You are on page 1of 52

Arah Harga Saham itu Mudah Ditebak!

Written by El Heze | 1:56 PM | Psikologi Trading, Trading


Plan, Trading yang Benar | No comments |

Kalau Anda baca judul pos diatas, saya yakin akan ada tiga multitafsir dari
para pembaca web Saham Gain. Pertama, Anda setuju dengan apa yang saya
tulis. Anda berpikir: "Iya ya, memang mudah menebak harga saham itu
mau naik atau turun. Itulah kenapa saya bisa profit konsisten." Kedua, Anda
berpikir kalau saya cuma membual. Anda berpikir: "Ah, masa sih yang nulis
ini memang pinter nebak arah harga saham?" Ketiga, Bagi Anda yang masih
berada dalam posisi portofolio merah (loss), Anda marah dan merasa
tersindir.
Well, pos ini tidak bermaksud untuk menyerang siapapun ataupun membujuk
diri saya sendiri. Mengapa saya katakan harga saham itu mudah ditebak?
Memprediksi harga saham pada dasarnya hanyalah menggunakan garis
support dan resisten, serta menentukan arah tren harga saham
tersebut. Saham yang berada dalam uptrend yang kuat, maka saham tersebut
akan terus menembus resistennya. Artinya? Tentu saja, harganya akan terus
breakout dan naik. Jadi, patokan harga support dan resisten yang lama sudah
pasti nggak berlaku sama sekali, karena harga sudah terbang tinggi.
Maka, ketika ada kesempatan untuk membeli di harga "high" dan menjualnya
di harga lebih tinggi (buy high sell higher), kesempatan tersebut adalah
kesempatan emas. Sebaliknya, kalau harga saham berada pada tren turun, dan
harga terus turun, maka harga saham tersebut memiliki potensi besar untuk
terus

jebol

melewati

support2

pentingnya.

Itu artinya, kalau Anda ingin cuan, belilah saham2 yang sedang uptrend,
bukan saham2 yang sedang jatuh. Memang, saham2 yang sedang jatuh
memiliki potensi untuk rebound dan Anda bisa membeli di harga rendah.
Namun, Anda membutuhkan suatu sinyal yang pas, dan hati2 harga saham

yang jatuh terus bisa mengindikasikan saham tersebut adalah saham yang
tidak likuid. Saham2 uptrend akan naik terus, dan koreksi yang terjadi
umumnya adalah koreksi sehat, sehingga jika banyak para trader berpikiran
kapan harga saham ini akan jatuh soalnya sudah "kemahalan", sehingga saya
bisa membeli di harga yang rendah, maka pemikiran itu sangatlah salah.
Percaya atau tidak, sebenarnya, banyak dari pedagang saham seperti Anda
dan saya yang tidak perlu kesulitan untuk menebak arah harga saham
menggunakan analisis teknikal, bahkan dengan analisis yang cukup simpel
nggak perlu rumit2. Dibalik semua itu, pernahkah harga saham yang Anda
prediksi benar, tapi cuan yang Anda dapat malah nggak segede prediksi Anda
yang

benar

itu?

Jika Anda pernah mengalami hal demikian, maka sesungguhnya yang jadi
kendala utamanya sebenarnya bukanlah Anda yang tidak jago memprediksi,
tetapi ada satu faktor paling penting lainnya, yaitu KEMAMPUAN EKSEKUSI.
Kehebatan Anda dalam memprediksi hanyalah kemampuan Anda diatas
kertas. Yang paling penting adalah bagaimana Anda bisa eksekusi saat pasar
saham sedang jalan, saat harga saham terus bergerak liar. Disitulah
ketangguhan

Anda

baru

diuji.

Misalkan: Hari ini Anda rencana membeli saham AKRA dengan modal Rp15
juta. Anda yakin kalau saham AKRA akan naik kencang dalam beberapa
waktu kedepan. Tiba2 Anda membaca rekomendasi analis lain yang bilan
kalau saham LPPF akan naik kencang. Kemudian ada analis lagi yang
mengatakan bahwa saham SMGR akan naik. Anda yang pada awalnya
berencana memasukkan modal 15 juta di saham AKRA, jadi kalang kabut saat
lihat kondisi pasar saham yang sudah jalan, terlebih ketika Anda lihat saham
LPPF dan SMGR mulai bergerak naik. Akhirnya, Anda pun beli saham AKRA,
LPPF dan SMGR, dengan alokasi dana masing2 5 juta, karena Anda takut
ketinggalan kereta. Itu artinya, Anda belum bisa meng-eksekusi pasar.

Itulah kenapa kalau Anda perhatikan, banyak sekali orang yang bisa ngomong
ini dan itu tentang saham, tentang prediksi harga saham, tetapi mereka
sendiri
belum
bisa
cuan
dari
trading
saham.
So, untuk menjadi seorang trader yang handal Anda dituntut untuk tidak
hanya jago prediksi harga saham, tetapi Anda harus mampu melakukan
eksekusi dengan benar dan sesuai trading plan Anda.
Margin Trading untuk Profit lebih Besar
Written by El Heze | 11:14 AM | Trading yang Benar | No
comments |

Pernahkah Anda menggunakan dana margin untuk trading saham? Jika


belum memahami margin trading, silahkan baca postingan: Force Sell di
Pasar Saham. Dana margin dan force sell ada kaitannya satu sama lain.
Intinya, margin trading adalah dana utang dari kantor sekuritas. Perlu Anda
ketahui bahwa pada saat Anda menggunakan dana utang ketika trading
saham, maka itu tidaklah bijak. Sekalipun kantor sekuritas sudah
menyediakan fasilitas untuk itu. Kenapa bisa begitu?
Jika Anda trading sampai ngutang, maka itu artinya: Pertama, Anda belum
bisa mengendalikan diri Anda. Kedua, Anda belum bisa mengatur dana Anda
untuk trading. Analoginya dalam kehidupan sehari-hari: kalau Anda ingin
membeli kebutuhan sehari-hari dan Anda sampai utang sana-sini, artinya ada
yang salah dengan cara Anda mengelola dana Anda. Sama seperti di pasar
saham. Kalau Anda ingin membeli saham sampai harus utang, maka itu
artinya ada yang salah dengan planning dana Anda. Baca juga: Perencanaan
Dana untuk Trading Saham.
So, saran saya kalau trading jangan sampai ngutang. Saya sendiri pernah
utang dan akhirnya kena force sell gara2 saya melakukan averaging down tapi
pakai margin trading dan harga sahamnya ternyata turun lagi, tepat pada
saatnya harusnya mengembalikan utang. Baca postingan: Emosi Trader:
Pengalaman Saya Kena Force Sell. Jadi, mau nggak mau saya menelan
kerugian pada saat itu. Dari situlah saya mulai paham bahwa ternyata

menggunakan dana margin adalah suatu tindakan yang kurang bijak. Saat
membeli saham, Anda harus memiliki planning yang didasarkan atas
kemampuan dana yang Anda miliki, sehingga tidak ada yang namanya utang.
Barangkali Anda ingin paham lebih dalam bagaimana sih mekanisme margin
trading itu? Pos tentang ini barangkali sudah saya bahas cukup dalam di
postingan: Force Sell di Pasar Saham. Namun, perlu Anda ketahui bahwa
tidak semua saham bisa Anda gunakan untuk margin trading. Lalu, saham2
apa saja yang bisa di-trading-kan menggunakan dana margin?
Sekali lagi, itu tergantung dari kebijakan masing2 perusahaan sekuritas. Akan
tetapi, rata2 perusahaan sekuritas memberikan syarat saham2 yang bisa Anda
beli menggunakan dana margin adalah saham2 yang pergerakannya likuid.
Saham2 seperti saham gorengan, saham tidur tentu tidak diperbolehkan
untuk menggunakan dana margin. Tujuannya: untuk menyelamatkan nasabah
dari
kerugian
tentunya.
Tapi sekali lagi, saya tidak menyarankan Anda untuk menggunakan dana
utang ketika trading. Penggunaan dana utang menunjukkan bahwa Anda
tidak memiliki planning dana yang baik.
Kesalahan: Motif Utama Trading/ Investasi untuk Uang

Jika saya bertanya pada Anda: "Apa tujuan Anda trading/ investasi saham?"
Rata-rata dari kalian saya yakin pasti akan menjawab: "Untuk mendapatkan
uang." Sekalipun hanya untuk penghasilan tambahan, uang jajan atau
penghasilan utama, namun semua trader dan investor, trading saham pasti
tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan profit berupa uang.
"Apakah salah?"
Tidak salah. Saya yakin Anda dan saya pasti nggak mau trading saham kalau
tidak dapat keuntungan sama sekali. Ibarat orang kerja tapi nggak dibayar,
mana mau? Sekalipun Anda investasi untuk jangka panjang, pasti Anda
mengharapkan adanya pelipatgandaan aset. Pelipatgandaan aset itu berupa
uang (bertambahnya uang anda secara berlipat dalam jangka waktu panjang
tanpa harus melakukan apa2). Tapi, kalau tujuan atau motif utama Anda

trading

atau

investasi

adalah

untuk

uang

itu

SALAH.

"Lho,
kok
bisa
begitu?"
Ya saya sendiri juga menyadari kesalahan terbesar saya, setelah membaca
beberapa buku tentang mindset trading, salah satunya buku Ellen May, Smart
Trader Not Gamblers. Ilmu yang saya dapatkan adalah: Jika tujuan utama
saya
trading
adalah
untuk
uang,
itu
salah.
Sekarang coba pikirkan analoginya: Kalau yang Anda pikirkan adalah uang,
setiap kali melihat bursa saham yang dipenuhi warna hijau-merah-abu2, yang
Anda pikirkan adalah uang. Benar atau benar? Jika Anda mencari uang, maka
yang ada dalam pikiran Anda setiap melihat bursa saham adalah uang dan
profit, uang dan profit, uang dan profit. Orientasi Anda hanya ke situ.
Sehingga Anda jadi lupa diri. Lupa diri untuk melakukan analisis teknikal
yang pas. Lupa diri untuk menjalankan planning dana. Lupa diri untuk take
profit dan cut loss. Lupa diri untuk mendiverisifikasikan saham yang pas.
Baca postingan: Kesalahan Trader dalam Mendiversifikasikan Saham.
Baca juga: Menggunakan Diversifikasi Saham Yang Pas. Bahkan, ketika
Anda hanya berpikir soal uang, bisa jadi Anda tidak lakukan analisis teknikal
secara objektif dan rasional serta membeli saham hanya karena sahamnya
naik alias gambling.
Dan satu hal lagi yang perlu Anda ingat: Jika prioritas Anda selalu
menciptakan uang dari trading, maka yang terjadi adalah sikap greed (tamak)
Anda akan muncul dan rasionalitas Anda akan hilang karena tujuan Anda
adalah bagaimana harus mendapat uang dari trading, bahkan dalam jangka
waktu secepat mungkin. Hal ini juga yang membuat Anda jadi lupa diri.
"Kalau bukan uang, terus motif utama trading apa Pak?"
Motif trading / investasi yang benar adalah: Bagaimana Anda menciptakan
sistem trading yang berkualitas. Baik menyusun trading plan, menentukan
kapan harus take profit dan stop loss. Lebih baik Anda berfokus pada
bagaimana menciptakan formula analisis teknikal yang terbaik untuk Anda,
supaya Anda bisa meraih cuan dari pasar saham. Baca postingan: Gunakan
Analisis Teknikal Secara Bijak. Jika Anda seorang trader, maka seleksilah
saham2 yang potensial seusai pasar tutup untuk Anda tradingkan keesokan

harinya.
Ingatlah bahwa: Ketika Anda berusaha memprioritaskan analisis
teknikal yang berkualitas, maka profit pasti akan mengikuti.
Kenapa saya mem-posting tulisan ini? Karena saya sendiri sudah pernah
mengalami seluk beluk trading, dan ketika orientasi trading saya hanya untuk
mencari uang, maka rasionalitas jadi hilang. Inginnya untung melulu,
sehingga lupa akan posisi dana kita dan akhirnya pakai dana margin alias
ngutang, simpan portofolio saham terlalu banyak dan masih banyak hal2
buruklainnya.
Semoga bisa menjadi pembelajaran juga untuk rekan2 yang sedang berbisnis
saham maupun rekan2 newbie yang ingin terjun ke dunia pasar modal, benahi
dahulu motif trading Anda.
Penyebab Saham 'Nyantol': Trader Tidak Mau Cut Loss

Banyak rekan2 trader yang sahamnya 'nyantol' (beli saham di harga tinggi,
terus harganya turun banyak dan nggak berani / nggak bisa jual, karena kalau
dijual minus nya bisa sampai 100% lebih). Tidak jarang rekan2 di Facebook,
bertanya: "Apakah saham BKSL saya jual atau dibiarkan, karena saham
saya 'nyangkut'?
Mungkin dari Anda juga pernah mengalami hal seperti demikian? Yang jadi
pertanyaan: "Kenapa kok bisa sahamnya nyantol?" Jawabannya simpel
saja: "Trader ketika membeli tidak menetapkan batasan cut loss sama sekali,
dan hanya menetapkan batasan take profitnya saja". Jadi, kata kunci di
postingan ini adalah: CUT LOSS. Definisi cut loss dan take profit silahkan
baca di postingan ini: Cut Loss dan Take Profit.
Cut loss adalah masalah paling besar bagi trader, karena cut loss adalah hal
yang berat. Gimana nggak berat, cut loss berarti Anda harus rela rugi.
Logikanya, mana ada orang yang mau rugi? Itulah kenapa trader banyak yang
tidak mau cut loss.
Dua anggapan bahwa cut loss itu tidak penting karena: Pertama, saham
kalau tidak dijual, maka uang kita tidak hilang. Anda benar. Saham adalah

