You are on page 1of 15

Jangan Pernah Tinggalkan Sholat

KHUTBAH JUMAT PERTAMA










} { :

:




Maasyiral muslimin rahimakumullah






Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyu. (QS. Al-Baqarah: 238).
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Taala atas segala karunia, hidayah dan
berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua.
Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam, beserta keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian.
Selanjutnya marilah kita meningkatkan takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan sebenarbenar takwa, yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kaum muslimin azzakumullah
Di zaman yang semakin dekat dengan hari akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena memprihatinkan
yang menimpa kaum muslimin, yaitu sebuah realita banyaknya orang yang mengaku beragama Islam
namun tidak memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku keseharian mereka
sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.
Di antaranya adalah banyaknya kaum muslimin di masa sekarang yang mulai meremehkan dan
menyia-nyiakan salat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani meninggalkannya dengan sengaja
dan terang-terangan. Padahal dalam Agama Islam, salat memiliki kedudukan yang tidak bisa ditandingi
oleh ibadah lainnya. Keistimewaan tersebut tergambar dengan peristiwa isra dan miraj dimana
Rasullah shalallahu alaihi wa sallam menerima wahyu perintah salat. Setelah beliau sampai di
Sidratul Muntaha, Allah Subhanahu wa Taala berbicara langsung kepada Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam. Yang demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung kedudukan ibadah salat dalam
Islam, karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya. Dalam
suatu hadis sahih Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,




Pokok agama adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad di
jalan Allah. (HR. At-Tirmidzi no. 26160).
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Salat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana Firman Allah
Subhanahu wa Taala,






Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan
menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dan sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam,







.

Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian mendirikan salat
dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka mereka menjaaga darah dan harta
mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah. (HR. alBukhari dan Muslim)
Salat juga merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti tersebut dalam
hadis dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,



.
Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat adalah salat.
Apabila salatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila salatnya jelek, maka ia
telah celaka dan rugi. (HR. At-Tirmidzi, no. 413)
Di samping itu, salat adalah wasiat terakhir Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kepada umatnya,
sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya ia berkata,


.


Wasiat terakhir Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah Kerjakanlah salat, Kerjakanlah
salat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki. (HR. Ahmad, no.
25944)
Hadirin yang Dirahmati Allah
Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah salat dalam agama Islam yang kita anut. Alquran dan
Sunah yang sahih memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan salat. Dalam surat AlMudatstsir ayat 42-43 Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

.
Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)? Mereka menjawab, Kami dahulu (di
dunia) tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat.
Adapun di dalam Sunah disebutkan bahwa orang yang meninggalkan salat diancam akan dikumpulkan
bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau shalallahu alaihi wa sallam bersabda,




.
Barangsiapa yang menjaganya (salat fardhu) maka pada Hari Kiamat dia akan memperoleh cahaya,
bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya,
maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan, serta pada
Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. (HR.

Ahmad, no. 6540, Ad-Darimi, no. 2721, Sahih Ibnu Hibban, no. 1476. Syuaib al-Arnauth
mengatakan Isnadnya sahih. Didhaifkan oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami no. 2851).
Jamaah Jumat hafizhakumullah
Lantas, apa hukum orang yang meninggalkan salat?
Seluruh ulama umat Islam sepakat bahwa orang yang meninggalkan salat karena mengingkari
kewajibannya adalah kafir. Namun kemudian mereka berbeda pendapat tentang orang yang
meninggalkan salat tanpa mengingkari kewajibannya. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ia
telah kafir dan keluar dari Islam. Sementara yang lain menyatakan bahwa hukumnya masih berada di
bawah kesyirikan dan kekafiran.
Para ulama juga berbeda pendapat tentang hukuman yang layak bagi orang yang meninggalkan salat.
Sebagian mereka berpendapat bahwa hukumannya adalah didera dan dipenjara, sedangkan yang lain
mengatakan bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum had baginya, bukan karena murtad.
Akan tetapi jamaah sekalian, terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang hukum dan hukuman
bagi orang yang meninggalkan salat dengan sengaja, hendaknya seorang muslim merasa takut apabila
keislamannya diperdebatkan oleh para ulama dengan sebab meninggalkan salat. Meski seharusnya
sudah cukup bagi kita untuk merasa takut jikalau meninggalkan salat dikarenakan ancaman yang begitu
keras dari Allah Subhanahu wa Taala maupun dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Sehingga
Ibnu Qayyim berkata, Orang yang meninggakan salat telah berbuat dosa besar daripada berzina,
mencuri, dan minum khamar. Orang yang meninggalkan salat akan mendapatkan hukuman dan
kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat. (Kitab Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, Hal. 9).
Salat adalah kebutuhan batin seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan lahirnya.
Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan tidak berdaya. Makan adalah
hajat manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan jasmani terhadap makanan harus
dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani juga harus dipenuhi. Kebutuhan hati kita harus dipenuhi
dengan banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Taala, dan di antaranya adalah dengna
mengerjakan salat.
Hadirin rahimakumullah
Perhatikanlah orang-orang yang tidak salat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun secara
lahiriyah hidupnya kaya raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun mereka sama sekali tidak
mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda dengan orang yang salat, ia merasa tenang
dan bahagia. Melaksanakan salat dapat menenangkan hati, karena di dalam salat mengandung
dzikrullah (mengingat Allah) dan itu mebawa kepada ketenangan batin, sebagaimana Firman Allah
Subhanahu wa Taala,





Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. (QS. Ar-Rad: 28)
Jiwa orang yang melakukan salat akan mengalami ketenangan dan akan mendapatkan thumaninah
dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan salat. Hidupnya mengalami was-was, tidak tentang,
ketakutan, dan selalu diganggu oleh setan.
Tunaikanlah salat karena ajal begitu dekat. Laksanakanlah perintah-Nya selagi amal masih dicatat.
Segeralah bertaubat sebelum pintu-Nya tertutup rapat. Jadilah hamba yang taat demi meraih surga-Nya
yang penuh dengan nikmat.

KHUTBAH JUMAT KEDUA















Maasyiral muslimin aazzanallah waiyyakum
Jika meninggalkan salat memang perkara yang boleh disepelekan atau ditolerir, niscaya orang yang
sedang sakit tidak akan diperintahkan untuk mengerjakannya. Logika manakah yang membenarkan
diperbolehkannya meninggalkan salat bagi orang yang sehat, sementara orang yang sakit saja
diwajibkan untuk mengerjakannya? Ini menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan salat cenderung
menuruti hawa nafsunya, mengikuti keinginan syahwat, serta mengabaikan jalan yang lurus dan sesuai
dengan logika akal manusia.
Bagaimana pun keadaan yang kita alami, maka salat wajib kita lakukan. Baik ketika sehat ataupun
sedang sakit, dalam keadaan safar maupun bermukim. Salat wajib yang lima waktu harus tetap
dikerjakan, bagaimana pun kondisi kita
Oleh sebab itu hadirin sekalian, dalam khutbah yang singkat ini khatib ingin menasihati khatib pribadi
dan jamaah sekalian janganlah sekali-kali kita meremehkan salat apalagi meninggalkannya. Jadilah kita
termasuk hamba-hamba Alah yang selalu menjaga salat, karena kita tidak tahu berapa umur kita yang
tersisa. Berapa pun panjangnya usia kita, namun kita meyakini bahwa kita pasti akan meninggalkan
dunia yang fana ini. Dan setiap orang yang mengadakan perjalanan pasti membutuhkan bekal.
Sementara perjalanan yang satu ini adalah perjalanan yang sangat panjang dan tidak akan kembali lagi.
Barangsiapa yang dalam perjalanan tersebut tidak memiliki bekal, maka ia berarti telah menderita
kerugian yang tak akan tergantikan dan tidak ada bandingannya. Bagaimana seseorang selalu lalai,
sementara usianya berlalu bagaikan awan yang berarak di angkasa. Tiba-tiba saat ia dipanggil untuk
memenuhi janji yang tidak dapat ditunda-tunda (kematian), maka ia pun kemudian mencari bekal,
hanya saja yang ia dapati cuma tanah yang menghimpitnya, sementara ia tidak mendapatkan orang
yang dapat menyelematkannya atau menolongya, waliyadzu billah.
Mudah-mudahan Allah memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan salat yang lima waktu dan
melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan hari-hari kita penuh
dengan amal saleh yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan di
akhirat. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan hidayah pada segala urusan kita dan
memberikan petunjuk kepada kita semua dalam menapaki jalan-Nya yang lurus, jalan orang-orang
yang Allah berikan nikmat kepada mereka, jalan para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada,
serta orang-orang yang saleh, bukan, jalan orang-orang tersesat.

