You are on page 1of 25

Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djaman Satori (1980) memberikan

pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi


pendidikan yang diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan
memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa administrasi
pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian
usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara
sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga
pendidikan formal.

Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang
bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat
ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1)
manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan
memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya
untuk mencapai tujuan tertentu.
Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli dapat dikemukakan bahwa
manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan serta penilaian (evaluasi) usaha pendidikan agar mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.

Sedangkan pendidikan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


merupakan proses pengubahan sikap dan tingah laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Manajemen pendidikan adalah suatu penataan


bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan staf, pembinaan, pengkoordinasian,
pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian, pengawasan,
penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan
secara berkualitas/bermutu. Manajemen pendidikan lebih menekankan pada
upaya seorang pemimpin dalam menggerakkan bawahan mengelola sumber daya
yang terbatas untuk mencapai tujuan pendidikan secara efisien dan efektif.
Pengertian ini lebih bersifat operasional yang mengarah kepada pemanfaatan
sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Manajemen pendidikan dalam prakteknya membutuhkan berbagai fungsi


manajemen. Fungsi manajemen yang terdapat dalam pendidikan meliputi
fungsi perencanaan atauplanning, fungsi pengorganisasian

1
atauorganizing, fungsi pengarahan atau directing, dan fungsi pengendalian
atau controlling. Berikut penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut:

1. Perencanaan (Planning)
Ini adalah fungsi paling awal dari semua fungsi manajemen, para ahli juga
menyutujui hal tersebut. Perencanaan adalah proses kegiatan untuk
menyajikan secara sistematis segala kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tertentu.

Perencanaan dapat diartikan sebagai penetapan tujuan, budget,


policy prosedur, dan program suatu organisasi. Dengan adanya
perencanaan, fungsi manajamen berguna untuk menetapkan tujuan yang
akan dicapai, menetapkan biaya, menetapkan segala peraturan-peraturan
dan pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan.

Perencanaan meliputi beberapa aspek, diantaranya apa yang akan dilakukan,


siapa yang akan melakukan, kapan dilakukan, di mana akan dilakukan,
bagaimana cara melakukannya, apa saja yang dibutuhkan agar tercapai
tujuan dengan maksimal. Hadari Nawawi menjelaskan arti perencanaan yaitu
suatu langkah untuk menyelesaikan masalah ketika melaksanakan suatu
kegiatan
dengan tetap terarah terhadap pencapaian target (tujuan tertentu).

2. Pengorganisasian (Organizing)

Di dalam sistem manajemen, pengorganisasian adalah lanjutan dari fungsi


perencanaan. Bagi suatu lembaga atau organisasi, pengorganisasian
merupakan urat nadi organisasi. Oleh sebab itu keberlangsungan organisasi
atau lembaga sangat dipengaruhi oleh pengorganisasian.
Pengorganisasian menurut Heidjarachman Ranupandojo adalah kegiatan
yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu,
pelaksanaannya dengan membagi tugas, tanggung jawab, serta wewenang di
antara kelompoknya, ditentukan juga yang akan menjadi pemimpin dan saling
berintegrasi dengan aktif.

3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan


pengorganisasian. Actuatingmerupakan usaha untuk mengarahkan atau
menggerakan tenaga kerja atau man power dan mendayagunakan fasilitas
yang tersedia guna melakasanakan pekerjaan secara bersamaan. Fungsi ini
memotifasi bawahan atau pekerja untuk bekerja dengan sungguh-sungguh
supaya tujuan dari organisasi dapat tercapai dengan efektif. Fungsi ini sangat
penting untuk merealisasikan tujuan organisasi.

2
4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengamati dan mengukur segala


kegiatan operasi dan pencapaian hasil dengan membandingkan standar yang
terlihat dalam rencana sebelumnya. Fungsi pengawasan menjamin segala
kegiatan berjalan sesuai dengan kebijaksanaan, strategi, rencana, keputusan
dalam program kerja yang telah dianalisis, dirumuskan serta ditetapkan
sebelumnya.

Manajemen pendidikan seringkali distilahkan dengan administrasi


sekolah seperti halnya dalam Kurikulum 1984 (Palam Buku Petunjuk
Pengelolaan) disebutkan bahwa administrasi sekolah (maksudnya
manajemen pendidikan) mencakup pengaturan, proses belajar-
mengajar, kesiswaan, personalia, peralatan pengajaran, gedung dan
perlengkapan, keuangan serta humas atau hubungan dengan
masyarakat.
Ruang lingkup manajemen pendidikan itu meliputi segala hal yang
pada dasarnya ditekankan pada pelaksanaan kegiatan usaha
pendidikan supaya berjalan secara teratur dan tertib yang semua itu
diorientasikan pada tujuan pendidikan. Karena itu butir-butir yang
menjadi cakupan atau yang termasuk ke dalam skopa manajemen
pendidikan sesungguhnya amat luas dan banyak. Sementara itu, Dr.
Hadari Nawawi menyatakan bahwa secara umum ruang Iingkup
administrasi berlaku juga di dalam manajemen pendidikan. Ruang
lingkup tersebut meliputi bidang-bidang kegiatan sebagai
berikut:a. Manajemen Adminstrasi (administrative management).
Bidang kegiatan ini disebut juga management of adminisrative
function yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam
organisasi/kelompok kerjasama mengerjakan hal-hal yang tepat sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Manajemen operatif (operative management)
Bidang kegiatan ini disebut juga management of operative function
yakni kegiatan-kegjatan yang bertujuan mengarahkan dan membina
agar dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-
masing setiap orang melaksanakan dengan tepat dan benar.
Kegiatan dalam Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Adapun secara umum, ruang lingkup manajemen pendidikan meliputi :
Manajemen Kurikulum
Kurikulum memiliki arti yang sangat luas, yaitu mencakup komponen
yang lengkap terdiri dari rumusan tujuan pendidikan suatu lembaga
sampai dengan penjabaranya dalam bentuk satuan acara perkuliahan
yang akan dilakukan oleh seorang tenaga pengajar sehari-hari.
Pengelolaan kurikulum di sekolah harus melalui beberapa tahapan,
dalam hal ini ada empat tahapan yang harus dilakukan, seperti :
1. Tahap perencanaan; di mana pada tahap ini kurikulum perlu

