You are on page 1of 7

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pupuk


Kompos Biopestisida dan Pupuk ZA Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Bawang Merah (Allium asscalonikum L). Pelaksanaan penelitian
dilakukan di Desa Sihepeng dengan ketinggian + 500 meter diatas permukaan
laut.
Racangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial, dengan dua faktor yang akan
diteliti yaitu: Faktor I Pemberian Pupuk Kompos Biopestisida (B) dengan 4 taraf
yang diteliti yaitu: B0 = 0 gr/plot, B1 = 200 gr/plot, B2 = 400 gr/plot, B3 = 600
gr/plot. Faktor II Pemberian Pupuk ZA (Z) terdiri dari 4 taraf yang diteliti yaitu:
Z0 = 0 gr/plot, Z1 = 5 gr/tanaman, Z2 = 10 gr/tanaman, Z3 = 15 gr/tanaman.
Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa perlakuan Kompos
biopestisida memberikan pengaruh yang nyata pada semua pengamatan yaitu
pengamatan Tinggi tanaman umur 3 mst, 6 mst dan 9 mst. Jumlah daun umur 3
mst, 6 mst dan 9 mst Jumlah anakan umur 3 mst, 6 mst dan 9 mst. Berat umbi
per sampel dan berat umbi per plot. Menurut hasil analisis secara statistik bahwa
perlakuan Pupuk ZA pengaruh yang nyata pada semua pengamatan yaitu
pengamatan Tinggi tanaman umur 3 mst, 6 mst dan 9 mst. Jumlah daun umur 3
mst, 6 mst dan 9 mst Jumlah anakan umur 3 mst, 6 mst dan 9 mst. Berat umbi
per sampel dan berat umbi per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi
dari Kompos biopestisida dan Pupuk ZA memberikan pengaruh yang tidak nyata
pada pengamatan Tinggi tanaman umur 3 mst, 6 mst dan 9 mst. Jumlah daun
umur 3 mst, 6 mst dan 9 mst Jumlah anakan umur 3 mst, 6 mst dan 9 mst. Dan
berpengaruh nyata pada berat umbi per sampel dan berat umbi per plot.

ABSTRAK
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam membangun
perekonomian nasional. Pembangunan Nasional abad ke-21 masih akan berbasis
pertanian secara luas dengan kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis agribisnis
akan menjadi leading dalam pembangunan nasional.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa (kebijakan
pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan petani) yang mempengaruhi
peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi sawah) di Kabupaten Serdang
Bedagai dan untuk mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi
sawah) terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk
mengetahui pengaruh produktivitas tanaman pangan (padi sawah) terhadap
pendapatan petani.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Adanya pengaruh dari peningkatan
produktivitas (kebijakan pemerintah, infrastruktur dan kelembagaan) terhadap
pendapatan petani dan pengembangan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Penentuan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe (Sugiono,
2003) yang mengatakan: pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam
penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel; kedua, bila sampel
dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30 dan
diperoleh sebanyak 90 sampel dalam kategori 3 strata.
Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dan daftar pertanyaan.
Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 12,50,
dianalisis dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis dengan regresi linear
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama antara kebijakan pemerintah, infrastruktur
pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan produktivitas pertanian
tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini terlihat dari hasil analisis uji
linear berganda uji F (Annova) sebesar 36,625 dengan tingkat signifikansi 0.000.
Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara kebijakan pemerintah,
infrastruktur pendukung dan kelembagaan petani terhadap peningkatan
produktivitas petanian tanaman pangan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini
terlihat dari hasil uji linear berganda uji t dengan tingkat signifikansi 0.010 dan
0.000. Besarnya koefisien determinasi atau angka R2 (R-square) adalah sebesar
0,561, yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabilitas independen sebesar 56,10%. Jadi model cukup baik.
Sedangkan sisanya 43,90% dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lain
yang tidak diteliti dan tidak dimasukkan ke dalam model regresi yang juga bisa
meningkatkan produktivitas petanian tanaman pangan.
Kata Kunci : Kebijakan,
Infrastruktur,
Pengembangan Wilayah.

Kelembagaan,

Produktivitas,

ABSTRAK

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) menghasilkan memiliki tajuk daun