.



.


.
.
.



. .

Puncak Keadilan Allah


USTAD. ABU NAUFAH

Khutbah Pertama:

.





:

.

Kaum muslimin rahimakumullah,


Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Barangsiapa yang mengikuti petunjuk (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (kebaikan)
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya
sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan
mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al-Isra`/17: 15).
Ibadallah,
Sesungguhnya ayat ini menjelaskan keadilan Allah Azza wa Jalla dan hikmah-Nya yang sempurna.
Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah menjelaskan hal ini dengan perkataannya:
Allah Yang Maha Suci menetapkan empat hukum bagi musuh-musuh-Nya, yang merupakan puncak
keadilan dan hikmah, (yaitu): (1) bahwa hidayah yang didapat seorang hamba yang berupa iman dan
amal shalih, (kebaikannya) adalah untuk dirinya, bukan untuk orang lain, (2) bahwa kesesatannya,
dengan ketiadaan hidayah, (kerugiannya) adalah atas dirinya sendiri, bukan atas orang lain, (3) bahwa
seseorang tidak akan disiksa dengan sebab dosa orang lain, (4) bahwa Allah Azza wa Jalla tidak akan
menyiksa kecuali setelah tegaknya hujjah seseorang dengan (diutus) para rasul-Nya.
Maka perhatikanlah kandungan empat hukum ini, yang berupa hikmah Allah Azza wa Jalla , keadilanNya dan keutamaan-Nya, dan bantahan terhadap orang-orang yang terpedaya dan memiliki harapanharapan yang dusta; juga bantahan terhadap orang-orang yang bodoh terhadap Allah, nama-nama-Nya
dan sifat-sifat-Nya.
Ibadallah,
Ayat ini memuat empat kalimat yang agung:
Firman Allah Azza wa Jalla :


(Barangsiapa yang mengikuti petunjuk (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (kebaikan)
dirinya sendiri).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Allah memberitakan bahwa barangsiapa berbuat sesuai
dengan petunjuk (Allah), mengikuti al-haq dan meniti jejak kenabian, maka sesungguhnya ia akan
mendapatkan akibat yang terpuji bagi dirinya sendiri.
Firman Allah Azza wa Jalla :




(Dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Barangsiapa sesat, yaitu sesat dari al-haq dan menyimpang
dari jalan lurus, maka sesungguhnya dia berbuat kejahatan bagi dirinya sendiri, dan keburukan kembali
kepadanya.
Firman Allah Azza wa Jalla :


(Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang
lain, dan orang yang berbuat kejahatan tidak berbuat kejahatan kecuali bagi dirinya sendiri,
sebagaimana firman Allah:


Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah
akan dipikulkan untuknya sedikitpun. (Fathir/35: 18).
Dan hal ini tidak bertentangan dengan firman Allah:


Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban- beban (dosa yang lain) di
samping beban-beban mereka sendiri. (al-Ankabut/29: 13).
Dan firman-Nya:



dan mereka memikul dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun. (anNahl/16: 25).
Karena orang-orang yang mengajak menuju kesesatan akan menanggung dosa kesesatan mereka pada
diri mereka sendiri dan dosa lain dengan sebab mereka menyesatkan orang-orang lain, tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun, dan tanpa menanggung dosa mereka sedikitpun. Ini termasuk
keadilan dan rahmat Allah Azza wa Jallaepada hamba-hamba-Nya.
Firman Allah Azza wa Jalla :


(Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:


Ini pemberitaan tentang keadilan Allah Azza wa Jalla, dan Dia sungguh tidak akan mengadzab
seorangpun kecuali setelah tegaknya hujjah kepada orang itu dengan diutusnya Rasul kepadanya.
Seperti firman Allah:









Setiap kali sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalam neraka, penjaga-penjaga (neraka itu)
bertanya kepada mereka: Apakah belum pernah datang kepada kamu ( di dunia) seorang
pemberiperingatan? Mereka menjawab: Benar ada. Sesungguhnya telah datang kepada kami seorang
pemberi peringatan, tetapi kami mendustakan ( nya) dan kami katakan: Allah tidak menurunkan
sesuatupun,; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar. (al-Mulk/67: 8-9).
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:


Dan mereka (orang-orang kafir) berteriak di dalam neraka itu: Ya Rabb kami, keluarkanlah kami,
niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih, berlainan dengan yang telah kami kerjakan. Dan
apakah Kami (Allah) tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang
yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah
(adzab Kami) dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zhalim. (Fathir/35: 37).
Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah Azza wa Jalla tidak akan memasukkan seorang
pun ke dalam neraka kecuali setelah diutusnya Rasul kepadanya.
Oleh karena itu, pada hari kiamat ada beberapa orang yang mengadu kepada Allah bahwa mereka tidak
berhak disiksa karena hujjah tidak sampai kepada mereka, dan Allah menerima alasan mereka itu. Hal
ini disebutkan di dalam hadits sebagai berikut:



Dari Aswad bin Sari, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Pada hari Kiamat ada empat
orang yang akan mengadu kepada Allah: yaitu seorang yang tuli, tidak mendengar sesuatupun; seorang
yang pandir; seorang yang pikun; dan seorang yang mati pada zaman fatroh; (1) Adapun orang yang
tuli akan berkata: Wahai Rabb, agama Islam telah datang, namun aku tidak mendengar sesuatupun.
(2) Orang yang pandir akan berkata: Wahai Rabb, agama Islam telah datang, sedangkan anak-anak
kecil melempariku dengan kotoran binatang. (3) Orang yang pikun akan berkata: Wahai Rabb, agama
Islam telah datang, sedangkan aku tidak berakal sedikitpun. (4) Dan orang yang mati pada zaman
fatrah akan berkata: Wahai Rabb, tidak datang kepadaku seorang Rasulpun, maka Allah mengambil
perjanjian mereka bahwa mereka benar-benar akan mentaati-Nya. Kemudian Allah mengutus utusan
kepada mereka yang memerintahkan: Masuklah kamu ke dalam neraka! Nabi n bersabda: Demi
(Allah) Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya mereka memasukinya, sesungguhnya
neraka itu menjadi sejuk dan selamat bagi mereka. ( Di dalam riwayat lain dari Abu Hurairah
disebutkan: Barangsiapa memasukinya, sesungguhnya neraka itu menjadi sejuk dan selamat baginya.
Dan barangsiapa tidak memasukinya, dia akan diseret ke dalamnya). (HR. Ahmad).

.

Khutbah Kedua:










.
Ibadallah,
Ayat yang mulia ini memuat banyak fawa-id (pelajaran) yang agung, antara lain:
Pertama: Hidayah yang didapat seorang hamba, baik yang berupa iman maupun amal shalih, maka
kebaikannya ialah untuk dirinya, bukan untuk orang lain.
Kedua: Kebaikan seorang hamba di akhirat itu tergantung iman dan amal shalihnya saat di dunia.
Sehingga seseorang tidak bisa bergantung kepada malaikat, nabi, wali, syaikh, mursyid ( guru
pembimbing), imam, amir, ustadz, dan lainnya.
Ketiga: Kesesatan seorang hamba dengan ketiadaan hidayah, maka kerugiannya menimpa dirinya
sendiri, bukan kepada orang lain.
Keempat: Seseorang tidak akan disiksa dengan sebab dosa orang lain.
Kelima: Allah Azza wa Jalla tidak akan menyiksa kecuali setelah tegaknya hujjah seseorang dengan
diutus para rasul-Nya.
Keenam: Keadilan Allah yang sempurna.
Ketujuh: Orang yang mengajak menuju kesesatan menanggung dosanya sendiri dan dosa orang lain
yang disesatkannya, karena ia menjadi sebab kesesatan mereka.
Demikian sedikit keterangan tentang ayat yang mulia ini, semoga bermanfaat. Amin.






: ))
] [:


((

.



,


.


,

,






,
.
,


.
,
,



,




,

,
.

:



Korupsi adalah Dosa Besar


UST. ABU NAUFAH

Khutbah Pertama:





Ibadallah,
Diantara khianat. sifat menjauhi dan amanah bersifat agar pemeluknya memerintahkan Islam Agama
pengertian dalam masukkan kita bisa sekarang atau ghulul adalah harta masalah dalam khianat bentuk
hadits: sebuah dalam Disebutkan melarangnya. yang nash Banyak korupsi.