3
dijabarkan sampai menjadi rencana pengajaran.
2. Tahap pengorganisasian dan koordinasi; kepala sekolah pada tahap
ini mengatur pembagian tugas mengajar, penyusunan jadwal pelajaran
dan jadwal kegiatan ekstrakurikuler.
3. Tahap pelaksanaan; dalam tahap ini tugas utama kepala sekolah
adalah melakukan supervisi dengan tujuan untuk membantu guru
menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi.
4. Tahap pengendalian; di mana dalam tahap ini ada dua aspek yang
perlu diperhatikan, yaitu: jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuannya
dan pemanfaatan hasil evaluasi.
Dalam pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan harus ditunjang hal-hal sebagai berikut:
1. Tersedianya tenaga pengajar (guru) yang kompeten;
2. Tersedianya fasilitas fisik atau fasilitas belajar yang memadai dan
menyenangkan;
3. Tersedianya fasilitas bantu untuk proses belajar mengajar;
4. Adanya tenaga penunjang pendidikan, seperti tenaga administrasi,
pembimbing, pustakawan;
5. Tersedianya dana yang memadai;
6. Manajemen yang efektif dan efisien;
7. Terpeliharanya budaya yang menunjang, seperti nilai-nilai religius,
moral, kebangsaan dan lain-lain;
8. Kepemimpina pendidikan yang visioner, transparan dan akuntabel

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan kurikulum,


yaitu:
1. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan
siswa;
2. Mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk menyajikan
kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin secara efektif dan
efisien dengan memperhatikan sumber yang ada;
3. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur
perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah
Manajemen Kesiswaan
Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut
menentukan keberhasilan proses pendidikan. Pengelolaan mencakup
penerimaan siswa baru, layanan bimbingan dan penyuluhan,
pengelolaan siswa di dalam kelas, pengelolaan organisasi siswa
intrasekolah dan pengelolaan data tentang siswa.
Berkenaan dengan manajemen kesiswaan, ada beberapa prinsip dasar
yang harus mendapat perhatian berikut ini:
1. siswa harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga
harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan
pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
2. Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi

4
fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan sebagainya.
Oleh karena itu, diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga
setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
3. Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka
menyenangi apa yang diajarkan
4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah
kognitif, tetapi ranah efektif dan psikomotorik.
Manajemen Personalia Sekolah
Pada dasarnya yang dimaksud personalia di sini ialah orang-orang
yang melaksanakan sesuatu tugas untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Dalam konteks lembaga pendidikan atau sekolah dibatasi
dengan sebutan pegawai. Oleh sebab itu, personalia di sekolah
meliputi unsur guru (tenaga pengajar) dan unsur karyawan (tenaga
administratif). Secara lebih terperinci dapat disebutkan keseluruhan
personalia sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan
penjaga sekolah.
Dilihat dari prosesnya, manajemen personalia sekolah mencakup mulai
dari pengadaan, pengangkatan, pembinaan, pengawasan,
pemberhentian dan penugasan yang perlu dicermati untuk
memperoleh sistem manajemen personalia yang paling cocok dalam
pendidikan.Persoalan manajemen personalia lainnya menyangkut
kriteria, pembentukan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan
profesi yang mungkin dalam suatu organisasi pendidikan terdiri dari
berbagai ragam profesi.

Tata Laksana Sekolah


Masalah tata laksana sekolah pada dasarnya cukup kompleks, namun
demikian untuk telaah dapat ditelusuri pemanfaatannya dari berbagai
sisi yaitu :
a) Segi jenisnya, secara makro seluruh lingkungan fisik dalam suatu
satuan pendidikan yang dirancang untuk memberikan fasilitas dalam
proses pendidikan, sepeti rancangan halaman, tata letak gedung,
taman, prasarana jalan, tempat parkir dan lain-lain. Sementara itu,
secara mikro ada tiga komponen sarana pendidikan yang secara
langsung mempengaruhi kualitas hasil pembelajaran, yaitu buku
pelajaran dan perpustakan, peralatan laboratorium beserta bahan
praktiknya dan peralatan pendidikan di dalam kelas.
b) Segi prosesnya, persoalan tata laksana sekolah berangkat dari
desain, penyusunan naskah, standarisasi spesifikasi, penggandaan
atau pengadaan distribusi, sampai pada penempatan dalam sekolah
yang berkaitan dengan dukungan prasarana yang diperlukan.
c) Segi fungsi dan pemanfaatanya, terutama dalam konteks proses
pembelajaran, yaitu alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran.
Namun secara garis besarnya tata laksana sekolah meliputi lima hal,
yaitu penentuan kebutuhan, proses pengadaan, pemakaian,

5
pencatatan atau pengurusan dan pertanggungjawaban.

Manajemen Keuangan
Paling tidak ada tiga persoalan pokok dalam manajemen keuangan,
yaitu financing, menyangkut dari mana sumber pembiayaan diperoleh,
budgeting, bagaimana dana pendidikan dialokasikan dan
accountability, bagaiamana anggaran yang diperoleh digunakan dan
dipertanggungjawabkan.
Sumber anggaran pendidikan menjadi semakin kompleks, sistem
pengalokasiannya juga melalui berbagai jalur sehingga pengelolaan
penggunannya sampai kepada pertanggungjawabanya menjadi
semakin kompleks. Sistem pengelolaan pembiayaan pendidikan di
pusat, provinsi, kabupaten juga sangat berbeda karena wewenang dan
perolehan anggaranya juga berbeda.
Organisasi Sekolah
Organisasi dapat diartikan sebagai memberi struktur atau susunan
terutama dalam penyusunan atau penempatan orang-orang dalam
suatu kelompok. Faktor lain yang menyebabkan perlunya organisasi
sekolah yang baik ialah karena tugas guru-guru tidak hanya mengajar
saja, juga pegawai-pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga sekolah
semuanya harus bertanggunmg jawab dan diikutsertakan dalam
menjalankan roda sekolah itu secara keseluruhan. Dengan demikian
agar tidak terjadi overlapping (tabrakan) dalam memegang atau
menjalankan tugasnya masing-masing, diperlukan organisasi sekolah
yang baik dan teratur. Dengan organisasi sekolah yang baik
dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat
merata kepada semua orang sesuai dengan kecakapan dan fungsinya
masing-masing.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi perbedan-perbedaan dalam
susunan organisasi sekolah, antara lain:
a. Besar kecilnya sekolah
Ada sekolah yang memepunyai banyak murid, banyak guru dan banyak
pula ruangan belajarnya, tetapi ada pula yang sebaliknya.
b. Letak sekolah
Letak sekolah atau lingkungan sekolah menetukan tokoh-tokoh
masyarakat siapakah yang perlu diikutsertkan di dalam membangun
dan membina sekolah itu.
c. Jenis dan tingkatan sekolah
Sekolah kejuruan berbeda dengan sekolah umum, sekolah dasar tidak
sama dengan SLTP/SLTA, dan berbeda pula dengan perguruan tinggi.
Tujuan khusus tiap-tiap sekolah yang tidak sejenis itu tidak sama.

