Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak Negara
berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap
tahunnya. DiIndonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300. 810 kasus per
100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan
salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini
merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24
kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000
penduduk (Sudono, 2012). Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi
akut yang terjadi pada ususkecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhi
dengan masa tunas 6-14 hari.Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak
tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari
penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Di Indonesia penderita
Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar
di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak
besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan
2-3: 1.12 Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai
dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang
dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat
demam terus-menerus lebihdari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan
diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air
besar atau diare beberapa hari (BahtiarLatif, 2010).
1.2.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan Asuhan Keperawatan di atas dapat diidentifikan
masalah keperawatan demam thypoid mulai dari pengkajian, riwayat kesehatan, pola
fungsional, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang berguna untuk
menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan ditentukan
berdasarkan data focus yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien
dan keluarga. Dari keluhan yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah
keperawatan yang muncul, menentukan intervensi,implementasi keperawatan dan
mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4. MANFAAT
1. Bagi Rumat Sakita. Memberi tambahan referensi bagi tenaga medis atau petugas
kesehatan untuk memberikan informasi tentang demam thypoid bila ada yang
membutuhkan informasi.b. Memberi masukan pada tenaga medis atau petugas
kesehatan untuk memperbaikiintervensi bila ada klien dengan demam thypoid
sesuai dengan standar operasionalprosedur.
2. Bagi Masyarakat (pembaca). Menambah wawasan untuk para pembaca yang
memiliki keluarga denan demam thypoidmaupun yang berkemauan untuk
mencegah keluarga dan orang terdekat dari demam thypoid.
3. Bagi Institusi. Mengembangkan ilmu Keperawatan anak dan menambah literature
tentang demam thypoid..
4. Bagi Penulis. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang demam thypoid yang
dapat dijadikan tambahan referensi untuk persiapan memasuki dunia kerja di
bidang keperawatan.
1.5. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara memperdalam kajian tentang pada pasien Thypus Abdominlis ?
2. Bagaimana cara merumuskan masalah pada pada pasien Thypus Abdominalis?
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Medis
2.1.1. Pengertian Thphus Abdominalis
Thypoid Abdominalis atau demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu
penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika lati, Karibia, Ocenia dan jarang terjadi di
Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus tipoid
diseluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahunnya meninggal
akibat penykit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus typoid ini dan terdapat 13jt
kasus dengan 400.000 kematian setiap tahunnya. 91% kasusu tifoid mendera anak-anak usia
3-19 tahun dan angka kematian 20.000 pertahunnya di Indonasia 14% demam enteris
disebabkan oleh S.Paratyphi A.
Typhoid fever (typhus abdominalis, enteric fever) adalah infeksi sistemik yang
disebabkan sanmonella enterica, khususnya turunannya yaitu salmonella typhi, paratyphi A,
paratyphi B , paratyphi C pada saluran pencarnaan terutama menyerang bagian saluran
pencernaan. Thphus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang selalu ada di
masyarakat (endemik) di indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
2.1.2. Etiologi
Thphus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi (S. Typhi), paratyphi A,
paratyphi B, paratyphi C. Salmonella typhi merupakan basil gram negatif , berflagel , dan
tidak bespora , anaerob fakulatif, masuk dalam keluarga enterobacteriaceae , panjang 1-3 um,
dan lebar 0.5-0.7um, berbentuk batang single atau berpasangan. Salmonela hidup dengan
baik pada suhu 37C dan hidup pada air streil yang beku dan dingin,air tanah,air laut dan
debu selama berminggu-minggu, dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang terkontaminasi
dan tiram beku. Parasit hanya terdapat pada tubuh manusia. Dapaat dimatikan pada suhu
60C selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.
salmonella thypi memiliki 3macam anti gen yaitu anti gen O(somatik berupa kompleks poli
sakarida), antigen H (flagel),dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam thypoid akan
berbentuk antibody terhadap ketiga macam antigen tresebut.
2.1.3. Mekanisme Tranmisi Thypus
Penularan penyakit typhoid ini sangat mudah terjadi pada lingkaran dengan sanitasi
yang buruk . Berikut ini beberapa mekanisme penularan salmonella typhi :
Food (makanan/minuman) yang tercemar. Makanan yang diolah dengan tidak bersih
atau disajikan metah beresiko mangandung salmonella seperti salad, karedok atau
asinan, apalagi bila sayuran tersebut diberi pupuk dengan limbah kotoran dan dicuci
dengan menggunakan air yang terkontaminasi oleh sanmonella . Seyogyanya
makanan dimasak dengan matang dan air minum dididihkan.
Fingers (jari-jari tangan), Seseorang yang pernah menderita typhoid dapat menjadi
karier dan menularkan typhoid kepada orang lain melalui jari-jari tangannya bahkan
menurut ismail (2006) di daerah endemis, seseorang yang tidak pernah menderita
typhoid dalam urie dan fesesnya.
