut sehingga organisasi mendapat gambaran yang akurat tentang
lingkungannya. Selain itu dengan aliran informasinya, sistem informasi berusaha agar
elemen elemen di dalam organisasi selalu kompak dan harmonis dimana tidak terjadi
duplikasi kerja dan lepas satu sama lain. Dengan demikian dapat dilihat bahwa manfaat
dari sistem informasi ialah :
a.

Menjadikan organisasi lebih efisien dan lebih efektif

b.

Lebih cepat tanggap dalam merespon perubahan

c.

Mengelola kualitas output

d.

Memudahkan melakukan fungsi kontrol

e.

Memprediksi masa depan

f.

Melancarkan operasi organisasi

g.

Menstabilkan beroperasinya organisasi

h.

Membantu pengambilan keputusan.

2.17.4 Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan sistem informasi (system development) dapat berarti menyusun


sistem informasi yang benar-benar baru atau yang lebih sering terjadi adalah
menyempurnakan sistem yang telah ada. Juga sering terjadi pengembangan sistem
informasi berbasis komputer dilakukan dengan motivasi untuk memanfaatkan komputer

114
sebagai alat bantu yang dikenal sebagai alat yang cepat, akurat, tidak cepat lelah, serta
tidak mengenal arti kata bosan, untuk melaksanakan instruksi-instruksi pengguna.
Pengembangan sistem informasi yang direalisasikan dengan bantuan komputer
(Computerized Information System) melalui suatu tahapan yang disebut dengan sistem
analisis dan desain. Yang dimaksud dengan sistem analisis dan desain adalah
peningkatan kinerja suatu organisasi dengan tujuan perbaikan prosedur-prosedur dan
metode yang lebih baik. Sistem desain merencanakan suatu sistem baru menggantikan
(dikomplemenkan) dengan sistem usaha lama. Untuk itu diperlukan analisis, yaitu
proses mengumpulkan dan menginterprestasikan kenyataan-kenyataan yang ada,
mendiagnosa persoalan dan menggunakan keduanya untuk memperbaiki sistem.
Sistem analis selain bertugas untuk memecahkan persoalan yang dihadapi juga
diharapkan dapat membantu menangani perencanaan perluasan usaha. Dalam hal ini
sistem pemecahan harus berorientasi ke masa mendatang, jika sistemnya belum ada juga
harus dapat memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan kebutuhan masa depan suatu
usaha dan perubahan yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam
banyak hal, sistem analis harus memiliki inovasi yang tinggi untuk memberikan banyak
cara alternatif untuk memperbaiki situasi. Rencana perbaikan yang diberikan dapat lebih
dari satu strategi dan setelah manajemen memutuskan strategi yang dipilih, baru
dikembangkan strategi tersebut. Sistem desain mirip dengan blueprint yang
memspesifikasikan semua karakteristik yang harus ada pada produk jadi.

115
Menurut Adi Nugroho (2002,p78), pengembangan sistem informasi dilakukan
karena alasan-alasan sebagai berikut :
1.

Adanya permasalahan yang dijumpai pada sistem yang lama


Permasalahan pada sistem yang lama bisa berarti pencatatan data yang tidak
akurat, informasi yang sering terlambat atau sukar diperoleh saat dibutuhkan,
ketida-kefisienan

operasi,

serta

ketidak-amanan

data-data

penting

yang

mengakibatkan permasalahan akses data oleh oknum yang tidak berhak.


2.

Pertumbuhan organisasi
Pada saat organisasi masih kecil, masih mungkin segalanya dilakukan secara
manual dengan jumlah pengelola beberapa orang saja. Namun saat organisasi
berkembang menjadi besar, tidaklah mungkin untuk melakukan segalanya secara
manual. Saat inilah diperlukan otomatisasi pemrosesan data sehingga prosesproses dalam organisasi bisa berjalan dengan cepat serta akurat. Selain itu juga
diperlukan suatu cara tertentu sehingga data-data yang diperlukan sebagai dasar
pengambilan keputusan oleh manajer dapat diperoleh dengan cepat.

3.

Untuk meraih kesempatan-kesempatan


Teknologi informasi telah berkembang dengan cepatnya. Organisasi mulai
merasakan bahwa teknologi informasi perlu digunakan untuk meningkatkan
penyediaan informasi sehingga mendukung penuh dalam proses pengambilan
keputusan yang akan dilakukan oleh para manajer. Dalam keadaan pasar bersaing,
kecepatan informasi sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi serta
rencana-rencana yang telah disusun untuk meraih kesempatan-kesempatan yang
ada. Bila pesaing organisasi berhasil memanfaatkan kesempatan-kesempatan itu,

116
kita akan tertinggal sehingga mungkin akan menjadi terlambat untuk dapat
memanfaatkan kesempatan itu.
Siklus pengembangan sistem adalah kumpulan-kumpulan kegiatan dari analisis
pendesain dan user dari sistem informasi yang dilaksanakan untuk dikembangkan dan
diimplementasikan. Siklus hidup pengembangan sistem informasi menyajikan
metodologi atau proses yang diorganisasikan guna membangun suatu sistem informasi.
Siklus hidup sistem informasi dimulai dari fase perencanaan, fase pembangunan
(investigasi, analisis, desain, implementasi), dan dievaluasi secara terus-menerus untuk
menetapkan apakah sistem informasi tersebut masih layak diaplikasikan. Jika tidak maka
sistem informasi tersebut akan diganti dengan yang baru dan dimulai dari perencanaan
kembali. Siklus pengembangan sistem informasi terdiri dari aktivitas-aktivitas, yaitu
penyelidikan awal, penentuan kebutuhan sistem, pengembangan prototipe sistem, desain
sistem, implementasi dan evaluasi.

Sumber : Tessy Badriyah, http://newserver.eepis-its.edu/~tessy/simbab2.pdf.

Gambar 2.9 Siklus Pengembangan Sistem

117
2.18

Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Berorientasi Objek

2.18.1 Analisa Sistem

Menurut McLeod (2001, p234) analisa sistem adalah penelitian atas sistem yang
telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaiki. Jadi dapat
disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem yang ada dengan tujuan
penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna sistem.
Menurut Cushing (1991, p327), analisa sistem dapat didefinisikan sebagai proses
penyelidikan kebutuhan informasi pemakai didalam suatu organisasi agar dapat
menetapkan tujuan dan spesifikasi untuk desain suatu sistem informasi.

2.18.2 Konsep Dasar Object Oriented dan Object Oriented Programming

Berorientasi objek merupakan sebuah metode permodelan sistem dari sudut


pandang objek beserta sifatsifatnya. Dalam berorientasi objek, sebuah sistem
dimodelkan dengan objekobjek yang ada didalam sistem, dimana objekobjek tersebut
saling berinteraksi. Sehingga sebuah model yang dirancang dengan menggunakan
pendekatan berorientasi objek umumnya memiliki karakteristik mudah dimengerti, dan
dapat secara langsung berhubungan dengan kenyataan. Karateristik lain yang ada dalam
pendekatan berorientasi objek menurut Nugroho (2002,p11), pendekatan yang dilakukan
lebih pada data bukan pada prosedur atau fungsi, program besar dibagi pada apa yang
disebut dengan objek, struktur data dirancang dan menjadi karakteristik dari objekobjek, fungsi-fungsi yang mengoperasikan data tergabung dalam satu objek yang sama,
objek-objek dapat saling berkomunikasi dengan saling mengirim pesan satu sama lain.

118
Menurut Nugroho (2002,p11), faktor utama ditemukannya pendekatan
berorientasi objek adalah karena adanya kekurangan kekurangan pada pendekatan
terstruktur :
1.

Biaya pengembangan peranti lunak berkembang sesuai dengan berkembangnya


keinginan atau kebutuhan pengguna.

2.

Pemeliharaan yang sukar.

3.

Lamanya penyelesaian suatu proyek.

4.

Jangka waktu penyelesaian proyek selalu terlambat.

5.

Biaya pengembangan peranti lunak yang sangat tinggi, dan sebagainya.


Menurut Heru Irman (http://www.gematel.com/Edisi28/Artikel%20Lepas/lepas3.html),

metodologi berorientasi objek memiliki beberapa konsep dasar, yaitu :


1.

