You are on page 1of 44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoartritis (OA) merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum
dijumpai secara global. Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan
mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004). Prevalensi OA juga terus
meningkat secara dramatis mengikuti pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan
radiologis, didapati bahwa 70% dari pasien yang berumur lebih dari 65 tahun menderita OA
(Brooks, 1998). Prevalensi OA lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas dapat
mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada. Diperkirakan juga bahwa satu sampai dua juta
lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena OA (Soeroso, 2006).
Berat badan sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah OA pasien. Pada sendi
lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih
besar sehingga mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi. Hasil penelitian Davis
et al (1990) menunjukkan bahwa obesitas (obese) memberikan nilai odds ratio sebanyak 8.0
terhadap risiko OA lutut.
Studi lain dari peneliti kesehatan masyarakat University College London
menyimpulkan bahwa obesitas meningkatkan risiko terjadinya OA lutut hingga empat kali
banyaknya pada pria dan tujuh kali pada wanita. Kemungkinan terjadinya OA pada salah
satu lutut pasien obese malah mencapai 5 kali lipat dibandingkan dengan pasien yang Non
Obese. Fakta tersebut menyimpulkan bahwa obesitas merupakan suatu faktor risiko
terjadinya OA, terutama pada sendi lutut (Arthritis Research Campaign, 2007).
Obesitas juga dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan intensitas nyeri
yang dirasakan pasien OA lutut (Thumboo, 2002). Menurut Soeroso ( 2006 ), pasien OA
dengan obesitas sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan dengan pasien
yang Non Obese. Peningkatan dari rasa nyeri dan ketidakmampuan fungsi pada lutut pasien
penderita OA semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu (Conaghan, 2008). Pada
pasien dewasa dengan umur 45 tahun ke atas, 19% dari mereka mengeluhkan nyeri yang
terpusat di sendi lutut (Urwin, 1998). Dapat disimpulkan bahwa meningkatnya rasa nyeri

yang dirasakan oleh pasien OA selain dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit dan umur,
status obese yang diderita pasien turut mempengaruhi.
1.2 Tujan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
Osteoarthritis di UPT PSLU Pasuruan dengan menggunakan metode proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit osteoarthritis
2. Mampu membuat Asuhan Keperawatan pada klien Osteoarthritis
3. Untuk mengetahui variasi karakteristik subjek pasien OA lutut
4. Untuk mengetahui derajat nyeri yang dirasakan oleh pasien OA lutut.
5. Untuk mengetahui karakteristik rasa nyeri yang dirasakan pada pasien OA lutut

1.3 Manfaat
1. Bagi institusi
a. Menambah informasi tentang penyakit Osteoarthritis dengan lebih mendalam
b. Sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengatasi Osteoarthritis
2. Bagi Lansia
a. Dapat menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dan mengontrol nyeri karena
Osteoarthritis
b. Memahami dan dapat melakukan penatalaksanaan pada Osteoarthritis
3. Bagi mahasiswa
a. Mendapatkan data demogratfi mengenai klien dengan Osteoarthritis di UPT PSLU Pasuruan
b. Memberikan informasi tentang penyakit Osteoarthritis dengan lebih mendalam
c. Menambah wawasan tentang Osteoarthritis pada lansia

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Osteoartritis

Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur


dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago)
hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit
pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otototot
yang menghubungkan sendi. (Felson, 2008)
2.2 Epidemiologi Osteoartritis
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia.
Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis
terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa.
Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok
umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23%
menderita OA. pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri.
Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan
sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7.
2.3 Patogenesis Osteoartritis
Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA
sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak
diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. OA sekunder, berbeda dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh inflamasi,
kelainan sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi
yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan
dengan OA sekunder ( Soeroso, 2006 ).

Selama ini OA sering dipandang sebagai

akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan
gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya
masih belum jelas diketahui ( Soeroso, 2006 ). Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan
mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya
menimbulkan cedera ( Felson, 2008 ).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu : Kapsula dan
ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya . Kapsula dan ligamenligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of motion) sendi (Felson, 2008).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga

mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin
merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti
disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008). Ligamen, bersama
dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang
gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk
memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak (Felson, 2008).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi.
Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup
pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres
yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact).
Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan
dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang
diterima (Felson, 2008). Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh
cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak.
Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima
sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting
untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2008).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua dan
Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul molekul aggrekan di
antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam
hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2008). Kondrosit, sel yang terdapat
di jaringan avaskular, mensintesis seluruha elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit
menghasilkan enzim pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor
(TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan merangsang
kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-molekul matriks yang baru.
Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan
faktor lingkungan (Felson, 2008).
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah kolagen tipe
dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun,
pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan
(superficial) dari kartilago (Felson, 2008). Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah

menstimulasi pergantian matriks, namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah memicu proses
degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit
(NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang
berlebihan mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat
sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung
pada proses awal timbulnya OA (Felson, 2008). Kartilago memiliki metabolisme yang lamban,
dengan pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan
degradasi. Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki metabolisme yang
sangat aktif (Felson, 2008).
Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan
kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan
sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur (Felson, 2008). Kegagalan dari
mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya OA pada sendi (Felson, 2008).
2.4 Diagnosis Osteoartirits
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai dan hasil radiografis
( Soeroso, 2006 ).

