Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Labioschisis atau biasa disebut bibir sumbing adalah cacat bawaan yang
menjadi masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status
sosial ekonomi yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah
dibiarkan sampai dewasa.1 Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir
sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama
juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk
daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.1,2
Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui. Hidayat dan kawan kawan
di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987
melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi,
anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.3 Etiologi bibir sumbing dan celah
langit-langit adalah multifaktor. Selain faktor genetik juga terdapat faktor non genetik
atau lingkungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing
dan celah langit-langit adalah usia ibu waktu melahirkan, perkawinan antara penderita
bibir sumbing, defisiensi Zn waktu hamil dan defisiensi vitamin B6.1,3,4
Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan mengganggu
pada waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal rahang serta
perkembangan bicara. Penatalaksanaan labioschisis adalah operasi. Bibir sumbing
dapat ditutup pada semua usia, namun waktu yang paling baik adalah bila bayi
berumur 10 minggu, berat badan mencapai 10 pon, Hb > 10g%. Dengan demikian
umur yang paling baik untuk operasi sekitar 3 bulan. 1,5 Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan diketahui bahwa alasan terbanyak anak
penderita labioschisis terlambat (berumur antara 5- 15 tahun) untuk dioperasi adalah
keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang masih
kurang.1.5
BAB II
STATUS PASIEN
II.1. Identitas Pasien
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama
Umur/ Tanggal lahir
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Status perkawinan
Tanggal masuk RS
No. Rekam Medis
: An. H.I.B
: 9 bulan / 16 Maret 2016
: Laki-laki
: Perumpung Sawah, Jatinegara
:: Islam
: Belum menikah
: 29 November 2016
: 832040
II.2. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 29 November 2016
1. Keluhan Utama
Bibir sumbing sejak lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir.
Sembilan bulan yang lalu (SMRS) pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang
berumur 31 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir pasien
sedikit mengganggu asupan ASI yang diberikan. Makan dan minum menjadi
sedikit terhambat. Keluhan demam (-), batuk (-) sesak napas (-), susah makan
(-). BAB (+), konsistensi kenyal, warna kekuningan, darah(-), 3-4 kali per
hari. BAK (+), konsistensi cair, berwarna jernih kekuningan, 5-6 kali per hari.
Pasien diberikan ASI eksklusif. Mulai usia 7 bulan pasien sudah diberi makan
3
bubur susu dan susu formula hingga sekarang. Ibu pasien tidak pernah
memberikan variasi makanan utama lain selain bubur susu, sesekali ibu
pasien memberikan buah kepada pasien seperti pisang dan pepaya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat alergi
: tidak ada
b. Riwayat asthma
: tidak ada
c. Riwayat kejang demam : tidak ada
d. Riwayat diabetes mellitus: tidak ada
e. Riwayat hipertensi
: tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat bibir sumbing di keluarga
: nenek dan anak dari bibi pihak
ibu pasien
Riwayat penyakit Hipertensi
: disangkal
Riwayat penyakit Diabetes Mellitus
: disangkal
Riwayat stroke
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
5. Riwayat ANC:
a. Ibu pasien mengaku pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara dan
b.
c.
d.
e.
puskesmas. Namun ibu pasien mengaku jarang mengkonsumsi vitaminvitamin tersebut dengan alasan mual. Kebiasaan ini tetap dilakukan ibu
pasien sampai pasien lahir.
e. Pola makan ibu pasien selama kehamilan: makan 2-3x/hari, 1x makan
kadang tidak habis 1 piring nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien
kadang-kadang mengkonsumsi buah-buahan.
a. Kepala
b. Mata
isokor
diameter 2 mm/2mm, refleks pupil (+/+)
c. THT :
Telinga
Hidung
: bentuk telinga kanan/kiri normal, infeksi telinga -/: deviasi (+) sedikit kearah kanan, deformitas os nasal
(-), sadle nose (-).
Mulut
: labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm
kearah nares nasi sinistra, celah palatum durum (+).
