Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Osteoartritis (OA) berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti
tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi.(1) Osteoartritis
merupakan penyakit sendi degeneratif yang belum diketahui secara pasti
penyebabnya, ditandai dengan kerusakan rawan sendi dan tulang subkondral
secara bertingkat dan menyebabkan nyeri pada sendi.(1)(2)
Osteoarthritis terutama melibatkan sendi yang menahan beban, termasuk
lutut, pinggul, tulang belakang leher dan lumbosakral, dan kaki. Sendi lainnya
sering terkena termasuk interphalangeal distal (DIP), interphalangeal proksimal
(PIP), dan carpometacarpal (CMC) sendi.(3) Pasien OA biasanya mengeluh nyeri
pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang
terkena. Pada derajat yang lebih berat, nyeri dapat dirasakan terus - menerus
sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien.(1)
Prevalensi OA di dunia diperkirakan akan terus meningkat, Analisis dari
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pada tahun 2050,
diperkirakan terdapat lebih dari 20% penduduk dunia berusia lebih dari 60 tahun,
15% dari penduduk usia diatas 60 tahun tersebut akan menderita simptomatis OA
yakni sebesar 130 juta penderita dan sepertiga dari penderita tersebut akan
menderita kecacatan karena OA.(4) Di Indonesia, OA merupakan penyakit
reumatik yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik
lainnya. Berdasarkan WHO, penduduk yang mengalami gangguan OA di
Indonesia tercatat mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun,
dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk osteoarthritis lutut prevalensinya cukup
tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.(5) Di Indonesia, diperkirakan
1 sampai 2 juta orang lanjut usia akan menderita cacat yang disebabkan akibat
OA. Karena prevalensi OA yang cukup tinggi dan sifatnya kronik progresif, OA
mempunyai dampak sosio-ekonomi yang cukup besar, baik di negara maju
maupun di negara berkembang. OA pada sendi meningkat secara progresif dengan
meningkatnya usia yang merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya OA.
(6)
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas
Nama
Umur
: 74 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
Alamat
: Airmata
Agama
: Islam
No. RM
: 00 35 59
2.2.Keluhan Utama
Rasa kaku dan nyeri pada sendi lutut kaki kiri sejak 1 tahun yang lalu
2.3.Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rawat jalan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Prof. Dr. W.Z.
Johannes Kupang datang untuk melanjutkan terapi. Saat ini, pasien mengeluhkan
masih merasa kaku dan nyeri pada sendi lutut kaki kiri terutama pada pagi hari.
Keluhan ini dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu dan mulai memberat sejak
6 bulan terakhir saat pasien sedang sholat dan hendak merubah posisi dari
duduk/bersimpuh ke posisi berdiri. Nyeri yang dirasakan saat pertama kali seperti
tertusuk. Pasien mengatakan sulit menggerakan sendi lutut kaki kiri dan terasa
nyeri, bengkak (-). Saat ini keluhan mulai berkurang setelah pasien mendapat
terapi.
Berat badan
: 74 kg
Tinggi Badan
: 153 cm
IMT
: 31,67 (Obesitas)
: 150/90 mmHg
Nadi
: 76x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 36,7 C
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
b. Leher
c. Thoraks:
Inspeksi : pengembangan dada simetris,
Palpasi : pergerakan dada simetris, taktil fremitus kiri = kanan
Perkusi :
Pulmo : Sonor kanan = kiri
Auskultasi
:
Pulmo : vesikuler +/+, ronchi-/- ,wheezing -/Cor
d. Abdomen
Perkusi
Palpasi
: defence muskular (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba, nyeri ketok ginjal (-), nyeri tekan regio
hypogastrikum (+)
e. Ekstremitas :
Akral hangat, CRT < 2 detik
2.8.Status Lokalis
2.8.1. Tangan
Bragard (-/-)
Sicard (-/-)
2.9.Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Diagnosis
b. Disability
c. Handicap
:-
2.11.
Prognosis
a. Ad Vitam
b. Ad Fungsionam
c. Ad Sanationam
: Dubia at bonam
: Dubia at malam
: Dubia at bonam
2.12.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.13.
