Professional Documents
Culture Documents
Patofisiologi
hipotalam
us
CRH
hipofisis
ACTH
Etiologi
destruksi
adrenal
kortisol
aldostero
n
androgen
maka pasien insufiensi adrenal tidak tahan dengan kekurangan makanan yang lama.
Peningkatan kepekaan terhadap insulin akibat defisiensi kortisol mungkin menjadi
masalah dengan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 atau 2 yang memerlukan
insulin yang juga mengalami insufisiensi korteks adrenal. Para pasien ini mungkin
mengetahui bahwa dosis insulin yang dahulu sudah dapat mengontrol kadar gula
darah sekarang menyebabkan hipoglikemia.
Konsekuensi lain dari defisiensi kortisol adalah peningkatan umpan balik
negative dalam sekresi peptide yang berasal dari propiomelanokortin (POMC),
termasuk ACTH dan melanocyte-stimulating hormone - dan . Konsekuensi klinis
adalah hiperpigmentasi, yang biasanya terjadi dibagian distal ekstremitas didaerah
yang terpajan matahari walaupun dapat juga mengenai daerah yang dalam keadaan
normal tidak terpajan matahari. Daerah- daerah ini mencakup puting payudara,
permukaan ekstensor ekstremitas, genitalia, mukosa pipi, lidah, lipatan ditelapak
tangan, dan buku jari.
Karena kortisol diperlukan tubuh untuk melakukan respon normal terhadap
stres, maka pasien dengan defisiensi kortisol tidak dapat menahan stress bedah,
anastesi, trauma, infeksi, dan penyakit demam lainnya. Pada keadaan ini pasien
mungkin mengalami insufisiensi adrenal akut yang mengancam nyawa.2
Defisiensi Aldosteron bermanifestasi sebagai meningkatnya pengeluaran natrium dan
reabsorpsi kalium diginjal. Deplesi garam menyebabkan berkurangnya air dan volume
plasma. Menurunnya volume plasma menimbulkan hipotensi postural. Pasien dengan
penyakit Addison mungkin memiliki tekanan darah yang normal saat berbaring tetapi
mengalami hipotensi mencolok dan takikardia saat berdiri beberapa menit.
Berdasarkan definisi , hipotensi postural terjadi apabila tekanan sistolik dan diastolik
turun lebih dari 20 mmHg saat pasien mengambil posisi tegak. Takikardia postural
terjadi apabila kecepatan nadi meningkat lebih dari 20 denyut permenit (bpm) pada
keadaan seperti diatas. Berkurangnya tekanan darah dan meningkatnya kecepatan nadi
biasanya menetap lebih dari 3 menit setelah perubahan posisi. Dengan demikian,
pasien penyakit Addison mungkin memiliki tekanan darah 120/80 mmHg saat
berbaring, tetapi tekanan darah tersebut turun menjadi 60/40 mmHg setelah pasien
berdiri. Demikian juga kecepatan nadi dapat meningkat dari 80 menjadi 140 bpm
dengan perubahan posisi tersebut.
Berkurangnya volume intravascular dan tekanan arteroil aferen ginjal
merangsang pelepasan rennin dan meningkatkan pembentukan angiotensin II. Namun,
Karena korteks adrenal rusak, maka angiotensin II tidak dapat merangsang produksi
aldosteron dan memulihkan kadarnya ke kadar basal. Kadar rennin yang tinggi dan
aldosteron yang rendah merupakan ciri defisiensi aldosteron primer.
Defisiensi Androgen dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut ketiak dan pubis. Efek
ini tertutupi pada laki-laki, yang memiliki androgen testis untuk menimbulkan efek
metabolic androgenic. Pada perempuan insufisiensi adrenal menyebabkan hilangnya
rambut ketiak dan pubis serta berkurangnya rambut di ekstremitas.2
menyebabkan otot-otot bergaris atropi, bicaranya lemah. Gejala kelemahan otot ini berkurang
setelah pemberian cairan, garam serta kortikosteroid.
4. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan biasanya berkisar antara 1015 kg dalam waktu 612 bulan.
Penurunan berat badan ini karena adanya anoreksia, gangguan gastrointestinal lain, dehidrasi,
serta katabolisme protein yang meningkat pada jaringan ekstrahepatik, terutama jaringan otot.
Dengan pengobatan yang adekuat akan didapatkan kenaikan berat badan.
5. Kelainan gastrointestinal
Kelainan gastrointestinal didapatkan pada 80% dari kasus Addison. Anoreksia biasanya
merupakan gejala yang mula-mula tampak, disertai perasaan mual dan muntah, nyeri
epigastrium, disfagia, konstipasi, kadang-kadang dapat timbul diare. Cairan lambung
biasanya menunjukkan hipoklorhidria sampai aklorhidria. Ini karena rendahnya konsentrasi
klorida dan natrium dalam darah dan jaringan, sehingga produksi asam klorida lambung
menurun. Hipoklorhidria biasanya kernbali normal bila keseirnbangan elektrolit sudah
diperbaiki.
6. Gangguan elektrolit dan air
Penurunan hormon aldosteron menyebabkan pengeluaran natrium, klorida dan air serta
retensi kalium. Sebagai akibat dari gangguan elektrolit ini terjadi dehidrasi, hemokonsentrasi
dan asidosis.
7. Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Akibat proses glukoneogenesis yang menurun, penggunaan glukosa oleh jaringan yang
meningkat serta gangguan absorbsi karbohidrat pada usus halus, akan terjadi hipoglikemi
puasa, di mana kadar gula darah puasa. lebih rendah dari harga normal. Pada tes toleransi
glukosa oral didapat kenaikan kadar gula darah yang kurang adekuat, yaitu menunjukkan
kurve yang datar.