Objek
Objek merepresentasikan sebuah entitas, baik secara fisik, konsep ataupun secara
peranti lunak. Definisi yang formal dari objek adalah sebuah konsep, abstraksi atau
sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan untuk sebuah aplikasi. Sebuah
objek adalah sesuatu yang mempunyai keadaan, kelakuan dan identitas. Keadaan
dari objek adalah satu dari kondisi yang memungkinkan dimana objek dapat
muncul, dan dapat secara normal berubah berdasarkan waktu. Keadaan dari objek
biasanya diimplementasikan dengan kelompok propertinya (disebut atribut), berisi
nilai dari properti tersebut, ditambah keterhubungan objek yang mungkin dengan
objek lainnya. Kelakuan menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan bereaksi
terhadap permintaan dari objek lainnya. Direpresentasikan dengan kelompok pesan
yang direspon oleh objek (operasi yang dilakukan oleh objek). Kelakuan dari objek

119
mendeskripsikan segala sesuatu yang dapat kita lakukan terhadap objek tersebut
dan segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh objek untuk kita. Setiap objek
mempunyai identitas yang unik. Identitas yang unik ini membuat kita dapat
membedakan dua objek yang berbeda, walaupun kedua objek tersebut mempunyai
keadaan dan nilai yang sama pada atributnya.
2.

Kelas
Kelas adalah deskripsi dari kelompok objek dengan properti yang sama (atribut),
kelakuan yang sama (operasi), serta relationship dan semantik yang sama. Dimana
telah dinyatakan, bahwa sebuah objek adalah instansiasi dari kelas. Sebuah kelas
adalah sebuah hasil abstraksi dari sesuatu dengan mengelompokkan karakteristik
yang sejenis dengan mengabaikan karakteristik lainnya.

3.

Atribut
Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan batasan
nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut. Atribut dari suatu
kelas merepresentasikan properti-properti yang dimiliki oleh kelas tersebut. Atribut
mempunyai tipe yang menjelaskan tipe instansiasinya. Hanya sebuah instansiasi
dari kelas (objek) yang dapat mengubah nilai dari atributnya.
Keadaan (state) dari sebuah objek dijelaskan dengan nilai dari atribut-atribut yang
dimilikinya (selain keberadaan hubungan dengan objek lainnya). Dalam sebuah
kelas atribut hanya dinyatakan keberadaan dan batasan nilainya saja, sedangkan
dalam sebuah objek atributnya sudah dinyatakan nilai dan menjelaskan kedudukan/
keadaan dari objek tersebut.

120
4.

Operasi
Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari sebuah objek
dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Sebuah operasi dapat berupa
perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak boleh mengubah
kedudukan dari objek tersebut. Hanya perintah yang dapat mengubah keadaan dari
sebuah objek. Keluaran dari sebuah operasi tergantung dari nilai keadaan terakhir
dari sebuah objek.

2.18.3 Pengertian Class

Objekobjek yang memiliki kesamaan karakteristik dapat dikelompokkan ke


dalam suatu kelompok, yang dinyatakan dengan Class. Menurut Mathiassen (2000,p4),

Class adalah deskripsi dari kumpulan objekobjek yang mempunyai kesamaan struktur,
pola operasi, dan atribut.
Dapat dinyatakan bahwa sebuah objek dijelaskan di sebuah class, class
menjelaskannya dengan bentuk struktur dan kelakukan dari semua objeknya. Sebuah
objek yang diciptakan dari sebuah class disebut juga instance dari class, dengan kata
lain class adalah deskripsi statik dan objek adalah instance dinamis dari class.

Gambar 2.10 Class

121
2.18.4 Pengertian Objek

Objek adalah sebuah entitas yang dapat menyimpan informasi dan menawarkan
sejumlah operasi untuk mengevaluasi maupun mempengaruhi keadaan entitas itu
sendiri. Sebuah objek ditandai dengan sejumlah operasi dan sebuah state / informasi
yang mengingat akibat / efek dari operasi tersebut.
Menurut Mathiassen (2000,p4), Objek adalah sebuah entitas yang memiliki
identitas, state dan operasi ( behavior).
Objek mempunyai arti kombinasi dari data dan logik yang mewakilkan entitas
dari kenyataan. Objek merepresentasikan sebuah entitas, baik secara fisik, konsep
ataupun secara peranti lunak. Definisi yang formal dari objek adalah sebuah konsep,
abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan untuk sebuah aplikasi.
Sebuah objek adalah sesuatu yang mempunyai keadaan, kelakuan dan identitas.
Keadaan dari objek adalah satu dari kondisi yang memungkinkan dimana objek dapat
muncul, dan dapat secara normal berubah berdasarkan waktu. Keadaan dari objek
biasanya diimplementasikan dengan kelompok propertinya (disebut atribut), berisi nilai
dari properti tersebut, ditambah keterhubungan objek yang mungkin dengan objek
lainnya.
Kelakuan menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan bereaksi terhadap
permintaan dari objek lainnya. Direpresentasikan dengan kelompok pesan yang direspon
oleh objek (operasi yang dilakukan oleh objek). Kelakuan dari objek mendeskripsikan
segala sesuatu yang dapat kita lakukan terhadap objek tersebut dan segala sesuatu yang
dapat dilakukan oleh objek untuk kita. Setiap objek mempunyai identitas yang unik.
Identitas yang unik ini membuat kita dapat membedakan dua objek yang berdeda,

122
walaupun kedua objek tersebut mempunyai keadaan dan nilai yang sama pada
atributnya.
Ciriciri yang dimiliki oleh suatu objek adalah :
1. Setiap objek memiliki suatu identitas, atau informasi individual yang unik, disebut
dengan atribut. Contohnya; seorang mahasiswa mempunyai atribut NIM, dan setiap
mahasiswa mempunyai NIM masingmasing, sehingga ini merupakan suatu identitas
yang unik.
2. Objek dapat melakukan suatu operasi ( behavior).
3. Objek dapat dikomposisikan menjadi bagianbagian yang terpartisi yang dinyatakan
dalam hubungan agregat.

2.18.5 Pengertian Object Oriented

Object oriented adalah berfokus kepada objek itu sendiri. Objek dapat dianggap
sebagai 'kotak hitam' yang menerima dan mengirimkan pesan. Pada peranti lunak,
sebuah kotak hitam selalu terdiri dari kode (instruksi sekuensial komputer) dan data
(informasi dimana instruksi dioperasikan di dalamnya). Secara tradisional kode dan data
selalu dipisahkan, sedangkan pada object oriented, kode dan data digabungkan menjadi
satu bagian yang tidak terpisahkan, yang disebut sebagai objek, dan kita tidak perlu lagi
melihat kedalam isi dari objek yang telah dibentuk, karena semua bentuk komunikasi
dengan objek dilakukan dengan menggunakan pesan. (www.gematel.com).

123
2.18.6 Pengertian Analisa Sistem Berorientasi Objek

Menurut McLeod (2001, p234), analisa sistem merupakan penelitian atas sistem
yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaiki. Jadi,
penelitian sistem yang telah ada, dibuat penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan
oleh pengguna sistem.
Berdasarkan pendapat Bahrami (1999, p79), analisa sistem merupakan proses
menggali kebutuhan-kebutuhan sebuah sistem dan apa yang harus dilakukan sistem
tersebut untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan user. Tujuan dari analisis berorientasi
obyek adalah pertama untuk memahami domain permasalahan dan tanggungjawab
sistem dengan memahami bagaimana user menggunakan atau akan menggunakan
sistem.

2.18.7 Pengertian Perancangan Sistem Berorientasi Obyek

Menurut pendapat OBrien (2002, p352), analisa sistem mencakup apa yang
harus dilakukan sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi dari pengguna, sedangkan
perancangan sistem mencakup bagaimana sebuah sistem dapat memenuhi kebutuhan
ini. Perancangan sistem terdiri dari aktivitas perancangan yang menghasilkan spesifikasi
sistem sesuai dengan kebutuhan yang dikembangkan di dalam proses analisis sistem.
Proses perancangan terdiri dari 3 aktivitas, yaitu :
a.

Perancangan user interface, yaitu merancang tampilan layar untuk mendukung


interaksi antara pengguna dengan aplikasi komputer.

b.

Perancangan basis data, yaitu merancang bagaimana elemen data tersusun dalam
sebuah media dengan struktur yang baik, sehingga mudah diakses.

124
c.

Perancangan proses, yaitu serangkaian perancangan prosedur dan kegiatan


merancang kode-kode program sesuai dengan spesifikasi proses agar sistem
informasi yang dirancang dapat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan.

2.19

Analisis dan Desain Sistem Berorientasi Objek

Menurut Mathiassen et al. (2000, p5), Analisis dan Perancangan Berorientasi


Objek mendeskripsikan dua permasalahan yang berbeda, yakni di dalam sistem dan di
luar sistem. Analisis objek mendeskripsikan fenomena di luar sistem, seperti orang dan
barang, yang dapat berdiri sendiri. Perancangan objek mendeskripsikan fenomena di
dalam sistem yang dapat diawasi. Kita dapat mendeskripsikan behavior mereka sebagai
operasi untuk komputer yang menyelesaikannya.
Menurut Martin dan Odell (1992, p31), analisis dan desain berorientasi obyek
memiliki beberapa karakteristik penting:
a.

