Professional Documents
Culture Documents
RSUD Sangatta
Jl. Soekarno - Hatta
Tel0549 - 5523215
Sangatta
PEDOMAN PENCEGAHAN
PENULARAN HIV DARI IBU KE
ANAK (PPIA)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan
kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA /
Prevention of Mother-to-Child HIV Transmission / PMTCT) Rumah Sakit Umum Daerah Sangatta
ini dapat selesai disusun.
Penyusun
Page 1
Gambar 4.1. Alur proses ibu hamil menjalani kegiatan PRONG 3 dan 4 dalam PPIA ............... 11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Distribusi ketenagaan pelayanan PPIA RSUD Sangatta ............................................
Page 2
1.2. Tujuan
1. Mengetahui standar ketenagaan di Pelayanan PPIA di RSUD Sangatta.
2. Mengetahui standar fasilitas di Pelayanan PPIA di RSUD Sangatta.
3. Mengetahui tata cara PPIA di RSUD Sangatta.
4. Mengetahui keselamatan pasien dalam PPIA di RSUD Sangatta.
5. Mengetahui keselamatan kerja dalam PPIA di RSUD Sangatta.
Page 3
1.4. Batasan
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan
pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang.
Anti Retroviral Therapy (ART) adalah sejenis obat untuk menghambat kecepatan replikasi virus
dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Obat diberikan kepada ODHA yang
memerlukan berdasarkan beberapa kriteria klinis, juga dalam rangka Prevention of Mother To
Child Transmission (PMTCT).
Human Immuno-deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS.
Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah orang yang tubuhnya telah terinfeksi virus
HIV/AIDS.
Perawatan dan dukungan adalah layanan komprehensif yang disediakan untuk ODHA dan
keluarganya. Termasuk di dalamnya konseling lanjutan, perawatan, diagnosis, terapi, dan
pencegahan infeksi oportunistik, dukungan sosioekonomi dan perawatan di rumah.
Persetujuan layanan adalah persetujuan yang dibuat secara sukarela oleh seseorang untuk
mendapatkan layanan.
Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) adalah persetujuan yang diberikan oleh orang
dewasa yang secara kognisi dapat mengambil keputusan dengan sadar untuk melaksanakan
prosedur (tes HIV, operasi, tindakan medik lainnya) bagi dirinya atau atas spesimen yang
berasal dari dirinya. Juga termasuk persetujuan memberikan informasi tentang dirinya untuk
suatu keperluan penelitian.
Page 4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan pelayanan PPIA di RSUD Sangatta dipimpin oleh Ketua Tim
Penanggulangan HIV/AIDS. Distribusi ketenagaan pelayanan PPIA disesuaikan dengan kualifikasi
dan beban kerja yang ada. Untuk distribusi ketenagaan pelayanan PPIA disebutkan dalam tabel 2.1
sesuai dengan tugas masing-masing.
Tabel 2.1. Distribusi ketenagaan pelayanan PPIA RSUD Sangatta
Nama
Jabatan
Klasifikasi
Formal
Non Formal
Dokter
Dokter
Umum
dan/atau
Dokter
Spesialis
Pelatihan PPIA
sesuai dengan
standar WHO atau
lebih sesuai
dengan kebutuhan
Koordinator
Ruang
Perawatan
Kebidanan
dan
Kandungan
Petugas
Laboratoriu
m
DIII
Kebidanan
Pelatihan PPIA
sesuai dengan
standar WHO atau
lebih sesuai
dengan kebutuhan
DIII Analis
Kesehatan
atau SMAK
Petugas
S1 Apoteker
Pelatihan sesuai
dengan standar
WHO atau lebih
sesuai dengan
kebutuhan
Pelatihan sesuai
Page 5
Jumlah
Kebutuha
n
1
Tenaga
yang Ada
Keterangan
Cukup
1 dokter
umum, 1
dokter
Spesialis
Kebidanan
dan
Kandunga
n
1
Cukup
Cukup
Cukup
Petugas
Administrasi
DIII
Administrasi
Kesehatan
dengan standar
WHO atau lebih
sesuai dengan
kebutuhan
Pelatihan sesuai
dengan standar
WHO atau lebih
sesuai dengan
kebutuhan
Cukup
BAB III
STANDAR FASILITAS
3.1. Denah Ruangan
RSUD Sangatta tidak memiliki ruang khusus untuk pelayanan PPIA, namun terintegrasi di pusat
layanan HIV/AIDS RSUD Sangatta di ruang poli VCT (lihat gambar), ruang Poliklinik Kebidanan
dan Kandungan, Kamar Bersalin, dan Ruang Perawatan Kebidanan dan Kandungan.
POLI VCT
Page 6
3.3. Kriteria
Tersedia ruangan khusus pelayanan klien yang berfungsi sebagai pusat pelayanan HIV/AIDS
di RSUD Sangatta meliputi kegiatan konseling, penatalaksanaan, pencatatan dan pelaporan, serta
menjadi pusat jejaring internal atau eksternal pelayanan HIV/AIDS di RSUD Sangatta.
1. Ruang tersebut memenuhi persyaratan sarana dan prasarana ruangan pelayanan terapi ARV.
2. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan terapi ARV.