Edukasi
a. Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik turun
tangga, berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang lama.
b. Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan ditekuk).
c. Mengganti toilet jongkok dengan toilet duduk atau memodifikasi toilet
jongkok dengan kursi yang dilubangi.
d. Kompres dengan es pada lutut.
e. Kontrol ke poli rehabilitasi medic secara rutin
f. Kontrol ke poli gizi untuk perencanaan diet
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
dan os. patella. Os femur merupakan tulang yang terkuat dan terpanjang dalam
tubuh manusia. Bagian ujung distal dari femur lebih besar dan membentuk double
kondilus yang membentuk persendian dengan os tibia dan os patella. Tibia
membentuk persendian dengan femur pada kondilus distal dan medial, sedangkan
patella membentuk persendihan dengan femur pada fossa interkondilus (trochlear
groove). Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh
10
lapisan kartilago hyalin yang tipis yang disebut kartilago artikular, yang menjadi
bantalan pada persambungan tulang. Pada daerah ini terdapat rongga yang
dikelilingi oleh kapsul sendi.
11
12
13
Wanita
Fleksi
Ekstensi
151,2-154,0
3,9-6,9
140,8- 143,8
1,5-3,3
140,9-142,9
1.1-2,1
136,5-139,1
0,7-1,7
Laki- laki
Fleksi
Ekstensi
146,6-149,0
0,9-2,3
140,4-144,0
0,9-2,7
136,5-138,9
0,6-1,4
131,6-134,2
01-0,9
Definisi(9)
Osteoartritis berasal dari kata Yunani, yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yaitu sendi dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis (OA) adalah
suatu kelainan sendi kronis (jangka lama) dimana terjadi proses pelemahan dan
14
disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan
tulang rawan baru pada sendi. Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif
pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih sendi. Setiap sendi memiliki
resiko untuk terserang OA. Daerah yang paling sering terserang OA adalah lutut,
panggul, vertebra dan pergelangan kaki.
3.4.
Epidemiologi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pada tahun 2050,
diperkirakan terdapat lebih dari 20% penduduk dunia berusia lebih dari 60 tahun,
15% dari penduduk usia diatas 60 tahun tersebut akan menderita simptomatis OA
yakni sebesar 130 juta penderita dan sepertiga dari penderita tersebut akan
menderita kecacatan karena OA.(4) Di Indonesia, OA merupakan penyakit
reumatik yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik
lainnya. Berdasarkan WHO, penduduk yang mengalami gangguan OA di
Indonesia tercatat mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun,
dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk osteoarthritis lutut prevalensinya cukup
tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.(5)
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Litbag Kementerian Kesehatan
RI pada tahun 2013, prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan (nakes) atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%). (10)
3.5.Etiologi(7)
15
Tekanan harian yang diterapkan pada sendi, terutama berat bantalan sendi
(misalnya, pergelangan kaki, lutut, dan pinggul), memainkan peran penting dalam
pengembangan osteoarthritis. Kebanyakan peneliti percaya bahwa perubahan
degeneratif di osteoarthritis terutama dimulai di tulang rawan artikular, sebagai
akibat dari beban berlebihan terhadap sendi. kekuatan eksternal mempercepat efek
katabolik dari kondrosit dan selanjutnya mengganggu matriks tulang rawan.
Etiopatogenesis dari penyakit osteoarthritis terbagi menjadi 3 tingkatan antara
lain:
1. Pemecahan proteolitik dari matriks kartilago
2. Fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago yang menyebabkan pelepasan
proteoglikan dan pecahan kolagen ke dalam cairan synovial
3. Terjadi inflamasi kronik karena pelepasan fragmen kolagen ke dalam cairan
synovial.
3.6.
3.6.1. Usia
Faktor Risiko(11)
16
keseluruhan, dibawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan
wanita, tetapi diatas 50 tahun (setelah menopouse) fekuensi OA lebih banya pada
wanita daripada pria. Hal ini menenjukan adanya peran hormonal pada
patogenesis OA.
3.6.3. Obesitas
Obesitas meningkatkan stres mekanik menahan beban pada sendi. Ini telah
sangat terkait dengan osteoarthritis lutut dan, pada tingkat lebih rendah, dari
pinggul. Sebuah studi yang mengevaluasi hubungan antara indeks massa tubuh
(BMI) lebih dari 14 tahun dan sakit lutut di tahun 15 pada 594 perempuan
menemukan bahwa BMI yang lebih tinggi di tahun 1 dan peningkatan yang
signifikan dalam BMI lebih dari 15 tahun adalah prediktor dari nyeri lutut
bilateral di tahun 15. Hubungan antara BMI meningkat dan lutut nyeri adalah
independen dari perubahan radiografi.