Mereka mengubah jalan pikiran kita mengenai sistem. Jalan pikiran OO lebih
alami bagi kebanyakan orang dibandingkan dengan teknik analisis dan desain
secara terstruktur.

b.

Sistem dapat dibuat di luar dari obyek-obyek yang telah ada. Hal ini menunjukkan
tingkat

kemampuan

daur

ulang

yang

tinggi,

yang

menghemat

uang,

memperpendek waktu pengembangan, dan meningkatkan keterandalan sistem.


c.

Kompleksitas

dari

obyek

dapat

digunakan

untuk

perkembangan

yang

berkelanjutan, karena obyek-obyek dibangun di luar dari obyek-obyek lain.


d.

Tempat penyimpanan CASE seharusnya berisikan library dari tipe-tipe obyek,


beberapa diperoleh dari pembelian dan beberapa lainnya diperoleh dari built-in-

house.

125
e.

Pembuatan sistem yang bekerja dengan benar adalah lebih mudah dibandingkan
dengan teknik OO.

f.

Teknik OO memiliki sifat alami yang sesuai dengan teknologi CASE.

2.19.1 Pengertian OOAD (Object Oriented Analysis Design)

Menurut Mathiassen, et.al. (2000, p12), OOAD merupakan sekumpulan petunjuk


umum yang keseluruhan, dan komponen-komponen sistem. Perspektif-perspektif
tersebut mengarahkan kepada aktivitas analisis dan perancangan. Untuk membuat
metode kita menjadi lebih berguna, kita merancangnya hingga terdapat penyesuaian,
perkembangan, dan substitusi bagian dapat dengan mudah diimplementasikan.
OOAD bercermin pada empat perspektif dalam sebuah sistem dan konteksnya:
isi sistem informasi, bagaimana sistem akan digunakan, sistem dihubungkan pada empat
aktivitas OOAD, yaitu Problem Domain Analysis, Application Domain Analysis,

Architectural Design, dan Component Design. Setiap aktivitas tersebut menuju pada
hasil yang spesifik.

2.19.2 Keunggulan dan Kelemahan OOAD

Keunggulan OOAD (McLeod, 2001, pp613-614) yaitu:


1.

Reusability
Kemampuan untuk menggunakan kembali pengetahuan dan kode program yang
ada, dapat menghasilkan keunggulan saat suatu sistem baru dikembangkan atau
sistem yang ada dipelihara atau direkayasa ulang. Setelah suatu objek diciptakan,
ia dapat digunakan kembali, mungkin hanya dengan modifikasi kecil di sistem

126
lain. Ini berarti biaya pengembangan yang ditanamkan di satu proyek dapat
memberikan keuntungan bagi proyek-proyek lain.
2. Interoperability
Kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai aplikasi dari beberapa sumber,
seperti program yang dikembangkan sendiri dan peranti lunak jadi, serta
menjalankan aplikasi-aplikasi ini di berbagai platform perangkat keras.
3 Reusability dan interoperability menghasilkan empat keunggulan kuat (McLeod,
2001, pp614-615), yaitu:
- Peningkatan kecepatan pembangunan, karena sistem dirancang seperti dunia
nyata melihatnya.
- Pengurangan biaya pengembangan, karena pengembangan lebih cepat.
- Kode berkualitas tinggi memberikan keandalan lebih besar dan ketangguhan
yang lebih dibandingkan yang biasa ditemukan dalam sistem berorientasi proses.
- Pengurangan biaya pemeliharaan dan rekayasa ulang sistem, karena kode yang
berkualitas tinggi dan kemampuan pemakaian kembali.

Kelemahan OOAD(McLeod, 2001, p615), yaitu:


-

Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis rumit

Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan.

Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk sistem


bisnis.

127
2.20

Konsep Encapsulation, Inheritance, dan Polymorphism

2.20.1 Enkapsulasi (Information Hiding)

Berdasarkan pendapat Mcleod (2001, p331), Encapsulation adalah integrasi data


dengan proses yang berhubungan dengan data itu. Cara yang baik untuk memahami
konsep ini adalah dengan membayangkan suatu obyek sebagai paket hadiah. Label di
bagian luar mengidentifikasikan isi paket, dan itu disebut bagian umum.
Dalam terminologi berorientasi obyek, bagian umum (public part) adalah
definisi data yang tersedia dalam kelas obyek dan proses yang dimungkinkan. Isi paket,
sebaliknya, dinamakan bagian pribadi. Bagian pribadi (private part) terdiri dari data dan
proses spesifik. Tiap kejadian obyek memiliki akses ke data dan kode programnya
sendiri untuk melaksanakan prosesnya. Obyek-obyek lain mengetahui bagian publik
suatu obyek dan dapat meminta jasa tersebut, tetapi mereka tidak memiliki akses ke
bagian pribadi.
Enkapsulasi juga bisa diartikan menyembunyikan cara pengimplementasian
suatu benda dari pengguna, sehingga pengguna hanya tergantung dan berhubungan
dengan antarmuka luarnya saja. Enkapsulasi sering disebut dengan "penyembunyian
informasi". Ini akan memungkinkan pengguna mengoperasikan suatu sistem tanpa harus
mengetahui cara/mekanisme implementasi dari antarmukanya.
Sebagai contoh nyata enkapsulasi adalah saat kita menggunakan sebuah remote

control untuk televisi, maka fungsi-fungsi detail dan cara implementasi fungsi pada
remote control telah terenkapsulasi, kita sebagai pengguna hanya akan berhubungan
dengan tombol-tombol sebagai antarmukanya.

128
2.20.2 Inherintance

Inheritance atau yang biasa kita sebut sebagai warisan merupakan kemampuan
obyek untuk menurunkan sifat, metode, atribut, dan variabel yang dimiliki oleh class
induk/dasarnya tanpa menggunakan banyak kode program, serta dapat ditambahkan
metode, atribut, dan variabel baru. Secara sederhana berarti menciptakan kelas baru
yang memiliki sifat-sifat kelas induknya, ditambah dengan karakteristik yang khas dari
kelas itu sendiri. Objek-objek memiliki banyak persamaan, namun ada sedikit perbedan.
Objek-objek memiliki banyak persamaan, namun ada sedikit perbedan. Contoh
dengan beberapa buah mobil yang mempunyai kegunaan yang berbeda-beda. Ada mobil
bak terbuka seperti truk, bak tertutup seperti sedan dan minibus. Walaupun demikian
objek-objek ini memiliki kesamaan yaitu teridentifikasi sebagai objek mobil, objek ini
dapat dikatakan sebagai objek induk (parent). Sedangkan minibus dikatakan sebagai
objek anak (child), hal ini juga berarti semua operasi yang berlaku pada mobil berlaku
juga pada minibus.

2.20.3 Polymorphism

Polymorphism merupakan kemampuan untuk mendefinisikan beberapa class


dengan fungsi yang berbeda, namun memiliki nama metode dan properti yang identik
dan dapat digunakan secara bergantian pada saat program dijalankan. Polymorphism
adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang berbeda dapat menggunakan

property dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.


Contohnya kita mempunyai antar muka bernama musik, dengan operasi main
dan berhenti, kita menerapkannya pada objek piano, gitar, drum dan bass, maka jika
melakukan

perintah

main

kepada

semua

objek

maka

semua

objek

akan

129
mengimplemetasikan perintah tersebut dengan memainkan alat musik yang bebedabeda, walaupun dengan satu perintah dari antar muka yang sama.

2.21

Unified Modelling Language (UML)

2.21.1 Pengertian Pemodelan (modeling)

Pemodelan (modeling) adalah proses merancang piranti lunak sebelum


melakukan pengkodean (coding). Model piranti lunak dapat dianalogikan seperti
pembuatan blueprint pada pembangunan gedung. Membuat model dari sebuah sistem
yang kompleks sangatlah penting karena kita tidak dapat memahami sistem semacam itu
secara menyeluruh. Semakin kompleks sebuah sistem, semakin penting pula penggunaan
teknik pemodelan yang baik. (http://www.IlmuKomputer.com)
Dengan menggunakan model, diharapkan pengembangan piranti lunak dapat
memenuhi semua kebutuhan pengguna dengan lengkap dan tepat, termasuk faktor-faktor
seperti scalability, robustness, security, dan sebagainya. Selain itu, juga diharapkan
arsitekturnya harus didefinisikan dengan jelas, agar bug mudah ditemukan dan
diperbaiki, bahkan oleh orang lain selain programmer aslinya. Keuntungan lain dari
perencanaan arsitektur yang matang adalah dimungkinkannya penggunaan kembali
modul atau komponen untuk aplikasi piranti lunak lain yang membutuhkan
fungsionalitas yang sama.
Kesuksesan suatu pemodelan piranti lunak dapat ditentukan oleh tiga unsur, yang
kemudian terkenal dengan sebutan segitiga sukses (the triangle for success). Ketiga
unsur tersebut adalah metode pemodelan (notation), proses (process) dan tool yang
digunakan. Memahami notasi pemodelan tanpa mengetahui cara pemakaian yang

130
sebenarnya (proses) akan membuat proyek gagal. Dan pemahaman terhadap metode
pemodelan dan proses disempurnakan dengan penggunaan tool yang tepat.