2.4.1

Tanda dan Gejala Klinis


Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang
dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut adalah
keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan
meski OA masih tergolong dini ( secara radiologis ). Umumnya bertambah berat dengan
semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur,

Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu
arah gerakan saja ) ( Soeroso, 2006 ).. Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan
kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul
diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang (
Felson, 2008). Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit
tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan
menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri
yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band
(Felson, 2008).
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri ( Soeroso, 2006 ).
3. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan
banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan
setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).

4. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum
dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu
yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan
perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu ( Soeroso, 2006 ).
5. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar ( Soeroso, 2006 ).
6. Pembengkakan sendi yang asimetris

Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya
tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi
berubah ( Soeroso, 2006 ).
7. Tanda tanda peradangan
Tanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis.
Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang
lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
8. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang
besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu
berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut
( Soeroso, 2006 ).
2.4.2

Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik ( Soeroso, 2006 ).
Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian yang
menanggung beban seperti lutut ).
2. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
3. Kista pada tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan suatu
derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria Kellgren dan
Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga tingkat berat. Perlu diingat
bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih terlihat normal ( Felson,
2006 ).

2.4.3

Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna. Pemeriksaan darah
tepi masih dalam batas batas normal. Pemeriksaan imunologi masih dalam batas batas

normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel
peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein ( Soeroso, 2006 ).
2.5 Penatalaksanaan Osteoartritis
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya OA yang
diderita ( Soeroso, 2006 ). Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
2.5.1

Terapi non-farmakologis
1. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat mengetahui serta
memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak
bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai ( Soeroso, 2006 ).
2. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan untuk
melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi
sendi yang sakit. ( Soeroso, 2006 ).

3. Penurunan berat badan


Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena itu,
berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan
penurunan berat badan apabila berat badan berlebih ( Soeroso, 2006 ).
2.5.2

Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul,
mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari
ketidakstabilan sendi ( Felson, 2006 ).
1. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan
Asetaminofen. Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat
AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen.
Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen,
asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA.

Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 ( Felson, 2006 ).
2. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau merangsang
perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat obatan yang termasuk dalam kelompok
obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin
C, dan sebagainya ( Felson, 2006 ).
2.5.3

Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit
dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari hari.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 SEJARAH BERDIRINYA
3.1.1

Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan ini didirikan pada tanggal 1
Oktober 1979 dengan nama SASANA TRESNA WERDHA ( STW )

"SEJAHTERA"

PANDAAN yang pada awalnya melayani 30 orang,


3.1.2

Pada tanggal 17 Mei 1982 diresmikan pemakaiannya oleh Menteri Sosial Bapak Saparjo
dengan dasar KEP.MENSOS RI NO. 32/HUK / KEP/VI/82 di bawah pengendalian Kanwil
Depsos Propinsi Jawa Timur dengan kapasitas tampung 110 orang dan menempati areal
seluas 13.968 M

3.1.3

Pada

tahun

1994

mengalami

pembakuan

penamaan

UPT Pusat / Panti / Sasana

dilingkungan Departemen Sosial dengan SK. Mensos RI No.14/HUK/1994 dengan nama


Panti Sosial Tresna Werdha
3.1.4

Sejahtera " Pandaan.

Dalam perkembangan waktu dan perkembangan kebutuhan akan pelayanan lanjut usia terjadi
perubahan dengan Melalui SK.Mensos RI. No.8/HUK/1998

ditetapkan menjadi Panti

percontohan Tingkat Propinsi dengan kapasitas 110 orang.


3.1.5

Pada tahun 1988 ketika Departemen Sosial RI Dihapus, panti ini sempat di kelola melalui
Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Pusat. Dan pada tahun 2000 pada saat pelaksanaan
otonomi daerah diberlakukan maka semua perangkat pusat termasuk aset-asetnya diserahkan
pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui

Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2000.

tentang Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna Werdha
Sejahtera Pandaan, merupakan

Unit Pelaksana

Tehnis

Dinas

Sosial Propinsi

Jawa Timur.
3.1.6

Sejalan dengan perkembangan jangkauan pelayanan pada lanjut usia melalui Perda No.14
Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No.12 Tahun 2000 tentang Dinas Sosial,
bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan berubah nama menjadi : Panti Sosial Tresna
Werdha Pandaan- Bangkalan, yang jangkauan pelayanannya bertambah untuk wilayah
Madura dengan penambahan Unit Pelayanan Sosial lanjut Usia di Bangkalan.

3.1.7

Berdasarkan pada Peraturan Gubernur No. 119 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Panti Sosial Tresna Werdha
Pandaan- Bangkalan berubah menjadi : Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pasuruan

dengan jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten Pasuruan dan Kab./Kota

sekitarnya ditambah Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Lamongan dengan jangkauan


pelayanan wilayah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten sekitarnya
3.2 MAKSUD DAN TUJUAN
3.2.1

MAKSUD
Memberikan tempat pelayanan sosial serta kasih sayang terhadap para Lanjut Usia terlantar (
potensial dan tidak potensial ) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

3.2.2

TUJUAN
1. Terpenuhinya kebutuhan rohani meliputi:

