Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
2.1
Pemeliharaan (Maintenance)
2.1.1
Pengertian Pemeliharaan
Definisi pemeliharaan (maintenance) menurut Patrick (2001, p407) adalah suatu
kegiatan untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki,
melakukan penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu
kondisi operasi produksi agar sesuai dengan perencanaan yang ada.
Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari
berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya,
sampai pada suatu kondisi yang bisa diterima1. Pengertian lain dari pemeliharaan adalah
kegiatan menjaga fasilitas-fasilitas dan peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan
atau penyesuaian yang diperlukan agar tercapai suatu keadaan operasi produksi yang
memuaskan dan sesuai dengan yang direncanakan2.
Pengertian maintenance secara umum yaitu serangkaian aktivitas (baik bersifat
teknis dan administratif) yang diperlukan untuk mempertahankan dan menjaga suatu
produk atau system tetap berada dalam kondisi aman, ekonomis, efisien dan
pengoperasian optimal. Aktivitas perawatan sangat diperlukan karena :
9 Setiap peralatan mempunyai umur penggunaan (useful life). Suatu saat dapat
mengalami kegagalan/kerusakan.
1
2
Corder, hal 1
Assauri, hal 88
46
9 Kita tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan peralatan akan mengalami
kerusakan (failure)
9 Manusia selalu berusaha untuk meningkatkan umur penggunaan dengan
melakukan perawatan (maintenance)
Yang menjadi musuh utama bagian perawatan adalah breakdown, deterioration dan
konsekuensi dari semua tipe kejadian yang tidak terencana.
Perawatan (maintenance) berperan penting dalam kegiatan produksi dari suatu
perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi, volume produksi,
serta agar produk dapat diproduksi dan diterima konsumen tepat pada waktunya (tidak
terlambat) dan menjaga agar tidak terdapat sumber daya kerja (mesin dan karyawan)
yang menganggur karena kerusakan (downtime) pada mesin sewaktu proses produksi
sehingga dapat meminimalkan biaya kehilangan produksi atau bila mungkin, biaya
tersebut dapat dihilangkan.
Dengan demikian, pemeliharaan memiliki fungsi yang sama pentingnya dengan
fungsi-fungsi lain dari suatu perusahaan. Karena pentingnya aktivitas pemeliharaan
maka diperlukan perencanaan yang matang untuk menjalankannya, sehingga terhentinya
proses produksi akibat mesin rusak dapat dikurangi seminimum mungkin.
Pemeliharaan yang baik akan mengakibatkan kinerja perusahaan meningkat,
kebutuhan konsumen dapat terpenuhi tepat waktu, serta nilai investasi yang
dialokasikan untuk peralatan dan mesin dapat diminimasi. Selain itu pemeliharaan
yang baik juga dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan mengurangi
waste yang berarti mengurangi ongkos produksi.
Sedangkan manajemen pemeliharaan (maintenance management) adalah
pengorganisasian perawatan untuk memberikan pandangan umum mengenai perawatan
47
fasilitas produksi3. Manajemen pemeliharaan adalah pengelolaan peralatan dan mesinmesin siap pakai (ready to use). Dalam usaha menjaga agar setiap penggunaan peralatan
dan mesin secara kontinu dapat berproduksi, diperlukan kegiatan pemeliharaan sebagai
berikut4 :
2.
3.
4.
Peranan bagian maintenance ini tidak hanya menjaga agar kegiatan dilantai
produksi pabrik dapat berjalan dengan baik ataupun juga agar produk dapat diproduksi
dan diserahkan kepada pelanggan tepat pada waktunya, akan tetapi untuk menjaga agar
pabrik dapat bekerja secara efisien dengan menekan atau mengurangi kemacetankemacetan menjadi seminimum mungkin.
3
4
Supandi, hal 15
Tampubolon, 2004, p250
48
Jadi dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka peralatan pabrik dapat
dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana, dan diharapkan dapat menurunkan
tingkat kerusakan selama peralatan tersebut dipergunakan untuk proses produksi.
2.1.2
Tujuan Pemeliharaan
Secara umum, masalah pemeliharaan sering terabaikan sehingga kegiatan
pemeliharaan tidak teratur, yang pada akhirnya apabila mesin dan peralatan mengalami
kerusakan dapat mempengaruhi kapasitas produksi. Dengan demikian, kegiatan
pemeliharaan harus dilakukan secara tetap dan konsisten.
Kegiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas mesin tentu memiliki tujuan.
Tujuan utama dari fungsi perawatan adalah5 :
1. Memperpanjang usia kegunaan asset.
2. Menjamin ketersediaan peralatan dan kesiapan operasional perlengkapan serta
peralatan yang dipasang untuk kegiatan produksi.
3. Membantu mengurangi pemakaian atau penyimpangan diluar batas serta menjaga
modal yang ditanamkan selama waktu yang ditentukan.
4. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh
produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.
5. Menekan tingkat biaya perawatan serendah mungkin dengan melaksanakan kegiatan
perawatan secara efektif dan efisien.
6. Memenuhi kebutuhan produk dan rencana produksi tepat waktu.
7. Meningkatkan keterampilan para supervisor dan operator melalui kegiatan pelatihan
yang diadakan.
5
49
8. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan para
pekerja.
50
2.1.3
Jenis Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan (maintenance) dapat dibedakan dalam 3 jenis yaitu
51
menghambat kegiatan produksi jikalau terjadi kerusakan maupun gangguan yang tibatiba terjadi pada fasilitas produksi yang dipakai perusahaan.
CM juga biasa yang disebut sebagai mean active corrective maintenance time
(MACMT), dimana itu hanya meliputi active time (meliputi dokumentasi) yang
melibatkan designer.
Tindakan corrective maintenance (CM) ini kelihatannya lebih murah biayanya
dibandingkan tindakan preventive maintenance (PM). Tentu saja pernyataan ini benar
selama gangguan kerusakan belum terjadi pada fasilitas maupun peralatan ketika proses
produksi berlangsung tidak melakukan proses produksi.
Namun, saat kerusakan terjadi selama proses produksi berlangsung, maka biaya
perawatan akan mengalami peningkatan akibat terhentinya proses produksi. Selain itu,
biaya-biaya perawatan dan pemeliharaan akan membengkak pada saat terjadinya
kerusakan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tindakan CM lebih
memusatkan permasalahan setelah permasalahan itu terjadi, bukan menganalisa masalah
untuk mencegahnya agar tidak terjadi.
Oleh karena tindakan CM itu jauh lebih mahal, maka sedapat mungkin harus
dicegah dengan mengintensifkan kegiatan preventive maintenance. Diperlukan juga
adanya pertimbangan bahwa dalam jangka panjang untuk mesin-mesin yang mahal dan
termasuk dalam critical unit dari proses produksi, PM akan jauh lebih menguntungkan
dibandingkan CM.
52
Menurut pendapat Patrick (2001, p401) Corrective Maintenance dapat dihitung
dengan MTTR (mean time to repair) dimana time to repair ini meliputi beberapa
aktivitas yang biasanya dibagi ke dalam 3 grup, yaitu:
Preparation time
Waktu yang dibutuhkan untuk persiapan seperti mencari orang untuk pekerjaan,
travel, peralatan sudah dipenuhi atau belum dan tes perlengkapan.
53
Pada umumnya usaha untuk mengatasi kerusakan itu dapat di lakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Mencatat data trouble/kerusakan, melakukan kemudian meng-improve peralatan
sehingga trouble/kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
2. Improve peralatan sehingga perawatan menjadi lebih mudah.
3. Merubah proses.
4. Merancang kembali komponen yang gagal.
5. Mengganti dengan komponen yang baru.
6. Meningkatkan prosedur perawatan preventif.
7. Meninjau kembali dan merubah sistem pengoperasian.
Dengan demikian, didapatkan kesimpulan bahwa pemeliharaan korektif
memusatkan permasalahan setelah permasalahan itu terjadi, bukan menganalisa masalah
untuk mencegahnya agar tidak terjadi.
Breakdown maintenance menurut Tampubolon (2004, p251) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau terjadi kelainan pada
fasilitas dan peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Contohnya mesin dan
peralatan yang digunakan dalam proses konversi, selama masih ada garansi (after sale
service), tidak terlalu menekankan pada pemeliharaan preventif, cukup pada keadaan
apabila mesin dan peralatan sudah mengalami kerusakan sehingga perlu pembongkaran
secara total (breakdown).
Pada dasarnya aktivitas ini tidak tepat untuk disebut aktivitas perawatan. Yang
termasuk dalam katagori ini adalah semua aktivitas yang tak terencana (unscheduled)
yang disebabkan oleh kerusakan (breakdown) peralatan.
54
2.1.3.2 Preventive Maintenance (PM)
Preventive Maintenance6 adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal,
umumnya secara periodik, dimana sejumlah tugas pemeliharaan seperti inspeksi,
perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan dan penyesuaian dilaksanakan.
Menurut Adam (1992, p583) pengertian preventive maintenance adalah kegiatan
perawatan dan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan mesin.
Mesin akan mengalami nilai depresiasi (penurunan) apabila dipakai terus menerus. Oleh
karena itu, dibutuhkannya inspeksi dan servis secara rutin maupun periodik. Contohnya
apakah mesin sudah dilubrikasi atau belum, apakah ada komponen/part yang rusak
sehingga harus digantikan komponen lainnya.
Dengan adanya preventive maintenance, diharapkan semua mesin yang ada akan
terjamin kelancaran proses kerjanya sehingga tidak ada yang terhambat dalam proses
produksinya dan bisa selalu dalam keadaan optimal.
Menurut pendapat Patrick (2001, 401) preventive maintenance adalah kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakankerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat
menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu proses produksi. Jadi,
semua fasilitas produksi yang mendapatkan perawatan (preventive maintenance) akan
terjamin kontinuitas kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang
siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Selain itu,
menurut Patrick (2001, p403) efektivitas dan ekonomi dari preventive maintenance
dapat ditingkatkan dengan mengambil account dari distribusi time to failure (TTF) pada
komponen yang akan dirawat dan failure rate dari sistem yang ada.
6
55
56
Dalam perusahaan, preventive maintenance dapat dibedakan atas 2 macam
berdasarkan kegiatan/aktivitasnya (Tampubolon, 2004, p251), yaitu:
1. Routine maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin. Contohnya, yaitu pembersihan
fasilitas atau peralatan, pelumasan (lubrication) atau pengecekan oli, pengecekan isi
bahan bakarnya dan apakah termasuk dalam pemanasan (warming up) dari mesinmesin selama beberapa menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang hari.
2. Periodic maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan secara periodic atau dalam jangka waktu
tertentu. Program ini mencangkup :
Peninjauan pada seluruh catatan, termasuk kartu kartu order inspeksi atau kartu
historical peralatan.
Peninjauan biaya perbaikan.
Peninjauan kerugian produksi karena adanya pekerjaan perawatan.
Peninjauan untuk jaminan order pekerja perbaikan dan pengaturan kembali
mengenai prioritas kerja yang di utamakan.
Peninjauan terhadap alternatif apa yang didahulukan atau dijadwalkan terlebih
dahulu.
Preventive maintenance merupakan tindakan perawatan pencegahan dalam
rangkaian aktivitas pemeliharaan dengan tujuan :
o Memperpanjang umur produktif asset dengan mendeteksi bahwa sebuah asset
memiliki titik kritis penggunaan (critical wear point) dan mungkin akan mengalami
kerusakan.
57
o Melakukan inspeksi secara efektif dan menjaga supaya kondisi peralatan selalu
dalam keadaan sehat.
o Mengeliminir kerusakan peralatan dan hasil produksi yang cacat serta meningkatkan
ketahanan mesin dan kemampuan proses
o Mengurangi waktu yang terbuang pada kerusakan peralatan dengan membuat
aktivitas pemeliharan peralatan
o Menjaga biaya produksi seminimum mungkin
Predictive Maintenance yaitu teknik perawatan dimana dilakukan inspeksi
terhadap asset peralatan untuk memprediksikan terhadap kerusakan/kegagalan yang
akan terjadi. Beberapa contoh teknik perawatan prediktif : vibration monitoring,
thermography, tribology, process parameters, visual inspection, ultrasonic monitoring,
other non-destructive techniques.
