MANUFAKTUR JUST-IN-TIME
(JIT)Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai filosofi manufaktur just-in-time.
JIT disebut sebagai suatu filosofi karena jangkauannya jauh di luar pengendalian
inventori dan mengarahkan sistem produksi secara keseluruhan. Singkatnya, JIT
adalah suatu pendekatan untuk menemukan cara menghilangkan semua sumber
pemborosan, segala sesuatu yang tidak menambah nilai, di dalam kegiatan produksi
dengan menyajikan suku cadang yang tepat pada tempat yang tepat dan pada
waktu yang tepat pula. Oleh karena itu, suku cadang diproduksi dengan tepat
wakt untuk memenuhi kebutuhan manufaktur. Sedangkan pendekatan tradisional
akan menghasilkan suku cadang hanya kalau mereka dibutuhkan (Just In Case/
JIC). Sistem JIT ini tidak banyak menghasilkan inventori, namun biaya lebih
rendah dan kualitas lebih baik daripada pendekatan JIC.
Dalam bab ini, filosofi JIT dibahas secara rinci dan dibandingkan dengan
pendekatan MRP. Meskipun JIT berada jauh di luar jangkavan kendali inventori,
namun pada bagian ini JIT dijelaskan sebagai suatu alternatif bagi sistem MRP
untuk jenis produksi tertentu dan sebagai jembatan menuju manajemen tenaga
kerja yang dijelaskan dalam bagian yang akan datang. Di sini juga akan dibahas
beberapa hasil yang konkrit yang telah dicapai dari sistem JIT dan suatu
pendekatan implementasi yang dirancang untuk mendapatkan keuntungan
maksimal dari sistem JIT tersebut.
FILOSOFI JIT
Sistem JIT dikembangkan di Toyota Motor Company di Jepang. Meskipun
‘Schonberger (1982) mengisyaratkan bahwa JIT mungkin telah ada sejak 20 tahun
lalu atau lebih dalam industri galangan kapal Jepang, namun aplikasi modem JIT
dipopuletkan pada pertengahan tahun 1970-an di Toyota oleh Mr Taiichi Ihno,
wakil presiden Toyota, dan beberapa koleganya. Konsep JIT mula-mula dibawa
ke Amerika Serikat sekitar tahun 1980 di pabrik Kawasaki di Lincoln, Nebraska.
Sejak itu, hampir semua perusahaan besar di Amerika Serikat telah menerapkan
JIT, termasuk perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
otomotif dan elektronika. JIT secara luas telah banyak digunakan di industri
‘Amerika sekarang ini.
‘Akar dari sistem JIT ini mungkin bisa dilacak kembali di Jepang. Karena
kekurangan ruang dan sumber alam, Jepang telah mengembangkan suatu sikap
untuk tidak boros. Mereka memandang barang sisa dan pengulangan kerja sebagai
suatu pemborosan dan sebab itu mereka berusaha untuk memperoleh kualitasyang lebih baik. Mereka juga percaya bahwa penyimpanan inventori hanya
membuang-buang ruang. Segala sesuatu yang tidak memberikan sumbangan nilai
bagi suatu produk dianggap sebagai pemborosan. Perusahaan-perusahaan AS,
sebaliknya, dengan ruang yang besar dan suplai bahan mentah yang begitu besar,
tidak memandang pemborosan seperti yang dipandang oleh orang Jepang.
Akibatnya, wajar bahwa filosofi JIT berkembang dengan baik di Jepang. Namun,
seperti yang akan kita lihat dalam bab ini, tidak ada suatu hal yang secara
kultura! pada sistem JIT yang mencegah perusahaan-perusahaan AS untuk tidak
menggunakan atau mengembangkannya berdasarkan JIT ini. Banyak perusahaan
AS mempunyai komitmen yang menganggap bahwa hasil kerja JIT merupakan
suatu masalah kelangsungan ekonomi.
Selain menghilangkan pemborosan, JIT mempunyai prinsip utama dalam
filosofinya - yaitu menggunakan kemampuan penuh para pekerja. Para pekerja,
dalam sistem JIT, diberi tanggungjawab untuk memproduksi suku cadang
berkualitas tepat pada waktunya schingga dapat mendukung proses produksi
selanjutnya. Jika mereka tidak mampu melaksanakan tanggungjawabnya ini, para
pekerja akan diminta untuk menghentikan proses produksi dan meminta bantuan.
Selain mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap produksi, para pekerja
juga bertanggung jawab meningkatkan proses produksi. Melalui pembentukan
tim yang berkualitas, sistem pengarahan, dan bentuk partisipasi lainnya, para
pekerja menawarkan peningkatan proses produksi. Jadi, kemampuan pekerja
digunakan sebaik mungkin dalam sistem JIT dari pada pendekatan produksi
tradisional lainnya.
Namun tujuan dari sistem JIT ini bukanlah partisipasi pekerja; akan tetapi
untuk meningkatkan laba dan pengembalian investasi melalui pengurangan biaya,
pengurangan penyimpanan dan peningkatan kualitas. Alat untuk mencapai tujuan
ini adalah dengan menghilangkan pemborosan dan melibatkan pekerja dalam
proses produksi.
Di sini ditekankan penggunaan JIT untuk manufaktur berulang, kira-kira
hampir sama dengan produksi masal. Manufaktur berulang adalah membuat produk
dengan cermat dan sesuai dengan standar dalam volume besar. Namun, beberapa
konsep JIT juga bisa diaplikasikan pada produksi bagian kerja, yang sifatnya
tidak berulang. Namun demikian, aplikasi utama JIT dewasa ini adalah pada
industri repetitif: mobil, elektronik, mesin, peralatan, sepeda motor, dan
sebagainya. Penggunaan khas konsep JIT disajikan dalam Kotak 15.1KOTAK 15.1
PABRIK IBM DI AUSTIN
TBM telah membangun suatu manufaktur alur berlanjut (Continuous Flow
Manufacturing/CFM), istilah IBM untuk JIT, di pabriknya di Austin, Texas,
yang menghasilkan papan sirkuit cetak (Printed Circuit Board/PCB) untuk
komputer pribadi (PC) dan produk IBM lainnya. Tujuan dari upaya JIT ini
adalah (1) mengurangi penyimpanan dan pemborosan lainnya; (2)
meningkatkan kualitas ke tingkat kesalahan nol; (3) meningkatkan keluwesan
dengan mengurangi antrian, waktu setup dan ukuran lot; (4) merevisi proses
arus produksi; (5) membentuk kendali yang sederhana dan layak; dan (6)
mengembangkan suatu kebiasaan peningkatan berlanjut. Tim ini
bertanggungjawab tidak hanya untuk menjelaskan rencana peningkatan JIT,
namun juga mendidik pekerja, dan melaksanakan rencana itu.
Pendidikan dilakukan dengan menyajikan konsep JIT kepada seluruh
pekerja dan dengan pemberian kursus yang mendalam bagi mereka yang
ditugaskan dalam tim peningkatan. Implementasi menggunakan analisis proses
yang mencakup pembuatan diagram alur dan analisis data dari semua proses
manufaktur, Hasilnya, benchmark (tolok ukur) dibangun untuk tiap proses
dalam kerangka waktu siklus, tingkat WIP dan kapasitas dengan membuat
model proses tersebut. JIT diperoleh dengan membentuk sistem tarik (pull-
system) untuk gerakan bahan; sistem sebelumnya telah menggunakan
penjadwalan dan penyatuan (kitting) maju untuk mendorong suku cadang ke
dalam perakitan. Ukuran lot yang kecil dan peluncuran harian menggantikan
peluncuran suku cadang yang dilakukan secara mingguan. Kontainer Kanban
digunakan untuk mengatur arus bahan ke dalam lot kecil dengan pengisian
kembali (replineshment) yang teratur. Stasiun uji coba dan perbaikan dipadukan
di dalam lini produksi sehingga umpan balik langsung bisa terlihat. Tim ini
juga membentuk manajemen di tempat dengan menggunakan papan tampilan
elektronik, dan papan status yang menunjukkan tingkat kualitas, masalah,
perubahan proses dan informasi lainnya yang dibutuhkan untuk memberikan
umpan balik yang cepat kepada operator.