Ibadah sesuai dengan Agama masing-masing, kebutuhan kasih sayang, peningkatan


semangat hidup dan rasa percaya diri.
2. Terpenuhinya kebutuhan jasmani meliputi :
Kebutuhan pokok secara layak ( Sandang, pangan dan papan ), pemeliharaan kesehatan,
pemenuhan kebutuhan rekreatif untuk mengisi waktu luang
3. Terpenuhinya kebutuhan sosial, terutama bimbingan sosial antar penghuni panti, pembina
maupun dengan masyarakat.
3.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI
UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam
pelayanan sosial lanjut usia terlantar. Untuk melaksanakan tugas UPT mempunyai fungsi :
1. Pelaksana program kerja UPT
2. Pembinaan dan pengendalian pengelolaan ketatausahaan,

penyelenggaraan kegiatan

pelayanan sosial bimbingan dan pembinaan lanjut


3. Penyelenggaraan praktek pekerjaan sosial dalam bimbingan sosial lanjut usia
4. Pemberian bimbingan umum kepada klien di lingkungan UPT
5. Penyelenggaraan kerjasama dengan instansi / lembaga lain perorangan

dalam rangka

pengembangan progran UPT


6. Pengembangan metodologi pelayanan kesejahteraan sosial dalam pelayanan sosial lanjut usia
7. Penyelenggaraan

penyebarluasan

informasi

tentang

pelayanan

tentang

pelayanan

kesejahteraan sosial
8. Penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga atau masyarakat yang menyelenggarakan usaha
kesejahteraan sosial
9. Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan
10. Pelaksanaan pelayanan masyarakat
11. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
Prinsip Pelayanan :
1. Menghormati harkat & martabat klien
2. Menjaga kerahasiaan
3. Tidak memberikan stigma
4. Tidak mengucilkan

5. Menghindari sikap sensitive


6. Pemenuhan kebutuhan secara tepat
7. Pelayanan secara komprehensif.
8. Menghindari sikap belas kasihan
9. Pelayanan yang cepat dan tepat
10. Pelayanan yang bermutu
11. Pelayanan yang efisien dan efektif
12. Pelayanan yang akuntabel
3.4 PERSYARATAN MASUK UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN
1. Laki / perempuan usia 60 tahun keatas
2. Potensial dan tidak potensial.
3. Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan
4. Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan dengan surat keterangan
sehat dari Dokter.
5. Direkomendasi dari kantor sosial / Pemda setempat.
6. Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas panti.
3.5 JENIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
1. Pengasramaan
Proses kegiatan penempatan klien ke masing-masing wisma yang disesusikan dengan kondisi
dan kapasitas yang ada
2. Permakanan
Pemberian makan klien yang sesuai dengan menu dan standart gizi yang direkomendasi oleh
ahli gizi/dokter Puskesmas setempat.
3. Pakaian
Pakaian diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhan
4. Kesehatan / obat-obatan.
Pelayanan kesehatan bagi klien diberikan sewaktu-waktu pada saat klien membutuhkan
perawatan. Pemeriksaan
puskesmas Pandaan.

seluruh klien dilakukan setiap hari rabu bekerja sama dengan

3.6 PUSKESMAS ( POSYANDU LANSIA )


1. Pemberian higine dan obat-obatan, sesuai kebutuhan
2. Melakukan rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit, apabila klien memerlukan perawatan
lanjutan / rawat inap ( opname )
3.7 PROSES PELAYANAN
1. Tahapan pendekatan awal
a. Sosialisasi
Kegiatan ini merupakan penyampaian informasi tentang program pelayanan sosial dalam
panti kepada pihak-pihak yang terlibat agar terdapat kesamaan persepsi dan tindakan dalam
pelayanan sosial lanjut usia
2. Identifikasi dan seleksi
Proses menemukenali, menginfentarisasi memilih dan menetapkan calon klien
3. Penerimaan dan Regristrasi
penerimaan calon klien dari pihak keluarga atau pihak-pihak lain kepada pihak panti
3.8 TAHAP PENGUNGKAPAN DAN PEMAHAMAN MASALAH

{ ASSESMEN }

Proses untuk menilai situasi dan kondisi, kebutuhan dan permasalahan klien, serta
situasi dan kondisi obyektif dari keluarga dan lingkungan sosialnya untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan rencana pelayanan yang akan diberikan kepada lanjut usia
3.9 TAHAP PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN
Merupakan proses penelaahan dan penyusunan rencana program pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan dan permasalahan klien
3.10 TAHAP PELAKSANAAN PELAYANAN
1. Pememenuhan kebutuhan pisik
Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan, pakaian, tempat tinggal
2. Bimbingan sosial.

Bimbingan sosial adalah proses pelayanan yang ditujukan kepada lanjut usia agar mampu
mengembangkan relasi sosial yang positip dan menjalankan peranan sosialnya dalam panti
dan dalam lingkungan sosial masyarakat
3. Bimbingan fisik dan kesehatan.
Merupakan proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau meningkatkan kondisi fisik dan
kesehatan lanjut usia, sehingga dapat melaksanakan peran sosialnya
4. Bimbingan Psikososial.
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi sosial psikologis seperti adanya
perasaan rasa aman, nyaman, tenteram dan damai
5. Bimbingan Mental Spiritual dan kerohanian.
Merupakan upaya yang dilaksanakan untuk memelihara dan meningkatkan kondisi mentalspiritual dan kerohanian klien.
6. Bimbingan Ketrampilan.
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan bakat, minat dan
potensi klien untuk menisi waktu luangnya sehingga merasa betah dan nyaman tinggal dalam
panti.
7. Bimbingan Rekreasi dan Hiburan.
Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan kreatifitas untuk meningkatkan
semangat hidup klien agar bahagia dalam menjalankan kehidupannya.
3.11 TAHAP PASCA PELAYANAN
1. Evaluasi.
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauhmana

keberhasilan atau kegagalan

program pelayanan yang telah diberikan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pihak
panti kepada klien, keluarganya atau pemerintah
2. Terminasi dan Rujukan.
Terminasi adalah proses pengakhiran pelayanan setelah klien meninggal dunia atau kembali
ke keluarga atau karena sesuatu hal harus dilakukan.

