You are on page 1of 15

BAB II

Gambaran Mengenai ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan INSW

II.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi, pada awalnya kerjasama

difokuskan dengan pemberian prefensi perdagangan (Predential trade), usaha

patungan (Joint Venture) dan skema saling melengkapi (Complementation scheme)

antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN,

seperti Industrial Project Plan (1976), Prefential Trading Area (1977), ASEAN

Industrial Complement Scheme (1981), ASEAN Joint Venture Scheme (1981) dan

Enhanched Prefential Trading Arengement (1987).

Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika antar negara di berbagai belahan dunia

melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-

negara ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan

saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi

kawasan. Pada KTT ke-5 di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framewok

Agreement Enchanching ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai

dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993

dengan Common Efective Prefential Tariff (CEPT)34 sebagai mekanisme utama.

Pendirian AFTA memberikan implementasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi

34
Dalam skema CEPT setiap negara dimungkinkan untuk tidak melakukan liberalisasi perdagangan
sepanjang hal tersebut menurut pertimbangannya dapat membahayakan keamanan nasional, moral
masyarakat, kesehatan manusia, binatang dan tanaman, dan nilai-nilai seni, sejarah, purbakala dan
arkeologi. Dikutip dari Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 97

Universitas Sumatera Utara


tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap kebijakan-

kebijakan fasilitas pedagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya

difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan, jasa dan

investasi.

Sejalan dengan perkembangan konstelasi global, ASEAN pun mengalami

pengembangan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seperti yang telah

dikemukakan di atas, pada awal berdirnya, ASEAN mencurahkan perhatiannya untuk

membangun rasa saling percaya (confidence Bulding Measure), itikad baik dan

mengembangkan kebiasaan secara terbuka dan dinamis diantara sesama angotanya.

Menjelang usianya yang ke-40, ASEAN telah mencapai tingkat koefisitas dan

memiliki rasa saling percaya yang cukup tinggi dantara para anggotanya serta mulai

menyentuh kerjasama di bidang-bidang yang dianggap sensitif. Perkembangan

ASEAN yang pesat tersebut tidak terlepas dari pengaruh lingkungan baik di dalam

maupun luar kawasan yang turut membentuk dan memperkaya pola-pola kerjasama

diantara negara anggota ASEAN. Pengalaman kawasan Asia Tenggara semasa krisis

keuangan dan ekonomi Tahun 1997-1998 memicu kesadaran ASEAN mengenai

pentingnya peningkatan dan perluasan kejasama intra kawasan.

Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diadopsinya Visi

ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai

Komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, sejahtera, saling

perduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Selanjutnya

ASEAN juga mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun

2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN. Pembentukan Komuntas

Universitas Sumatera Utara


ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi

ASEAN. Selain itu juga merupakan upaya evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara

pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang

berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prinsp-prinsip utama ASEAN, yaitu:

saling menghormati (Mutual Respect), tidak mencampuri urusan dalam negeri (Non-

Interfence), konsensus, diaog dan konsultasi. Komunitas ASEAN terdiri dari tiga

pilar yang termasuk di dalamnya kerjasama di bidang ekonomi, yaitu: Komonitas

Keamanan ASEAN ( ASEAN Security Comunity/ASC), Komunitas Ekonomi

ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dan Komunitas Sosial Budaya

ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community/ASCC).

Pencapaian Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya

Cebu Declaration on the Estabilishment of an ASEAN Community by 2015 oleh

para pemumpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu Filiphina, 13 Januari

2007. Dengan ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati

percepatan pembentukan Komunitas ASEAN/ASEAN Community dari tahun 2020

menjadi 2015.

Lalu komimen tersebut, khususnya di bidang ekonomi, dilanjutkan dengan

penandatanganan ASEAN Charter/Piagam ASEAN beserta cetak biru AEC 2015 pada

KTT ASEAN ke-13 di Singapura, pada tanggal 20 November 2007. Penandatanganan

Piagam ASEAN beserta cetak birunya AEC adalah merupakan babak baru dalam

kerjasama ASEAN di bidang ekonomi diusianya yang kempat puluh tahun.