58
Mengurangi jumlah standby-equipment
Mengurangi persediaan/stock spare parts
Penjadwalan pekerja yang lebih efektif
Distribusi pekerja (labor) yang lebih seimbang
Mengurangi overtime
Standarisasi prosedur operasi, biaya dan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
Meningkatkan produktivitas
Lebih efisien dalam cost perawatan
Meningkatkan kualitas produk, dsb.
Preventive maintenance juga meliputi :
1. Melakukan pencatatan dan pengelolaan data tentang perawatan, kegagalan, dan
penggunaan peralatan (dasar analisis peralatan)
2. Semua jenis kegiatan predictive. Termasuk inspeksi, melakukan pengukuran,
inspeksi part untuk kualitas, analisis pelumas, temperature, getaran, kebisingan,
pencatatan semua data dari kegiatan predictive untuk trend analysis
3. Perbaikan minor (30 menit) dorongan yang besar kearah produktivitas
4. Writing up setiap kondisi yang memerlukan perhatian khusus yang berpotensial
kearah kegagalan
5. Penjadwalan dan pelaksanaan perbaikan yang dinstruksikan
6. Menggunakan frekuensi dan severity kegagalan untuk meningkatkan PM task list
7. Training dan upgrading kemampuan system PM
Sistem preventive maintenance dirancang untuk 2 tujuan :
Mendeteksi lokasi critical potential failure
Menganulir potential failure
59
2.1.3.3 Pemeliharaan Produktif secara Total (Total Productive Maintenance)
TPM sering didefinisikan sebagai productive maintenance yaitu pemeliharaan
produktif yang dilaksanakan oleh semua karyawan melalui kegiatan-kegiatan kelompok
kecil, yang terdiri atas :
Total efektif
Memaksimalkan efektifitas peralatan secara menyeluruh
Total sistem
Membuat sistem dari mulai peralatan di design sampai dengan peralatan tersebut
tidak dipergunakan lagi
Total keterlibatan
Melibatkan semua bagian (minimal : bagian engineering, produksi dan maintenance)
Total partisipasi
Mulai dari operator yang paling rendah sampai ke Top Management
Total usaha
Setiap karyawan berusaha secara sungguh-sungguh untuk mempromosikan
Productive Maintenance (PM)
Sasaran TPM adalah : Zero ABCD (Accident , Breakdown, Crisis, Defect)
60
Secara teoritis, total biaya pemeliharaan dapat digambarkan bahwa biaya
pemeliharaan korektif (breakdown maintenance) akan berbanding terbalik dengan
pemeliharaan preventif (preventive maintenance), seperti diuraikan kurva gambar 2.1.
Pemeliharaaan produktivitas secara total (TPM) dapat dilakukan dengan jalan berikut
(Tampubolon, 2004, p253) :
1. Mendesain mesin atau peralatan yang memiliki reliabilitas tinggi, mudah
dioperasikan dan mudah untuk dipelihara.
2. Analisa biaya investasi untuk mesin atau peralatan dengan pelayanan (service) dari
pemasok dan biaya-biaya pemeliharaanya.
3. Mengembangkan perencanaan pemeliharaan preventif yang dapat dimanfaatkan
secara praktis oleh operator, bagian pemeliharaan, dan teknisi.
4. Melatih pekerja untuk mengoperasikan mesin atau peralatan, termasuk cara
memeliharanya.
61
dengan
memperhatikan
besarnya
biaya
yang
terjadi
yang
dapat
62
Perbandingan biaya-biaya itu perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Apakah
sebaiknya
dilakukan
preventive
maintenance
atau
corrective
63
2.2
Konsep-Konsep Pemeliharaan
2.2.1
64
4. Standby Time
Waktu (period of time) dimana mesin berada dalam kondisi untuk dapat berfungsi
seperti seharusnya, tetapi mesin tidak dioperasikan
Up time = Operating Time + Standby Time
5. Maintenance Time
Waktu dimana kegiatan maintenance dilakukan termasuk delay-delay yang terjadi
selama pelaksanaan kegiatan
6. Active Maintenance Time
Bagian dari maintenance time, dimana kegiatan/pekerjaan maintenance benar-benar
dilakukan.
7. Logistic Time
Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai karena
alasan logistik.
8. Administratif Time
Waktu dalam downtime, dimana kegiatan maintenance belum dapat dimulai karena
alasan administrative
9. Corrective Maintenance Time
Waktu dalam active maintenance time, dimana dilakukan kegiatan corrective
maintenance
10. Preventive Maintenance Time
Waktu dalam active maintenance time, dimana dilakukan kegiatan preventive
maintenance.
Active Maintenance Time = CM Time + PM Time
65
2.2.2
Maintenance delay
Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu ketersediaan sumber daya maintenance
untuk melakukan proses perbaikan. Sumber daya maintenance dapat berupa alat
bantu, teknisi, alat tes, komponen pengganti dan lain-lain.
Supply delay
Waktu yang dibutuhkan untuk personel maintenance untuk memperoleh komponen
yang dibutuhkan dalam proses perbaikan. Terdiri dari lead time administrasi, lead
time produksi, dan waktu transportasi komponen pada lokasi perbaikan.
Access Time
Waktu untuk mendapatkan akses ke komponen yang mengalami kerusakan.
66
Diagnosis Time
Waktu yang dibutuhkan untuk menentukan penyebab kerusakan dan langkah
perbaikan yang harus ditempuh untuk memperbaiki kerusakan.
W a k tu
Produksi
W a k tu
Produksi
W a k tu
Produksi
W a k tu
Produksi
..
Operasi
Berhenti
Breakdown
#1
Breakdown
#2
Breakdown
#3
W a k tu
Breakdown
W a k tu
Breakdown
W a k tu
Breakdown
Waktu
67
Frekuensi
30
30
Lamanya berhenti
Daerah
gangguan
68
berbentuk seperti kubah bak mandi (bathtub curve). Kurva ini juga disebut critical wear
curves. Kurva ini merupakan kombinasi antara infant mortality (kerusakan dini) dan
ending mortality curves (kerusakan akhir). Probabilitas kerusakan dimulai dengan fase
kerusakan awal yang biasanya disebabkan oleh faktor proses start-up akibat
penyesuaian, set-up mesin ataupun faktor-faktor yang dapat menyebabkan mesin harus
melalui kondisi ketidaknormalan/down sebelum beroperasi secara optimal, kemudian
fase/level kedua pola laju kerusakan (wear-point) mengalami kondisi konstan dimana
(t) = 0, dalam arti sistem peralatan berada dalam kondisi pengoperasian normal, stabil
dalam kondisi umur optimalnya, fase inilah yang diharapkan untuk selalu dapat
terealisasi dalam proses produksi, hingga pada suatu waktu kondisi peralatan/sistem
harus sampai kepada suatu titik kondisi wear-out akibat menurunnya tingkat
kehandalan mesin (fase critical wear point) sehingga kurva laju kerusakan kembali
mengalami peningkatan. Kurva pola kerusakan inilah yang paling umum digunakan
untuk menggambarkan pola/ fase kerusakan didalam berbagai konteks maintenance.
Breakdown pada mesin dan peralatan produksi biasanya disebabkan oleh faktorfaktor sebagai berikut :
Kelemahan rancangan
69
Kesalahan operasional
dilakukan, yaitu ini adalah hal yang biasa, terjadi breakdown pada mesin!. Ini tidak
sesuai dengan visi dan misi utama pilar maintenance sebagai bagian dari Total
Productive Maintenance (TPM), yaitu Breakdown Reduction to achieve Zero Losses.
Dalam hal ini kita harus meneliti fakta penting yang terjadi selama ini di lapangan. yaitu
bahwa sebagian besar dari breakdown yang terjadi adalah pengulangan dan disebabkan
oleh hal-hal yang sederhana.
Langkah-langkah pengurangan breakdown sebagai fungsi utama dari breakdown
maintenance :
Menetapkan Rencana
Perawatan yang Terbaik
Menyorot Penyebab
Breakdown
Sewaktu-waktu
Menghilangkan
Breakdown Berulang
Perbaikan ke Kondisi
Awal dan Standart
Identifikasi Jenis-jenis
Breakdown
Langkah 4
Langkah 3
Langkah 2
Langkah 1
Langkah 5
70
Metodologi Pengurangan Breakdown dalam konsep Breakdown Maintenance :
# Jumlah
Breakdown
Metode
Perawatan
Optimis
Mengurangi
Penyimpangan
Meniadakan
Breakdown berulang
(Langkah 1/ 2/ 3)
Menghilangkan
penyebab kerusakan
(Langkah 4/ 5 )
Meniadakan
Breakdown
Mendadak
Usaha pencapaian
Zero breakdown
(Pewngembangan)
Waktu
2.2.3
1. Peluang sebuah komponen atau sistem akan dapat beroperasi sesuai fungsi yang
diinginkan untuk suatu periode waktu tertentu ketika digunakan dibawah kondisi
operasi yang telah ditetapkan. (Ebeling, 1997, p5)
2. Peluang dari sebuah unit yang dapat bekerja secara Normal ketika digunakan untuk
kondisi tertentu setidaknya bekerja dalam suatu kondisi yang telah ditetapkan.
(Dhillon and Reiche, 1995, p25)
71
Terdapat 4 elemen yang signifikan dengan konsep reliability, diantaranya yaitu:
1. Probability (peluang);
Setiap item memiliki umur atau waktu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
sehingga terdapat sekelompok item yang memiliki rata-rata hidup tertentu. Jadi,
untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi dari suatu item dapat dilakukan dengan
cara melakukan estimasi waktu hidup dari item tersebut agar diketahui umur
pemakaiannya sudah berapa lama.
2. Performance (kinerja);
Kehandalan merupakan suatu karakteristik performansi sistem dimana suatu sistem
yang andal harus dapat menunjukkan performansi yang memuaskan jika
dioperasikan.
3. Time (Waktu);
Reliability / kehandalan suatu sistem dinyatakan dalam suatu periode waktu karena
waktu merupakan parameter yang penting untuk melakukan penilaian kemungkinan
suksesnya suatu sistem. Peluang suatu item untuk digunakan selama setahun akan
berbeda dengan peluang item untuk digunakan dalam sepuluh tahun. Biasanya faktor
waktu berkaitan dengan kondisi tertentu, seperti jangka waktu mesin selesai
diperbaiki sampai mesin rusak kembali (mean time to failue) dan jangka waktu
mesin mulai rusak sampai mesin tersebut diperbaiki (mean time to repair).
4. Condition (Kondisi);
Perlakuan yang diterima oleh suatu sistem dalam menjalankan fungsinya dalam arti
bahwa dua buah sistem dengan tingkat mutu yang sama dapat memberikan tingkat
kehandalan yang berbeda dalam kondisi operasionalnya. Misalnya kondisi
temperatur, keadaan atmosfer dan tingkat kebisingan di mana sistem dioperasikan.
72
2.2.4
2.2.5
suatu komponen yang rusak akan diperbaiki dalam jangka waktu (T), dimana
pemeliharaan (maintainability) dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Menurut pendapat Patrick (2001, p401) kebanyakan sistem engineered itu
dipelihara (dimaintain), sistem akan diperbaiki kalau terjadi kerusakan dan pemeliharaan
akan dibentuk pada sistem tersebut untuk menjaga pengoperasian yang ada dalam sistem
pemeliharaan ini (system maintainability).
Menurut pendapat Patrick (2001, p402) maintainability mempengaruhi tingkat
availability secara langsung. Waktunya diambil untuk memperbaiki kerusakan dan
menyelesaikan preventive maintenance secara rutin untuk mengambil sistem dari
available state yang ada. Jadi terdapat hubungan yang erat antara reliability dengan
maintainability, dimana yang satu mempengaruhi yang lainnya dan kedua-duanya
mempengaruhi availability dan cost yang ada.