Rujukan adalah proses menghubungkan klen dengan pelayanan lain yang dibutuhkan sesuai
masalah dan kebutuhannya.
3. Pembinaan Lanjut
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali ke keluarga, dan/atau ketika klien
sudah dimakamkan karena klien tidak memiliki keluarga
Masalah kesehatan saat ini :
Di wisma melati UPT PSLU Pasuruan berjumlah 7 orang. Semua lansia di wisma melati
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan Pasuruan in memiliki masalah kesehatan bermacammacam, diantaranya 2 lansia menderita hipertensi, 2 orang menderita osteoarthritis, 1 lansia
mempunyai gangguan pendengaran, 1 lansia menderita asam urat, dan yang 1 lansia mengalami
defisit perawatan diri. Di wisma melati kami mengangkat masalah kesehatan dengan
osteoarthritis karena rata-rata lansia di UPT PSLU Pasuruan mengalami osteoarthritis.
DENAH
UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN

MASALAH KESEHATAN 1 BULAN TERAKHIR


No
1.
2.

Nama Klien
Ny. S
Ny. Fs

Usia
70
75

Penyakit
RA, HT
Osteoarthiritis, HT

3.
4.
5.
6.
7.

Ny. L
Ny. Kt
Ny. A
Ny. Ks
Ny. Sr

65
71
92
65
76

HT, Gout, Parkinson


Personal hygine, HT
Gout, HT
HT, RA
Penurunan
Pendengaran, HT

Kegiatan hidup sehari- hari di Wisma Melati :


1. Pola Makan
Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia ini makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk.
Makan buah dan makanan selingan 1x sehari. Kadang ada lansia yang makan 1-2 x sehari karena factor
spiritual ( kepercayaan ) seperti : puasa.
2. Pola Minum
Minum kopi 1x seminggu, minum teh 2x sehari dan air putih 1,5 Liter sehari.
3. Pola Eliminasi
Buang Air Kecil 3-4 x sehari dan BAB 1x sehari.
4. Kebersihan Diri
Mandi 2x sehari. Pagi sebelum subuh dan sore sebelum ashar. Mandi menggunakan sabun, gosok gigi.
Keramas 3 hari sekali. Ganti pakaian 2 hari sekali. Dan mencuci pakaian seminggu 2x.
5. Kemandirian
Di Wisma Melati semua lansia mandiri dalam melakukan Aktivitas Sehari- harinya.
Perilaku terhadap kesehatan :
Di Wisma Melati tidak ada yang merokok dan alkohol, tetapi ada yang minum kopi. Gula, garam, dan
lemak dikonsumsi wajar pada makanan dan minuman.
Nilai dan kepercayaan terhadap kesehatan :
Sebagian besar lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia ini mengerti pentingnya keberadaan
posyandu lansia yang dilaksanakan sesuai dengan jadwalnya. Pencegahan penyakit dimengerti dan
dilaksanakan oleh seluruh lansia maupun petugas PSLU. Para lansia disini mengerti akan pentingnya
gizi bagi tubuh mereka dan gizi tersebut cukup terpenuhi dengan makanan yang diperoleh dari dapur
PSLU sebanyak 3x sehari. Walaupun ada beberapa lansia yang memiliki penyakit tertentu yang
membutuhkan diit khusus tetapi makanan yang didapat sama, sehingga lansia yang menderita penyakit
khusus harus memilah makanannya sendiri.

PENGKAJIAN

Nama Wisma

: Wisma Melati

Tanggal Pengkajian

: 19 Januari 2016

1. IDENTITAS
A. KLIEN
Nama

: Ny. F.S

Umur

: 75 Tahun

Agama

: Kristen Katolik

Alamat asal

: Bratang, Surabaya

Tanggal datang

: 20 September 2013, Lama tinggal di Panti: 2 Tahun

B. KELUARGA
Nama

: P. Surawanto

Hubungan dengan Lansia

: Ketua Lingkugan Gereja

Pekerjaan

:-

Alamat

: ................................................ Telp :.............................

