Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Nita Andriani 12100114099
Preseptor:
Djonny Djuarsa, dr, Sp.M
Suplai arteri pada glandula lakrimal berasal dari arteri oftalmika melalui arteri
lakrimal. Arteri lakrimal berasal dari arteri oftalmika bagian lateral dari nervus
optik dan berjalan sepanjang tepi atas dari muskulus rektus lateral. Aliran balik
vena akan bergabung dengan vena oftalmika.
Daftar Pustaka
1. Moore, K.L., Dalley, A.F., Agur, A.M.R. 2014. Clinical Oriented Anatomy.
8th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
2. MissionforVission. Anatomy of The Human Eye. [Online].; 2006 [cited
2015 November 8. Available from:
http://www.images.missionforvisionusa.org/anatomy/2006/02/lacrimal-
gland-human.html.
2. KATARAK KOMPLIKATA
2.1.1. Anatomi Lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan
posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior
10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan
ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa
135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun.
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior
iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di
sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal
yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak memiliki
serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di
tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat
zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang
mengelilingi lensa secara sirkular.
Gambar. Anatomi Lensa
2.2.2. Epidemiologi
Menurut WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di seluruh
dunia. Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang diseluruh
dunia dan diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang pada tahun
2020. Hampir 20,5 juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita katarak, atau
1 tiap 6 orang dengan usia di atas 40 tahun menderita katarak.
a. Glaukoma
b. Uveitis
Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-
sel radang di dalam Bilik Mata Depan yang disebut hipopion, ataupun migrasi
eritrosit ke dalam bilik mata depan, dikenal dengan hifema. Apabila proses radang
berlangsung lama (kronis) dan berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada
endotel kornea, disebut sebagai keratic precipitate (KP). Jika tidak mendapatkan
terapi yang adekuat, proses keradangan akan berjalan terus dan menimbulkan
berbagai komplikasi.
c. Miopia Maligna
Miopia adalah suatu kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang
memasuki mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia
umum disebut sebagai kabur jauh / terang dekat (shortsightedness).
2.2.5. Patofisiologi
Metabolisme Lensa Yang Berhubungan Dengan Katarak Komplikata
Proses metabolisme dalam lensa merupakan tingkat metabolisme yang
paling rendah. Nutrisi lensa berasal dari humor akuos. Pemberian makanan organ
avaskular dan tidak mengandung saraf ini terjadi secara difusi dari humor akuos.
Dalam hal ini kapsul lensa bertindak sepenuhnya sebagai membran semi
permiabel yang mengalirkan zat nutrisi tertentu . Kerusakan kapsul akan merubah
permeabilitas yang mengakibatkan kekeruhan korteks lensa.
Biokimia lensa berperanan dalam metabolisme sehingga berpengaruh juga
pada katarak. Struktur biokimia lensa yang memiliki peranan utama dalam
katarak komplikata adalah protein.
Lensa mempunyai kadar protein yang tinggi yaitu 30 % dari berat lensa.
Kristalin merupakan protein spesifik yang terdapat di lensa. Pembentukannya
dimulai pada saat awal diferensiasi lensa dan pada saat berikutnya
pembentukannya terbatas. Dengan demikian protein lensa adalah protein tertua
yang masih berada di dalam tubuh.
Ada 2 bentuk protein lensa yaitu water soluble dan water insoluble. Protein
water soluble terdiri dari kristalin ,, yang dibedakan berdasarkan titik
isoelektrik dan berat molekulnya. Fungsinya antara lain sebagai penentu tingginya
index refraksi lensa, penentu faktor genetik (DNA) dan sebagai antioksidan.
Sedangkan protein water insoluble terdiri dari albuminoid, protein membran, yang
berfungsi sebagai media transport melalui membran dan cytoskletal protein yang
merupakan elemen protein yang terdapat pada kapsul lensa berfungsi pada saat
akomodasi.
Oksigen yang dikonsumsi lensa hanyalah sebagian kecil sehingga aktifitas
respiratory chain terbatas. Penggunaan oksigen sampai menghasilkan energi
terutama terjadi di dalam epitel lensa.