Metodologi Pemodelan

Proses

Tool

Sumber : http://www.omg.org/gettingstarted/what_is_uml.htm

Gambar 2.11 The Triangle for Success (Segitiga suskes)

2.21.2 Konsep Bahasa UML

Menurut pendapat Booch, Rumbaugh, dan Jacobson (1999, p13), UML (Unified

Modeling Language) adalah sebuah bahasa yang berdasarkan grafik/gambar untuk


memvisualisasi, menspesifikasikan, membangun, dan pendokumentasian dari sebuah
sistem pengembangan software berbasis OO atau Object-Oriented.
UML sendiri juga memberikan standar penulisan sebuah sistem blue print, yang
meliputi konsep bisnis proses, penulisan kelas-kelas dalam bahasa program yang
spesifik, skema database, dan komponen-komponen yang diperlukan dalam sistem

software (http://www.omg.org).

131
UML adalah sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam industri untuk
visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. UML menawarkan
sebuah standar untuk merancang model sebuah sistem (http://www.IlmuKomputer.com).
UML adalah sebuah modeling language, bukanlah sebuah method. Sebagian
besar method, paling tidak dalam prinsipnya, terdiri dari sebuah modeling language dan
sebuah proses. Modeling language adalah notasi (terutama grafikal) yang digunakan

method untuk mengekspresikan rancangan. Proses adalah nasihat atas langkah-langkah


apa yang perlu diambil dalam menjalankan sebuah rancangan.
Dengan menggunakan UML, kita dapat membuat model untuk semua jenis
aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem
operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun. Tetapi
karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep dasarnya, maka
UML lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa-bahasa berorientasi objek
seperti: C++, Java, C# atau VB.NET. Walaupun demikian, UML tetap dapat digunakan
untuk modeling aplikasi prosedural dalam VB atau C.
Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan syntax/semantik.
Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai
diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, dan UML syntax
mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan. Notasi UML
terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebelumnya: Grady Booch OOD
(Object-Oriented Design), Jim Rumbaugh OMT (Object Modeling Technique) dan Ivar
Jacobson OOSE (Object-Oriented Software Engineering).

132
2.21.3 Sejarah Singkat UML

UML merupakan hasil pemikiran dari Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar
Jacobson. Belakangan ini mereka dinamakan The Three Amigos. Ketiga orang ini
bekerja di organisasi yang berbeda pada tahun 80-an dan awal tahun 90-an. Masingmasing mengembangkan metodologinya sendiri mengenai analisis dan desain sistem
berorientasi obyek (Object-Oriented Analysis and Design). Metodologi mereka
mendapatkan keunggulan tersendiri yang membedakan mereka dengan para pesaing
lainnya, seperti: metodologi coad, shlaer-mellor, wirfs-brock dan lain sebagainya.
Jumlah yang menggunakan metoda OO mulai diuji coba dan diaplikasikan antara 1989
hingga 1994, seperti halnya oleh Grady Booch dari Rational Software Co., dikenal
dengan OOSE (Object-Oriented Software Engineering), serta James Rumbaugh dari

General Electric, dikenal dengan OMT (Object Modelling Technique). Di tahun 1994,
Rumbaugh bergabung dengan Rational Software Corporation, dimana Booch bekerja.
Jacobson kemudian bergabung juga dengan Rational setahun kemudian.
Dimulai pada bulan Oktober 1994, The Three Amigos ini yang merupakan tiga
tokoh yang metodologinya banyak digunakan untuk mempelopori usaha untuk
penyatuan metodologi pendesainan berorientasi objek. Saat itu baru dikembangkan draft
metoda UML version 0.8 dan diselesaikan serta di release pada bulan oktober 1995.
Bersamaan dengan saat itu, Jacobson bergabung dan UML tersebut diperkaya ruang
lingkupnya dengan metoda OOSE sehingga muncul release version 0.9 pada bulan Juni
1996. Hingga saat ini sejak Juni 1998 UML version 1.3 telah diperkaya dan direspons
oleh OMG (Object Management Group), Anderson Consulting, Ericsson, Platinum

Technology, ObjectTime Limited, dan lain-lain serta di pelihara oleh OMG yang
dipimpin oleh Cris Kobryn.

133

Sumber : Dharwiyanti, Wahono, http://ikc.tuxed.org/umum/yanti-uml.php, 2003.

Gambar 2.12 Terbentuknya Unified Modelling Language (UML)

Booch, Rumbaugh, dan Jacobson (The Three Amigos) ini menyusun 3 buku
serial tentang UML pada tahun 1999 dengan seri [7] [8] [9]. Sejak saat itulah, UML
telah menjelma menjadi standar bahasa pemodelan untuk aplikasi berorientasi objek.
(OMG - http://www.omg.org)
Menurut pendapat Priestly (1999, p7-8), versi draf UML mulai menjalar industri

software dan menyebabkan perubahan secara bertahap. Oleh karena banyak perusahaan
mulai merasakan UML mampu membawakan sasaran yang strategis, maka UML
konsorsium berkembang pesat. Anggota-anggotanya antara lain adalah DEC, HewlettPackard, Intellicorp, Microsoft, Oracle, Texas Instruments, Rational, dan yang lainnya.
Pada tahun 1997, konsorsium memproduksikan versi 1.0 dari UML dan
mengumpulkannya kepada Object Management Group (OMG) untuk menanggapi
permintaan OMG terhadap sebuah proposal untuk sebuah bahasa modelling yang

134
standar. Konsorsium berkembang, menghasilkan versi 1.1 dan mengumpulkannya pada
OMG, yang telah mengadopsikannya di akhir tahun 1997. OMG mengambil alih
pemeliharaan UML dan memproduksikan dua revisi baru pada tahun 1998. UML
akhirnya menjadi sebuah standar mutlak dalam industri software, dan terus berkembang.

2.21.4 Konsep Dasar UML

Konsep dasar UML bisa dilihat pada tabel berikut ini:


Tabel 2.2 Konsepsi Dasar UML
Major Area

Structural

View

Diagrams

Static View

Class diagram

Use Case View

Use Case Diagram

Implementation
View
Deployment View
State machine view
Activity View

Component
Diagram
Deployment
Diagram
State Chart
Diagram
Activity Diagram

Dynamic

Sequence Diagram
Interaction View

Collaboration
Diagram

Model
Management

Model Management
View

Class diagram

Extensibility

All

All

Main Concepts
Class, association,
generalization, dependency,
realization, interface
Use case, actor, association,
extend, include, use case
generalization
Component, interface,
dependency, realization.
Node, component,
dependency, location
State, event, transition,
action
State, activity, completion
transition, fork, join
Interaction, object, message,
activation
Collaboration, interaction,
Collaboration role, message
Package, subsystem, model

Constraint, stereotype,
tagged values

Sumber : http://www.cetuslinks.org/oo_uml.html

135
Abstraksi konsep dasar UML yang terdiri dari structural classification, dynamic

behaviour, dan model management, bisa dipahami dengan mudah apabila kita melihat
tabel 2.2 di atas dari segi diagram. Main concepts bisa kita pandang sebagai term yang
akan muncul pada saat kita membuat diagram. Dan view adalah kategori dari diagram
tersebut. Langkah-langkah dalam dalam pembuatan diagram UML bisa dilihat 2.21.5
penjelasan di bawah ini.

2.21.5

Diagram UML

2.21.5.1 System Definition

Untuk membuat suatu sistem yang akan diimplementasikan baik secara teknis
maupun sosial hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mengerti struktur,
hubungan, proses detil dari suatu organisasi serta mengevaluasi dan menentukan
teknologi yang relevan untuk mendukung sistem tersebut agar dapat bekerja dengan
semestinya.

System definition (Mathiassen, 2000, p24) adalah suatu deskripsi yang jelas
namun singkat dari sebuah system yang terkomputerisasi dan diekspresikan dengan katakata. Sebuah System Definition menjelaskan property mendasar dari pengembangan
sebuah system dan kegunaannya. System Definition menjelaskan system dalam konteks,
informasi apa saja yang harus dimiliki, fungsi apa saja yang harus tersedia, dimana harus
digunakan dan dalam kondisi apa pengembangan bisa dilakukan.
Sebuah System Definition harus singkat dan tepat dan memiliki penjelasan
yang paling mendasar tentang system tersebut. Keterangan yang ringkas dan tepat
menyediakan rangkuman yang membuat kita lebih mudah dalam membandingkan
dengan pilihan lain yang ada.