2. STATUS KESEHATAN SEKARANG


Keluhan utama

: Klien mengatakan nyeri dan kaku di lutut dan punggung

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Istirahat dan minum obat dari
dokter
Obat-obatan

: Antalgin dan antasida

3. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA)


A. FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi umum

Ya/ Tidak

Keterangan

Kelelahan

Perubahan BB

Perubahan nafsu makan

Masalah tidur

Kemampuan ADL

KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik dan masih dapat

melakukan kegiatan sehari-hari

2. Integumen

Ya

Tidak

Lesi/ luka

Pruritus

Perubahan pigmen

Memar

Pola penyembuhan lesi

KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak terdapat luka di kulit tetapi sering gatal-

gatal dan sudah diberi salep


3. Hematopoetic
Perdarahan abnormal

Ya

Tidak

Pembengkakan kel. limfe :

Anemia

KETERANGAN

: Tidak terdapat perdarahan abnormal, pembengkakan kelenjar

limfe, dan anemia


4. Kepala

Ya

Tidak

Sakit kepala

Pusing

Vertigo

Gatal pada kulit kepala

KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak ada keluhan di kepala

5. Mata

Ya

Tidak

Perub. Penglihatan

Pakai kacamata

Kekeringan mata

Nyeri

Gatal

Photofobia

Diplopia

Riwayat infeksi

KETERANGAN

: Klien mengatakan masih dapat melihat dengan jelas dan tidak

menggunakan kacamata

6. Telinga

Ya

Tidak

Penurunan pendengaran

Tinitus

Alat bantu dengar

Riwayat infeksi

Kebiasaan membersihkan telinga :

Dampak pada ADL: Tidak ada dampak pada ADL


KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak ada riwayat infeksi telinga dan tidak

menggunakan alat bantu dengar, tetapi sudah mengalami penurunan pendengaran


7. Hidung

Ya

Tidak

Rhinorrhea

Epistaksis

Obstruksi

Alergi

Riwayat infeksi

KETERANGAN

: Klien megatakan tidak ada keluhan pada hidung

8. Mulut, tenggorokan

Ya

Tidak

Nyeri telan

Kesulitan menelan

Lesi

Perdarahan gusi

Karies

Perubahan rasa

Gigi palsu

Riwayat infeksi

Pola sikat gigi

: Klien mengatakan sikat gigi 2x sehari

KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak ada keluhan di mulut dan tenggorokan

9. Leher

Ya

Tidak

Kekakuan

Nyeri tekan

Massa

KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak ada keluhan di leher

10. Pernafasan

Ya

Tidak

Batuk

Nafas pendek

Hemoptisis

Wheezing

Asma

KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak ada keluhan di saluran pernafasan

11. Kardiovaskuler

Ya

Tidak

Chest pain

Palpitasi

Dispnoe

Paroximal nocturnal

Orthopnea

Murmur

Edema

KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak ada keluhan

12. Gastrointestinal

Ya

Tidak

Disfagia

Nausea/ vomiting

Hematemesis

Perubahan nafsu makan

Massa

Jaundice

Perubahan pola BAB

Melena

Hemoroid

Pola BAB

: Klien mengatakan BAB 2 hari sekali karena kurang makan

sayuran

KETERANGAN

: Klien mengatakan mengalami perubahan nafsu makan jika

makan makanan yang tidak disukai


13. Perkemihan

Ya

Tidak

Disuria

Hestinancy

Urgency

Hematuria

Poliuria

Oliguria

Nokturia

Inkontinensia

Nyeri berkemih

Pola BAK

: Klien mengatakan sering berkemih 4-5x sehari

KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak ada keluhan

14. Reproduksi (laki-laki)

Ya

Lesi

Testiculer pain

Testiculer massa

Perubahan gairah sex

Reproduksi (perempuan)

Tidak

Ya

Tidak

Lesi

Postcoital bleeding

Nyeri pelvis

Prolap

Aktivitas seksual

Pap smear

Riwayat menstruasi

: Klien mengatakan menopause di usia 45 tahun

KETERANGAN

: Klien mengatakan tidak ada keluhan

15. Muskuloskeletal

Ya

Nyeri sendi

Bengkak

Tidak

Kaku sendi

Deformitas

Kram

Kelemahan otot

Masalah gaya berjalan

Nyeri punggung

Pola latihan

: Klien mengatakan mengikuti senam pagi 3x seminggu

Dampak ADL

: Klien mengatakan berjalan bungkuk, lambat dan berhati-hati

saat melakukan ADL


KETERANGAN

: Klien mengatakan nyeri pada lutut dan punggung sewaktu-

waktu pada pagi hari ketika bagun tidur dan bagun dari duduk, pernah mengalami patah
tulang panggul
16. Persyarafan

Ya

Tidak

Headache

Seizure

Syncope

Tremor

Paralisis

Parese

Masalah memori

KETERANGAN

: Klien mengatakan sudah lupa dengan kejadian-kejadian yang

sudah lama

4. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


Psikososial

Ya

Cemas

Depresi

Ketakutan

Insomnia

Kesulitan mengambil keputusan :

Tidak

Kesulitan konsentrasi

Mekanisme koping

: Klien mengatakan teman-teman dapat memberi semangat dan

motivasi pada klien


Persepsi tentang kematian

: Klien mengatakan sudah pasrah dan menyerahkan kepada

TYME
Dampak pada ADL

: Klien mengatakan sering insomnia karena sering kepikiran di rumah

dan ingin kembali ke rumahnya


Spiritual
Aktivitas ibadah

: Klien mengatakan slalu melakukan ibadah

Hambatan

: Klien mengatakan jika tidak enak badan dan kaki terasa sangat

nyeri klien tidak melakukan aktivitas ibadah


KETERANGAN

: Klien mengatakan jika kepikiran klien selalu berdoa

5. Lingkungan
Kamar

: Klien mengatakan tidak menyapu kamar tetapi bersih karena

teman yang membersihkan atau anak mahasiswa


Kamar mandi

: Kamar mandi tampak bersih dan lantainya tidak licin

Dalam rumah wisma

: Tampak bersih dan rapi

Luar rumah

: Tampak bersih karena selalu dibersihkan

6. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


A. Kemampuan ADL
Indeks Katz

: A / B /C / D / E / F / G

SKOR KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
A
berpakaian, dan mandi
B
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
C

fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan

satu fungsi tambahan


Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,

berpakaian dan satu fungsi tambahan


Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,

berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan


Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,

berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan


Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

B. Aspek Kognitif
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
SKOR
+

NO
1

PERTANYAAN
Tanggal berapa hari ini ?