tanda bukti kepemilikian. Selama Anda tidak menjual saham tersebut, maka
kepemilikan dan modal yang Anda tanamkan tetap ada di tangan
Anda. Kedua, kalau sudah cut loss, kemudian harganya malah berbalik naik,
maka menyesallah saya melakukan cut loss.
"Berarti cut loss itu nggak perlu donk Pak?"
Saya jawab: "Perlu". Bahkan Anda harus disiplin untuk itu. Saya akan
mendebat 2 anggapan utama bahwa cut loss itu tidak penting.
Anggapan pertama, saham kalau tidak dijual, maka uang saya tidak hilang.
Akan tetapi, meskipun uang Anda tidak hilang, Anda tetap saja tidak bisa
melakukan aktivitas trading. Kalau harga saham sudah nyangkut dan
harganya sekarang Rp50, maka Anda nggak bisa apa2, bahkan nggak bisa
jual. Berarti sama saja: punya kepemilikan 100 juta, tapi nggak bisa diputar
(untuk trading). Jadinya, ya sama saja dana Anda nyangkut. Kalau Anda
punya kebutuhan dan mau ambil dana Anda Rp100 juta tadi, sudah pasti
tidak bisa Anda cairkan.
Anggapan kedua, kalau sudah cut loss, kemudian harganya malah berbalik
naik, maka menyesallah saya melakukan cut loss. Akan tetapi, apakah Anda
mau bertaruh bahwa harga akan berbalik naik? Sudah banyak trader yang
mempertaruhkan untuk tidak cut loss, eh harganya malah jatuh terus dan
nggak pernah balik. Banyak trader yang karir tradingnya hancur karena
terlalu banyak saham mereka yang nyantol, dan nggak bisa jual atau nekat
jual, sehingga dananya langsung habis, akhinya mereka berhenti trading. Saya
kasih beberapa contoh saham2 yang jatuh, yang seringkali trader nyangkut
juga di saham2 tersebut: APOL, BUMI, BKSL, TRAM, BWPT, HRUM.
Ingat, cut loss juga menjadi bagian dari analisis. Selain analisis, cut loss juga
menyangkut psikologi trading. Kalau Anda sudah baca postingan saya: Faktafakta Psikologi Trading di Pasar Saham, maka pos ini bertujuan
menjawab fakta nomor 1.
Lalu Anda bertanya kembali: "Terus gimana kalau saya cut loss, harganya
malah berbalik naik?"
Dengan cut loss setidaknya Anda sudah melakukan hal yang BENAR. Kalau
Anda ingin meng-cover kerugian Anda, silahkan Anda bisa buy lagi saham

tersebut di harga yang lebih rendah, ketika harganya sudah turun, dan jual di
harga yang tinggi (buy low, sell high). Dengan cut loss, setidaknya Anda tidak
perlu gambling, dengan menebak-nebak apakah harganya akan naik lagi.
Buktinya, banyak trader yang sahamnya nyantol karena tidak melakukan cut
loss sama sekali, dan hal tersebut sangat berpengaruh pada aktivitas trading
para trader. Portofolio mereka jadinya dipenuhi saham2 nyangkut, yang tidak
direncanakan sebelumnya.
Tanya Anda lagi: "Pak, bagaimana kalau saya melakukan cut loss terusmenerus?"
Jika Anda terus melakukan cut loss, berarti ada yang salah dengan sistem
trading Anda. Silahkan ubah sistem Anda, atau pertajam kembali analisis
teknikal Anda.
Jadi, dengan penjelasan saya diatas, apakah Anda masih berpikir untuk tidak
disiplin melakukan cut loss? Menentukan batasan cut loss memang sangat
subjektif. Tidak ada rumus. Cut loss bisa ditentukan dengan menarik titik
support, support kuat dari sebuah saham. Penentuan cut loss pada harga
berapa, tentunya juga harus disesuaikan dengan karakteristik setiap
saham. So, semua membutuhkan jam terbang dan proses, jika Anda ingin
menjadi trader handal.
Trading Saham Mengandalkan Rekomendasi, Pilih yang Mana? - Part III

Baca pos sebelumnya: Trading Saham Mengandalkan Rekomendasi,


Pilih

yang

Mana?

Part

II.

Analis saham yang tidak resmi, atau katakanlah mereka yang menyebut
dirinya sebagai seorang analis, jumlahnya sangat buanyaak. Tentunya, tidak
semua dari mereka BENAR-BENAR berkompeten. Tanpa bermaksud
menjelekkan siapapun. tingkat persentase "para analis" tersebut lebih sering
salah. Lalu, bagaimana dengan broker saham?
Broker sebenarnya adalah tempat yang baik untuk belajar saham. Mengapa
demikian? Karena broker saham mengerti betul kondisi market dan pola2

teknikal saham. Kalau yang ini nggak usah ditanya, broker kerjanya tiap hari
mantau pasar saham. Saya pribadi juga banyak belajar saham dari broker.
Terus kenapa broker bukanlah rekomendasi yang bisa "diandalkan" untuk
belajar saham? Karena broker tidak hanya melayani Anda sebagai nasabah.
Broker punya banyak nasabah lain yang mungkin juga memiliki kepentingan
yang sama dengan Anda.
Sehingga, kemungkinan besar Anda tidak mungkin tanya2 ke broker setiap
saat, atau meminta broker Anda untuk membuatkan Anda analisis teknikal
setiap harinya yang bisa Anda pelajari. Membuatkan analisis teknikal untuk
Anda pelajari adalah profesi murni seorang analis saham.
Selanjutnya adalah mengikuti rekomendasi dari: Teman Anda. Inilah yang
sebenarnya tidak saya sarankan pada Anda, teman beli saham, terus Anda
ikut2an.
"Beli saham apa?"
Jawab Anda: Saham INAF.
Kenapa beli INAF, teknikalnya rebound?
Jawab Anda: Nggak lihat teknikalnya sih. Andy (teman Anda yang jago
trading) tadi beli INAF. Aku ikut beli. Hehehe.
Dalam banyak kasus, terkadang trader melakukan trading karena ikut2an
teman. Kalau harga sahamnya ternyata malah turun, Anda jadi mengkambinghitam-kan teman Anda. Kalaupun Anda ingin berguru pada teman
Anda, teman Anda belum tentu mau mengajarkan secara detail, apalagi
strategi2 trading jitu yang dia gunakan untuk dapat profit. Coba Anda
pikirkan, apa untungnya teman Anda menghabiskan waktu untuk mengajari
Anda trading, kecuali kalau Anda mau membayar. Kalaupun Anda membayar,
belum tentu teman Anda mau memberikan tips2 tradingnya dengan detail.
Next, bagaimana dengan orang2 di media sosial, seperti forum pasar modal,
grup Facebook dan lain2. Kalau Anda pernah join di berbagai grup saham di
medsos, Anda pasti seringkali melihat banyak trader yang suka pamer profit.
Trader memamerkan beli saham tertentu, dan harganya terbukti naik. Tidak
jarang pula, ada "ajakan"untuk membeli saham. Lalu, apakah ada yang ikut2an?

Buanyaak

sekali.

Masalahnya, para trader yang suka pamer profit, belum tentu mereka bisa
profit konsisten. Mungkin banyak dari trader yang pamer ketika mendapat
durian runtuh, namun dibalik itu, mereka juga menyembunyikan
kerugiannya. So, saran saya jangan pernah mengikuti apa yang dipamerkan
oleh mereka, dengan ikut2-an membeli sahamnya. Akan lebih baik jika Anda
mampu menganalisis sendiri secara objektif.
Nah, kembali lagi: Kalau para analis ternama dan berpengalaman pun punya
kemungkinan besar rekomendasi yang diberikan akan salah, lalu mengapa
saya justru lebih percaya dan bisa banyak2 belajar dari mereka? Jawabannya
adalah karena saya memilih analis yang tepat, tidak sembarang analis.
Lalu, bagaimana caranya menemukan seorang analis yang bisa Anda
andalkan
untuk
belajar
saham?
Anda harus MENCARI, entah analis di kantor sekuritas Anda, analis maupun
analis di tempat lain. Itulah kenapa saya selalu menyarankan Anda untuk
banyak2lah belajar pada orang2 yang lebih senior daripada Anda. Dengan
banyak belajar, Anda akan menemukan analis yang pas untuk Anda jadikan
sebagai wadah belajar saham. Tips dari saya, kalau Anda belajar dari analis
pemberi rekomendasi saham, ada baiknya selalu Anda simpan analisis2
teknikal / chart yang diberikan oleh analis, dan selalu Anda pelajari chart2
tersebut.
Strategi Membeli Saham Auto Reject

[ Catatan: Saya pribadi tidak menyarankan Anda membeli saham2 yang


terkena auto reject, karena fluktuatifnya tinggi dan melatih jantung Anda.
Harga saham kena AR kiri bisa naik, namun bisa turun lebih dalam lagi / kena
suspen. Kalau Anda membeli harga saham yang kena AR kanan, dan naik
cepat sekali di awal sesi I, bisa jadi Anda nggak dapat barang, kalau Anda
kejar di harga tinggi, bisa jadi harga sahamnya udah mentok, atau bahkan
koreksi. Karena saham AR fluktuatifnya cepat dan biasanya digunakan untuk
trading pendek, maka kalau Anda ingin beli saham AR, risiko dan keuntungan
Anda
tanggung
sendiri.
]

Sebelum masuk ke bahsan utama pos ini, jika Anda belum memahami istilah
auto reject (AR), silahkan baca pos: Arti dan Ilustrasi Auto Reject Saham.
Di pos sebelumnya sudah saya dengan detail tentang auto reject. Setelah Anda
membaca dan mendalami tulisan saya, tiba2 Anda punya pertanyaan bagus:
"Bung Heze, bisakah saya dapat cuan dengan membeli saham2 yang kena
auto
reject?"
Sebelum Anda tahu jawabannya ya atau tidak, Anda harus memahami
kecenderungan pergerakan harga saham keesokan hari setelah terkena auto
reject. Dan yang terpenting, Anda harus memperhatikan paragraf pertama
tulisan
saya:
Catatan.
Perlu Anda ketahui, ketika saham terkena auto reject atas / auto reject
kanan, pergerakan harga keesokan harinya biasanya akan
cenderung menguat signifikan hingga 6-7%. Tetapi kenaikan ini
berlangsung dalam waktu yang sangat cepat, bahkan dalam hitungan menit
sejak pasar saham pertama dibuka (jam 09:00). Setelah kenaikan 6-7%, harga
saham perlahan akan mengalami penurunan perlahan tapi pasti.
Perhatikan, kata pemicu pada kalimat diatas adalah "biasanya". Artinya, apa
yang saya tulis diatas bukanlah rumus yang absolut. Ingatlah, tidak ada rumus
pasti di pasar modal. Saham2 yang terkena auto reject atas, pada umumnya
akan mengalami kenaikan harga signifikan pada awal sesi perdagangan
keesokan hari, namun tidak selalu 100% terjadi hal yang sama pada saham2
auto
reject
atas.
Jadi kesimpulannya, kalau Anda ingin membeli saham auto reject atas, saya
menyarankan Anda trading untuk scalping (trading untuk hitungan menit)
saja. Dengan catatan, saham tersebut memang menunjukkan kenaikan pada
sesi awal yang cukup signifikan, artinya saham tersebut akan diangkat
kencang untuk beberapa menit kedepan. Akan tetapi, jika saham tidak likuid,
antrian bid dan offer sedikit, saya sarankan untuk menghindari saham
tersebut.
Saya beri satu contoh saham yang pernah terkena auto reject atas, yaitu: PT
PP Properti Tbk (PPRO). Pada 13 April 2016, saya amati saham ini sampai sesi
I kenaikan harganya masih normal2 saja. Tiba2 sore harinya harga saham

PPRO sudah kena auto reject kanan. Karena saya kaget sekali bercampur rasa
senang karena saya pegang saham PPRO dalam jumlah lot yang lumayan
banyak, saya langsung cari informasi tentang emiten PPRO, dan ternyata
kenaikan harga saham PPRO sampai terkena auto reject kanan dikarenakan
kenaikan laba signifikan emiten PPRO. Harga closing PPRO saat itu
mencapai
290.
Keesokan hari, selama 15 menit pertama jam bursa berlangsung, harga saham
PPRO langsung melonjak sampai harga high 320. Setelah itu, harga PPRO
anjlok
sampai
276.
Lalu bagaimana dengan saham2 yang kena auto reject bawah / auto reject
kanan?Saham2 yang kena auto reject bawah inilah yang sebenarnya
tidak
saya
sarankan
untuk
Anda
beli.
Saham2 yang kena auto reject bawah pada hari pertama, perdagangan hari
berikutnya biasanya rentan terkena auto reject kiri lagi, atau tidak kena auto
reject tapi mengalami penurunan harga saham drastis, atau bahkan tidak
diperdagangkan pada keesokan harinya (biasanya saham2 gorengan). Saham2
yang kena auto reject bawah, pada umumnya dikarenakan ada berita buruk
yang menyebabkan sentimen negatif yang besar, sehingga terjadi aksi jual
besar2an
yang
menyebabkan
harga
saham
turun
drastis.
Tapi kan, kalau saham kena auto reject kiri terus artinya harga saham
tersebut sudah rendah, kenapa nggak dibeli aja kalau harga udah rendah
banget? Protes
Anda.
Benar kata Anda. Saham yang kena auto reject bawah, apalagi sampai
beberapa hari kalau Anda lihat di grafik, harga saham tersebut akan tampak
sangat kelihatan anjlok menembus support2nya. Namun, kalau Anda cermati
lagi kata2 saya diatas: "Saham2 yang kena auto reject bawah pada hari
pertama, perdagangan hari berikutnya biasanya rentan terkena auto reject
kiri lagi, atau tidak kena auto reject tapi mengalami penurunan harga
saham drastis, atau bahkan tidak diperdagangkan pada keesokan harinya",
maka saham2 yang kena auto reject bawah sangat berisiko untuk Anda beli
msekipun

harganya

sudah

rendah.