136

Sumber : Lab perangkat lunak anapersist 2004-2005

Gambar 2.13 Contoh System Definition

137
2.21.5.2 Rich Picture

Rich picture merupakan suatu penggambaran dari sistem yang membantu


orang awam untuk mengerti keadaan dari sistem yang sedang berjalan maupun sistem
yang akan diusulkan.
Menurut Mathiassen (2000, p27) sebuah rich picture berfokus pada aspekaspek penting dari keadaan yang berjalan, yang ditentukan sendiri oleh sang illustrator.
Bagaimanapun juga, rich picture harus mampu memberikan gambaran yang luas dari
kondisi yang ada sehingga memungkinkan adanya beberapa penafsiran.

Rich picture bukanlah sebuah hasil dan anggota proyek boleh tidak setuju
terhadap gambar yang ada. Pada kenyataannya, pengembang sistem dapat menggunakan

rich picture untuk mengemukakan pandangan yang berbeda dari keadaan yang ada
sebagai dasar dari diskusi terhadap system yang ingin dikerjakan. Berikut ini merupakan
contoh dari rich picture.

138

Sumber : Lab perangkat lunak anapersist 2004-2005

Gambar 2.14 Contoh Rich Picture

139
2.21.5.3 FACTOR Criteria

Menurut Mathiassen (2000, p39) FACTOR criteria memiliki 6 elemen:


1.

Functionality
Fungsi dari system yang mendukung tugas dari application-domain.

2.

Application domain
Bagian dari organisasi yang mengurus, mengawasi atau mengontrol problem

domain.
3.

Conditions
Kondisi seperti apa yang sedang berjalan ketika system dikembangkan dan
digunakan.

4.

Technology
Teknologi yang digunakan dalam mengembangkan system dan teknologi yang
dibutuhkan untuk menjalankan system.

5.

Objects
Objek utama dari problem domain.

6.

Responsibility
Kegunaan system secara keseluruhan.

140
FACTOR criteria dapat digunakan dalam 2 cara. FACTOR dapat digunakan
untuk mendukung pengembangan system-definition, dengan mempertimbangkan secara
hati-hati bagaimana keenam elemen FACTOR diformulasikan atau kita dapat juga mulai
dengan definisi kita terhadap sistem dan kemudian menggunakan criteria untuk melihat
bagaimana system definition memenuhi 6 faktor yang ada.

Tabel 2.3 Contoh FACTOR criteria

Functionality Mencatat barang barang yang terjual, mengetahui total


penjualan dalam satu jangka waktu tertentu misalnya minggu,
bulan, tahun, mengetahui jenis barang yang paling laku dan
yang kurang laku dalam jangka waktu tertentu.
Application

Bagian Penjualan, kasir.

Condition

Sistem harus dapat menyesuaikan dengan naik turun nya harga


Seperangkat PC yang compatible dalam penggunaan java,
printer.

Technology
Object

Kasir, manager, Bagian penjualan, Customer.

Responsibility

Sistem harus dapat menyusun laporan penjualan


Sumber : Lab perangkat lunak anapersist 2004-2005

2.21.5.4 Class Diagram

Class sendiri merupakan sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan


menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain
berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem,
sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/operasi).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa class diagram menggambarkan sekumpulan class,

interface, dan collaboration, dan relasi-relasinya. Class diagram juga menunjukkan


atribut (attribute) dan operasi (operation) dari sebuah objek class.

141
Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan
batasan nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut. Atribut dari suatu
kelas merepresentasikan properti-properti yang dimiliki oleh kelas tersebut. Atribut
mempunyai tipe yang menjelaskan tipe instansiasinya.
Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari sebuah
objek dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Sebuah operasi dapat berupa
perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak boleh mengubah kedudukan dari
objek tersebut. Hanya perintah yang dapat mengubah keadaan dari sebuah objek.
Keluaran dari sebuah operasi tergantung dari nilai keadaan terakhir dari sebuah objek.

Class memiliki 3 area pokok, yaitu nama, atribut, dan metoda/fungsi. Atribut
dan metoda dapat memiliki salah satu sifat berikut ini:

Private : tidak dapat dipanggil dari luar class yang bersangkutan

Protected : hanya dapat dipanggil oleh class yang bersangkutan dan anak-anak
yang mewarisinya.

Public : dapat dipanggil oleh siapa saja


Class dapat merupakan implementasi dari sebuah interface, yaitu class abstrak

yang hanya memiliki metoda. Interface tidak dapat langsung diinstansiasikan, tetapi
harus diimplementasikan dahulu menjadi sebuah class. Dengan demikian interface
mendukung resolusi metoda pada saat run time. Sesuai dengan perkembangan class

model, class dapat dikelompokkan menjadi package.

142
Menurut Booch (1999, p108), class diagram dapat digunakan untuk:

Memodelkan gambaran dari sistem


Melibatkan pembuatan keputusan tentang pertimbangan abstraksi mana yang
menjadi bagian dari sistem dan yang mana yang menjadi batasan. Penggunaan

class diagram untuk menspesifikasikan abstraksi ini dan tanggung jawabnya.

Memodelkan kolaborasi yang sederhana


Kolaborasi merupakan kumpulan class, interface dan elemen lain yang bekerja
bersama untuk menyediakan tingkah laku (behaviour) dari class. Penggunaan class

diagram adalah untuk menvisualisasikan dan menspesifikasi kumpulan class dan


relasinya.

Memodelkan skema database yang logis


Skema di sini adalah blueprint dari konseptual desain dari database. Di banyak

domain, sangat diperlukan penyimpanan informasi yang secara terus-menerus ke


dalam relational database atau object oriented database. Database tersebut dapat
dibuat skemanya dengan menggunakan class diagram.

143

Sumber : Dharwiyanti, Wahono, http://ikc.tuxed.org/umum/yanti-uml.php, 2003.

Gambar 2.15 Contoh Class Diagram

144

Hubungan atau operasi antar kelas digambarkan dengan notasi-notasi, antara


lain:

Association Role
Association adalah hubungan antar benda struktural yang terhubung diantara
obyek. Kesatuan obyek yang terhubung merupakan hubungan khusus, yang
menggambarkan sebuah hubungan struktural diantara seluruh atau sebagian.
Umumnya assosiation digambarkan dengan sebuah garis yang dilengkapi dengan
sebuah label, nama, dan status hubungannya seperti terlihat dalam gambar di
bawah ini.

Company

-Employer

-Employee

Person

Gambar 2.16 Association

Navigability
Merupakan sebuah properti dari role, yang menandakan bahwa ada kemungkinan
untuk melakukan navigasi uni-directional pada association dari objek sumber ke
objek tujuan.

Person

Company

Works for

Gambar 2.17 Navigability

145

Aggregation
Aggregation atau agregasi adalah hubungan bagian dari atau bagian
keseluruhan. Suatu class atau objek mungkin memiliki atau bisa dibagi menjadi

class atau objek tertentu, dimana class atau objek yang disebut kemudian
merupakan bagian dari class atau objek yang terdahulu. Menurut Larman (1998,
p359), ada 2 jenis aggregation, yakni :
1. Composite Aggregation
Disebut juga strong aggregation dimana objek bagian tidak dapat berdiri
sendiri tanpa objek keseluruhan. Jadi, antara objek yang satunya saling
terkait kuat dengan objek lainnya. Merupakan multiplicity pada satu composite
dan dinotasikan dengan filled diamond. Menunjukkan bahwa composite secara
tunggal memiliki the part. Notasinya adalah :

Gambar 2.18 Composite aggregation

2. Shared Aggregation
Merupakan multiplicity pada composite yang lebih dari 1 dan dinotasikan
dengan hollow diamond. Menunjukkan bahwa the part bisa terdapat pada

instance composite.Notasinya adalah :

Gambar 2.19 Shared Aggregation

146
Agregasi adalah bentuk khusus dari association.

Company

Departmen
1

Gambar 2.20 Aggregation

Composition
Composition adalah strong aggregation. Pada composition, objek bagian tidak
dapat berdiri sendiri tanpa objek keseluruhan. Jadi mereka terkait dengan kuat
satu dengan yang lainnya.

Company

Departmen
1

Gambar 2.21 Composition

Generalization
Generalization adalah menggambarkan hubungan khusus dalam obyek anak/child
yang menggantikan obyek parent / induk . Dalam hal ini, obyek anak memberikan
pengaruhnya dalam hal struktur dan tingkah lakunya kepada obyek induk.