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa AEC adalah merupakan salah satu

dari tiga pilar utama dalam ASEAN Community 2015, yang ingin membentuk

Universitas Sumatera Utara


integrasi ekonomi di kawasan ASEAN Tenggara. AEC memiliki lima plar utama,

yakni:

1. Aliran bebas barang (free flow of goods),

2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice),

3. Aliran bebas investasi (free flof of investment),

4. Alran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour), dan

5. Alian bebas modal ( free flow of capital).

Gambar II.1.a: AEC dalam piagam ASEAN 35

ASEAN Charter

ASEAN Economic Community (AEC) 2015


Cetak biru Jadwal strategis

Pasar tunggal dan Kawasan Petumbuhan Integrasi ke


basis produksi ekonomi yang ekonomi yang perekonomian
berdaya saing merata global

- Melalui aliran - Kebijakan - Pengembangan - Pendekatan


bebas di: Ekonomi yang UKM koeheren
Barang berdaya saing - inisiatif integrasi hubungan
Jasa - Perlindungan ekonomi
Investasi konsumen- eksternal.
TK terampil intelectual - Partisipasi di
Modal proverty rights global supply
- network
- 12 sektor prioritas Pengembanga
- Pengembangan n infrastruktur
sector makanan, - perpajakan
pertanian dan - E-Commerce
kehutanan

Penelitian Pengembangan Kerangka institusi Political will dan


SDM regional (Sekretariat, implementasi
Dispute
l HAM)
35
Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 5

Universitas Sumatera Utara


Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk

berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan

pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata,

dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi

ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini

diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota

ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik

investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan

outsourching) serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN.

Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan

kehutanan.

Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk

berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan

pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata,

dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi

ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini

diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota

ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik

investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan

outsourching) serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN.

Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan

kehutanan.

Universitas Sumatera Utara


II.2 Gambaran Mengenai Aliran Bebas Barang (Free Flow of Goods)

GambarII.2.a: skema cetak biru aliran bebas barang AEC 2015 36

Cetak biru aliran bebas


barang AEC 2015

Penghapusan Penghapusan Fasilitas


hambatan tarif hambatan non-tarif perdagangan

Komitmen terhadap Peningkatan Asesmen terhadap


CEPT penyesuaian transparansi kesesuaian dengan
kebijakan standart
internasional

Integrasi sector Kerjasama


prioritas kepabeanan

Di dalam aliran bebas barang (free flow of goods) sesuai dengan skema AEC

2015 memiliki tiga sector pioritas, yakni hambatan tarif, hambatan non-tarif dan

fasilitas perdagangan. Ketiga sekor prioritas in adalah merupakan instrumen untuk

meliberalisasikan perdagangan dengan berusaha menghilangkan hambatan-hambatan

di dalam perdagangan internasional.

Dalam pengurangan tarif dalam AEC, skema CEPT akan terus dievaluasi dan

dikembangkan menjadi perjanjian yang kompeherensif dalam rangka mewujudkan

aliran bebas barang 2015, ASEAN melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghapuskan bea masuk bagi semua barang yang tergolong dalam sensitive

list dan hightly sensitive list pada 2010 untuk ASEAN6, dan 2015 untuk

CLMV (dengan fleksibilitas hingga 2018 untuk sensitive product),

36
Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 73

Universitas Sumatera Utara


2. Menghapuskan bea masuk dari barang yang tergolong 12 sekor prioitas pada

2007 untuk ASEAN6 dan 2012 untuk CLMV,

3. Memindahkan barang yang ada di SL ke IL dan mengurangi tarifnya menjadi

0-5% pada 1 Januari 2007 (Laos dan Myanmar) dan 1 Januari 2018

(Kamboja).

Dalam pengurangan hambatan non-tarif, ASEAN berusaha untuk

mengklaifikasikan kebijakan non-tarif (Non-tarif measureNTM), ASEAN membentuk

suatu database yang dibentuk ASEAN database untuk setiap lini poduk tingkat HS 8

digit. ASEAN NTM database merupakan kompilasi dari kebijakan non-tarif yang ada

di setiap negara anggota ASEAN yang merupakan hambatan dalam perdagangan.

