Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
yang dirasakan oleh pasien OA selain dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit dan umur,
status obese yang diderita pasien turut mempengaruhi.
1.2 Tujan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
Osteoarthritis di UPT PSLU Pasuruan dengan menggunakan metode proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit osteoarthritis
2. Mampu membuat Asuhan Keperawatan pada klien Osteoarthritis
3. Untuk mengetahui variasi karakteristik subjek pasien OA lutut
4. Untuk mengetahui derajat nyeri yang dirasakan oleh pasien OA lutut.
5. Untuk mengetahui karakteristik rasa nyeri yang dirasakan pada pasien OA lutut
1.3 Manfaat
1. Bagi institusi
a. Menambah informasi tentang penyakit Osteoarthritis dengan lebih mendalam
b. Sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengatasi Osteoarthritis
2. Bagi Lansia
a. Dapat menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dan mengontrol nyeri karena
Osteoarthritis
b. Memahami dan dapat melakukan penatalaksanaan pada Osteoarthritis
3. Bagi mahasiswa
a. Mendapatkan data demogratfi mengenai klien dengan Osteoarthritis di UPT PSLU Pasuruan
b. Memberikan informasi tentang penyakit Osteoarthritis dengan lebih mendalam
c. Menambah wawasan tentang Osteoarthritis pada lansia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan
gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya
masih belum jelas diketahui ( Soeroso, 2006 ). Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan
mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya
menimbulkan cedera ( Felson, 2008 ).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu : Kapsula dan
ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya . Kapsula dan ligamenligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of motion) sendi (Felson, 2008).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga
mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin
merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti
disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008). Ligamen, bersama
dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang
gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk
memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak (Felson, 2008).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi.
Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup
pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres
yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact).
Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan
dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang
diterima (Felson, 2008). Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh
cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak.
Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima
sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting
untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2008).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua dan
Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul molekul aggrekan di
antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam
hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2008). Kondrosit, sel yang terdapat
di jaringan avaskular, mensintesis seluruha elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit
menghasilkan enzim pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor
(TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan merangsang
kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-molekul matriks yang baru.
Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan
faktor lingkungan (Felson, 2008).
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah kolagen tipe
dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun,
pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan
(superficial) dari kartilago (Felson, 2008). Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah
menstimulasi pergantian matriks, namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah memicu proses
degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit
(NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang
berlebihan mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat
sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung
pada proses awal timbulnya OA (Felson, 2008). Kartilago memiliki metabolisme yang lamban,
dengan pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan
degradasi. Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki metabolisme yang
sangat aktif (Felson, 2008).
Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan
kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan
sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur (Felson, 2008). Kegagalan dari
mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya OA pada sendi (Felson, 2008).
2.4 Diagnosis Osteoartirits
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai dan hasil radiografis
( Soeroso, 2006 ).
2.4.1
Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu
arah gerakan saja ) ( Soeroso, 2006 ).. Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan
kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul
diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang (
Felson, 2008). Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit
tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan
menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri
yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band
(Felson, 2008).
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri ( Soeroso, 2006 ).
3. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan
banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan
setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).
4. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum
dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu
yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan
perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu ( Soeroso, 2006 ).
5. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar ( Soeroso, 2006 ).
6. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya
tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi
berubah ( Soeroso, 2006 ).
7. Tanda tanda peradangan
Tanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis.
Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang
lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
8. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang
besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu
berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut
( Soeroso, 2006 ).
2.4.2
Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik ( Soeroso, 2006 ).
Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian yang
menanggung beban seperti lutut ).
2. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
3. Kista pada tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan suatu
derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria Kellgren dan
Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga tingkat berat. Perlu diingat
bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih terlihat normal ( Felson,
2006 ).
2.4.3
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna. Pemeriksaan darah
tepi masih dalam batas batas normal. Pemeriksaan imunologi masih dalam batas batas
normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel
peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein ( Soeroso, 2006 ).
2.5 Penatalaksanaan Osteoartritis
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya OA yang
diderita ( Soeroso, 2006 ). Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
2.5.1
Terapi non-farmakologis
1. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat mengetahui serta
memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak
bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai ( Soeroso, 2006 ).
2. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan untuk
melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi
sendi yang sakit. ( Soeroso, 2006 ).
Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul,
mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari
ketidakstabilan sendi ( Felson, 2006 ).
1. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan
Asetaminofen. Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat
AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen.
Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen,
asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA.
Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 ( Felson, 2006 ).
2. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau merangsang
perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat obatan yang termasuk dalam kelompok
obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin
C, dan sebagainya ( Felson, 2006 ).
2.5.3
Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit
dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari hari.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 SEJARAH BERDIRINYA
3.1.1
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan ini didirikan pada tanggal 1
Oktober 1979 dengan nama SASANA TRESNA WERDHA ( STW )
"SEJAHTERA"
Pada tanggal 17 Mei 1982 diresmikan pemakaiannya oleh Menteri Sosial Bapak Saparjo
dengan dasar KEP.MENSOS RI NO. 32/HUK / KEP/VI/82 di bawah pengendalian Kanwil
Depsos Propinsi Jawa Timur dengan kapasitas tampung 110 orang dan menempati areal
seluas 13.968 M
3.1.3
Pada
tahun
1994
mengalami
pembakuan
penamaan
Dalam perkembangan waktu dan perkembangan kebutuhan akan pelayanan lanjut usia terjadi
perubahan dengan Melalui SK.Mensos RI. No.8/HUK/1998
Pada tahun 1988 ketika Departemen Sosial RI Dihapus, panti ini sempat di kelola melalui
Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Pusat. Dan pada tahun 2000 pada saat pelaksanaan
otonomi daerah diberlakukan maka semua perangkat pusat termasuk aset-asetnya diserahkan
pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui
tentang Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna Werdha
Sejahtera Pandaan, merupakan
Unit Pelaksana
Tehnis
Dinas
Sosial Propinsi
Jawa Timur.
3.1.6
Sejalan dengan perkembangan jangkauan pelayanan pada lanjut usia melalui Perda No.14
Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No.12 Tahun 2000 tentang Dinas Sosial,
bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan berubah nama menjadi : Panti Sosial Tresna
Werdha Pandaan- Bangkalan, yang jangkauan pelayanannya bertambah untuk wilayah
Madura dengan penambahan Unit Pelayanan Sosial lanjut Usia di Bangkalan.
3.1.7
Berdasarkan pada Peraturan Gubernur No. 119 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Panti Sosial Tresna Werdha
Pandaan- Bangkalan berubah menjadi : Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pasuruan
MAKSUD
Memberikan tempat pelayanan sosial serta kasih sayang terhadap para Lanjut Usia terlantar (
potensial dan tidak potensial ) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
3.2.2
TUJUAN
1. Terpenuhinya kebutuhan rohani meliputi:
penyelenggaraan kegiatan
dalam rangka
penyebarluasan
informasi
tentang
pelayanan
tentang
pelayanan
kesejahteraan sosial
8. Penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga atau masyarakat yang menyelenggarakan usaha
kesejahteraan sosial
9. Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan
10. Pelaksanaan pelayanan masyarakat
11. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
Prinsip Pelayanan :
1. Menghormati harkat & martabat klien
2. Menjaga kerahasiaan
3. Tidak memberikan stigma
4. Tidak mengucilkan
{ ASSESMEN }
Proses untuk menilai situasi dan kondisi, kebutuhan dan permasalahan klien, serta
situasi dan kondisi obyektif dari keluarga dan lingkungan sosialnya untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan rencana pelayanan yang akan diberikan kepada lanjut usia
3.9 TAHAP PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN
Merupakan proses penelaahan dan penyusunan rencana program pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan dan permasalahan klien
3.10 TAHAP PELAKSANAAN PELAYANAN
1. Pememenuhan kebutuhan pisik
Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan, pakaian, tempat tinggal
2. Bimbingan sosial.
Bimbingan sosial adalah proses pelayanan yang ditujukan kepada lanjut usia agar mampu
mengembangkan relasi sosial yang positip dan menjalankan peranan sosialnya dalam panti
dan dalam lingkungan sosial masyarakat
3. Bimbingan fisik dan kesehatan.
Merupakan proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau meningkatkan kondisi fisik dan
kesehatan lanjut usia, sehingga dapat melaksanakan peran sosialnya
4. Bimbingan Psikososial.
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi sosial psikologis seperti adanya
perasaan rasa aman, nyaman, tenteram dan damai
5. Bimbingan Mental Spiritual dan kerohanian.
Merupakan upaya yang dilaksanakan untuk memelihara dan meningkatkan kondisi mentalspiritual dan kerohanian klien.
6. Bimbingan Ketrampilan.
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan bakat, minat dan
potensi klien untuk menisi waktu luangnya sehingga merasa betah dan nyaman tinggal dalam
panti.
7. Bimbingan Rekreasi dan Hiburan.
Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan kreatifitas untuk meningkatkan
semangat hidup klien agar bahagia dalam menjalankan kehidupannya.