Asam askorbat ditemukan di dalam humor akuos dengan konsentrasi tinggi
dan berfungsi menjaga agar kadar glutation tetap. Pada lensa dengan katarak dan
afakia akan konsentrasinya akan menurun atau hilang sama sekali.
Inorganik utama dalam lensa adalah kalium. Selama perkembangan katarak
potasium menghilang dari lensa, sedangkan sodium dan kalsium meningkat.
Adanya kombinasi antara transport aktif dan permeabilitas membran lensa
melahirkan teori pump leak. Sodium serta potasium mempunyai peranan regulasi
cairan dan sintesa protein di dalam lensa, secara aktif ditransport ke dalam bagian
anterior lensa melalui epitel serta bertukar dengan natrium melalui epitel. Proses
ini dibantu oleh aktifitas Na+-K+-ATPase. Sebaliknya natrium mengalir melalui
bagian belakang lensa karena adanya gradien konsentrasi. Kalium terkonsentrasi
di bagian anterior lensa sedangkan natrium terkonsentrasi di bagian posterior
lensa. Natrium dipompa melewati bagian permukaan anterior lensa ke dalam
humor akuos, dan kalium berpindah dari akuos ke dalam lensa. Mekanisme
transport aktif ini terganggu bila permeabilitas kapsul serta sturktur epitel yang
melekat padanya terganggu. Pada permukaan posterior lensa, yang berhadapan
dengan vitreous, sebagian besar perpindahan cairan terjadi secara difusi pasif.
Konsentrasi kalsium intraseluler di dalam lensa sekitar 30 mM sedangkan
konsentrasi di ekstraseluler mendekati 2 mM. Kalsium berfungsi menstabilkan
permeabilitas kapsul dan membran sel lensa. Mempertahankan kadar kalsium
intraseluler tetap rendah adalah penting karena enzim proteolitik akan aktif oleh
kalsium intraseluler.
Mekanisme Dan Histopatologi Katarak Komplikata Sehubungan Dengan
Etiologinya
Etiologi katarak komplikata adalah intra ocular diseases yaitu uveitis,
glaukoma, myopia tinggi dan hereditary vitreo retinal disorder. Kekeruhan lensa
pada katarak komplikata sering terdapat di kapsul posterior, tetapi bisa juga di
anterior.
Mekanisme Pembentukan Katarak pada Uveitis
Mekanisme terjadinya katarak pada uveitis dipengaruhi oleh banyak faktor
termasuk adanya mediator inflamasi, dengan berbagai akibatnya seperti terjadinya
peningkatan permeabilitas sel lensa, diikuti perubahan non fisiologi pada akuos
atau vitreous, menurunnya anti oksidan lensa dan sinekia.
Secara umum inflamasi segmen anterior dapat menyebabkan katarak
anterior maupun posterior. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang juga memacu
timbulnya katarak terutama posterior subcapsular cataract (PSC).
Sinekia posterior yang umumnya terjadi pada uveitis anterior berhubungan
dengan katarak subcapsular anterior (fibrous), kekeruhan yang terjadi karena
penebalan kapsul anterior lensa di tempat sinekia.
Pada inflamasi terjadi reaksi berupa lepasnya radikal bebas. Respons sel
epitel terhadap lepasnya radikal bebas pada proses inflamasi intraokuler dimulai
dari lepasnya sel fagositik (netrofil dan makrofag). Sel-sel ini menghasilkan
superoxide, hidrogen peroxide dan hipochlorit. Primernya produk-produk ini
merupakan salah satu dari mekanisme anti bacterial killing tetapi dalam jumlah
banyak ternyata berpotensi merusak jeringan lokal, termasuk epitel lensa,
sehingga terjadi kekeruhan di epitel dan subkapsuler.
Kerusakan epitel lensa mengakibatkan terjadinya peningkatan
permeabilitas sehingga keseimbangan kation didalam dan diluar lensa terganggu
dengan akibat kandungan air di dalam lensa bertambah dan kadar protein total
menurun. Semua hal tersebut diatas mengganggu transparansi lensa.