Selain efek mekanik, obesitas mungkin merupakan faktor risiko inflamasi
untuk osteoarthritis. Obesitas dikaitkan dengan peningkatan tingkat (baik sistemik
dan intra-artikular) dari adipokines (sitokin yang berasal dari jaringan adiposa),
yang dapat mempromosikan kronis, peradangan ringan pada sendi.
3.6.4. Genetika (riwayat keluarga yang signifikan)
Sebuah komponen turun-temurun, khususnya di presentasi osteoarthritis
melibatkan beberapa sendi, telah lama dikenal. Beberapa gen telah dikaitkan
langsung dengan osteoarthritis, dan banyak lagi telah ditentukan untuk
dihubungkan dengan faktor yang berkontribusi, seperti peradangan yang
berlebihan dan obesitas.
17
18
3.7.Patogenesis(12)
19
20
pada sendi panahan beban; dan meningkatnya frekuensi penyakit pada kondisi
yang memepermudah sendi yang mengalami stress mekanis abnormal, misalnya
obesitas dan riwayat cacat sendi.
Faktor genetik tampaknya juga berperan dalam kerentanan terhadap
osteoarthritis terutama pada kasusu yang melibatkan tangan dan panggul. Gen
atau gen-gen spesifik yang berperan belum teridentifikasi meskipun keterkaitan
kromosom 2 dan 11 diperkirakan berperan pada beberapa kasus. Resiko
osteoarthritis meningkat sebanding dengan densitas tulang, dan kadar esterogen
yang tinggi juga meningkatkan resiko penyakit. Namun, peran keseluruhan yang
dimainkan oleh hormon dalam patogenesis oeteoarthritis masih belum jelas.
Osteoarthritis ditandai oleh perubahan signifikan, baik pada komposisi
maupun sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan
yang mengalami degenerasi memperlihatkan peningkatan kandungan air dan
penurunan konsentrasi proteoglikan dibandingkan tulang rawan yang sehat. Selain
itu, tampak jaringan kolagen menjadi lebih lemah, mungkin akibat berkurangnya
sintesis lokal kolagen tipe II, dan meningkatnya penguraian kolagen yang sudah
ada. Kadar molekul perantara termasuk IL-1 dan TNF dan nitrat oksida,
meningkat pada tulang rawan osteoartritik dan tampaknya bertanggung jawab
dalam beberapa perubahan komposisi tulang rawan. Apoptosis juga meningkat
sehingga dapat menyebabkan berkurangnya jumlah kondrosit fungsional. Secara
keseluruhan, perubahan-perubahan ini cenderung mengurangi kekuatan regangan
dan kekenyalan tulang rawan sendi. Sebagai tanggapan terhadap perubahan
agresif ini cenderung mengurangi kekuatan reganan dan kekenyalan tulang rawan
21
3.8.Klasifikasi Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu OA primer
dan OA sekunder. Osteoarthritis primer disebut idiopatik, OA jenis ini biasanya
dapat dijumpai paling banyak pada usia lebih dari 50 tahun, serta menyerang lebih
dari 1 sendi. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang berhubungan dengan
kelainan anatomik, gangguan metabolik atau radang sendi lainnya.(13)
Tabel 3.2 Tabel Klasifikasi Osteoarthritis(14)(15)
Klasifikasi Osteoarthritis
Primer (idiopatik) OA
Lokalisasi OA
1. Mempengaruhi satu atau dua sendi
Erosif OA
2. Menggambarkan adanya erosi dan tanda proliferasi di
proksimal dan distal sendi interfarangeal tangan
Sekunder OA
Penyebab diketahui 1. Metabolik
2. Kelainan Anatomi/Struktur Sendi
3. Trauma
4. Inflamasi
22
3.9.Gambaran Klinis(16)
Gejala Klinis yang sering muncul pada pasien Osteoarthritis
1. Rasa nyeri
a. Dalam dan ngilu
b. Sakit kalau digerakkan.