Fungsi-fungsi manajemen Pendidikan

6
Manajemen merupakan proses pemanfaatan semua sumber saya melalui
orang lain, dan bekerja sama dengannya, Proses ini dilakukan untuk tujuan
bersama secara efektif, efesien dan produktif.[1] Fungsi-fungsi manajemen
Pendidikan
Manajemen di sekolah/madrasah dapat diberi makna dari beberapa sudut
pandang sebagai berikut:

a. Manajemen pendidikan sebagai kerja sama untuk mencapai tujuan


b. Manajemen Pendidikan sebagai proses untuk mencapai tujuan pendidikan
c. Manajemen pendidikan suatu sistem
d. mnajemen pendidikan sebagai upaya pendayagunaan sumber-sumber untuk
mencapa tujuan pendidikan.
e. Manajemen Pendidikan sebagai kepemimpinan manajemen.
f. Manajemen pendidikan sebagai proses pengambilan keputusan
g.Manajemen pendidikan dalam pengertian yang sempit sebagai kegiatan
ketatausahaan.[2]
Dalam aflikasinya, peranan manajemen sangat ditentukan oleh fungsi-
fungsi manajemen. Fungsi-fungsi inilah yang menjadi inti dari manajemen itu
sendiri, fungsi fungsi manajemen menurut ramayulis adalah sebagai berikut:
a.Perencanaan (Planing)
Perencanaan adalah langkah pertama yang harus benar-benar diperhatikan
oleh manajer dan para pengelola pendidikan Islam, sebab sistem perencanaan
yang meliputi tujuan, sasaran, dan target pendidikan Islam harus didasarkan pada
situasi dan kondisi sumber daya yang dimiliki. Dalam menentukan perencanaan
perlu diadakan penelitian secara seksama dan akurat. Kesalahan dalam menetukan
perencanaan dalam Pendidikan Islam akan berakibat sangat fatal bagi
keberlangsungan pendidikan Islam. Perencanaan tersebut harus tersusun secara
rafi, sisitematis, dan rasional. Agar muncul pemahaman yang cukup mendalam
terhadap perencanaan itu sendiri.
Pemahaman yang demikian dapat diambil makna yang tersirat dari firman
Allah sebagai berikut:
(18: )
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.(Q.S. Al Hasyr :18)
Perencanaan dalam pendidikan Islam bukan hanya diarahkan kepada
kesempatan dan pencapaian kesempurnaan dan pencapaian kebahagian di dunia
saja akan tetapi diarahkan pula kepada kesempurnaan ukhrawi secara berimbang.
Dalam manajemen Pendidikan Islam perencanaan itu meliputi:

7
- penelitian prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas
kebutuihan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses
pendidikan.
- Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap
pelaksanaan dan hasil pendidikan.
- Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan
- Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok
b. pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian darim sistem pendidikan Islam merupakan implementasi
dari perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengorganisasian
perlu diperhatikan semua kekuatan dan sumber daya manusia maupun sumber
daya non manusia. Sumber daya manusia ditentukan dalam struktur organisasi,
pola tata kerja, prosedur, dan iklim organisasi secara transparan. Dengan demikian
dalam aktifitas operasionalnya dapat berjalan dengan teratur dan sistematis.
Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang
mendesain perjalanan organisasi. Adapun prinsip tersebut adalah: (1) kebebasan,
(2) keadilan, (3) musyawarah.
c. Penggerakan (actuating)
Penggerakan dalam pendidikan Islam merupakan suatu upaya untuk
memberikan arahan bimbingan dan dorongan kepada seluruh SDM dari personil
yang ada dalam suatu organisasi dapat menjalankan tugasnya dengan kesadaran
yang tinggi.
Dalam ilmu manajemen terdapat beberapa istilah yang mempunyai
pengertian yang sama dengan actuating. Motivating yaitu usaha member motivasi
kepada seseorang agar mau melaksanakan pekerjaan, directing yaitu menunjuk
orang lain agar mau melaksanakannya,staffing menempatkan seseorang pada sustu
pekerjaan agar yang bersangkuta mau mengerjakan perbuatan yang menjadi
tanggung jawabnya, leading memberikan bimbingan dan arahan kepada seseorang
sehingga orang tersebut mau melakukan pekerjaan tertentu.Fungsi-fungsi
manajemen Pendidikan
Semua pekerjaan tersebut erat kaitannya dengan motivas. Sedang motivasi
adalah inti dari actuating. Motivasi adalah inti kadaan dalam diri seseorang yang
mendorong, mengaktifkan, atau menggerakan, yang mengarahkan atau
menyalurkan prilaku kea rah tujuan. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan
niat. Keduanya mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Niat dalam
Islam mempunyai dua fungsi, yaitu: (1) mengesahkan amal ibadah. Dan (2)
membedakan sebuah aktifitas ibadah dengan aktivitas non ibadah . Dengan
adanya niat aktivitas ibadah muncul bukan diarah pada gaji, harta, atau benda
materil lainnya, tetapi diarahkan kepada keridaan Allah SWT.