Sebagai contoh saham TAXI. Pada Bulan Desember 2015, saham TAXI
terkena auto reject kiri, karena ada bad news. Auto reject ini ternyata
berlangsung sampai 4 hari berturut-turut. Coba Anda bayangkan, jika Anda
membeli saham TAXI pada saat hari kedua autoreject, saham Anda pasti
nyantol, karena pada hari ketiga dan hari keempat masih kena auto reject lagi.
Berarti nggak bisa dapat cuan dari saham yang kena auto reject bawah
donk?
Tidak juga. Kembali lagi ke contoh saham TAXI. Setelah 4 hari terkena auto
reject kiri, keesokan hari pada tanggal 17 Desember 2015, TAXI tiba2 naik
sampai 34%. Artinya, kalau seandainya saja Anda membeli saham TAXI pada
saat TAXI naik 8%-an, kemudian hari itu juga Anda jual, maka Anda bisa
untung
15%
lebih
kan?
Jadi, kalau Anda ingin membeli saham yang terkena auto reject kiri, saran
saya adalah saham tersebut masih likuid (dari sisi bid-offer), dan saham
tersebut di awal sesi sudah memberikan tanda2 kenaikan harga saham (bisa
ditandai dengan kenaikan harga saham yang cukup cepat di awal sesi).
Saya kira itu saya yang bisa saya sampaikan mengenai auto reject di pos ini.
Semoga bermanfaat untuk Anda.
Gunakan Analisis Teknikal Secara Bijak

Analisis teknikal adalah senjata trader saham maupun forex untuk


memperoleh cuan (keuntungan) dari pergerakan harga saham / mata uang.
Waktu saya mulai belajar analisis teknikal, saya bergabung di forum pasar
modal, dan saya chatting dengan salah satu admin disana yang expert dalam
pasar modal. Pertanyaan saya:
"Pak, analisis teknikal apa yang terbaik?"
Kenapa saya bertanya demikian? Sebenarnya saya frustrasi. Meskipun saya
berhasil memprediksi harga saham naik, tapi ketika saya jual, harga
sahamnya naik lagi jauh lebih tinggi. Kemudian seorang expert pasar modal
menjawab:

"Tidak ada patokan untuk melihat analisis teknikal terbaik. Semua tergantung
Anda cocoknya pakai yang mana."
Kalau disimpulkan berarti: TIDAK ADA ANALISIS TEKNIKAL TERBAIK.
Waktu itu saya kesal sama jawaban sang master pasar modal tersebut. Saya
berharap menemukan formula teknikal yang bagus, malah saya nggak dapat
jawaban. Tapi, perlahan saya mulai paham dengan apa yang dikatakan oleh si
expert pasar modal tersebut. Dan sekarang saya berani berkata juga bahwa:
Tidak ada analisis teknikal terbaik.
Yang seharusnya adalah: GUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL SECARA BIJAK.
Apa artinya? baca sampai habis... Saya akan kasih kasus nyata yang saya alami
sendiri maupun dialami oleh banyak trader di pasar modal... Semoga
bermanfaat....
Waktu pertama saya belajar trading saham, saya suka sekali pakai banyak
indikator. Saya ingat sekali waktu itu. Di charting saya, saya pasang indikator
stochastic, RSI, williams%, MACD volume, moving average dan beberapa
indikator lainnya. Pikir saya: dengan bantuan banyak indikator akan lebih
mudah menganalisis.
Tapi yang terjadi saya malah tambah bingung. Stochastic dan RSI mengatakan
beli, williams% dan moving average mengatakan jual. MACD volume
menunjukkan tekanan jual mulai reda, tapi grafiknya masih mendatar. Jika
Anda jadi saya, apa Anda lakukan? Anda pasti bingung bukan? Saya harus buy
atau sell? Pada akhirnya saya nggak bisa memutuskan buy atau sell.
Karena saya sering membaca tentang analisis teknikal, dan bergabung di
forum2 pasar modal online, saya akhirnya mengerti bahwa penggunaan
indikator terlalu banyak membuat saya menjadi bingung. Akhirnya, saya
kurangi indikator yang saya pakai. Sampai saya menemukan formula yang
cocok untuk saya. Tidak mudah menemukan formula yang cocok.. Saya
mencoba berkali-kali. Intinya adalah TRIAL AND ERROR.. Coba dan gagal,
coba dan gagal.... Terus seperti itu sampai menemukan formula yang cocok..
Semua butuh proses dan pengorbanan....
Setelah saya mencoba-coba, ternyata indikator Williams% tidak cocok untuk
saya, jadi saya buang. MACD volume juga tidak cocok untuk saya, saya buang

juga. Saya pribadi juga tidak pakai moving average (MA), di mana MA ini
merupakan analisis teknikal yang sangat popoler. Bukan karena MA jelek, tapi
memang saya tidak ahli pakai MA dalam praktiknya. Kalau Anda suruh saya
jelaskan secara teori, gampang2 saja. Yang jadi masalah adalah praktik di
lapangan..
Hingga akhirnya saya menemukan formula yang cocok, yaitu mempelajari
garis support dan resistance yang dikombinasikan dengan pattern candlestick,
tren dan volume. Untuk indikator, saya hanya pakai stochastic dan RSI..
Sudah itu saja. Saya merasa nyaman dengan formula analisis teknikal yang
saya pakai. Saya selalu melatih dan melatih satu kombinasi analisis teknikal
yang saya pakai. Kalau ada rekan2 bertanya, saya menjelaskan dengan
formula yang sudah biasa saya pakai tersebut.
Sebenarnya masalah yang dialami kebanyakan trader itu sama. Pertama,
trader menggunakan terlalu banyak indikator analisis teknikal. Kedua, jika
trader sudah rugi karena kurang paham dengan formula yang dipakainya,
trader tidak segera mengganti formula tersebut dengan formula teknikal yang
lain. Trader tidak siap mencoba formula2 baru, yang mungkin akan lebih
cocok dengan dirinya. Intinya, tidak siap dengan TRIAL AND ERROR.
Nah, inilah makna yang saya maksudkan di judul postingan saya: Gunakan
Analisis Teknikal Secara Bijak. Memang tidak ada analisis teknikal
terbaik. Anda sendirilah yang menentukan analisis teknikal terbaik itu seperti
apa, dan apa yang Anda gunakan belum tentu cocok untuk orang lain. Kalau
Anda belum menemukan yang cocok, Anda harus coba, trial and error.
Namanya juga belajar, pasti butuh waktu dan pengorbanan. Disini saya tidak
mengatakan mudah kepada Anda... Supaya Anda juga paham bahwa bisnis
saham itu cukup njelimet dan apa yang selama ini dikatakan bahwa Anda bisa
dapat return puluhan kali lipat dalam jangka pendek itu hanyalah omong
kosong.
Saran saya: kalau sudah menemukan analisis teknikal yang pas untuk Anda,
jangan suka berpindah-pindah analisis teknikal. Itu akan semakin
membingungkan Anda. Misalnya, hari ini pakai MA, besok ganti pakai RSI,
besoknya lagi ganti pakai MACD. Bukannya melarang Anda untuk

mempelajari hal baru. Tetapi kalau Anda sudah menemukan formula yang
tepat untuk Anda, Anda harus latih itu terus sampai Anda benar2 mahir
memprediksi, baik dalam kondisi pasar sedang bullish maupun bearish. Kalau
boleh mengumpamakan, saya umpamakan quote Bruce Lee: "lebih baik punya
satu tendangan tetapi dilatih 1000 kali, daripada punya 1000 tendangan tapi
hanya dilatih satu kali."
Sama dengan prinsip analisis teknikal di pasar saham, Lebih baik satu
formula analisis teknikal Anda latih 1000 kali, daripada Anda memiliki 1000
formula analisis tapi hanya Anda latih satu kali. So, gunakanlah analisis
teknikal secara bijak...
Hindari Day Trading, Cara Instan Jadi Kaya !

Day Trading adalah aktivitas trading saham, di mana trader membeli dan
menjual saham dalam satu waktu (hari) yang sama. Istilah populer lainnya
adalah scalping trading. Day trading berarti Anda bisa membeli saham,
kemudian menjualnya dalam hitungan jam, bahkan menit. Pokoknya trading
pendek, dalam satu hari beli dan langsung jual. Saya pribadi menyarankan
pada Anda untuk menghindari cara ini.
Lho, apa yang salah dari day trading?
Day trading cenderung dilakukan oleh orang yang tidak sabaran karena ingin
cepat kaya dari saham, tanpa mempertimbangkan faktor analisis teknikal dan
fundamental perusahaan. Dalam trading saham, saya sendiri adalah seorang
swing trader murni, yang sangat berpatok pada tren following. Kalau tren
bilang harga saham naik, ya saya beli, kalau tren bilang turun, ya saya jual
sahamnya.
Entah mengapa tiba2 karena saya merasa cuan saya kurang, saya malah
pindah menjadi seorang day trader, beli saham sehari, jual 10 menit
kemudian. Tujuan utama saya menjadi day trader adalah tidak lain: Supaya
bisa cepat dapat cuan instan. Sekali dua kali berhasil, tapi setelah saya
lakukan banyak transaksi day trading, yang ada bukan untung tapi malah
buntung. Terus mengapa saya tidak menyarankan Anda melakukan day

trading?
Pertama. Day trading berpotensi mengurangi tingkat enjoy Anda dalam
aktivitas trading, karena Anda HARUS terus memantau layar monitor setiap
saat, setiap menit. Masalahnya, harga saham akan terus berubah, dan kalau
jadi day trading, artinya saham Anda nggak bisa nginap di portofolio. Jadi,
kalau harga saham Anda tiba2 turun dan Anda sudah terlanjur membeli
dalam jumlah lot yang banyak, psikilogis Anda akan mudah terganggu ketika
harga saham turun. Anda jadi mudah bingung, stres dan kehilangan
rasionalitas.
Kedua. Kebanyakan day trading, hanya membeli saham berdasarkan pada
saham2 yang banyak diminati pelaku pasar saja, atau cuma beli saham karena
rumor, alias cuma ngikut arah angin yang ada di pasar. Sehingga, analisis2
penting dalam saham, seperti chart malah diabaikan. Akhirnya, trading hanya
terkesan seperti judi yang tidak ada dasar analisis sama sekali.
Ketiga. Anda bisa saja untung, tapi potensi rugi Anda jauh lebih besar. Rasio
untung banding rugi hanyalah 1:4. Artinya, peluang Anda untung hanyalah 1
kali dari 5 kali transaksi, jika Anda melakukan day trading. Potensi Anda
kehilangan modal jauh lebih besar daripada potensi profit yang Anda
dapatkan.
Keempat. Harga saham sering berbalik naik, setelah Anda jual. Sering sekali,
waktu saya ingin day trading, beli satu saham yang kira2 bisa naik dalam
hitungan menit. Setelah saya beli, bukannya naik malah turun. Esok harinya,
terkoreksi lagi. Saya stres, akhirnya karena takut turun terus, akhirnya saya
jual sahamnya. Beberapa hari kemudian tiba2 harga sahamnya malah balik
arah sampai satu minggu.
Tapi bukannya di pos: Menjadi Trader atau Investor Saham? - Part
II, Bung Heze menuliskan bahwa strategi investasi atau trading terbaik semua
kembali ke karakter diri kita masing2?
Benar. Tetapi kalau Anda baca alasan kedua diatas, maka penjelasan tersebut
bisa menjelaskan pertanyaan Anda. Percayalah, trading saham bukan berarti
Anda harus memantau layar setiap saat untuk melihat fluktuasi jangka

pendek yang membuat Anda stres. Kerugian yang saya alami saat mencoba
menjadi seorang day trader yang handal, membuat saya kembali pada jalur
swing trading, yang murni mengandalkan analisis teknikal, dan tidak
mengabaikan poin2 penting dalam trading itu sendiri. Pikiran ingin cepat
kaya dari saham, saya tuangkan salah satunya dalam pos berikut: Trading
Saham, Bikin Kaya? Anda harus baca.
Apabila Anda seorang trader, akan sangat lebih baik jika Anda melakukan
strategi Buy and Hold. Saham2 yang bisa memberikan return adalah saham2
likuid yang sedang berada dalam tren naik (uptrend). Mengandalkan analisis
teknikal akan jauh lebih baik ketimbang Anda sekedar gambling dan ngarep
untuk cepat kaya.
PERUSAHAAN SEKURITAS DAN KARAKTER DAY TRADING
Tetapi dilema lain muncul, perusahaan sekuritas tempat Anda membuka akun
rekening saham, tentu akan lebih menyukai apabila Anda melakukan day
trading. Kenapa begitu? Karena semakin sering Anda transaksi, perusahaan
sekuritas akan semakin sering menerima fee transaksi. Bukankah begitu?
Tidak jarang pula, mungkin dari pengalaman Anda juga saat Anda sedang
hold saham2 yang naik, Anda direkomendasikan untuk segera menjual dan
mengalihkan ke saham2 rebound lainnya. Dan percayalah broker Anda tidak
suka kalau Anda hold saham terlalu lama, apalagi sampai investasi. Hehehe.
Semakin lama Anda hold saham, artinya transaksi Anda semakin sedikit dan
fee yang diterima perusahaan sekuritas akan semakin kecil. Tetapi kalau Anda
mematuhi trading plan Anda, Anda harusnya bisa secara objektif
memutuskan saham2 mana yang harus Anda jual terlebih dahulu.
Mana yang Boleh: Averaging Up atau Averaging Down?

Melakukan tindakan averaging up dan averaging down ketika membeli saham


biasanya dipengaruhi oleh psikologis trading seseorang. Kedua tindakan
tersebut, sangat mencerminkan kondisi perasaan seorang trader saat
melakukan averaging up maupun averaging down. Kalau Anda belum

memahami istilah averaging up dan averaging down, silahkan baca


pos: Averaging Down dan Averaging Up Saham.
Tanya Anda: "Apa maksudnya psikologis?"
Saya mulai satu-persatu. Saya mulai dengan averaging down terlebih dahulu.
Seperti di pos yang saya jelaskan, averaging down berarti membeli saham
(lagi) pada harga yang lebih rendah karena memang saham yang Anda miliki
harganya sedang turun. Kenyataannya, di pasar saham banyak sekali trader
yang melakukan ini (saya pun juga pernah).
Awalnya saya berpikir bahwa averaging down adalah tindakan yang tepat.
Kenapa? Karena saya berpikir melakukan averaging berarti saya dapat saham
di harga rata2 yang lebih murah, sehingga lebih mudah untuk menjual.
Namun, perlahan saya sadar, bahwa melakukan averaging down berarti itu
adalah tindakan penakut. Lho, kok bisa?
Sesungguhnya, ketika melakukan averaging down Anda sedang berada dalam
kondisi takut dan panik, kalau-kalau harga sahamnya turun terus. Sehingga,
lebih baik melakukan averaging down agar kalau harga sahamnya naik sedikit,
sudah bisa jual untung karena kita bisa dapat di harga rata2 yang lebih
rendah.
Membeli saham di harga yang lebih murah saat harga sahamnya anjlok
banyak artinya Anda berharap dan terus berharap supaya harga saham akan
berbalik naik. Tindakan ini tentu tidak bijak. Kenapa? Karena tindakan ini
hampir sama dengan gambling dan kenyataanya banyak trader yang
melakukan hal tersebut dan sahamnya malah 'nyantol' nggak bisa jual lagi.
Baca pos: Penyebab Saham 'Nyantol': Trader Nggak Mau Cut Loss.
Yang jadi permasalahan: Anda tidak tahu kapan harga akan balik naik ke
harga semula. Ketika Anda melakukan averaging down, dan ternyata harganya
nggak balik naik, maka kepemilikan Anda semakin bertambah dan Anda tidak
bisa menjual alias 'nyantol'. Andaikan Anda membeli saham BUMI dengan
harga Rp8.000 per lembar ketika BUMI masih blue chip tahun 2008, dan
ketika BUMI turun sampai RP7.800, Anda beli lagi sahamnya di harga
Rp7.700. Ternyata sahamnya turun terus sampai hari ini pos diupdate (13

Februari 2016), harga sahamnya tinggal Rp50. Maka, sesungguhnya Anda


sudah

melakukan

kesalahan

besar.

Sehingga, bahasa kasarnya, averaging down adalah tindakan 'pengecut'.


Trader melakukan averaging down karena trader tidak berani melakukan cut
loss, yang berakibat, pada banyak kasus, sahamnya nyantol.
Bagaimana
dengan
averaging
up

sendiri?

