You are on page 1of 11

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan pendekatan post
test only control group design, yaitu dilakukan pengamatan atau pengukuran
hanya sesudah perlakukan (Notoatmodjo, 2005).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang selama 23 hari.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih (Rattus
Norvegicus) Strain Wistar.
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah Rattus Norvegicus Strain Wistar berjenis
kelamin jantan karena pada jantan lebih tahan terhadap perlakuan. Berat
tikus 150-250 gram dan berusia 2-3 bulan dengan kondisi sehat yang
ditandai dengan gerakan yang aktif dan mata yang jernih.
4.3.3 Replikasi
Repilikasi penelitian ini dihitung dengan rumus Federal :
(r-1) (t-1) 15
Keterangan :
r = jumlah kelompok perlakuan

27

28

t = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan


(Supranto, 2007)
Dalam penelitian ini terdapat 4 kelompok perlakuan tikus putih berarti
perhitungannya :
(r-1) (t-1)

15

(r-1) (4-1)

15

(r-1) 3

15

r-1

Jadi, dalam penelitian ini digunakan 6 ekor tikus putih dan cadangan 1
ekor tikus putih (Rattus norvegicus) untuk setiap perlakuan, sehingga
total tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang dipakai adalah 28 ekor.
4.3.4 Karakteristik Sampel Penelitian
4.3.4.1. Kriteria Inklusi :
a. Kelamin jantan, strain wistar
b. Umur 2-3 bulan
c. Berat badan 150-250 gram
d. Sehat ditandai dengan gerakan yang aktif dan bulu yang
tebal dan berwarna putih serta matanya jernih
4.3.4.2. Kriteria Eksklusi :
a. Tikus yang sudah pernah dipakai untuk penelitian
sebelumnya
4.3.4.3. Kriteria Drop Out :
a. Tikus yang sakit selama proses perlakuan

29

b. Tikus yang mengalami infeksi sekunder selama proses


perlakuan
c. Tikus yang tidak mau makan
d. Tikus yang mati selama proses perlakuan
4.3.5 Variabel Penelitian
4.3.5.1. Variabel Bebas

: ekstrak daun jati (Tectonia grandis)

4.3.5.2. Variabel Tergantung : kecepatan penyembuhan luka laserasi


4.3.6 Definisi Operasional Variabel
4.3.6.1. Daun jati yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jati
yang telah diverifikasi dan dideterminasi oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur UPT Materia Medica Kota Batu yang
bersertifikat, yang digunakan untuk penelitian. Ekstrak daun jati
(Tectona grandis) adalah ekstrak yang diambil dari daun jati
(Tectonia grandis) yang dibuat melalui proses ekstraksi dengan
metode maserasi. Ekstrak dibuat dalam beberapa variasi
konsentrasi, yaitu :
a. F1 : larutan berisi 5% ekstrak daun jati
b. F2 : larutan berisi 10% ekstrak daun jati
c. F3 : larutan berisi 20% ekstrak daun jati
4.3.6.2. Luka laserasi adalah luka yang bentuknya tidak beraturan, tepi
tidak teratur dan membentuk luka terbuka sedalam kulit bahkan
sampai jaringan di bawahnya. Dalam penelitian ini panjang luka
yang digunakan yaitu sepanjang 2 cm dengan kedalaman

30

sedalam kulit sehingga membentuk luka terbuka, dimana


pembuatan luka dilakukan dengan menggunakan silet bergerigi.
4.3.6.3. Luas luka disebut area epitelialisasi yang dinilai secara objektif
dengan diukur menggunakan planimeter. Diukur setiap 4 hari
sekali yaitu hari ke-0, ke-4, ke-8, ke-12, dan ke-16
4.3.6.4. Pemberian terapi ekstrak daun jati dilakukan 4 hari sekali
selama 16 hari yaitu hari ke-0, ke-4, ke-8 dan ke-12
4.4 Alat dan Bahan Penelitian
4.4.1 Pemeliharaan Tikus
a. Kandang tikus
b. Penutup kandang dari anyaman kawat
c. Timbangan untuk menimbang berat badan tikus
d. Makanan tikus
e. Air
4.4.2 Pembuatan sediaan ekstrak daun jati
a. 2 kg daun jati basah
b. Botol ekstrak
c. Oven
d. Botol bersih
e. Saringan
f. Etanol 96%
4.4.3 Alat dan Bahan Pembuatan Luka
a. Sarung tangan
b. Kassa dan alkohol 70%