Berdasarkan pendapat dari Patrick (2001, p402) sistem dari maintainability itu
cukup diatur dengan design dimana design tersebut menentukan features seperti
73
aksesbilitas, kemudahan dalam tes, diagnosis kerusakan juga kebutuhan untuk kalibrasi,
lubrikasi dan tindakan preventive maintenance lainnya.
Langkah-langkah pengambilan tindakan Maintenance (Arman, p366), yaitu :
1. What : berarti menentukan jenis komponen yang perlu diberlakukan pemeliharaan
rutin. Tipe komponen digolongkan dalam jenis :
Inspeksi rutin.
Preventive Maintenance.
Corrective Maintenance.
3. Who : berarti menentukan siapa yang akan bertanggung jawab atas kerusakan dan
yang bertanggung jawab untuk mereparasinya.
4. Where : berarti menentukan tempat yang akan digunakan untuk mereparasinya.
5. Why : berarti apa penyebab kerusakan?
6. When : berarti kapan perawatan dilakukan?
74
2.3
mesin
atau
peralatan.
Karakteristik
kerusakan
setiap
peralatan/mesin
akan
75
2.4
F(t) =
f (t )dt
untuk t 0
Keterangan
F (t) : fungsi distribusi kumulatif
f (t) : fungsi kepadatan peluang
Jika t maka F (t) = 1
2.5
probabilitas sistem atau komponen akan berfungsi hingga waktu tertentu (t). Pengertian
fungsi kehandalan adalah probabilitas suatu sistem atau komponen akan beroperasi
dengan baik tanpa mengalami kerusakan pada suatu periode waktu t dalam kondisi
operasional yang telah ditetapkan. Probabilitas kerusakan dari suatu fungsi waktu dapat
dinyatakan sebagai berikut:
F (t)
= P (T t), dimana:
76
R (t) = P (T t ), dimana:
R(t) merupakan distribusi kehandalan, probabilitas bahwa kegagalan tidak akan
terjadi sebelum t, atau probabilitas bahwa waktu kerusakan lebih besar atau sama dengan
t.
2.6
probabilitas dimana peralatan mengalami kegagalan atau kerusakan dalam suatu interval
waktu berikutnya yang diberikan dan diketahui kondisinya baik pada awal interval,
sehingga dianggap sebagai suatu probabilitas kondisional. Notasinya adalah (t ) atau
R (t).
2.6.1
dengan demikian fungsi laju kerusakan sesaat dan fungsi laju kerusakan dapat diartikan
sebagai berikut:
[R(t + t ) R (t )] 1
t + 0
R(t )
t
(t ) = lim
(t ) =
dR(t ) 1
dt
R(t )
(t ) =
f (t )
untuk t 0
R(t )
Keterangan
77
f (t)
ta
tx
ty
tz
Pola dasar dari fungsi laju kerusakan (t ) akan berubah sepanjang waktu dari
produk tersebut mengalami usaha. Kurva laju kerusakan atau bathtub curve merupakan
suatu kurva yang menunjukkan pola laju kerusakan sesaat yang umum bagi suatu
produk. Pada umumnya laju kerusakan suatu sistem selalu berubah sesuai dengan
bertambahnya waktu. Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa laju kerusakan suatu
produk akan mengikuti suatu pola dasar sebagai berikut:
78
Usefull life
Failure rate
Burn in
Wear out
Random Failure
Early
Failure
Wear-out
Failure
Running Period
Operation Period
Winding Up Period
Time
79
c. Periode wear out (wear out failure)
Periode ini ditandai dengan peningkatan yang tajam pada laju kerusakan karena
memburuknya kondisi peralatan/mesin yang ada. Sebaiknya dilakukan perawatan
pencegahan apabila suatu alat telah memasuki fasa ini agar dapat mengurangi
terjadinya kerusakan yang lebih fatal. Penyebabnya adalah peralatan atau mesin yang
digunakan sudah melebihi umur produk, terjadinya keausan karena pemakaian dan
korosi (ditandai dengan berkarat), dan perawatan yang tidak memadai.
Berdasarkan gambar 2.6 di atas, periode kerusakan awal (early failure) dapat
didekati dengan distribusi Weibull, sedangkan periode pengoperasian Normal (chance
failure) dapat dipenuhi dengan distribusi Weibull dan distribusi Eksponential. Dan yang
terakhir periode wear out failure dapat didekati dengan distribusi Weibull dan distribusi
Lognormal .
Perhitungan laju kerusakan berdasarkan distribusi menunjukkan tindakan
alternative pada komponen pada mesin. Apabila identifikasi distribusi menunjukkan
bahwa waktu kerusakan memiliki laju kerusakan yang konstan atau menurun
(berdistribusi Weibul atau Eksponential dengan 1 , maka kegiatan preventive
maintenance tidak akan efektif untuk dilaksanakan karena tidak akan meningkatkan
kehandalan mesin sehingga usulan tindakan perawatan pencegahan yang dilakukan
hanya berupa pemeriksaan saja. Sedangkan bila interval kerusakan memiliki laju
kerusakan meningkat (berdistribusi Normal, Lognormal
maka tindakan preventive maintenance yang diusulkan bisa berupa pemeriksaan saja
maupun penggantian komponen pada preventive maintenance.
80
2.7
Distribusi Kerusakan
81
populasi yang diambil secara acak, sehingga model kerusakan tidak cukup, bila
hanya dibentuk berdasarkan data sampel saja.
3. Distribusi teoritis dapat juga digunakan untuk menggambarkan berbagai macam laju
kerusakan.
4. Ukuran sampel yang kecil menyediakan informasi yang sedikit mengenai proses
kegagalan. Akan tetapi, jika sampel konsisten terhadap distribusi teoritis, maka hasil
prediksi yang lebih kuat dapat diperoleh.
5. Distribusi teoritis lebih mudah untuk digunakan dalam menganalisa proses
kegagalan yang kompleks.
Terdapat 4 macam distribusi yang digunakan agar dapat mengetahui pola data
yang terbentuk, distribusi tersebut antara lain : distribusi Weibull, Exponential, Normal
dan Lognormal .
Distribusi kerusakan merupakan ekspresi matematis usia dan pola kerusakan
mesin
atau
peralatan.
Karakteristik
kerusakan
setiap
peralatan/mesin
akan
82
2.7.1
Distribusi Weibull
t
( )
Dalam distribusi Weibull yang menentukan tingkat kerusakan dari pola data yang
terbentuk adalah parameter . Nilai-nilai yang menunjukkan laju kerusakan terdapat
dalam tabel berikut (Ebeling, hal 63) :
Tabel 2.1 Nilai Parameter Bentuk () Distribusi Weibull
Nilai
0 < <1
=1
1<<2
=2
>2
34
Laju Kerusakan
Laju kerusakan menurun (decreasing failure rate) DFR
Laju kerusakan konstan (constant failure rate) CFR
Distribusi Exponential
Laju kerusakan meningkat (increasing failure rate) IFR
Kurva berbentuk konkaf
Laju kerusakan linier (linier failure rate) LFR
Distribusi Rayleigh
Laju kerusakan meningkat (increasing failure rate) IFR
Kurva berbentuk konveks
Laju kerusakan meningkat (increasing failure rate) IFR
Kurva berbentuk simetris
Distribusi Normal
83
2.7.2
Distibusi Exponential
2.7.3
Distribusi Normal
84
Parameter yang digunakan adalah (nilai tengah) dan (standar deviasi).
Karena hubungannya dengan distribusi Lognormal , distribusi ini dapat juga digunakan
untuk menganalisa probabilitas Lognormal .
Fungsi reliability yang terdapat dalam distribusi Normal yaitu (Ebeling, 1997,
p69) :
t
Reliability function : R(t ) =
Dimana > 0, > 0 dan t > 0
2.7.4
Distribusi Lognormal
85
2.8
Dengan metode Least Square Curve Fitting, dicari nilai index of fit (r) atau
korelasi antara t; (atau ln t;) sebagai x dengan y yang merupakan fungsi dari distribusi
teoritis terhadap x. Kemudian distribusi yang terpilih adalah distribusi yang nilai index
of fit (r) terbesar distribusi dengan nilai r yang terbesar akan dipilih untuk diuji dengan
menggunakan Goodness of Fit Test.
Rumus umum yang terdapat dalam metode Least Square Curve Fitting adalah:
F (t i ) =
Dimana :
i 0.3
n + 0.4
i = data waktu ke-t
n = jumlah data kerusakan
Dimana :
n
n n
n xi y i xi y i
i =1
i =1 i =1
2
n 2 n 2 n 2 n
n
x
x
n
y
y
i i
i
i =1
i =1 i =1
i =1
86
Gradien :
n xi y i xi y i
i =1 i =1
b = i =1
2
n
n
2
n xi xi
i =1
i =1
b=
x y
i
i =1
n
x
i =1
Intersep :
2
i
a = y bx
87
Di bawah ini adalah rumus-rumus mencari nilai r ,yaitu:
1.
Distribusi Weibull
rweibull =
n
n n
n xi y i xi y i
i =1
i =1 i =1
n 2 n 2 n 2 n 2
n xi xi n y i y i
i =1 i =1
i =1
i =1
Keterangan:
xi = ln(t i )
y i = ln ln
1
F
(
t
)
i
a
b
Distribusi Exponential
reksponential =
n
n n
n xi y i xi y i
i =1
i =1 i =1
n 2 n 2 n 2 n 2
n xi xi n y i y i
i =1 i =1
i =1
i =1
Keterangan:
xi = t i
y i = ln ln
1
F
(
t
)
i
88
3.
Distribusi Normal
rnormal =
n
n n
n xi z i xi z i
i =1
i =1 i =1
n 2 n 2 n 2 n 2
n x i xi n z i z i
i =1 i =1
i =1
i =1
Keterangan:
xi = t i
zi = -1[F(ti)]
4.
1
a
dan =
b
b
Distribusi Lognormal
rlog normal =
n
n n
n xi z i xi z i
i =1
i =1 i =1
n 2 n 2 n 2 n 2
n xi xi n z i z i
i =1 i =1
i =1
i =1
Keterangan:
xi = ln(t i )
zi = -1[F(ti)]
1
dan tmed = e-sa
b
89
2.8.2
goodness of fit untuk nilai index of fit yang terbesar. Dilakukan dengan membandingkan
antara hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Ho menyatakan bahwa waktu
kerusakan berasal dari distribusi tertentu dan H1 menyatakan bahwa waktu kerusakan tidak
berasal dari distribusi tertentu.
Pengujian ini merupakan perhitungan statistik yang didasarkan pada sampel waktu
kerusakan. Statistik ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritik yang diperoleh dari
tabel. Secara umum, apabila pengujian statistik ini berada di luar nilai kritik, maka Ho
diterima. Sebaliknya, maka H1 yang diterima. Ada 2 jenis goodness-of-fit test, yaitu:
1. Uji Umum (general tests)
Digunakan untuk menguji beberapa distribusi.
Terdiri dari: uji Chi-Square.
2. Uji Khusus (spesific tests)
Digunakan hanya untuk menguji 1 jenis distribusi. Nilai kritis tergantung dari
Derajat Kepercayaan ( ) pengujian sampel yang ada.
Terdiri dari:
a. Mann's Test untuk Distribusi Weibull,
b. Bartlett's Test untuk Distribusi Exponential,
c. Kolmogorov-Smirnov Test untuk Distribusi Normal dan Lognormal .
Ketika suatu distribusi data waktu kerusakan telah diasumsikan sebelumnya,
dimana asumsi tersebut bisa ditentukan melalui bentuk umum atau bentuk dari plot data
dalam suatu grafik (bisa dalam bentuk versi minitab). Validitas dari asumsi distribusi
90
dapat diketahui melalui suatu pengujian. Hasil pengujian tersebut mempunyai dua
kemungkinan, yaitu asumsi bahwa distribusi bisa diterima atau ditolak.