8. Darah Tepi
Sel-sel darah merah dan hemoglobin sedikit menurun dengan hemokonsentrasi. Jumlah sel
darah putih sedikit menurun dengan relatif limfositosis, eosinofil sedikit meningkat
Perubahan gambaran darah tepi di atas karena menurunnya hidrokortison. Gambaran
hematologi ini tak mempunyai arti yang khas untuk diagnostik.
9. Gangguan Neurologi dan psikiatri
Manifestasi kelainan pada saraf antara lain penglihatan kabur ngantuk, yang mungkin
berhubungan dengan kelemahan yang progresif, kadang-kadang penderita gelisah, mudah
tersinggung serta dapat timbul psikosis. Pada elektro-ensefalogram didapat gelombang alfa
lebih pelan terutama pada daerah frontalis, serta menghilangnya gelombang beta.
Diagnosis
Kadar kortisol dalam darah pada jam 08.00 pagi normal 620 mg%, dan kurang dari 8 mg
% pada waktu tengah malam, pada penyakit Addison kadar kortisol plasma pada jam 08.00
pagi kurang dari 5 mg% .
Kadar normal 820 Ug/100 ml (pagi) dan akan turun 50% waktu sore. Pada insufisiensi
korteks adrenal, kadar 17 hidroksikortikoid plasma kurang dari 8 Ug/100 ml.
Tes ACTH/Kortrosin
1) Plasma ACTH Tes
Diambil plasma dalam keadaan puasa, kemudian diukur kadar 17 hidroksikortikoid dengan
cara Porter Silber Chromogen. Kemudian disuntik 25 unit ACTH atau 0,25 mg kortrosin
intramuskuler, lalu diambil darah setelah 30 dan 60 menit. Pada insufisiensi korteks adrenal
primer kenaikan plasma kortikoid kurang dari 10 Ug per 100 ml.
2) Tes ACTH Urin
25 unit ACTH atau 0,25 mg kortrosin dilarutkan dalam 500 1.000 ml larutan salin kemudian
diberikan secara intravena selama 8 jam, diukur kadar 17 hidroksikortikoid urin per 24jam
sebelum dan sesudah tes. Pada penyakit Addison tidak terdapat kenaikan 17 hidroksikortikoid
urin setelah pemberian ACTH.
Repeated 8 Hour ACTH Test
25 unit ACTH atau 0,25 mg kortrosin dalam 5001.000 ml larutan salin di infus selama 8
jam, hal ini dikerjakan selama 3 hari berturut-turut, kemudian diukur ekskresi 17 hidroksi
kortikoid urin/24 jam. Pada insufisiensi korteks adrenal primer tak didapat kenaikan ekskresi
17 hidroksikortikoid urin/24 jam.
Water Load Test (Robinson Kepler Power Test)
Tes ini kurang spesifik, tetapi dapat digunakan apabila tidak ada fasilitas pemeriksaan
hormon kortisol dan lainnya. Penderita diberi air minum dengan dosis 20 ml per kg berat
badan, kemudian urin ditampung selama 4 jam, pada hipofungsi korteks adrenal ekskresi air
kurang 80% dari dosis total air yang diminum, dan akan kembali normal apabila diberi 100
mg hidrokortison sebelum tes.
Pemeriksaan Penunjang
Perlu diperhatikan prosedur berikut untuk memastikan diagnosis dan
penanganannya.Sampel darah harus diambil untuk pemeriksaan kortisol darah. Kemudian
diberikan NaCl 0,9 % intravena 1 liter / jam dan pada setiap liter ditambahkan deksametason
sodium fosfat 4 mg dan aqueos tetrosuctin 200 mg. Setelah 1 jam, ulangi pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan kortisol darah.Cara ini efektif dan pemeriksaan kortisol
darah dapat memastikan diagnosis klinis dan pemeriksaan respon adrenal.
Pemeriksaan penunjang dan penegakan diagnosis pada Penyakit Addison
Tes hormone
kortisol plasma basal
Metode
diukur kadar kortisol pk
08.00 -09.00 serta pk
17.00
Hasil
normal : 6-24 microg/dl
insufisiensi adrenal : 3
mcg/dl
bukan insufisiensi adrenal :
kortisol darah/urin
diukur sebelum dan
sesudah pemberian
injeksi ACTH sintetik.
tes pendek : ukur kadar
kortisol sebelum dan
30-60 menit sesudah
injeksi
pemberian injeksi
ACTH sintetik selama
48-72 jam
imunoflouresensi
indirek
19 mcg/dl
kadar kortisol rendah atau
tidak naik sama sekali
sesudah injeksi
Penatalaksanaan
Terapi untuk penyakit Addison adalah terapi sulih dengan kortisol, biasanya 20 sampai
30 mg/hari dalam dosis terbagi, dan suatu analog aldosteron, 9-alfa-fluorokortisol. Apabila
dosis steroid-steroid ini sudah di sesuaikan dengan benar, maka status metabolik pasien
kembali ke normal dan ia mampu menjalani hidup secara normal. Dosis kortisol dan 9-alfafluorokortisol perlu ditingkatkan dua sampai tiga kali lipat saat stress (misalnya, penyakit
demam, pembedahan, trauma), karena apabila tidak, maka pasien dapat mengalami
insufisiensi adrenal akut.Terapi pada insufisiensi adrenal sekunder hanya memerlukan
penggantian dengan kortisol terapi. Pasien harus diperiksa untuk memastikan apakah sekresi
aldosteronnya normal.