2. Kaku pada sendi yang terkena
a. Sembuh bila digerakkan, kambuh dengan diistirahatkan (fenomena
gelling)
b. Biasanya < 30 menit lamanya dan dipagi hari
c. Sering dipengaruhi oleh cuaca
d. Gerakan sendi yang terbatas
e. Dapat mengakibatkan keterbatasan aktivitas sehari-hari.
3. Ketidakstabilan pada sendi penyangga beban.(13)
23
ibu jari (Heberdens nodes). Jari tangan dapat membesar, sakit, kaku
dan kebal.
b. Sendi proksimal interphalangeal
Bouchards nodes (osteofit)
Kadang knop ini berwarna merah, hangat, bengkak, dan
nyeri,biasanya akibat dari trauma.
c. Sendi pertama carpometacarpal
Osteofit memberikan kesan kelihatannya tangan berbentuk persegi.
2. Lutut
Nyeri tekan pada lutut terjadi akibat adanya keterbatasan dalam bergerak mungkin
terjadi karena adanya atropi dari otot quadriceps, kehilangan sekitar 30% massa
otot dalam 1 minggu dan lebih dari 5 % penurunan kekuatan otot per hari dimana
ketiga hal ini dapat menyebabkan kelemahan otot, keterbatasan bergerak dan
penurunan kemampuan untuk menjaga diri sendiri.
3. Panggul
a. Yang terasa sakit adalah daerah lipat paha, panggul, dan bokong;
sakitpada saat aktivitas menyangga beban
b. Gerakan sendi terbatas
4. Tulang belakang
a. Yang paling sering terkena adalah tulang belakang L3 dan L4
b. Kaku dan nyeri di leher atau tulang belakang bagian bawahdapat
disebabkan karena OA di tulang belakang
c. Lemas atau kebal di lengan dan kaki
d. Beberapa orang merasa lebih nyaman bila tidur di kasur yangkeras
atau duduk dengan memakai bantal penyangga
e. Disamping nyeri, keterbatasan gerak, dan kompresi akar saraf
berpotensi untuk timbulnya komplikasi.
5. Hambatan gerak
Perubahan ini sering kali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini
(secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit., sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur.
24
25
26
27
Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh robeknya
meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah
ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien.
Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan
luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau lateral
garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat mungkin
ada.
28
29
30
1.
2.
3.
4.
(A)
(B)
(C)
(D)
3.12.
31
Penatalaksanaan(18)(20)(21)
Tujuan penatalaksanaan osteoartritis adalah memberikan edukasi pada
32
33
34
aktivitas
sel
kartilago.
Secara
klinis,
mobilitas
diketahui
dapat
bekerja
menguntungkan,
pada
keadaan
yang
yang
selanjutnya
secara
biomekanis
menimbulkan
fatigue
tidak
dan
yang
sakit
akan
melindungi
dan
menstabilkan
sendi,
35
36
fleksibilitas
ditujukan
untuk
mengurangi
kekakuan,
37
ruang gerak sendi yang tidak menimbulkan rasa nyeri. Aplikasi terapi
panas sebelum peregangan dapat mengurangi rasa nyeri dan
meningkatkan gerakan. Latihan fleksibilitas dapat dimulai dari latihan
peregangan tiap kelompok otot, setidaknya tiga kali seminggu. Apabila
sudah terbiasa, latihan ditingkatkan repetisinya per kelompok otot
secara bertahap. Latihan harus melibatkan kelompok otot dan tendon
utama pada ekstremitas atas dan bawah (American societygeriatrics,
2001: 815 ).
38
39
40
Latihan Aerobik
Latihan aerobik (berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobik, dan
latihan aerobik di kolam renang) dapat meningkatkan kapasitas
aerobik, memperkuat otot, meningkatkan ketahanan, mengurangi berat
badan, dan mengurangi konsumsi obat pada pasien osteoartritis.