Menurut Ebeling, (1997, p400-401) hipotesa untuk melakukan uji ini adalah:
H0 : Data kerusakan berdistribusi Weibull
H1 : Data kerusakan tidak berdistribusi Weibull
Uji statistiknya adalah :
(ln t i +1 ln t i )
Mi
i = k 1+1
M =
k1
(ln t i +1 ln t i )
k2
Mi
i =1
r 1
k1
Mi = Zi+1 - Zi
i 0.5
Zi = ln ln1
n + 0.25
Keterangan:
ti
Xi
= ln(ti)
r,n
= banyaknya data
Mi
M,k1,k2
v1=k1
v2=k2
k1 =
r
2
k2 =
r 1
bil. bulat terbesar yang lebih kecil dari (r/2)
2
91
2.8.2.2 Bartletts Test untuk Pengujian Distribusi Exponential
Menurut Ebeling, (1997, p399) Hipotesa untuk melakukan uji ini adalah :
H0 : Data kerusakan berdistribusi Eksponential
H1 : Data kerusakan tidak berdistribusi Eksponential
Uji statistiknya adalah :
1 r
1 r
2r ln t i ln t i
R i =1
R i =1
B=
(r + 1)
1+
6r
Keterangan:
ti = data waktu kerusakan ke-i
r = jumlah kerusakan
B = nilai uji statistik untuk uji Bartletts Test
Jika X 12
2
, r 1
< B < X 2
2
, r 1
H0 diterima
92
2.8.2.3 Kolmogorov-Smirnov
untuk
Pengujian
Distribusi
Normal
maupun
Lognormal
Menurut Ebeling, (1997, p402-404) Hipotesa untuk melakukan uji ini adalah :
H0 : Data kerusakan berdistribusi Normal atau Lognormal
H1 : Data kerusakan tidak berdistribusi Normal dan Lognormal
Uji statistiknya adalah : Dn = max{D1,D2}
Dimana,
t t i 1
D1 = max i
1i n
n
s
i
t t
D2 = max i
1i n n
s
ln t
t= i
i =1 n
n
dan
s2 =
(ln t
i =1
t)2
n 1
Keterangan:
ti = data waktu kerusakan ke-i
t = rata-rata data waktu kerusakan
s = standar deviasi
n = banyaknya data kerusakan
93
2.9
Mean time to failure merupakan ratarata selang waktu kerusakan dari suatu
distribusi kerusakan dimana rata-rata waktu ini merupakan waktu ekspektasi terjadinya
kerusakan dari unit-unit identik yang beroperasi pada kondisi Normal. MTTF sering
digunakan untuk menyatakan angka ekspektasi E(t) dan dapat dinyatakan dengan:
E(t) = t. f (t )dt
0
tf (t )dt =
0
(t )2
t
exp
+ N
2
2
2
1
MTTF = .1 +
1
Nilai 1 + didapat dari
(x) = tabel fungsi Gamma (lihat di lampiran)
b.
Distribusi Eksponential
MTTF =
c.
Distribusi Normal
MTTF =
d.
Distribusi Lognormal
MTTF = t med .e
s2
2
94
2.10
Dalam menghitung rata-rata atau penentuan nilai tengah dari fungsi probabilitas
untuk waktu perbaikan, sangatlah perlu diperhatikan distribusi data perbaikannya.
Penentuan untuk pengujian ini dilakukan dengan cara yang sama dengan yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Menurut Ebeling (1997, p192), MTTR diperoleh dengan rumus:
Distribusi Weibull
1
MTTR = .1 +
1
Nilai 1 + didapat dari
(x) = tabel fungsi Gamma (lihat di lampiran)
b.
Distribusi Eksponential
MTTR =
c.
MTTR = t med .e
s2
2
95
2.11
Block Replacement
Jika pada selang waktu tp tidak terdapat kerusakan, maka tindakan penggantian
dilakukan pada suatu interval tp yang tetap. Jika sistem rusak sebelum jangka
waktu tp, maka dilakukan penggantian kerusakan dan penggantian selanjutnya
akan tetap dilakukan pada saat tp dengan mengabaikan penggantian perbaikan
sebelumnya.
2.
Age Replacement
Dalam metode ini tindakan penggantian dilakukan pada saat pengoperasiannya
sudah mencapai umur yang ditetapkan yaitu sebesar tp. Jika pada selang waktu tp
tidak terdapat kerusakan, maka dilakukan penggantian sebagai tindakan korektif.
Perhitungan umur tindakan penggantian tp dimulai dari awal lagi dengan
mengambil acuan dari waktu mulai bekerjanya system kembali setelah dilakukan
tindakan perawatan korektif tersebut.
96
Model penentuan interval waktu penggantian pencegahan berdasarkan kriteria
minimasi downtime yang digunakan adalah Age Replacement (Jardine, hal 94). Dalam
penggunaan model ini perlu diketahui konstruksi modelnya yaitu :
Tf = downtime yang dibutuhkan untuk melakukan penggantian kerusakan.
Tp = downtime yang dibutuhkan untuk melakukan penggantian pencegahan.
f(t) = fungsi kepadatan probabilitas waktu kerusakan.
Pada model Age Replacement ini, tindakan penggantian pencegahan dilakukan
pada saat pengoperasian telah mencapai umur yang telah ditetapkan yaitu tp. Hal ini
dilakukan jika pada selang waktu tp tidak terjadi kerusakan. Apabila sebelum waktu tp,
sistem ini tidak mengalami kerusakan maka dilakukan penggantian sebagai tindakan
perawatan korektif. Penggantian selanjutnya akan dilakukan pada saat tp dengan
mengambil waktu acuan dari waktu beroperasinya sistem setelah dilakukan tindakan
perawatan korektif. Metode ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Penggantian
Kerusakan
Penggantian
Kerusakan
Penggantian pencegahan
Tf
tp
Tp
Tf
97
Total downtime per unit waktu untuk penggantian pencegahan pada saat tp
didenotasikan dengan D (tp) yakni : (Jardine, hal 96)
D(tp ) =
D(tp ) =
T p .R (tp ) + (1 R(tp ))
(tp + T p ).R(tp ) + ( M (tp )) + T f ).(1 R(tp ))
Dimana :
tp
Tf
Tp
F(t)
98
2.12
Total downtime per unit waktu merupakan fungsi dari frekuensi pemeriksaan (n)
dan didenotasikan dengan D(n) yakni :
D(n) = downtime untuk perbaikan kerusakan + downtime untuk pemeriksaan
D ( n) =
Dimana :
( n) n
+
( n) = k / n
Dan karena : ( Jardine, hal 109 )
D ( n) =
( n) n
+
Maka : (n) = k / n 2
Dan : D ' (n) =
( n) 1
+
n2 i
99
Dimana :
1
MTTR
=
(1 / jam kerja/bln
Nilai K adalah nilai konstan dari jumlah kerusakan per satuan, sehingga jumlah
pemeriksaan optimal dapat diperoleh :
n=
k i
jam kerja/bln
n
100
2.13
2.14
Reliabilitas
dengan
Preventive
Maintenance
dan
Tanpa
Preventive
Maintenance
101
1
t
R (T) = 1 - ln
s t med
1
t
R (T) = 1 ln
s t med
1 t nt
R (t - nT) = 1 - ln
s
t
med
= Age Replacement
= Jumlah Penggantian ke n
R (t)
102
Menurut Ebeling (1997, p204), model kehandalan berikut mengasumsikan sistem
kembali ke kondisi baru setelah menjalani preventive maintenance. Keandalan pada saat
t dinyatakan sebagai berikut :
Rm(t) = R(t)
untuk 0 t < T
Rm(t) = R(T).R(t-T)
untuk T t < 2T
Keterangan:
T
R(T)
Keterangan:
n
= jumlah perawatan
103
Untuk laju kerusakan yang konstan : R(t) = e t maka,
Rm(t) = (e t )n e t (t nT )
Rm(t) = e nt e t e nt
Rm(t) = e t
Rm(t) = R(t)
Berdasarkan rumus di atas, ini membuktikan bahwa distribusi eksponential, yang
memiliki laju kerusakan konstan, bila dilakukan preventive maintenance tidak akan
menghasilkan dampak apapun. Dengan demikian, tidak ada peningkatan reliability
seperti yang diharapkan, karena Rm(t) = R(t)
2.15
104
4. Melatih pekerja untuk mengoperasikan mesin atau peralatan, termasuk cara
memeliharanya.
Persoalan teknis.
Persoalan teknis menyangkut usaha untuk menghilangkan kemungkinan timbulnya
kemacetan karena kondisi fasilitas atau peralatan konversi yang tidak baik. Dalam
kondisi teknis yang perlu diperhatikan, antara lain :
Tindakan-tindakan apa yang diperlukan untuk memelihara atau merawat
peralatan yang ada dan untuk memperbaiki mesin dan peralatan yang rusak.
Alat-alat atau komponen apa yang dibutuhkan serta harus disediakan agar
105
b.
Persoalan ekonomis.
Persoalan ekonomis menyangkut bagaimana usaha yang harus dilakukan supaya
kegiatan pemeliharaan mesin dan peralatan yang dibutuhkan secara teknis dapat
efisien dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi yang dapat
menguntungkan perusahaan. Persoalan ekonomis perlu dianalisis terhadap
perbandingan di antara masing-masing tindakan alternatif yang diambil. Adapun
biaya yang terdapat dalam kegiatan pemeliharaan antara lain biaya-biaya
pengecekan, penyetelan (set-up), biaya seperti yang telah diuraikan. Perbandingan
biaya-biaya itu perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Apakah sebaiknya dilakukan preventive maintenance atau corrective
maintenance, dimana biaya-biaya yang perlu diperhatikan adalah :
a. Jumlah biaya-biaya perbaikan yang perlu akibat kerusakan yang terjadi
karena
adanya
preventive
maintenance,
dengan
jumlah
biaya
106
3. Apakah sebaiknya peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Dalam hal ini
biaya-biaya yang perlu diperbandingkan antara lain :
a. Jumlah biaya perbaikan dengan harga pasar atau nilai dari peralatan
tersebut.
b. Jumah biaya perbaikan dengan harga peralatan yang sama di pas
Untuk menghitung total biaya saat failure dan preventive rumus yang digunakan
adalah :
Failure
Tc(tf ) =
Cf
tf
Dimana :
Cf = biaya failure
tf = nilai MTTF
Preventive
Tc(tp) =
{C
{t
p
p
Dimana :
Cp
= biaya preventive
biaya teknisi x Tp
Cf
= biaya failure
(biaya teknisi+biaya kehilangan produksi+biaya komponen)x Tf
tp
tf
= nilai MTTF
107
2.16
Penghematan biaya (cost saving) terjadi apabila selisih antara total failure cost
dengan total preventive cost bernilai positif. Persentasi penghematan biaya dirumuskan
sebagai berikut:
Penghematan biaya = total failure cost-total preventive cost x 100%
total failure cost
Apabila cost saving bernilai positif (+) dan persentasi penghematan biaya cukup
besar (sebanding dengan nilai investasi sistem), maka preventive maintenance perlu
untuk dilakukan. Sedangkan apabila cost saving bernilai negatif (-) dan persentasi
penghematan biaya sangat kecil (tidak sebanding dengan nilai investasi sistem), maka
108
2.17
Sistem Informasi
109
Organisasi terdiri dari sejumlah sumber daya seperti manusia, material, uang,
mesin, dan informasi, dimana sumber daya tersebut bekerja menuju tercapainya suatu
tujuan tertentu yang ditentukan oleh pemilik atau manajemennya. Model dasar dari
sistem ialah sebagai berikut :
Input (masukan)
Merupakan sekumpulan data baik dari luar organisasi maupun dari dalam
organisasi yang akan digunakan dalam proses sistem informasi.