31

c. Duk
d. Gunting untuk mencukur bulu
e. Silet bergerigi
f. Pinset
g. Kloroform
h. Bak instrumen kecil dan bengkok
4.4.4 Alat pengukuran luka
a. Kamera
b. Planimeter
c. Mika
d. Spidol
e. Penggaris
4.5 Prosedur Penelitian
4.5.1 Proses Adaptasi
Proses adaptasi hewan coba dalam kandang selama 7 hari dengan
tujuan agar tikus menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru
dengan diberi pakan BR 1 (bahan campuran dari bekatul, jagung,
bungkil kedelai, tepung ikan, tepung tulang, tepung kerang, mineral,
vitamin, metionin, dan lisin) dicampur dengan polar (kulit biji gandum)
dan tepung terigu; dan minum air putih sekali dalam sehari setiap pagi.
4.5.2 Pembuatan Sediaan Ekstrak Daun Jati
Dalam pembuatan ekstrak daun jati pertama kali yang harus disiapkan
adalah daun jati. Daun jati basah 2 kg dibersihkan dan dikeringkan
dalam inkubator kemudian digiling untuk menghasilkan sediaan daun

32

jati yang serbuk sebanyak 400 gram. Serbuk tersebut dimasukkan ke


maserator untuk dilakukan maserasi dengan campuran etanol 96% yang
proses pengerjaannya kurang lebih 14 hari.
4.5.3 Anastesi dan Prosedur Perlukaan
a. Semua tikus pada setiap kelompok perlakuan ditempatkan dalam
posisi ventral dan diimobilisasi pada perut tikus untuk tindakan
operasi
b. Menghilangkan terlebih dahulu bulu, dengan cara mencukurnya
c. Memasang perlak dan alasnya dibawah tubuh tikus yang akan dilukai
d. Memakai sarung tangan steril
e. Area kulit yang telah dicukur tadi didesinfeksi dengan alkohol 70%
f. Daerah operasi diisolasi dengan duk steril
g. Tikus dianastesi dengan chloroform secara per inhalasi dengan dosis
2-5%/mg/kgBB tikus
h. Setelah efek anastesi bekerja, dilakukan penyayatan kulit tikus
dengan menggunakan silet bergerigi, membuat luka sedalam lapisan
kulit
i. Melakukan perawatan luka dengan menggunakan ekstrak daun jati
dengan berbagai dosis yang telah ditentukan, sedangkan tikus pada
kelompok kontrol diolesi gel plain
j. Merapikan kembali peralatan yang telah digunakan
k. Melepaskan sarung tangan
l. Mencuci alat yang telah digunakan dan mencuci tangan

33

m. Setelah proses perlukaan, setiap punggung tikus akan dibalut untuk


mencegah rusaknya olesan ekstrak daun jati
4.5.4 Perlakuan Luka dan Pemberian Ekstrak Daun Jati
a. Siapkan alat dan bahan
b. Cuci tangan, atur posisi tikus senyaman mungkin
c. Pakai sarung tangan bersih
d. Pembagian kelompok tikus :
Kelompok 1 : tikus dilukai sampai tampak luka terbuka dan diolesi
gel plain.
Kelompok 2 : tikus dilukai sampai tampak luka terbuka dan diolesi
ekstrak daun jati 5% dengan dosis 0,1 ml/cm2 setiap 4
hari sekali selama 16 hari.
Kelompok 3 : tikus dilukai sampai tampak luka terbuka dan diolesi
ekstrak daun jati 10% dengan dosis 0,1 ml/cm2 setiap
4 hari sekali selama 16 hari.
Kelompok 4 : tikus dilukai sampai tampak luka terbuka dan diolesi
ekstrak daun jati 20% dengan dosis 0,1 ml/cm2 setiap
4 hari sekali selama 16 hari.
Konsentrasi ekstrak daun jati yang digunakan diambil dari jurnal
PubMed oleh Majumdar tahun 2007 yang mengatakan bahwa
Tectona grandis dengan konsentrasi 5% dan 10% formulasi
memiliki aktivitas penyembuhan luka.