Dengan adanya perubahan ini, hasil yang penting bisa diperoleh. Waktu
siklus dikurangi hingga 50 persen, kualitas meningkat 30 persen, produktivitas
meningkat 10 persen, dan penyimpanan berkurang 40 persen. Hasil ini diperoleh
hanya dengan pendidikan dan keterlibatan semua pihak di dalam pabrik secara
luas. Sebagai bagian dari filosofi JIT yang telah digunakan, peningkatan yang
berlanjut sedang dibuat.ELEMEN SISTEM JIT
Sebelum kita melihat lebih jauh sistem JIT ini, kita akan merangkum secara
singkat cara kerja sistem ini secara keseluruhan. Kita akan memulainya dengan
jadwal induk dan bekerja mundur melalui proses produksi ke penyuplai (sup-
plier).
Di dalam JIT jadwal induk (atau jadwal perakitan akhir) dirancang untuk
suatu periode waktu tertentu, katakanlah 1 hingga 3 bulan untuk masa yang akan
datang, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada pusat kerja dan para
penyuplai untuk merencanakan jadwal kerja mereka. Selama masa itu jadwal
induk ditentukan secara harian. Dengan kata Jain, kuantitas yang sama pada
setiap produk dihasilkan setiap hari dalam seluruh waktu pada bulan itu. Lebih
jauh lagi, lot kecil (terutama ukuran lot yang sama dengan 1) dijadwalkan dalam
jadwal induk untuk memberikan muatan yang sama pada pabrik dan penyuplai-
untuk setiap hariya. Keuntungan dari penjadwalan induk semacam ini adalah
bahwa jadwal ini memperfihatkan permintaan yang nyaris konstan pada semua
pusat kerja dan penyuplai.
JIT menggunakan suatu sistem penarikan suku cadang yang sederhana (yang
disebut Kanban) untuk menarik suku cadang dari satu pusat kerja ke pusat kerja
lainnya. Suku cadang ita disimpan dalam kontainer kecil, dan hanya sejumlah
kecil dari kontainer ini yang disediakan. Jika semua kontainer itu terisi, mesin
ditutup dan tidak ada lagi suku cadang yang diproduksi hingga pusat kerja
selanjutnya (yang digunakan) menyediakan kontainer kosong lainnya. Jadi,
inventori barang dalam proses hanya terbatas pada kontainer yang tersedia, dan
suku cadang hanya disediakan jika diperlukan. Jadwal perakitan akhir menarik
suku cadang dari satu pusat kerja ke pusat kerja lainnya tepat pada waktunya
untuk mendukung kebutuhan produksi. Jika sebuah proses berhenti karena mesin
rusak atau masalah kualitas, semua proses sebelumnya akan berhenti secara
otomatis pada saat kontainer suku cadang mereka menjai penuh.
Tujuan dari JIT ini adalah menghasilkan suku cadang dalam ukuran lot 1.
Dalam banyak hal, metode ini secara ekonomis tidak layak karena adanya biaya
setup yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penyimpanan inventori. Solusi
JIT pada masalah ini adalah mengurangi waktu setup seminimal mungkin, dan
kalau bisa hingga nol. Waktu setup tidak dihabiskan sebanyak waktu yang tersedia,
namun dianggap sebagai suatu penyebab inventori yang berlebih. Waktu setup
yang rendah akan menghasilkan ukuran lot yang kecil dan ekonomis dan waktu
tunggu produksi yang lebih pendek. Pengurangan waktu setup mesin merupakan
kunci dari sistem JIT. Dengan waktu tunggu yang lebih pendek dan bahan yanglebih sedikit dalam proses, sistem produksi juga akan lebih’ fleksibel sehingga
dapat mengikuti perubahan di dalam jadwal induk.
Dengan penekanan pada perubahan yang cepat dan lot yang kecil, dibutuhkan
pekerja yang multi-fungsi. Pelatihan silang dibutuhkan sehingga seorang pekerja
bisa beralih tugas dari satu mesin ke mesin lainnya sehingga para pekerja dapat
melaksanakan setup dan perawatannya sendiri. Hal ini membutuhkan ketrampilan
yang lebih luas dibanding dengan manufaktur tradisional. JIT tidak hanya
membutuhkan ketrampilan yang luas, namun juga koordinasi dan kerja tim yang
lebih besar karena invenori tidak mampu mengatasi semua masalah dalam sistem.
Sistem produksi secara keseluruhan harus dikoordinasikan secara erat oleh para
pekerja.
Tata letak pabrik sangat berbeda dengan JIT karena inventori ditempatkan
dalam shop floor dan bukan di gudang di antara proses. Inventori ditempatkan
di ruang terbuka, sehingga siap untuk masuk ke proses berikutnya. Karena
inventori biasanya tidak banyak — hanya beberapa jam (atau hari) suplai —
pabrik bisa dalam ukuran yang lebih kecil karena berkurangnya ruang penyimpan
yang dibutuhkan. Satu perbandingan memperlihatkan hanya sepertiga ruang pabrik
yang dibutuhkan jika dibanding dengan pabrik konvensional.
Kualitas jelas sangat penting dalam sistem JIT. Cacat tidak hanya
mengakibatkan pemborosan, tetapi juga bisa membuat proses produksi berhenti.
Karena tidak ada inventori yang dapat menutupi kesalahan, maka kualitas yang
sempuma dibutuhkan oleh sistem JIT. Namun demikian, JIT bisa menyediakan
kualitas yang sangat baik karena cacat akan segera ditemukan dalam proses
selanjutnya. Masalah kualitas dengan cepat memperoleh perhatian pada seluruh
pabrik karena lini produksi akan berhenti bila masalah tersebut terjadi. Sistem
JIT dirancang untuk menyingkapkan kesalahan dan memperbaikinya, bukan
menutupinya dengan inventori.
Akhimya, hubungan dengan penyuplai berubah sama sekali dalam sistem
JIT. Para penyuplai diminta untuk melakukan pengiriman yang teratur (sekitar
cempat kali setiap harinya) langsung ke fini produksi. Para penyuplai menerima
kontainer Kanban, seperti halnya yang terjadi di dalam pusat kerja pabrik, karena
para penyuplai dipandang sebagai suatu perluasan pabrik. Sering kali diperlukan
perubahan dalam prosedur pengirima dan hubungan yang erat dengan penyuplai
untuk mengintegrasikan para penyuplai secara efektif dengan prosedur JIT. Para
penyuplai juga dituntut untuk mengirim kualitas barang yang sempurna.
Dibutuhkan suatu perubahan yang drastis sedemikian rupa sehingga kita terbiasa
untuk menganggap penyuplai sebagai mitra usaha, bukan sebagai musuh.Seperti dapat dilihat, JIT praktis mempengaruhi setiap aspek operasi pabrik:
pengukuran lot, penjadwalan, kualitas, tata letak, penyuplai, hubungan dengan
tenaga kerja, dan sebagainya. Sementara pengaruhnya menjalar ke berbagai
pelosok tempat, begitu juga dengan manfaat potensialnya. Penyimpanan berputar
50 atau 100 kali setiap tahun, kualitas unggul, dan penghematan biaya besar
(berkurang dari 15 hingga 25 persen) telah dilaporkan. Akan tetapi, tujuan JIT
adalah meningkatkan laba atas investasi (ROI) seperti ditunjukkan pada Gambar
15.1.
kKagiatan Pemecanan
‘Masalah oleh pekerja
‘éanmanajmen
Penartan
renoan
ewe) [ie oak "gi mengiah
mom men rages (persia,
‘cnmas | [wa setp pelathan, can iri
y atau pekerja
adwal Peratatan
Produksi ] Pekera }
‘edu ddan
iota) stabil J |_multifungsi Tataletak
Gambar 15.1 Sistem JITDengan adanya peningkatan pendapatan, pengurangan biaya, dan
berkurangnya investasi maka ROI dapat meningkat. Sistem JIT bisa menaikkan
pendapatan dengan meningkatkan kualitas, seperti yang telah kita bahas di atas,
atau dengan memberikan pelayanan pengiriman yang lebih baik. Pelayanan yang
lebih baik diberikan dengan waktu tunggu yang lebih singkat, sehingga
memungkinkan adanya tanggapan yang lebih cepat terhadap kebutuhan pelanggan,
dan dengan pemenuhan yang lebih baik tethadap komitmen jadwal. Pengurangan
biaya dapat dicapai dalam bahan (semakin berkurangnya barang afkiran dan
pengerjaan ulang), tenaga kerja, dan overhead. Akhimya, dengan inventori yang
lebih sedikit dan produksi serta produktivitas pabrik dan peralatan yang lebih
besar, maka investasi akan berkurang. Apa bila JIT dievaluasi, pengaruhnya
pada lini bawah dan investasi hendaknya merupakan pengujian terakhir.