Pada pemeriksaan histopatologis didapatkan nekrosis epitel disertai reaksi
proliferasi dan metaplasia sel epitel di anterior dari bentuk kuboid menjadi bentuk
sel gepeng (spindle cell). Cellular debris ditemukan di pusat-pusat kekeruhan.
Metaplasia ini dapat menyusup masuk ke daerah nekrotik kemudian membentuk
multilayered hyperseluler plaque, yang nantinya terisi oleh jeringan kolagen yang
kemudian berkonvensi menjadi jaringan fibrous.
Antioxidan yang terdapat pada lensa seperti vitamin C, vitamin E, yang
berfungsi melindungi lensa dari proses oksidasi, jumlahnya ikut berkurang karena
banyak terpakai dalam reaksi lepasnya radikal bebas tersebut sehingga kerusakan
jaringanpun bertambah hebat.
Sel-sel epitel di germinative zone akan bermigrasi ke posterior subkapsular
dan bentuknya menjadi lebih besar yang disebut wedl / bladder cell . Pada
keadaan seperti ini kekeruhan yang terjadi adalah di daerah subkapsular posterior.
Semua keadaan ini berperan mengganggu transparansi lensa. Perubahan
yang terjadi bervariasi tergantung berat ringan, luas dan lamanya proses inflamasi.
Secara klinis penderita katarak komplikata karena uveitis adalah katarak sub
capsular posterior dengan keluhan silau, dan kabur terutama pada saat cahaya
terang karena mengecilnya pupil. Penglihatan dekat terasa lebih terganggu
daripada pengalihatan jauh. Beberapa penderita mengeluh adanya monokular
diplopia. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk menilai kapsul posterior harus
dengan pupil lebar.
Mekanisme Pembentukan Katarak Karena Glaukoma
Mekanisme kekeruhan lensa pada glaukoma adalah karena adanya
peningkatan tekanan intraokuler yang merusak central lentikuler epithelial cell
serta degenerasi epitel korteks di anterior. Pada glaukoma akut, kapsul berubah
bentuk menjadi bergelombang tetapi tetap utuh yang disebut fibrous metaplasia
dan hyperplasia.
Secara histologis sel epitel menjadi lebih gepeng, multilayered, rapuh,
mudah rusak dan keruh. Bersamaan dengan terjadinya perubahan-perubahan di
bagian anterior, kortekspun mengalami degenerasi sitoplasma dan menjadi encer.
Degenerasi sitoplasma ini berupa vacuolated dan edema. Kekeruhan yang terjadi
pada awalnya tidak merata, terutama di area aksial tampak sebagai warna
keputihan seperti milky , kadang-kadang star shape. Tanda-tanda diatas adalah
patognomonik dengan peningkatan tekanan intraokuler yang akut dan berat.
Pembentukan katarak pada glaukoma terjadi secara bertahap.
Secara klinis, setelah serangan akut glaukoma akibat tekanan intraokuler
yang sangat tinggi terlihat bercak-bercak ireguler di kapsul anterior, berwarna
keputihan di area pupil. Kekeruhan di area aksial korteks menyebabkan penderita
kesulitan membaca pada cahaya terang. Keluhan penderita berupa penglihatan
terganggu dan sangat silau.
Mekanisme Pembentukan Katarak Pada Myopia Tinggi dan Hereditary
Vitreo Retinal Disorder
Pada myopia tinggi, lebih dari minus 6 dioptri sering terjadi komplikasi
katarak sub kapsular posterior. Mekanisme terjadinya disebabkan oleh penyakit di
bagian posterior sel-sel lensa seperti inflamasi vitritis, myopia degenerasi,
degenerasi di retina termasuk rinitis pigmentosa yang mengakibatkan migrasi dan
degenerasi sel-sel ekuator ke posterior pole.
Proses migrasi ini tidak cukup dengan satu stimulus. Pada
cataractogenesis yang berperan adalah proses degenerasi, seperti pada retinitis
pigmentosa katarak terjadi karena faktor degenerasi retina.