8
d. Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan
operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan dalam manajemen merupakan fungsi
terakhir dalam sistem manajemen.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan pengawasan yang komplek,
pengawasan material dan pengawasan spiritual, adanya keyakinan bahwa
kehidupan ini bukanlah dimonitor oleh manajer atau atasan saja, akan tetapi
langsung diawasi oleh Allah SWT.Fungsi-fungsi manajemen Pendidikan

Firman Allah SWT




(29 : )
Katakanlah: "Jika kamu Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu
melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di
langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S Ali Imran : 29)
Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem manajemen
dalam pendidikan Islam adalah tindakan sistematis yang menjamin bahwa
aktivitas operasionalnya bener-benar mengacu pada perencanaan yang ada.
Pengawasan ini bukan hanya berlangsung ketika proses manajemen pendidikan
Islam telah selesai. Akan tetapi pengawasan ini senantiasa diberlakukan semenjak
menetukan perencanaan maupun melaksanakan proses pengorganisasian. Hal ini
merupakan pengawasan berlangsung yang senantiasa dilaksanakan kapanpun dan
dim

TEORI ORGANISASI KLASIK


Konsep-konsep tentang organisasi sebenarnya telah
berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsep-konsep ini
sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory ) atau
kadang-kadang disebut dengan teori tradisional. Teori klasik
berkembang dalam tiga aliran yaitu : birokrasi , teori
administrasi, dan manajemen alamiah.
Birokrasi dikembangkan dari ilmu sosiologi. Sedangkan
teori administrasi dan manajemen ilmiah dikembangkan
langsung dari pengalaman praktek manajemen. Teori
administrasi memusatkan diri pada aspek makro dari organisasi.
Aliran manajemen ilmiah member tekanan pada karyawan dan
mandor dalam kegiatan perusahaan, atau elemen mikro sebagai

9
suatu bagian dari proses kerja. Teori klasik
mendefinisikanorganisasi sebagai struktur hubungan,
kekuassan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan,
kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain yang
terjadi bila orang bekerjasama.

TEORI BIROKRASI
Teori ini dikemukakan secara jelas. Model organisasi
birokrasi ini mempunyai karakteristik - karakteristik structural
tertentu yang dapat dikemukakan di setiap organisasi kompleks
dan modern. Weber mengemukakan karakteristik-karakteristik
birokrasi sebagai berikut :
1. Pembagian kerja yang jelas.
2. Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik.
3. Program rasional dalam pencapaian.
4. Sisitem prosedur bagi penanganan situasi kerja.
5. System aturan yang mencangkup hak-hak dan kewajiban-
kewajiban posisi para pemegang jabatan.
6. Hubungan-hubungan antar pribadi yang sifatnya impersonal.
Jadi birokrasi adalah sebuah model organisasi
normative, yang menekankan struktur dalam organisasi.

TEORI ADMINISTRASI
Teori administrasi adalah bagian kedua dari teori organisasi
klasik. Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar
sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa, serta
Mooney dan Reiley di Amerika.
Henry Fayol
Henry Fayol seorang industralis dari perancis pada tahun 1916
telah menulis masalah-masalah tehnik dan administrasi dalam
bukunya yang terkenalAdministration Industrielle et
Generale (Administrasi Industri dan Umum). Fayol menyatakan
bahwa semua kegiatan-kegiatan industrial dapat dibagi menjadi
6(enam) kelompok :
1. Kegiatan-kegiatan tehnikal
2. Kegiatan-kegiatan komersial
3. Kegiatan-kegiatan financial
4. Kegiatan-kegiatan keamanan
5. Kegiatan-kegiatan akutansi
6. Kegiatan-kegiatan manajerial
Fayol juga mengemukakan dan membahas 14 (empat belas)
kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori
administrasi, yaitu :
1. Pembagian kerja (division work)

10
2. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
3. Disiplin (discipline)
4. Kesatuan perintah (unity of command)
5. Kesatuan pengarahan (unity of direction)
6. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
(subordination of individual interest to general interest)
7. Balas jasa (remuneration of personnel)
8. Sentralisasi (centralization)
9. Rantai scalar (scalar chain)
10. Aturan (order)
11. Keadilan (equity)
12. Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel)
13. Inisiatif (initiative)
14. Semangat korps (esprit de corps)
Disamping itu, fayol memerinci fungsi-fungsi kegiatan
administrasi menjadi elemen-elemen manajemen yang juga
dikenal dengan Fayols Functionalism atau teori fungsionalisme
Fayol , yaitu :
1. Perencanaan (planning),
2. Pengorganisasian (organizing),
3. Pemberian perintah (commanding),
4. Pengkoordinasian (coordinating), dan
5. Pengawasan (controlling)
Urwick dan Gulick : Mooney dan Reilly
Luther Gulick dan Lydall Urwick , menggunakan
pengalaman manajerial mereka dalam menguraikan prinsip-
prinsip Fayol, yang tercermin dalam dua makalahny A technical
Problem dan The Function of Administration. Dalam makalah-
makalah mereka, Gulick dan Urwick memperkenalkan prinsip-
prinsip yang berhubungan dengan pembagian kerja , koordinasi ,
penciptaan departemen-departemen yang disusun atas dasar
tujuan. Proses, personalia, dan tempat dan penggunaan
staff.Urwick terutama melihat kesulitan kesulitan
administrasi ,penerapan kaidah-kaidah organisasi (terutama
birokrasi) dalam praktek, sehingga dia mengembangkan teknik-
teknik penerapannya yang kemudian dikenal dengan Urwicks
Technique.
Di Amerika Serikat, James D.Mooney dan Allen Reilly dalam
tahun 1931 menulis dan menerbitkan buku mereka, Onward
Industry di mana buku ini mempunyai dampak besar pada
praktek manajemen di Amerika. Mereka menekankan 3(tiga)
prinsip organisasi yang mereka teliti dan temukan telah
dijalankan dalam organisasi-organisasi pemerintahan, agama,
militer, dan bisnis. Ketiga prinsip tersebut adalah :