Gambar 15.1 juga menunjukkan bagaimana berbagai elemen yang telah kita
jelaskan (lot kecil, jadwal induk stabil, dan sebagainya) memberikan sumbangan
pada produksi JIT. Namun satu hal yang paling penting untuk dicatat adalah
bahwa kegiatan pemecahan masalah oleh manajemen dan para pekerja dapat
meng gerakkan keseluruhan sistem. Kegiatan pemecahan masalah ini sebaliknya
diarahkan dengan menghilangkan inventori, yang dipandang sebagai ‘akar semua
kejahatan,’ Oleh karena itu, sistem produksi JIT dibangun berdasarkan filosofi
peningkatan yang konstan.
Suatu analogi tentang JIT diilustrasikan pada Gambar 15.2. Produksi
dipandang sebagai sistem aliran yang terkumpul. Permukaan air di dalam aliran
itu dipandang sebagai inventori. Pada bagian dasar setiap aliran itu terdapat batu
karang, yang menunjukkan masalah yang berkaitan dengan kualitas, pengiriman
dari penyuplai, kerusakan mesin, dan sebagainya. Pendekatan tradisional adalah
dengan mempertahankan inventori yang cukup tinggi untuk menutupi batu karang
dan dengan demikian arus tetap mengalir. Pendekatan JIT adalah kebalikannya;
permukaan air diturunkan hingga terlihat bagian atas batu karang itu. Bila batu
karang ini telah hancur (yakni, masalah telah terpecahkan), permukaan air
diturunkan lagi dan lebih banyak lagi batu karang yang terlihat. Proses ini berulang,
hingga semua batu karang berubah menjadi batu kerikil dan arus mengalir dengan
lancar pada permukaan yang lebih rendah.
Analogi ini sangat baik karena menyoroti pendekatan pemecahaan masalah,
yang merupakan inti JIT.Gambar 15.2 Analogi Aliran
MENSTABILKAN JADWAL INDUK
Proses perencanaan produksi dimulai dengan rencana produksi jangka
panjang, ‘yang kemudian diuraikan menjadi rencana tahunan, bulanan dan harian.
Proses ini ditunjukkan secara sistematis pada Gambar 15.3. Pada setiap titik di
dalam proses itu, penjualan dipertimbangkan, perencanaan keuntungan dilakukan,
dan kapasitas direncanakan. Proses perencanaan ini dimulai dengan rencana
produksi agregat dan-berulang-ulang menyaringnya menjadi model dan produk
spesifik.
Penjadwalan induk dilakukan pada tingkat bulanan (atau mingguan) dan
harian sehingga mencapai beban/muatan yang seragam. Produksi untuk model
tertentu harus diatur paling tidak satu minggu sebelumnya dan mungkin 1 atau
2 bulan sebelumnya, bergantung pada waktu tunggu untuk produksi, pembelian
dan perubahan kapasitas. Misalnya, untuk tujuan pembahasan ini, jadwal berputar
(rolling) satu bulan digunakan, di mana 12 bulan produksi dijadwalkan di muka,
Juga misalkan bahwa jadwal itu membutuhkan 10.000 unit produk A, 5000 unit
produk B, dan 5000 unit produk C. Jika terdapat 20 hari waktu produksi dalam
bulan itu, maka jadwal harian akan membutuhkan 1/20 dari setiap model yang
diproduksi setiap hari: 500A, 250B, 250C. Selain itu, unit individual akan dicampur
pada saat mereka me masuki lini produksi. Urutannya akan menjadi
{AABC]AABC]AABC]. Perhatikan bagaimana 2 unit A yang diproduksi untuk.
tiap unit B dan C. Maka urutan itu akan berulang secara terus menerus.Gambar 15.3 Struktur Pereencanaan Produksi
356Alasan produksi dinaikkan hingga tingkat ini adalah bahwa produksi ini
dapat menciptakan beban/muatan yang seragam pada semua pusat kerja yang
mendukung perakitan akhir. Tentunya, urutan ini menganggap bahwa biaya
pergantian antar model adalah nol atau hampir nol. Jika tidak demikian, lini
perakitan akhir harus dirancang kembali untuk mendapatkan biaya setup yang
rendah.
Dalam beberapa hal, adalah tidak mungkin atau tidak ekonomis untuk
melakukan produksi campuran dengan sempuma pada lini perakitan akhir. Dalam
hal ini, lot yang sangat kecil harus dijadwalkan, ukuran lot bergantung pada
perimbangan (trade-off) antara biaya setup dan biaya penyimpanan inventori.
‘Namun tujuan produksi unit tunggal, tidak boleh ditinggalkan karena pada dasamya
ia akan menghasilkan biaya sistem yang paling rendah. Contoh yang sebenarnya
bagaimana penjadwalan dilakukan pada Toyota ditunjukkan dalam kotak 15.2.
Sekali jadwal induk bulanan ditetapkan, maka informasi ini harus dikirimkan
ke semua pusat kerja dan penyuplai. Mereka kemudian akan merencanakan
kapasitas mereka sesuai dengan jumlah pekerja yang dibutuhkan, lembur,
subkontrak, dan mungkin peralatan baru, Waktu tunggu yang cukup harus
diberikan kepada mereka untuk mendapatkan sumber daya yang mereka butuhkan
dalam melakukan pekerjaan itu.
Sistem JIT tidak memperkenankan adanya produksi yang berlebihan jika
kvota harian telah ditetapkan. Misalnya, jika kuota harian dipenuhi dalam 7 jam,
produksi akan dihentikan, dan para pekerja produksi melakukan tugas
pemeliharaan atau melakukan diskusi tentang kualitas. Begitu juga, jika produksi
masih jauh dari kuota, biasanya dilakukan dengan lembur. Hal ini dipermudah
dengan penjadwalan gilir kerja (shift), yang memungkinkan adanya tenggang
waktu di antara dua gilir kerja. Misalnya, operasi dua gilir kerja dijadwalkan
antara jam 7 pagi hingga 3 sore, dan dari jam 5 sore hingga 1 pagi. Kemudian
pemeliharaan dan lembur dijadwalkan diantara gilir kerja. Tujuan sistem JIT
adalah menghasilkan kuantitas yang tepat setiap hari - tidak kurang tidak lebih.
Penjadwalam induk, seperti yang kita jelaskan, memiliki keuntungan karena
bisa memenuhi keinginan pelanggan setiap harinya. Hal ini dapat meminimalkan
inventori barang jadi karena keluaran produksi sesuai dengan permintaan. Seperti
yang akan kita lihat, jenis jadwal induk ini juga membantu mengurangi inventori
barang dalam proses dan bahan baku. Menstabilkan jadwal induk adalah kunci
untuk menstabilkan semua proses produksi lainnya dan persyaratan penyuplai.KOTAK 15.2
PERENCANAAN PRODUKSI BULANAN TOYOTA
Toyota Motor Company memiliki rencana produksi tahunan yang
menunjukkan berapa banyak mobil yang akan dibuat dan dijual pada
tahun berjalan. Perusahaan ini juga memiliki rencana produksi bulanan
dua tahap. Pertama, jenis mobil dan kuantitas ditentukan dua bulan
sebelumnya, dan kemudian rencana rincinya ditentukan satu bulan sebelum
bulan kerja yang bersangkutan. Informasi yang ditentukan tersebut juga
dikomunikasikan kepada perusahaan-perusahaan subkontraktor pada waktu
itu juga. Dari rencana produksi bulanan ini, jadwal produksi harian menjadi
sangat penting karena konsep produksi lancar akan dimasukkan di dalam
jadwal itu.