Process (proses)
Merupakan kegiatan konversi, manipulasi, dan analisis dari data input menjadi
lebih berarti bagi manusia.
Output (keluaran)
Merupakan proses mendistribusikan informasi kepada orang atau kegiatan yang
memerlukannya.
Subsistem
Merupakan sebagian dari sistem yang mempunyai fungsi khusus. Masing-masing
subsistem itu sendiri memiliki komponen input, proses, output, dan feedback.
110
Menurut pendapat McLeod (2001, p11-12), penjelasan hubungan elemen-elemen
dalam sistem yaitu: sumber daya input diubah menjadi sumber daya output. Sumber
daya mengalir dari elemen input, melalui elemen transformasi, ke elemen output. Suatu
mekanisme pengendalian memantau proses transformasi untuk meyakinkan bahwa
sistem tersebut memenuhi tujuannya. Mekanisme pengendalian ini dihubungkan pada
arus sumber daya dengan memakai suatu lingkaran umpan balik (feedback loop) yang
mendapatkan informasi dari output sistem dan menyediakan informasi bagi mekanisme
pengendalian. Mekanisme pengendalian membandingkan sinyal-sinyal umpan balik ke
sasaran dan mengarahkan sinyal pada elemen input jika sistem operasi memang perlu
diubah.
Jika elemen sistem menggambarkan suatu perusahaan manufaktur, sumber daya
input adalah bahan mentah, yang diubah menjadi barang jadi atau jasa melalui proses
manufaktur. Mekanisme pengendaliannya adalah manajemen perusahaan, tujuannya
adalah sasaran-sasaran yang ingin dicapai perusahaan, dan lingkaran umpan baliknya
adalah arus informasi ke dan dari manajemen.
Data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi
pemakai. Saat data diproses, ia dapat diubah menjadi informasi. Sedangkan pengertian
informasi menurut McLeod (2001,p15) adalah data yang telah diproses, atau data yang
memiliki arti dan siap dipakai. Informasi juga bisa diartikan sebagai data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
Informasi sangat dibutuhkan karena informasi merupakan suatu dasar dalam
mengambil keputusan dalam perusahaan. Pengolah informasi adalah salah satu elemen
111
kunci dalam sistem konseptual. Pengolah informasi dapat meliputi elemen-elemen
komputer, elemen-elemen non-komputer, atau kombinasi keduanya. Kualitas dari
informasi ditentukan oleh 4 hal, yaitu:
1.
Information quality
Semakin akurat suatu informasi, maka semakin tinggi pula kualitas informasinya.
Akurat berarti informasi tersebut harus bebas dari kesalahankesalahan dan tidak
menyesatkan. Akurat berarti pula suatu informasi harus jelas mencerminkan
maksud dari sumber ke penerimanya. Sehingga pembuat keputusan akan semakin
terbantu dan yakin akan informasi yang diterimanya ketika harus membuat
keputusan.
2.
Information timeless
Informasi yang disediakan oleh sistem informasi dapat dipergunakan oleh orang
yang tepat pada waktu yang tepat untuk mengambil keputusan, kebijakan, atau
tindakan yang tepat.
3.
Information quantity
Informasi yang diperoleh oleh pembuat keputusan harus sesuai dengan kebutuhan.
Jika terlalu sedikit akan menyulitkan dalam membuat keputusan yang akurat dan
tepat waktu. Jika terlalu banyak atau melebihi dari yang dibutuhkan atau dapat
dipergunakan, pembuat keputusan seringkali mengabaikan informasi dari masalah
yang serius.
4.
Information relevan
Informasi yang didapat oleh pembuat keputusan harus mempunyai relevansi
terhadap tanggung jawab dan tugas mereka.
112
2.17.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut McLeod (2001, p2) Informasi merupakan data yang telah diproses atau
data yang memiliki arti. Sedangkan menurut OBrien (2002, p13), informasi adalah data
yang telah dikonversikan menjadi bentuk yang bermakna dan berguna bagi pengguna
akhir. Menurut pendapat ahli lainnya, informasi adalah data yang telah diproses menjadi
bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang
bermanfaat atau prospek keputusan. Jadi ada suatu proses transformasi data menjadi
suatu informasi (input-proses-output). Dari definisi yang disebutkan, informasi dapat
disimpulkan sebagai data yang telah diolah yang mempunyai arti dalam pengambilan
keputusan bagi pihak yang bersangkutan.
Pengertian sistem informasi menurut Mcleod (2001,p4) adalah suatu kombinasi
yang terorganisasi dari manusia, peranti lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi,
dan sumber daya data yang mengumpulkan, mentransformasikan, serta menyebarkan
informasi di dalam sebuah organisasi.
Adapun komponen - komponen dari sistem informasi adalah metode kerja (work
b.
c.
d.
113
e.
f.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
114
sebagai alat bantu yang dikenal sebagai alat yang cepat, akurat, tidak cepat lelah, serta
tidak mengenal arti kata bosan, untuk melaksanakan instruksi-instruksi pengguna.
Pengembangan sistem informasi yang direalisasikan dengan bantuan komputer
(Computerized Information System) melalui suatu tahapan yang disebut dengan sistem
analisis dan desain. Yang dimaksud dengan sistem analisis dan desain adalah
peningkatan kinerja suatu organisasi dengan tujuan perbaikan prosedur-prosedur dan
metode yang lebih baik. Sistem desain merencanakan suatu sistem baru menggantikan
(dikomplemenkan) dengan sistem usaha lama. Untuk itu diperlukan analisis, yaitu
proses mengumpulkan dan menginterprestasikan kenyataan-kenyataan yang ada,
mendiagnosa persoalan dan menggunakan keduanya untuk memperbaiki sistem.
Sistem analis selain bertugas untuk memecahkan persoalan yang dihadapi juga
diharapkan dapat membantu menangani perencanaan perluasan usaha. Dalam hal ini
sistem pemecahan harus berorientasi ke masa mendatang, jika sistemnya belum ada juga
harus dapat memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan kebutuhan masa depan suatu
usaha dan perubahan yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam
banyak hal, sistem analis harus memiliki inovasi yang tinggi untuk memberikan banyak
cara alternatif untuk memperbaiki situasi. Rencana perbaikan yang diberikan dapat lebih
dari satu strategi dan setelah manajemen memutuskan strategi yang dipilih, baru
dikembangkan strategi tersebut. Sistem desain mirip dengan blueprint yang
memspesifikasikan semua karakteristik yang harus ada pada produk jadi.
115
Menurut Adi Nugroho (2002,p78), pengembangan sistem informasi dilakukan
karena alasan-alasan sebagai berikut :
1.
operasi,
serta
ketidak-amanan
data-data
penting
yang
Pertumbuhan organisasi
Pada saat organisasi masih kecil, masih mungkin segalanya dilakukan secara
manual dengan jumlah pengelola beberapa orang saja. Namun saat organisasi
berkembang menjadi besar, tidaklah mungkin untuk melakukan segalanya secara
manual. Saat inilah diperlukan otomatisasi pemrosesan data sehingga prosesproses dalam organisasi bisa berjalan dengan cepat serta akurat. Selain itu juga
diperlukan suatu cara tertentu sehingga data-data yang diperlukan sebagai dasar
pengambilan keputusan oleh manajer dapat diperoleh dengan cepat.
3.
116
kita akan tertinggal sehingga mungkin akan menjadi terlambat untuk dapat
memanfaatkan kesempatan itu.
Siklus pengembangan sistem adalah kumpulan-kumpulan kegiatan dari analisis
pendesain dan user dari sistem informasi yang dilaksanakan untuk dikembangkan dan
diimplementasikan. Siklus hidup pengembangan sistem informasi menyajikan
metodologi atau proses yang diorganisasikan guna membangun suatu sistem informasi.
Siklus hidup sistem informasi dimulai dari fase perencanaan, fase pembangunan
(investigasi, analisis, desain, implementasi), dan dievaluasi secara terus-menerus untuk
menetapkan apakah sistem informasi tersebut masih layak diaplikasikan. Jika tidak maka
sistem informasi tersebut akan diganti dengan yang baru dan dimulai dari perencanaan
kembali. Siklus pengembangan sistem informasi terdiri dari aktivitas-aktivitas, yaitu
penyelidikan awal, penentuan kebutuhan sistem, pengembangan prototipe sistem, desain
sistem, implementasi dan evaluasi.
117
2.18
Menurut McLeod (2001, p234) analisa sistem adalah penelitian atas sistem yang
telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaiki. Jadi dapat
disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem yang ada dengan tujuan
penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna sistem.
Menurut Cushing (1991, p327), analisa sistem dapat didefinisikan sebagai proses
penyelidikan kebutuhan informasi pemakai didalam suatu organisasi agar dapat
menetapkan tujuan dan spesifikasi untuk desain suatu sistem informasi.
118
Menurut Nugroho (2002,p11), faktor utama ditemukannya pendekatan
berorientasi objek adalah karena adanya kekurangan kekurangan pada pendekatan
terstruktur :
1.
2.
3.
4.
5.
Objek
Objek merepresentasikan sebuah entitas, baik secara fisik, konsep ataupun secara
peranti lunak. Definisi yang formal dari objek adalah sebuah konsep, abstraksi atau
sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan untuk sebuah aplikasi. Sebuah
objek adalah sesuatu yang mempunyai keadaan, kelakuan dan identitas. Keadaan
dari objek adalah satu dari kondisi yang memungkinkan dimana objek dapat
muncul, dan dapat secara normal berubah berdasarkan waktu. Keadaan dari objek
biasanya diimplementasikan dengan kelompok propertinya (disebut atribut), berisi
nilai dari properti tersebut, ditambah keterhubungan objek yang mungkin dengan
objek lainnya. Kelakuan menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan bereaksi
terhadap permintaan dari objek lainnya. Direpresentasikan dengan kelompok pesan
yang direspon oleh objek (operasi yang dilakukan oleh objek). Kelakuan dari objek
119
mendeskripsikan segala sesuatu yang dapat kita lakukan terhadap objek tersebut
dan segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh objek untuk kita. Setiap objek
mempunyai identitas yang unik. Identitas yang unik ini membuat kita dapat
membedakan dua objek yang berbeda, walaupun kedua objek tersebut mempunyai
keadaan dan nilai yang sama pada atributnya.
2.
Kelas
Kelas adalah deskripsi dari kelompok objek dengan properti yang sama (atribut),
kelakuan yang sama (operasi), serta relationship dan semantik yang sama. Dimana
telah dinyatakan, bahwa sebuah objek adalah instansiasi dari kelas. Sebuah kelas
adalah sebuah hasil abstraksi dari sesuatu dengan mengelompokkan karakteristik
yang sejenis dengan mengabaikan karakteristik lainnya.
3.
Atribut
Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan batasan
nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut. Atribut dari suatu
kelas merepresentasikan properti-properti yang dimiliki oleh kelas tersebut. Atribut
mempunyai tipe yang menjelaskan tipe instansiasinya. Hanya sebuah instansiasi
dari kelas (objek) yang dapat mengubah nilai dari atributnya.
Keadaan (state) dari sebuah objek dijelaskan dengan nilai dari atribut-atribut yang
dimilikinya (selain keberadaan hubungan dengan objek lainnya). Dalam sebuah
kelas atribut hanya dinyatakan keberadaan dan batasan nilainya saja, sedangkan
dalam sebuah objek atributnya sudah dinyatakan nilai dan menjelaskan kedudukan/
keadaan dari objek tersebut.
120
4.
Operasi
Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari sebuah objek
dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Sebuah operasi dapat berupa
perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak boleh mengubah
kedudukan dari objek tersebut. Hanya perintah yang dapat mengubah keadaan dari
sebuah objek. Keluaran dari sebuah operasi tergantung dari nilai keadaan terakhir
dari sebuah objek.
Class adalah deskripsi dari kumpulan objekobjek yang mempunyai kesamaan struktur,
pola operasi, dan atribut.