11
1. Prinsip Koordinasi
2. Prinsip Skalar
3. Prinsip Fungsional

Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah dikembangkan oleh Frederick Winslow
Taylor. Teori manajemen ilmiah masih banyak dijumpai dalam
praktek-praktek manajemen modern. Dalam buku-buku
literature, manajemen ilmiah sering diartikan berbeda. Arti
pertama, manajemen ilmiah merupakanpenerapan masalah-
masalah organisasi. Sedangkan arti kedua, manajemen ilmiah
adalah seperangkat mekanisme-mekanisme atau teknik-
teknik.
F.W. Taylor menuangkan gagasannya dalam tiga makalah
yaituShop Management , The Principles of Scientific yang
menghasilkan empat kaidah dasar manajemen yang harus
dilaksanakan dalam organisasi perusahaan , yaitu :
1. Menggantikan metode-metode kerja dalam praktek dengan
berbagai metode yang dikembangkan atas dasar ilmu
pengetahuan tentang kerja ilmiah yang benar.
2. Mengadakan seleksi, latiahn-latiahan, dan pengembangan para
karyawan secara ilmiah, agar memungkinkan para karyawan
bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan spesialisasinya.
3. Pengembangan ilmu tentang kerja serta seleksi, latihan dan
pengembangan secara ilmiah harus diintegrasikan, sehingga
para karyawan memperoleh kesempatan untuk ,encapai tingkat
upah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekan biaya
produksi menjadi rendah.
4. Untuk mencapai manfaat manajemen ilmiah, perlu
dikembangkan semangat dan mental para karyawan melalui
pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya untuk
menimbulkan suasana kerja sama yang baik.

Teori Klasik : Anatomi Organisasi Formal


Tiga unsure pokok organisasi formal yang selalu muncul
dalam leteratur-leteratur manajemen adalah :
1. Sistem kegiatan yang terkoordinat.
2. Kelompok orang.
3. Kerjasama untuk mencapai tujuan.
Organisasi formal adalah system kegiatan yang
terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja
bersama untuk mencapai tujuan di bawah kekuasaan dan
kepemimpinan.

12
Menurut para pengikut aliran teori organisasi klasik,
adanya suatu organisasi bergantung pada empat kondisi pokok
yang harus ada sebelum kesatuan kegiatan (unity of action)
adalah sebagai berikut :
1. Kekuasaan, bisa demokratis atau teoritis, hal ini disebut sebagai
sumber pengorganisasian tertinggi.
2. Saling melayani, yang merupakan legitimasi social pada
organisasi.
3. Doktrin, dalam arti sederhana, hal ini merupakan rumusan
tujuan organisasi.
4. Disiplin, diartiakan sebagai perilaku yang ditentukan oleh
perintah atau pengendalian diri.
Tiang dasar teori organisasi formal adalah :
1. Pembagian kerja
2. Proses scalar dan fungsional, proses pertumbuhan vertical dan
horizontal organisasi
3. Struktur, hubungan antara berbagai kegiatan berbeda yang
dilaksanakan di dalam suatu organisasi.
4. Rentang kendali (span of control)

Teori Organisasi Neoklasik


Teori Neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik.
Teori Neoklasik merubah, menambah, dan dalam banyak hal
memperluas teori klasik. Teori Neoklasik didefinisikan
sebagai suatu organisasi sebagai kelompok dengan tujuan
bersama. Bila pada teori klasik banyak menitik beratkan
pembahasannya pada struktur, tata tertib, organisasi formal,
factor-faktor ekonomi dan rasionalitas tujuan sedangkan teori
neoklasikbanyak menekankan pentingnya aspek social dalam
pekerjaan atau organisasi informal dan aspek psikologis (emosi).

Perkembangan Teori Neoklasik


Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi
percobaan-percobaan yang dilakukan di Hawthorne, serta tulisan
Hugo Munsterberg. Pendekatan neoklasik ditemukan juga di
dalam buku-buku tentang hubungan manusiawi seperti Gardener
dan Moore, Human Ralation in Industry dan sebagainya.
Hugo Munsterberg
Sebagai pencetus psikologi industry yang diakui luas,
Hugo Munsterberg menulis bukunya yang paling
menonjol, Psychology and Industrial EfficiencyI,pada tahun 1913.
Buku ini merupakan jembatan penting antara manajemen ilmiah
dan perkembangan lebih lanjut teori neoklasik yang berkembang

13
sekitar tahun 1930-an. Pada dasarnya Munsterberg menekankan
adanya perbedaan-perbedaan karakteristik individual dalam
organisasi-organisasi.
Percobaan-percobaan Hawthone
Percobaan Hawthone dimulai tahun 1924 di pabrik
Hawthorne milik perusahaan Western Electric di Cicero, Illinois,
dekat Chocago, dan disponsori oleh National Research Council
(Lembaga riset Nasinal). Studi Hawthorne memperkenalkan
gagasan bahwa organisasi adalah suatu system terbuka dimana
segmen-segmen teknis dan manusiawi saling berkaitan erat .
Studi tersebut juga menekankan pentingnya sikap karyawan
dalam era dimana insentif upah dan kondisi kerja phisik sering
dipandang sebagai satu-satunya factor yang menetukan
produktivitas. Akhirnya percobaan Hawthorne menunjukan
bagaimana kegiatan kelompok-kelopmpok kerja kohesif sangat
berpengaruh pada operasi organisasi.

Pandangan Neoklasik Terhadap Organisasi


Informal
Titik tekanan teori neoklasik adalah dua elemen poko
dalam organisasi yaitu perilaku individu dan kelompok pekerja.
Organisasi informal muncul sebagai tanggapan akan kebutuhan
social manusia kebutuhan untuk berhungan dengan orang lain.
Factor factor yang dapat menentukan munculnya
organisasi informal antara lain :
1. Lokasi , untuk membentuk suatu kelompok orang harus
mempunyai kontak tatap muka yang ajeg.
2. Jenis pekerjaan, ada kecenderungan bahwa manusia yang
melaksanakan jenis pekerjaan yang sama akan membentuk
kelompok bersama.
3. Minat, perbedaan minat di antara mereka menjelaskan
mengapa muncul beberapa organisasi informal yang kecil, di
samping satu yang besar.
4. Masalah-masalah khusus,

Teori Organisasi Modern


Aliran besar ketiga dalam teori organisasi dam
manajemen adalah teori modern atau disebut juga analisa
system pada organisasi. Teori modern melihat semua unsure
sebagai satu kesatuan. Teori modern mengemukakan bahwa
organisasi bukanlah suatu system tertutup yang berkaitan erat
dengan lingkungan yang stabil tetapi organisasi adalah
suatusistem terbuka yang harus menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungannya.