Produksi lancar harus diperluas ke dalam dua bidang : produksi total
rata-rata suatu produk per hari dan kuantitas rata-rata setiap,macam produk
di dalam total yang lebih besar. Misalnya, di dalam pabrik Toyota, terdapat
banyak lini perakitan akhir - lini Corona, lini Crown, lini Celica, dan
sebagainya. Misalkan lini Corona harus memproduksi 20.000 unit dalam
satu bulan dalam 20 hari kerja. Ini berarti bahwa 1000 Corona harus
diproduksi setiap harinya. Ini adalah produksi lancar dalam arti kuantitas
produksi harian, yaitu merata-ratakan kuantitas total yang akan diproduksi
Akan tetapi pada saat yang sama, lini Corona harus dirata-ratakan
dalam bentuk berbagai Corona yang dihasilkan. Lini Corona merakit sekitar
3000 atau 4000 jenis Corona, yang didiferensiasikan dengan kombinasi
mesin, transmisi, akselerator, jumlah pintu, wama dalam dan luar, ban,
dan pilihan lainnya yang berbeda maupun yang beragam. Setiap jenis
‘Corona yang berbeda ini harus juga dirata-ratakan untuk produksi harian.
SISTEM KANBAN
Kanban adalah suatu metode otorisasi produksi dan perpindahan bahan dalam
sistem JIT. Seperti yang dijelaskan di muka, Kanban, dalam bahasa Jepang,
berarti suatu penanda (kartu, sinyal, plakat, atau perangkat lainnya) yang digunakan
untuk mengontrol pengurutan kerja melalui suatu proses berurut. Kanban adalahsuatu subsistem JIT; kedua istilah ini bukan sinonim seperti yang dijelaskan oleh
beberapa penulis.
‘Tujuan sistem Kanban ini adalah untuk memberikan tanda tentang kebutuhan
suku cadang yang lebih banyak dan untuk menjamin bahwa suku cadang tersebut
dapat diproduksi tepat pada waktunya untuk mendukung pabrikasi atau perakitan
selanjutnya. Proses ini dilakukan dengan menarik semua suku cadang dari lini
perakitan akhir. Hanya lini perakitan akhir yang menerima jadwal dari kantor
pengiriman, dan jadwal ini hampir sama dari hari ke hari. Semua operator mesin
dan penyuplai lainnya menerima pesanan produksi (kartu Kanban) dari pusat
kerja berikutnya. Jika produksi harus berhenti sesaat pada pusat kerja
penggunaan,maka pusat kerja penyuplai juga akan segera berhenti karena mereka
tidak lagi menerima pesanan Kanban untuk mengirimkan bahan yang lebih banyak.
Gambar 15.4 Sistem Kanban
Sistem Kanban adalah sistem kendali fisik yang terdiri dari kartu dan
Kontainer, Untuk tujuan pembahasan ini kita misalkan delapan kontainer digunakan
diantara pusat kerja A dan B (A mensuplai B), dan tiap kontainer tepat berisi 20
suku cadang. Dengan demikian inventori maksimum yang bisa muncul antara
dua pusat kerja itu adalah 160 unit (8 x 20) karena produksi pada pusat kerja A
akan berhenti bila semua kontainer telah penuh,Dalam proses yang normal, kedelapan kontainer itu bisa didistribusikan seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 15.4. Tiga kontainer ditempatkan pada pusat
kerja A di daerah keluaran yang terisi dengan suku cadang. Satu kontainer diisi
di pusat kerja A dengan sebuah mesin, Satu kontainer penuh dipindahkan dari A
ke B, dua kontainer penuh lainnya ditempatkan di daerah masukan di pusat kerja
B, dan satu kontainer digunakan di B. Kedelapan kontainer ini dibutubkan karena
pusat kerja A juga menghasilkan suku cadang untuk pusat kerja lainnya, mesin
di A mungkin bisa rusak, dan waktu pemindahan dari A ke B tidak selalu bisa
diperkirakan dengan tepat.
(Memon St Cadang £36032
Gambar 15.5 Kartu Kanban
Untuk mengendalikan perpindahan kontainer, ada dua jenis utama kartu
Kanban, kartu produksi dan kartu penarikan (pemindahan). Kartu-karty ini
digunakan untuk memberikan otorisasi produksi dan untuk mengidentifikasikan
suku cadang pada setiap kontainer. Kartu Kanban mungkin dibuat dari kertas,
logam, atau plastik, dan mereka biasanya berisi informasi seperti yang terlihat
pada Gambar 15.5. Kartu Kanban menggantikan tempat kertas kerja bengkel
yang digunakan dalam manufaktur berulang tradisional.
Berikut ini cara kerja sistem Kanban, dengan menganggap bahwa satu
kontainer dipindah pada setiap kali pemindahan. Bila sebuah kontainer dari suku
cadang dikosongkan pada pusat kerja B, maka kontainer yang kosong dan kartu
penarikan yang bersangkutan dibawa kembali ke pusat kerja A. Kartu produksi
dari sebuah kontainer penuh suku cadang dpindahkan dari kontainernya dan
digantikan dengan kartu penarikan, Kartu produksi kemudian ditempatkan di pos
penerima Kanban di pusat kerja A, schingga dengan demikian memberikanotorisasi produksi kontainer suku cadang lainnya. Kontainer yang kosong
ditinggalkan di pusat kerja A.
Kontainer suku cadang yang penuh dan kartu penarikannya dipindahkan ke
pusat kerja B dan ditempatkan di daerah masukan. Bila kontainer suku cadang
ini akhimnya digunakan, maka kartu penarikannya dan kontainer kosong diberikan
kembali ke pusat kerja A, dan siklus itu akan berulang kembali.
Gambar 15.6 Sistem Kanban lengkap.
Hal penting tentang sistem Kanban ini adalah bahwa sistem ini bersifat
visual. Semua suku cadang ditempatkan secara rapi di dalam kontainer dengan
ukuran yang sudah tetap. Pada saat kontainer bertumpuk, maka jelas bahwa
pusat kerja yang membuanya tertinggal di belakang. Sebaliknya, bila semua
kontainer terisi penuh, produksi akan dihentikan, Ukuran lot produksi tepat sama.
dengan 1 kontainer suku cadang.Jumlah kontainer yang dibutuhkan untuk mengoperasikan suatu pusat kerja
adalah merupakan fungsi dari tingkat permintaan, ukuran kontainer, dan waktu
sirkulasi untuk sebuah kontainer. Hal ini digambarkan dengan rumus berikut :
tingkat permintaan dari pusat kerja penggunaan
C= ukuran kontainer dalam jumlah suku cadang, biasanya kurang dari 10
persen dari permintaan harian.
T = waktu untuk satu kontainer menyelesaikan keseluruhan putaran : diisi,
menunggu, dipindahkan, digunakan,dan dikembalikan untuk diisi lagi.
Ini juga disebut waktu tunggu.
Misalkan permintaan pada pusat kerja berikutnya adalah 2 suku cadang per
menit dan kontainer standar memuat 25 suku cadang. Juga misalkan bahwa
dibutuhkan 100 menit untuk suatu kontainer untuk menyelesaikan putaran dari
pusat kerja A ke pusat kerja B dan kembali ke A lagi, termasuk waktu setup,
operasi, pindah, dan tunggu. Jumlah kontainer yang dibutuhkan dalam hal ini
adalah 8.
Inventori maksimum sama dengan ukuran kontainer dikali jumlah kontainer
= 8 x 25 = 200 unit, karena semua kontainer harus terisi.