JAWABAN
Tgl.09 Bulan 12

2
3

Hari apa sekarang ini ?


Apa nama tempat ini ?

Th 2015
Sabtu
UPT

Berapa nomor telepon Anda ?


4.a. Dimana alamat Anda ?

Pasuruan
Tidak punya hp
Bratang, Surabaya

(tanyakan bila tidak memiliki telepon)


Berapa umur Anda ?
Kapan Anda lahir ?
Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
Siapa Presiden sebelumnya ?
Siapa nama kecil ibu Anda ?
Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3

75 Tahun
31 Desember 1942
Jokowi
SBY
Sudah lupa
20, 18, 14,10

5
6
7
8
9
10

dari setiap angka baru, semua secara

Lansia

menurun ?
Jumlah Kesalahan Total
KETERANGAN :

Kesalahan 0 2

: Fungsi intelektual utuh

Kesalahan 3 4

: Kerusakan intelektual Ringan

Kesalahan 5 7

: Kerusakan intelektual Sedang

Kesalahan 8 10

: Kerusakan intelektual Berat

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


NILAI

JAWABAN

MAKSIMUM
ORIENTASI

KLIEN
3

PERTANYAAN

Tahun, Musim, tanggal, hari, Bulan apa sekarang?

Dimana kita: (Negara bagian, Wilayah, Kota) di

REGISTRASI

RS, Lantai ?
Nama 3 obyek (1 detik untuk mengatakan masingmasing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda
sebutkan. Beri 1 pont untuk tiap jawaban yang

benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke


3 nya, jumlahkan percobaan & catat.
Percobaan : ...............................

PERHATIAN & 3

Seri 7s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5

KALKULASI

jawaban, berganti eja kata ke belakang) (7 kata

5
MENGINGAT

dipilih eja dari belakang)


Minta untuk mengulangi ke 3 obyek di atas, ber 1

3
BAHASA

point untuk tiap kebenaran


Nama pensil & melihat (2 point)

Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau

30
22
Interpretasi hasil :
24-30

tetapi) 1 point
TOTAL SKOR

= tidak ada gangguan kognitif

18-23

= gangguan kognitif sedang

0-17

= gangguan kognitif berat

Kesimpulan: Klien memiliki gangguan kognitif sedang


C. Pengkajian Depresi
No Pertanyaan
1

Jawaban
Ya (1)
Tidak (0)
Anda merasa bosan dengan berbagai aktivitas

2
3
4

dan kesenangan
Anda merasa bahwa hidup anda hampa/kosong
Anda sering merasa bosan

Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada

5
6

anda
Anda sering merasakan butuh bantuan
Anda lebih senang tinggal di rumah daripada

keluar melakukan sesuatu hal


Anda merasa memiliki banyak masalah dengan

8
9
10

ingatan anda
Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda

Anda merasa tidak punya harapan

Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari

Hasil

diri anda
Total Skor

No Pertanyaan
1
2

Jawaban
Ya (0)
Tidak (1)
Anda puas dengan kehidupan anda saat ini

Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang

3
4

waktu
Anda merasa lebih bahagia di sepanjang waktu
Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar

biasa
Anda

merasa

diri

anda

sangat

energik/

bersemnagat
TOTAL SKOR
Interpretasi; Jika diperoleh skore 5 atau lebih maka diindikasikan depresi

Hasil

(Sumber: Geriatric Depression Scale (short form) dari Yesavage (1982) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
D. Status Nutrisi
No
1

Indikator
Skor
Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2

Hasil
0

2
3
4

perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi


Makan kurang dari 2 kali dalam sehari
2
Makan sedikit buah, sayur, atau olahan susu
2
Mempunyai tida atau lebih kebiasaanminum minuman 2

0
0
0

beralkohol setiap harinya


Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya 2

sehingga tidak dapat makan makanan yang keras


Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4

7
8

makanan
Lebih sering makan sendirian
1
Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 1

1
0

3 kali atau lebih setiap harinya


Mengalami penurunan berat badan 5 kg dalam enam 2

10

bulan terakhir
Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2

untuk belanja, memasak, atau makan sendiri


TOTAL SKOR
Interpretasi :
0-2

= Good

3-5

= Moderate Nutritional Risk

= High Nutritional Risk

(Sumber: American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)

7. FUNGSI SOSIAL LANSIA


APGAR Keluarga
N

Fungsi

Uraian

o
1

(A)

Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 1

Adaptasi

(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu

(P)

sesuatu menyusahkan saya


Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2

Partnership

saya membicarakan sesuatu dengan saya dan

(G)

mengungkapkan masalah dengan saya


Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 2

Growth

menerima dan mendukung keinginan saya untuk

(A)

melakukan aktivitas atau arah baru


Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 1

Afek

saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap

Skor

emosi-emosi saya, seperti marah, sedih, atau


5

(R)

mencintai
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya 2

Resolve

menyediakan waktu bersama-sama

Interpretasi hasil :
Skor > 6

: fungsi baik

Skor 4 6 : disfungsi sedang


Skor < 3

: disfungsi berat

ANALISA DATA

No
1.