14
Dasar Pemikiran Teori Organisasi Modern
Teori organisasi dan manajemen modern dikembangkan
sejak tahun 1950. Teori modern dengan tekanan pada perpaduan
(synthesis) dan perancangan (design), menyediakan pemenuhan
suatu kebutuhan yang menyeluruh.
Teori modern bias disebut sebagai teori organisasi dan
manajemen umum yang memadukan teori klasik dan neoklasik
dengan konsep-konsep yang lebih maju. Ini dilakukan dengan
memandang organisasi sebagai suatu proses dinamis yang
terjadi dengan dan dalam hal-hal yang umum, dikendalikan oleh
sruktur.
Teori modern menyebutkan bahwa kerj suatu organisasi
adalah sangat kompleks, dinamis, multilevel, multidimensional,
multi variable, dan probabilistic. Sebagai suatu system,
organisasi terdiri atas 3 (tiga) unsure ,yaitu :
1. Unsure struktur yang bersifat makro
2. Unsure proses yang juga bersifat makro
3. Unsure perilaku anggota organisasi yang bersifat mikro.
Ketiga unsure ditas saling kait-mengait dan sebenarnya tak
terpisahkan satu sama lain.
Teori Sistem Umum
Teori system umum merupakan suatu aspek analisis
organisasi yang berusaha untuk menemukan kaidah-kaidah
umum organisasi yang berlaku universal. Tujuan teori system
umum adalah penciptaan suatu ilmu pengetahuan organisasional
universal dengan menggunakan elemen-elemen dan proses-
proses umum seluruh system sebagai titk awal.
Ada beberapa tingkatan system yang harus
diintegrasikan. Kenneth Boulding mengemukakan klasifikasi
tingkat-tingkat system sebagai berikut :
1. Struktur static
2. Sistem dinamik sederhana
3. Sistem sibernetik
4. System terbuka
5. System genetika social
6. System hewani
7. System manusiawi
8. System social
9. System transdental
Konsep system ini menjadi dasar utama analisa organisasi akan
teori organisasi modern. Teori organisasi modern mempunyai
kesamaan dengan teori system umum dalam cara memandang
organisasi sebagai sesuatu yang terintegrasi.

15
Teori Organisasi dalam Suatu Kerangka
Sistem
Teori organisasi modern adalah multidisipliner yang
konsep-konsep dan teknik-tekniknya dikembangkan dari banyak
bidang studi. Teori modern berusaha untuk memberikan sintesa
yang menyeluruh bagian-bagian yang berhubungan dengan
semua bidang studi tersebut untuk mengembangkan suatu teori
organisasi yang diterima umum. Hal ini sering disebut analisa
system pada organisasi.
Factor-faktor yang membedakan kualitas teori organisasi
modern dengan teori-teori lainnya adalah dasar konseptual
analitiknya, ketergantungannya pada data riset empiric, dan di
atas semuanya, sifat pemaduan dan pengintegrasikannya.
Kualiatas-kualitas ini merupakan kerangka filosofi yang diterima
sebagai suatu cara untuk mempelajari organisasi sebagai suatu
system.

Bagian-bagian dari system dan saling


ketergantungannya.
1. Individu dan struktur kepribadiannya yang diberikan kepada
organisasi.
2. Penentuan fungsi-fungsi formal, yang biasa disebut organisasi
formal.
3. Organisasi informal.
4. Struktur status dan peranan.
5. Lingkungan phisik pelaksanaan pekerjaan.

Proses-proses hubungan dalam system.


Teori organisasi modern menunjukkan tiga kegiatan
proses hubungan universal yang selalu muncul pada system
manusia dalam perilakunya berorganisasi. Ketiga proses tersebut
adalah
1. komunikasi ,
2. berusaha untuk mencapai keseimbangan, dan
3. pengambilan keputusan.

Tujuan-tujuan organisasi
Organisasi mempunyai tiga tujuan utama yang saling
berhubungan. Tujuan-tujuan tersebut adalah pertumbuhan,
stabilitas, dan interaksi. Ketiga tujuan organisasi itu akan
membedakan bentuk organisasi dengan tingkat kompleksitas
yang berbeda-beda. Persamaan dalam tujuan-tujuan tersebut

16
juga telah diteliti oleh para ahli sejalan dengan pengembangan
teori system umum.

Pendekatan - Pendekatan Manajemen

Pendekatan Proses
Pendekatan proses dalam manajemen juga disebut
pendekatan fungsional, operasional, universal, tradisional atau
klasik. Para pencetus pendekatan ini bermaksud untuk
mengindetifikasikan fungsi-fungsi manajemen dan kemudian
menetapkan prinsip-prinsip dasar organisasi dan manajemen.
Empat prinsip pendekatan proses klasik yang penting adalah 1)
kesatuan perintah, 2) persamaan wewenang dan tanggung
jawab, 3) rentang kendali yang terbatas, dan 4) delegasi
pekerjaan-pekerjaan rutin.

Pendekatan Keperilakuan
Pendekatan ini sering disebut pendekatan hubungan
manusiawi (human relation approach). Pendekatan hubungan
manusiawi dalam usahanya melengkapi pendekatan klasik,
banyak menggunakan pandangan sosiologi dan psikologi. Oleh
karena itu, pusat bahas pendekatan ini adalah perhatian
terhadap para karyawan secara individual dan kelompok kerja.

Pendekatan Kuantitaif
Pendekatan kuantitif (quantitative approach) sering
dinyatakan dengan istilah management science atau operations
research (OR). Pendekatan ini terutama memandang manajemen
dari perspektif model-model matematis dan proses-proses
kuantitaif.
Menurut pendekatan kuantitatif, masalah-masalah
manajemen dpata dirumuskan dan dijabarkan dalam berbagai
bentuk model matematis dan kemudian dianalisa serta
dipecahkan dengan menggunakan berbagai teknik atau metode
kuantitaif untuk memperoleh hasil optimum.

