You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak Negara
berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap
tahunnya. DiIndonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300. 810 kasus per
100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan
salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini
merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24
kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000
penduduk (Sudono, 2012). Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi
akut yang terjadi pada ususkecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhi
dengan masa tunas 6-14 hari.Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak
tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari
penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Di Indonesia penderita
Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar
di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak
besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan
2-3: 1.12 Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai
dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang
dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat
demam terus-menerus lebihdari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan
diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air
besar atau diare beberapa hari (BahtiarLatif, 2010).

1.2.

IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan Asuhan Keperawatan di atas dapat diidentifikan
masalah keperawatan demam thypoid mulai dari pengkajian, riwayat kesehatan, pola
fungsional, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang berguna untuk
menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan ditentukan
berdasarkan data focus yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien
dan keluarga. Dari keluhan yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah
keperawatan yang muncul, menentukan intervensi,implementasi keperawatan dan
mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.

1.3. TUJUAN PENULISAN


1.3.1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui seluk beluk tentang demam thypoid pada para
pembaca sehingga dapat menjadi referensi untuk pembelajaran atau
upaya preventif mencegah penyakit demam thypoid.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada thypus abdominalis.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Tujuan khusus laporan keperawatan ini adalah untuk: Untuk
mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan penyakit demam thypoid untuk diusahakan
mencari data-data beserta pemecahanya kemudian mencocokan
berdasarkan teori yang telah diperoleh dari kuliah maupun literature.
2. Untuk mengetahui tinjauan teoritis Thypus Abdominalis
3. Untuk mengetahui pengkajian pada asuhan keperawatan Thypus
Abdominalis
4. Untuk mengetahui diagnose pada asuhan keperawatan Thypus
Abdominalis
5. Untuk mengetahui intervensi pada askep Thypus Abdominalis.

1.4. MANFAAT

1. Bagi Rumat Sakita. Memberi tambahan referensi bagi tenaga medis atau petugas
kesehatan untuk memberikan informasi tentang demam thypoid bila ada yang
membutuhkan informasi.b. Memberi masukan pada tenaga medis atau petugas
kesehatan untuk memperbaikiintervensi bila ada klien dengan demam thypoid
sesuai dengan standar operasionalprosedur.
2. Bagi Masyarakat (pembaca). Menambah wawasan untuk para pembaca yang
memiliki keluarga denan demam thypoidmaupun yang berkemauan untuk
mencegah keluarga dan orang terdekat dari demam thypoid.
3. Bagi Institusi. Mengembangkan ilmu Keperawatan anak dan menambah literature
tentang demam thypoid..
4. Bagi Penulis. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang demam thypoid yang
dapat dijadikan tambahan referensi untuk persiapan memasuki dunia kerja di
bidang keperawatan.
1.5. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara memperdalam kajian tentang pada pasien Thypus Abdominlis ?
2. Bagaimana cara merumuskan masalah pada pada pasien Thypus Abdominalis?