Dapat dinyatakan bahwa sebuah objek dijelaskan di sebuah class, class
menjelaskannya dengan bentuk struktur dan kelakukan dari semua objeknya. Sebuah
objek yang diciptakan dari sebuah class disebut juga instance dari class, dengan kata
lain class adalah deskripsi statik dan objek adalah instance dinamis dari class.
121
2.18.4 Pengertian Objek
Objek adalah sebuah entitas yang dapat menyimpan informasi dan menawarkan
sejumlah operasi untuk mengevaluasi maupun mempengaruhi keadaan entitas itu
sendiri. Sebuah objek ditandai dengan sejumlah operasi dan sebuah state / informasi
yang mengingat akibat / efek dari operasi tersebut.
Menurut Mathiassen (2000,p4), Objek adalah sebuah entitas yang memiliki
identitas, state dan operasi ( behavior).
Objek mempunyai arti kombinasi dari data dan logik yang mewakilkan entitas
dari kenyataan. Objek merepresentasikan sebuah entitas, baik secara fisik, konsep
ataupun secara peranti lunak. Definisi yang formal dari objek adalah sebuah konsep,
abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan untuk sebuah aplikasi.
Sebuah objek adalah sesuatu yang mempunyai keadaan, kelakuan dan identitas.
Keadaan dari objek adalah satu dari kondisi yang memungkinkan dimana objek dapat
muncul, dan dapat secara normal berubah berdasarkan waktu. Keadaan dari objek
biasanya diimplementasikan dengan kelompok propertinya (disebut atribut), berisi nilai
dari properti tersebut, ditambah keterhubungan objek yang mungkin dengan objek
lainnya.
Kelakuan menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan bereaksi terhadap
permintaan dari objek lainnya. Direpresentasikan dengan kelompok pesan yang direspon
oleh objek (operasi yang dilakukan oleh objek). Kelakuan dari objek mendeskripsikan
segala sesuatu yang dapat kita lakukan terhadap objek tersebut dan segala sesuatu yang
dapat dilakukan oleh objek untuk kita. Setiap objek mempunyai identitas yang unik.
Identitas yang unik ini membuat kita dapat membedakan dua objek yang berdeda,
122
walaupun kedua objek tersebut mempunyai keadaan dan nilai yang sama pada
atributnya.
Ciriciri yang dimiliki oleh suatu objek adalah :
1. Setiap objek memiliki suatu identitas, atau informasi individual yang unik, disebut
dengan atribut. Contohnya; seorang mahasiswa mempunyai atribut NIM, dan setiap
mahasiswa mempunyai NIM masingmasing, sehingga ini merupakan suatu identitas
yang unik.
2. Objek dapat melakukan suatu operasi ( behavior).
3. Objek dapat dikomposisikan menjadi bagianbagian yang terpartisi yang dinyatakan
dalam hubungan agregat.
Object oriented adalah berfokus kepada objek itu sendiri. Objek dapat dianggap
sebagai 'kotak hitam' yang menerima dan mengirimkan pesan. Pada peranti lunak,
sebuah kotak hitam selalu terdiri dari kode (instruksi sekuensial komputer) dan data
(informasi dimana instruksi dioperasikan di dalamnya). Secara tradisional kode dan data
selalu dipisahkan, sedangkan pada object oriented, kode dan data digabungkan menjadi
satu bagian yang tidak terpisahkan, yang disebut sebagai objek, dan kita tidak perlu lagi
melihat kedalam isi dari objek yang telah dibentuk, karena semua bentuk komunikasi
dengan objek dilakukan dengan menggunakan pesan. (www.gematel.com).
123
2.18.6 Pengertian Analisa Sistem Berorientasi Objek
Menurut McLeod (2001, p234), analisa sistem merupakan penelitian atas sistem
yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaiki. Jadi,
penelitian sistem yang telah ada, dibuat penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan
oleh pengguna sistem.
Berdasarkan pendapat Bahrami (1999, p79), analisa sistem merupakan proses
menggali kebutuhan-kebutuhan sebuah sistem dan apa yang harus dilakukan sistem
tersebut untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan user. Tujuan dari analisis berorientasi
obyek adalah pertama untuk memahami domain permasalahan dan tanggungjawab
sistem dengan memahami bagaimana user menggunakan atau akan menggunakan
sistem.
Menurut pendapat OBrien (2002, p352), analisa sistem mencakup apa yang
harus dilakukan sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi dari pengguna, sedangkan
perancangan sistem mencakup bagaimana sebuah sistem dapat memenuhi kebutuhan
ini. Perancangan sistem terdiri dari aktivitas perancangan yang menghasilkan spesifikasi
sistem sesuai dengan kebutuhan yang dikembangkan di dalam proses analisis sistem.
Proses perancangan terdiri dari 3 aktivitas, yaitu :
a.
b.
Perancangan basis data, yaitu merancang bagaimana elemen data tersusun dalam
sebuah media dengan struktur yang baik, sehingga mudah diakses.
124
c.
2.19
Mereka mengubah jalan pikiran kita mengenai sistem. Jalan pikiran OO lebih
alami bagi kebanyakan orang dibandingkan dengan teknik analisis dan desain
secara terstruktur.
b.
Sistem dapat dibuat di luar dari obyek-obyek yang telah ada. Hal ini menunjukkan
tingkat
kemampuan
daur
ulang
yang
tinggi,
yang
menghemat
uang,
Kompleksitas
dari
obyek
dapat
digunakan
untuk
perkembangan
yang
house.
125
e.
Pembuatan sistem yang bekerja dengan benar adalah lebih mudah dibandingkan
dengan teknik OO.
f.
Architectural Design, dan Component Design. Setiap aktivitas tersebut menuju pada
hasil yang spesifik.
Reusability
Kemampuan untuk menggunakan kembali pengetahuan dan kode program yang
ada, dapat menghasilkan keunggulan saat suatu sistem baru dikembangkan atau
sistem yang ada dipelihara atau direkayasa ulang. Setelah suatu objek diciptakan,
ia dapat digunakan kembali, mungkin hanya dengan modifikasi kecil di sistem
126
lain. Ini berarti biaya pengembangan yang ditanamkan di satu proyek dapat
memberikan keuntungan bagi proyek-proyek lain.
2. Interoperability
Kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai aplikasi dari beberapa sumber,
seperti program yang dikembangkan sendiri dan peranti lunak jadi, serta
menjalankan aplikasi-aplikasi ini di berbagai platform perangkat keras.
3 Reusability dan interoperability menghasilkan empat keunggulan kuat (McLeod,
2001, pp614-615), yaitu:
- Peningkatan kecepatan pembangunan, karena sistem dirancang seperti dunia
nyata melihatnya.
- Pengurangan biaya pengembangan, karena pengembangan lebih cepat.
- Kode berkualitas tinggi memberikan keandalan lebih besar dan ketangguhan
yang lebih dibandingkan yang biasa ditemukan dalam sistem berorientasi proses.
- Pengurangan biaya pemeliharaan dan rekayasa ulang sistem, karena kode yang
berkualitas tinggi dan kemampuan pemakaian kembali.
127
2.20
control untuk televisi, maka fungsi-fungsi detail dan cara implementasi fungsi pada
remote control telah terenkapsulasi, kita sebagai pengguna hanya akan berhubungan
dengan tombol-tombol sebagai antarmukanya.
128
2.20.2 Inherintance
Inheritance atau yang biasa kita sebut sebagai warisan merupakan kemampuan
obyek untuk menurunkan sifat, metode, atribut, dan variabel yang dimiliki oleh class
induk/dasarnya tanpa menggunakan banyak kode program, serta dapat ditambahkan
metode, atribut, dan variabel baru. Secara sederhana berarti menciptakan kelas baru
yang memiliki sifat-sifat kelas induknya, ditambah dengan karakteristik yang khas dari
kelas itu sendiri. Objek-objek memiliki banyak persamaan, namun ada sedikit perbedan.
Objek-objek memiliki banyak persamaan, namun ada sedikit perbedan. Contoh
dengan beberapa buah mobil yang mempunyai kegunaan yang berbeda-beda. Ada mobil
bak terbuka seperti truk, bak tertutup seperti sedan dan minibus. Walaupun demikian
objek-objek ini memiliki kesamaan yaitu teridentifikasi sebagai objek mobil, objek ini
dapat dikatakan sebagai objek induk (parent). Sedangkan minibus dikatakan sebagai
objek anak (child), hal ini juga berarti semua operasi yang berlaku pada mobil berlaku
juga pada minibus.
2.20.3 Polymorphism
perintah
main
kepada
semua
objek
maka
semua
objek
akan
129
mengimplemetasikan perintah tersebut dengan memainkan alat musik yang bebedabeda, walaupun dengan satu perintah dari antar muka yang sama.
2.21
130
sebenarnya (proses) akan membuat proyek gagal. Dan pemahaman terhadap metode
pemodelan dan proses disempurnakan dengan penggunaan tool yang tepat.
Metodologi Pemodelan
Proses
Tool
Sumber : http://www.omg.org/gettingstarted/what_is_uml.htm
Menurut pendapat Booch, Rumbaugh, dan Jacobson (1999, p13), UML (Unified
software (http://www.omg.org).
131
UML adalah sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam industri untuk
visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. UML menawarkan
sebuah standar untuk merancang model sebuah sistem (http://www.IlmuKomputer.com).
UML adalah sebuah modeling language, bukanlah sebuah method. Sebagian
besar method, paling tidak dalam prinsipnya, terdiri dari sebuah modeling language dan
sebuah proses. Modeling language adalah notasi (terutama grafikal) yang digunakan
132
2.21.3 Sejarah Singkat UML
UML merupakan hasil pemikiran dari Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar
Jacobson. Belakangan ini mereka dinamakan The Three Amigos. Ketiga orang ini
bekerja di organisasi yang berbeda pada tahun 80-an dan awal tahun 90-an. Masingmasing mengembangkan metodologinya sendiri mengenai analisis dan desain sistem
berorientasi obyek (Object-Oriented Analysis and Design). Metodologi mereka
mendapatkan keunggulan tersendiri yang membedakan mereka dengan para pesaing
lainnya, seperti: metodologi coad, shlaer-mellor, wirfs-brock dan lain sebagainya.
Jumlah yang menggunakan metoda OO mulai diuji coba dan diaplikasikan antara 1989
hingga 1994, seperti halnya oleh Grady Booch dari Rational Software Co., dikenal
dengan OOSE (Object-Oriented Software Engineering), serta James Rumbaugh dari
General Electric, dikenal dengan OMT (Object Modelling Technique). Di tahun 1994,
Rumbaugh bergabung dengan Rational Software Corporation, dimana Booch bekerja.
Jacobson kemudian bergabung juga dengan Rational setahun kemudian.
Dimulai pada bulan Oktober 1994, The Three Amigos ini yang merupakan tiga
tokoh yang metodologinya banyak digunakan untuk mempelopori usaha untuk
penyatuan metodologi pendesainan berorientasi objek. Saat itu baru dikembangkan draft
metoda UML version 0.8 dan diselesaikan serta di release pada bulan oktober 1995.
Bersamaan dengan saat itu, Jacobson bergabung dan UML tersebut diperkaya ruang
lingkupnya dengan metoda OOSE sehingga muncul release version 0.9 pada bulan Juni
1996. Hingga saat ini sejak Juni 1998 UML version 1.3 telah diperkaya dan direspons
oleh OMG (Object Management Group), Anderson Consulting, Ericsson, Platinum
Technology, ObjectTime Limited, dan lain-lain serta di pelihara oleh OMG yang
dipimpin oleh Cris Kobryn.
133
Booch, Rumbaugh, dan Jacobson (The Three Amigos) ini menyusun 3 buku
serial tentang UML pada tahun 1999 dengan seri [7] [8] [9]. Sejak saat itulah, UML
telah menjelma menjadi standar bahasa pemodelan untuk aplikasi berorientasi objek.