3. Tersedia ruangan laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan antibodi anti-HIV.
Page 7
Page 8
4.3. PRONG 3 : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
yang Dikandungnya
Kegiatan pada prong ini dilaksanakan pada setiap pasien wanita hamil HIV positif yang
memeriksakan diri pada poliklinik kebidanan dan kandungan atau datang kontrol ke poliklinik
VCT/CST atau dalam proses persalinan di ruang bersalin (VK). Strategi ini merupakan inti dari
layanan PPIA dan merupakan kegiatan layanan KIA yang komprehensif meliputi :
1. Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV, merupakan jalan bagi ibu hamil untuk
mengetahui status HIV, sehingga dapat pengobatan ARV sedini mungkin, dukungan psikologis,
dan KIE tentang HIV/AIDS.
2. Diagnosis HIV. Alur pemeriksaan anti HIV dalam darah dengan menggunakan metode cepat
(rapid) atau ELISA.
3. Pemberian ARV untuk ibu hamil HIV positif. Diberikan berdasarkan Pedoman Terapi ARV.
Pemberian ARV dimulai tanpa memandang stadium klinis ataupun jumlah CD4, dan
dikonsumsi seumur hidup. Bertujuan untuk mengurangi risiko penularan dan mengoptimalkan
kesehatan ibu.
Page 9
Dengan demikian, untuk memberikan layanan persalinan yang optimal kepada ibu hamil dengan
HIV direkomendasikan kondisi-kondisi berikut ini:
Pelaksanaan persalinan, baik secara bedah sesar maupun normal, harus memperhatikan kondisi
fisik dan indikasi obstetri ibu berdasarkan penilaian dari tenaga kesehatan. Infeksi HIV bukan
merupakan indikasi untuk bedah sesar.
Ibu hamil harus mendapatkan konseling sehubungan dengan keputusannya untuk menjalani
persalinan per vaginam atau pun per abdominam (bedah sesar).
Tindakan menolong persalinan ibu hamil, baik secara persalinan per vaginam maupun bedah
sesar harus selalu menerapkan kewaspadaan standar, yang berlaku untuk semua jenis
persalinan dan tindakan medis.
5. Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi/anak. Dilakukan konseling tentang risiko penularan
HIV melalui ASI. Konseling dilakukan selama ANC atau sebelum persalinan. Pengambilan
keputusan di tangan ibu setelah mendapatkan konseling lengkap. Sangat dianjurkan untuk
menggunakan susu formula sebagai makanan bagi bayi, apabila syarat AFASS (affordable,
feasible, acceptable, sustainable, and safe) terpenuhi keseluruhannya. Apabila salah satu syarat
tidak terpenuhi, maka ASI diberikan secara eksklusif selama 6 bulan. Tidak dianjurkan untuk
menyusui campur (mixed feeding) artinya diberikan ASI dan PASI bergantian.
6. Mengatur kehamilan dan keluarga berencana, seperti yang telah dijelaskan pada PRONG 2.
7. Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksasol pada bayi/anak. ARV yang diberikan adalah
Zidovudine (AZT) dimulai pada hari pertama kehidupan sampai 6 minggu, dengan dosis 4
mg/kgBB diberikan 2 kali sehari. Setelah 6 minggu, diberikan profilaksis kotrimoksasol dengan
dosis 4-6 mg/kgBB (dosis trimeptoprim) diberikan 1 kali sehari sampai diagnosis HIV dapat
ditegakkan.
8. Pemeriksaan diagnostik HIV pada bayi yang lahir dari ibu HIV. Pemeriksaan untuk antibodi
anti HIV dengan metode cepat (rapid) hanya dapat digunakan apabila anak berumur lebih dari
Page 10
4.4. PRONG 4 : Pemberian dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kepada ibu
dengan HIV beserta anak dan keluarganya.
Penting untuk menjamin kerahasiaan status HIV ibu untuk menghindai stigma dan diskriminasi di
masyarakat. Dukungan juga harus diberikan kepada anak dan keluarganya. Beberapa hal yang
mungkin dibutuhkan ibu dengan HIV antara lain :
Pengobatan ARV jangka panjang
Pengobatan gejala penyakitnya
Pemeriksaan kondisi kesehatan dan pemantauan terapi ARV (termasuk CD4 dan viral load)
Konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan
Informasi dan edukasi pemberian makanan bayi
Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik untuk diri sendiri dan bayinya.
Penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara penularan HIV dan pencegahannya
Layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat
Kunjungan ke rumah (home visit)
Dukungan teman-teman sesama HIV positif, terlebih sesama ibu dengan HIV
Adanya pendamping saat sedang dirawat
Dukungan dari pasangan
Dukungan kegiatan peningkatan ekonomi keluarga
Dukungan perawatan dan pendidikan bagi anak
Page 11
Gambar 4.1. Alur proses ibu hamil menjalani kegiatan PRONG 3 dan 4 dalam PPIA
Page 12
Page 13
Page 14
Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lainlain) yang tidak seharusnya terjadi.
6.2. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu
sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah
sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya
kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Page 15
Page 16
Page 17
Page 18
dr. Bahrani
Penata Tk. I
NIP. 19650715 200112 1 003
Page 19