Vehicle

Bus

Truck

Car

Gambar 2.22 Generalization

147
2.21.5.5 State Chart Diagram

Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari satu


state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima.
Pada umumnya statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat
memiliki lebih dari satu statechart diagram). Sebuah state diagram menunjukkan
urutan-urutan state dari sebuah objek selama masa hidupnya (life time-nya), sekaligus
dengan event-event yang menyebabkan perubahan dari state tersebut.
Dalam UML, state digambarkan berbentuk segiempat dengan sudut membulat
dan memiliki nama sesuai kondisinya saat itu. Transisi antar state umumnya memiliki
kondisi guard yang merupakan syarat terjadinya transisi yang bersangkutan, dituliskan
dalam kurung siku. Action yang dilakukan sebagai akibat dari event tertentu dituliskan
dengan diawali garis miring. Titik awal dan akhir digambarkan berbentuk lingkaran
berwarna penuh dan berwarna setengah.

Gambar 2.23 Contoh State Chart Diagram

148
2.21.5.6 Use Case Diagram

Use case diagram menggambarkan interaksi antara sistem (use case) dengan
aktor. Aktor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem.

Use Case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem.
Yang ditekankan adalah apa yang diperbuat sistem, dan bukan bagaimana. Use Case
diagram

digunakan

untuk

menyusun

requirement

dari

sebuah

sistem,

mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua
feature yang ada pada sistem.

Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke sistem,


meng-create sebuah daftar belanja dan sebagainya. Seorang actor adalah sebuah entitas
manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaanpekerjaan tertentu.
Menurut Priestly (2000,p325-326), use case diagram menunjukkan aktor-aktor
yang berinteraksi dengan sebuah sistem dan use case yang menjelaskan cara-cara seperti
bagaimana interaksi mengambil tempat. Aktor-aktor dihubungkan dengan use case di
mana mereka dihubungkan dengan sebuah asosiasi.

149

Make Form

Entry Form

CustomerService
Customer
Make Report

Update Goods

Storage

Deliver Order

Gambar 2.24 Contoh Use Case Diagram


Notasi-notasi atau hubungan yang terdapat pada use case diagram, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.4 Use Case Relation
Relationship
Function
Notation
Association
Komunikasi path antara sebuah actor dan sebuah use case
yang ikut berperan serta
Extend
Merupakan fungsi tambahan dari behaviour ke dalam use <<extend>>
case yang tidak diketahui
Use case
Hubungan antara use case umum dengan use case yang
generalization lebih spesifik yang merupakan turunan dan bentuk
tambahan dari use case
Include
Merupakan fungsi tambahan dari behaviour tambahan ke <<include>>
dalam use case yang secara eksplisit menggambarkan
adanya penambahan
Sumber : Booch, Jacobson, Rumbaugh (1999, p65). The Unified Modelling Language Reference Manual. Addison
Wesley Inc.

150
2.21.5.7 Activity Diagram

Activity diagram menampilkan aliran aktivitas dalam sistem yang sedang


dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, keputusan yang mungkin terjadi, dan
bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel
yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity diagram dapat digunakan untuk
memodelkan operasi yang kompleks, memodelkan proses bisnis secara keseluruhan,
memodelkan sebuah use case, atau memodelkan beberapa buah use case.
Sebuah activity dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Decision
digunakan

untuk

menggambarkan

behaviour

pada

kondisi

tertentu.

Untuk

mengilustrasikan proses-proses paralel (fork dan join) digunakan titik sinkronisasi yang
dapat berupa titik, garis horisontal atau vertikal.

Gambar 2.25 Contoh Activity Diagram

151
2.21.5.8 Function

Function fokus kepada apa yang actor lakukan di dalam sistem tersebut. Pada
dasarnya function ditujukan sebagai perhitungan, di mana data yang diterima akan
dirubah menjadi suatu data yang berarti.
Menurut Mathiassen (2000, p136) function adalah suatu fasilitas untuk
membuat suatu model yang berguna untuk actor. Suatu function dapat diaktifkan,
dijalankan dan menghasilkan suatu hasil yang diinginkan.

Function memiliki beberapa tipe, setiap tipe dari sebuah function merupakan
ekspresi atau penggambaran dari hubungan yang terjadi antara model dan konteks sistem
dan setiap function memiliki karakteristik yang dapat membantu ketika ingin
mendefinisikan suatu function.
Tipe dari function antara lain (Mathiassen, 2000, p136) :

Update
Function ini diaktifkan oleh problem domain dan dapat menghasilkan sebuah
perubahan dalam model state.

Signal
Function ini diaktifkan dengan merubah model state dan menghasilkan suatu
reaksi dari dalam sistem, reaksi dapat dilihat oleh actor dalam application domain.

Read
Function ini membutuhkan suatu informasi dari actor untuk dapat diaktifkan dan
sistem dapat menampilkan bagian yang relefan dari suatu model.

152

Compute
Function diaktifkan dengan informasi yang didapatkan dari actor dan terjadi
perhitungan yang melibatkan informasi yang didapat dari actor atau model,
hasilnya ditampilkan dengan hasil perhitungan yang diinginkan.
Tujuan dalam menganalisa suatu function (Mathiassen, 2000, p139) adalah

menentukan kemampuan proses sistem informasi dengan membuat daftar dari function
dengan spesifikasi detil dari function tersebut. Di bawah ini merupakan contoh dari

function list dengan spesifikasi detilnya.


Tabel 2.5 Contoh Function List
Function

Cari
Tambah
Hapus
Ubah
Cancel
Cetak
Hitung jumlah pesanan
Hitung kapasitas
Hitung jumlah mesin
Hitung waktu proses
Create schedule

Complexity
Simple
Simple
Simple
Simple
Simple
Simple
Simple
Medium
Simple
Medium
Very complex

Function Type
Read
Update
Update
Update
Update
Read
Read
Compute
Read, Compute
Compute
Compute

153
2.21.5.9 Sequence Diagram

Menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan sekitar sistem (termasuk


pengguna, display dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu
(Bennet et al., 2006, p253). Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan
dimensi horizontal (objek-objek yang terkait).

Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau


rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk
menghasilkan output tertentu dapat juga dikatakan bahwa untuk menggambarkan
interaksi antar object yang ada pada use case. Diawali dari apa yang men-trigger
aktivitas tersebut, proses dan perubahan yang terjadi secara internal dan output apa yang
dihasilkan.
Setiap sequence diagram harus diberi suatu frame dimana setiap frame tersebut
memiliki heading degan menggunakan notasi sd yang merupakan singkatan dari

sequence diagram (Bennet et al., 2006, pp 253-254). Terdapat beberapa notasi penulisan
heading pada setiap frame yang terdapat pada sequence diagram (Bennet et al., 2006,
p270). Notasi heading pada frame tersebut antara lain :
a. alt
Notasi ini merupakan singkatan dari alternatives yang menyatakan bahwa ada
beberapa alternatif pengerjaan suatu program.
b. opt
Notasi ini adalah singkatan dari optional yang artinya setiap frame yang mempunyai

heading ini memiliki status pilihan dimana akan dijalankan apabila syarat tertentu
terpenuhi.

154
c. loop
Notasi ini merupakan singkatan dari looping yang artinya operation yang ada di
dalam frame tersebut akan dijalankan secara terus menerus pada kondisi tertentu.
d. break
Notasi ini menandakan bahwa seluruh operation yang ada setelah frame tersebut
tidak dijalankan.
e. par
Notasi ini merupakan singkatan dari parallel yang menandakan bahwa operation
yang ada di frame tersebut dijalankan bersama-sama.
f. seq
Notasi ini merupakan singkatan dari weak sequencing yang berarti operation yang
berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan mana saja.
g. strict
Notasi ini menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan. Notasi ini
merupakan singkatan dari strict sequencing.
h. neg
Notasi ini menandakan bahwa operasi tidak valid. Neg merupakan singkatan dari

negative.
i. critical
Notasi critical menyatakan operasi yang ada di dalam suatu frame pada heading ini
tidak memiliki sela yang kosong.
j. ignore
Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan dapat
diabaikan dalam interaksi.

155
k. consider
Notasi ini menyatakan pesan yang harus dipertimbangkan dalam suatu interaksi.
l. assert
Notasi ini singkatan dari assertion yang merupakan urutan dari pesan yang valid.
m. ref
Notasi ini menyatakan bahwa di dalam frame tersebut menunjuk suatu operation
yang ada di dalamnya pada suatu sequence diagram tertentu. Notasi ini merupakan
singkatan dari refer.
Masing-masing objek, termasuk aktor memiliki lifeline vertikal. Message
digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Pada fase desain
berikutnya, message akan dipetakan menjadi operasi/metoda dari class. Activation bar
menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya diawali dengan diterimanya
sebuah message.
Setiap peran memiliki sebuah lifeline yang memanjang di bawahnya. Message
direpresentasikan dengan panah ber-label yang digambarkan dari satu lifeline ke lifeline
lain. Message memberikan sebuah aktivasi. Di ujung aktivasi, return message
menunjukkan arah balik kendali kepada obyek yang memanggil. Parameter dan nilai

return dapat ditunjukkan dalam message. Message dikirim ke obyek dengan sendirinya
untuk memberikan aktivasi nested.
Pembentukan obyek ditunjukkan dengan sebuah message kontruktor yang
melahirkan sebuah peran. Penghancuran obyek ditunjukkan dalam message destroy.