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Medis
2.1.1. Pengertian Thphus Abdominalis
Thypoid Abdominalis atau demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu
penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika lati, Karibia, Ocenia dan jarang terjadi di
Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus tipoid
diseluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahunnya meninggal
akibat penykit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus typoid ini dan terdapat 13jt
kasus dengan 400.000 kematian setiap tahunnya. 91% kasusu tifoid mendera anak-anak usia
3-19 tahun dan angka kematian 20.000 pertahunnya di Indonasia 14% demam enteris
disebabkan oleh S.Paratyphi A.
Typhoid fever (typhus abdominalis, enteric fever) adalah infeksi sistemik yang
disebabkan sanmonella enterica, khususnya turunannya yaitu salmonella typhi, paratyphi A,
paratyphi B , paratyphi C pada saluran pencarnaan terutama menyerang bagian saluran
pencernaan. Thphus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang selalu ada di
masyarakat (endemik) di indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
2.1.2. Etiologi
Thphus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi (S. Typhi), paratyphi A,
paratyphi B, paratyphi C. Salmonella typhi merupakan basil gram negatif , berflagel , dan
tidak bespora , anaerob fakulatif, masuk dalam keluarga enterobacteriaceae , panjang 1-3 um,
dan lebar 0.5-0.7um, berbentuk batang single atau berpasangan. Salmonela hidup dengan
baik pada suhu 37C dan hidup pada air streil yang beku dan dingin,air tanah,air laut dan
debu selama berminggu-minggu, dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang terkontaminasi
dan tiram beku. Parasit hanya terdapat pada tubuh manusia. Dapaat dimatikan pada suhu
60C selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.
salmonella thypi memiliki 3macam anti gen yaitu anti gen O(somatik berupa kompleks poli
sakarida), antigen H (flagel),dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam thypoid akan
berbentuk antibody terhadap ketiga macam antigen tresebut.
2.1.3. Mekanisme Tranmisi Thypus
Penularan penyakit typhoid ini sangat mudah terjadi pada lingkaran dengan sanitasi
yang buruk . Berikut ini beberapa mekanisme penularan salmonella typhi :
Food (makanan/minuman) yang tercemar. Makanan yang diolah dengan tidak bersih
atau disajikan metah beresiko mangandung salmonella seperti salad, karedok atau
asinan, apalagi bila sayuran tersebut diberi pupuk dengan limbah kotoran dan dicuci
dengan menggunakan air yang terkontaminasi oleh sanmonella . Seyogyanya
makanan dimasak dengan matang dan air minum dididihkan.

Fingers (jari-jari tangan), Seseorang yang pernah menderita typhoid dapat menjadi
karier dan menularkan typhoid kepada orang lain melalui jari-jari tangannya bahkan
menurut ismail (2006) di daerah endemis, seseorang yang tidak pernah menderita
typhoid dalam urie dan fesesnya.
Feses. Feses dapat menularkan salmonella ke orang lain melalui rute fecal-oral.
Artinya penularan dari feses dan masuk ke mulut. Sebagai contoh seorang ibu rumah
tangga yang menjadi karier dapat menularkan salmonella kepada anggota keluarga
lainnya.
Fly(lalat). Lalat dapat menjadi vektor mekanisme penularan typhoid . Lalat dapat
menghinggapin feces yang mengandung salmonella dan menghingapin
makanan/minum dan mengkontaminasi
Hubungan seksual.tranmisi penularan salmonella melalui hubungan seksual mellaui
rute oral-anal, oral-penis atau anal intercourse. Sehinga dapat dikatakan bahwa
manusia menjadi host dan vector penularan penyakit ini.
Insturksikesehatan. Petugas kesehatan berisiko tertular salmonella karena kontak
langsung dengan cairan tubuh manusia dan feses yang terkontaminasi alas kasur yang
mengandung feses atau urine terkontaminasi salmonella.
2.1.4. Manifestasi klinis thypus abdominalis
1. Minggu pertama(awal terinfeksi), setela masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit
berupa demam tinggi berkisar 39C hingga 40C, sakit kepala dan pusing, pegal
pada otot, mual, muntah, batuk, nadi meningkat, denyut lemah. Bercak merah
yang berupa makula papula disebut roseola karena adanya trombus emboli basil
pada kulit terjadi pada hari ke 7 dan berlangsung 3 samapi 5 hari dan kemudian
hilang.
2. minggu kedua,suhu badan tetap tinggi,bradikardi relatip terjadi ganguan
pendengaran ,lidah tampak kering dan merah mengkilat.diare lebih sering,
perhatikan ada nya darah di feses karena perforaasi usus,terdapat hepatomegalin
dan splenomegaling.
3. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali diakhir
minggu.hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati jika keadaan
makin memburuk, dengan terjdi tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,
otot-otot bergerak terus, inkotenensia alfi dan inkontenensia urin, perdarahan pada
usus, metorisme, tympani dan nyeri abdomen.
4. Minggu keempat, merupakan stadium penyembuhan pada awal minggu keempat
dapat dijumpai adanya peneumonea lobaris atau tromboplebitis vena femoralis.
2.1.5. PatoFisiologi Thypus Abdominalis
Kuman masuk kedalam mulut melalalui makanan/minuman dan tercemar oleh
salmonella (biasanya > 10.000 basil kuman). Sebagian kumn dapat dimusnahkan oleh
HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral
mukosa (IgA) usus kurang baik maka basis salmonell akan menebus sel-sel epitel (sel
M) dan selanjutnya ke lamina propio dan berkembang biak dijaringan lipoid plak
peyeri dielium distal dan kalenjer getah bening mesenterika mengalami hiperplasia.