yang cukup lebar sehingga tingkat penaungan dan kelembaban tanah cukup tinggi.
Hal ini dapat memicu pertumbuhan gulma pakis di kebun kelapa sawit
manghasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh herbisida
triasulfuron, paraquat, dan kombinasinya pada gulma pakisan di kebun kelapa
sawit menghasilkan; (2) dosis herbisida triasulfuron, paraquat, dan kombinasinya
yang efektif mengendalikan gulma pakisan di kebun kelapa sawit menghasilkan;
(3) perubahan komunitas gulma; dan (4) fitotoksisitas herbisida triasulfuron,
paraquat, dan kombinasinya terhadap tanaman kelapa sawit menghasilkan.
Perlakuan disusun dengan rancangan kelompok teracak sempurna yaitu
triasulfuron 15 g/ha; triasulfuron 30 g/ha; triasulfuron 45 g/ha; triasulfuron 4,875
g/ha + paraquat 414 g/ha; triasulfuron 9,750 g/ha + paraquat 414 g/ha; triasulfuron
14,625 g/ha + paraquat 414 g/ha; paraquat 414 g/ha; paraquat 828 g/ha; paraquat
1242 g/ha; penyiangan mekanis; dan kontrol/tanpa pengendalian gulma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa triasulfuron mengendalikan gulma
pakis pada 12 MSA sedangkan paraquat dan kombinasi triasulfuron + paraquat
mampu mengendalikan pada 8 dan 12 MSA. Kombinasi triasulfuron 14,625 g/ha
+ paraquat 414 g/ha efektif untuk mengendalikan gulma pakis di kebun kelapa
sawit menghasilkan. Triasulfuron menunjukkan perubahan vegetasi gulma pakis
pada pengamatan 8 MSA, kombinasi triasulfuron dengan paraquat menunjukkan
perubahan vegetasi gulma pakis pada 2, 4, dan 8 MSA, sedangkan paraquat
menunjukkan perubahan vegetasi pada pengamatan 2 MSA. Perlakuan herbisida
pada semua taraf dosis tidak menyebabkan terjadinya keracunan pada tanaman
kelapa sawit menghasilkan.

ABSTRAK

Spatifilum merupakan salah satu tanaman hias daun dan bunga yang
banyak digunakan sebagai tanaman hias dalam ruangan maupun sebagai elemen
penghias taman sehingga penampilannya perlu ditingkatkan, khususnya pada
pertumbuhan vegetatif. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman spatifilum adalah pemberian KNO3.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kalium
nitrat (KNO3) terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman spatifilum serta
mengetahui konsentrasi yang memberikan pengaruh terbaik pada tanaman
spatifilum.
Penelitian ini dilaksanakan di rumah naungan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, dari bulan Juni sampai Oktober 2005. Rancangan
perlakuan yang digunakan adalah rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS)
dengan empat ulangan. Faktor perlakuan yang digunakan adalah lima taraf
konsentrasi KNO3 yaitu: K0 (0 ppm), K1 (1500 ppm), K2 (3000 ppm), K3 (4500
ppm), K4 (6000 ppm). Setiap taraf konsentrasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali
dan setiap satuan percobaan terdiri dari dua sampel yang ditanam pada masingmasing pot. Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Barllet dan
kemenambahan data diuji dengan uji tukey. Analisis data dilakukan dengan sidik
ragam, dilanjutkan dengan uji polynomial orthogonal dan perbandingan
orthogonal pada taraf 5% dan 1%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: pemberian kalium nitrat (KNO3)
sebagai perangsang pertumbuhan dan perkembangan tidak berpengaruh pada
pertumbuhan vegetatif tanaman spatifilum yang meliputi tinggi tanaman, jumlah
daun, lebar daun, panjang tangkai daun, jumlah anakan, tingkat kehijauan daun
dan periode pembentukan daun, namun pada variabel panjang daun pemberian
KNO3 dengan konsentrasi 6000 ppm menurunkan panjang daun. Diduga KNO3
pada konsentrasi tinggi menurunkan laju pertumbuhan vegetatif tanaman
spatifilum karena NO3 berlebih.

ABSTRAK

Di Indonesia, kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati


yang cukup penting dalam pola menu makanan penduduk. Perluasan areal panen
merupakan faktor pemberi peluang terbesar dalam upaya peningkatan produksi.
Penanaman kacang tanah sebagai tanaman sela di lahan perkebunan karet
merupakan salah satu upaya dalam efisiensi pemanfaatan lahan antar baris
tanaman keras yang cukup luas.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui akumulasi bahan kering
beberapa varietas kacang tanah pada kondisi naungan yang berbeda; dan (2)
mengetahui korelasi antara bahan kering dan komponen hasil beberapa varietas
kacang tanah pada kondisi naungan yang berbeda. Dan hipotesis yang diajukan
adalah (1) varietas Panther akan menunjukkan akumulasi bahan kering dan hasil
yang lebih besar dibandingkan varietas lainnya; dan (2) terdapat korelasi positif
antara akumulasi bahan kering dengan komponen hasil kacang tanah pada kondisi
naungan yang berbeda.
Perlakuan disusun secara faktorial 2 x 5 dalam rancangan petak terbagi
(RPT) pada rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan tiga kali
ulangan. Petak utama adalah perlakuan naungan dengan 2 taraf, yaitu dengan
naungan 0% atau tanpa naungan (N0) dan naungan 50% (N1). Anak petak adalah
5 (lima) varietas kacang tanah, yaitu varietas Panther (V1), varietas Jerapah (V2),
varietas Gajah (V3), varietas Sima (V4), dan varietas Mahesa (V5). Data diolah
dengan analisis ragam, dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf
1% dan 5%. Data dianalisis dengan menggunakan SAS (N.C. Release 6.12, USA).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa (1) naungan paranet 50% secara
nyata menurunkan akumulasi bahan kering tanaman kacang tanah. Akumulasi
bahan kering tertinggi terjadi pada batang baik pada kondisi naungan 0% dan 50
%, yaitu masing-masing sebesar 64,6% dan 69,6% dari akumulasi bahan kering
total;(2) pada kondisi naungan 0% dan 50% varietas Sima memiliki akumulasi
bahan kering yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya, yaitu masingmasing sebesar 32,65% dan 28,43%; dan (3) pada kondisi naungan 0% peubah
bobot berangkasan total berkorelasi positif dengan bobot kering ginofor (r =
0.89**), sementara itu pada kondisi naungan 50% peubah bobot berangkasan total
berkorelasi positif dengan jumlah ginofor (r = 0,71**) dan jumlah biji (r =
0,71**).