Lifeline dari obyek yang dihancurkan ditunjukkan dalam point destruksi.

156
Menurut Priestly (2000,p327-328), Sequence diagram menunjukkan sebuah
interaksi antara peran atau obyek-obyek prototype dalam sebuah kolaborasi. Notasi
dasar untuk sequence diagram ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.26 Contoh Sequence Diagram

2.21.5.10Component Diagram

Menggambarkan struktur dan hubungan antar komponen piranti lunak,


termasuk ketergantungan (dependency) di antaranya. Komponen piranti lunak adalah
modul berisi code, baik berisi source code maupun binary code, baik library maupun

executable, baik yang muncul pada compile time, link time, maupun run time.
Umumnya komponen terbentuk dari beberapa class dan atau package, tapi
dapat juga dari komponen-komponen yang lebih kecil. Komponen dapat juga berupa

157

interface, yaitu kumpulan layanan yang disediakan sebuah komponen untuk komponen
lain.
Menurut Schmuller (1999,p152), sebuah component diagram berisi component,

interface, dan hubungan (relationship). Bentuk component diagram utama adalah


sebuah segi empat utama yang memiliki dua segi empat lain yang bergantung pada sisi
kiri dari segi empat utamanya. Nama dari komponen dapat ditulis di dalam icon tersebut.
Nama tersebut berupa string.

Component Diagram menggambarkan bagaimana kondisi pengimplementasian


dari objek dan class pada saat penggunaan di lapangan. Component diagram ini juga
menggambarkan aktivitas dan interaksi antara aktor, komponen, class, dan objek.
Contoh dari Component Diagram ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.27 Contoh Component Diagram


2.21.5.11 Deployment Diagram

158
Menggambarkan node dalam membentuk topologi perangkat keras yang
akan digunakan dan konfigurasi komponen-komponen yang ada di dalam sistem.
Sebuah node adalah server, workstation, atau piranti keras lain yang digunakan
untuk men-deploy komponen dalam lingkungan sebenarnya. Hubungan antar

node dan requirement dapat juga didefinisikan dalam diagram ini.


Menurut Schmuller (1999, p14), deployment diagram menunjukkan
arsitektur

sebuah

computer-based

system

secara

fisik.

Diagram

ini

menggambarkan komputer dan peralatannya, menunjukkan hubungan yang satu


dengan yang lain, dan menunjukkan software yang ada dalam tiap mesin. Setiap
komputer menunjukkan sebuah cube, dengan interkoneksinya antara komputer
yang digambarkan sebagai garis yang menghubungkan cuber-cube tersebut.

Server:BankServer
table
AccountDB : Account

:Transactions

Interface1

client:ATMKiosk

:ATM-GUI

Gambar 2.28 Contoh Deployment Diagram


2.21.6 Langkah-Langkah Penggunaan UML

159
Berikut ini adalah tips langkah-langkah pengembangan piranti lunak dengan
menggunakan UML (www.IlmuKomputer.com):
a.

Buatlah daftar business process dari level tertinggi untuk mendefinisikan aktivitas
dan proses yang mungkin muncul.

b.

Petakan use case untuk tiap business process untuk mendefinisikan dengan tepat
fungsionalitas yang harus disediakan oleh sistem. Kemudian perhalus use case
diagram dan lengkapi dengan requirement, constraints dan catatan-catatan lain.

c.

Buatlah deployment diagram secara kasar untuk mendefinisikan arsitektur fisik


sistem.

d.

Definisikan requirement lain (non-fungsional, security dan sebagainya) yang juga


harus disediakan oleh sistem.

e.

Berdasarkan use case diagram, mulailah membuat activity diagram.

f.

Definisikan objek-objek level atas (package atau domain) dan buatlah sequence
dan atau collaboration diagram untuk tiap alir pekerjaan. Jika sebuah use case
memiliki kemungkinan alir normal dan error, buatlah satu diagram untuk masingmasing alir.

g.

Buatlah rancangan user interface model yang menyediakan antarmuka bagi


pengguna untuk menjalankan skenario use case.

h.

Berdasarkan model-model yang sudah ada, buatlah class diagram. Setiap package
atau domain dipecah menjadi hirarki class lengkap dengan atribut dan metodanya.
Akan lebih baik jika untuk setiap class dibuat unit test untuk menguji
fungsionalitas class dan interaksi dengan class lain.

i.

Setelah class diagram dibuat, kita dapat melihat kemungkinan pengelompokkan

class menjadi komponen-komponen. Karena itu buatlah component diagram pada

160
tahap ini. Juga, definisikan tes integrasi untuk setiap komponen menyakinkan ia
berinteraksi dengan baik.
j.

Perhalus deployment diagram yang sudah dibuat. Detilkan kemampuan dan

requirement piranti lunak, sistem operasi, jaringan dan sebagainya. Petakan


komponen ke dalam node.
k.

Mulailah membangun sistem. Ada 2 pendekatan yang dapat digunakan:


Pendekatan use case, dengan meng-assign setiap use case kepada tim
pengembang tertentu untuk mengembangkan unit code yang lengkap dengan
tes.
Pendekatan komponen, yaitu meng-assign setiap komponen kepada tim
pengembang tertentu.

l.

Lakukan uji modul dan uji integrasi serta perbaiki model beserta codenya. Model
harus selalu sesuai dengan code yang aktual.

m.

2.22

Piranti lunak siap dirilis

Tahapan Pengembangan Software Berorientasi Objek

Dalam siklus pengembangan sistem informasi ini, penulis menggunakan metode

Mathiassen, untuk tahapan atau langkah-langkah dalam menganalisis sistem. Namun


langkah-langkah yang ada tidak diikuti seratus persen karena terdapat beberapa tahapan
yang dirasakan harusnya ada tetapi tidak disarankan oleh Mathiassen. Oleh karena itu,
terdapat beberapa tambahan tahapan dalam menganalisis masalah, dan juga ada
beberapa tahapan yang tidak dibuat karena tidak diperlukan dalam pengembangan
sistem informasi atau tidak sesuai kebutuhan.

161
Menurut Mathiassen et al., untuk menganalisis sistem informasi berbasiskan
objek terdapat empat kegiatan utama yang harus dilakukan. Namun sebelumnya, seorang
analis harus mampu menangkap apa yang ingin pengguna dapatkan dari sistem atau
piranti lunak itu. OOAD menjelaskan empat perspektif melalui empat aktivitas utama,
yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p15)

Gambar 2.29 Tahap Unified Software Development

162
Terdapat 4 aktivitas utama yang digunakan dalam menggunakan metode Unified

Software Deployment untuk OOA&D (Object Oriented Analysis and Design) yang
dibahas oleh Mathiassen (2000, p14), yaitu :
1. Problem Domain Analysis

Menurut Mathiassen et al. (2000, p45), Problem Domain Analysis merupakan bagian
dari sebuah konteks yang diadministrasi, dimonitor dan dikontrol oleh sebuah
sistem. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memodelkan sebuah problem

domain.

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p46)

Gambar 2.30 Activities in Problem Domain

Dalam tahapan ini sistem dirancang sesuai dengan kebutuhan informasi dari
pengguna, tahapan ini menentukan hasil dari keseluruhan akivitas analisis dan
perancangan.

163
Tahapan dari Problem Domain Analysis ini adalah :
a. Menentukan Class yang ada dalam sistem dengan melakukan proses
identifikasi dari definisi sistem yang telah dikembangkan. Menurut Mathiassen et
al. (2000, p53), Class adalah suatu deskripsi dari sekumpulan objek yang
mempunyai structure, behavioral pattern dan attributes.
b. Menganalisa dan mengembangkan struktur hubungan dari class class yang
ada. Menurut Mathiassen et al. (2000, p69), tujuan structure adalah untuk
mendeskripsikan hubungan struktural antara classes dan objects dalam problem

domain.
c. Menganalisa Behavior dari class class tersebut untuk menentukan state dari
setiap class yang termasuk dalam sistem ini. Menurut Mathiassen et al. (2000,
p89), tujuan behavior adalah untuk memodelkan problem domain yang dinamis.
Dan 3 konsep yang terkandung dalam behavior adalah :

Event Trace

Urutan dari events yang melibatkan objek secara

spesifik.