:


:


Dari Ummu Habibah binti al-Irbadh, dari bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
mengambil rambut dari fai pemberian Allah ( harta ghanimah), lalu Beliau shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Saya tidak memiliki hak dari harta (ghanimah) ini kecuali seperti hak salah seorang
diantara kalian darinya ( juga), kecuali yang seperlima. Itupun dikembalikan kepada kamu. Maka
serahkanlah (ghanimah/harta rampasan, baik berupa) benang, jarum dan semua barang lainnya yang
lebih besar dari keduanya. Janganlah kamu melakukan ghulul, karena itu merupakan celaan dan aib
bagi pelakunya pada hari kiamat. ( Hadits hasan lighairihi. HR. Ahmad, no. 17154; Al-Bazzar, no.
1734; Ath-Thabrani dalam al-Ausath, no. 2443)
Ibadallah,
Diantara makna ghulul adalah khianat, adapun secara istilah, ghulul adalah mengambil sesuatu dari
ghanimah (harta rampasan perang) sebelum pembagian.
Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, Orang yang melakukan ghulul adalah orang yang
menyembunyikan ghanimah yang berhasil dia dapatkan, sehingga imam ( pemimpin) tidak
mengetahuinya, dan dia tidak mengumpulkannya bersama ghanimah.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, Asal arti ghulul adalah khianat secara mutlak, kemudian istilah
ghulul khusus digunakan dengan arti khianat dalam urusan ghanimah.
Termasuk ghulul adalah seseorang mengambil sesuatu dari baitul mal kaum muslimin, atau harta zakat
dengan tanpa hak. Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, Dosa besar yang ke-22 adalah ghulul
dari ghanimah, yaitu dari baitul mal kaum muslimin, atau harta zakat.
Demikian juga hadiah-hadiah yang diberikan kepada pegawai termasuk ghulul. Syaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah ditanya:
Kami pegawai negeri, pada bulan Ramadhan, kami diberi hadiah dan zakat dari sebagian pengusaha.
Kami tidak bisa membedakan antara zakat dengan hadiah, karena kami tidak mengetahuinya.
Pertanyaannya: Jika kami menerima harta tersebut, padahal kami tidak membutuhkan, lalu kami
infakkan kepada para janda, anak yatim, orang miskin, apa hukumnya? Dan jika kami menggunakan
sebagiannya untuk kami dan keluarga kami, apa hukumnya?
Syaikh menjawab:
Hadiah untuk pegawai itu termasuk ghulul. Maksudnya, jika seseorang sebagai pejabat pemerintah,
kemudian orang yang memiliki hubungan dengan tugas (pejabat itu) memberikan hadiah, maka itu
termasuk ghulul. Pejabat itu tidak boleh (tidak halal) mengambil hadiah itu sedikitpun, walaupun itu
diberikan dengan senang hati. Misalnya: anda berdinas pada satu instansi, kemudian kepala bagian atau
para pegawainya diberi hadiah, maka haram bagi mereka mengambilnya.
Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengutus Abdullah bin al-Lutbiyyah radhiyallahu
anhu mengurusi zakat. Ketika dia kembali, dia berkata, Ini dihadiahkan kepadaku, sedangkan yang
ini untuk kamu. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdiri lalu berbicara kepada para sahabat.
Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Mengapa ada orang diantara kamu yang kami serahi
tugas, lalu dia datang dan berkata, Ini untuk kamu, sedangkan yang ini dihadiahkan kepadaku.
Tidakkah dia duduk di rumah kedua ibu bapaknya, lalu dia perhatikan, apakah dia akan diberi hadiah
atau tidak.
Maka tidak halal bagi seorang pegawai pada sebuah instansi pemerintahan untuk menerima hadiah
terkait dengan tugas mereka pada instansi tersebut. Karena kalau kita membuka pintu ini dengan
mengatakan, Pegawai boleh menerima hadiah, berarti kita telah membuka (melegalkan) pintu suap.

rahimakumullah, muslimin Kaum


Azza wa Jalla Allah pengkhianat. Azza wa Jalla Allah dan khianat perbuatan merupakan Ghulul
berfirman:



)58 (Al-Anfal/8: berkhianat. yang orang-orang menyukai tidak Allah Sesungguhnya
dengan kiamat hari pada dihinakan akan dia maka ghulul, secara barang mengambil barangsiapa Dan
berfirman: Azza wa Jalla Allah lain. yang makhluk oleh dipersaksiakan dan tersebut barang membawa


perang). rampasan harta urusan dalam (berkhianat ghulul berbuat nabi seorang mungkin Tidak
datang akan ia kiamat hari pada maka itu, perang rampasan urusan dalam berkhianat Barangsiapa
apa tentang pembalasan diberi akan jiwa tiap-tiap kemudian itu, dikhianatkannya yang apa membawa
)161 Imran/3: (Ali dianiaya. tidak mereka sedang setimpal, )(pembalasan dengan kerjakan ia yang
berkata: dia radhiyallahu anhu, Hurairah Abu oleh diceritakan yang hadits dalam dijelaskan Juga



:

:

:
:
:
:

:


:


menyatakan dan ghulul menyebutkan lalu kami, hadapan di berdiri shallallahu alaihi wa sallam Nabi
hari pada sampai Jangan bersabda, shallallahu alaihi wa sallam Beliau ghulul. urusan besarnya
lehernya, di mengembik yang kambing memikul yang kalian dari seseorang bertemu aku kiamat
lalu aku!, Tolonglah !Rasulullah Wahai berkata, dia lalu lehernya, di meringkik yang kuda memikul
kepadamu. menyampaikan sudah aku Dahulu menolongmu. mampu tidak Aku menjawab, akan aku
lalu aku!, Tolonglah !Rasulullah Wahai berkata. dia lalu lehernya, di )dll ;perak ;(emas harta Memikul
kepadamu. menyampaikan sudah aku Dahulu menolongmu. mampu tidak Aku menjawab, akan aku
Tolonglah !Rasulullah Wahai berkata, dia lalu bergoyang-goyang, yang lehernya di kain Memikul
menyampaikan sudah aku Dahulu menolongmu. mampu tidak Aku menjawab, akan aku lalu aku!,
)1831 no. Muslim, ;3073 no. Al-Bukhari, (HR. kepadamu.
Abu shalih. seorang seakan pelakunya walaupun neraka, masuk penyebab termasuk ghulul Bahkan
berkata: dia radhiyallahu anhu, Hurairah



:


:


:

Kami menaklukkan Khaibar, kami tidak mendapatkan ghanimah berupa emas dan perak, tetapi kami
mendapatkan ghanimah berupa sapi, onta, barang-barang dan kebun-kebun. Kemudian kami pergi
bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ke Wadil Qura, Beliau shallallahu alaihi wa sallam
diikuti budaknya yang bernama Midam yang dihadiahkan oleh seseorang dari Bani adh-Dhibab.
Ketika budak itu sedang menurunkan pelana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba sebuah
anak panah nyasar datang dan mengenainya. Orang-orangpun berkata, Selamat! Dia meraih syahid.
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak! Demi Allah yang jiwaku di
tanganNya! Sesungguhnya selimut yang dia ambil dari ghanimah Khaibar, yang belum dibagi, akan
menyalakan api padanya.
Ketika mendengar hal itu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam , seorang laki-laki datang membawa
satu tali atau dua tali sandal, lalu berkata, Ini barang yang aku ambil. Maka Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, Satu tali sandal atau dua tali sandal dari neraka. (HR. Al-Bukhari, no.
4234; Muslim, no. 115)
Seandainya seseorang bersedekah dengan barang hasil ghulul, maka sedekah itu tertolak, karena barang
ghulul bukan barang yang baik.
Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda:




Shalat tanpa bersuci tidak akan diterima, demikian juga sedekah dari ghulul (tidak akan diterima). (HR.
Muslim, no. 224)

.
Khutbah Kedua:









.

Dengan berbagai bahaya ghulul yang demikian besar, maka hendaklah orang-orang yang mengurusi
harta umat, baik itu berupa zakat, infak, sedekah, kas masjid, dan lainnya, berhati-hati agar tidak
mengambil harta umat demi kepentingan pribadi. Jika dia mengambil harta umat untuk akan menjadi
sebab dia celaka di akhirat nanti.
Hanya kepada Allah Azza wa Jalla kita memohon taufik agar melaksanakan perkara yang Dia cintai
dan ridhai, sesungguhnya Dia Maha Pemurah dan Maha Suci.









.


:






)) :
[: ]


((

.

,


.


.
.
. .
.
)


*

.( ] [91-90:

You might also like