ABSTRAK

Salah satu strategi yang sesuai untuk meningkatkan ketersediaan P pada


tanah bereaksi asam dengan fiksasi P tinggi seperti tanah Podsolik Merah Kuning
(PMK) adalah dengan pemberian pupuk hayati penyedia fosfat yang dikenal
dengan biofosfat. Pupuk hayati biofosfat merupakan suatu inokulum mikroba
yang berkemampuan meningkatkan kelarutan hara dalam tanah dan dikemas
dalam suatu formula khusus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh pemberian
biofosfat pada pertumbuhan dan produksi empat varietas padi yang diuji; (2)
menentukan dosis biofosfat yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi empat varietas padi yang diuji; (3) mengetahui pengaruhi varietas padi
yang diuji pada pertumbuhan dan produksi; dan (4) mengetahui persitindakan
antara pemberian biofosfat dan empat varietas padi yang diuji.
Dalam penelitian ini perlakuan disusun dalam rancangan perlakuan
faktorial (34) dengan 5 kali ulangan. Faktor pertama adalah dosis biofosfat: 0 g/l
(A0), 10 g/l (A1), dan 20 g/l (A2). Faktor kedua adalah empat varietas padi:
Ciherang (CH), Sintanur (SN), Cilosari (CS), dan IR64. Setiap satuan percobaan
diterapkan pada petak percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Teracak
Sempurna. Data yang diperoleh diolah dengan uji Bartlett untuk menguji
keragaman antarperlakuan dan uji Tukey untuk melihat sifat kemenambahan data.
Jika data terbukti homogen selanjutnya dianalisis ragam. Pemisahan nilai tengah
dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur pada taraf 0,05 dan 0,01.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian biofosfat dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil 4 varietas padi yang diuji. Dosis biofosfat
20 g/l menghasilkan pertumbuhan dan hasil empat varietas padi yang terbaik.
Varietas Sintanur menghasilkan bobot kering berangkasan terbaik pada pemberian
biofosfat dosis 10 g/l. Varietas Cilosari memberikan bobot kering berangkasan
terbaik pada pemberian biofosfat dengan dosis 0 g/l dan 20 g/l.

ABSTRAK

Rendahnya produksi jagung nasional antara lain disebabkan oleh belum


meluasnya varietas unggul, rendahnya permodalan petani, pemakaian pupuk yang
belum sesuai dosis anjuran dan alih fungsi lahan. Faktor lingkungan sangat
mempengaruhi peningkatan hasil panen jagung, salah satu memanipulasi
lingkungan yaitu dengan pemotongan bunga jantan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan pemotongan bunga
jantan terhadap pertumbuhan dan hasil jagung Varietas Pioneer 20 pada sistem
perbandingan pemotongan bunga jantan. Dengan menggunakan rancangan
kelompok teracak sempurna dengan tiga ulangan, perlakuan adalah tanpa
pemotongan bunga jantan (E0), pemotongan bunga jantan 2:1 (E1) yaitu dua baris
tanaman yang dipotong bunga jantannya dan satu baris tidak; pemotongan bunga
jantan 3:1 (E2) yaitu tiga baris tanaman yang dipotong bunga jantannya dan satu
baris tidak; pemotongan bunga jantan 4:1 (E3) yaitu empat baris tanaman yang
dipotong bunga jantannya dan satu baris tidak; pemotongan bunga jantan 2:2 (E4)
yaitu dua baris tanaman yang dipotong bunga jantannya dua baris tidak;
pemotongan bunga jantan 3:2 (E5) yaitu tiga baris tanaman yang dipotong bunga
jantannya dan dua baris tidak; pemotongan bunga jantan 4:2 (E6) yaitu empat
baris tanaman yang dipotong bunga jantannya dan dua baris tidak. Dengan
demikian satuan percobaan berupa 21 kombinasi perlakua. Kehomogenan ragam
antarperlakuan diuji Bartlett. Bila memenuhi asumsi kehomogenan, dan dianalisi
ragam. Nilai tengah perlakuan yang berbeda nyata diuji BNT 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemotongan bunga jantan tidak
meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung varietas Pioneer 20.

You might also like