Pemilihan aktivitas aerobik tergantung pada beberapa faktor, yaitu
status penyakit, stabilitas sendi, sumber daya dan minat pasien. Latihan
aerobik di kolam air hangat dapat mengurangi nyeri otot dan sendi,
mengurangi
beban
sendi,
meningkatkan
gerakan
yang
tidak
41
3.13.2. Farmakologi
American College of Rheumatology mengeluarkan pedoman farmakologis
berikut untuk pengobatan osteoarthritis dari pinggul dan lutut:
1. Arthrocentesis dengan injeksi kortikosteroid dapat digunakan hanya untuk
OA lutut jika terdapat efusi. Acetaminophen dapat diberikan hingga 4
g/hari; ini adalah pengobatan awal yang lebih disukai untuk pasien dengan
OA
2. obat anti-inflamasi topikal atau capsaicin dapat diberikan hanya untuk OA
lutut
3. Dosis rendah obat anti-inflammatory drugs (NSAID) (yaitu, dosis
analgesik) atau salisilat nonacetylated dapat diindikasikan mengelola
NSAIDs dosis penuh dengan misoprostol jika faktor risiko perdarahan
saluran cerna atas yang hadir penggunaan analgesik narkotik dapat
diindikasikan pada kasus nyeri parah
4. Obat lain telah diteliti di OA (misalnya, tramadol, cyclooxygenase (COX)
-2 inhibitor, suplemen makanan). Banyak obat telah dicoba dan digunakan,
tetapi penelitian tentang efektivitas mereka kurang.
5. Glukosamin dan kondroitin sulfat, saat ini sedang dipelajari oleh National
Institutes of Health (NIH) dalam uji coba double-blind, telah digunakan di
42
sebagai obat
penyakit-
polyethylene.
Macam-macam
operasi
sendi
lutut
untuk
osteoarthritis :
a. Partial replacement/unicompartemental
b. High tibial osteotmy : orang muda
c. Patella &condyle resurfacing
43
44
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada pasien ini didapat diagnosis medik berupa osteoarthritis yang
disimpulkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Gejala-gejala yang dialami
oleh pasien dapat dibandingkan dan dibahas melalui teori sebagai berikut. Dari
anamnesis didapatkan pasien berusia 74 sedangkan usia rentan terkena OA adalah
65 tahun, pasien juga memiliki perawakan gemuk yang bisa memperparah gejala,
orang dengan perawakan gemuk dapat membuat beban yang diterima lutut akan
semakin besar. Pasien mengeluhkan nyeri pada lutut kiri sejak 1 tahun yang lalu,
hal ini seusai dengan teori yakni nyeri dapat timbul akibat adanya kongesti
vaskular dari tulang subchondral yang menyebabkan peningkatan intraosseus,
synoviti dengan aktivasi membran nosiseptor dari sinovial, efusi sendi dan
peregangan dari kapsula sendi, inflamasi pada periartiular bursae maupun elevasi
dari osteophytic periosteal. Pasien juga mengeluhkan kaku pada sendi yang
terutama dirasakan pada pagi hari, hal ini disebabkan karena saat tidur tubuh tidak
melakukan aktivitas sehingga sendi menjadi kaku.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan pasien yaitu 74 kg dan
tinggi badan 153 cm, dilakukan pengukuran indeks massa tubuh dan didapatkan
pasien masuk dalam golongan obesitas. Berdasarkan pemeriksaan fisik yang
dilakukan sebelum menjalani terapi pada regio genu sinistra didapatkan nyeri
tekan, krepitasi, kelemahan dan ROM yang terbatas setelah itu pasien menjalani
rehabilitasi medik dan pada saat pemeriksaan fisik tanggal 13 desember tidak
ditemukan nyeri tekan ataupun krepitasi dan ROM dalam keadaan normal. Saat
SMF/Bagian Rehabilitasi Medik RSUD W.Z Yohannes- Kupang | Laporan Kasus Osteoarthritis Genu
ini gejala yang dirasakan sudah semakin berkurang sehingga pasien sudah bisa
melakukan aktifitas seperti biasa terutama shalat.
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan osteofit dan celah sendi
menyempit pada genu sinistra. Pembagian menurut kriteri Kellgren and Lawrence
berdasarkan gambaran radiologi masuk dalam klasifikasi derajat 2.
Tujuan penatalaksanaan osteoartritis adalah memberikan edukasi pada
pasien dalam mengontrol nyeri, memperbaiki fungsi, mengubah proses penyakit,
dan meningkatkan kualitas hidup. Intervensi yang dilakukan adalah melalui terapi
non-farmakologi dan farmakologi. Terapi non-farmakologi meliputi edukasi,
latihan fisik, mengurangi berat badan, dan fisioterapi. Terapi farmakologi yaitu
terapi menggunakan obat-obatan.
Penatalaksanaan yang diberikan untuk pasien berupa SWD genu sinistra,
TENS genu sinistra, quadriceps stretching exercise, dan stretching genu exercise.