Feses. Feses dapat menularkan salmonella ke orang lain melalui rute fecal-oral.
Artinya penularan dari feses dan masuk ke mulut. Sebagai contoh seorang ibu rumah
tangga yang menjadi karier dapat menularkan salmonella kepada anggota keluarga
lainnya.
Fly(lalat). Lalat dapat menjadi vektor mekanisme penularan typhoid . Lalat dapat
menghinggapin feces yang mengandung salmonella dan menghingapin
makanan/minum dan mengkontaminasi
Hubungan seksual.tranmisi penularan salmonella melalui hubungan seksual mellaui
rute oral-anal, oral-penis atau anal intercourse. Sehinga dapat dikatakan bahwa
manusia menjadi host dan vector penularan penyakit ini.
Insturksikesehatan. Petugas kesehatan berisiko tertular salmonella karena kontak
langsung dengan cairan tubuh manusia dan feses yang terkontaminasi alas kasur yang
mengandung feses atau urine terkontaminasi salmonella.
2.1.4. Manifestasi klinis thypus abdominalis
1. Minggu pertama(awal terinfeksi), setela masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit
berupa demam tinggi berkisar 39C hingga 40C, sakit kepala dan pusing, pegal
pada otot, mual, muntah, batuk, nadi meningkat, denyut lemah. Bercak merah
yang berupa makula papula disebut roseola karena adanya trombus emboli basil
pada kulit terjadi pada hari ke 7 dan berlangsung 3 samapi 5 hari dan kemudian
hilang.
2. minggu kedua,suhu badan tetap tinggi,bradikardi relatip terjadi ganguan
pendengaran ,lidah tampak kering dan merah mengkilat.diare lebih sering,
perhatikan ada nya darah di feses karena perforaasi usus,terdapat hepatomegalin
dan splenomegaling.
3. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali diakhir
minggu.hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati jika keadaan
makin memburuk, dengan terjdi tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,
otot-otot bergerak terus, inkotenensia alfi dan inkontenensia urin, perdarahan pada
usus, metorisme, tympani dan nyeri abdomen.
4. Minggu keempat, merupakan stadium penyembuhan pada awal minggu keempat
dapat dijumpai adanya peneumonea lobaris atau tromboplebitis vena femoralis.
2.1.5. PatoFisiologi Thypus Abdominalis
Kuman masuk kedalam mulut melalalui makanan/minuman dan tercemar oleh
salmonella (biasanya > 10.000 basil kuman). Sebagian kumn dapat dimusnahkan oleh
HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral
mukosa (IgA) usus kurang baik maka basis salmonell akan menebus sel-sel epitel (sel
M) dan selanjutnya ke lamina propio dan berkembang biak dijaringan lipoid plak
peyeri dielium distal dan kalenjer getah bening mesenterika mengalami hiperplasia.
Basil tersebut masuk kealiran darah (bakteria) melalui duktus thoracicus dan
menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati, sumsum tulang dan
limfa melalui sirkulasi portal dan usus. Hati membesar (hepatomegali) dengan
infiltrasi limposid, zat plasma dan sel mononuclear, serta terdapat nekrosis fokal dan
pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini kuman S. Typhi berkembang biak dan
masuk sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia kedua disertai tanda dan gejala
infeksi sistemik ( demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instibilitas
vaskular, gangguan mental dan koagulasi). Pendarahan saluran cerna terjadi akibat
erosi pembuluh darah disekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hiperplasi. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga kelapisan otot, serosa usus
dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel direseptor sel endotel
kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik
kardiovaskular, pernapasan dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama
penyakit terjadi hyperlasia (pembesaran sel-sel) plak nyeri, diusul minggu kedua
terjadi nekrosis dan dalam minggu ketiga ulseri plak peyeri dan selanjutnya dalam
minggu keempat penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
2.
3.
4.
5.
6.
diri.
Stomatitis
menunjukkan
NIC
Manajemen nyeri (1843)
Nim:0020155005
012015007
Nurlita Simanjuntak
012015018
012015026
012015028
Yohana Hormatina
012015023
Yudi Sebayang
012015034
Unit
:Internis
Tgl.Pengkajian
Ruang /Kamar
:St. Melania
Waktu Pengkajian
:09.00 wib
Tgl.Masuk Rs
Auto Anamnase
Allo Amnamnese
1.IDENTIFIKASI
a.KLIEN
Nama initial
:Nn.W
Jenis kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
:Belum Menikah
Jumlah Anak
:_
Agama/Suku
:Kristen Protestan
Warga Negara
Bahasa yang Digunakan
:Indonesia
: Indonesia
Daerah Pekanbaru
Pendidikan
:SMA
Pekerjaan
;Mahasiswa
Alamat Rumah
:Pekan Baru
B.PENANGGUNG JAWAB
Nama
Alamat
:Pekanbaru
Hub.dengan klien
:Saudara
2.DATA MEDIK
a.Dikirim Oleh
b.Diagnosa medik
b.1. Saat Masuk
:Tipus Abdominalis
b.2.Saat pengkajian
:Tipus Abdominalis
3.KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT: klien tampak sakit ringan.