Klasifikasi NTM didasarkan pada UNCTAD Cooding Sceme for Trade Control

Measure. 37

Selain itu, cetak biru AEC 2015 juga dijabarkan mengenai agenda-agenda

dan jadwal strategis untuk mengeliminasi hambatan non-arif, antara lain sebagai

berikut: 38

1. Menjalankan komitmen standsill (tidak lebih mundur dari komitmen saat ini)

dan roolback (lebih maju adri saat ini) berlaku efektif,

2. Meningkatkan tansparansi dengan mengikuti Protocol on Notification

Posedure dan memuat surveilence yang efektif,

37
Lihat Syamsul .Arifin.dkk, ibid, hal 106
38
Syamsul .Arifin.dkk , ibid

Universitas Sumatera Utara


3. Menghilangkan hambatan non-tarif pada 2020 untuk Brunei, Indonesia,

Malaysia, Singapura, dan Thailand, 2012 untuk Filiphina dan 2015-2018

untuk CLMV.

Dalam fasilitas perdagangan, sektor ini memiliki arti penting dalam

mendukung kelancaran arus pedagangan barang, karena prosedur arus barang dapat

dilakukan dengan lebih sederhana, transparansi dan memenuhi standar kualifikasi

yang diakui secara internasional. Fasilitas perdagangan yang dilakukan melalui

evaluasi terhadap kesesuaian dengan standar internasional dan kerjasama kepabeanan

juga penting dalam rangka meningkatkan efisiensi biaya transaksi di ASEAN

sehingga meningkatkan daya saing ekspor produk ASEAN. Evaluasi terhadap

kesesuaian dengan standar internasional dilakukan agar produk ASEAN dapat

diterima dan berdaya saing, baik di pasar domestik maupun global, sesuai standar

mutu, keamanan, kesehatan, dan teknis barang yang diakui secara internasional.

Dalam rangka menyelaraskan standar yang ada dengan standar internasional, terdapat

dua instrumen utama yang terdapat dalam AEC 2015, yaitu: harmonisasi standar dan

Mutual Recognition Arengement (MRA). 39 Salah satu upaya ASEAN dalam fasilitas

perdagangna adalah pembentukan NSW masing-masing anggotanya yang nantinya

diintegrasikan ke dalam ASW.

39
MRA merupakan suatu perjanjian yang akan membantu dunia industri di ASEAN mengurangi
duplikasi dalam pengetesan dan sertifikasi pokok dengan MRA regulator di negara importer akan
dapat mempercayai hasil tes yang dikeluarkan negara eksportir terkait produk yang diekspor
tersebut. Dkutip dari Syamsu .Arifin.dkk, ibid hal 109-110

Universitas Sumatera Utara


II.3 Gambaran Mengenai INSW

Kebutuhan untuk menerapkan Sistem National Single Window di Indonesia,

selain dilatar belakangi oleh beberapa kesepakatan di tingkat regional ASEAN

(Kesepakatan Pemimpin Negara Anggota ASEAN dalam The Declaration of ASEAN

Concord II 7 Oktober 2003 , Kesepakatan Menteri Ekonomi ASEAN dalam ASEAN

Agreement to Establish & Implement The Asean Single Window 9 Desember 2005 ,

Kesepakatan Menteri Keuangan ASEAN dalam Asean Protocol to Establish and

Implement The Asean Single Window , April 2006 dan Kesepakatan Pemimpin

Negara Anggota ASEAN dalam Declaration on the ASEAN Economic Community

Blueprint, 20 Nopember 2007), juga didorong oleh adanya kebutuhan di tingkat

nasional untuk dapat meningkatkan kinerja ekspor-impor di Indonesia. Harus diakui

bahwa kondisi kinerja layanan ekspor-impor di Indonesia masih tertinggal

dibandingkan dengan beberapa negara lain, terutama bila dilihat dari indikator lead-

time pelayanan impor, masih banyaknya point of services dalam penyelesaian impor,

masih tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan adanya ketidakpastian dalam

proses pelayanan ekspor-impor. Selain itu, dari sisi kepentingan nasional perlu

dilakukan peningkatan validitas dan akurasi data ekspor-impor, serta pengawasan

terhadap lalulintas barang antar negara. Pembangunan dan penerapan Sistem NSW di

Indonesia, pada awal pembahasannya disatukan dengan program pemerintah untuk

meningkatkan kelancaran arus barang ekspor-impor, sehingga pada awal

pelaksanaannya pemerintah menggabungkan kedalam Tim Keppres Nomor 54 Tahun

2002 yang menangani tentang kelancaran arus barang ekspor dan impor.