Data
Data subyektif :
-

Etiologi
Proses penuaan,

Problem
patah Nyeri kronis

Klien mengatakan nyeri pada kedua tulang panggul


lutut dan punggung saat pagi hari
dan ketika melakukan aktivitas

Klien mengatakan pernah jatuh dan Pemecahan kondrosit


mengalami patah tulang panggul
Data obyektif :

Klien tampak meringis ketika akan Pengeluaran


bangun dari duduk dan tidur

enzim

lisosom

Lutut klien tampak bengkak


Karakteristik nyeri :

P : radang pada sendi

Q : nyeri tumpul dan kaku

R : lutut dan punggung

S : 4-6 nyeri sedang (1-10)

T : nyeri sewaktu-waktu

Kerusakan matrik

Penebalan tulang sendi

TTV : T : 120/80mm Hg, S : 370C, Penyempitan rongga sendi


N : 85X/mnt, RR : 18x/mnt
Nyeri sendi

2.

Data subyektif :
-

Proses penuaan

Resiko cedera

Klien mengatakan nyeri dan kaku


pada lutut dan punggung

Klien

mengatakan

jika

duduk Proses

degeneratif

sel

terlalu lama dan ingin bangun butuh tubuh


pegangan
-

Klien mengatakan ketika bangun


pagi lutut dan punggung terasa Perubahan
nyeri dan kaku

fungsidan

struktur secara dan sel

Klien mengataka pernah mengalami molekuler


patah tulang panggul
Data obyektif :

Cara berjalan klien pelan dan Cairan


berhati-hati

sinovial

sendi

berkurang

Klien tampak butuh pegangan saat


ingin bangun dari duduk

Klien berjalan bungkuk ke depan

Kaku sendi

Gangguan pada mobilisasi


Resiko cedera

Diagnosa keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyempitan rongga sendi
2. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan pada mobilisasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
1

DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Nyeri
kronis Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan nyeri dan 1. Mengetahui
berhubungan

asuhan

dengan

selama 3x24 jam klien

nyeri

penyempitan

akan :

dijadikan

rongga sendi

keperawatan karakteristik nyeri

katrakteristik

Menunjukan nyeri

sebagai

hilang

indikator untuk

atau

terkontrol
-

mrlakukan

Klien

terlihat

tindakan

rileks, istirahat dan

untuk

selanjutnya

berpartisipasi

2. Beri kasur keras dan 2. Memberikan

dalam aktivitas

bantal kecil, tinggikan posisi nyaman

Mengikuti program tempat

tidur

terapi

kebutuhan

Menggabungkan

istirahat

ketrampilan

3.

relaksasi

saat

sesui dapat
klien mengurangi
nyeri

Bantu

klien 3. Mengurangi

dan mengambil posisi yang nyeri

aktivitas hiburan ke nyaman pada waktu tidur


dalam

program atau duduk di kursi

kontrol nyeri

4. Bantu klien untuk 4. Mengurangi


untuk

mengompres nyeri

dan

hangat pada sendi-sendi melancarkan


yang sakit 2x sehari

peredaran
darah

5. Berikan massage yang 5. Mengurangi

lembut

nyeri

dan

melancarkan
peredaran
darah
6. Dorong penggunaan 6. Mengurangi
teknik manajemen stres nyeri
misalnya

dengan

relaksasi, memberikan

visualisasi,

dan perasaan rileks

pegendalian nafas
7.

Libatkan

dalam 7.

Hiburan

aktivitas hiburan yang dapat


sesuai

untuk

situasi mengalihkan

individu

perhatian klien
sehingga dapat
mengurangi
nyeri

8.

Kolaborasi

dengan 8.

Analgetik

dokter untuk pemberian untuk


analgetik

memblok pusat
nyeri

2.

Rersiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1.


berhubungan

asuhan

dengan

selama 3x24 jam pasien

Kaji

kemampuan 1. Mengetahui

keperawatan berjalan klien

sejauh

kemampuan

gangguan pada tidak jatuh, dengan kriteria


mobilisasi

hasil :

mana

berjalan klien
2. Tanyakan klien kapan 2. Mengetahui

- dapat meminta bantuan terakhir meminta bantuan kemampuan


untuk

menuntun

saat orang

berjalan jauh
- tidak mengalami nyeri
sendi

lain

untuk dan

melakukakkn aktivitas

tingkat

kemampuan
klien

3. Bantu klien berjalan 3.

Mencegah

- kaku sendi berkurang

saat ada keluhan nyeri terjadinya


dan kaku sendi
4.

jatuh

Anjurkan

istirahat

saat

klien 4. Mengajarka
merasa klien

nyeri dan kaku sendi

untuk

antisipasi agar
tidak jatuh saat
aktivitas

5. Ajarkan klien latihan 5.


keseimbangan

Latihan

keseimbangan
membantu
klien
menyeimbangk
an tubuh saat
berjalan

agar

tidak jatuh
6. Ajarkan cara duduk 6.
dan bangun yang aman

mencegah

pusing
kaku sendi

dan

CATATAN PERKEMBANGAN
No
1.