Averaging up adalah tindakan yang justru disarankan ketika Anda trading,


bukan averaging down. Kebalikannya, kalau averaging down tadi saya bilang
pengecut, maka averaging up saya bilang adalah tindakan percaya diri.
Anda disarankan membeli saham dengan harga average, kalau harganya naik
(averaging up), karena hal tersebut menunjukkan keyakinan, bukan keraguan.
Kenapa? Karena logikanya, camkan hal yang satu ini, di pasar modal:
"Saham2 yang mampu memberikan profit adalah saham2 yang harganya
bullish, bukan saham2 yang harganya anjlok." Dan terbukti, selama saya
trading, saham2 yang mampu memberikan profit untuk saya memang adalah
saham2
yang
bullish,
bukan
saham2
yang
anjlok.
So, harusnya Anda menambah kepemilikan saham Anda saat harganya lagi
naik,
bukan
saat
harganya
sedang
turun.
Atas dasar inilah Anda disarankan untuk melakukan averaging up, bukan
averaging down.
Kesalahan Trader dalam Mendiversifikasi Saham (Part II)|

Postingan saya di Part I: Diversifikasi Saham atau Konsentrasi Saham,


sudah saya jelaskan secara detail perbedannya dan mana yang lebih baik
antara keduanya....
Sekarang, saya akan bahas lebih dalam mengenai strategi diversifikasi.
Kenapa bahas diversifikasi? Karena dalam praktik-nya bayak trader yang
menggunakan strategi ini untuk trading ketimbang strategi konsentrasi, akan
tetapi dalam penerapannya, masih banyak yang belum memahami strategi ini
dengan tepat, walaupun sudah trading cukup lama di pasar modal...

So, kecerobohan trader apa yang paling sering terjadi ketika menggunakan
diversifikasi? Kecrobohan PALING UTAMA adalah MEMILIKI PORTOFOLIO
SAHAM TERLALU BANYAK... Ada yang sampai menyimpan 15 saham...
Wah.... banyak banget... Apakah salah? Ya itu adalah kesalahan yang cukup
fatal.. Perlu Anda ketahui, jika Anda menyimpan portofolio terlalu banyak
maka akan ada 2 dampak negatif.
Pertama, return yang Anda dapatkan terlalu kecil.. Semakin banyak saham
yang Anda beli, otomatis Anda harus membagi dana Anda kedalam saham2
tersebut... Otomatis, return yang Anda dapatkan akan semakin sedikit.. Tidak
percaya? Lihat
Roti
=
Dana
Anak-anak
ILUSTRASI

ilustrasi
yang
Anda

miliki
=

saya
untuk

dibawah:
trading
saham
Saham
1:

Ada sebuah roti yang sangat besar. Kemudian, ada 4 orang anak yang terlihat
sangat lelah setelah bermain bola. Anak2 tersebut melihat roti tersebut dan
membaginya
ILUSTRASI

sama

rata.
2:

Ada sebuah roti yang sangat besar. Kemudian, ada 4 orang anak yang terlihat
sangat lelah setelah bermain bola. Anak2 tersebut melihat roti tersebut dan
segera akan membaginya sama rata. Akan tetapi, datanglah 5 temannya lagi
dan ingin ikut meng-konsumsi roti tersebut. Jadi, totalnya ada 9 anak.
Kemudian, 9 anak tersebut membagi roti tersebut sama rata.
Dari 2 ilustrasi diatas, 4 anak pertama bisa makan lebih puas ada di ilustrasi 1
atau
2?
Saya yakin Anda juga setuju sama saya, yaitu di ilustrasi pertama. Kenapa?
Karena pada ilustrasi 1, roti yang besar tersebut hanya dibagi untuk 4 orang,
sehingga 4 anak pertama akan makan lebih kenyang. Tapi kalau di ilustrasi
kedua, roti harus dibagi untuk 9 anak, sehingga 4 anak pertama pasti akan
mendapat jatah yang lebih sedikit. Sampai disini sudah paham?
Nah, ini semua sama dengan saham yang saya jelaskan tadi. Jika Anda
membagi dana Anda hanya untuk membeli 4 saham saja, maka Anda bisa
menikmati return Anda lebih besar. Tapi, kalau Anda membagi dana Anda

untuk membeli sampai 9 saham, potensi mendapat return pasti lebih kecil,
karena jatah dana Anda yang harusnya bisa Anda alokasikan untuk 4 saham,
Anda alokasikan untuk tambahan 5 saham, sehingga dana yang Anda
masukkan untuk tiap saham jadi lebih sedikit. Kalau dana lebih sedikit,
keuntungan pasti lebih sedikit. Ingatlah prinsip investasi: HIGH RISK, HIGH
RETURN...
Kedua, Anda akan susah dan bingung memantau saham2 Anda sendiri.
Portofolio yang terlalu banyak membuat Anda menjadi semakin bingung
untuk memantau pergerakan saham Anda... Kalau tidak percaya, saya sudah
membuktikannya sendiri.. Punya saham terlalu banyak, apalagi bagi seorang
trader akan sangat susah untuk memantaunya...
Lalu Anda ber-statement kembali: "Habis, harga sahamnya sudah mau naik
lagi, saya takut kalau harga sahamnya tiba2 keburu naik drastis, dan saya
nggak
kebagian
sahamnya
alias
ketinggalan
kereta."
Jika Anda memiliki pernyataan seperti itu, artinya Anda tidak bisa
mengendalikan emosi Anda sebagai trader...
"Lalu, bagaimana solusinya Pak?"'
Sebagai seorang trader yang menggunakan diversifikasi, solusi yang saya
sarankan, silahkan lanjut baca ke postingan saya Part III: Menggunakan
Diversifikasi Saham yang Pas..
Trading Saham, Bikin Kaya?

Setelah menjalani trading saham, setelah merasakan jadi seorang pemula,


setelah gonta-ganti sistem dan trading plan. Setelah mengalami seluk beluk
dunia trading, kadang untung, kadang rugi. Saya awalnya adalah seorang
swing trader, kemudian coba berganti jadi investor, lalu coba jadi trader
jangka menengah, lalu ganti lagi coba jadi scalping trader, dan akhrinya
kembali lagi jadi swing trader. Dan sampai sekarang saya menyimpulkan, tipe
trading yang paling cocok untuk saya adalah swing trading. Bagaimana
dengan
Anda?
Sebagai seorang trader, apalagi kalau Anda pemula, Anda akan menghadapi

suatu dilematis, yang saya namakan dengan DILEMA TRADING. Dilema


trading yang saya maksud adalah:
Saham rebound secara indikator, tapi begitu sahamnya dibeli, harganya
langsung turun. Saham yang ragu dibeli, harganya langsung melejit naik.
Beli saham dalam jumlah lot sedikit, harganya naik banyak. Beli saham
dengan jumlah lot yang besar, harganya langsung anjlok. Punya 3 pilihan
saham rebound, salah satu dibeli harganya langsung turun, tapi saham 2
saham lainnya yang tidak dibeli itulah yang harganya naik kencang. Take
profit saham, harganya malah lanjut naik. Cut loss saham, harganya balik
naik. Ragu beli saham ini itu karena saham sudah rally dan ketinggian,
harganya tambah naik lebih kencang. Tapi kalau saham yang sudah naik
kencang dibeli, harganya langsung koreksi.
Kalau Anda seorang pedagang saham, coba Anda renungkan dilema trading
diatas. Saya yakin Anda, saya tidak akan menyangkal kenyataan yang
menyakitkan tersebut. Mengapa saya menulis quote tersebut? Karena itulah
yang saya alami sendiri sebagai seorang trader. Dilema, pengalaman, dan
kenyataan trading inilah yang paling amat sangat menjengkelkan. Dan
percaya nggak percaya, banyak bahkan semua pedagang saham mengalami
hal yang sama, namun mereka malu untuk mengakuinya. Para trader
kebanyakan memamerkan profit yang mereka raih, namun apakah dibalik
semua itu mereka juga menyembunyikan dilema tradingnya?
Seminar2 saham, pelatihan2 tentang investasi saham, workshop apapun yang
berhubungan dnegan dunia persahaman, setiap pembicara akan selalu mensugesti Anda: "Investasi saham itu mudah untuk dapat profit". Mereka
menctohkan tokoh A lah, tokoh B lah yang terjun ke dunia saham dan dapat
profit berlipat-lipat. Seakan sungguh men-sugesti Anda kalau inilah saatnya
Anda buka akun rekening saham dan investasi saham, karena dengan saham
Anda
bisa
profit
berlipat-lipat.
Kemudian para pemula buanyakk, yang tanpa bekal apapun mengenai risiko
saham bertanya: "Pak, apakah bisa profit 30% sebulan?" "Metoda trading
Anda bisa menjamin profit berapa persen sebulan?" Sungguh salah dan
ngawur semua pemikiran2 tersebut, pemikiran2 yang hanya bertujuan dapat

profit instan tanpa ada usaha keras. Kata2 yang menjebak dan men-sugesti
calon2 investor dan trader saham untuk segera masuk ke dunia saham... dan
kemudian
hasilnya?...
Bukan
untung,
malah
buntung....
Kalau sudah buntung, akhirnya menyalahkan pasar saham sebagai penyebab
kerugian. Pasar saham judi lah, pasar saham suka bohong lah, orang lain yang
salah
lah.
Tidak
mau
mengakui
kesalahan
sendiri.
Mengapa jarang sekali ada para trader maupun "pakar" yang mau mengakui
dan menuliskan seperti quote saya diatas? Kebanyakan karena orang2 tidak
mau mengakui bahwa itulah kenyataan yang sebenarnya. Sedikit ada yang
berani mengungkap kesulitan2 dalam trading saham. Sedikit ada yang
mengungkap bahwa pemula akan sering salah, pemula akan sering rugi.
Sedikit ada yang berani mengungkap kenyataan dan dilema trading.
Kalau Anda protes: "Mengapa Bung Heze berani menulis pos ini?"
Karena saya ingin berbagi pada Anda tentang kenyataan trading. Kenyataan
artinya bukan hanya memunculkan yang baik2 saja, terus yang buruk2
disembunyikan. Saya menulis pos ini bukan karena ada udang di balik batu.
Namun, saya ingin meluruskan persepsi Anda tentang trading dan investasi
saham. Sekaligus MENJADI BAHAN EVALUASI untuk diri saya sendiri.
Sebagai pemula, performa trading saya sebenarnya tidaklah buruk. Selama 6
Bulan pertama saya dapat return yang lumayan gede untuk ukuran seorang
pemula. [return akan saya berikan menyusul]. Namun, setelah itu hingga satu
setengah tahun saya malah mengalami kerugian dan kerugian. Dan kalau
kembali pada quote saya diatas tentang dilema trading, itulah yang saya
alami. Akhirnya, cara terbaik adalah berhenti trading sementara dan
melakukan
evaluasi.
Jujur saja, ketika dilanda kerugian saya sempat beberapa kali berpikir untuk
tutup akun saja dan berhenti total dari trading saham. Tapi dengan segala
perjuangan, saya berusaha untuk tidak menyerah saat itu juga. Terus maju,
terus evaluasi. Hingga akhirnya saya menemukan pola yang pas, indikator
yang tepat yang bisa MEMINIMALKAN KERUGIAN SEKECIL MUNGKIN
dan
bisa
dapat
PROFIT
KONSISTEN.
Dengan segala pembelajaran, akhirnya saya lebih siap menerima risiko. Saya

tahu jalan menuju sukses tidaklah instan. Saya tahu yang instan2 ujungnya
nggak baik. Bahwa untuk berhasil, Anda harus membangun pondasi terlebih
dahulu. Membangun pondasi dengan cara belajar rugi dan menerima
kenyataan yang nggak enak. Anda harus mau mengakui bahwa pasar adalah
benar. Dan itu artinya? Artinya Anda harus ikut yang benar, Anda tidak bisa
melawan
arus
pasar.
Bung Heze, berarti kapan waktu yang pas untuk trading / investasi saham?
Kalau di seminar2 saham, jawabannya adalah sedini mungkin. Tapi, menurut
saya itu bukan jawaban. Waktu yang tepat untuk investasi saham
adalah ketika Anda sudah siap menerima risiko, ketika Anda tidak berharap
dapat profit instan, ketika Anda sudah siap untuk rugi sebagai pemula, ketika
Anda siap menerima bahwa Anda memang rugi dan pasar memang benar.
Jadi kalau Anda sudah siap terjun ke dunia saham, termasuk Anda yang
sudah trading tapi mindset Anda masih salah, maka perhatikan tahapan2
supaya
Anda
bisa
kaya
dari
saham:
Pertama. Siap2 rugi selama 1-1,5 tahun. Walaupun 6 bulan - 1 tahun pertama
bisa
profit.
Kedua. Belajar sekuat tenaga menemukan sistem yang tepat, 6 bulan - 9
bulan.
Tahap
ini,
Ketiga.
Mulai

Anda
akan
belajar

sering
gonta-ganti
meminimalkan

sistem.
rugi.

Keempat. Mulai belajar untuk profit konsisten (bukan profit besar), disertai
kerugian
yang
sangat
minimal.
Jadi, tahapan pertama untuk kaya dari saham bukan berpikir bagaimana bisa
dapat profit 30% sebulan, tapi langkah awalnya adalah Anda harus sudah siap
rugi
Siapkah Anda?

terlebih

dahulu.

Jangan Mau Trading Di Perusahan Tbk Abal-Abal (Part II - Habis)

Tulisan saya di Part I: Perusahaan Tbk Abal-Abal, sudah menjelaskan


mengapa ada perusahaan2 seperti itu. Dan sudah saya paparkan pula, bahwa

di pasar modal jumlah saham ada 500 lebih, tapi yang bergerak likuid hanya
puluhan saja.
Anda sebagai investor yang rasional, jangan mau menanamkan dana, trading
di perusahaan yang kinerja dan harga sahamnya tidak jelas. Jangan mau
trading di perusahaan yang harga sahamnya "dipermainkan" oleh bandar,
karena harganya rendah sekali dan tidak likuid. Kenapa saya menulis pos
lanjutan ini? Karena faktanya, banyak trader yang suka terjebak trading di
saham2 gorengan. Saham gorengan kan kalau Anda lihat laporan
keuangannya, kinerjanya tidak stabil.
Saya pribadi sudah pernah beberapa kali mengalami kerugian karena cobacoba masuk di saham yang tidak likuid, dan dalam waktu yang cukup singkat
dana saya tergerus. Untungnya, saya langsung cut loss. Meskipun, saya juga
pernah untung cepat dalam sekejap dengan "bermain'main" di saham
gorengan. Tapi dari pengalaman saya dan juga pengalaman rekan2 trader
yang lain, setidaknya menunjukkan bahwa trading di perusahaan Tbk abal2
tidak aman.
Tidak sedikit dari trader yang tidak bisa mengambil keputusan secara
rasional, dan akhirnya mereka terjebak dalam saham2 seperti itu. Akhirnya,
portofolio dan manajemen modal mereka menjadi tidak terarah. Profit pun
tidak
bisa
Anda
dapatkan
secara
konsisten.
Barangkali Anda mulai bosan dan bertanya: "Terus apa solusinya?"
Solusinya, Anda harus pintar-pintar memilih saham. Saran saya, Anda lebih
baik trading di saham2 LQ45. Karena saham2 LQ45 selain sangat likuid,
perusahaan2 yang masuk dalam LQ45 tersebut merupakan emiten2 yang
sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Seperti Indofood. Sehingga, nilai
transaksinya tentu menjadi lebih likuid. Dan kalau Anda adalah seorang
fundamentalist, jangan lupa untuk menganalisis laporan keuangan dan
prospek perusahaan. Jangan hanya karena sahamnya kelihatan murah, Anda
langsung investasi dengan harapan harga sahamnya naik 15 kali lipat. Padahal
perusahaannya adalah perusahan bermasalah. Dan jangan lupa, ada baiknya
Anda memiliki saham2 pilihan. Baca juga: Menetapkan Saham Pilihan
Trading (Part I).Trader Harus Punya Saham Pilihan (Part II).