Leher : massa (-), tidak terdapat pembesaran KGB
5. Thoraks Kardiovaskuler
a. Inspeksi : tampak pergerakan dinding thoraks simetris, retraksi (-), iktus
kordis tidak tampak.
b. Palpasi : Teraba pergerakan dinding thorak simetris,
c. Perkusi :
Paru
: sonor pada daerah dinding thorak sinistra dan dekstra
Jantung
: redup dengan batas kanan atas ICS II parasternalis
dekstra, batas kiri atas pada ICS II parasternalis
sinistra, batas kiri bawah pada ICS V midclavicular
line.
d. Auskultasi :
Jantung
gallop
Paru
-/-.
: Suara napas terdengar vesikuler +/+, rhonki -/-,
wheezing -/-.
6. Abdomen
a. Inspeksi
a. Inspeksi
b. Palpasi
: Edema -/-, deformitas -/: nyeri tekan (-) motorik dan sensibilitas baik,
pembesaran KGB -/c. Ekstrimitas bawah
Inspeksi
: Edema -/-, deformitas -/ Palpasi
: nyeri tekan (-) motorik baik
Status lokalis :
Deviasi ke arah
dextra
Celah di labium
superior sinistra 2
cm. terdapat belahan
pada gusi dan hard
palatum
II.11. Resume
Pasien datang dengan keluhan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir.
Sembilan bulan yang lalu (SMRS) pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang
berumur 31 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir pasien
sedikit mengganggu asupan ASI yang diberikan. Makan dan minum menjadi
sedikit terhambat. Keluhan demam (-), batuk (-) sesak napas (-), susah makan
(-). BAB (+), konsistensi kenyal, warna kekuningan, darah(-), 3-4 kali per hari.
BAK (+), konsistensi cair, berwarna jernih kekuningan, 5-6 kali per hari.
Pasien diberikan ASI eksklusif. Mulai usia 7 bulan pasien sudah diberi makan
bubur susu dan susu formula hingga sekarang. Ibu pasien tidak pernah
memberikan variasi makanan utama lain selain bubur susu, sesekali ibu pasien
memberikan buah kepada pasien seperti pisang dan pepaya.
Riwayat penyakit dahulu tidak terdapat riwayat penyakit sistemik maupun
alergi. Riwayat penyakit keluarga didapatkan bahwa nenek dan bibi pasien dari
pihak ibu memiliki riwayat bibir sumbing.
Riwayat ANC : ibu pasien mengaku pasien adalah anak kedua dari dua
bersaudara dan sebelumnya tidak pernah keguguran. Selama masa kehamilan
ibu pasien mengaku riwayat konsumsi minuman beralkohol (-), merokok (-),
narkotika (-), konsumsi obat dalam jangka waktu lama (-), jamu-jamuan (-),
rontgen (-). Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa
kehamilan (-), riwayat pemakaian KB hormonal (-). Kontrol kehamilan
dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama kontrol kehamilannya ibu
pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan dan
biasa
dirangsang dengan obat (induksi oxytosin). Pasien lahir dengan berat 2,9 kilo
gram, lebih bulan dengan kelainan bawaan bibir sumbing (+), kelainan lain (-),
langsung menangis, tidak sianosis, tidak kejang. Riwayat persalinan
sebelumnya adalah persalinan normal tanpa penyulit, persalinan ditolong oleh
bidan. Anak pertama pasien lahir dalam keadaan normal (tanpa ada kecacatan
organ tubuh).
Riwayat tumbuh kembang pasien : tengkurap umur 3 bulan, duduk usia 6
bulan, dan usia 9 bulan ini pasien sudah dapat berdiri.
Riwayat Sosial keluarga pasien : ibu pasien berumur 31 tahun dan ayah
pasien berumur 35 tahun. Pekerjan ibu pasien adalah ibu rumah tangga dan
ayah pasien adalah karyawan swasta.
Riwayat pengobatan : pada saat pasien dilahirkan orang tua pasien
dianjurkan oleh dokter untuk mengoperasi bibir sumbing pasien setelah pasien
berumur lebih dari 3 bulan. Namun, karena kendala biaya untuk operasi, maka
orangtua pasien baru bisa melaksanakannya pada saat kegiatan bakti social di
di RSPAD Gatot Soebroto tanggal 29 November 2016.