34

Pengolesan ekstrak daun jati dilakukan secepatnya setelah


perlakuan, kurang lebih 5 menit setelah perlakuan. Untuk selajutnya
dilakukan pada hari ke-4,8, dan 12.
Pemberian dosis pada penelitian ini adalah 0,1 ml/cm 2, dosis ini
diambil berdasarkan beberapa alasan, alasan yang pertama dengan
dosis 0,1 ml/cm2 sudah bisa mengolesi seluruh permukaan luka.
Alasan yang kedua, dari penelitian sebelumnya tidak dicantumkan
berapa dosis pastinya, dalam penelitian sebelumnya hanya dikatakan
diolesi tumbukan daun sampai menutupi seluruh permukaan luka.
4.5.5 Pengukuran Luka
a. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
b. Posisikan tikus senyaman mungkin sehingga membuat tikus tidak
bergerak-gerak
c. Tempelkan kertas mika, gambar luas luka di atas mika dengan
menggunakan spidol permanen, ukur luasnya dengan menggunakan
planimeter
d. Lepas sarung tangan lalu cuci tangan
e. Pengukuran luas luka dilakukan setiap 4 hari sekali, yaitu pada hari
ke-0, ke-4, ke-8, ke-12, dan ke-16

35

4.5.6 Kerangka Operasional


24 ekor tikus putih (Ratus novergicus)
Proses adaptasi 7 hari

Prosedur anastesi dan perlukaan

Kelompok A
Kontrol :
Diolesi gel
plain 4 hari
sekali

Pembuatan luka pada hari ke-1, dengan panjang


2 cm menggunakan gergaji besi
Kelompok B
Perlakuan 1 :

Kelompok C
Perlakuan 2 :

Kelompok D
Perlakuan 3 :

diolesi gel
ekstrak daun
jati 5%
4 hari sekali

diolesi gel
ekstrak daun
jati 10%
4 hari sekali

diolesi gel
ekstrak daun
jati 20%
4 hari sekali

Perlakuan dilakukan selama 16 hari


Ekstrak dioleskan pada hari ke-0, 4, 8, dan 12
kemudian luka dibalut
Luas luka diukur pada hari ke-0, 4, 8, 12, 16
dengan menggunakan planimeter
Pengumpulan data
Analisis data
Penulisan hasil

Gambar 4.1

36

Kerangka Operasional

4.6 Analisis Data


Variabel bebas (konsentrasi ekstrak daun jati) maupun variabel tergantung
(kecepatan penyembuhan luka laserasi) pada penelitian ini merupakan variabel
numerik, sehingga analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji normalitas
Untuk mengetahui apakah distribusi data mempunyai distribusi normal
atau tidak secara analitis.
b. Uji MANOVA
Penelitian ini menggunakan uji MANOVA karena merupakan jenis
komparatif numerik berpasangan lebih dari dua kali pengukuran. Bila
sebaran selisih normal, gunakan manova (repeated anova) dengan post
hoc Bonferroni
c. Uji Post Hoc Bonferroni
Uji post hoc bonferroni merupakan uji lanjut dari manova apabila
diketahui sebaran selisih normal, digunakan untuk mengetahui pasangan
kelompok mana yang memiliki perbedaan bermakna.
d. Uji korelasi pearson

untuk mengetahui adanya hubungan yang bermakna antara peningkatan


konsentrasi gel ekstrak daun jati (Tectona grandis) dengan kecepatan
penyembuhan luka laserasi.
e. Uji regresi

37

Uji analisis tersebut menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan
nilai probabilitas 0,05 dan angka kepercayaan 95% (Hidayat, 2009).

You might also like