Sekarang, saya lebih memilih trading di saham2 LQ45 saja, kalaupun bukan
LQ45, saya akan memilih saham2 yang masih likuid dan mungkin saham2 itu
nantinya bisa jadi masuk LQ45. Contohnya sekarang: saya trading dan
investasi di PPRO. Dari pembelajaran awal saya dahulu, trading dengan
membeli saham2 likuid memang tidak serta merta memberikan Anda profit
yang besar dan bombastis secara langsung, namun dengan trading di saham2
yang bagus, membuat saya bisa mendapat profit yang KONSISTEN, dan
manajemen modal saya menjadi lebih terarah.
Psikologi Pasar Saham: Empat Tahapan Penting

Kalau Anda bertanya, psikologi market itu seperti apa? Maka saya bisa
mengungkapkannya dengan dua kata: FEAR , GREED. Fear berasal dari
bahasa Inggris yang artinya takut, sedangkan greed artinya serakah/ tamak.
Sebelum saya berbicara banyak mengenai fear and greed, ada baiknya saya
mengungkapkan pada Anda, bahwa di pasar modal, pergerakan IHSG dan
pergerakan harga saham secara spesifik akan terjadi dalam 4 SIKLUS
tahapan.
1. Tahapan mendaki. Pada tahapan ini, harga saham berada di posisi
rendah, dan para pelaku pasar sudah bersiap-siap melakukan akumulasi
saham untuk mengangkat harga saham tertentu, karena harganya sudah
rendah, sudah koreksi. Biasanya pada tahapan ini, tipe2 investor dan trader
cerdas (smart money), yang bisa membaca pergerakan harga saham lebih
awal, akan masuk lebih dahulu untuk melakukan buy.
2. Tahapan bullish. Pada tahapan ini, karena sudah banyak para pelaku
pasar yang akumulasi, harga saham akan berada dalam tren naik. Dan
biasanya, para investor ritel yang tidak sehebat smart money, mereka baru
akan berani masuk pada saat saham tersebut benar2 bullish, seperti pada
tahapan 2 ini.

3. Tahapan jenuh. Harga saham tidak mungkin naik terus. Setelah harga
saham naik mencapai titik tertentu karena terus diangkat, yang artinya secara
teknikal harga saham sudah ketinggian atau kemahalan (jenuh beli), harga
saham akan cenderung sideways dan mulai terlihat tren turun jangka pendek.
Disini sudah mulai terlihat beberapa pelaku pasar mulai menjual sahamnya.
4. Tahapan koreksi. Setelah harga saham mencapai jenuh beli, terjadilah
aksi ambil untuk atau profit taking. Hal ini dilakukan oleh para pelaku pasar
dengan cara menjual sahamnya yang harganya sudah dianggap terlalu tinggi,
sehingga menyebabkan harga saham koreksi atau turun sementara. Pada
tahapan koreksi, bisa saja koreksinya lebih rendah daripada harga pada saat
saham berada di tahapan 1, tetapi bisa juga harga koreksinya masih lebih
tinggi daripada harga saham pada saat berada di tahapan 1. Biasanya, kalau
saham tersebut likuid, prospek dan bagus, maka meksipun terjadi koreksi
tetapi harga saham masih lebih tinggi daripada harga saham pada siklus di
tahapan 1.
Berikut 4 siklus tahapan yang menentukan psikologi pasar.
Penerapan riil 4 tahapan siklus pada saham INDF.

Setelah melalui tahapan koreksi ini, harga saham akan kembali lagi ke
tahapan 1, demikian seterusnya. Itulah kenapa saya katakan sebagai
siklus. Namun, untuk saham2 spesifik, memang tidak semua bisa menerapkan
4 tahapan tersebut, karena ada banyak saham yang pergerakannya sideways

terus, saham gorengan yang naik turunnya tidak bisa ditebak karena tidak
likuid, atau bahkan saham tidur yang tidak bergerak sama sekali.
Empat siklus tahapan inilah merupakan tahapan-tahapan dimana psikologi
pasar sesungguhnya terjadi, yaitu FEAR and GREED. "Lalu, apa
hubungannya tahapan2 ini sama fear and greed?" Tanya Anda.
Tentu saja sangat berhubungan. Psikologi pasar bisa dijekaskan melalui
tahapan2 tersebut. Lalu bagaimana tahapan2 ini dapat menyebabakan
seseorang menjadi serakah atau sebaliknya takut? Silahkan baca pos
selanjutnya: Psikologi Pasar: Fear And Greed (Part I).
Emosi Trader: Pengalaman Saya Kena Force Sell

Pada postingan: "Pak, Saya Ingin Trading di Pasar Saham" sudah saya
jelaskan mengenai pentingnya emosi trader saham. Sekarang saya ingin
membagi pengalaman saya kepada Anda, karena saya juga trader saham
(walaupun ada saham2 yang saya simpan untuk jangka panjang). Mengapa
saya berani menulis tentang emosi investor dan sekaligus menyatakan itu
penting? Karena saya pernah mengalami sendiri. Ya, saya pernah kena force
sell. Untuk memahami force sell dan mekanisme force sell, silahkan buka
postingan: Istilah Force Sell di Pasar Modal.
Nah pengalaman saya, saya kena force sell pada saat saham yang saya hold
harganya masih turun terus. Ini yang menyedihkan.
Saya sebenarnya sudah menemukan cara saya sendiri menggunakan analisis
teknikal untuk trading saham yang bisa dapat cuan. Tapi saya agak berbeda
pada pertengahan 2014, karena melihat saham yang satu ini turun, saya yakin
bisa naik. Agustus 2014, saya pernah membeli saham Aneka Tambang
(ANTM), di harga 1230. Setelah beberapa lama, harganya ternyata turun lagi
ke 1.125. Karena harganya turun lagi, saya langsung lepas kontrol, karena lihat
harganya turun terus. Saya tidak cut loss, dan membeli ANTM lagi dalam
jumlah agak banyak di harga 1.095. Harapan saya, saya bisa dapat average
price yang lebih murah, sehingga ketika naik, saya lebih mudah dapat cuan

ketika

jual.

Ternyata harga sahamnya kok malah turun terus.... Saya sudah mulai nyesel
soalnya nggak pasang cut loss. Saya seharusnya melakukan cut loss di harga
1.150. Saya sudah amati waktu itu, ANTM nggak kuat nahan supportnya di
1.150. Saya sudah mau pasang cut loss di harga 1.150, tetapi saya kurang bisa
mengendalikan emosi. Saya terlalu banyak berharap dapat harga yang lebih
rendah dengan beli ANTM lagi di harga yang lebih murah.
Karena sudah lepas kontrol, saya nggak sadar, dana yang saya gunakan untuk
beli ANTM lagi di harga 1.095 itu ternyata adalah dana pinjaman dari kantor
sekuritas. Sebenarnya nggak masalah pinjam, asal harus bisa dikembalikan
dengan cara menjual saham kita kurang dari 1 minggu. Saya sudah tahu kalau
ANTM ini mungkin nggak akan bisa cuan dalam seminggu. Harganya
memang ternyata turun terus. Total saya punya ANTM sekitar 40 lot.
Setelah saya nggak mantau ANTM agak lama, kemudian setelah saya pantau
lagi, ternyata saham ANTM saya tinggal 19 lot. "Lho kok bisa, padahal saya
nggak pernah jual saham saya, kok bisa jual-jual sendiri"? pikir saya. Saya
bingung dan panik, karena setengah saham ANTM saya terjual rugi di harga
925 pada bulan Oktober 2014. Padahal saya dapat di harga 1.095 dan 1.230,
yang kalau di rata-rata, aya masih dapat harga rata-rata di 1.162,5.
Saya coba cek email saya, karena kalau ada saham yang di buy maupun di sell,
dari kantor sekuritas selalu memberi email, berupa keterangan saham yang
dibeli, beserta lot dan amount-nya. Pas saya cek email saya, nggak taunya saya
buka ada email dari kantor sekuritas kemarin yang menyatakan bahwa saya
harus segera menjual saham saya atau menambah dana sebesar saham yang
saya beli sampai batas jam 2 siang, karena dana tersebut ternyata adalah
pinjaman dari kantor sekuritas (sebesar 1.095 X 19 lot X 100 lembar X fee beli
o,17%).
Kemudian, saya cek email lagi, ada email baru lagi yang menyatakan bahwa
saham saya sudah di force sell. Saya telat buka email, sehingga saya kena force
sell dalam keadaan rugi. Tapi, itu semua salah saya. Saya membeli saham
tanpa memperhatikan sisa dana saya.

Perasaan saya waktu itu campur aduk. Sempat berpikir untuk berhenti trading
saham. Saya bahkan beberapa minggu tidak memantau lagi pergerakan harga
saham karena saya shock. Saya shock dan rasanya masih nggak percaya kalau
saya kena force sell. Karena ini baru kejadian pertama. Tapi kerugian yang
saya alami, bukanlah alasan untuk menyerah. Walaupun shock dan semat
berpikir berhenti trading, perlahan saya melakukan refleksi.
Mau tau kenapa saya kena force sell? Jawabannya: karena saya lupa
mengendalikan emosi. Ya, emosi saya sebagai seorang trader saham. Saat saya
buy saham ANTM, harga saham ANTM mengalami penurunan. Ketika
mengalami penurunan, disitulah emosi kurang terkontrol. Saya membeli
saham ANTM lagi dalam jumlah cukup besar, dengan tujuan mendapat harga
average yang lebih murah, sehingga kalau saya sell sahamnya, akan lebih
mudah cuan. Saya sudah mendapat harga average yang lebih murah, akan
tetapi harga sahamnya tak kunjung naik. Dan saya tau, kalau harga saham ini
bakal agak lama naiknya, dan ternyata ASTAGA... Saya lupa!!!
Saya lupa kalau dana yang saya gunakan itu adalah dana pinjaman dari kantor
sekuritas. Saya nggak sadar. Saya membeli saham, tapi saya lupa mengecek
posisi dana saya, dan dana yang saya pakai ternyata adalah dana pinjaman.
Saking pinginnya dapat harga average murah. Saya nggak cek sisa dana saya.
Tiba-tiba, setelah lima hari, saya langsung kena force sell. Saya baru sadar
ketika cek portofolio saya dan ada saham saya yang di sell padahal harganya
lagi
Apakah

turun
salah

dan
akhirnya
kantor
sekuritas?
Apakah

saya
kesalahan

rugi.
pasar?

Jawabannya adalah Tidak. Semua adalah kesalahan saya sendiri. Kesalahan


"lupa" mengendalikan emosi. Jadi, itulah mengapa saya menulis
postingan: Penting! mengendalikan emosi trader... Karena saya juga
punya

pengalaman

buruk,

mengalami

rugi

gara-gara

tidak

bisa

mengendalikan
emosi.
So, jika Anda adalah seorang trader, seorang teknikalis, mengendalikan emosi
itu sangatlah penting. Anda mengerti analisis teknikal, tetapi tidak mampu
mengontrol emosi trader, maka sama saja Anda akan rugi.

Fakta-fakta Psikologi di Pasar Saham

Saya punya quote: "Pasar saham tidak

melulu

soal

analisis

teknikal". Pasar saham memang selalu identik dengan grafik, indikator,


candlestick (analisis teknikal), karena untuk merekomendasikan trading
saham dan memprediksi IHSG pasti butuh analisis teknikal. Kalau bukan
analisis
teknikal,
lalu
mau
pakai
analisis
apa?
Tetapi kalau Anda sadari, pasar modal sebenarnya sangat menyangkut
psikologi pasar. Kalau Anda perhatikan grafik harga saham, maka pergerakan
harga saham yang tercermin dari grafik tren itu adalah hasil dari psikologi
pasar.
Fine2 saja Anda mulai belajar dari analisis teknikal, karena kalau mau trading
harus bisa analisis teknikal. Tapi analisis teknikal saja nggak cukup. Dibalik
analisis teknikal ada yang namanya PSIKOLOGI. Saya ulangi sekali lagi:
PSIKOLOGI.
Banyak para trader yang tahu analisis teknikal, tanpa menyadari betapa
pentingnya psikologi trading yang benar, yang harus mereka terapkan ke
dalam sistem tradingnya. Mari kita simak beberapa fakta tentang psikologi di
pasar saham, yang saya rangkum dari banyak pemikiran trader2 di pasar
saham.
1. Pemikiran: Cut loss bukanlah hal penting, karena saya yakin
harga saham bisa berbalik dari harga yang saya dapatkan. Fakta:
Cut
loss
adalah
bagian
penting
dari
trading.
Perlu Anda ketahui, tidak melakukan batasan cut loss, menyebabkan kerugian
Anda semakin membengkak, dan akhirnya menyebabkan saham2 Anda
nyantol. Baca postingan: Penyebab Saham 'Nyantol': Trader Tidak Mau
Cut

Loss.

2. Pemikiran: Mengejar profit sebanyak-banyaknya dari trading.


Fakta: Mengejar profit semata hanya akan membuat rasionalitas
Anda
hilang,
dan
melupakan
kualitas
analisis.
Trading memang bertujuan untuk menghasilkan profit yang berupa uang.
Tapi, salah jika Anda hanya mengejar profit. Banyak trader yang hanya profit

oriented, sehingga mengabaikan pentingnya analisis teknikal. Jika Anda


hanya mencari profitnya saja, maka ketika Anda mengalami kerugian, Anda
akan berusaha untuk membalas kerugian di transaksi berikutnya yang justru
dapat menghilangkan objektifitas analisis Anda. Baca postingan: Kesalahan:
Motif

Trading

Hanya

untuk

Mencari

Uang.