Inventori maksimum = nC = DT
Inventori bisa diturunkan dengan mengurangi ukuran kontainer atau jumlah
kontainer yang digunakan. Hal ini dilakukan dengan mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk mengedarkan kontainer termasuk waktu setup mesin, waktu
operasi, waktu tunggu, atau waktu bergerak. Bila salah satu waktu tersebut telahdikurangi, maka manajemen boleh memindahkan Kartu kanban dari sistem dan
jumlah kontainemya. Ini merupakan tanggung jawab manajer dan pekerja di
dalam sistem JIT untuk menurunkan inventori meialui siklus peningkatan konstan.
Mengurangi waktu tunggu merupakan kuncinya, seperti sudah dijelaskan pada
bab sebelumnya.
Kanban menghubungkan semua pusat kerja di dalam fasilitas produksi dan
penyuplai seperti ditunjukkan pada gambar 15.6. Semua bahan ditarikdengan
jadwal perakitan akhir, berdasarkan sistem kendali bengkel dan penyuplai.
MENGURANGI WAKTU SETUP DAN UKURAN LOT
Mengurangi waktu setup merupakan hal penting karena dapat meningkatkan
kapasitas yang tersedia, meningkatkan fleksibilitas untuk memenuhi perubahan
jadwal, serta mengurangi inventori. Bila waktu awal mendekati nol, maka ukuran
lot yang ideal 1 unit dapat dicapai. Di dalam produksi berulang konvensional,
kita menekankan pada pengurangan waktu operasi per unit serta lebih kurang
mengabaikan waktu setup. Bila ribuan unit untuk jangka waktu yang lama
diantisipasi, maka waktu operasi biasanya lebih penting daripada waktu
setup.Pemecahan yang lebih baik adalah memusatkan perhatian pada pengurangan
waktu setup dan waktu operasi. Hal ini menuntut perhatian tambahan para
perekayasa, manajer, dan pekerja terhadap proses persiapan itu sendi
Karena waktu setup hanya mendapat perhatian yang sangat sedikit, maka
penurunan yang luar biasa mungkin dilakukan. Sebagai contoh,pada General
motor, waktu yang diperlukan untuk mengubah suatu pola cetakan pada pencetak
berlobang berkurang dari 6 jam menjadi 18 menit. Hal ini memungkinkan
penurunan dramatis di dalam inventori dari 1 juta US$ menjadi 100.000
‘US$,penurunan waktu tunggu, dan pemanfaatan kapasitas yang lebih besar.
Setup tunggal sedang diupayakan di banyak perusahaan. Setup tunggal
mengacu pada waktu setup yang memiliki digit tunggal dalam menit. Setup
dengan sekali sentuh juga sedang diupayakan, yang mengacu pada setup yang
kurang dari 1 menit, Waktu setup yang rendah ini dapat dicapai dengan dua
tahap. Pertama, setup internal dan external dipisahkan. Istilah “setup internal“
mengacu pada tindakan yang mengharuskan mesin untuk dihentikan, sedangkan
setup external dapat dilakukan pada saat mesin masih berjalan. Setelah
memisahkan setup internal dan setup external, sebanyak mungkin setup diubah
dari internal ke external. Hal ini dilakukan, misalnya, dengan menggunakan duaperangkat logam, satu berada di dalam mesin dan yang lain berada diluar; dengan
melakukan penyesuaian perubahan yang cepat; dan dengan menggunakan peralatan
yang dirancang dengan sangat baik. Bila mesin sudah berhentimaka dia dapat
diubah dengan cepat ke produk baru karena setup intemal telah diminimumkan.
Banyak yang dapat dilakukan bila orang menyadari pentingnya perubahan yang
cepat. Di dalam beberapa perusahaan, para pekerja juga melakukan setup untuk
mengurangi waktu.
Mengurangi waktu setup, ukuran lot dan waktu tunggu merupakan mesin
yang menggerakkan JIT. Pengurangan ini memungkinkan untuk memindahkan
kartu kanban dan dengan sendirinya mengurangi inventori atas dasar pemakaian
terus menerus.
TATA _LETAK DAN PERALATAN
Instalasi sistem JIT memiliki pengaruh alami pada tata _letak dan peralatan.
Pabrik ini mendorong timbulnya aliran yang efisien dan pabrik yang terotomasi
karena ukuran lot berkurang dan masalah secara terus menerus akan terpecahkan
sehingga memungkinkan otomatisasi dapat dilakukan.
Pengaruh JIT terhadap tata letak ditunjukkan pada gambar 15.7. Pada bagiatt
a dari gambar tersebut, tata letak awal ditunjukkan di mana penyuplai mengirimkan
barang ke gudang dan suku cadang ditempatkan di gudang setelah tahap-tahap
tertentu produksi selesai. Pada bagian b dari gambar tersebut, sistem JIT telah
diimplementasikan, dan semua gudang telah dihilangkan, Dalam hal ini, semua
stok disimpan di bengkel kerja sebagai bagian dari sistem JIT. Bagian c dari
gambar tersebut menunjukkan bahwa JIT telah mendorong timbulnya tata letak
teknologi kelompok (Group Technology-GT). Dalam hal ini, pusat kerja
dirumuskan sehingga suku cadang dapat mengalir dengan lancar dari stasiun
kerja yang satu ke stasiun kerja berikutnya. Sebagian besar inventori penyangga
(Inventory buffer),sudah dihilangkan karena suku cadang mengalir dari satu stasiun
ke stasiun berikutnya. Adalah konsekuensi yang alami dari JIT untuk mendorong
timbulnya teknologi kelompok dan jenis tata letak pengumpan (feeder-line lay-
out). Otomatisasi yang lebih besar juga dimungkinkan pada saat ukuran lot
mendekati 1 unit.
Pada sistem JIT, diperlukan pemeliharaan peralatan yang baik. Oleh karena
inventori sudah ditiadakan, maka peralatan harus tetap dipelihara agar dalam
keadaan yang baik. Para pekerja bertanggung jawab atas sebagian besarpemeliharaan peralatan tersebut, sehingga mereka ikut lebih mengendalikan
produksi. Waktu pemeliharaan juga diberikan di antara gilir kerja untuk melakukan
tindakan pemieliharaan rutin maupun preventif.
(a) Tata Letak Awal (b) Tata Letak JIT
(c) Tata Letak JIT dengan teknolog! kelompok
Gambar 15.7. Pengaruh JIT terhadap tata letak. Tata letak JIT dengan Teknologi KelompokPENGARUH TERHADAP PEKERJA
Salah satu hal paling penting yang diperlukan agar sistem JIT dapat berjalan
adalah adanya para pekerja yang multifungsi. Dalam banyak hal, setiap pekerja
harus dapat mengoperasikan beberapa mesin di dalam suatu kelompok, dengan
berpindah dari satu mesin ke mesin berikutnya untuk membuat suku cadang
yang diperlukan. Oleh karena suku cadang tidak diproduksi kecuali bila diperlukan,
maka pekerja tersebut harus dapat mematikan mesin dan pindah ke pekerjaan
berikutnya yang diperlukan. Pekerja harus juga dapat untuk menghidupkan mesin,
melakukan pemeliharaan rutin, dan memeriksa suku cadang. Hal seperti ini
menuntut pekerja yang terlatih-silang (cross-trined) dengan beberapa ketrampilan
yang berbeda.
Dengan perpindahan ke arah tenaga kerja yang fleksibel, menuntut perubahan
cara pembayaran dan pemberian imbalan kepada pekerja. Gaji sering didasarkan
atas senioritas dan tingkat keahlian kerja. Sistem penggajian yang baru diperfukan
sehingga dapat memberi imbalan kepada pekerja atas dasar keragaman pekerjaan
yang dapat mereka lakukan. Hal ini akan memacu pekerja untuk meningkatkan
ketrampilan sehingga mereka dapat lebih fleksibel.
Mungkin sulit, tetapi bukan tidak mungkin, menggunakan JIT di dalam
lingkungan serikat pekerja. Serikat pekerja sering diorganisasikan berdasarkan
lini keablian dan ketrampilan, dan mereka tidak cederung untuk memacu
fleksibilitas tenaga kerja. Sebagai hasilnya, manajemen harus bekerja sama dengan
serikat pekerja untuk mengembangkan jenis tenaga kerja yang diperlukan pada
mm.