Hari/Tanggal
Jumat, 22 Januari 2016

Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Nyeri kronis berhubungan S : Px mengatakan nyeri
dengan

penyempitan sudah berkurang.

rongga sendi

O : Wajah tampak rileks


Karakteristik nyeri :
-

P : radang sendi
Q : nyeri tumpul
R : lutut dan
punggung
S : nyeri ringan 4
T : sewaktu-waktu
TTV :
TD
:
120/80mmHg
S : 370C
N : 85x/mnt
RR : 18x/mnt
A
:
Masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan no 3,4,
5, 6, 7

2.

Jumat, 22 Januari 2016

Resiko

cedera S : klien mengatakan jika

berhubungan

dengan duduk atau tidur lama dan

gangguan pada mobilisasi

ingin bangun terasa nyeri


dan kaku pada lutut dan
punggung
O:
-

Klien

tampak

berhati-hati ketika
berjalan

dan

istirahat jika terasa


nyeri atau kaku
-

Klien

tampak

berpegangan

dan

meminta bantuan
ketika ingin jalan
jauh
A

masalah

teratasi

sebagian
P : intervensi dilanjutkan
no 3, 4, 5

CATATAN PERKEMBANGAN
No

Hari/Tanggal

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi

1.

Sabtu, 23 Januari 2016

Nyeri kronis berhubungan S : Px mengatakan nyeri


dengan

penyempitan sudah berkurang.

rongga sendi

O : Wajah tampak rileks


Karakteristik nyeri :
-

P : radang sendi
Q : nyeri tumpul
R : lutut dan
punggung
S : nyeri ringan 4
T : sewaktu-waktu
TTV :
TD
:
120/80mmHg
S : 370C
N : 85x/mnt
RR : 18x/mnt
A
:
Masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan no 3,4,
5, 6, 7

2.

Sabtu, 23 Januari 2016

Resiko

cedera S : klien mengatakan jika

berhubungan

dengan duduk atau tidur lama dan

gangguan pada mobilisasi

ingin bangun terasa nyeri


dan kaku pada lutut dan
punggung
O:
-

Klien

tampak

berhati-hati ketika
berjalan

dan

istirahat jika terasa


nyeri atau kaku
-

Klien

tampak

berpegangan

dan

meminta bantuan
ketika ingin jalan
jauh
A

masalah

teratasi

sebagian
P : intervensi dilanjutkan
no 3, 4, 5

CATATAN PERKEMBANGAN
No
1.

Hari/Tanggal
Minggu, 24 Januari 2016

Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Nyeri kronis berhubungan S : Px mengatakan nyeri
dengan

penyempitan sudah berkurang.

rongga sendi

O : Wajah tampak rileks


Karakteristik nyeri :
-

P : radang sendi
Q : nyeri tumpul
R : lutut dan
punggung
S : nyeri ringan 4
T : sewaktu-waktu
TTV :
TD : 120/80mmHg
S : 370C
N : 85x/mnt
RR : 18x/mnt
A : Masalah teratasi
sebagian
P
:

intervensi

dilanjutkan no 3,4, 5,
6, 7
2.

Minggu, 24 Januari 2016

Resiko

cedera S : klien mengatakan jika

berhubungan

dengan duduk atau tidur lama dan

gangguan pada mobilisasi

ingin bangun terasa nyeri


dan kaku pada lutut dan
punggung
O:
-

Klien
berhati-hati

tampak
ketika

berjalan dan istirahat


jika terasa nyeri atau
kaku

Klien

tampak

berpegangan
meminta
ketika

dan
bantuan

ingin

jalan

jauh
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan no
3, 4, 5

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur
dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago)
hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit
pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot
otot yang menghubungkan sendi. (Felson, 2008) . Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan
menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik,
tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder, berbeda dengan OA primer,

merupakan OA yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik,


pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer
lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA sekunder ( Soeroso,
2006 ). Peningkatan dari rasa nyeri dan ketidakmampuan fungsi pada lutut pasien penderita OA
semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu (Conaghan, 2008). Pada pasien dewasa
dengan umur 45 tahun ke atas, 19% dari mereka mengeluhkan nyeri yang terpusat di sendi lutut
(Urwin, 1998). Dapat disimpulkan bahwa meningkatnya rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
OA pada Ny. F selain dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit dan umur, status obese dan
riwayat cedera yang diderita pasien turut mempengaruhi.

4.2 Saran
Bagi institusi dapat menambah informasi tentang penyakit Osteoarthritis dengan lebih
mendalam dan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengatasi Osteoarthritis. Bagi
Lansia dapat menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dan mengontrol nyeri karena
Osteoarthritis dapat memahami dan dapat melakukan penatalaksanaan pada Osteoarthritis.
Sedangkan bagi mahasiswa mendapatkan data demogratfi mengenai klien dengan Osteoarthritis
di UPT PSLU Pasuruan, memberikan informasi tentang penyakit Osteoarthritis dengan lebih
mendalam serta menambah wawasan tentang Osteoarthritis pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta,
EGC.
Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan
Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996

Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process, Alih
Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit,
Jakarta, EGC.
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai
Penerbit FK Universitas Indonesia.
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.

You might also like