Universitas Sumatera Utara


Indonesia National Single Window (INSW) merupakan suatu sistem layanan

publik yang terintegrasi, yang menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan

pemrosesan informasi standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses

kegiatan dalam penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk meningkatkan

daya saing perekonomian nasional. INSW juga sistem nasional yang memungkinkan

dilakukannya penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of

data and information), pemrosesan data dan informasi secara sinkron (synchronous

processing of data and information), integrasi informasi, dan memadukan alur proses

bisnis antara sistem kepabeanan, perijinan ekspor-impor, kepelabuhanan/

kebandarudaraan, pembayaran, pengangkutan barang dan logistik, serta sistem lain

yang terkait dengan penanganan lalulintas barang ekspor-impor.40

Pembentukan INSW memiliki visi misi serta tujuan yang menjadi sasaran

dalam pembentukannya. Berikut ini visi misi serta tujuan pembentukan INSW:

Visi dari pengembangan Indonesia NSW adalah terwujudnya lingkungan

National Single Window di Indonesia, yaitu layanan tunggal elektronik untuk

memfasilitasi pengajuan informasi standar guna menyelesaikan semua pemenuhan

persyaratan dan ketentuan, serta semua kegiatan yang terkait dengan kelancaran arus

barang ekspor, impor, dan transit, dalam rangka meningkatkan daya saing nasional.

Misi pengembangan sistem NSW di Indonesia adalah mewujudkan suatu

sistem layanan publik yang terintegrasi dalam penanganan atas lalulintas barang

ekspor dan impor.

40
Lihat www.deplu.go.id, opcit

Universitas Sumatera Utara


Tujuan umum dilakukannya penerapan Sistem National Single Window di

Indonesia : 41

1. Meningkatkan kecepatan penyelesaian proses ekspor-impor melalui

peningkatan efektifitas dan kinerja sistem layanan yang ter-integrasi antar

seluruh entitas yang terkait.

2. Meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penanganan

lalulintas barang ekspor-impor, terutama terkait dengan proses customs

release and clearance of cargoes.

3. Meningkatkan validitas dan akurasi data dan informasi yang terkait dengan

kegiatan ekspor dan impor.

4. Meningkatkan daya saing perekonomian nasional dan mendorong masuknya

investasi

5. Manfaat Penerapan Sistem NSW bagi Pemerintah

a. Memfasilitasi peningkatan kecepatan dalam proses customs release

and clearance of cargoes.

b. Menyediakan sistem pelayanan yang mudah, murah, nyaman, aman,

dan memberikan kepastian usaha.

c. Menciptakan manajemen risiko yang lebih baik.

d. Menghilangkan redundansi dan duplikasi data.

e. Meningkatkan validitas dan akurasi data.

f. Memudahkan pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat pemerintah

dalam kaitan dengan kegiatan ekspor-impor.

41
www.deplu.go.id, ibid

Universitas Sumatera Utara


g. Meningkatkan perlindungan atas kepentingan nasional dari ancaman

yang mungkin timbul karena lalulintas barang ekspor-impor.

h. Mengoptimalkan penerimaan negara.

i. Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Public Governance

dalam seluruh kegiatan pelayanan ekspor-impor

6. Manfaat Penerapan Sistem NSW bagi Masyarakat Usaha (Private Sector)

a. Memberikan kepastian terhadap biaya dan waktu yang diperlukan

dalam pelayanan yang terkait dengan ekspor-impor.

b. Meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

c. Memperluas akses pasar dan sumber-sumber faktor produksi.

d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pemanfaatan dan

pengalokasian sumber daya.

e. Mendorong tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan.

f. Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance

dalam penyelesaian ekspor-impor

Penerapan Sistem NSW di Indonesia, dilakukan melalui penyediaan Portal

INSW, yaitu suatu sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan

proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin

keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem

internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/

kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses penanganan dokumen

kepabeanan dan pengeluaran barang.

Universitas Sumatera Utara


Pada tataran ideal dalam penerapan Sistem NSW, diharapkan Portal INSW

akan menjadi akses tunggal bagi siapapun (seluruh entitas) yang akan melakukan

kegiatan apapun yang berkaitan dengan penanganan dan pelayanan ekspor-impor.