Metode diperlukan untuk mengikutsertakan perekayasa dan pekerja secara
aktif dalam kegiatan pemecahan masalah. Dalam sistem JIT, tim kualitas dan
sistem pemberian saran diperlukan untuk tujuan ini. Lingkungan partisipasi harus
diciptakan untuk merangsang semua pekerja memberi sumbangan terhadap
pemecahan masalah di tempat kerja.
JIT tidak dapat diterapkan tanpa pemahaman dan kerja sama penuh dari
pekerja. Manajemen harus meyakinkan bahwa para pekerja dapat memahami
peran baru mereka serta mau menerima pendekatan JIT dalam manufaktur.
Diperlukan banyak perubahan, seperti yang ditunjukkan di atas, bahwa JIT tidak
mungkin berhasil tanpa dukungan aktif dan antusias dari semua manajer maupun
pekerja. JIT bukan sekedar program lain namun merupakan pendekatan baru
menyeluruh terhadap manufaktur.PENYUPLAI
Seperti halnya para pekerja dituntut untuk berubah, demikian pula para
penyuplai perusahaan. Di dalam JIT, penyuplai diperlakukan sama dengan
perlakuan terhadap pusat kerja internal. Penyuplai menerima kartu Kanban dan
kontainer khusus, dan mereka diharapkan dapat melakukan pengiriman tepat
waktu yang berulang kali untuk tahap produksi berikutnya. Penyuplai dipandang
sebagai pabrik eksternal dan juga sebagai bagian dari tim produksi.
Dengan sistem JIT, sebanyak empat kali pengiriman diperlukan setiap hari,
asalkan penyuplai berlokasi di daerah sekitamya. Penyuplai yang berlokasi di
tempat jauh mungkin memiliki gudang lokal tempat mereka menerima pengiriman
besar-besaran dan kemudian membaginya menjadi beberapa kali pengiriman ke
pada para pelanggan. Namun hal seperti ini tidak diharapkan karena terlalu banyak
inventori menumpuk di saluran produksi dan waktu reaksi menjadi terlalu lama.
Penyuplai lokal yang dapat memberikan tenggang waktu yang singkat lebih
disukai.
Penyuplai diberikan waktu pengiriman khusus, bukan tanggal pengiriman.
Sebagai contoh, penyuplai mungkin diminta untuk menyerahkan suku cadang
pada jam 8 pagi, 10 pagi, 12 siang, dan 2 siang. Pada setiap penyerahan, penyuplai
mengambil kontainer kosong dan kartu Kanban penarikannya. Hanya sejumlah
kontainer tersebut yang diisi untuk pengiriman berikutnya. Pengiriman dilakukan
secara langsung ke lini perakitan tanpa melalui penerimaan atau pemeriksaan.
Hal ini menuntut kepercayaan total terhadap kualitas penyuplai. Hal ini juga
dapat mengurangi kertas kerja, waktu tunggu, inventori, jumlah daerah penerimaan,
serta ruang penyimpanan yang diperlukan,
Dalam beberapa kasus, adalah terlalu mahal untuk melakukan beberapa
pengiriman setiap hari, para penyuplai dapat melakukan pengiriman keliling
(round-robin). Sebagai contoh, dalam kasus ini, seorang penyuplai dapat
mengangkut sekaligus bahan dari tiga penyuplai lain disamping barangnya sendiri
untuk penyerahan jam 8 pagi. Penyuplai lain akan melakukan penyeraha jam 10
pagi dan seterusnya. Metode ini dapat menghemat biaya transportasi untuk
pengiriman lot yang kecil.
Dengan sistem JIT, terdapat kecenderungan untuk menggunakan sumber
penyuplai tunggal. Hal ini dilakukan untuk membina hubungan jangka panjang
dengan penyuplai tersebut dan untuk menjamin kualitas suku cadang yang
diperlukan. Sebuah pemikiran yang benar-benar berbeda diperlukan disini karena
biasanya kita mengasumsikan bahwa penyuplai tunggal mungkin menetapkanharga sesuka hatinya terhadap pelanggannya dan karena itu diperlukan lebih dari
satu sumber untuk menjaga agar penyuplai tidak berbuat sekehendaknya. Akan
tetapi, harga dari penyuplai tunggal dapat dipertahankan dengan adanya kontrak
Jjangka panjang dan stabilitas harga dapat dirundingkan sebagai bagian dari kontrak.
Hal ini menuntut jenis hubungan penyuplai-pelanggan yang benar-benar berbeda
dibandingkan dengan hubungan yang pernah kita miliki sebelumnya.
Sebagai contoh, General Motor telah membuat ‘program penyuplai terpadu’
untuk menuju ke arah sistem JIT. Ciri program ini adalah sebagai berikut:
1, Pemilihan penyuplai seawal mungkin. Penyuplai dipilih sebelum suku cadang
mencapai rancangan akhir, sehingga rancangan dapat dikerjakan secara
sempuma dengan penyuplai tersebut.
2. Pensumberan kelompok suku cadang. Penyuplai bertanggung jawab atas
keseluruhan kelompok suku cadang, sehingga memungkinkan penyuplai itu
dapat membuat tata letak teknologi kelompok dan volume ekonomis.
3. Hubungan jangka panjang. Kontrak eksklusif sepanjang umur suku cadang
itu diberikan kepada penyuplai dengan imbalan daftar harga khusus selama
umur suku cadang tersebut. Kadang-kadang pengurangan atau kenaikan harga
pada waktu yang akan datang ditunjukkan dalam daftar tersebut.
4. Negosiasi harga berdasarkan analisis biaya. Karena pasar tidak berjalan
sebagaimana yang biasa diperkirakan, maka negosiasi untuk harga didasarkan
pada biaya,
5. Pengurangan kertas kerja dalam penerimaan dan pemeriksaan. Hal ini
memberikan penghematan secara langsung bagi pelanggan dan penyuplai.
Perubahan hubungan dengan penyuplai merupakan salah satu aspek yang
paling penting dari sistem JIT.
PENERAPAN JIT
Penerapan pertama dan’ yang paling berhasil dari sistem JIT ini adalah pada
Toyota Motor Company di Jepang. Seperti yang telah kita sebut, Kawasaki USA
di Nebraska mulia menerapkan JIT pada tahun 1980-Penerapannya telah berhasil
dilakukan di beberapa perusahaan lain di USA, termasuk Ford, General Electric,
General Motors, Eaton, Motorola, Black & Decker, Briggs and Stratton, Hewlett-Packard, IBM, John Deere, Bendix, Mercury Marine, Omark, Rockwell,
Westinghouse, Tennant, 3M, dan Honeywell.
Pengaruh JIT ini secara keseluruhan masih belum diketahui, akan tetapi
beberapa hasil yang terdahulu telah ada. Di dalam industri mobil, inventori berputar
dari 50 sampai 100 adalah mungkin dibandingkan dengan 10 sampai 20 dengan
pendekatan tradisional (Schonberger (1986)]. Di dalam produksi kendaraan
bermotor, JIT telah memberikan perputaran inventori kira-kira 20 dibandingkan
dengan 3 sampai 5 dalam perusahaan tradisional [ Pegels (1982)]. JIT juga telah
meningkatkan kualitas, mengurangi biaya, dan meningkatkan feksibilitas di dalam.
perusahaan ini.
Akan tetapi, penerapan JIT merupakan masalah yang sulit. Untuk
memudahkan penerapannya, Hall (1982) telah mengajukan pendekatan sebagai
berikut:
1. Dapatkan komitmen dari manajemen puncak (top management). Yakinkan
bahwa mereka mengetahui perubahan yang akan dibutuhkan dan bahwa
mereka akan memberikan kepemimpinan untuk menggunakan pendekatan
JIT. Siapkan rencana penerapannya.
2. Dapatkan kerja sama dari tenaga kerja. Kepemimpinan yang kuat diperlukan
pada bengkel kerja agar JIT dapat berhasil. Berikan jaminan tenaga kerja
yang stabil, libatkan dalam pelatihan, dan dorong timbulnya partisipasi.