3.11 TAHAP PASCA PELAYANAN
1. Evaluasi.
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauhmana
program pelayanan yang telah diberikan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pihak
panti kepada klien, keluarganya atau pemerintah
2. Terminasi dan Rujukan.
Terminasi adalah proses pengakhiran pelayanan setelah klien meninggal dunia atau kembali
ke keluarga atau karena sesuatu hal harus dilakukan.
Rujukan adalah proses menghubungkan klen dengan pelayanan lain yang dibutuhkan sesuai
masalah dan kebutuhannya.
3. Pembinaan Lanjut
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali ke keluarga, dan/atau ketika klien
sudah dimakamkan karena klien tidak memiliki keluarga
Masalah kesehatan saat ini :
Di wisma melati UPT PSLU Pasuruan berjumlah 7 orang. Semua lansia di wisma melati
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan Pasuruan in memiliki masalah kesehatan bermacammacam, diantaranya 2 lansia menderita hipertensi, 2 orang menderita osteoarthritis, 1 lansia
mempunyai gangguan pendengaran, 1 lansia menderita asam urat, dan yang 1 lansia mengalami
defisit perawatan diri. Di wisma melati kami mengangkat masalah kesehatan dengan
osteoarthritis karena rata-rata lansia di UPT PSLU Pasuruan mengalami osteoarthritis.
DENAH
UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN
Nama Klien
Ny. S
Ny. Fs
Usia
70
75
Penyakit
RA, HT
Osteoarthiritis, HT
3.
4.
5.
6.
7.
Ny. L
Ny. Kt
Ny. A
Ny. Ks
Ny. Sr
65
71
92
65
76
PENGKAJIAN
Nama Wisma
: Wisma Melati
Tanggal Pengkajian
: 19 Januari 2016
1. IDENTITAS
A. KLIEN
Nama
: Ny. F.S
Umur
: 75 Tahun
Agama
: Kristen Katolik
Alamat asal
: Bratang, Surabaya
Tanggal datang
B. KELUARGA
Nama
: P. Surawanto
Pekerjaan
:-
Alamat
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Istirahat dan minum obat dari
dokter
Obat-obatan
Ya/ Tidak
Keterangan
Kelelahan
Perubahan BB
Masalah tidur
Kemampuan ADL
KETERANGAN
2. Integumen
Ya
Tidak
Lesi/ luka
Pruritus
Perubahan pigmen
Memar
KETERANGAN
Ya
Tidak
Anemia
KETERANGAN
Ya
Tidak
Sakit kepala
Pusing
Vertigo
KETERANGAN
5. Mata
Ya
Tidak
Perub. Penglihatan
Pakai kacamata
Kekeringan mata
Nyeri
Gatal
Photofobia
Diplopia
Riwayat infeksi
KETERANGAN
menggunakan kacamata
6. Telinga
Ya
Tidak
Penurunan pendengaran
Tinitus
Riwayat infeksi
Ya
Tidak
Rhinorrhea
Epistaksis
Obstruksi
Alergi
Riwayat infeksi
KETERANGAN
8. Mulut, tenggorokan
Ya
Tidak
Nyeri telan
Kesulitan menelan
Lesi
Perdarahan gusi
Karies
Perubahan rasa
Gigi palsu
Riwayat infeksi
KETERANGAN
9. Leher
Ya
Tidak
Kekakuan
Nyeri tekan
Massa
KETERANGAN
10. Pernafasan
Ya
Tidak
Batuk
Nafas pendek
Hemoptisis
Wheezing
Asma
KETERANGAN
11. Kardiovaskuler
Ya
Tidak
Chest pain
Palpitasi
Dispnoe
Paroximal nocturnal
Orthopnea
Murmur
Edema
KETERANGAN
12. Gastrointestinal
Ya
Tidak
Disfagia
Nausea/ vomiting
Hematemesis
Massa
Jaundice
Melena
Hemoroid
Pola BAB
sayuran
KETERANGAN
Ya
Tidak
Disuria
Hestinancy
Urgency
Hematuria
Poliuria
Oliguria
Nokturia
Inkontinensia
Nyeri berkemih
Pola BAK
KETERANGAN
Ya
Lesi
Testiculer pain
Testiculer massa
Reproduksi (perempuan)
Tidak
Ya
Tidak
Lesi
Postcoital bleeding
Nyeri pelvis
Prolap
Aktivitas seksual
Pap smear
Riwayat menstruasi
KETERANGAN
15. Muskuloskeletal
Ya
Nyeri sendi
Bengkak
Tidak
Kaku sendi
Deformitas
Kram
Kelemahan otot
Nyeri punggung
Pola latihan
Dampak ADL
waktu pada pagi hari ketika bagun tidur dan bagun dari duduk, pernah mengalami patah
tulang panggul
16. Persyarafan
Ya
Tidak
Headache
Seizure
Syncope
Tremor
Paralisis
Parese
Masalah memori
KETERANGAN
sudah lama
Ya
Cemas
Depresi
Ketakutan
Insomnia
Tidak
Kesulitan konsentrasi
Mekanisme koping
TYME
Dampak pada ADL
Hambatan
: Klien mengatakan jika tidak enak badan dan kaki terasa sangat
5. Lingkungan
Kamar
Luar rumah
: A / B /C / D / E / F / G
SKOR KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
A
berpakaian, dan mandi
B
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
C
fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan
B. Aspek Kognitif
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
SKOR
+
NO
1
PERTANYAAN
Tanggal berapa hari ini ?