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum
: Baik
b. Kesadaran
: Compos mentis
c. Tanda vital :
- Nadi
: 120 x/menit
- Pernafasan
: 24 x/menit
- Suhu axilla : 37 C
- Berat badan : 6,3 kg
- Tinggi badan : 65 cm
- Z Score BB/TB
: - 2 SD
Status gizi normal (rentang normal <-2 SD sampai +2 SD)
d. Status Lokalis :
Pada regio labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah
nares nasi sinistra, celah palatum durum (+).
II.12. Prognosis
Dubia ad bonam
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Labiogenatopalatoschisis
III.1.1. Definisi
Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi
dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung.
Kelainan ini terjadi akibat tonjolan nasal media gagal menyatu dengan
tonjolan maksila (keduanya merupakan pembentuk bibir atas, baik pada satu
12
sisi disebut labioschisis unilateral, maupun celah pada kedua sisi yang
disebut juga labioschisis bilateral. Keduanya menyebabkan otot bibir
(Orbicularis oris) tidak dalam satu kesatuan otot sehingga menimbulkan
gangguan fungsional dan estetik.4,5
Palatoschisis adalah suatu kondisi dimana adanya celah pada palatum.
Kelainan ini terjadi akibat tonjolan palatial gagal menyatu. Secara normal,
palatum dapat dibagi menjadi hard palate dan soft palate. Hard palate
bagian anterior (alveolar) menjadi tempat tumbuhnya gigi, sedangkan bagian
posterior menjadi dasar kavum nasi. Soft palate berguna dalam bicara normal
dan juga berkaitan dengan fungsi tuba eustachius. Gnatoschisis adalah suatu
kondisi dimana adanya celah pada gusi.4,5
Labiognatopalatoschisis merupakan gabungan dari kelainan labioskisis
dan palatoskisis yaitu kelainan bawaan berupa celah pada bibir, gusi dan
palatum. Kelainan ini terjadi karena adanya gangguan pada trimester pertama
kehamilan.4,5
13
Labiognatopalatoschisis, D. Palatoschisis.6
III.1.2. Etiologi
Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti.
Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat
dari kombinasi faktor genetik dan factor-faktor lingkungan. Di Amerika
Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa 40% orang
yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan mengalami labioschisis.
Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila
keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat
labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan
vitamin (terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau
menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan
labioschisis.6
Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara
lain:7
-
14
III.1.3. Klasifikasi
Labioschisis/labipalatoschisis/labiognatopalatoschisis/palatoschisis
diklasifikasikan berdasarkan lengkap/ tidaknya celah yang terbentuk :6,7
-
Komplit
Inkomplit
Unilateral
Bilateral
15
Gambar III.3. Aspek frontal dari wajah. A) Embrio 5 minggu; B) Embrio 6 minggu.
Tonjol nasal sedikit demi sedikit terpisah dari tonjol maksila dengan
alur yang dalam; C) Embrio 7 bulan; D) Embrio 10 bulan. Tonjol
maksila berangsur-angsur bergabung dengan lipatan nasal dan alur
terisi dengan mesenkim
16
17
reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal,
dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu.
Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu
proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga
daapt membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan
celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi
dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus.
Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan
kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan
masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
2. Masalah Dental
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah
tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi
dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk.
3. Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita
infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otototot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius. Selain
itu, bisa mengakibatka gangguan pendengaran.
4. Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki
abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole.
Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat
bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi
(hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi
palatum, kemampuan otototot tersebut diatas untuk menutup ruang/
rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya
normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/
kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch", dan terapi bicara (speech therapy)
biasanya sangat membantu.
III.1.6. Penatalaksanaan
18
Idealnya,
anak
dengan
labioschisis
ditatalaksana
oleh
team
sampai ke dekat merah bibir. Setelah itu otot dijahit lapis demi lapis.
Jahitan kulit dimulai dari titik yang perlu ditemukan yaitu ujung busur
Cupido. Diteruskan ke atas dan ke mukosa bibir. Jaringan kulit atau
mukosa yang berlebihan dapat dibuang. Sebaiknya luka operasi ditutup
dengan tule yang mengandung bahan pencegah perlenngketan dan kasa
lembab selama 1 hari, untuk menyerap rembesan darah/serum yang masih
akan keluar. 1 hari sesudahnya baru luka dirawat terbuka dengan
pemberian salep antibiotik.
terpisah.