Basil tersebut masuk kealiran darah (bakteria) melalui duktus thoracicus dan
menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati, sumsum tulang dan
limfa melalui sirkulasi portal dan usus. Hati membesar (hepatomegali) dengan
infiltrasi limposid, zat plasma dan sel mononuclear, serta terdapat nekrosis fokal dan
pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini kuman S. Typhi berkembang biak dan
masuk sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia kedua disertai tanda dan gejala
infeksi sistemik ( demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instibilitas
vaskular, gangguan mental dan koagulasi). Pendarahan saluran cerna terjadi akibat
erosi pembuluh darah disekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hiperplasi. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga kelapisan otot, serosa usus
dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel direseptor sel endotel
kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik
kardiovaskular, pernapasan dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama
penyakit terjadi hyperlasia (pembesaran sel-sel) plak nyeri, diusul minggu kedua
terjadi nekrosis dan dalam minggu ketiga ulseri plak peyeri dan selanjutnya dalam
minggu keempat penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

2.1.6. Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien Thypus Abdominais


1. pemeriksaan darah tepi
a. eritrosit : kemungkinan terdapat anemia karena terjadi gangguan absorpsi fe
diusus halus karena adanya inflamasi, hambatan pembentukan eritrosit dalam
sumsum tulang atau adanya perforasi usus.
b. Leukopenia polimorfonuklear (PMN) dengan jumlah leukosit antara 30004000/mm3, dan jarang terjadi pada leukosit < 3000/mm3. Leukopenia terjadi
sebagai akibat penghancuran leukosit endotoksin dan hilanhnya eosinofil dan

2.
3.

4.
5.

6.

darah tepi (eosinifilia). Namun dapat juga terjadi leukositosis, limfositosis


relatif pada hari ke10 demam, dan peningkatan laju endap darah.
c. Trombositopenia, biasanya terjadi pada minggu pertama (depresi fungsi
sumsum tulang dan limfa).
Pemeriksaan urin, didapatkan proteinuria ringan ( < 2gr/liter) dan leukosit dalam
urine.
Pemeriksaan tinja, kemungkinan terdapat lendir dan darah karena terjadi pendarahan
usus dan erforasi. Biakan tinja untuk memenukan salmonella dilakukan pada minggu
kedua dan minggu ketiga serta biakan urin pada minggu ketiga dan keempat.
Pemeriksaan bakteriologis, diagnosa pasti bisa dijumpai kuman salmonella pada
biakan darah tinja, urin, cairan empedu atau sumsum tulang.
Pemeriksaan serologis yakni pemeriksaan widal. Test widal merupakan reaksi
aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Selain itu tes widal (O dan H
aglutinin) mulai positif pada hari kesepuluh dan titer akan semakin meningkat sampai
berakhirnya penyakit.
Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau
komplikasi akibat demam typhoid.

2.1.7. Komplikasi Typhus Abdominalis


Komplikasi yang dapat terjadi meliputi :
1. Komplikasi intestinal meliputi perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik
intestinal :
a. Perdarahan usus. Bia perdarahan yang terjadi banyak dan berat dapat terjadi
melena disertai nyeri perut dengan tanda tanda renjatan.
b. Perforasi usus. Biasanya dapat timbul pada ileus di minggu ketiga atau lebih.
Merupakan komplikasi yang sangat serius terjadi 1 3% pada pasien
terhospitalisasi.
c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi atau tanpa perforasi usus dengan
ditemukannya gejala akut abdomen, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegangc(defans musculair) dan nyeri tekan.
2. Komplikasi ekstraintestinal meliputi :
a. Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis),
miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi
intravasklar diseminata dan sindrom uremia hemolotik.
c. Komplikasi paru: penumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar: hepatitis
e. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
f. Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, menigismus, menigitis, polineuritis
perifer, sindrom guillai-barre, psikosis, dan sindrom katatonia.
2.1.8. Penatalaksanaan Thypus Abdominalis