Kegiatan Penyempuraan kelompok kecil seperti tim kualitas harus dapat
digunakan schingga semua karyawan terlibat dalam pemecahan masalah.
Mulailah dengan pelatihan silang (cross-training) kepada para pekerja.
3. Mulailah dengan lini perakitan akhir. Tingkatkan produksi sehingga untuk
setiap harinya hampir sama. Kurangi waktu setup sampai model dapat
digabung. Gunakan kontainer standard untuk masing-masing suku cadang,
dan setiap saat harus dapat dimasuki lini perakitan.
4. Bekerja ke belakang dari perakitan akhir, kurangi waktu setup dan ukuran
lot di daerah pabrikasi supaya sama dengan ukuran lot yang diperlukan
dalam perakitan akhir. Pindahkan inventori dari gudang, dan letakkan pada
bengkel kerja.
5. Seimbangkan laju pabrikasi dengan laju produksi perakitan akhir. Hal ini
mungkin memerlukan koreksi kekurangan kapasitas. Sediakan kapasitas
cadangan di semua daerah. Jika ada pusat kerja ketinggalan, maka ia
membutuhkan beberapa kapasitas cadangan untuk mengejar ketinggalannya.6. Perluas JIT sampai ke penyuplai. Pertama, sesuaikan terlebih dahulu jadwal
pengiriman mereka, dan kemudian minta untuk seringkali melakukan
pengiriman. Pindahkan inventori yang dibutuhkan untuk menutupi jangka
waktu yang panjang dan variasinya. Bantulah penyuplai dengan jaminan
kualitas untuk memenuhi keinginan anda. Negosiasikan dengan penyuplai
untuk kontrak jangka panjang.
Tampak bahwa JIT muncul dan semakin mendapatkan popularitas sebagai
metode yang lebih disukai untuk produksi yang bersifat repetitif. JIT memiliki
dampak yang begitu besar sehingga JIT ini dibandingkan dengan lini perakitan
bergerak dari Ford dan sistem Taylor sebagai temuan besar di dalam manajemen
produksi. Asumsi sistem JIT bertentangan dengan kebanyakan asumsi tradisional
tentang manufaktur yang repetitif. Hal ini akan memerlukan upaya yang besar
dalam menerapkan sistem JIT, akan tetapi tidak ada pilihan untuk menyelamatkan
kelangsungan hidup ekonomi di kebanyakan industri yang repetitif.
PERBANDINGAN MRP DAN JIT
Pada saat JIT pertama kali diperkenalkan, banyak yang membandingkan
MRP dengan JIT, karena MRP dan JIT dipandang sebagai sistem kendali produksi
yang bertentangan. Akhir-akhir ini, kita mendengar bahwa MRP dan JIT dapat
digunakan secara bersama dalam situasi tertentu.
Dalam membahas hubungan antara MRP dan JIT, kita perlu memahami
perbedaan antara sistem tarik (pull system) dan sistem dorong (push sistem) pada
kendali produksi. Sistem dorong seperti pada MRP, mendorong/memasukan bahan
ke dalam produksi untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang. Sebuah jadwal
induk disusun untuk menunjukkan prakiraan/pemesanan yang akan menentukan
Komponen dan suku cadang apa yang harus dipesan dan dibuat dalam produksi.
Di dalam sistem tarik, seperti pada JIT, bahan ditarik melewati produksi dengan
menggunakan pusat kerja berikutnya. Bahan hanya disediakan jika ada permintaan
berikutnya; tidak ada dorongan bahan ke dalam produksi untuk memenuhi
permintaan yang akan datang. Karena kurangnya jangkauan pandangan ke depan,
jadwal induk repetitif diperfukan oleh sistem tarik agar dapat bekerja.
‘Ada tiga situasi yang dapat dipakai untuk membandingkan MRP dan JIT :
manufaktur repetitif murni, manufaktur tumpuk, dan manufaktur bengkel kerja.‘Situasi manufaktur repetitif mumi adalah situasi dimana jadwal induk dari
hari ke hari sama dan dimuati secara merata. Dalam hal ini, sistem tarik,
seperti pada JIT, dapat bekerja dengan sangat baik. Karena tidak ada
perubahan pada produk akhir yang sedang dibuat dari hari ke hari, komponen
suku cadang yang diperlukan setiap harinya adalah sama. Satu-satunya
ketidakpastian adalah terjadinya kemacetan di dalam proses produksi.
Kemacetan ini ditangani oleh sistem tarik, karena produksi akan berhenti
pada saat pusat kerja penggunaan berhenti. Tidak diperlukan sistem MRP
untuk memperkirakan kebutuhan produksi yang akan datang dengan segala
kerumitannya, kemahalannya, serta elemen terkomputerisasinya.
Sebuah variasi umum dalam sistem repetitif muri adalah sistem repetitif
yang berubah dari waktu ke waktu, akan tetapi masih tetap repetitif di dalam
sebuah perencanaan tetap pada masa mendatang . Contohnya adalah sebuah
jadwal repetitif untuk 5 minggu yang akan datang, akan tetapi dalam minggu
ke enam jadwal akan berubah menjadi campuran produksi repetitif yang
berbeda. Dalam hal ini, Sistem MRP tipe I diperlukan untuk “perencanaan
kejadian penting” yang merupakan suatu perubahan di dalam jadwal induk
yang akan datang pada tingkat produksi yang berbeda. Semua pusat kerja
dan penyuplai harus diberitahukan sebelumnya tentang kebutuhan jadwal
baru. Hal ini dapat dilakukan dengan sistem MRP tipe I yang sangat sederhana
sekali yang digunakan hanya untuk tujuan perencanaan. Kemudian, sistem
tarik pada JIT, digunakan untuk menjalankan rencana pada bengkel kerja.
Sistem JIT disesuaikan untuk kejadian yang penting oleh sistem MRP.
Proses tumpuk (batch process) dapat memanfaatkan sistem tipe campuran
JIT dan MRP-I, terutama jika proses tumpuk bersifat agak repetitif. Dalam
hal ini jadwal induk tidak akan identik dari hari ke hari, tetapi memiliki
beberapa elemen repetitif, MRP-II digunakan untuk mendorong bahan ke
dalam pabrik dan untuk merencanakan kapasistas, sedangkan JIT (sistem
tarik) digunakan untuk pelaksanaan bengkel kerja. Hal ini memungkinkan
untuk menghapus elemen kendali bengkel kerja MRP-II dengan pelacakan
barang dalam proses yang besar. Sistem campuran ini bekerja dengan baik
terutama bila produksi tumpuk telah disusun ke dalam sel, sehingga MRP
dapat menyediakan pesanan bengkel ke dalam sel daripada ke masing-masing
jenis mesin. Kemudian JIT digunakan untuk menarik bahan dari masing-
masing sel.
Proses bengkel kerja yang berorientasi pada proses tumpuk dan tidak repetitif
harus menggunakan MRP-II untuk merencanakan dan mengendalikan
produksi. Contoh ekstrim dari situasi ini adalah pabrik hanya membuat untuk
™mpesanan dan setiap pesanan berbeda. Dalam hal ini sistem tarik tidak akan
bekerja. Bahan harus dimasukkan ke dalam pabrik untuk memenuhi
Ppermintaan di masa mendatang yang berbeda untuk setiap pesanan.
Perencanaan kapasistas dan sistem kendali bengkel kerja diperlukan untuk
mengatur aliran bahan sepanjang produksi. Akan tetapi, dalam hal ini elemen
tertentu dari JIT seperti pengurangan waktu setup, tenaga kerja multifungsi,
pemecahan masalah oleh manajer dan tenaga kerja, dan mitra usaha dengan
penyuplai dapat digunakan. Hanya sistem Kanban saja yang tidak dapat
berjalan.
Seperti yang dapat kita lihat, ada berbagai situasi yang paling cocok dengan
sistem pengendalian JIT muri atau MRP muri. Akan tetapi, juga terdapat
banyak peluang untuk sistem campuran. Lihat gambar 15.8
Gambar 15.8 Penggunaan MRP dan JIT
DARI JIT MENUJU KE KOMPETISI BERBASIS-WAKTU
Akhir-akhir ini, gagasan kompetisi berbasis-waktu (time-based competition!