Behavioral PatternSuatu deskripsi dari kemungkinan events traces untuk


semua object dalam class.

Attribute

Suatu deskripsi dari class atau event.

164
Hasil laporan perancangan yang dihasilkan dari tahapan ini adalah :
a. Rich Picture : gambaran seluruh sistem sebagai sebuah model yang akan dilihat

user saat sistem sudah jadi.


b. System Definition : mendefinisikan seluruh sistem sebagai sebuah model yang
akan dilihat user saat sistem jadi (FACTOR).
c. Class Diagram : untuk menggambarkan hubungan antara class-class dalam
sebuah sistem.
d. Statechart Diagram : untuk menggambarkan bagaimana state dari daur hidup
kelas yang ada di dalam sistem ini.
Dapat dilihat dari tahap ini telah dapat dilihat model aplikasi secara keseluruhan
bagaimana aplikasi tersebut akan terbentuk.

2. Application Domain Analysis

Menurut Mathiassen et al. (2000, p115), Application Domain Analysis adalah


organisasi yang mengadministrasi, memonitor atau mengontrol sebuah problem
domain. Tujuannya adalah untuk menetapkan system usage requirements.
Aktivitas dari Application Domain Analysis adalah : Usage, Functions dan

Interfaces.

165

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p117)

Gambar 2.31 Application Domain Analysis

Tahapan ini berfokus pada bagaimana sistem akan digunakan oleh pengguna. Tahap
ini dan tahap sebelumnya dapat dimulai secara bergantian, tergantung pada kondisi
pengguna. Menurut Mathiassen (2000, p 116)

Terdapat 3 tahapan yang akan

dilakukan dalam Application Domain Analysis, yaitu :


a. Menentukan usage, yaitu menentukan aktor dan use case yang terlibat dan
interaksinya.
b. Menentukan function (fungsi) sistem untuk memproses informasi dan membuat
daftar fungsi.

Tipe tipe functions adalah :


- Update functions
Diaktifkan dengan problem domain event dan hasilnya didalam perubahan

model state.

166
- Signal functions
Diaktifkan dengan merubah model state dan hasilnya pada reaksi di konteks.
Reaksi ini mungkin menampilkan actor pada application domain atau
intervensi langsung di problem domain.
- Read functions
Diaktifkan oleh kebutuhan akan informasi di lembar kerja actor dan hasilnya
tampilan sistem yang relevan dari model.
- Compute functions
Diaktifkan oleh kebutuhan akan informasi di lembar kerja actor melibatkan
informasi yang disediakan actor atau model. Hasilnya adalah tampilan dari
kegiatan compute tersebut.

c. Menentukan interface pengguna dan sistem, untuk interaksi sesungguhnya dari


pengguna dan sistem informasi yang dirancang. Menurut Mathiassen et al.
(2000, p151), interfaces adalah fasilitas yang membuat system model dan

functions dapat digunakan oleh actor. Tujuannya adalah untuk menetapkan


system interfaces. Hasil dari interfaces adalah :

User interfaces
Tipe dialog dan form presentasi, daftar lengkap dari elemen user interface,

window diagram dan navigation diagram.

System interfaces
Class diagram untuk peralatan luar dan protokol - protokol untuk
berinteraksi dengan sistem lain.

167
Laporan yang akan dihasilkan dari tahapan ini adalah :
a. Use Case Diagram, yang menggambarkan interaksi pengguna sebagai aktor
dengan sistem informasi .
b. Function List, yaitu kemampuan yang harus dimiliki sistem sebagai kebutuhan
dasar dari user.
c. User Interface Navigation Diagram, yaitu diagram untuk menggambarkan
tampilan layar yang akan dirancang untuk memenuhi kebutuhan user.

3. Architectural Design

Menurut Mathiassen et al. (2000, p173), tujuan dari architectural design adalah
untuk menstruktur sistem yang terkomputerisasi.

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p176)

Gambar 2.32 Activities in Architectural Design

Dalam tahap ini dirancang arsitektur hubungan antara client dan server yang
memadai untuk sistem agar dapat berjalan baik. Perancangan tahap ini menentukan

168
bagaimana struktur sistem fisik akan dibuat dan bagaimana distribusi sistem
informasi pada rancangan fisik tersebut. Laporan yang dihasilkan adalah Deployment

Diagram.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p173), 3 aktivitas yang terdapat pada Architectural

Design :
a. Criteria
Menurut Mathiassen et al. (2000, p177), tujuan dari criteria adalah untuk
mengatur prioritas perancangan. Konsepnya adalah :

Criterion : Properti dari architecture

Conditions : Kesempatan dan batas technical, organizational dan human


yang terlibat dalam suatu tugas.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p184), terdapat pula kondisi kondisi yang
harus diperhitungkan :
-

Technical
Adalah perangkat keras yang tersedia, peranti lunak dasar dan sistem;
menggunakan kembali bahan bahan dan komponen komponen yang
telah ada; menggunakan komponen standar yang dapat dibeli.

Organizational
Adalah perjanjian kontrak; rencana pengembangan dan pembagian kerja
antara pengembang.

Human
Adalah kemampuan untuk mendesain; pengalaman dengan sistem yang
serupa; pengalaman dengan technical platform.

169
Menurut Mathiassen et al. (2000, p178) terdapat 12 jenis kriteria software :

Usable kemampuan sistem untuk beradapatasi dengan situasi organisasi,


tugas dan hal hal teknis.

Secure kemampuan untuk melakukan pencegahan terhadap akses yang


tidak berwenang.

Efficient penggunaan secara ekonomis terhadap fasilitas technical


platform.

Correct sesuai dengan kebutuhan.

Reliable ketepatan dalam melakukan suatu fungsi.

Maintainable kemampuan untuk perbaikan sistem yang rusak.

Testable penempatan biaya untuk memastikan sistem bekerja sesuai


dengan yang diinginkan.

Flexible kemampuan untuk modifikasi sistem yang berjalan.

Comprehensible usaha yang diperlukan untuk memperoleh pengertian


akan suatu sistem.

Reusable potensi untuk menggunakan sistem pada bagian sistem lain yang
saling berhubungan.

Portable kemampuan sistem untuk dapat dipindahkan ke technical


platform yang lain.

Interoperable kemampuan untuk merangkai sistem ke dalam sistem yang


lain.

170

b. Component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p189), tujuan dari components adalah untuk
menciptakan sistem yang comprehensible dan flexible. Component architecture
adalah sebuah struktur sistem dari components yang saling berhubungan.

c. Process
Menurut Mathiassen et al. (2000, p209), tujuan process adalah untuk
mendefinisikan struktur program secara fisik.

4. Component Design

Menurut Mathiassen et al. (2000, p231), tujuan component design adalah untuk
menetapkan sebuah implementasi pada sebuah architectural framework. Ini
merupakan tahap terakhir dalam Unified Software Deployment sebelum melakukan
programming. Sistem akan dimodelkan secara lengkap dalam diagram yang disebut
sebagai Component Diagram. Di tahap ini terlihat bagaimana sistem bekerja dan
interaksi yang terjadi antara sistem dan pengguna.

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p232)

Gambar 2.33 Components Design

171
Aktivitas pada component design adalah :

a. Model component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p235), model component adalah bagian dari
sistem yang mengimplementasikan problem domain model.

b. Function component
Tujuan Function component menurut Mathiassen et al. (2000, p252) adalah
untuk menetapkan functions implementation. Function implementation adalah
bagian dari sistem yang mengimplementasikan persyaratan functions.

c. Connecting component
Tujuan dari connecting components menurut Mathiassen et al. (2000, p271)
adalah untuk menggabungkan system components.
Ada 2 konsep dalam connenting component yaitu :

Coupling
Merupakan suatu ukuran seberapa dekat 2 classes atau components
terhubungkan.

Cohesion
Merupakan ukuran seberapa dekat class atau component saling terkait satu
sama lain.

172
2.23

Relational Database System

Menurut Mathiassen (2000,p320-322), di dalam sebuah relational database, data


disusun dalam tabel-tabel, di mana setiap tabel memiliki nama yang unik dan
menentukan sebuah format umum untuk menyimpan datanya.
Kelas-kelas model direpresentasikan secara dasar dalam sebuah tabel yang
mengambil nama dari class. Setiap atribut class menjadi kolom tabel, dan setiap objek
direpresentasikan sebagai baris tabel. Hubungan menambah kolom yang berisi referensi
unik untuk setiap objek ditunjukkan pada gambar tabel berikut:

customerID
1
2

100

SSN-no
610-15-1234
101-28-5678

760-96-6789

Name
Lily Clarkson
Janet Lee

Michella

Address
15 Victoria
23 Thichimiz Street

30 Orched Street

Gambar 2.34 Hubungan Class dengan Relational Database

You might also like