(OMG - http://www.omg.org)
Menurut pendapat Priestly (1999, p7-8), versi draf UML mulai menjalar industri
software dan menyebabkan perubahan secara bertahap. Oleh karena banyak perusahaan
mulai merasakan UML mampu membawakan sasaran yang strategis, maka UML
konsorsium berkembang pesat. Anggota-anggotanya antara lain adalah DEC, HewlettPackard, Intellicorp, Microsoft, Oracle, Texas Instruments, Rational, dan yang lainnya.
Pada tahun 1997, konsorsium memproduksikan versi 1.0 dari UML dan
mengumpulkannya kepada Object Management Group (OMG) untuk menanggapi
permintaan OMG terhadap sebuah proposal untuk sebuah bahasa modelling yang
134
standar. Konsorsium berkembang, menghasilkan versi 1.1 dan mengumpulkannya pada
OMG, yang telah mengadopsikannya di akhir tahun 1997. OMG mengambil alih
pemeliharaan UML dan memproduksikan dua revisi baru pada tahun 1998. UML
akhirnya menjadi sebuah standar mutlak dalam industri software, dan terus berkembang.
Structural
View
Diagrams
Static View
Class diagram
Implementation
View
Deployment View
State machine view
Activity View
Component
Diagram
Deployment
Diagram
State Chart
Diagram
Activity Diagram
Dynamic
Sequence Diagram
Interaction View
Collaboration
Diagram
Model
Management
Model Management
View
Class diagram
Extensibility
All
All
Main Concepts
Class, association,
generalization, dependency,
realization, interface
Use case, actor, association,
extend, include, use case
generalization
Component, interface,
dependency, realization.
Node, component,
dependency, location
State, event, transition,
action
State, activity, completion
transition, fork, join
Interaction, object, message,
activation
Collaboration, interaction,
Collaboration role, message
Package, subsystem, model
Constraint, stereotype,
tagged values
Sumber : http://www.cetuslinks.org/oo_uml.html
135
Abstraksi konsep dasar UML yang terdiri dari structural classification, dynamic
behaviour, dan model management, bisa dipahami dengan mudah apabila kita melihat
tabel 2.2 di atas dari segi diagram. Main concepts bisa kita pandang sebagai term yang
akan muncul pada saat kita membuat diagram. Dan view adalah kategori dari diagram
tersebut. Langkah-langkah dalam dalam pembuatan diagram UML bisa dilihat 2.21.5
penjelasan di bawah ini.
2.21.5
Diagram UML
Untuk membuat suatu sistem yang akan diimplementasikan baik secara teknis
maupun sosial hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mengerti struktur,
hubungan, proses detil dari suatu organisasi serta mengevaluasi dan menentukan
teknologi yang relevan untuk mendukung sistem tersebut agar dapat bekerja dengan
semestinya.
System definition (Mathiassen, 2000, p24) adalah suatu deskripsi yang jelas
namun singkat dari sebuah system yang terkomputerisasi dan diekspresikan dengan katakata. Sebuah System Definition menjelaskan property mendasar dari pengembangan
sebuah system dan kegunaannya. System Definition menjelaskan system dalam konteks,
informasi apa saja yang harus dimiliki, fungsi apa saja yang harus tersedia, dimana harus
digunakan dan dalam kondisi apa pengembangan bisa dilakukan.
Sebuah System Definition harus singkat dan tepat dan memiliki penjelasan
yang paling mendasar tentang system tersebut. Keterangan yang ringkas dan tepat
menyediakan rangkuman yang membuat kita lebih mudah dalam membandingkan
dengan pilihan lain yang ada.
136
137
2.21.5.2 Rich Picture
Rich picture bukanlah sebuah hasil dan anggota proyek boleh tidak setuju
terhadap gambar yang ada. Pada kenyataannya, pengembang sistem dapat menggunakan
rich picture untuk mengemukakan pandangan yang berbeda dari keadaan yang ada
sebagai dasar dari diskusi terhadap system yang ingin dikerjakan. Berikut ini merupakan
contoh dari rich picture.
138
139
2.21.5.3 FACTOR Criteria
Functionality
Fungsi dari system yang mendukung tugas dari application-domain.
2.
Application domain
Bagian dari organisasi yang mengurus, mengawasi atau mengontrol problem
domain.
3.
Conditions
Kondisi seperti apa yang sedang berjalan ketika system dikembangkan dan
digunakan.
4.
Technology
Teknologi yang digunakan dalam mengembangkan system dan teknologi yang
dibutuhkan untuk menjalankan system.
5.
Objects
Objek utama dari problem domain.
6.
Responsibility
Kegunaan system secara keseluruhan.
140
FACTOR criteria dapat digunakan dalam 2 cara. FACTOR dapat digunakan
untuk mendukung pengembangan system-definition, dengan mempertimbangkan secara
hati-hati bagaimana keenam elemen FACTOR diformulasikan atau kita dapat juga mulai
dengan definisi kita terhadap sistem dan kemudian menggunakan criteria untuk melihat
bagaimana system definition memenuhi 6 faktor yang ada.
Condition
Technology
Object
Responsibility
141
Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan
batasan nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut. Atribut dari suatu
kelas merepresentasikan properti-properti yang dimiliki oleh kelas tersebut. Atribut
mempunyai tipe yang menjelaskan tipe instansiasinya.
Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari sebuah
objek dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Sebuah operasi dapat berupa
perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak boleh mengubah kedudukan dari
objek tersebut. Hanya perintah yang dapat mengubah keadaan dari sebuah objek.
Keluaran dari sebuah operasi tergantung dari nilai keadaan terakhir dari sebuah objek.
Class memiliki 3 area pokok, yaitu nama, atribut, dan metoda/fungsi. Atribut
dan metoda dapat memiliki salah satu sifat berikut ini:
Protected : hanya dapat dipanggil oleh class yang bersangkutan dan anak-anak
yang mewarisinya.
yang hanya memiliki metoda. Interface tidak dapat langsung diinstansiasikan, tetapi
harus diimplementasikan dahulu menjadi sebuah class. Dengan demikian interface
mendukung resolusi metoda pada saat run time. Sesuai dengan perkembangan class
142
Menurut Booch (1999, p108), class diagram dapat digunakan untuk:
143
144
Association Role
Association adalah hubungan antar benda struktural yang terhubung diantara
obyek. Kesatuan obyek yang terhubung merupakan hubungan khusus, yang
menggambarkan sebuah hubungan struktural diantara seluruh atau sebagian.
Umumnya assosiation digambarkan dengan sebuah garis yang dilengkapi dengan
sebuah label, nama, dan status hubungannya seperti terlihat dalam gambar di
bawah ini.
Company
-Employer
-Employee
Person
Navigability
Merupakan sebuah properti dari role, yang menandakan bahwa ada kemungkinan
untuk melakukan navigasi uni-directional pada association dari objek sumber ke
objek tujuan.
Person
Company
Works for
145
Aggregation
Aggregation atau agregasi adalah hubungan bagian dari atau bagian
keseluruhan. Suatu class atau objek mungkin memiliki atau bisa dibagi menjadi
class atau objek tertentu, dimana class atau objek yang disebut kemudian
merupakan bagian dari class atau objek yang terdahulu. Menurut Larman (1998,
p359), ada 2 jenis aggregation, yakni :
1. Composite Aggregation
Disebut juga strong aggregation dimana objek bagian tidak dapat berdiri
sendiri tanpa objek keseluruhan. Jadi, antara objek yang satunya saling
terkait kuat dengan objek lainnya. Merupakan multiplicity pada satu composite
dan dinotasikan dengan filled diamond. Menunjukkan bahwa composite secara
tunggal memiliki the part. Notasinya adalah :
2. Shared Aggregation
Merupakan multiplicity pada composite yang lebih dari 1 dan dinotasikan
dengan hollow diamond. Menunjukkan bahwa the part bisa terdapat pada
146
Agregasi adalah bentuk khusus dari association.
Company
Departmen
1
Composition
Composition adalah strong aggregation. Pada composition, objek bagian tidak
dapat berdiri sendiri tanpa objek keseluruhan. Jadi mereka terkait dengan kuat
satu dengan yang lainnya.
Company
Departmen
1
Generalization
Generalization adalah menggambarkan hubungan khusus dalam obyek anak/child
yang menggantikan obyek parent / induk . Dalam hal ini, obyek anak memberikan
pengaruhnya dalam hal struktur dan tingkah lakunya kepada obyek induk.
Vehicle
Bus
Truck
Car
147
2.21.5.5 State Chart Diagram
148
2.21.5.6 Use Case Diagram
Use case diagram menggambarkan interaksi antara sistem (use case) dengan
aktor. Aktor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem.
Use Case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem.
Yang ditekankan adalah apa yang diperbuat sistem, dan bukan bagaimana. Use Case
diagram
digunakan
untuk
menyusun
requirement
dari
sebuah
sistem,
mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua
feature yang ada pada sistem.
149
Make Form
Entry Form
CustomerService
Customer
Make Report
Update Goods
Storage
Deliver Order
150
2.21.5.7 Activity Diagram
untuk
menggambarkan
behaviour
pada
kondisi
tertentu.
Untuk
mengilustrasikan proses-proses paralel (fork dan join) digunakan titik sinkronisasi yang
dapat berupa titik, garis horisontal atau vertikal.
151
2.21.5.8 Function
Function fokus kepada apa yang actor lakukan di dalam sistem tersebut. Pada
dasarnya function ditujukan sebagai perhitungan, di mana data yang diterima akan
dirubah menjadi suatu data yang berarti.
Menurut Mathiassen (2000, p136) function adalah suatu fasilitas untuk
membuat suatu model yang berguna untuk actor. Suatu function dapat diaktifkan,
dijalankan dan menghasilkan suatu hasil yang diinginkan.
Function memiliki beberapa tipe, setiap tipe dari sebuah function merupakan
ekspresi atau penggambaran dari hubungan yang terjadi antara model dan konteks sistem
dan setiap function memiliki karakteristik yang dapat membantu ketika ingin
mendefinisikan suatu function.
Tipe dari function antara lain (Mathiassen, 2000, p136) :
Update
Function ini diaktifkan oleh problem domain dan dapat menghasilkan sebuah
perubahan dalam model state.
Signal
Function ini diaktifkan dengan merubah model state dan menghasilkan suatu
reaksi dari dalam sistem, reaksi dapat dilihat oleh actor dalam application domain.
Read
Function ini membutuhkan suatu informasi dari actor untuk dapat diaktifkan dan
sistem dapat menampilkan bagian yang relefan dari suatu model.
152
Compute
Function diaktifkan dengan informasi yang didapatkan dari actor dan terjadi
perhitungan yang melibatkan informasi yang didapat dari actor atau model,
hasilnya ditampilkan dengan hasil perhitungan yang diinginkan.
Tujuan dalam menganalisa suatu function (Mathiassen, 2000, p139) adalah
menentukan kemampuan proses sistem informasi dengan membuat daftar dari function
dengan spesifikasi detil dari function tersebut. Di bawah ini merupakan contoh dari
Cari
Tambah
Hapus
Ubah
Cancel
Cetak
Hitung jumlah pesanan
Hitung kapasitas
Hitung jumlah mesin
Hitung waktu proses
Create schedule
Complexity
Simple
Simple
Simple
Simple
Simple
Simple
Simple
Medium
Simple
Medium
Very complex
Function Type
Read
Update
Update
Update
Update
Read
Read
Compute
Read, Compute
Compute
Compute
153
2.21.5.9 Sequence Diagram
sequence diagram (Bennet et al., 2006, pp 253-254). Terdapat beberapa notasi penulisan
heading pada setiap frame yang terdapat pada sequence diagram (Bennet et al., 2006,
p270). Notasi heading pada frame tersebut antara lain :
a. alt
Notasi ini merupakan singkatan dari alternatives yang menyatakan bahwa ada
beberapa alternatif pengerjaan suatu program.
b. opt
Notasi ini adalah singkatan dari optional yang artinya setiap frame yang mempunyai
heading ini memiliki status pilihan dimana akan dijalankan apabila syarat tertentu
terpenuhi.