Pendekatan Sistem
Pendekatan system dalam manajemen merupakan
pendekatan yang ditetapkan paling akhir, dan dapat dipahami
dengan sudut pandangan teori system umum atau analisis
system. Pendekatan system terutama menekankan saling
ketergantungan dan keterkaitan bagian-bagian organisasi
sebagai keseluruhan. Pendekatan ini memberikan kepada
manajemen cara memandang organisasi sebagai keseluruhan

17
dan sebagai bagian lingkungan eksternal yang lebih luas.
Organisasi dipandang sebagai system terbuka dan pada
hakekatnya merupakan proses transformasi berbagai
masukan yang menghasilkan keluaran

Pendekatan Contingency (Situasional)


Pendekatan Contingency muncul karena ketidakpuasan
atas anggapan keuniversalan dan kebutuhan untuk memasukkan
berbagai variable lingkungan ke dalam teori dan praktek
manajemen. Ada tiga komponen pokok dalam lerangka
konseptual untuk pendekatan contingency : lingkungan , konsep-
konsep dan teknik-teknik manajeman, dan hubungan kontingensi
antara keduanya.

KAJIAN
1. Sejarah Manajemen
Sesungguhnya manajemen sudah ada sejak jaman dahulu, salah satu bukti
adalah Piramida di Mesir. Adanya bangunan Piramida di Mesir menunjukkan
bahwa pada zaman dulu telah ada serangkaian kegiatan yang diatur sedemikian
rupa, mengikuti tahapan-tahapan tertentu yang telah disiapkan hingga bangunan
Piramida yang megah di tengah gurun pasir dapat menjadi decak kagum
masyarakat dis seluruh dunia dari dulu hingga kini. Dari sejarah dapat kita ketahui
bahwa tidak kurang dari ribuan orang telah terlibat dalam pembangunan Piramida
di Mesir.
Selain Piramida di Mesir, ada juga benteng raksasa yang berdiri sepanjang
ribuan kilometer di Cina. Benteng ini juga menunjukkan betapa orang-orang Cina
dahulu telah melakukan kegiatan manajemen (dalam bentuk apapun kegiatan
manajemen tersebut sehingga bangunan benteng yang kokoh dapat tetap bertahan
hingga hari ini. Selain itu juga Candi Borobudur di Indonesia, dan masih banyak
contoh bangunan-bangunan kuno yang sangat rumit bisa dibangun oleh nenek
monyang kita. Dari bukti-bukti tersebut dapat dilihat bagaimana orang-orang
dahulu telah menerapkan manajemen.
Secara keilmuan, manajemen baru terumuskan kurang lebih di abad 18 atau
awal abad 19 Masehi. Diantara tokoh-tokoh yang mula-mula memperkenalkan
manajemen secara keilmuan adalah Robert Owen (1771-1858) dan Charles

18
Babbage (1972-1871). Owen seorang pembaru dan indrustrialisasi dari Inggris
adalah di antara tokoh pertama yang menyatakan perlunya sumber daya manusia
di dalam organisasi dan kesejahteraan pekerja. Sedangkan Babbage seorang ahli
matematika dari Inggris orang yang pertama kali berbicara mengenai pentingnya
efisiensi dalam proses produksi. Dia meyakini akan perlunya pembagian kerja dan
perlunya penggunaan matematika dalam efisiensi penggunaan fasilitas dan
material produksi (Ernie dan Saefullah: 2005).
Dengan demikian bisa dikatakan Robert Owen dan Charles Babbage adalah
pionir dalam ilmu manajemen.

2. Perkembangan Teori Manajemen


Apa yang telah dikenalkan oleh Owen dan Babbage pada akhir abad 19
memberikan kontribusi yang berharga bagi para praktisi manajemen bahwa
organisasi bisnis perlu dikelola secara benar, terutama jika organisasi tersebut
berskala besar dan melibatkan banyak sekali orang dan sumber daya yang harus
dikelola. Kontribusi Owen dan Babbage seolah telah membukakan mata para
praktisi bisnis pada saat itu bagaimana seharusnya bisnis dijalankan. Bermunculan
pula setelah itu berbagai teori-teori dalam ilmu manajemen.
Perkembangan pemikiran manajemen sebagai praktik yang dilandasi
konsep teori (Tim Dosen Administrasi Pendidikan: 2009) adalah sebagai berikut:

a. Teori Manajemen Aliran Klasik (1890-1930)


Frederick W Taylor, Henry L Gantt, Frank Bunker Gillberth dan Lilian
Gillberth adalah tokoh-tokoh dibalik teori manajemen ilimiah. Mereka
memikirkan suatu cara meningkatkan produktivitas dengan menangani kondisi
kekurangan tenaga terampil melalui efisiensi para pekerja.
Taylor disebut sebagai bapak manajemen ilmiah dengan karyanya
scientific management yang telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan
pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah teknik-
tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar yang dikembangkan
Taylor adalah:

19
1. Pengembangan metode ilimah alam manajemen agar suatu perkejaan
dapat ditentukan metode pencapaian tujuannya secara maksimal.
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan agar para karyawan dapat diberika tugas
dan tanggung jawab sesuai keahlian.
3. Pendidikan dan pengembangan karyawan.
4. Kerjasama yang harmonis antara manajemen dan para karyawan.

Teknik yang digunakan untuk melaksanakan prinsip tersebut adalah melalui


studi gerak dan waktu (time and motion studies), pengawasan fungsional, system
tariff berbeda yaitu karywan yang lebih produktif dan efisien mendapatkna gaji
lebih besar dari yang lainnya.
Kontribusi terbesar dari Gantt adalah dengan menghasilkan metode grafik
sebagai teknik scheduling produksi untu perencanaan, koordinasi dan pengawasan
produksi yang popular dengan sebutan Bagan Gantt.
b. Manajemen Organisasi Klasik (Classical Organization Theory) atau
Manajemen Operasional Modern (1900-1940)
Henry Fayol merupakan tokoh teori manajemen operasional manajemen
dikenal dengan julukan Bapak teori manajemen modern. Dalam bukunya yang
berjudul Administration Industrielle et Generale (Administrasi Industri dan
Umum) Fayol membagi aktifivtas-aktivitas industrial dalam enam klompok yaitu
teknikal, komersial, financial, keamanan, kepastian, akunting dan manajerial. Ia
adalah perumus empat belas prinsip manajemen yaitu:
1) Pembagian kerja
2) Wewenang
3) Disiplin
4) Kesatuan perintah
5) Kesatuan pengarahan
6) Meletakan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum
7) Balas jasa/imbalan
8) Sentralisasi
9) Rantai scalr/khirarki
10) Order/susunan