JAWABAN
Tgl.09 Bulan 12
2
3
Th 2015
Sabtu
UPT
Pasuruan
Tidak punya hp
Bratang, Surabaya
75 Tahun
31 Desember 1942
Jokowi
SBY
Sudah lupa
20, 18, 14,10
5
6
7
8
9
10
Lansia
menurun ?
Jumlah Kesalahan Total
KETERANGAN :
Kesalahan 0 2
Kesalahan 3 4
Kesalahan 5 7
Kesalahan 8 10
JAWABAN
MAKSIMUM
ORIENTASI
KLIEN
3
PERTANYAAN
REGISTRASI
RS, Lantai ?
Nama 3 obyek (1 detik untuk mengatakan masingmasing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda
sebutkan. Beri 1 pont untuk tiap jawaban yang
PERHATIAN & 3
KALKULASI
5
MENGINGAT
3
BAHASA
30
22
Interpretasi hasil :
24-30
tetapi) 1 point
TOTAL SKOR
18-23
0-17
Jawaban
Ya (1)
Tidak (0)
Anda merasa bosan dengan berbagai aktivitas
2
3
4
dan kesenangan
Anda merasa bahwa hidup anda hampa/kosong
Anda sering merasa bosan
5
6
anda
Anda sering merasakan butuh bantuan
Anda lebih senang tinggal di rumah daripada
8
9
10
ingatan anda
Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda
Hasil
diri anda
Total Skor
No Pertanyaan
1
2
Jawaban
Ya (0)
Tidak (1)
Anda puas dengan kehidupan anda saat ini
3
4
waktu
Anda merasa lebih bahagia di sepanjang waktu
Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar
biasa
Anda
merasa
diri
anda
sangat
energik/
bersemnagat
TOTAL SKOR
Interpretasi; Jika diperoleh skore 5 atau lebih maka diindikasikan depresi
Hasil
(Sumber: Geriatric Depression Scale (short form) dari Yesavage (1982) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
D. Status Nutrisi
No
1
Indikator
Skor
Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2
Hasil
0
2
3
4
0
0
0
7
8
makanan
Lebih sering makan sendirian
1
Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 1
1
0
10
bulan terakhir
Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2
= Good
3-5
(Sumber: American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)
Fungsi
Uraian
o
1
(A)
Adaptasi
(P)
Partnership
(G)
Growth
(A)
Afek
Skor
(R)
mencintai
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya 2
Resolve
Interpretasi hasil :
Skor > 6
: fungsi baik
: disfungsi berat
ANALISA DATA
No
1.
Data
Data subyektif :
-
Etiologi
Proses penuaan,
Problem
patah Nyeri kronis
enzim
lisosom
T : nyeri sewaktu-waktu
Kerusakan matrik
2.
Data subyektif :
-
Proses penuaan
Resiko cedera
Klien
mengatakan
jika
duduk Proses
degeneratif
sel
fungsidan
sinovial
sendi
berkurang
Kaku sendi
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyempitan rongga sendi
2. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan pada mobilisasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
1
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Nyeri
kronis Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan nyeri dan 1. Mengetahui
berhubungan
asuhan
dengan
nyeri
penyempitan
akan :
dijadikan
rongga sendi
katrakteristik
Menunjukan nyeri
sebagai
hilang
indikator untuk
atau
terkontrol
-
mrlakukan
Klien
terlihat
tindakan
untuk
selanjutnya
berpartisipasi
dalam aktivitas
tidur
terapi
kebutuhan
Menggabungkan
istirahat
ketrampilan
3.
relaksasi
saat
sesui dapat
klien mengurangi
nyeri
Bantu
klien 3. Mengurangi
kontrol nyeri
mengompres nyeri
dan
peredaran
darah
lembut
nyeri
dan
melancarkan
peredaran
darah
6. Dorong penggunaan 6. Mengurangi
teknik manajemen stres nyeri
misalnya
dengan
relaksasi, memberikan
visualisasi,
pegendalian nafas
7.