Demikian juga bagi User (Pengguna Portal INSW), cukup sekali saja melakukan

akses (single sign on) akan dapat memperoleh semua layanan dari semua GA dan

entitas lainnya yang tergabung kedalam Portal INSW. Penggunaan Portal INSW

secara live dalam proses pelayanan kepabeanan dan perijinan atas barang impor

dan ekspor, akan membawa Indonesia menuju otomasi secara elektronik sistem

pelayanan publik yang terintegrasi, sehingga diharapkan secara konkrit akan dapat

mewujudkan Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor. Portal INSW

dapat diakses melalui halaman utama (homepage) situs resmi INSW dengan nama

domain http://www.insw.go.id

Dengan adanya liberalisasi perdagangan yang ingin dibentuk dalam ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 secara umum dituntut adanya daya saing yang

baik baik dari ASEAN maupun seluruh anggotanya untuk dapat mempeoleh semua

hasil maksimal yang dapat diraih dari kerjasama ini. Tentunya untuk mewujudkan hal

tersebut diperlukan adanya persiapan yang baik dari seluruh anggota ASEAN

termasuk Indonesia, yang pelaksanaannya sesuai dengan cetak biru AEC 2015 yang

telah disepakati oleh seluruh anggota ASEAN.

INSW sebagai salah satu instrumen dalam fasilitas perdagangan yang

berupaya untuk meliberalisasikan perdagangan dengan menghapus hambatan-

hambatan yang terdapat dalam proses aliran barang tentunya adalah sebuah peluang

Universitas Sumatera Utara


dan tantangan yang besar yang membutuhkan persapan serta daya saing yang baik

agar mampu bersaing di dalamnya, dan salah satu insrumen dalam hal ini adalah

pembentukan NSW. Pembangunan dan pengembangan Sistem NSW yang

sedemikian besar dan sangat kompleks, memerlukan banyak sekali perubahan

mendasar dan penyesuaian di lingkungan internal setiap GA (Goverment Agencies)

dimana dalam prakteknya sering menemui banyak permasalahan, kendala dan

hambatan sehingga perlu langkah antisipasi dan solusi bersama. Persiapan yang

dilakukan oleh Indonesia harus mampu mengatasi lemahnya kondisi kinerja

pelayanan ekspor-impor yang ada di Indonesia saat ini. Berikut ini kondisi kinerja

pelayanan ekspor-impor yang perlu ditingkatkan: 42

1. Lead Time waktu penanganan barang impor dan ekspor yang masih terlalu

lama (dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya)

2. Masih banyaknya titik layanan (Point of Services) dalam proses pelayanan

ekspor-impor sehingga mengakibatkan pelayanan tidak efisien

3. Masih adanya biaya-biaya dalam penanganan lalulintas barang ekspor-impor,

sehingga mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy)

4. Tingkat validitas dan akurasi data atas transaksi dan kegiatan ekspor-impor

yang belum memadai, terutama terkait dengan data perijinan ekspor-impor

5. Kepentingan nasional untuk mengontrol lalu-lintas barang antar negara

Untuk melindungi kepentingan nasional, perlu adanya kontrol terhadap

lalulintas barang ekspor-impor secara lebih baik, terutama yang terkait dengan

42
www.deplu.go.id, ibid

Universitas Sumatera Utara


isu terorisme, trans-national crime, drug trafficking, illegal activity,

Intellectual Property Right dan perlindungan konsumen

6. Kinerja sistem pelayanan publik yang perlu ditingkatkan

Untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional, perlu dilakukan

peningkatan kinerja sistem pelayanan publik dengan menerapkan prinsip-

prinsip good-governance melalui pembangunan otomasi sistem pelayanan

yang terintegrasi

7. Sistem pelayanan yang masih belum terintegrasi sehingga menghambat

kelancaran arus barang. Untuk meningkatkan kelancaran arus barang ekspor-

impor, sangat dibutuhkan adanya integrasi sistem antar Instansi Pemerintah

(GA) yang akan mampu meningkatkan efisiensi pelayanan keseluruhan proses

ekspor-impor

Kinerja dari pelayanan ekspor impor dari Indonesia tersebut adalah bentuk-

bentuk hambatan yang terdapat dalam aliran bebas barang di Indonesia, sekaligus

merupakan hambatan bagi Indonesia dalam mewujudkan liberalisasi perdagangan

dengan berusaha menghapuskan segala bentuk hambatan dalam aliran bebas barang

di ASEAN, bahkan di duna secara global. Penelitian ini tentunya ingin melihat sejauh

mana persiapan yang dilakukan oleh Indonesia dalam merealisasikan pembentukan

NSW tersebut dan juga manfaat yang dapat diperoleh dalam INSW ini. Persiapan

Indonesia ini akan dibahas pada bab berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

You might also like