3. Pemikiran: Pasar saham itu gampang ditebak arahnya. Fakta:


Pasar saham tidak mudah ditebak, Anda harus "ikut arus, bukan
melawan
pasar.
Pemikiran ini membuat Anda jadi suka tebak2-an. Ketika Anda meyakini
bahwa pasar saham mudah ditebak, maka bisa dipastikan Anda akan
melakukan aktivitas trading dalam kondisi pasar bullish maupun bearish.
Padahal, seharusnya Anda harus paham kapan saatnya masuk - keluar pasar atau wait and see. Terutama, jika Anda adalah trader yang hanya trading
dalam rentang kurang dari 1 minggu, maka ketika kondisi pasar lagi strong
bearish, itu bukanlah saat yang pas untuk masuk pasar. Baca
postingan: Pasar
Saham
Susah
Ditebak.
4. Pemikiran: Bingung kalau tidak trading. Fakta: trading tidak
perlu
setiap
hari.
Trading harus didasarkan atas analisis, yaitu menggunakan momen yang
tepat. Trading tidak perlu melulu harus dilakukan setiap hari. Jika Anda
punya prinsip trading harus setiap hari, tangan gatal karena ingin beli saham
setiap saat, maka dapat dipastikan saham Anda banyak yang 'nyantol' kalau
kondisi
pasar
saat
itu
sedang
dilanda
sentimen
negatif.
Kesempatan untuk memperoleh profit di pasar saham itu sangat luas, sangat
terbuka. Tinggal bagaimana Anda harus mampu menempatkan momen yang
pas. Momen yang pas bukan berarti harus trading setiap hari.
5. Pemikiran: Selalu berusaha meniru sistem trading para pakar
ternama yang sudah menghasilkan banyak profit. Fakta: Sebagus
apapun sistem pakar ternama, sistem tersebut BELUM TENTU
COCOK untuk Anda, karena karakteristik setiap orang berbedabeda.
Menurut saya, sistem trading saya (analisis yang saya pakai untuk prediksi

harga saham) sangat simpel. Anda bisa lihat analisis saya di halaman:
Rekomendasi Saham Harian. Saya yakin bahwa sistem trading saya tidak ada
yang wahh, tidak ada yang istimewa.. Saya tidak menggunakan sistem trading
yang rumit. Bukannya tidak bisa, tapi saya merasa lebih terlatih dengan
sistem yang lebih simpel dan saya nyaman dengan sistem yang sudah saya
ciptakan sendiri. Saya tidak meniru sistem dari pakar manapun.
Sebagus apapun sistem pakar, kalau memang tidak cocok untuk Anda,
percayalah Anda tidak akan bisa memetik profit maksimal. Jadi, saya
menyarankan agar Anda jangan meniru, kecuali memang sistem pakar
tersebut benar2 cocok untuk Anda. Ada baiknya pula kalau Anda mengadopsi
sistem trading dari pakar yang Anda segani. Tapi intinya, Anda harus bisa
menciptakan sistem yang memang benar2 mencerminkan karakter Anda
sendiri,
bukan
orang
lain.
6. Pemikiran: Beli portofolio sebanyak-banyaknya karena
harganya pada naik semua. Fakta: Semakin banyak portofolio yang
Anda miliki, semakin susah Anda untuk memonitornya dan
semakin kecil return yang Anda dapatkan.. Semakin Anda
memiliki terlalu banyak portofolio, artinya mental trading Anda
masih
belum
kuat.
Baca
postingan: Kesalahan
Trader
Dalam
Mendiversifikasikan
Sahamnya. Baca postingan: Menggunakan Strategi Diversifikasi yang
Pas
(Part
III)
Sebenarnya, apa tujuan dari postingan saya ini? Tujuannya tidak lain adalah
untuk membentuk sikap mental trading yang benar. Sebelum melangkah pada
analisis teknikal, eskekusi beli dan jual saham, pertama yang harus Anda
pahami adalah:PSIKOLOGI TRADING YANG BENAR.
menghasilkan
profit
sebanyak-banyaknya
dalam
waktu

Bukan
cepat.

Pemikiran2 diatas saya rangkum dari pemikiran para trader, dan juga
pemikiran2 lama saya selama trading di pasar modal. Jadi, para trader yang
sudah terjebak dalam pemikiran2 yang salah, sebaiknya mulai membenahi
sikap mental tradingnya. Dan untuk para pemula yang baru ingin terjun ke
dunia pasar modal, sebaiknya baca postingan ini. Kalau Anda punya teman2

trader yang masih saja ngotot mengatakan cut loss tidak penting dan
sebagainya, suruh mereka baca postingan ini.

Seberapa Akurat Rekomendasi Para Analis? |

Pasar modal akan selalu dipenuhi dengan saham2 yang harganya bergerak
naik dan bergerak turun. Oleh karena itu, kalau Anda membaca berita2 di
koran2 investasi, maupun berita2 online, setiap analis akan selalu berlombalomba untuk memberikan prediksi yang terbaik dari hasil analisis mereka.
Mulai dari analis 'wow' sampai analis biasa-biasa saja akan selalu berlomba
untuk memberikan rekomendasi yang terbaik. Sekuritas2 ternama dengan
analisnya masing2 akan berlomba untuk memberikan layanan rekomendasi
terbaik di media masa.
Yang jadi pertanyaan: "Seberapa akurat rekomendasi para analis? Percayakah
Anda pada rekomendasi para analis tersebut? Apakah Anda sering membeli
saham mentah2 berdasarkan rekomendasi analis? Apakah para analis terbukti
bisa memberikan keuntungan pada Anda?"
OK kita mulai saja......
Ingatkah Anda pada pertengahan tahun 2014 saat calon presiden Jokowi
akhirnya terpilih sebagai presiden Indonesia? Ya, sejak terpilihnya presiden
Jokowi IHSG naik kencang. Coba lihat grafik IHSG dibawah.
Kalau Anda perhatikan, IHSG 2014 kenaikannya mantap. Dan benar saja pada
Desember 2014 saat penutupan perdagangan akhir tahun, IHSG mampu
bertengger di posisi 5.226. Padahal, di tahun 2014 sebelum terpilihnya
Jokowi, IHSG masih bertengger di posisi 4.600-an. Kenaikan yang luar biasa
ini lantas membawa optimisme dan euforia pasar yang luar biasa. Analisanalis gembar-gembor bahwa IHSG 2015 akan jauh lebih baik. Tidak jarang
saya membaca berita2 investasi, banyak analis memprediksi IHSG 2015 akan
ditutup
di
level
6.000.

Apakah

Anda

percaya

dengan

yang

dikatakan

analis?

"Yaa,... kalau lihat momentum IHSG 2014 kita yang luar biasa sih saya
percaya Pak" Jawab Anda.
Kalau Anda perhatikan, berapa level penutupan IHSG 2015? Ternyata hanya
bertengger di angka 4.593 alias IHSG 2015 turun sampai sekitar 12%.
Perhatikan lagi grafik diatas, pada tahun 2015 akhir April tiba2 IHSG anjlok
karena perlambatan ekonomi dan berbagai sentimen negatif menerpa pasar
modal kita. Nah, apakah dengan ini Anda masih percaya 100% pada analis.
Demikian juga dengan rekomendasi saham yang diberikan para analis. Saya
beberapa kali mengikuti rekomendasi analis dengan menelan mentah2 tanpa
didasari analisis pribadi yang objektif dan bahkan saya membeli saham tanpa
melihat
chart.
Hasilnya?
Saya
malah
rugi.
Wah wah ini kesannya Bung Heze kok jadi menyalahkan analis ?
Tidak. Bukan begitu maksud saya. Pos ini sama sekali tidak bertujuan untuk
menyalahkan analis manapun. Lalu, apa inti dari pos ini?
Inti dari pos ini adalah supaya Anda jangan terlalu cepat percaya dengan
analis (bukan berarti menyalahkan). Anda harus punya pengamatan secara
objektif dan independen yang tidak tergantung pada analis. Ingatlah, "Di
pasar
modal
TIDAK
ADA
orang
pintar"
Artinya?
Artinya, sehebat-hebatnya analis, mereka pasti bisa salah. Demikian juga
dengan saya, demikian juga dengan Anda. Karena analis juga manusia, dan
yang namanya analisis semuanya berbasis PREDIKSI bukan KEPASTIAN.
Anda bilang harga saham ADRO naik ke 750 besok. Dengan analisis
fundamental Anda bilang saham WKST akan naik 2x lipat dalam 3 tahun
mendatang. Itu semua hanya prediksi bukan kepastian. Siapa yang bisa
memprediksi
masa
depan?
Terus, bagaimana cara biar mahir di pasar modal? Caranya adalah berlatih,
berlatih dan berlatih. Postingan ini bahkan menyarankan pada Anda untuk
SELALU BELAJAR pada orang2 yang lebih senior dari Anda di pasar modal,
biasanya mereka adalah pakar, analis yang lebih berpengalaman, trader yang
"jauh lebih tua" (usia trading), teman Anda yang lebih senior, guru Anda dan

lain-lain.. Sayapun sampai saat ini juga banyak belajar dari mereka.
Namun, bukan dalam arti Anda 100% harus bergantung dan terlalu percaya
pada analis. Setiap dari Anda adalah unik. Setiap dari Anda memiliki cara
pandang yang berbeda dalam melihat suatu masalah. Di pasar modal, analis
bisa saja benar, dan sebaliknya analis juga berpotensi untuk salah. Jadi,
alangkah lebih Anda jangan menelan mentah2 dan jangan mudah percaya
rekomendasi analis manapun, jangan langsung telan menatah2 rekomendasi
blog ini. Sangat baik apabila Anda bisa memadukannya dengan analisis Anda
sendiri.
Di pasar modal, banyak para trader yang tidak bisa mematuhi trading plannya
sendiri karena terlalu bergantung pada rekomendasi analis. Hasilnya, justru
rekomendasi analis yang mereka ikuti salah dan prediksi awal trading plan
merekalah yang benar. Sayang sekali bukan?
MEA, PMA = Kesempatan Emas Investasi Saham

Seharusnya saya sudah menulis materi ini 2 minggu lalu. Ide dan konsep
menulis sudah tertanam di kepala saya. Tapi berhubung saya masih sibuk
menyelesaikan new edition ebook pasar modal saya, dengan konten baru:
Mengendalikan emosi trader dengan total haaman ebook 293 halaman ukuran
kertas A4, maka sekarang baru bisa publish tulisan ini. O iya, untuk
mendapatkan ebook versi baru saya, Anda bisa check it out disini: Buku Pasar
Modal..
Oke sekarang saya akan memaparkan pembahasan MEA dan bagaimana MEA
bisa mempengaruhi pergerakan IHSG di pasar modal. Serta, sektor-sektor
perusahaan
Tbk
yang
diuntungkan
dari
adanya
MEA.
Pada tanggal 2 Maret 2016, saya mengikuti sosialisasi Badan Penanaman
Modal yang kebetulan banyak membahas tentang tenaga kerja asing dan
Penanaman Modal Asing (PMA). Pembahasan dalam sosialisasi tersebut
sangat terkait erat dengan apa yang kita hadapi sekarang yaitu, Masyarakat
Ekonomi
Asean (MEA).

Memasuki tahun 2016, Indonesia sudah menyongsong MEA. Tentunya


sebuah tantangan baru bagi sumber daya manusia Indonesia. Bukan hanya
tantangan sumber daya manusia, namun juga tantangan kesiapan
infrastruktur. Singkatnya, MEA berarti perdagangan bebas antar anggotaanggota negara Asean dan dengan adanya perdagangan bebas itu berarti tidak
ada hambatan/ berkurangnya hambatan tenaga kerja asing dan Penanaman
Modal Asing (PMA) untuk masuk dan bekerja di Negara Indonesia. Para PMA
yang akan mendirikan usaha di Indonesia juga tidak akan mengalami
hambatan-hambatan yang berarti contohnya dalam hal perijinan seperti
sebelum

adanya

MEA.

MEA menimbulkan banyak kontroversi pro dan kontra bagi masyarakat


Indonesia. Pro-nya adalah MEA tentu akan memberikan dampak positif bagi
perdagangan Indonesia. Negara Indonesia akan menjadi negara yang lebih
terbuka dalam hal perdagangan. Singkatnya, dampak positif yang besar akan
menguntungkan Indonesia dari sisi eksport. Selain itu, tenaga kerja Indonesia
juga bisa mendapat banyak ilmu dengan bekerja di luar negeri. itu salah
satunya, dampak yang akan kita rasakan secara mengena. Tentu masih
banyak
dampak-dampak
lainnya
yang
masih
bisa
dirasakan.
Tetapi kalau tenaga asing masuk ke Indonesia dengan mudah, tenaga kerja
Indonesia bisa-bisa "tersisih" dari kompetensi. Jangankan harus bersaing
dengan luar negeri, bersaing dengan tenaga kerja Indonesia sendiri saja tidak
mudah. Dampak yang dapat dirasakan dari adanya persaingan tersebut adalah
PENGANGGURAN.
Di provinsi Jawa Timur, per Agustus 2014, dari 20.149.000 penduduk yang
masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 19.306.510 bekerja dan sisanya
sebanyak 843.490 menganggur alias belum mendapatkan pekerjaan.
Sedangkan per Agustus 2015, jumlah angkatan kerja Indoenesia sebesar
20.274.680, sebanyak 19.367.780 bekerja dan sisanya sebanyak 906.900
menganggur. Artinya, untuk wilayah Jawa Timur saja, tingkat pengangguran
sudah
mengalami
peningkatan.
Bayangkan saja jika Indonesia harus bersaing dengan tenaga kerja luar negeri

yang mungkin lebih kompetitif. Apakah negara kita tidak semakin terpuruk?
Itulah alasan mengapa masyarakat Indonesia masih saja banyak yang kontra
terhadap MEA. MEA seakan menjadi ketakutan bagi sebagian masyarakat
Indonesia. Beberapa negara ASEAN, memiliki perkembangan yang lebih baik
dibanding
Indonesia
dari
beberapa
aspek.
Sebagai contoh per 2015, beberapa negara ASEAN, yaitu Malaysia, Siangpura,
Thailand dan Filipina memiliki angka inflasi dibawah 5%, sedangkan
Indonesia masih diatas 7%. Thailand, memiliki kawasan industri yang baik,
sehingga barang-barang produksi lebih mudah untuk masuk ke kawasan2
negara ASEAN. Beberapa aspek negara2 ASEAN yang mampu unggul
dibanding Indonesia, menunjukkan bahwa mereka memiliki SDM yang tidak
kalah berkualitas. Nah, yang jadi pertanyaan, apakah MEA itu merugikan
negara Indonesia atau malah menguntungkan?
Sebenarnya apa sih tujuan MEA? Mengapa MEA harus ada? Dan mengapa
Indonesia
harus
ikut
terlibat
dalam
MEA?
Masyarakat Ekonomi Asean berarti perdagangan bebas. Jadi, kata kuncinya
adalah perdagangan bebas. Dengan perdagangan bebas, artinya arus
perdagangan barang dan jasa antar kawasan ASEAN akan lebih mudah untuk
masuk. Indonesia akan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas
produknya agar lebih bernilai. Antar negara ASEAN diharapkan akan
memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata, adanya kawasan
industri
yang
kompetitif
dan
sebagainya.
Namun, barangkali yang ingin saya tekankan disini, bukan manfaat MEA
secara global seperti yang saya tulis pada paragraf sebelumnya. Kalau manfaat
MEA secara global, saya yakin Anda pasti lebih pintar searching di mbah
google. Yang ingin saya bahas disini untuk kita kritisi adalah bagaimana
pengaruh PMA terkait MEA di Indonesia dan pada pasar modal itu sendiri,
serta sektor2 usaha yang banyak terpengaruh dari adanya MEA. Tentu saya
bahas ke arah pasar modal-nya karena web ini adalah web berbasis pasar
modal.
Kita mulai saja dengan Penanaman Modal Asing (PMA). Dengan adanya
MEA, berarti para PMA akan lebih mudah mendirikan usaha di Indonesia.