Pengobatan/penatalaksanaan pada penderita typus abdominalis adalah sebagai berikut :


1. Bed rest, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Minimal 7
hari bebas demam/ lebih kurang 14 hari. Mobilisasi bertahap, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien. Tingkatkan hygiene perseorangan, kebersihan, tempat tidur, pakaian,
dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Ubah posisi minimal tiap 2 jam untuk
menurunkan risiko terjadi dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang
air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin,
isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta pasien.
2. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukupcairan dan tinggi
protein, serta rendah serat. Diet bertahap mulai dari bubur saring, bubur kasar, hingga
nasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja usus sehingga risiko perforasi usus
lebih tinggi.
3. Pemberian antibiotika, anti radang anti inflamasi dan anti piretik.
a. Pemberian antibiotika
Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari.
Kotrimoksazol 6 mg/kgbb/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10
hari.
Sefriakson 80 mg/kgbb/hari, IV atau IM, sekali sehari selama 5 hari.
Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari.
Untuk anak pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol
selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman
serta waktu perawatan dipersingkat.
b. Anti radang (antiinflamasi). Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan
gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV, dibagi 3 dosis
hingga kesadaran membaik.
c. Antipiretik untuk menurunkan deman seperti parasetamol
d. Antiemetik untuk menurunkan keluhan mual dan muntah pasien.
2.1.9. Pencegahan Thypus Abdominalis
1. Meningkatkan sanitasi lingkungan dengan penyediaan air minum yang memenuhi
syarat (melalui proses chlorinasi), pembuangan kotoran manusia yang benar,
pemberantassan lalat dan pengawasan terhadap produk makanan/minuman dari
pabrik, home industry, rumah makan dan penjual makanan keliling.
2. Usaha terhadap manusia dengan meningkatkan personal higiene misalnya dengan
gerakan mencuci tangan ; imunisasi efektif menurunkan risiko penyakit hingga
50-75%. Meskipun telah mendapatkan imunisasi tetap harus memperhatikan
kebersihan makanan dan lingkungan. Di Indonesia vaksinasinya bernama chotipa
(cholera-thypoid-parathypoid) atau tipa (thypoid-para-thypoid). Dapat dilakukan
pada anak usia 2 tahun yang masih rentan ; menemukan dan mengawasi karier
thypoid dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tantang thypoid,
pencegahan dan pengobatan thypoid.
2.2. Konsep Keperawatan
2.2.1. Pengkajian

Pengkajian klien dengan thypoid adalah sebagai berikut :


1. Aktivitas/istirahat
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia akibat diare. Merasa gelisah
dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja terkait efek proses penyakit.
2. Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri),
kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K). Hipotensi, membran mukosa
kering, turgor kulit menurun, lidah pecah-pecah (akibat kekurangan cairan).
3. Integritas ego
a. Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan, stress
terkait dengan pekerjaan atau biaya pengobatan mahal.
b. Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4. Eliminasi
a. Tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk padat, lunak atau berair. Episode
diare berdarah dapat ditemukan, tidak dapat dikontrol atau kram (tenesmus).
Defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feses.
b. Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang
dapat didengar, oliguria.
5. Makanan/cairan
a. Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, intoleransi terhadap
makanan/minuman seperti buah segar/sayur, produk susu dan makanan
berlemak.
b. Penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit
buruk, membran mukosa pucat dan inflamasi rongga mulut.
6. Nyeri/kenyamanan
a. Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, nyeri mata, foto-fobia.
b. Nyeri tekan abdomen, distensi abdommen.
7. Keamanan
a. Anemia, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu (eksaserbasi akut), penglihatan
kabur, alergi terhadap makanan/produk susu.
b. Lesi kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis, uveitis, konjungtivitis, iritis.
8. Seksualitias
Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual.
9. Interaksi sosial
Gangguan hubungan atau peran terkait hospitalisasi, ketidakmampuan aktif dalam
kegiatan sosial.
10. Penyuluhan pembelajaran
Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus
11. Higiene
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan
kekurangan vitamin.

diri.