Libatkan
dalam 7.
Hiburan
untuk
situasi mengalihkan
individu
perhatian klien
sehingga dapat
mengurangi
nyeri
8.
Kolaborasi
dengan 8.
Analgetik
memblok pusat
nyeri
2.
asuhan
dengan
Kaji
kemampuan 1. Mengetahui
sejauh
kemampuan
hasil :
mana
berjalan klien
2. Tanyakan klien kapan 2. Mengetahui
menuntun
saat orang
berjalan jauh
- tidak mengalami nyeri
sendi
lain
untuk dan
melakukakkn aktivitas
tingkat
kemampuan
klien
Mencegah
jatuh
Anjurkan
istirahat
saat
klien 4. Mengajarka
merasa klien
untuk
antisipasi agar
tidak jatuh saat
aktivitas
Latihan
keseimbangan
membantu
klien
menyeimbangk
an tubuh saat
berjalan
agar
tidak jatuh
6. Ajarkan cara duduk 6.
dan bangun yang aman
mencegah
pusing
kaku sendi
dan
CATATAN PERKEMBANGAN
No
1.
Hari/Tanggal
Jumat, 22 Januari 2016
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Nyeri kronis berhubungan S : Px mengatakan nyeri
dengan
rongga sendi
P : radang sendi
Q : nyeri tumpul
R : lutut dan
punggung
S : nyeri ringan 4
T : sewaktu-waktu
TTV :
TD
:
120/80mmHg
S : 370C
N : 85x/mnt
RR : 18x/mnt
A
:
Masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan no 3,4,
5, 6, 7
2.
Resiko
berhubungan
Klien
tampak
berhati-hati ketika
berjalan
dan
Klien
tampak
berpegangan
dan
meminta bantuan
ketika ingin jalan
jauh
A
masalah
teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
no 3, 4, 5
CATATAN PERKEMBANGAN
No
Hari/Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
1.
rongga sendi
P : radang sendi
Q : nyeri tumpul
R : lutut dan
punggung
S : nyeri ringan 4
T : sewaktu-waktu
TTV :
TD
:
120/80mmHg
S : 370C
N : 85x/mnt
RR : 18x/mnt
A
:
Masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan no 3,4,
5, 6, 7
2.
Resiko
berhubungan
Klien
tampak
berhati-hati ketika
berjalan
dan
Klien
tampak
berpegangan
dan
meminta bantuan
ketika ingin jalan
jauh
A
masalah
teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
no 3, 4, 5
CATATAN PERKEMBANGAN
No
1.
Hari/Tanggal
Minggu, 24 Januari 2016
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Nyeri kronis berhubungan S : Px mengatakan nyeri
dengan
rongga sendi
P : radang sendi
Q : nyeri tumpul
R : lutut dan
punggung
S : nyeri ringan 4
T : sewaktu-waktu
TTV :
TD : 120/80mmHg
S : 370C
N : 85x/mnt
RR : 18x/mnt
A : Masalah teratasi
sebagian
P
:
intervensi
dilanjutkan no 3,4, 5,
6, 7
2.
Resiko
berhubungan
Klien
berhati-hati
tampak
ketika
Klien
tampak
berpegangan
meminta
ketika
dan
bantuan
ingin
jalan
jauh
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan no
3, 4, 5
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur
dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago)
hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit
pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot
otot yang menghubungkan sendi. (Felson, 2008) . Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan
menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik,
tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder, berbeda dengan OA primer,
4.2 Saran
Bagi institusi dapat menambah informasi tentang penyakit Osteoarthritis dengan lebih
mendalam dan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengatasi Osteoarthritis. Bagi
Lansia dapat menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dan mengontrol nyeri karena
Osteoarthritis dapat memahami dan dapat melakukan penatalaksanaan pada Osteoarthritis.
Sedangkan bagi mahasiswa mendapatkan data demogratfi mengenai klien dengan Osteoarthritis
di UPT PSLU Pasuruan, memberikan informasi tentang penyakit Osteoarthritis dengan lebih
mendalam serta menambah wawasan tentang Osteoarthritis pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta,
EGC.
Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan
Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996
Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process, Alih
Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit,
Jakarta, EGC.
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai
Penerbit FK Universitas Indonesia.
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.