2.2.8. Komplikasi
Operation
a. Intraoperation :
Selama ECCE atau phacoemulsification, ruangan anterior mungkin akan menjadi
dangkal karena pemasukan yang tidak adekuat dari keseimbangan solution garam
kedalam ruangan anterior, kebocoran akibat insisi yang terlalu lebar, tekanan luar
bola mata, tekanan positif pada vitreus, perdarahan pada suprachoroidal.
b. Postoperation
Komplikasi selama postoperative dibagi dalam Early Complication Post
Operation dan Late Complication Post Operation.
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi
maka gel vitreous dapat masuk kedalam bilik anterior, yang merupakan resiko
terjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan
pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(vitrektomi).
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode
pasca operasi dini. Terlihat sebagai faerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang
terjadi. Pasien datang dengan : - Mata merah yang terasa nyeri. - Penurunan tajam
penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah pembedahan. - Pengumpulan
sel darah putih di bilik anterior (hipopion).
4. Astigmatisme pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea
untuk mengurangi astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum pengukuran
kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh.
5. Ablasio retina. Tehnik-tehnik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan
dengan rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila
terdapat kehilangan vitreous.
6. Edema macular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama
bila disertai hilangnya vitreous.Dapat sembuh seiring waktu namun dapat
menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
7. Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul
posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel
residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan
mungkin didapatkan rasa silau.
Pada waktu operasi
hematom
iris terpotong/tersayat
iris prolapse
kapsul pecah
prolapse vitreous
dislokasi lensa
perdarahan intraokuler
1-5 hari setelah operasi (early/selama masih dalam perawatan)
iris prolapse
kekeruhan pada kornea yang sifatnya sementara
glaukoma
iridosiklitis
perdarahan intraokuler
panoftalmitis
Lebih dari 5 hari setelah operasi (Late/setelah penderita pulang ke rumah)
glaukoma
ablasio retina
iridosiklitis/uveitis
epithelial in growth
distrofi kornea
vitrea endothelial acute
Non Operation
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena
proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa
akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior
terutama bagian kapsul lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior
akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang
berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga
timbul glaukoma.
Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut
kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor
aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya
tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma
Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi
mata sendiri (auto toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang
kemudian akan menjadi glaukoma.
2.2.9. Prognosis
Tidak adanya penyakit okular lain yang menyertai pada saat dilakukannya
operasi yang dapat mempengaruhi hasil dari operasi, seperti degenerasi makula
atau atropi nervus optikus memberikan hasil yang baik dengan operasi standar
yang sering dilakukan yaitu ECCE dan Phacoemulsifikasi. Dengan tehnik bedah
yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil
pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil
dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan
ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat
meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.
2.2.10. Pencegahan
Pencegahan Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan
mengontrol penyebab yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-
faktor yang mempercepat pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat
dilakukan diantaranya adalah :
1. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan
radikal bebas dalam tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah.
2. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti
wortel.
3. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet
mengakibatkan katarak pada mata.
4. Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya
Daftar Pustaka
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2015.
2. Ilyas, Sidarta. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Edisi Pertama cetakan kedua.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2014.
3. Lang GK. Ophthalmology a short textbook. New York: Thieme; 2000.p.170-
89
4. Galloway NR. Common Eye Diseases and Their Management. Third edition.
Verlag London limited 2006. p.81-90
5. Bobrow JC. Lens and Cataract. American Academy of Opthalmology. Section
11. Edition 2005-2006. San Francisco, USA. p. 19-23, 5-10, 91-105, 199
204.
6. Shock JP, Harper RA. Lensa In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P.
Oftalmologi Umum Edisi XIV. Jakarta: Widya Medika, 2000. P.175-83
7. James B. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta : Erlangga;2006.p.76- 84
8. Vaughan & Asburys. General Ophthalmology. In: United States Of America:
McGraw-Hill; 18th ed. 2011.
9. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.
Saunders.2012
10. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers
2007.
11. American Academy of ophthalmology Staff. Fundamental and Principles of
Ophthalmology. Section 2. Basic Clinical Science Course. San Francisco ;
2005-2006 : p. 323-31.
12. American Academy of ophthalmology Staff. Lens and Cataract. Section 11.
Basic Clinical Science Course. San Francisco ; 2005-2006 : p. 5-9.