TBC) banyak mendapat perhatian orang. Gagasan tersebut dimaksudkan agar
perusahaan dapat bersaing berdasarkan pada waktu maupun kualitas,biaya,dan
fleksibilitas. Ada dua cara untuk bersaing atas dasar waktu:1. Melalui pengenalan produk baru dengan lebih cepat.
2. Melalui produksi dan penyaluran (throughput) produk dengan cepat terhadap
produk yang sudah ada.
Pengenalan produk baru dapat dilakukan dengan metode dan konsep seperti
yang sudah kita bahas dalam Bab 3 tentang perancangan produk. Ini meliputi
perekayasaan bersama(simultaneous engineering), gugus rancanagan (design team),
penyebaran fungsi kualitas (quality function deployment), dan penggunaan
teknologi informasi seperti CAD/CAM atau jaringan. Pendekatan manajemen
proyek juga membantu di dalam mempercepat pengenalan produk baru.
Hasil pengenalan produk baru yang dipercepat ini dampaknya sangat besar.
Sebagai contoh, Sony memperkenalkan Audio Compact Disk (CD) pertama kali
di Jepang pada tahun 1982. Beberapa bulan kemudian Sony memperkenalkan
empat produknya lagi- dua produk harganya lebih tinggi dan dua lagi harganya
lebih rendah dibanding dengan produk aslinya. Pasar ternyata sangat sensitif
terhadap harga, sehingga produk baru yang diperkenalkan dengan harga yang
lebih rendah akan laku terjual. Sony sendiri memperkenalkan 8 model dengan
harga yang lebih rendah dalam dua tahun. Beberapa pesaing mengikuti jejak
Sony ini, Selama kurang dari tiga tahun, 30 pesaing memperkenalkan lebih dari
100 model. Karena pengenalan model CD yang lebih cepat dan lebih awal, Sony
memegang pangsa pasar terbesar di dunia saat ini.
Kompetisi berdasarkan waktu dapat juga diterapkan dengan produksi dan
penyaluran produk yang sudah ada dengan cepat. Metode dasar untuk melakukan
ini adalah manajemen kualitas dan menggunakan JIT. JIT secara dramatis dapat
mengurangi waktu yang diperlukan untuk memindahkan produk dari bahan mentah
ke barang dalam proses dan barang jadi. Sebagai contoh, Allen-Bradley
membangun pabrik alat pengontak/kontaktor yang digunakan untuk menghidupkan
mesin. Pabrik baru tersebut dapat membuat kontaktor dalam ukuran lot sesuai
dengan keinginan pelanggan dalam 24 jam setelah menerima pesanan dari bahan
mentah sampai produk akhir, Kontaktor ini dapat mencapai 600 model yang
berbeda. Hasilnya, Allen Bradley memegang 60 persen pasar internasional.
TBC telah memindahkan aplikasi JIT ke luar dari pabrik dan masuk ke
pemasaran, akunting, dan pemasukan pesanan. Biasanya, proses untuk pemasukan
pesanan, atau pengumpulan penerimaan piutang, memerlukan waktu yang lebih
lama dibanidngkan dengan menghasilkan produk. Prinsip aplikasinya banyak
kesamaannya: waktu setup lebih cepat, mengurangi antrian, pelatihan silang tenaga
kerja kantoran (white collar work force), dan menghapuskan kegiatan yang tidak
373374
memberikan nilai tambah. Pendekatan dasamya adalah menerapkan gagasan JIT
dan kualitas kerja kantor dan pengetahuan kerja.
Prinsip TBC telah diterapkan ke industri jasa dengan sangat berhasil. Fede-
ral Express merupakan salah satu pelopor kompetisi berbasis-waktu. Fed Ex
telah berhasil terutama karena keyakinannya bahwa waktu adalah komponen
bisnis yang dapat ditangani/diatur. Fed Ex tidak hanya menjanjikan penyerahan
yang cepat, akan tetapi juga penyerahan yang tepat waktu. Dari perusahaan yang
awalnya sederhana pada tahun 1973, Fed EX sekarang telah mampu mengirim
satu juta paket setiap harinya dengan akses pengiriman sampai 99 persen populasi
Amerika serikat dan 125 negara di dunia. Ini adalah akibat strategi yang diterapkan
pada tahun 1990-an untuk memfokuskan pada pasar intemasional dengan dua
hari penyerahan hampir ke seluruh penjuru dunia, Bahkan beberapa bank telah
menggunakan kompetisi berbasis-waktu dengan menjanjikan proses permintaan
pinjaman dapat diselesaikan dalam waktu 15 menit, dibanding dengan pemninjaman
normal yang memerlukan waktu satu atau dua minggu. Kotak 15.3
mengilustrasikan penggunaan JIT di dalam lingkungan rumah sakit.
Kompetisi berbasis-waktu bukan merupakan hal yang sama sekali baru. Akan
tetapi, ini merupakan cara berpikir baru tentang persaingan. TBC juga memperluas
konsep pengenalan produk baru dan memperluas JIT diluar konteks/lingkup pabrik
dan masuk ke dalam lingkup Kantor dari manufaktur dan industri jasa
KOTAK 15.3
ST. LUKES HOSPITAL AND BAXTER
St. Lukes Episcopal hospital di Houston dahulu menyimpan inventori
peralatan medis dalam jumlah besar di dalam ruang penyimpanan dan
gudangnya. Saat ini, ruang penyimpanan diubah menjadi tempat perawatan
pasien dan inventorinya dihapuskan, berkat pelayanan penyerahan JIT dan
pelayanan inventori tanpa stok yang diberikan oleh Baxter, yaitu sebuah
jasa penyuplai peralatan medis. Dengan penyerahan JIT, St. Lukes telah
menghemat $1,5 juta per tahun dan mengharapkan akan menghemat
$500.000 per tahun melalui pelayanan tanpa stok, begitu kedua cara ini
diterapkan sepenuhnya.
Pelayanan penyerahan JIT dan pelayanan tanpa stok diberikan ke rumah
sakit oleh Baxter, sebuah penyedia peralatan medis terbesar milik negara.Baxter memperbesar nilai strategiknya sehingga mampu menyediakan suplai
yang benar untuk lokasi yang tepat, pada waktu yang benar pula. Mereka
menerapkan sistem penyerahan JIT dengan memberikan pengiriman yang
sering peralatan medis ke berbagai rumah sakit. Hal ini mengurangi
kebutuhan inventori yang besar dari rumah sakit. Kemudian Baxter mulai
meningkatkan jumiah pengiriman harian ke rumah sakit, dengan
mengirimkannya secara langsung ke departemen yang memerlukannya,
dengan tepat waktu,
Baxter dan St. Lukes telah bekerja sama mengembangkan suatu cara
yang menguntungkan bagi kedua organisasi tersebut. Baxter mendapatkan
lebih banyak bisnis karena mereka adalah penyuplai utama. St. Luke telah
mengubah dari suatu kawasan yang menimbulkan pengeluaran (fasilitas
Penyimpanan inventori) menjadi kawasan yang menghasilkan pendapatan
(tambahan tokal pelayanan pasien) dan mereka dapat menghemat banyak
uang dengan menghapuskan biaya penyimpanan inventori yang boros dan
Penanganan biaya yang efisien. Manfaatnya tidak berhenti dengan
Pengurangan inventori atau penghapusan ruang penyimpanan dan gudang.
Mitra kerja antara Baxter dan St. Lukes menghasilkan hubungan yang erat
antara penyuplai dan pembeli. Perwakilan Baxter bekerja secara langsung
dan akrab dengan departemen individual untuk memecahkan berbagai
masalah. Baxter telah menjadi bagian dari sistem pengiriman telpon St.
Lukes. Dengan mengontak RSVP, Personil St. Lukes di ruangan operasi
dapat menjangkau Baxter. Baxter juga bekerja dengan personil ruangan
operasi untuk mengembangkan pemberian label dan identifikasi produk
agar meminimalkan kemungkinan adanya kekacauan operasi.