Katakanlah ada PMA yang ingin mendirikan pabrik di salah satu kawasan
Jawa Timur yang "kurang tersentuh". Dengan berdirinya pabrik PMA, potensi
terbukanya lapangan pekerjaan semakin besar. Angkatan kerja Indonesia
punya kesempatan yang besar untuk bekerja di PMA. Otomatis akan
mengurangi tingkat pengangguran, bukan semakin menambah pengangguran.
Dampak yang dirasakan tidak hanya sampai disitu saja. Ketika PMA baru
hadir, masyarakat setempat akan menjadi lebih hidup. Pabrik baru (PMA)
berpotensi membuka beragam usaha bisnis di masyarakat setempat. Sebagai
contoh, dengan PMA baru, maka warga setempat berpotensi untuk membuka
rumah kos-kosan. Toko-toko alat tulis akan mulai hadir di sektiar lokasi
pabrik. Orang-orang juga akan mulai berpikir untuk membuka usaha
makanan, makanan ringan di sekitar lokasi pabrik. Mungkin juga akan
berdiri apotik dan lain-lain. Intinya, dengan PMA baru, semakin berpotensi
menghidupkan
masyarakat
setempat.
Pada akhritnya, taraf hidup masyarakat setempat akan naik. Yang pada
awalnya belum ada usaha rumah kos-kosan, usaha makanan atau mungkin
ada tapi belum sebanyak ketika PMA hadir, tenaga kerja Indonesia bisa
bekerja di pabrik2 PMA kini semuanya bisa terwujud. Ini adalah efek
multiplier
yang
akan
dirasakan
oleh
masyarakat
Indonesia
Di satu sisi, hadirnya PMA-PMA baru, berpotensi meningkatkan penggunaan
infarstuktur di Indonesia. Jalan tol, listrik, fasilitas air bersih dan lain-lain.
Dengan kata lain, penggunaan infrastruktur di Indonesia akan semakin
didayagunakan. Akhinya, semua pihak pun diuntungkan dengan hadirnya
PMA tersebut. Sebagai contoh, Gresik saat ini disukai PMA untuk mendirikan
usahanya. Hal ini dikarenakan Gresik kuat dalam hal jalur distribusinya.
Gresik memiliki akses infrastruktur, seperti jalan tol yang memadai. Dengan
akses infrastruktur yang memadai, PMA akan lebih mudah untuk
mendistribusikan

produk-produknya.

Hubungannya
dengan
Pasar
Modal
Lalu apa hubungannya dengan pasar modal, dengan IHSG? Anda tidak bisa
memberi

kesimpulan

secara

langsung.

Artinya,

ketika

pemerintah

mengumumkan: Tahun 2016 Indonesia sudah menyongsong MEA. Atau,


Anda membaca berita: PMA-PMA PT X, PT Y PT Z akan beroperasi di wilayah
Surabaya dan Gresik. Tidak serta merta IHSG akan langsung naik. Dampak
yang akan dirasakan adalah dampak jangka panjang. Lalu, dalam hal apa
MEA
ini
bisa
meningkatkan
IHSG?
Dalam hal: Pertumbuhan ekonomi. Kalau Anda rajin membaca berita2
ekonomi, ketika Indonesia mampu mengalami pertumbuhan ekonomi
dibandingkan periode sebelumnya, IHSG akan bergerak naik. Demikian pula
sebaliknya. Penurunan pertumbuhan ekonomi seperti pada tahun 2015,
tepatnya kuartal I, II dan III yang anjlok menyebabkan IHSG jatuh.
Tadi saya paparkan diatas bahwa dengan hadirnya PMA baru (pabrik) di
lokasi tertentu akan menghidupkan warga setempat. Dengan pabrik baru,
maka potensi usaha makanan, rumah kos-kosan, toko alat tulis dan usahausaha lainnya akan semakin berkembang di wilayah pabrik. Pengangguran
pun dapat ditekan. Sisi positif ini pada akhirnya akan berpengaruh pada
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia.
Indikator pertumbuhan ekonomi beberapa diantaranya dihitung dari
bertambahnya/ berkurangnya tingkat pengangguran, pendapatan per kapita,
konsumsi, saving. So, dengan meningkatnya standar hidup masyarakat karena
usaha-usaha tersebut, yang sebelumnya mungkin tidak ada atau tidak
sebanyak ketika pabrik PMA tersebut hadir karena efek MEA itu tadi, maka
peningkatkan kesejahteraan hidup itu akan berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi
Indonesia.
Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin baik, pengangguran
semakin bisa ditekan karena peluang lapangan kerja yang semakin terbuka,
dampaknya juga akan ke IHSG (IHSG akan naik). Memang, Anda tidak akan
menyadari secara langsung. Tapi, itulah efek positif yang akan dirasakan juga
oleh pasar modal Indonesia. Bukan karena ada PMA, IHSG langsung naik.
Bukan karena pemerintah mengumumkan MEA, IHSG langsung naik. Tetapi,
hasil
akhirnya
itulah
yang
mampu
mendongkrak
IHSG.

Lalu, kalau PMA mendirikan usaha di Indonesia, mau tidak mau mereka pasti
menggunakan infrastruktur, misalnya untuk jalur distribusinya (tadi saya
contohkan Kota Gresik). Artinya, kehadiran PMA secara tidak langsung akan
memberikan keuntungan pendapatan bagi emiten2 di sektor infrastruktur,
contohnya seperti Jasa Marga. Kehadiran PMA juga berpotensi meningkatkan
garapan proyek2 infrastruktur yang baru, properti untuk hunian. Akhirnya,
sektor properti, kontruksi, semen, akan kecipratan efek multipliernya.
Pada akhirnya, emiten2 ini akan mampu mendongkrak pendapatannya yang
berpengaruh pada peningkatakan laba mereka. Mereka akan mendapatkan
proyek

yang

besar.

Lagi-lagi

efeknya

ke

pertumbuhan

ekonomi.

Peningkatan laba pada sektor2 usaha yang berpengaruh inilah pada akhirnya
akan meningkatkan harga saham emiten2 di pasar modal. Terutama investor2
cerdas, mereka pasti membeli saham berdasarkan kinerja emiten tersebut.
Prediksi
IHSG
Kedepan
So, adanya MEA, yang salah satunya adalah kemudahan PMA mendirikan
usaha di Indonesia, akan berpotensi menghidupkan masyarakat setempat -->
meningkatkan pertumbuhan ekonomi --> meningkatkan IHSG. DENGAN
CATATAN: Pemerintah juga harus bekerja keras untuk tetap memfasilitasi
PMDN.. Dan tentunya, usaha2 di Indonesia juga harus meningkatkan daya
jualnya supaya mampu meningkatkan keunggulan kompetitifnya.
Saat ini sudah ada sinyal dari pemerintah, salah satunya adalah anggaran
APBN untuk infrastruktur yang akan segera terealiasi di tahun 2016. Dengan
adanya dampak positif MEA ini, IHSG beberapa tahun kedepan tentu akan
lebih baik. Saya memprediksi untuk sampai akhir tahun 2016, IHSG paling
tidak bisa mencapai angka 5.500 untuk nilai tertingginya, mengacu pada
resisten IHSG 2015. Tekanan2 asing, seperti pertumbuhan ekonomi Tiongkok
dan lain-lain tentu pasti ada. Namun, jika negara kita mampu mencetak
pertumbuhan ekonomi yang fantastis, bukan tidak mungkin dalam jangka
panjang
IHSG
bisa
menembus
6.000.
Jadi, apakah masyarakat Indonesia masih takut dengan MEA, masih was-was

dengan kehadiran PMA yang dikhawatirkan akan menggeser industri dalam


negeri? Jika Anda investor yang mampu melihat peluang emas, sesungguhnya
inilah kesempatan emas untuk investasi di pasar modal Indonesia.... Sejak
tulisan ini ditulis tanggal 19 Maret 2016, banyak saham2 yang harganya masih
terdiskon. Katakanlah WIKA yang harganya masih Rp2.600, padahal tahun
2015,
WIKA
sempat
menyentuh
3.400..
Peluang emas terbuka lebar bagi Anda yang ingin berinvestasi di pasar modal.
Kedepan, peluang fundamental Indonesia akan semakin bagus. Mulailah
membeli
saham2
yang
sudah
terdiskon...

January Effect dan Pasar Saham, Apakah Terbukti?

Awal pergantian tahun baru (Bulan Januari) sering dikaitkan dengan


waktunya akumulasi saham. Benarkah, kalau awal tahun enaknya akumulasi
saham? Atau, karena masih awal tahun, belum tahu kepastian pergerakan tren
IHSG di tahun baru, apakah saya harus lihat dulu IHSG kedepannya seperti
apa baru saya bisa memutuskan untuk akumulasi saham?
Mari kita bahas....
Awal tahun, boleh saya katakan merupakan WAKTU YANG TEPAT untuk
AKUMULASI SAHAM. Ada 2 alasan:
Alasan pertama: January Effect atau Santa Claus Rally. January Effect
merupakan efek yang terjadi di bulan januari, yang ditandai dengan kenaikan
indeks saham secara cepat di awal tahun. Salah satu penyebab january effect
adalah window dressing.
Window dressing merupakan tindakan emiten untuk "mempercantik" kinerja
laporan keuangannya, supaya laporan keuangannya tampak menarik di mata
investor. Mempercantik dengan cara yang seperti apa? Tentu dengan
melaporkan prestasi dan pencapaian perusahaan. Dan satu lagi, cara
mempercantik laporan keuangan adalah dengan melakukan manajemen laba.
Untuk bahasan manajemen laba, silahkan Anda pelajari dan googling sendiri,
tidak saya bahas disini, karena itu lebih mengarah ke strategi emiten, bukan

mengarah secara langsung ke harga saham. Tujuan window dressing supaya


semakin banyak investor yang menanamkan sahamnya di perusahaan
tersebut..
Walaupun window dressing sering dikaitkan di Bulan Desember, bukan
Januari, tapi efek besarnya biasanya terasa di bulan Januari. Bulan Desember,
biasanya IHSG memasuki fase uptrend, tapi efek seperti window dressing,
baru terasa kencang di bulan Januari, itulah kenapa dikatakan Januari Effect
bukan December Effect. Pasar lebih optimis menyambut tahun baru, yang
menyebabkan harga saham naik di awal2 tahun.

Alasan kedua: Psikologi pasar. Sebenarnya masih ada kaitannya dengan


alasan pertama.. Tapi alasan kedua saya bahas secara lebih mendalam.
Selain terkena January Effect yang bisa menyebabkan Indeks saham naik,
pelaku pasar rata2 selalu optimis menyambut tahun baru karena di awal
tahun pelaku pasar selalu memiliki keyakinan bahwa perekonomian negara
akan lebih baik.
"Dari mana Bapak tahu kalau pasar optimis di pergantian tahun baru?"
Perlu Anda ketahui, setiap menyambut tahun baru, pemerintah pasti akan
mencanangkan program2 yang akan mendongkrak perekonomian bangsa.
Contohnya, di tahun 2015 akhir ini, pemerintah sudah mencanangkan akan
menggenjot pembangunan infrastruktur di 2016. Jadi, ini juga turut
mempengaruhi optimisme pasar terhadap tahun baru.. Semua ini adalah
psikologi pasar... Ibarat: Tahun baru, semangat baru!
Satu sisi, pelaku pasar juga suka akumulasi saham di awal tahun untuk
disimpan selama 3 bulan kedepan, atau bahkan sampai akhir tahun. Jadi,
pelaku pasar menganggap bahwa start-nya untuk memulai adalah awal
tahun...
Jika pelaku pasar memiliki keyakinan bahwa negara akan lebih baik selama
setahun kedepan, maka pelaku pasar tentu optimis pula bahwa harga saham
akan naik. Kalau pelaku pasar berpikir harga saham berada dalam tren naik
(uptrend) selama setahun, pelaku pasar akan menganggap bahwa harga

saham di Bulan Januari adalah "murah", karena pelaku pasar yakin bahwa
dalam setahun saham2 harganya bakal naik jauh lebih kencang daripada di
bulan Januari. So, pelaku pasar akan ambil start dengan akumulasi saham di
Bulan Januari...
Tidak percaya? Ayo kita buktikan dengan grafik history.....
Perhatikan grafik pergerakan IHSG dibawah ini selama 5 tahun terakhir
(2011-2015)..
Setiap memasuki bulan Januari, IHSG selalu berada di jalur uptrend, bahkan
strong uptrend. Lihat Januari 2011, IHSG mengalami kenaikan cukup
kencang sampai bulan Juni. Januari 2012, IHSG juga mengalami uptrend.
Perhatikan pula bulan Januari 2013-2015, kenaikan IHSG mengalami pola
yang
sama
persis
dengan
tahun2
sebelumnya..
Menurut Anda, kenapa hampir setiap awal tahun, polanya sama?
Di dalam analisis teknikal selalu ada yang namanya psikologi pasar. Dalam
buku Edianto Ong (2011), menurut Elliot pencipta Elliot Wave mengatakan
bahwa manusia mempunyai perasaan atau emosi yang sama terhadap situasi
maupun kondisi. Oleh karena itu, reaksi mereka diperkirakan juga akan selalu
sama...
Semua
itu
ada
karena
psikologi
manusia...
Psikologi ini juga berlaku di pasar saham... Grafik (chart) teknikal yang Anda
lihat sehari-hari, itu sebenarnya adalah cerminan psikologi pasar. Pelaku
pasar juga akan memberikan respon yang sama terhadap masalah yang sama.
Itulah kenapa kalau Anda lihat diatas, selama 5 tahun terakhir, setiap Bulan
Januari, polan trennya sama: selalu naik.. Psikologi ini berlaku di pasar
modal. Pelaku pasar melihat bahwa setiap awal tahun selalu ada optimisme,
sehingga akan selalu tercermin dari Indeks harga saham yang uptrend di awal
tahun.
Jadi

kesimpulannya?