Stomatitis

menunjukkan

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan status kenyamanan
2.2.3. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan status kenyamanan
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
NOC
Kepuasan Klien : Manajemen nyeri

NIC
Manajemen nyeri (1843)

KAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama mahasiswa yang mengkaji :Dian Esvani Manurung

Nim:0020155005

Endah Walesni Siahaan

012015007

Nurlita Simanjuntak

012015018

Wilda Renata Siregar

012015026

Yan Palti Tamba

012015028

Yohana Hormatina

012015023

Yudi Sebayang

012015034

Unit

:Internis

Tgl.Pengkajian

:05 Des 2016

Ruang /Kamar

:St. Melania

Waktu Pengkajian

:09.00 wib

Tgl.Masuk Rs

:02 Desember 2016

Auto Anamnase

Allo Amnamnese

1.IDENTIFIKASI
a.KLIEN
Nama initial

:Nn.W

Tempat/tgl lahir (umur)

:17 juli 1997, Lubuk Dalam (19 tahun)

Jenis kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

:Belum Menikah

Jumlah Anak

:_

Agama/Suku

:Kristen Protestan

Warga Negara
Bahasa yang Digunakan

:Indonesia
: Indonesia
Daerah Pekanbaru

Pendidikan

:SMA

Pekerjaan

;Mahasiswa

Alamat Rumah

:Pekan Baru

B.PENANGGUNG JAWAB
Nama

:Dian Esvani Menurung

Alamat

:Pekanbaru

Hub.dengan klien

:Saudara

2.DATA MEDIK
a.Dikirim Oleh

: UGD(Rs. Santa Elisabeth Medan)

b.Diagnosa medik
b.1. Saat Masuk

:Tipus Abdominalis

b.2.Saat pengkajian

:Tipus Abdominalis

3.KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT: klien tampak sakit ringan.
Alasan

:Pasien berbaring lemah

B.RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan Utama

Pasien Mengatakan Nyeri pada bagian perut sebelah kanan ,tidak nafsu makan, tidak
bersemangat , dan sering pusing.
2)Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien mengatakan tidak mampu lagi beraktifitas seperti biasanya, karna adanya
Nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah, dan pasien mengatakan seluruh badan
lemas, di sertai Demam sdh 3 hari Naik Turun selama 3 hari.

3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu;


Pasien sebelumnya tidak pernah masuk Rumah sakit, dan jika pasien sakit, cukup
hanya dengan minum obat yang beli dari Warung, dan pasien merasa sudah sembuh.

4.TANDA TANDA VITAL


a.Kesadaran :
1)Kualitatif

: Compos Mentis

2)Kuantitatif :
Skala Coma Glasglow:

Respond Motorik
:Sedang
Respon Bicara
:Normal
Respon membuka mata: sulit mengngkat kelopak mata
Jumlah
:

3)Kesimpulan

b. Flapping Tremor/Asterixis

: Positif

c. Tekanan Darah

:100/70 mmhg

MAP

Kesimpulan

mmhg

d. Suhu

39,8c Axillar

e. Pernafasan

:Frekuensi

1)irama

: Teratur

2)Jenis

: Dada

24

x/menit

5. PENGUKURAN
Tinggi Badan

:150 cm

Berat Badan

:43 kg

IMT

:19,1

Kesimpulan

: Gizi Kurang ,narna Normalnya adalah


20-25

Catatan

:Perlu penambahan Nutrisi

6. GENOGRAM: (3 generasi keturunan)


52

8
2

50

5
5

91

61

4
8

62

4
6

59

5
7

5
0

52

2
5

21

19

17

11

7. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


I. PERSEPSI KESEHATAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1) Riwayat Penyakit yang Pernah Dialami
(sakit berat,ditawat,kecelakaan,operasi, gangguan kehamilan/ persalinan,
abortus,transfusi,reaksi alergi)
Kapan
Tidak penah

catatan
-

Kapan

Tidak pernah

catatan

4
8

2) Data subyektif
Pasien mengatakan Nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah, dan pasien juga mengatakan
seluruh badan lemas, di sertai Demam sdh 3 hari Naik Turun selama 3 hari,muntah, mual, dan
tidak nafsu makan.
3)Data Obyektif
-kebersihan Rambut