Wound infection merupakan komplikasi yang cukup jarang terjadi
karena wajah memiliki pasokan darah yang cukup besar. Hal ini dapat
terjadi akibat kontaminasi pascaoperasi, trauma yang tak disengaja
dari anak yang aktif dimana sensasi pada bibirnya dapat berkurang
pascaoperasi, dan inflamasi lokal yang dapat terjadi akibat simpul
yang terbenam.
Malposisi Premaksilar seperti kemiringan atau retrusion, yang dapat
orbikularis.
Abnormalitas atau asimetri tebal bibir Hal ini dapat dihindari dengan
pengukuran intraoperatif yang tepat dari jarak anatomis yang penting
lengkung
Follow up
Setelah operasi labioplasti, pasien harus dievaluasi secara periodik
terutama status kebersihan mulut dan gigi, pendengaran dan kemampuan
berbicara, dan juga keadaan psikososial.
merupakan kelainan
23
Prenatal
lahir-1 bulan
1-4 bulan
5-15 bulan
16-24 bulan
2.5 tahun
6-11 tahun
12.21
tahun
24
Intervensi
Konseling genetik
Menilai sekolah / penyesuaian psikososial
BAB IV
PEMBAHASAN
S:
Pada anamnesis didaptkan :
25
1. Pasien datang dengan keluhan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir.
Sembilan bulan yang lalu (SMRS) pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang
berumur 31 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir pasien
sedikit mengganggu asupan ASI yang diberikan. Makan dan minum menjadi
sedikit terhambat. Keluhan demam (-), batuk (-) sesak napas (-), susah makan (-).
BAB (+), konsistensi kenyal, warna kekuningan, darah(-), 3-4 kali per hari. BAK
(+), konsistensi cair, berwarna jernih kekuningan, 5-6 kali per hari. Pasien
diberikan ASI eksklusif. Mulai usia 7 bulan pasien sudah diberi makan bubur susu
dan susu formula hingga sekarang. Ibu pasien tidak pernah memberikan variasi
makanan utama lain selain bubur susu, sesekali ibu pasien memberikan buah
kepada pasien seperti pisang dan pepaya.
Keluhan yang dialami pasien merupakan kelainan bawaan sejak lahir, namun
kelainan tersebut tidak terlalu mengganggu kebiasaan makan dan minum serta
kesehatan pasien. Pasien masih dapat makan dan minum walaupun sedikit sulit.
2. Riwayat penyakit dahulu tidak terdapat riwayat penyakit sistemik maupun alergi.
Riwayat penyakit keluarga didapatkan bahwa nenek dan bibi pasien dari pihak ibu
memiliki riwayat bibir sumbing.
Pada riwayat penyakit keluarga didapatkan bahwa terdapat riwayat genetik dari
keluarga pihak ibu yang mengalami bibir sumbing yaitu nenek dan bibi pasien.
3. Riwayat ANC : ibu pasien mengaku pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara
dan sebelumnya tidak pernah keguguran. Selama masa kehamilan ibu pasien
mengaku riwayat konsumsi minuman beralkohol (-), merokok (-), narkotika (-),
konsumsi obat dalam jangka waktu lama (-), jamu-jamuan (-), rontgen (-).
Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-),
riwayat pemakaian KB hormonal (-). Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien
rutin di puskesmas. Selama kontrol kehamilannya ibu pasien mengaku tidak
pernah ditemukan adanya kelainan dan
26
terjadi trisomy 13 atau sindroma patau, trisomy 18, atau trisomy 21.
Faktor lingkungan : stress, zat kimia, radiasi, alcohol
Penyebab lain :
Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa
embrional dalam hal kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto
Dari riwayat kehamilan didapatkan bahwa selama kehamilan, ibu pasien jarang
mengkonsumsi vitamin dan suplemen yang rutin diberikan dari puskesmas
maupun rumah sakit selama ANC, hal ini bisa menjadi salah satu penyebab
terjadinya kelainan bibir sumbing pada pasien selain adanya faktor genetik.