SWD genu sinistra berfungsi untuk melancarkan pembuluh darah, mengurangi
nyeri sehingga kekakuan dan keram otot berkurang, membantu mempercepat
penyembuhan akibat infeksi, dan memperbaiki kelunturan jaringan yang
mengalami fibrosis seperti pada tendon dan kapsul sendi. TENS digunakan untuk
mengurangi nyeri dengan kerjanya menaikan ambang rasa nyeri. Quadriceps
stretching exercise bertujuan untuk menguatkan otot quadriceps yang mungkin
terjadi akibat nyeri yang terjadi pada pasien osteoartritis. Stretching genu
bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas pada sendi lutut.
SMF/Bagian Rehabilitasi Medik RSUD W.Z Yohannes- Kupang | Laporan Kasus Osteoarthritis Genu
pada
pasien
ini
baik
dapat
dilihat
dari
SMF/Bagian Rehabilitasi Medik RSUD W.Z Yohannes- Kupang | Laporan Kasus Osteoarthritis Genu
BAB 5
KESIMPULAN
1. Osteoartritis (OA) adalah suatu kelainan sendi kronis (jangka lama) dimana
terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi yang
disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi.
2. Pada hasil anamnesis didapatkan kaku dan nyeri pada lutut kiri, terutama
bila beraktivitas seperti saat akan berdiri setelah sholat sedangkan pada
pemeriksaan fisik pada awal pasien datang berobat ditemukan adanya nyeri
tekan, krepitasi, kelemahan, dan ROM yang terbatas pada lutut kiri. Setelah
menjalani perawatan rehabilitasi medik, nyeri tekan, krepitasi, kelemahan
sudah tidak ada, ROM juga dalam keadaan normal.
3. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik disimpulkan bahwa
pasien mengidap osteoarthritis genu sinistra.
4. Pengobatan fisioterapi yang dapat dilakukan adalah dengan aktivitas fisik,
serta dengan menggunakan Electromagnetic field stimulation dan
transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS).
SMF/Bagian Rehabilitasi Medik RSUD W.Z Yohannes- Kupang | Laporan Kasus Osteoarthritis Genu
DAFTAR PUSTAKA
1. Sunarti S, Ridwan M, Firdaus M M. Komorbiditas Pasien Geriatri Dengan
Osteoartritis Genu Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Malang :
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2011
2. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar
Operasional Prosedur. DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18.
3. Lozada CJ. Osteoarthritis. Medscape. 2016;
4. WHO. Osteoarthritis, Priority disease and reason for inclusion. World Heal
Organ
[Internet].
2010;12:68.
Available
from:
http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/Ch6_12Osteo.pdf
5. Vogelgesang S. Osteoartritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd
edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
6. Purnamasari D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, editors. Jakarta: InternaPublishing;
2009. 1880-1883 p.
7. Kishner S. Knee Joint Anatomi [Internet]. Medscape. 2014 [cited 2016 Nov
9]. Available from: www.emedicine.medscape.com
8. Centers for disease control and prevention. Normal joint range of motion
study
[Internet].
2010
[cited
2016
Nov
9].
Available
from:
www.cdc.gov/ncbddd/jointroom
9. Garison SJ. Osteoartritis. Dalam: Wijaya AC, alih bahasa. Dasar-Dasar Terapi
dan Rehabilitasi Fisik. Jakarta : Hipokrates, 1996;70-2.
10. Badan Penelitian dan Pengembangn Kesehatan. RISET KESEHATAN
DASAR. 2013;
11. Lozada CJ. Osteoarthritis. Medscape. 2016;
12. Kumar V, Abbas A, Fausto N MR. Robbin Basic pathology. 8th ed. elsevier,
Inc; 2007.
13. dr. Cynthia Yaputri. Hubungan Waktu Tempuh GUG Test Dengan Indeks
Lequesne Pada Penderita Osteoarthritis Lutut. Universitas Sam Ratulangi;
2005.
SMF/Bagian Rehabilitasi Medik RSUD W.Z Yohannes- Kupang | Laporan Kasus Osteoarthritis Genu
Dalam.
Diagnosis
dan
SMF/Bagian Rehabilitasi Medik RSUD W.Z Yohannes- Kupang | Laporan Kasus Osteoarthritis Genu