20
11) Keadilan
12) Stabilitas staf organisasi
13) Inisiatif
14) Esprit de corps (semangat korps)
Fayol percaya bahwa melalui penguasaan keterampilan dan prinsip dasar
manajemen orang yang mendalaminya dapat menjadi manajer yang baik.

c. Aliran Perilaku (1924-1940)


Elton Mayo dan F.J. Roethlisberger melakukan studi tentang perilaku
manusia dalam bermacam situasi kerja di pabrik Hawthorner milik perusahaan
Western Electric dengan temuan bahwa kelompok kerja informal lingkungan
sosial karyawan memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas.
McGregor memandang perlu adanya perhatian pada kebutuhan sosial dan
aktualisasi diri karyawan dengan menjunjukan dua kategori manusia yaitu
manusia X dan manjusia Y atau lebih dikenal dengan teori X dan teori Y. Manusia
tipe X adalah manusia yang harus selalu diawasasi agar mau melakukan usaha
dalam pekerjaan mereka. Sedangkan manusia Y sebaliknya, ia bersemangat
bekerja sebagai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri tanpa ada pengawasan
sekalipun.
Di samping penelitian yang focus terhadap perilaku manusia, dikembangkan
juga aliran perilaku organisasi yang memandang bahwa hubungan manusia dalam
manajemen berada dalam konteks organisasi. Diantara tokohnya adalah Abraham
Maslow, Frederick Herzberg, Edgar Schein.
Aliran perilaku organisasi menganut prinsip bahwa:
1) Organisasi adalah satu keseluruhan jangan dipandang bagian perbagian.
2) Motivasi karyawan sangat penting yang menghasilkan komitmen untuk
pencapaian tujuan organisasi.
3) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknis secara ketat
(peranan, prosedur dan prinsip).

d. Pendekatan Sistem (1940-sekarang)

21
Pendekatan sistem memandang bahwa organisasi sebagai sistem yang
dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian/komponen-komponen yang saling
berkaitan. Chester I Barnard menjelaskan dalam the functions of the executive
bahwa tugas manajer adalah menyarankan pendekatan sistem sosial komprehensif
dalam aktifitas managing.
Komponen-komponen/bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu
sama lain, merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terika,
memperngaruhi, membutuhkan, dan menentukan. Oleh karena itu harus disadari
bahwa perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen-
komponen lainnya. Dengan demikian berpikir dan bertindak system berarti tidak
memandang komponen secara parsial, tetapi saling terpadu satu sama lain secara
sinergi.
Sinergi berarti bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah dari bagian-
bagiannya. System yang sinergi adalah tiap-tiap unti atau bagian-bagian bekerja
dengan serius dalam tatanannya dan menyadari secara penuh dan bertanggung
jawab terhadap kemajuan system secara umum.
Sistem memiliki makna bahwa (1) suatu system terdiri atas bagian-bagian
yang saling terkait satu dengan yang lainnya, (2) bagian-bagian yang saling
hubung itu dapat berkerja dan berfungsi secara independent atau bersama-sama,
(3) berfungsinya bagian-bagian tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan umum
dari keseluruhan (sinergi), (4) suatu system yang terdiri atas bagian-bagian yang
saling hubung tersebut berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.

e. Pendekatan Kontingensi atau Pendekatan Situsional (1950-sekarang)


Pendekatan kontingensi atau pendekatan situasional adalah suatu aliran teori
manajemen yang menekankan pada situasi atau kondisi tertentu yang dihadapi.
Tidak seluruh metode manajemen ilmiah dapat diterapkan untuk seluruh situasi
begitupun tidak selalu hubungan manusiawi yang perlu ditekankan karena
adakalanya pemecahan yang efektif melalui pendekatan kauantitatif. Itu semua
sangat tergantung pada karakteristik situasi yang dihadapi dan tujuan yang ingin
dicapai.

22
B. KESIMPULAN
1. Secara keilmuan, manajemen baru terumuskan kurang lebih di abad 18 atau
awal abad 19 Masehi. Diantara tokoh-tokoh yang mula-mula
memperkenalkan manajemen secara keilmuan adalah Robert Owen (1771-
1858) dan Charles Babbage (1972-1871). Owen seorang pembaru dan
indrustrialisasi dari Inggris adalah di antara tokoh pertama yang menyatakan
perlunya sumber daya manusia di dalam organisasi dan kesejahteraan
pekerja. Sedangkan Babbage seorang ahli matematika dari Inggris orang
yang pertama kali berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam proses
produksi. Dia meyakini akan perlunya pembagian kerja dan perlunya
penggunaan matematika dalam efisiensi penggunaan fasilitas dan material
produksi (Ernie dan Saefullah: 2005).
2. Perkembangan teori manajemen dimulai dari teori manajemen klasik
dengan pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor dan teori organisasi klasik
dari Mayo. Manajemen ilmiah menekankan pada upaya menemukan metode
terbaik untuk melakukan tugas manajemen secara ilmiah. Sedangkan teori
organisasi klasik menekankan pada kebutuhan mengelola organisasi yang
kompleks yang mefokuskan pada upaya menetapkan dan menerapkan
prinsip dan ketrampilan yang mendasari manajemen yang efektif .
perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori
manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan
perubahan fokus manajemen yang lebih menekankan pada perilaku baik
pada perilaku manusia maupun perilaku organisasi. Manajemen yang baik
menurut teori neo klasik ini adalah manajemen yang mefokuskan diri pada
pengelolaan staf secara efektif yang didasari akan pemahaman yang
mendalam dari segi sosiologis maupun psikologis. Perkembangan
selanjutnya yaitu dengan menekankan pendekatan sistem yang dipersatukan
dan diarahkan dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling
berkaitan. Namun saat ini penerapan manajemen didasarkan pada
pendekatan kontingensi yang memadukan antara aliran ilmiah dengan
perilaku dalam suatu sistem yang diterapkan menurut situasi dan lingkungan
yang dihadapai.

23
24
DAFTAR RUJUKAN

Pidarta, Made, DR. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh. 2005. Pengantar Manajemen.
Jakarta: Prenada Media Group.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009.
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

You might also like