:Kussam, Kering

- Kulit Kepala

: Kering

-Kebersihan Kulit

: Kulit Tampak Kotor

-Kebersihan rongga mulut

: Lidah Pucat,Mukosa bibir Kering

-Kebersihan Genetalia

: Bersih

-Kebersihan Anus

: Tampak Bersih

II. NUTRISI DAN METABOLIK


1) Data subyektif
a. Keadaan sebelum Sakit:
Pesian mengatakan dalam 1 hari makan sebanyak 3x1 dengan porsi sedang,
meliputi adanya lauk pauk, sayur, nasi, dan buah.
b. Keadaan sejak Sakit :
Sejak sakit pasien hanya mampu manghabiskan 2 sendok makan dalam 1 porsi
makanan setiap harinya, karna tidak nafsu makan dan adanya mual dan
muntah.
2) Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik (narasi )
-. Keadaan nutrisi rambut
: Rontok, bercabang, rambut tidak kuat
-. Hidrasi kulit
: Kulit tampak kering
-. Palpebrae
: Lingkaran hitam
-. Conjungtifa
: Pucat
-. Sclera
: Tampak kemerahan
-. Rongga mulut
: Lidah Pucat,Mukosa bibir Kering
-. Gusi
:
-. Gigi geligi
:
Utuh

(beri tanda pada gigi yang tanggal )

876 54321

1234567

atas

876 54321

1 2 3 4 5 6 7 bawah

-. Gigi palsu

:
tidak ada

(beri tanda pada gigi yang palsu )

876 54321

1234567

atas

876 54321

1 2 3 4 5 6 7 bawah

-. Kemampuan mengunyah keras

:Mampu mengunya makan keras

-. Lidah

: Pucat

-. Tonsil

: tidak ada pembesaran

-. Pharing

-. Kelenjar parotis

: tidak ada penbesaran

-. Kelenjar tyroid

: tidak ada pembesaran

-. Abdomen

= Inspeksi

: bentuk Simetris

= Auskultaasi

: Peristaltik

= Palpasi

: Tanda nyeri Umum ada

18

x/menit

Massa
:tidak ditemukan
Hidraasi kulit :
Nyeri tekan : R. Epigastrica

= Perkusi

Ascites Negatif

-. Kelenjar limfe inguinal

: tidak ada teraba pembesaran

-. Kulit

:
= uremic frost

: negatif

= edema

: negatif

= Icteric

: negatif

=Tanda-tanda radang

: Tidak ada

= lain-lain

:Tidak ada

III. POLA ELIMINASI


1)Data Subyektif
a. Keadaan Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit , pasien Bak,dan BAB barjalan dengan baik, yakni BAB 2
x daalam 1 hari BAK 5 x dalam 1 hari.
b. Keadaan sejak sakit
Sejak sakit pasien hanya BAB 1 x dalam 2 hari, dan frekuensinya hanya sedikit
3) Data obyektif
a. Observasi

b.Pemeriksaan Fisik
- Palpasi Suprapublika

: kandung kemih

-. Nyeri ketuk ginjal


=kiri

: negatif

=kanan

: negatif

-. Mulut Urethra

: Tidak di Kaji

-.Anus

: Tidak Dikaji
= Peradangan

: negatif

=Hemoroid

: negatif

=Penemuan lain

: Tidak ada

IV. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1) Data Subyektif
a. Keadaan Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu beraktifitas layaknya mahasiswa ,
melakukan proses pembelajaran di kampus bersama teman-temannya, dan berinteraksi serta
bermain-main dengan teman teman.
b. Keadaan Sejak Sakit
Sejak sakit pasien hanya berbaring di tempat tidur, dan tidak kuat untuk melakukan aktifitas
secara mandiri,dan tidak masuk perkuliahan.
2) Data Obyektif
a) Observasi
b) Aktivitas Harian
-.Makan
:0
-. Mandi
:0
-. Berpakaian
:0
-. Kerapian
:0
-.Buang air besar
:0
-. Buang air Kecil
:0
-. Mobilisasi di Tempat Tidur : 1
-. Ambulansi
:1
-. Postur Tubuh/ Gaya jalan : 1
-. Anggota gerak yang cacat :tidak ada
Keterangan ;
0:mandiri
1: bantuan dengan alat
2. bantuan orang
3: bantuan orang dan alat
4: bantuan penuh

c) Pemeriksaan Fisik
-. Perfusi pembuluh darah perifer:
-. Thorax dan pernafasan
= Inspeksi
:Bentuk Torax:
Sterido
: negatif
Dyspenea deffort
: negatif