Kesimpulannya, awal tahun adalah waktu yang tepat untuk akumulasi


saham. Mengacu pada psikologi pasar dan tren yang kita lihat, setiap awal
tahun IHSG selalu naik cukup kencang. Ada dua alasan utama kenapa IHSG
selalu
naik,
seperti
yang
sudah
saya
paparkan
diatas.
Tapi ingat, IHSG naik terus bukan berarti IHSG tidak pernah turun. IHSG

naik juga bukan berarti bukan semua saham di pasar modal naik. Yang saya
maksud uptrend, adalah secara major trend. Dalam jangka pendek, aksi profit
taking pasti tetap ada. Jika ada saham yang naik, pasti ada saham yang turun
harganya.
Anda
harus
tetap
selektif
memilih
saham...
Baca juga: Pergerakan IHSG Januari 2016 - Maret 2016 (Bukti Lanjutan) -->
COMING SOON..Prediksi IHSG 2016
Written by El Heze | 11:28 AM | Ulasan Market | No comments |

Rekan2 banyak yang bertanya sama saya: "Pak, bagaimana prediksi IHSG
tahun 2016?" Mari kita simak ulasan prediksi IHSG tahun 2016.

ANALISIS DATA HISTORIS: Tahun 2015 boleh saya katakan adalah


"Tahun Koreksi IHSG". Setelah tahun koreksi IHSG biasanya bisa
dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk mengakumulasi kembali saham
karena pelaku pasar menganggap banyak harga saham yang sudah "murah".
Tahun 2016, saya memprediksi pelaku pasar akan mengakumulasi banyak
saham. Koreksi jangka pendek pasti terjadi, tapi kalau secara major tren IHSG
tetap berada dalam fase bullish. Kalau mengacu pada historis analisis
teknikal, Tahun koreksi IHSG juga terjadi pada 2008, di mana tahjn 2008
terjadi resesi perekonomian di Indonesia ditambah adanya krisis suprime
mortgage di AS. Lihatlah grafik dibawah.
Tahun 2008 adalah tahun kejatuhan IHSG. Setelah berada dalam fase
downtrend banyak pelaku pasar menjual sahamnya, IHSG kembali rebound
kencang sekali tahun 2009 sampai akhir tahun. IHSG 2016, saya prediksi
akan rebound setelah tahun 2015 IHSG kita mengalami kejatuhan yang cukup
dalam. Dari resisten 5.500 jatuh sampai 4.100. Ingat prinsip analisis teknikal
history repeat itself (sejarah akan kembali terulang). Semua tu mengacu pada
grafik historis yang kita lihat. Pelaku pasar akan bereaksi terhadap suatu
masalah yang sama.
ANALISIS DATA2 EKONOMI: IHSG tahun 2016 lebih baik daripada 2015.
Setidaknya
itulah
yang
bisa
saya
katakan.
Saya
pribadi
tidak overconfidence menyebut IHSG bakalan sampai 6.000 di akhir tahun

2016, tapi setidaknya mengacu data2 ekonomi, IHSG 2016 seharusnya bisa
lebih baik. Kenapa saya tidak overconfidence? Karena negara kita
masih dibayangi oleh sentimen negatif dari perlambatan
perekonomian negeri panda. Hal ini akan menjadi sentimen negatif dan
dapat menimbulkan efek domino bagi negara kita.
Tetapi di satu sisi juga, pelaku pasar sudah mengantisipasi kebijakan kenaikan
suku bunga oleh The FED. Terbukti pada perdagangan 17 Desember 2015
setelah suku bunga AS dinyatakan mengalami kenaikan oleh Yellen, IHSG
justru naik kencang. Isu suku bunga AS sudah muncul sejak 2014, sehingga
pelaku pasar seakan sudah mengantisipasi hal tersebut. Pelaku pasar sudah
"kebal". Satu sisi, kenaikan suku bunga AS berarti mata uang Dollar akan
menguat, sehingga akan membuat transaksi ekspor-impor ke AS akan
semakin mudah. Kita tahu bahwa AS adalah negara dengan perekonomian
terkuat di dunia. Kenaikan suku bunga AS di 2016, kemungkinan tidak akan
memberikan sentimen negatif terlalu besar bagi pasar saham Indonesia.
Belanja pemerintah sudah mulai meningkat. Setidaknya, pembelanjaan untuk
dana pembangunan infrastruktur akan berjalan tahun 2016. Sedikit spekulasi,
kita lihat saja bulan Maret 2016, jika memang proyek2 infrastruktur ternyata
diatas ekspektasi pasar, maka IHSG bakal melaju lebih kencang. Pemerintah
juga mendorong pertumbuhan
pertumbuhan investasi.

sektor

swasta

dan

insenstif

untuk

Akan tetapi, tantangan2 global dan sentimen luar tentu masih tetap
membayangi. Kenaikan The FED walaupun telah diantisipasi pasar, namun
tetap bisa menjadi lawan bagi IHSG.
Prediksi IHSG dari sisi analisis teknikal:
Prediksi saya, IHSG sampai akhir tahun 2016 IHSG akan menuju ke angka
5.480-5.495. Ada 4 angka psikologis penting yang akan diuji, yaitu level
4.600, 4.800, 5.000, 5.200. IHSG sampai Bulan akhir Januari 2016 akan
menguji ke level 4.600 yang merupakan resisten kuat. Jika tembus, maka
IHSG berpotensi menguji ke 4.800 yang merupakan resisten kuat selanjutnya.
Apabil IHSG tembus 4.800 dan mencapai 5.000, IHSG akan menguji ke

5.200 resisten kuat selanjutnya.. Setelah itu, IHSG akan naik ke level 5.4805.495 sampai akhir tahun.. Di akhir tahun, pasar mungkin akan menahan di
angka sekian yang merupakan resisten paling tinggi tahun 2015. Koreksi
jangka pendek pasti akan terjadi. (Disclaimer on)... Lihat analisis teknikal
2015 yang menjadi patokan pergerakan IHSG untuk 2016.
Lihat juga prediksi sektor2 yang akan bersinar di tahun 2016. Baca: Saham2
yang Akan Bersinar Tahun 2016- Long Term.

IHSG dan Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa hari lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan


ekonomi Indonesia Kuartal I 2016. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh
hanya 4,92%, sama sekali tidak seperti apa yang telah diprediksi para analis.
Para analis sebelumnya memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia kuartal I 2016 mampu tumbuh hingga 5,07%. Perbandingan analis
ini mengacu pada pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV 2015 yang
mampu naik signifikan sampai 5,04%.
Lalu, apa pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap IHSG?
Pengaruhnya sangat besar. Pada saat pertumbuhan ekonomi diumumkan
turun, IHSG sesi I tanggal 4 Mei 2016 langsung turun sebesar 0,86% menjadi
4.770,75. Pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia juga Anda bisa lihat di
pos saya: Ulasan Pasar Saham 2015 dan Prediksi IHSG 2016.
Memang sulit menyimpulkan, apakah pertumbuhan ekonomi punya pengaruh
yang sangat signifikan terhadap IHSG, karena Anda sendiri juga pasti setuju
dengan saya bahwa, pergerakan IHSG di pasar modal dipengaruhi oleh
banyak sekali faktor. Tidak hanya pertumbuhan ekonomi. Namun, setiap kali
pemerintah merilis data pertumbuhan ekonomi, IHSG selalu naik signifikan
(kalau pertumbuhan ekonomi berhasil naik diatas prediksi), atau turun
signifikan (kalau pertumbuhan Indonesia dibawah prediksi).

Kalau Anda perhatikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya kalah


jauh sama negara2 ASEAN. Myanmar mampu mencetak pertumbuhan
ekonomi sebesar 8,7%. Kamboja: 6,9%, Vietnam: 5,46%. Sedangkan
Indonesia hanya 4,92%. Tentu hal tersebut adalah pencapaian yang sangat
kurang kalau dibandingkan sama negara2 tetangga.
Beberapa penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia karena
menurunnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh
sebesar 4,94%. Pertumbuhan di sektor perdagangan juga turun karena
produksi barang dalam negeri dan persediaan barang impor memang sudah
turun sejak awal 2016. Kuartal I biasanya terjadi pola musiman belanja
pemerintah yang cenderung melambat untuk konsumsi dan investasi.
Lalu bagaimana dengan investasi saham? Apakah dengan pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang selalu naik atau turun yang seringkali lain dari
prediksi, Anda perlu memindahkan instrumen investasi saham ke instrumen
investasi lain yang lebih aman seperti emas?
Itu sih terserah Anda. Tapi kalau menurut saya pribadi, Anda yang sudah
investasi saham di pasar modal, saya tetap optimis dengan Indonesia bisa
mencetak rekor2 yang jauh lebih baik untuk kedepan. Misalnya:
pembangunan infrastruktur yang jauh lebih baik. Tentunya, kita semua
berharap agar birokrasi pemerintahan bisa bekerja dengan baik, karena kunci
keberhasilan ada di sumber daya manusia. Sebagus apapun kebijakan
ekonomi pemerintah, kalau SDM nggak main, ya percuma saja.
Di balik semua itu, semua analisis ujung2nya hanyalah prediksi. Tidak ada
yang tahu kuartal II 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia bakalan naik atau
turun ke angka berapa. Jadi, jangan pegang kata2 saya 100%. Baca
pos: Seberapa Akurat Rekomendasi Para Analis? Kalau Anda mau
investasi saham, mau trading di pasar modal dalam kondisi market yang
bergejolak dan dipenuhi oleh para bandar2, maka Anda harus pertimbangkan
segala risiko. Anda harus punya pengetahuan. Anda harus bisa mengontrol
emosi trading Anda. Baca juga: Psikologi Pasar: Empat Tahapan Penting.
Lalu, apa yang harus Anda lakukan kalau Anda menyikapi berita tentang
pertumbuhan ekonomi, yang terbukti memiliki dampak pada IHSG? Saran

saya: WAIT AND SEE.Ketika mendekati kuartal II berakhir, ada baiknya


Anda mengurangi dahulu transaksi Anda di pasar saham. Perhatikan dahulu,
apakah pertumbuhan ekonomi akan bergerak ke arah mana, naik atau turun?
Kalau memang pertumbuhan ekonomi Indonesia turun, jadikanlah
kesempatan untuk memburu saham2 di harga rendah. Kalau pertumbuhan
ekonomi naik, dan mampu menaikkan IHSG, siap2 Anda belanja saham2
yang bagus.
Kemungkinan pemerintah akan merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia
kuartal II 2016 sekitar akhir Juli atau awal Agustus.

IHSG dan Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa hari lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan


ekonomi Indonesia Kuartal I 2016. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh
hanya 4,92%, sama sekali tidak seperti apa yang telah diprediksi para analis.
Para analis sebelumnya memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia kuartal I 2016 mampu tumbuh hingga 5,07%. Perbandingan analis
ini mengacu pada pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV 2015 yang
mampu naik signifikan sampai 5,04%.
Lalu, apa pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap IHSG?
Pengaruhnya sangat besar. Pada saat pertumbuhan ekonomi diumumkan
turun, IHSG sesi I tanggal 4 Mei 2016 langsung turun sebesar 0,86% menjadi
4.770,75. Pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia juga Anda bisa lihat di
pos saya: Ulasan Pasar Saham 2015 dan Prediksi IHSG 2016.
Memang sulit menyimpulkan, apakah pertumbuhan ekonomi punya pengaruh
yang sangat signifikan terhadap IHSG, karena Anda sendiri juga pasti setuju
dengan saya bahwa, pergerakan IHSG di pasar modal dipengaruhi oleh
banyak sekali faktor. Tidak hanya pertumbuhan ekonomi. Namun, setiap kali
pemerintah merilis data pertumbuhan ekonomi, IHSG selalu naik signifikan

(kalau pertumbuhan ekonomi berhasil naik diatas prediksi), atau turun


signifikan (kalau pertumbuhan Indonesia dibawah prediksi).
Kalau Anda perhatikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya kalah
jauh sama negara2 ASEAN. Myanmar mampu mencetak pertumbuhan
ekonomi sebesar 8,7%. Kamboja: 6,9%, Vietnam: 5,46%. Sedangkan
Indonesia hanya 4,92%. Tentu hal tersebut adalah pencapaian yang sangat
kurang kalau dibandingkan sama negara2 tetangga.
Beberapa penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia karena
menurunnya pengeluaran konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh
sebesar 4,94%. Pertumbuhan di sektor perdagangan juga turun karena
produksi barang dalam negeri dan persediaan barang impor memang sudah
turun sejak awal 2016. Kuartal I biasanya terjadi pola musiman belanja
pemerintah yang cenderung melambat untuk konsumsi dan investasi.
Lalu bagaimana dengan investasi saham? Apakah dengan pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang selalu naik atau turun yang seringkali lain dari
prediksi, Anda perlu memindahkan instrumen investasi saham ke instrumen
investasi lain yang lebih aman seperti emas?
Itu sih terserah Anda. Tapi kalau menurut saya pribadi, Anda yang sudah
investasi saham di pasar modal, saya tetap optimis dengan Indonesia bisa
mencetak rekor2 yang jauh lebih baik untuk kedepan. Misalnya:
pembangunan infrastruktur yang jauh lebih baik. Tentunya, kita semua
berharap agar birokrasi pemerintahan bisa bekerja dengan baik, karena kunci
keberhasilan ada di sumber daya manusia. Sebagus apapun kebijakan
ekonomi pemerintah, kalau SDM nggak main, ya percuma saja.
Di balik semua itu, semua analisis ujung2nya hanyalah prediksi. Tidak ada
yang tahu kuartal II 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia bakalan naik atau
turun ke angka berapa. Jadi, jangan pegang kata2 saya 100%. Baca
pos: Seberapa Akurat Rekomendasi Para Analis? Kalau Anda mau
investasi saham, mau trading di pasar modal dalam kondisi market yang

bergejolak dan dipenuhi oleh para bandar2, maka Anda harus pertimbangkan
segala risiko. Anda harus punya pengetahuan. Anda harus bisa mengontrol
emosi trading Anda. Baca juga: Psikologi Pasar: Empat Tahapan Penting.
Lalu, apa yang harus Anda lakukan kalau Anda menyikapi berita tentang
pertumbuhan ekonomi, yang terbukti memiliki dampak pada IHSG? Saran
saya: WAIT AND SEE.Ketika mendekati kuartal II berakhir, ada baiknya
Anda mengurangi dahulu transaksi Anda di pasar saham. Perhatikan dahulu,
apakah pertumbuhan ekonomi akan bergerak ke arah mana, naik atau turun?
Kalau memang pertumbuhan ekonomi Indonesia turun, jadikanlah
kesempatan untuk memburu saham2 di harga rendah. Kalau pertumbuhan
ekonomi naik, dan mampu menaikkan IHSG, siap2 Anda belanja saham2
yang bagus.
Kemungkinan pemerintah akan merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia
kuartal II 2016 sekitar akhir Juli atau awal Agustus.
Related Posts:

You might also like