Alasan
B.RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan Utama
Pasien Mengatakan Nyeri pada bagian perut sebelah kanan ,tidak nafsu makan, tidak
bersemangat , dan sering pusing.
2)Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien mengatakan tidak mampu lagi beraktifitas seperti biasanya, karna adanya
Nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah, dan pasien mengatakan seluruh badan
lemas, di sertai Demam sdh 3 hari Naik Turun selama 3 hari.
: Compos Mentis
2)Kuantitatif :
Skala Coma Glasglow:
Respond Motorik
:Sedang
Respon Bicara
:Normal
Respon membuka mata: sulit mengngkat kelopak mata
Jumlah
:
3)Kesimpulan
b. Flapping Tremor/Asterixis
: Positif
c. Tekanan Darah
:100/70 mmhg
MAP
Kesimpulan
mmhg
d. Suhu
39,8c Axillar
e. Pernafasan
:Frekuensi
1)irama
: Teratur
2)Jenis
: Dada
24
x/menit
5. PENGUKURAN
Tinggi Badan
:150 cm
Berat Badan
:43 kg
IMT
:19,1
Kesimpulan
Catatan
8
2
50
5
5
91
61
4
8
62
4
6
59
5
7
5
0
52
2
5
21
19
17
11
catatan
-
Kapan
Tidak pernah
catatan
4
8
2) Data subyektif
Pasien mengatakan Nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah, dan pasien juga mengatakan
seluruh badan lemas, di sertai Demam sdh 3 hari Naik Turun selama 3 hari,muntah, mual, dan
tidak nafsu makan.
3)Data Obyektif
-kebersihan Rambut
:Kussam, Kering
- Kulit Kepala
: Kering
-Kebersihan Kulit
-Kebersihan Genetalia
: Bersih
-Kebersihan Anus
: Tampak Bersih
876 54321
1234567
atas
876 54321
1 2 3 4 5 6 7 bawah
-. Gigi palsu
:
tidak ada
876 54321
1234567
atas
876 54321
1 2 3 4 5 6 7 bawah
-. Lidah
: Pucat
-. Tonsil
-. Pharing
-. Kelenjar parotis
-. Kelenjar tyroid
-. Abdomen
= Inspeksi
: bentuk Simetris
= Auskultaasi
: Peristaltik
= Palpasi
18
x/menit
Massa
:tidak ditemukan
Hidraasi kulit :
Nyeri tekan : R. Epigastrica
= Perkusi
Ascites Negatif
-. Kulit
:
= uremic frost
: negatif
= edema
: negatif
= Icteric
: negatif
=Tanda-tanda radang
: Tidak ada
= lain-lain
:Tidak ada
b.Pemeriksaan Fisik
- Palpasi Suprapublika
: kandung kemih
: negatif
=kanan
: negatif
-. Mulut Urethra
: Tidak di Kaji
-.Anus
: Tidak Dikaji
= Peradangan
: negatif
=Hemoroid
: negatif
=Penemuan lain
: Tidak ada
c) Pemeriksaan Fisik
-. Perfusi pembuluh darah perifer:
-. Thorax dan pernafasan
= Inspeksi
:Bentuk Torax:
Sterido
: negatif
Dyspenea deffort
: negatif
Sianosis
-. Palpasi
: negatif
: Vocal Fremitus
ANALISA DATA
Nama / Umur
Ruang / Kamar
N
O
TGL
DATA
:Nn.W 19 Tahun
:St.Melania
ETIOLOGI
MASALAH
5/12/201
6
Tanggal / Pukul
05/12/2016
07.30
08. 00
10.00
IMPLEMENTASI
EVALUASI
11.00
Observasi vital sign
TD; 100/70 mmHg
P : 86 x/menit
RR; 24 x/menit
T; 38 0C
12.30
Menyajikan Makan siang pasien, pasien
mengatakn mampu menghabiskan 1 porsi
makananan yang di sediakan oleh Tim Gizi.
13.00
Memberi Dukungan Istirahat/ tidur yang
adekuat untuk membantu penurunan nyeri
Memonitor
kepuasan
pasien
terhadap
menejemen Nyeri dalam intervan yang Spesifik.
Libatkan keluarga dalam modalitas penurun
Nyeri , jika memungkinkan
14.00
Memberi tindakan mengontrol nyeri sebelum
nyeri bertambah berat, pasien mengatakan,
sudah bisa melakukan pengontrolan nyeri secara
mandiri.