Sianosis

-. Palpasi

: negatif
: Vocal Fremitus

ANALISA DATA
Nama / Umur
Ruang / Kamar
N
O

TGL

DATA

:Nn.W 19 Tahun
:St.Melania
ETIOLOGI

MASALAH

5/12/201
6

Pasien Mengatakan Nyeri Agens


cdera Nyeri Akut
pada bagian perut sebelah biologis (infeksi,
kanan ,tidak nafsu makan, iskenia)
tidak bersemangat , dan
sering
pusing.,
serta
Demam Sudah 3 hari Naik
turun.
Dengan oengukuran Tantatanda vital
TD;100/70 mmhg
P ;86 x/ menit
T :39,8 0C
RR; 24 x /menit

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama / Umur :Nn .W
Dokter : dr.Riki
Kamar / Bed:St. Melania
NRM
:012015026
Nursing Diagnosis

Nursing Outcome Classification (NOC)


Nursing Intervention C
Diharapkan dengan perawatan 3x 24 jam
1. Lakukan pengk
Nyeri akut Berhubungan pasien mampu;
Yang
m
dengan Agens cdera biologis
karateristik,freku
- Mengatasi nyeri secara mandiri
(infeksi, iskenia)
,kualaitas,intensi
- Nyeri hilang
dan faktor pence
2. Evaluasi bersa
kesehatan lainya
tindakan peng
Pernahdigunakan
3. Bantu keluarga
menyediakan duk
4. Kolaborasi denga
dan tim kesehata
5. Dukung Istiraha
untuk membantu
6. Monitor kepua
menejemen Nye
Spesifik.
7. Libatkan kelua
penurun Nyeri , j
8. Gunakan tinda
sebelum nyri ber

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur :Nn.W


Dokter : dr. Riki
Kamar / Bed:St.Melania
NRM
:012015026

Tanggal / Pukul
05/12/2016
07.30
08. 00

10.00

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Melakukan timbang terima pasien dari shift S : Pasien mengatakan


malam ke shift pagi.
kembali normal dan mampu
makanan yang disajikan.
Mengontrol cairan Infus.
Pasien mengatakan sudah b
Memberikan sarapan pasien, pasien mangatakn pengontrolan nyeri secara ma
mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang di
sajikan.
O : Pasien tampak bersele
dapat menghabiskan 1 porsi
Lakukan pengkajian nyeri konfrensif Yang disajikan.
meliputi lokasi karateristik, frekuensi , Tanda-tanda vital pasien t
kualaitas, intensitas , atau beratnya nyeri dan setelah dilakukan pemeriksaa
faktor pencetus, pasien mengatakan Nyeri pada Pasien tampak bisa mengont
abdomen terutama pada saat di tekan.
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan A : Masalah teratasi
lainya , mengenai efektifitas tindakan
pengontrolan Nyeri yang Pernah digunakan P : Hentikan tindakan kepera
sebelumnya.

11.00
Observasi vital sign
TD; 100/70 mmHg
P : 86 x/menit
RR; 24 x/menit
T; 38 0C
12.30
Menyajikan Makan siang pasien, pasien
mengatakn mampu menghabiskan 1 porsi
makananan yang di sediakan oleh Tim Gizi.
13.00
Memberi Dukungan Istirahat/ tidur yang
adekuat untuk membantu penurunan nyeri
Memonitor
kepuasan
pasien
terhadap
menejemen Nyeri dalam intervan yang Spesifik.
Libatkan keluarga dalam modalitas penurun
Nyeri , jika memungkinkan
14.00
Memberi tindakan mengontrol nyeri sebelum
nyeri bertambah berat, pasien mengatakan,
sudah bisa melakukan pengontrolan nyeri secara
mandiri.

You might also like