4. Riwayat persalinan : ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan ditolong
oleh dokter di Rumah Sakit. Pasien lahir per vaginam dengan dirangsang dengan
obat (induksi oxytosin). Pasien lahir dengan berat 2,9 kilo gram, lebih bulan
dengan kelainan bawaan bibir sumbing (+), kelainan lain (-), langsung menangis,
tidak sianosis, tidak kejang. Riwayat persalinan sebelumnya adalah persalinan
normal tanpa penyulit, persalinan ditolong oleh bidan. Anak pertama pasien lahir
dalam keadaan normal (tanpa ada kecacatan organ tubuh).
Menandakan bahwa tidak adanya faktor penyulit dalam persalinan pasien
maupun pada anak sebelumnya.
5. Riwayat tumbuh kembang pasien : tengkurap umur 3 bulan, duduk usia 6 bulan,
dan usia 9 bulan ini pasien sudah dapat berdiri dan mengoceh.
Menandakan bahwa tidak ada gangguan dalam tumbuh kembang pasien.
27
6. Riwayat Sosial keluarga pasien : ibu pasien berumur 31 tahun dan ayah pasien
berumur 35 tahun. Pekerjan ibu pasien adalah ibu rumah tangga dan ayah pasien
adalah karyawan swasta. Riwayat pengobatan : pada saat pasien dilahirkan orang
tua pasien dianjurkan oleh dokter untuk mengoperasi bibir sumbing pasien setelah
pasien berumur lebih dari 3 bulan. Namun, karena kendala biaya untuk operasi,
maka orangtua pasien baru bisa melaksanakannya pada saat kegiatan bakti social
di di RSPAD Gatot Soebroto tanggal 29 November 2016.
Menandakan bahwa adanya kendala biaya dari keluarga pasien sehingga pasien
baru dapat di operasi pada usia 9 bulan.
O:
Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Tanda vital :
- Nadi
: 120 x/menit
- Pernafasan : 24 x/menit
- Suhu axilla : 37 C
- Berat badan : 6,3 kg
- Tinggi badan : 65 cm
- Z Score BB/TB
: - 2 SD
Status gizi normal (rentang normal <-2 SD sampai +2 SD)
4. Status Lokalis :
Pada regio labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nares
nasi sinistra, celah palatum durum (+).
A : Labiogenatopalatoschisis sinistra unilateral
P : Pro labioplasty
Patokan yang biasa dipakai untuk melakukan operasi pada anak adalah rule of
ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr
% dan usia lebih dari 10 minggu. Sesuai dengan kondisi pasien yang pada saat ini
memiliki berat badan 4 kg, dan berusia lebih dari 10 minggu.
Terdapat beberapa metode labioplasty diantaranya : teknik Rose-Thompson,
teknik flap quadrangularis, teknik flap triangularis, teknik Millard dan takenik
28
modifikasi Mohler. Namun yang paling umum digunakan adalah teknik Millard yang
caranya didasari oleh gerakan memutar dan memajukan (rotation and advancement).
Operasi pada labiogenatopalatoschisis dilakukan dalam 3 tahap. Untuk langitlangit (palatoplasty) optimal pada usia 18 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia
2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2
tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi
suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan
suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi
yang
salah.
Bila
gusi
juga
terbelah
(gnatoschizis)
kelainannya
menjadi
DAFTAR PUSTAKA
1. Bustami N, Joni R, Zahari A. Bibir Sumbing di Kabupaten 50 Kota dan Solok,
Sumatra Barat. Padang : Ilmu Bedah FK Universitas Andalas/ RSUP Dr M
Jamil.1997.
2. Converse JM, hogan VM, McCarthy JG. Cleft Lip And Palate, Introduction.
Dalam: Reconstructive Plastic Surgery, ed. 11, vol. 4. Philadelphia: WB
Saunders.
3. Hidayat dkk. Defisiensi Seng (Zn) Maternal Dan Tingginya Prevalensi Sumbing
Bibir/Langit-Langit Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
(Laporan
Pendahuluan).
Disitasi
dari
http://www.kalbe.co.id
4. Webmaster.
Bibir
sumbing.
Disitasi
dari
http://www.klikdokter.com/
30