154
c. loop
Notasi ini merupakan singkatan dari looping yang artinya operation yang ada di
dalam frame tersebut akan dijalankan secara terus menerus pada kondisi tertentu.
d. break
Notasi ini menandakan bahwa seluruh operation yang ada setelah frame tersebut
tidak dijalankan.
e. par
Notasi ini merupakan singkatan dari parallel yang menandakan bahwa operation
yang ada di frame tersebut dijalankan bersama-sama.
f. seq
Notasi ini merupakan singkatan dari weak sequencing yang berarti operation yang
berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan mana saja.
g. strict
Notasi ini menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan. Notasi ini
merupakan singkatan dari strict sequencing.
h. neg
Notasi ini menandakan bahwa operasi tidak valid. Neg merupakan singkatan dari
negative.
i. critical
Notasi critical menyatakan operasi yang ada di dalam suatu frame pada heading ini
tidak memiliki sela yang kosong.
j. ignore
Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan dapat
diabaikan dalam interaksi.
155
k. consider
Notasi ini menyatakan pesan yang harus dipertimbangkan dalam suatu interaksi.
l. assert
Notasi ini singkatan dari assertion yang merupakan urutan dari pesan yang valid.
m. ref
Notasi ini menyatakan bahwa di dalam frame tersebut menunjuk suatu operation
yang ada di dalamnya pada suatu sequence diagram tertentu. Notasi ini merupakan
singkatan dari refer.
Masing-masing objek, termasuk aktor memiliki lifeline vertikal. Message
digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Pada fase desain
berikutnya, message akan dipetakan menjadi operasi/metoda dari class. Activation bar
menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya diawali dengan diterimanya
sebuah message.
Setiap peran memiliki sebuah lifeline yang memanjang di bawahnya. Message
direpresentasikan dengan panah ber-label yang digambarkan dari satu lifeline ke lifeline
lain. Message memberikan sebuah aktivasi. Di ujung aktivasi, return message
menunjukkan arah balik kendali kepada obyek yang memanggil. Parameter dan nilai
return dapat ditunjukkan dalam message. Message dikirim ke obyek dengan sendirinya
untuk memberikan aktivasi nested.
Pembentukan obyek ditunjukkan dengan sebuah message kontruktor yang
melahirkan sebuah peran. Penghancuran obyek ditunjukkan dalam message destroy.
156
Menurut Priestly (2000,p327-328), Sequence diagram menunjukkan sebuah
interaksi antara peran atau obyek-obyek prototype dalam sebuah kolaborasi. Notasi
dasar untuk sequence diagram ditunjukkan pada gambar berikut:
2.21.5.10Component Diagram
executable, baik yang muncul pada compile time, link time, maupun run time.
Umumnya komponen terbentuk dari beberapa class dan atau package, tapi
dapat juga dari komponen-komponen yang lebih kecil. Komponen dapat juga berupa
157
interface, yaitu kumpulan layanan yang disediakan sebuah komponen untuk komponen
lain.
Menurut Schmuller (1999,p152), sebuah component diagram berisi component,
158
Menggambarkan node dalam membentuk topologi perangkat keras yang
akan digunakan dan konfigurasi komponen-komponen yang ada di dalam sistem.
Sebuah node adalah server, workstation, atau piranti keras lain yang digunakan
untuk men-deploy komponen dalam lingkungan sebenarnya. Hubungan antar
sebuah
computer-based
system
secara
fisik.
Diagram
ini
Server:BankServer
table
AccountDB : Account
:Transactions
Interface1
client:ATMKiosk
:ATM-GUI
159
Berikut ini adalah tips langkah-langkah pengembangan piranti lunak dengan
menggunakan UML (www.IlmuKomputer.com):
a.
Buatlah daftar business process dari level tertinggi untuk mendefinisikan aktivitas
dan proses yang mungkin muncul.
b.
Petakan use case untuk tiap business process untuk mendefinisikan dengan tepat
fungsionalitas yang harus disediakan oleh sistem. Kemudian perhalus use case
diagram dan lengkapi dengan requirement, constraints dan catatan-catatan lain.
c.
d.
e.
f.
Definisikan objek-objek level atas (package atau domain) dan buatlah sequence
dan atau collaboration diagram untuk tiap alir pekerjaan. Jika sebuah use case
memiliki kemungkinan alir normal dan error, buatlah satu diagram untuk masingmasing alir.
g.
h.
Berdasarkan model-model yang sudah ada, buatlah class diagram. Setiap package
atau domain dipecah menjadi hirarki class lengkap dengan atribut dan metodanya.
Akan lebih baik jika untuk setiap class dibuat unit test untuk menguji
fungsionalitas class dan interaksi dengan class lain.
i.
160
tahap ini. Juga, definisikan tes integrasi untuk setiap komponen menyakinkan ia
berinteraksi dengan baik.
j.
l.
Lakukan uji modul dan uji integrasi serta perbaiki model beserta codenya. Model
harus selalu sesuai dengan code yang aktual.
m.
2.22
161
Menurut Mathiassen et al., untuk menganalisis sistem informasi berbasiskan
objek terdapat empat kegiatan utama yang harus dilakukan. Namun sebelumnya, seorang
analis harus mampu menangkap apa yang ingin pengguna dapatkan dari sistem atau
piranti lunak itu. OOAD menjelaskan empat perspektif melalui empat aktivitas utama,
yang ditunjukkan pada gambar berikut:
162
Terdapat 4 aktivitas utama yang digunakan dalam menggunakan metode Unified
Software Deployment untuk OOA&D (Object Oriented Analysis and Design) yang
dibahas oleh Mathiassen (2000, p14), yaitu :
1. Problem Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al. (2000, p45), Problem Domain Analysis merupakan bagian
dari sebuah konteks yang diadministrasi, dimonitor dan dikontrol oleh sebuah
sistem. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memodelkan sebuah problem
domain.
Dalam tahapan ini sistem dirancang sesuai dengan kebutuhan informasi dari
pengguna, tahapan ini menentukan hasil dari keseluruhan akivitas analisis dan
perancangan.
163
Tahapan dari Problem Domain Analysis ini adalah :
a. Menentukan Class yang ada dalam sistem dengan melakukan proses
identifikasi dari definisi sistem yang telah dikembangkan. Menurut Mathiassen et
al. (2000, p53), Class adalah suatu deskripsi dari sekumpulan objek yang
mempunyai structure, behavioral pattern dan attributes.
b. Menganalisa dan mengembangkan struktur hubungan dari class class yang
ada. Menurut Mathiassen et al. (2000, p69), tujuan structure adalah untuk
mendeskripsikan hubungan struktural antara classes dan objects dalam problem
domain.
c. Menganalisa Behavior dari class class tersebut untuk menentukan state dari
setiap class yang termasuk dalam sistem ini. Menurut Mathiassen et al. (2000,
p89), tujuan behavior adalah untuk memodelkan problem domain yang dinamis.
Dan 3 konsep yang terkandung dalam behavior adalah :
Event Trace
spesifik.
Attribute
164
Hasil laporan perancangan yang dihasilkan dari tahapan ini adalah :
a. Rich Picture : gambaran seluruh sistem sebagai sebuah model yang akan dilihat
Interfaces.
165
Tahapan ini berfokus pada bagaimana sistem akan digunakan oleh pengguna. Tahap
ini dan tahap sebelumnya dapat dimulai secara bergantian, tergantung pada kondisi
pengguna. Menurut Mathiassen (2000, p 116)
model state.
166
- Signal functions
Diaktifkan dengan merubah model state dan hasilnya pada reaksi di konteks.
Reaksi ini mungkin menampilkan actor pada application domain atau
intervensi langsung di problem domain.
- Read functions
Diaktifkan oleh kebutuhan akan informasi di lembar kerja actor dan hasilnya
tampilan sistem yang relevan dari model.
- Compute functions
Diaktifkan oleh kebutuhan akan informasi di lembar kerja actor melibatkan
informasi yang disediakan actor atau model. Hasilnya adalah tampilan dari
kegiatan compute tersebut.
User interfaces
Tipe dialog dan form presentasi, daftar lengkap dari elemen user interface,
System interfaces
Class diagram untuk peralatan luar dan protokol - protokol untuk
berinteraksi dengan sistem lain.
167
Laporan yang akan dihasilkan dari tahapan ini adalah :
a. Use Case Diagram, yang menggambarkan interaksi pengguna sebagai aktor
dengan sistem informasi .
b. Function List, yaitu kemampuan yang harus dimiliki sistem sebagai kebutuhan
dasar dari user.
c. User Interface Navigation Diagram, yaitu diagram untuk menggambarkan
tampilan layar yang akan dirancang untuk memenuhi kebutuhan user.
3. Architectural Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p173), tujuan dari architectural design adalah
untuk menstruktur sistem yang terkomputerisasi.
Dalam tahap ini dirancang arsitektur hubungan antara client dan server yang
memadai untuk sistem agar dapat berjalan baik. Perancangan tahap ini menentukan
168
bagaimana struktur sistem fisik akan dibuat dan bagaimana distribusi sistem
informasi pada rancangan fisik tersebut. Laporan yang dihasilkan adalah Deployment
Diagram.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p173), 3 aktivitas yang terdapat pada Architectural
Design :
a. Criteria
Menurut Mathiassen et al. (2000, p177), tujuan dari criteria adalah untuk
mengatur prioritas perancangan. Konsepnya adalah :
Menurut Mathiassen et al. (2000, p184), terdapat pula kondisi kondisi yang
harus diperhitungkan :
-
Technical
Adalah perangkat keras yang tersedia, peranti lunak dasar dan sistem;
menggunakan kembali bahan bahan dan komponen komponen yang
telah ada; menggunakan komponen standar yang dapat dibeli.
Organizational
Adalah perjanjian kontrak; rencana pengembangan dan pembagian kerja
antara pengembang.
Human
Adalah kemampuan untuk mendesain; pengalaman dengan sistem yang
serupa; pengalaman dengan technical platform.
169
Menurut Mathiassen et al. (2000, p178) terdapat 12 jenis kriteria software :
Reusable potensi untuk menggunakan sistem pada bagian sistem lain yang
saling berhubungan.
170
b. Component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p189), tujuan dari components adalah untuk
menciptakan sistem yang comprehensible dan flexible. Component architecture
adalah sebuah struktur sistem dari components yang saling berhubungan.
c. Process
Menurut Mathiassen et al. (2000, p209), tujuan process adalah untuk
mendefinisikan struktur program secara fisik.
4. Component Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p231), tujuan component design adalah untuk
menetapkan sebuah implementasi pada sebuah architectural framework. Ini
merupakan tahap terakhir dalam Unified Software Deployment sebelum melakukan
programming. Sistem akan dimodelkan secara lengkap dalam diagram yang disebut
sebagai Component Diagram. Di tahap ini terlihat bagaimana sistem bekerja dan
interaksi yang terjadi antara sistem dan pengguna.
171
Aktivitas pada component design adalah :
a. Model component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p235), model component adalah bagian dari
sistem yang mengimplementasikan problem domain model.
b. Function component
Tujuan Function component menurut Mathiassen et al. (2000, p252) adalah
untuk menetapkan functions implementation. Function implementation adalah
bagian dari sistem yang mengimplementasikan persyaratan functions.
c. Connecting component
Tujuan dari connecting components menurut Mathiassen et al. (2000, p271)
adalah untuk menggabungkan system components.
Ada 2 konsep dalam connenting component yaitu :
Coupling
Merupakan suatu ukuran seberapa dekat 2 classes atau components
terhubungkan.
Cohesion
Merupakan ukuran seberapa dekat class atau component saling terkait satu
sama lain.
172
2.23
customerID
1
2
100
SSN-no
610-15-1234
101-28-5678
760-96-6789
Name
Lily Clarkson
Janet Lee
Michella
Address
15 Victoria
23 Thichimiz Street
30 Orched Street